Disusun oleh:
Kelompok I
Annisa 171424004
Kelas 3A-TKPB
PENDAHULUAN
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Mengelas adalah
menyambung dua bagian logam dengan cara memanaskan sampai temperatur lebur dengan
memakai bahan pengisi atau tanpa bahan pengisi (filler). Dari definisi tersebut dapat dijabarkan
lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan
termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambungkan.
(Arifin, 1997)
Teknik penyambungan logam terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambungan logam yang dapat
dilepas kembali. Pada konstruksi dan alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak
digunakan.
Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara
mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi.
LANDASAN TEORI
Pengelasan dapat diartikan dengan proses penyambungan dua buah logam sampai titik
rekristalisasi logam, dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah dan menggunakan energi
panas sebagai pencair bahan yang dilas. Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari
benda atau logam yang dipanaskan. Mengelas bukan hanya memanaskan dua bagian benda
sampai mencair dan membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh dengan
cara memberikan bahan tambah atau elektroda pada waktu dipanaskan sehingga mempunyai
kekuatan seperti yang dikehendaki. Kekuatan sambungan las dipengaruhi beberapa faktor antara
lain prosedur pengelasan, bahan, elektroda, dan jenis kampuh yang digunakan. (Alip, 1989)
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala
busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang
terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur
listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda
dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam
yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
(Wikipedia, 2017)
Las Listrik (Las Lumer), yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk
pengelasannya diperlukan mesin las yang dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel
dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel lain dihubungkan dengan penjepit
elektroda. Jika elektroda las tersebut didekatkan benda kerja, maka terjadi kontak yang
menimbulkan bunga api listrik yang dapat melelehkan baja, dan elektroda yang sekaligus
menjadi pengisi pada celah sambungan las. Karena elektrode ikut melebur, maka lama-lama
habis dan harus diganti dengan elektroda baru. Dalam perdagangan elektroda / batang las
terdapat berbagai ukuran diameter yaitu 2,5 mm, 3,25 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm.
Untuk konstruksi berat, sambungan las tidak diijinkan menggunakan las Karbid, tetapi harus
dikerjakan dengan las listrik dan harus dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang profesional.
Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi,
mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah
terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik
maupun mekanis dari bahan yang dilas. (Djamiko, 2008)
2.2. Prinsip-Prinsip Las Listrik
Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam menggunakan
tenaga listrik sebagai sumber panas. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan benda kerja
dapat mancapai temperatur tinggi yang dapat melelehkan sebagian bahan merupakan perkalian
antara tegangan listrik (E) dangan kuat arus (I) dan waktu (t) yang dinyatakan delam satuan, panas
joule atau kalori seperti rumus dibawah ini :
H=ExIxt
Dimana :
Desain sambungan las dan bentuk sambungan (welding joint), serta bentuk dan ukuran alur
las dalam konstruksi untuk merancang sambungan las adalah:
Kedua bagian benda yang akan disambung saling menumpang (overlapping) satu sama
lainnya.
Ada beberapa macam proses yang dapat digolongkan ke dalam proses Ias Iistrik antara lain
yaitu:
1) Las Listrik dengan Elektroda Karbon, Misalnya:
Las listrik dengan elektroda karbon tunggal.
Las listrik dengan elektroda karbon ganda.
2) Las Listrik Dengan Elektroda Logam, misalnnya:
Las-listrik dengan elektroda berselaput
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas)
Las Iistrik submerged
1. Las Listrik Dengan Elektroda Karbon
Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung
elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan
tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fluksi. (Kur,2013)
Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Logam
mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran yang halus. Pola
pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yang
digunakan. Bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda selama pengelasan
mencair dan membentuk terak yang menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan
dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.
Keuntungan dari las listrik ini yaitu proses pengelasan lebih mudah dan sederhana
dibandingkan dengan las busur yang lain, peralatan yang diperlukan lebih sederhana, ringkas
dan murah dibandingkan las busur yang lain, dan lingkup penggunaan yang lebih luas, karena
semua jenis logam dapat disambungkan dengan menggunakan proses pengelasan ini.
(Wiryosumarto, 2000)
Las Iistrik TIG menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan
tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar adalah
marupakan sumber panas untuk pengelasan. Titik cair dari alektroda wolfram sedemikian
tingginya sampai 3410oF sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai
Ias dilengkapi dangan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi
daerah Ias dari pengaruh luar pada saat pangelasan. (Kur,2013)
Sebagai bahan tambah dipakai elektroda tanpa selaput yang digerakkan dan
didekatkan ke busur lirtrik yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.
Sebagai gas pelindung dipakai argon, helium ateau campuran dari kedua gas tersebut yang
pemekaiannya tergantung dari jenis logem yang akan dilas.Tangkai las TIG biasanya
didinginkan dengan air yang bersirkulasi. Proses Ias listrik TIG ditunjukkan pada Gambar
dibawah ini. (Kur,2013)
Las MIG adalah pengelasan dengan menggunakan gas nyala yang dihasilkan berasal
dari busur nyala listrik, dipakai sebagai pencair metal yang dilas dan metal penambah Disebut
juga dengan Solid Wire. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung berupa gas kekal
(inert), CO2 dan Arcal 21. Dan juga Wire Feeder berfungsi memutar elektroda menjulur
keluar pada saat proses pengelasan berlangsung. MIG digunakan untuk mengelas besi atau
baja, sedangkan gas pelindungnya adalah menggunakan Karbon dioxida CO2.
Di dalam logam gas mulia, kawat las MIG yang digunakan berfungsi sebagai elektroda
yang diumpamakan terus menerus. Busur listriknya pun terjadi diantara kawat pengisi dan
logam induk. Gas pelindung tersebut adalah gas argon, helium yang juga bisa dicampur
keduanya. Dan untuk menetapkan busur terkadang ditembakkan gas O2 dari 2% sampai 5%
ataupun CO2 diantara 5% sampai 20%. Dengan banyaknya penggunaan las MIG sangat
menguntungkan. karena hal-hal yang disebabkan oleh pengelasan ini sangat baik. (Setiawan,
2013). Dalam hal ini operator Ias tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (helm Ias).
2.5 Parameter Pengelasan
Diameter elektroda
Diameter elektroda yang dipakai dalam pengelasan SMAW sangat mempengaruhi besar
kecilnya amper yang dipakai. Hal tersebut berhubungan dengan laju peleburan atau laju
penimbunan (fusion rate/deposition rate) dan kedalaman penetrasi (penetration). Biasanya
pada elektrode yang akan dipakai sudah direkomendasikan batasan besarnya amper, posisi
pengelasan dan polaritas yang dipakai.
Ampere
Penggunaan ampere selama proses pengelasan sangat bergantung pada besar kecilnya diamter
elektroda yang dipakai. Perusahaan pembuat elektroda sudah menetapkan besar kecilnya
amper yang dipakai, informasi besarnya amper yang dipakai biasanya ditemukan pada
bungkus elektroda.
Misalnya, ampere yang dianjurkan untuk elektroda tertentu adalah 90-100 ampere, pada
pelaksanaan latihan biasanya akan menetapkan besarnya amper di pertengahan antara kedua
batas tersebut, yaitu di 95 ampere. Sesudah mulai mengelas, pengeturan amper kembali
dilakukan sampai hasilnya baik.
o Peleburan base metal dan elektrode jelek dan terjadi slag incluision
Kecepatan pengelasan (welding speed)
Kecepatann pengelasan adalah laju dari elektroda pada waktu proses pengelasan. Kecepatan
maksimum mengelas sangat bergantung pada ketrampilan juru las (welder), posisi, jenis
elektroda dan bentuk sambungan.
Biasanya, kalau kecepatan pengelasan terlalu cepat, logam lasan menjadi dingin terlalu cepat,
menyebabkan bentuk deposit las menjadi kecil dengan puncak yang runcing. Sebaliknya, jika
kecepatan perjalanan terlalu lambat, deposit las bertumpuk-tumpuk menjadi terlalu tinggi dan
lebar. Kecepatan yang sesuai adalah bila menghasilkan deposit las baik, dengan tinggi
maksimal sama dengan diameter elektoda dan lebar tiga kali diameter elektroda.
Sudut elektroda adalah sudut posisi/kedudukan elektroda terhadap benda kerja pada saat
pengelasan. Perubahan sudut elektroda yang sangat ekstrim mempengaruhi bentuk deposit
las, oleh karena itu sudut elektroda sangat penting dalam proses pengelasan. Sudut elektroda
terdiri atas dua posisi, yaitu sudut kerja (work angle) dan sudut arah pengelasan (travel
angle). Sudut kerja adalah sudut yang terbentuk dari garis horisontal tegak lurus terhadap
arah pengelasan. Sudut arah pengelasan adalah sudut pada arah pengelasan terhadap garis
vertikal dan mungkin berubah dari 15 hingga 30 derajat.
2. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet
isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
Kabel Elektroda
Kabel Massa
Kabel Tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda.
Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah
kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las.
Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC.
3. Pemegang elektroda
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
1 Set Mesin Las Listrik
Gerinda
Penggaris/Mistar
Penjepit Elektroda
HASIL PERCOBAAN
Gambar Keterangan
Alip, M. 1989. Teori dan Praktik Las. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bachtiar. 2012. Modul Ajar Praktek Las. Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Cary Howard B, “Modern Welding Technology” Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
Q7632, USA, 1994.
Djamiko, Riswan Dwi. 2008. Modul Teori Pengelasan Logam. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Messler R.W, Jr., “Principles of Welding” John Wiley & Sons, Inc. USA, 1999.
Miller. 2012. Hand Book for Resistence Spot Welding. United States of America : Miller Electric.
Sumber Internet:
Kur, Tohir, 2013. Materi Las Dasar. http://tohirbukuajar.co.id/2013/02/materi-las-dasar.html [diakses
pada 20 September 2019 pukul 07.00 WIB]