PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh:
NPM : 1421700150
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Bertolak dari latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pengaruh pengaruh variasi kuat arus dan media pendingin pada penegelasan
SMAW material ST 41 terhadap kuat Tarik dan cacat las?
Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik dan mengetahui hasil kekuatan Tarik
optimal terhadap variasi kuat arus dan variasi media pendingin terhadap pengelasan SMAW.
1. Untuk mengetahui nilai hasil uji Tarik,yang terjadi pada proses penyambungan setelah
2. Membandingkan hasil pengelasan terhadap variasi yang telah ditentukaan pada penelitian
3. Dari data-data ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya tentang pengelasan
listrik SMAW.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mendapatkan ikatan metalurgis tersebut, logam induk (base metal) dan
logam pengisi (filler metal) harus dicairkan setempat dengan energy
panas.Penggunaan panas dalam pengelasanini, ,dan juga ada pengaruh panas terhadap
logam sekelilingnya, yang mempengaruhi sifat-sifat logam pada suatu daerah tertentu yang
dikenal dengan sebutan“ Daerah Terpengaruh Panas“ (HAZ= Heat Affected Zone).
Mesin las yang merupakan sumber tenaga pembangkit atau dikenal dengan
istilah power source, yang dilengkapi dengan dua kabel las yaitu kabel las ke
holderdan kabel las ke massa ( grounded ). Kabel las disambungkan dengan holder
dankabel massa disambungkan pada klem massa, dan posisi elektroda dijepit oleh
holderdan benda kerja dihubungkan dengan klem massa, sehingga akan membentuk
sirkuit listrik bila busur las menyala.
Ujung elektroda las digoreskan pada benda kerja las dan jarak busur las (
stick-out ) dipertahankan tetap sehingga panas dari busur listrik yang terjadi, akan
mencairkan elektroda lasdan benda kerja. Panas masukan untuk pengelasan ini dapat
Dituliskan dalam bentuk rumus sebagai berikut: H =
Dimana: H =Panas masukan( Joule/mm).
E = Voltage.I=Ampere.
V= Kecepatan pengelasan ( mm/dtk).
EI
.
Hnet EIf1
.
Las busur listrik manual adalah proses pengelasan yang memanfaatkan panas
dari busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan benda kerja las. Panas yang
dihasilkanakan mencairkan ujung kawat las dan sebagian benda kerja las dan
membentuk paduan logam las ( weldment ).Lapisan kawat las yang disebut fluksjuga
akan ikut terbakar dan akan menghasilkan gas pelindung , yang melindungi busur las
dan logam las (weldpool) dari pengaruh udara luar, agar mengurangi laju oksidasi.
Sedangkan cairan logam tersebut akan ditutupi oleh yang namanya terak/slaq pada
saat terjadi proses pendinginan logam las.
Besar arus yang dipakai berdasarkan penyetelan pada amper meter yang ada
pada mesin las dan harus disesuaikan dengan besar diameter elektroda yang akan
dipakai untuk pengelasan. Besar arus biasanya dapat dilihat pada bungkusan
elektroda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Jika pada bungkusan elektroda
tidak tercantum dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Gambar 6.Pengaruh parameter las terhadap bentuk dan penetrasi las.
Hasil pekerjaan pengelasan harus memenuhi suatu persyaratan standar dan untuk
mendapatkan suatu hasil pengelasan yang memenuhi standar, pelaksanaan pengelasan
harus mengikuti suatu spesifikasi prosedur. Maka untuk melaksanakan setiap pengelasan
harus di susun terlebih dahulu suatu prosedur yaitu suatu Rancangan Pelaksanaan
Pengelasan. Walaupun prosedur ini telah dirancang menurut ketentuan standar namun
keandalannya harus dibuktikan dengan kualifikasi yang disebut Kualifikasi Prosedure. Hal
ini dilakukan untuk menjamin bahwa hasil pengelasannya baik.
Pelaksanaan kualifikasi prosedur inijuga di atur oleh standar, yang hasil
pelaks anaannya dicacat dalam suatu catatan kualifikas i pros edur
(Procedure Qualification Record) atau PQR, yang akan mendukung suatu Spesifikasi
Prosedur Pengelasan (Welding Procedure Specifications) atau WPS.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun spesifikasi prosedur pengelasan :
1. Logam induk (Base/ParentMetals)
Pada pelaksanaan kualifikasi prosedur harus menggunakan bahan yang sama dan
harus dibuktikan dengan sertifikat material tersebut. Bahan induk yang tidak sesuai akan
dapat mengakibatkan kegagalan yang fatal dalam pengelasan. Karena tidak semua bahan
mempunyai sifat mampu las yang sama dan untuk material yang mempunyai sifat mampu
las yang kurang atau tidak baik, perlu dilakukan cara pengelasan khusus.
5. Metoda pengelasan yang akan digunakan dan banyak faktor-faktor penentu lainnya.
Perencanaan sambungan pengelasan yang benar,akan mengurangi jumlah sambungan
tanpa mempengaruhi fungsi dan kegunaannya. Pengurangan jumlah sambungan las akan
distorsi pada benda kerja. Beberapa faktor penting yang menjadi pertimbangan di dalam
2. Jenis pengelasan
b. Mesin skrap
Didalam pengelasan terdapat dua (2) cara atau metoda yang digunakan antara lain
forehand left ward welding) dan backhand (right ward welding). Pengelasan forehand lebih
mudah mengontrol prosesnya dan logam las (reinforcement) yang terbentuk lebih kecil,
lebih banyak. Ayunan (weaving) yang lebar harus dihindari karena akan mengakibatkan
sisi-sisi kampuh las terpengaruh oleh udara yang memudahkan terjadinya oksidasi.
Pendepositan Pengelasan.
Yang dimaksud dengan urutan pendepositan adalah urutan dalam menempatkan cairan
logam las pada alur pengelasan dan urutan pengelasan adalah urutan penyambungan
Urutan pendepositan.
Dalam melakukan pengelasan kedua urutan tersebut menjadi penting dan harus
Dalam urutan ini pengelasan dihentikan setelah berjalan beberapa panjang danmulai lagi
dari titik lain yang terletak di belakang titik mula dan berakhir padatitik tersebut.
Efisiensi pengerjaan lebih rendah tetapi kemungkinan terjadinya tegangan sisa dan
Urutan pendepositan ini terpusat pada suatu titik sumbu dan membagi sambungan
menjadi beberapa bagian yangs ama,dan kemudian bagian bagian ini dilas secara
bergantian (atau bersama-sama oleh beberapa juru las)dengan urutan simetris. Dengan
urutan ini deformasi dan tegangan sisa yang timbul akan simetri juga.Urutan
pendepositan loncat. Dalam urutan ini pengelasan dilakukan secara berselang pada
bagian bagian sambungan, namun agar terjadinya perubahan bentuk dan tegangan sisa
4) Urutan Pengelasan.
mengurangi terjadinya deformasi dan regangan sisa. Dasar dasar yang digunakan dalam
a. Bila pada suatu bidang terdapat banyak sambungan harus di usahakan agar
terhadap sumbu netral dari konstruksi agar gaya gaya konstruksi dalam keadaan
seimbang.
Proses pemanasan dan pendinginan yang terjadi akibat pengelasan dapat menyebab
kan perubahan sifat bahan yang terkena pengaruh panas. Maka pada pengelasan dikenal
dengan adanya daerah terpengaruh panas (Heat Affedted Zone),karenanya daerah ini perlu
mendapat perhatian
Pemanasan awal dilakukan dengan tujuan agar pada saat pengelasan berlang
sung tidak terjadi perbedaan suhu yang sangat besar antara logam dasar dan daerah
las(weld metal). Dengan pemanasan awal juga laju pendinginan dapat ditahan (tidak terlalu
cepat) ,karena pendinginan yang terlalu cepat memungkin kan terbentuknya struktur
martensit lebih banyak. Dengan pemanasan awal ini juga teg.sisa dan distorsiakan
berkurang. Pada pengelasan baja karbon, pertimbangan untuk menentukan pemanasan awal
bukan hanya kandungan unsur karbon, tetapi juga kandungan unsur-unsur lain seperti: Mn,
Si, Cr,dan Mo. Pengelasan yang dilaksanakan pada temperatur yang rendah (di bawah suhu
kamar) kemungkinan akan terjadi retak, dan untuk menghindari retakan ini perlu dilakukan
pamanasan awal. Perbandingan deposit las dengan tebal logam induk adalah suatu
pertimbangan dalam menentukan pemanasan awal. Masukan panas (heat input) yang kecil
dari deposit yang kecil pada logam indukyang tebal akan memerlukan tambahan panas,
Setelah selesai pengelasan, benda kerja masih harus mendapat perlakuan panas
yang baik juga. Untuk baja karbon misalnya, laju pendinginan ini tidak boleh terlalu cepat,
tetapilain halnya pada logam baja tahan karat, yang mengandung banyak unsur khrom (Cr)
dan unsur karbon. Pada suhu sensitisasi 426o C ~ 871o C karbon yang tidak terlarut pada
Jadi bila suhu sensitisasi ini dilewati terlalu lama, maka pembentukan Cr23C6 (khrom
karbida) akan lebih banyak lagi.Seperti diketahui Cr23C6 yang berupa endapan pada batas
butir (grainsize)yang akan menyebabkan timbulnya korosi batas butir (inter granular
juga dilakukan dengan menutup cepat,yang dapat juga dilakukan dengan menutup hasil
Las an setelah selesai pekerjaan dengan asbes atau yang sejenisnya.Perlakuan panas
pasca las ini sering dilakukan sebagai usaha untuk membebaskan tegangan (stressrelief)
Pemanasan ini dilakukan mendekati suhu rekristalisasi, namun ada dampak lain
yaitu dapat menurunkan ketangguhan (toughness) sambungan dan peristiwa ini disebut
penggetasan. Proses pembebasan tegangan ini sebenarnya adalah proses penemperan baja
(M23C6).
E=Tegangan Busur
I=Arus pengelasan ( konstan )
H=E. I
H=I2.R
H = Panas Masukan (joule)
R= Tahanan
Panjang busur yang dianggap baik lebih kurang sama dengan diameter elektroda
yang dipakai,untuk setiap posisi pengelasan tidak sama. Kestabilan tegangan ini sangat
menentukan mutu pengelasan dan kestabilan ini dapat didengar dari suara selama
pengelasan.
Menurut panjang deposit, tanpa mempertimbangkan luas maupun tebal deposit (travel
speed). Menurut luas deposit,tanpa mempertimbangkan tebal deposit. Menurut jumlah
deposit yang diperoleh.
Pada mesin las jenis generator, umumnya menggunakan jenis arus las searah
dengan pembangkit dapat berupa : motor listrik, motor diesel, ukurannya besar
danberat. Sedangkan mesin las transformer, umumnya menggunakan trafo las yang
besar,sehingga tidak mudah untuk mengatur jarak busur (stick out) dan arus las yang
digunakan relative tidak stabil, tetapi daya yang dihasilkan umumnya besar, dengan
konsumsi listrik yang juga besar. Untuk mesin las jenis rectifier / thyristor umumnya
digunakan pada jenis pengelasan yang menggunakan gas pelindung (innert gas)
seperti:argon, helium, CO2 dan lain sebagainya.
Mesin las jenis rectifier /thyristor umumnya relative stabil dalam
menghasilkan busur las,dan biasanya mempunyai dimensi yang besar dan berat.
Sedangkan untuk jenis Inverter, busur las yang dihasilkan sangat stabil, presisi,
danbanyak yang mempunyai ukuran yang kecil dan ringan, sehingga untuk pekerjaan
konstruksi yang membutuhkan mobilitas, jenis mesin las ini sangat cocok
digunakan.Ada beberapa faktor penting yang harus di ingat didalam pemilihan mesin
las yang akan digunakan, diantaranya seperti:
a. Besar ampere
b. Duty Cycle pada mesin las
c. Jumlah power out-put yang diperlukan
d. Ongkos Mula
e. Fleksibilitas untuk perubahan jenis arus las pada saat akan digunakan
f. Power Consumption.
Dari beberapa faktor diatas tersebut, sedikit banyak akan membantu kita didalam
pemakaian mesin las yang tepat guna.
Jenis arus las DC atau dikenal dengan istilah polaritas searah, yang dibagi lagi
dalam dua (2) jenis arus las yaitu :
1. Jenis arus las DCSP ( Direct Current Straight Polarity)
2. Jenis arus las DCRP (Direct Current Reversed Polarity)
3. Jenis arus las AC ( Alternating Current ), yang dikenal dengan istilah arus las
bolak-balik.
Panjang busur (thearc length) ditentukan dengan tangan dan pada waktu jarak
elektroda terhadap benda kerja berubah, panjang busur akan berubah juga. A certain
amperage di set pada mesin, dan arus ini di tahan secara konstan (constant current)
dan tegangan secara otomatis di atur oleh sumber daya.
Dalam beberapa kasus,pengelasan dibentuk/dihasilkan dengan arus langsung DC ):
1) DC- contoh :elektroda rutil, mudah dilas,terutama juga cocok untuk AC.
2) DC + contoh : elektroda basa, lebih sulit di las, terutama elektroda tingkat tinggi
Dipengelasan DC, terjadi”arcbloweffect”(defleksi dari busur oleh electromagnetic
fields).Hal ini menyebabkan peningkatan spattering, yang membuat pada bagian
ujung benda kerja.Operator/juru las(welders) berpengalaman dapat menanggulangi”
the arcblow effect ” secara efektif.
2.3. Elektroda
2.3.1 Fungsi Elektroda.
1) Merupakan Sebagai pelindung busur las dari pengaruh udara luar seperti oksigen,
menggunakan bahan tambah (filler metal). Bagian yang sangat penting dalam las
busur listrik adalah elektroda. Jenis elektroda yang digunakan akan sangat menetukan
hasil pengelasan.
Sumbu elektroda (kawatlas) merupakan logam pengisi yang akan meleleh bersama-
sama dengan bahan induk dan kemudian membeku membentuk kampuh las.
Membuat terak pelindung sehingga dapat mengurangi kecepatan pendinginan, hal ini
bertujuan agar hasil lasan yang terjadi tidak getas dan rapuh.
Memberikan sifat-sifat khusus terhadap hasil las-lasan dengan cara menambahkan zat-
zat tertentu yang terkandung dalam fluks. Menstabilkan terjadinya busur las (arc
mengontrol ukuran dan frekuensi tetesan logam cair (drople). Memungkin kan
AWS mengidentifikasi filler metal dalam bentuk huruf huruf dan angka-angka,
pengelasan yang paling tepat untuk jenis filler tertentu , jenis arus , dan bahan
X1 X2 X3 X4 X5 X6
digit1 digit2 digit3 digit4 digit5
kg
kemampuan :Kekuatantarik56 2.
mm
Pemuluran 14%.
Ketahanan bentur 7 kgm/cm2.
Tipe selaput : Rutile tebal, efisiensi las 160% x berat kawat
intinya.Posisi pengelasan : dibawah tangan, vertikal dan horizontal las
isi.Sumber arus DC - /AC tegangan 70 volt.
Mesin uji tarik untuk material yang terdiri atas beberapa bagian, Bagian atas
disebut sebagai Crosshead, atau bagian yang bergerak yang menarik benda uji,
Sepasang ulir cylinder akan membawa atau menggerakan bagian crosshead. Sementara
itu di bagian bawah di buat static. dibagian crosshead terdapat sensor loadcell yang akan
mengukur besarnya gaya tarik, sedangkan untuk mengukur perubahan panjang digunakan
strain gages atau extensometer.
Dengan menarik suatu bahan kita akan mengetahui bagaimana bahan tersebut
bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah
panjang.
2.4.3 Percobaan Uji Tarik
a. Persiapan Alat
1. Mesin Uji Tarik
b. Persiapan Bahan
c. Uji Tarik
1. Mengukur benda uji dengan ukuran standar.
2. Mengkur panjang awal (Lo)
3. Nyalakan mesin uji tarik, kemudian posisikan spesimen uji tepat didalam pengkait uji tarik.
4. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala.
5. Benda putus, proses pengeluaran benda.
2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Benda Uji
Diantaranya :
1. Kadar Karbon
Penambahan kadar karbon akan meningkatkan kekerasan suatu bahan. Hal ini
menyebabkan kekuatan bahan juga meningkat, namun pertambahan % C hanya sampai +- 1%
2. Heat Treatment
Heat treatment berpengaruh pada bentuk butiran. Bentuk butiran kecil maka daya tarik
antar atom semakin besar sehingga kekuatan tarik menjadi besar, sedangkan butiran besar maka
daya tarik antar atom semakin kecil sehingga kekuatan tarik menjadi kecil.
3. Bidang Slip
Logam dan paduannya berdeformasi degan geseran plastis/ slip dimana atom bergeser
terhadap bidang atom didekatnya. Deformasi geser ini akan terjadi apabila ada gaya tekan atau
tegangan, karena gaya-gaya tersebut dapat diuraikan menjadi tegangan geser. Slip dapat terjadi
dengan lebih mudah dalam arah Kristal atau bidang tertentu.
Dalam uji tarik biasa, gerakan kepala silang mesin penguji memaksa benda uji berada
dipenjepit. Sebab penjepit harus tetap sebaris. Karena benda uji tidak dapat berubah bentuk secara
bebas dengan luncuran merata ditiap-tiap bidang slip sepanjang ukuran benda uji.
Homogenitas suatu bahan atau material akan terpengaruh akan terpengaruh terhadap gaya
ikatan antar atomnya. Untuk material dengan tingkat homogenitas yang tinggi maka gaya ikat
antar atom juga tinggi sehingga kekuatan tariknya juga tinggi.
5. Ayunan tangan kurang merata, waktu ayunan pada saat disamping terlalu cepat.
Menyesuaikan arus pengelasan, Anda dapat melihat ampere yang direkomendasikan di bungkus
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang lubang kecil
pada weld metal (logam las), dapat berada pada permukaan maupun didalamnya. Porosity ini
mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.
Adanya zat pengotor pada benda kerja (karat, minyak, air dll).
Pastikan elektroda yang digunakan sudah dioven (jika disyaratkan), jangan sampai kawat
Untuk material tertentu panas tidak boleh terlalu tinggi, sehingga perlu perlakukan panas.
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam hasil lasan.
Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan, yang sering terjadi pada
daerah stop and run (awal dan berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat ini kita harus
Pastikan lasan benar benar berseih dari slag sebelum mengelas ulang.
Ampere disesuaikan dengan prosedur.
Cacat las Tungsten Inclusion adalah cacat pengelasan yang diakibatkan oleh
mencairnya tungsten pada saat proses pengelasan yang kemudian melebur menjadi satu dengan
weld metal, cacat ini hampir sama dengan slag inclusion namun saat diuji radiografi tungsten
inclusion berwana sangat terang (karena berat jenisnya lebih besar dibanding logam lasnya).
Untuk jenis cacat las ini hanya terjadi pada proses pengelasan GTAW.
Penyebab Tungsten Inclusion:
Incomplete Penetration (IP) adalah sebuah cacat pengelasan yang terjadi pada daerah root
atau akar las, sebuah pengelasan dikatakan IP jika pengelasan pada daerah root tidak tembus atau
Incomplete Fusion
Cacat Incomplete Fusion adalah sebuah hasil pengelasan yang tidak dikehendaki karena
ketidak sempurnaan proses penyambungan antara logam las dan logam induk. Cacat ini biasanya
Spatter adalah percikan las, sebenarnya jika spater dapat dibersihkan maka tidak termasuk
cacat. Namun jika jumlahnya berlebih dan tidak dapat dibersihkan maka dikategorikan dalam
cacat visual.
Elektroda lembab.
Cara mencegah terjadinya cacat pengelasan Over Spatter:
Elektroda dioven sesuai dengan handbook (khususnya kawat las low hidrogen).
Hot Crack (retak panas) adalah sebuah retak pada pengelasan dimana retak itu terjadi
setelah proses pengelasan selesai atau saat proses pemadatan logam lasan.
Menggunakan elektroda yang sesuai dengan WPS atau Low Hidrogen yang mempunyai sifat
Cold Cracking (retak dingin) adalah sebuah retak yang terjadi pada daerah lasan setelah
beberapa waktu (memerlukan waktu, bisa 1 menit, 1 jam, atau 1 hari) proses pengelasan selesai.
Biasanya untuk mengecek adanya crack dilakukan uji tidak merusak yaitu dengan uji Penetrant
Travel speed pengelasan tidak terlalu cepat (lihat wps yang ada).
Lakukan pre heat (untuk material yang karbon ekuivalen diatas 0,40 maka harus
dipreheat).
2.1.9 10. Distorsi.
Distorsi (SlideShare)
diakibatkan panas yang berlebih saat proses pengelasan berlangsung. Distorsi ini terjadi saat
proses pendinginan, karena adanya panas yang berlebih maka material dapat mengalami
penyusutan atau pengembangan sehingga akan tarik menarik dan membuat material tersebut
melengkung.
Take weld (las ikat) ditambah atau memberikan stopper (penguat pada logam induk).
Melakukan Persiapan pengelasan yang benar.
@circuit.bcit.ca
Arc Strike adalah cacat las yang diakibatkan menempelnya ujung kawat las kedaerah logam las
atau base metal secara singkat, biasanya hal ini tidak disengaja oleh tukang las. Cacat las Arc
Strike ini sangat berbahaya bagi kekuatan logam, karena dapat mengurangi nilai ketangguhan dan
Berkurangnya kekuatan dan ketangguhan dikarenakan material tersebut mengalami laju pendingan
yang cepat, terdapat daerah HAZ dan juga berkurang ketebalan material. Meskipun begitu masih
banyak tukang las atau welder yang masih belum memperhatikan akan dampak buruk adanya arc
strikes.
2.1.11 Underfill.
Cacat yang terjadi pada permukaan, pada permukaan lasan pengisian masih kurang
sehingga permukaan benda kerja lebih tinggi dari daerah lasan atau kampuh las. Untuk
mengatasinya dilakukan proses pengelasan lagi pada area tersebut atau diratakan semua daerah las
Cacat Las yang tidak fusi di antar layer atau pass weld metal, cacat ini terjadi dapat
dikarenakan arus yang terlalu rendah, sudut elektroda yang tidak tepat dan pengelasan terlalu
cepat.
2.1.13 14. Misalignment (hi-lo).
Ketinggian antara plat yang dijoint berbeda atau tidak rata. Hal ini disebabkan karena
persiapan pengelasan yang tidak tepat. Untuk mengatasinya material dipotong dan dipersiapkan
kembali secara benar, jika tidak diperbolehkan maka daerah lasan digerinda sampai habis dan
Hasil pengelasan pada daerah akar las terlalu tinggi, maksimal ketinggian akar las adalah 2
mm dan minimum rata atau 0. Penyebabnya dapat karena gap terlalu lebar, arus pengelasan terlalu
Overlap dapat terjadi pada permukaan dan akar las, cacat ini terjadi jika hasil lasan
lebarnya melebihi dari kampuh las dan pada ujungnya tidak fusi dengan logam induk. Penyebab
Cacat Las Root Concavity adalah kurang sempurnanya hasil pengelasan pada daerah akar
atau hasil pengelasan penetrasi berbentuk cekung. Seperti terlihat pada gambar, akar las yang
seharusnya muncul sekitar 0-3 mm namun hasil penetrasi tidak sempurna dan berbentuk cekung.
Penyebab Root Concavity biasanya dikarenakan persiapan sebelum pengelasan yang kurang
baik, seperti root gap yang terlalu sempit, pengaturan arus yang kurang tepat (biasanya terlalu
kecil), arus las yang terlalu besar juga menyebabkan root concavity, travel speed atau kecepatan las
yang terlalu tinggi. Jenis cacat ini biasanya terjadi pad proses TIG namun tidak menutup
Untuk cara mengatasinya Anda harus mempersiapkan sambungan dengan baik, Anda dapat
melihat wps untuk ketentuan sambungannya, arus pengelasan dan kecepatan las yang sesuai agar
Jika cacat ini sudah terjadi pada produk maka Anda dapat melakukan grinding atau gouging
pada bagian yang cekung. Setelah itu Anda las ulang, umumnya proses ini disebut dengan Back
Weld.
Pin Hole merupakan jenis weld defect yang mirip dengan porositas, namun yang
membedakannya adalah pososity bisa terjadi di bagian permukaan dan di dalam lasan. Sedangkan
Pin Hole hanya terjadi pada bagian permukaan, mempunyai kedalaman lebih dari 3 mm dan
diameter kurang dari 1 mm.
Penyebab Pin Hole karena udara masuk ke dalam weld pool saat dan juga terbentuknya gas
NO2, CO2, SO2 dan CO. Untuk Cara mengatasinya Anda bisa menggerindanya atau gouging
hingga hilang kemudian dilas kembali.
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Alur Penelitian
Penelitian ini berawal dari sebuah tugas membuat jurnal pengelasan, jurnal yang berjudul
kajian hasil proses pengelasan mig dan smaw pada material st41 dengan variasi media pendingin
(air, collent, dan es) terhadap kekuatan tarik. Berakar dari tugas tersebut penulis memiliki ide
bagaimana jika metode dalam pengerjaan dilakukan pada analisa pengelasan smaw pada material
st 41 dengan variasi 3 pendingin (air, collent, dan es) dan 3 arus (80 a, 85 a, 90 a) terhadap
kekuatan tarik, apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan Tarik ?
Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada pengamatan pengelasan baja ST-41
guna dijadikan refrensi atau masukan untuk melakukan rancangan atau sebagai refrensi untuk
dijadikan penelitian berikutnya.
Sebelum mengadakan penelitian penulis merancangkan beberapa hal yang akan dipakai
dalam melakukan penelitian nanti sebagai berikut.
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menyiapkan bahan uji yang akan dilakukan proses
pengelasan. Sebelum dilakukan proses pengelasan, matrial diukur dengan sesuai dengan dimensi
pada standat uji Tarik JIS Z 2201.
Pengukuran dilakukan dengan memberikan goresan pada benda uji lalu peroses pemotongan telah
selesai baru dilakukan proses pengelasan.kemudian material didingingan menggunakan pendingin
yang sudah ditentukan sebelum dilakukan proses perataan permukaan hasil pengelasan dan
kemudian dilakukan pengujian mekanik dari material. pengujian Tarik dilakukan sampai prosedur
sebagai berikut:
3.1.8 Pengujian
Dalam pengujian spesimen yang akan dilakukan pengujian Tarik. Pengujian Tarik
dilakukan pada spesimen dengan ukuran standart JIS Z 2201.
3.1.10 Analisa
Setelah semua data dari pengujian tersebut selesai dibuat, selanjutnya adalah dilakukan
perhitungan terhadap data-data tersebut berdasarkan rumus-rumus yang ada dalam dasar teori yang
telah di tukis di depan, sehingga dari perhitungan dengan rumus tadi bias dijadikan rumus analisa
dan mengetahui bagaimana pengaruh sifat mekanis pada sambungan las terhadap material 41?
PENUTUP
A. Simpulan
Tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik pada hasil pengelasan SMAW pada
material baja ST 41 dengan menggunakan variasi media pendingin ( air, es, dan collen ) den
menggunakan 3 arus (80 A, 85 A, 90 A) serta untuk mengetahui media pendingin apa yang sesuai
agar mendapatkan nilai kekuatan tarik yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Januar, A. 2016. Kajian Hasil Proses Pengelasan SMAW pada Material ST 41 dengan Variasi Media
Pendingin (Air, Collent, dan Es) terhadap Kekuatan Tarik. Jurnal Teknik Mesin, Vol. IV, No. 02.
Nugroho, Adi & Eko Setiawan. 2018. Pengaruh Variasi Kuat Arus Pengelasan terhadap Kekuatan Tarik
dan Kekerasan Sambungan Las Plate Carbon Steel ASTM 36. Jurnal Rekayasa Sistem Industri,
Vol. III, No.0 2.
Pujo, Imam & Sarjito. 2008. Analisis Kekuatan Sambungan Las SMAW (Shieled Metal Arc Welding)
pada Marine Plate ST 42 akibat Faktor Cacat Porositas dan Incomplete Penetration. KAPAL, Vol. V,
No. 02.
Sugestian, M. Rizaldy. 2019. Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Vertical, Horizontal, Down
Hand pada Plate Baja JIS 3131SPHC dan Stainless Steel 201 dengan Aplikasi Piles Transfer di
Mesin Thermoforming (Stacking Unit). Jurnal Skripsi Institut Teknologi Nasional Malang.