Anda di halaman 1dari 33

MODUL 5

LAS SMAW (1F, 2F dan


1G)
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak
dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam
rekayasa dan reparasi logam. Pembangunan konstruksi dengan logam pada masa
sekarang ini banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang
bangun karena sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan yang
secara teknis memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar
diperoleh sambungan dengan kualitas yang baik. Lingkup penggunaan teknik
pengelasan dalam konstkruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka
baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.
Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga kelompok
yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan cair adalah
suatu cara pengelasan dimana benda yang akan disambung dipanaskan sampai
mencair dengan sumber energi panas. Cara pengelasan yang paling banyak
digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur listrik) dan gas. Jenis
dari las busur ada 4 yaitu las busur dengan elektroda terbungkus, las busur gas
(TIG, MIG, las busur CO²), las busur tanpa gas dan las busur rendam. Jenis dari
las busur elektroda terbungkus salah satunya adalah Shielded Metal Arc Welding
(SMAW).
Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) merupakan proses
penyambungan logam dengan cara mencairkan logam induk menggunakan energi
panas. Panas yang diakibatkan pada proses pengelasan bisa mencapai suhu
1500°C. Hasil dari pemanasan tersebut menyebabkan setiap titik didaerah hasil
pengelasan akan mengalami pemanasan yang berbeda. Fenomena tersebut akan
menyebabkan struktur mikro di masing-masing daerah memiliki karakteristik
yang berbeda-beda tergantung pada laju pendinginan yang dialaminya (Snowman,
2004).
Faktor yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan, prosedur
pengelasan meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan
spesifikasi dengan menentukan semua hal yang diperlukan. Faktor produksi
pengelasan adalah jadwal pembuatan, persiapan pengelasan (meliputi; pemilihan
mesin las, penunjukan juru las, pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh)
(Wiryosumarto, 2000).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Pengelasan SMAW?
2. Apa saja macam-macam perkakas tangan yang digunakan dalam
pengelasan SMAW?
3. Apa saja APD yang digunakan untuk pengelasan SMAW?
4. Bagaimankah menggunakan alat-alat bubut yang baik dan benar?
5. Bagaimana pengaruh posisi pengelasan SMAW terhadap kekuatan tarik
baja karbon rendah ?
6. Bagaimana pengaruh posisi pengelasan SMAW terhadap struktur mikro
baja karbon rendah?

1.3. Maksud Dan Tujuan


1. Mahasiswa dapat mengerti pengoperasian pengelasan
2. Mahasiswa dapat membedakan las SMAW 1F, 2F DAN 1G
3. Mahasiswa mengetahui teknik-teknik dalam pengelasan

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Praktikum yang akan dilaksanakan adalah


sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang praktikum yang dilakukan, mengapa
praktikum dilakukan (tujuan dilakukannya praktikum), manfaat dari
dilakukan praktikum serta inovasi akademis secara visual yang
dihasilkan setelah praktikum dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan tentang pengertian dan dasar teori atas kegiatan yang akan
dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang sistematika penelitian dan alur penelitian yang akan
dilakukan, membahas spesifikasi dan pengoperasian alat yang akan
digunakan dan teknis metode tahapan dalam mengumpulkan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas tentang hasil praktikum penelitian yang dilakukan meliputi
pengolahan data yang didapat saat pengujian, memberikan hasil
praktikum penelitian berupa penyajian tabel, grafik, dan data – data
perhitungan yang telah dinarasikan. Sehingga memudahkan pembaca
untuk memahami.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran terkait dengan
penelitian yang telah dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengelasan

Pengertian Sistem Pengelasan Pengelasan merupakan proses


penyambungan logam dengan memanfaatkan tenaga listrik sebagai sumber
panasnya. Pengelasan dengan tenaga listrik dibedakan menjadi dua, yaitu las
tahanan listrik dan las busur nyala listrik. Las tahanan listrik adalah proses
pengelasan yang dilakukan dengan jalan mengalirkan arus listrik melalui bidang
atau permukaan benda yang akan disambung. Kemudian dengan tekanan yang
akan diberikan, kedua bahan akan menyatu. Sedangkan las busur nyala listrik
adalah pengelasan dengan cara mengubah arus listrik menjadi panas untuk
melelehkan atau mencairkan permukaan benda kerja dengan membangkitkan
busur nyala listrik melalui sebuah elektroda. Arus yang digunakan untuk
pengelasan dapat berupa arus AC maupun DC, tergantung mesin las yang dipakai.

Dalam konstruksi yang menggunakan bahan baku logam, hampir


sebagian besar sambungan-sambungannya dikerjakan dengan cara pengelasan.
Sebab dengan cara ini dapat diperoleh sambungan yang lebih kuat dan lebih
ringan dibanding dengan keling. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat
juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk membuat pagar rumah, balkon,
tralis, dan macam-macam reparasi lainnya.

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan


sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik.Karena rancangan las
dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat
las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.

Pengelasan dapat diartikan dengan proses penyambungan dua buah


logam sampai titik rekristalisasi logam, dengan atau tanpa menggunakan bahan
tambah dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas.
Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari benda atau logam yang
dipanaskan. Karena itu didalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta
mendampingi praktek, secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan
kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula
tentang cara 6 pengelasan. Berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau
mesin yang dirancang.

2.2. Fungsi Pengelasan


Fungsi Pengelasan Las busur listrik atau pada umumnya disebut las
listrik termasuk suatu proses penyambungan logam dengan mengunakan tenaga
listrik sebagai sumber panas. Jadi sumber panas dari listrik di timbulkan oleh
busur api arus listrik dengan cara dikonsletkan, antara electroda las dan benda
kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las, maka
dari itu benda kerja harus bersifat konduktor. Electroda mencair bersama sama
dengan benda kerja akibat dari busur api arus listrik. Gerakan api busur listrik di
atur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan electroda yang mencair, setelah
dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar di pisahkan.

2.3. Posisi Pengelasan


Posisi dalam pengelasan atau sikap pengelasan yaitu pengaturan posisi
atau letak gerakan elektroda las. Posisi pengelasan yang digunakan biasanya
tergantung dari letak kampuh-kampuh atau celah-celah benda kerja yang akan
dilas.
Posisi-posisi dalam pengelasan terdiri dari :
1. Posisi di bawah tangan (down hand position).
Posisi dalam pengelasan ini adalah posisi yang paling mudah
dilakukan. Posisi ini dilakukan untuk pengelasan pada permukaan datar
atau permukaan agak miring, yaitu letak elektroda berada di atas benda
kerja.
2. Posisi mendatar (horizontal position).
Mengelas dengan posisi mendatar merupakan pengelasan yang
arahnya mengikuti arah garis mendatar/horizontal. Pada posisi ini
kemiringan dan arah ayunan elektroda harus diperhatikan, karena akan
sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Posisi benda kerja biasanya berdiri
tegak atau agak miring sedikit dari arah elektroda las. Pengelasan posisi
mendatar sering digunakan untuk pengelasan benda-benda yang berdiri
tegak. Misalnya pengelasan badan kapal laut arah horizontal.
3. Posisi tegak (vertical position).
Mengelas dengan posisi tegak merupakan pengelasan yang arahnya
mengikuti arah garis tegak/vertikal. Seperti pada horizontal position pada
vertical position, posisi benda kerja biasanya berdiri tegak atau agak
miring sedikit searah dengan gerak elektroda las yaitu naik atau turun.
Misalnya pengelasan badan kapal laut arah vertikal.

4. Posisi di atas kepala (over head position).


Posisi pengelasan ini dilakukan untuk pengelasan pada permukaan
datar atau agak miring tetapi posisinya berada di atas kepala, yaitu letak
elektroda berada di bawah benda kerja. Misalnya pengelasan atap gudang
bagian dalam.

Macam-macam Posisi Las :


a. Posisi pengelasan untuk Fillet Welds Plate:
 PA / 1F (Posisi pengelasan datar atau down hand).
 PB / 2F (Posisi pengelasan horizontal – vertical atau mendatar).
 PF / 3F (Posisi pengelasan vertical up dengan arah naik).
 PG / 3F (Posisi pengelasan vertical down dengan arah turun).
 PD / 4F (Posisi pengelasan di atas kepala atau overhead).

Gambar Pengelasan fillet welds plate


b. Posisi Pengelasan untuk Groove Welds Plate:
 PA / 1G (Posisi pengelasan datar atau posisi down hand).
 PC / 2G (Posisi pengelasan horizontal atau mendatar).
 PF / 3G (Posisi pengelasan vertical up dengan arah naik).
 PG / 3G (Posisi pengelasan vertical down dengan arah turun).
 PE / 4G (Posisi pengelasan di atas kepala atau Overhead).

Gambar Pengelasan groove welds plate

2.4. Peralatan Las Busur Manual

Peralatan las busur manual terdiri dari peralatan utama, peralatan bantu
serta keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk dapat melakukan proses
pengelasan dengan baik, maka peralatan tersebut perlu dilengkapi sesuai dengan
kebutuhan pengelasan.

Peralatan utama adalah alat-alat yang berhubungan langsung dengan


proses pengelasan; sehingga dengan tidak adanya salah satu dari peralatan
tersebut, maka pengelasan tidak dapat dilakukan. Secara umum peralatan
utama dalam proses las busur manual diantaranya: mesin las, kabel las, tang las
(holder) dan klem masa.
Gambar 24: Peralatan utama las busur manual

Alat-alat bantu yang diperlukan dalam pekerjaan las busur manual


setidaknya terdiri dari: palu terak (chipping hammer), sikat baja dan tang
penjepit (smit tang). Berikut ini adalah gambar atau ilustrasi sebuah ruang las
beserta perlengkapannya dapat dilihat pada (Gambar 25).

gambar 25: Ruang las busur manual dan perlengkapannya


2.5. Komponen – komponen mesin las
Berikut ini adalah komponen-komponen dari mesin las beserta fungsi
penggunaanya
1. Mesin las
Mesin las adalah perangkat utama dalam pengelasan listrik. Ini
menghasilkan arus listrik yang diperlukan untuk membentuk busur listrik
antara elektroda dan bahan kerja. Mesin las juga mengatur pengaturan arus
dan voltase yang dibutuhkan untuk jenis pengelasan tertentu.

Gambar 2.1 : Mesin las


2. Kabel massa
Kabel massa adalah kabel yang menghubungkan mesin las ke bahan
kerja atau bagian yang akan dihubungkan. Kabel ini mengalirkan arus listrik
negatif dari mesin las ke material yang akan dilas, membantu menutup sirkuit
listrik dan membentuk busur listrik.

Gambar 2.2 : Kabel massa


3. Klem massa
Klem massa adalah komponen yang terpasang pada ujung kabel
massa. Fungsinya adalah untuk mengamankan kabel massa dengan kuat ke
material yang akan dilas. Klem massa memastikan kontak yang baik dan
stabil antara material dan kabel massa, sehingga arus listrik dapat mengalir
dengan lancar.

Gambar 2.3 : Klem massa

4. Kabel elektroda
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan mesin las ke
pemegang elektroda atau holder. Ini membawa arus listrik positif dari mesin
las ke elektroda, yang diperlukan untuk membentuk busur listrik.

Gambar 2.4 : Kabel elektroda


5. Elektroda las
Elektroda adalah batang logam yang digunakan sebagai pengantar
arus listrik ke titik-titik yang akan dihubungkan. Ujung elektroda terdekat
dengan bahan kerja akan meleleh saat busur listrik terbentuk, dan titik
lelehan inilah yang menyatukan material yang akan dilas.

Gambar 2.5 : Elektroda las

6. Holder
Pemegang kawat las, juga dikenal sebagai holder, adalah perangkat
yang digunakan untuk memegang elektroda dan menghubungkannya dengan
kabel elektroda. Pemegang kawat las dirancang untuk memberikan stabilitas
dan kemudahan penggunaan saat mengoperasikan elektroda selama proses
pengelasan.

Gambar 2.6 : Holder


2.6. Alat-alat Bantu Las Busur Manual
Terdapat beberapa alat bantu untuk mendukung kegiatan
pengelasandengan las busur manual, diantaranya:
1. Palu terak (Chipping Hammer)
Palu terak (chipping hammer) adalah salah satu alat bantu las busur
manual yang digunakan untuk membersihkan terak-terak pada setiapselesai
suatu pengelasan atau pada waktu akan menyambung suatu jalur las yang
terputus (Gambar 35). Palu terak mempunyai ujung- ujung yang berbentuk
pahat dan runcing. Ujung yang runcing dipakai membuang rigi-rigi pada
bagian yang berbentuk sudut, sedangkan ujung yang berbentuk pahat
dipergunakan pada permukaan rigi-rigi yang rata.

Gambar 35: Palu terak

2. Sikat baja (Wire Bush)


Untuk membersihkan bagian-bagian terak yang ketinggalan setelah
diketok dengan palu terak, selanjutnya disikat dengan sikat kawat baja.
Sehingga rigi-rigi las benar-benar bersih bebasdari terak, selain itu alat ini
juga dapat digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum
dilas.

Gambar 36: Sikat baja


3. Tang Penjepit (Smith Tang)
Untuk memegang benda kerja yang panas setelah dilakukan
pengelasan, dipergunakan alat (tang) penjepit dengan alternatif macam-
macam bentuk, seperti bentuk mulut rata, mulut bulat,mulut srigala atau
mulut kombinasi.

Gambar 37: Tang penjepit

4. Alat Penjepit Pengelasan (Welding Clamp)


Pada konsidi tertentu, benda kerja yang akan dilakukan pengelasan
harus dilakukan pengikatan agar posisi dan hasil penyetingan tidak
berubah. Terdapat beberapa macam alat penjepit yang digunakan sebagai
alat bantu pengikatan benda kerja pada saat proses pengelasan, yang
masing-masing memiliki fungsinya berbeda-beda. Penetapan jenis alat
penjepit pengelasan, tergantung dari bentuk/profil benda kerja dan posisi
pengelasannya. Beberapa contoh alat penjepit pengelasan dapat dilihat
pada (Gambar 38) dan beberapa contoh penggunaannya dapat dilihat pada
(Gambar 39).

Gambar 38: Beberapa contoh alat penjepit pengelasan


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat

1. Waktu
Praktkum proses manufaktur dillaksanakan pada hari Senin, Pukul
08:00 – Selesai
2. Tempat
Bertempat di Laboratorium Proses Manufaktur Universitas Medan area.

Gambar 3.1 Waktu dan tempat


3.2. Diagram Alir Praktikum
Dalam alur praktikum dijelaskan mengenai prosedur teknis pelaksanaan
praktikum yang dilaksanakan menggunakan gambar bagan seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2: Diagram alir praktikum


3.3. Alat Yang Digunakan

1. Mesin las
Mesin las adalah perangkat utama dalam pengelasan listrik. Ini
menghasilkan arus listrik yang diperlukan untuk membentuk busur listrik
antara elektroda dan bahan kerja. Mesin las juga mengatur pengaturan arus
dan voltase yang dibutuhkan untuk jenis pengelasan tertentu.

Gambar 2.1 : Mesin las

2. Elektroda las
Elektroda adalah batang logam yang digunakan sebagai pengantar
arus listrik ke titik-titik yang akan dihubungkan. Ujung elektroda terdekat
dengan bahan kerja akan meleleh saat busur listrik terbentuk, dan titik
lelehan inilah yang menyatukan material yang akan dilas.

Gambar 2.5 : Elektroda las

3. Palu terak (Chipping Hammer)


Palu terak (chipping hammer) adalah salah satu alat bantu las busur
manual yang digunakan untuk membersihkan terak-terak pada setiapselesai
suatu pengelasan
Gambar 35: Palu terak

5. Sikat baja (Wire Bush)


Untuk membersihkan bagian-bagian terak yang ketinggalan setelah
diketok dengan palu terak, selanjutnya disikat dengan sikat kawat baja.
Sehingga rigi-rigi las benar-benar bersih bebasdari terak, selain itu alat ini
juga dapat digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum
dilas.

Gambar 36: Sikat baja

6. Kacamata las
Kacamata las fungsinya adalah untuk meredam cahaya, kacamata ini
juga sering disebut kacamata las untuk melindungi mata dari kilatan cahaya
ekstrem dan radiasi panas.
Gambar Kacamata las

7. Sarung Tangan Kulit (Leather Welding Gloves)


Sarung tangan sangat penting digunakan dalam pengelasan.
Bahansarung tangan harus berkualitas baik sebab harus mampu merendam
panas pada proses pengelasan akibat cipratan cairan las dan terkelupasnya
terak yang ada pada bagian luar l;ogam. Sarung tangan harus terbebas dari oli
atau bahan pelumas, karena dapat terjadi persenyawaan dengan oksigen pada
tekanan rendah sehingga menimbulkan ledakan keras. Bahan sarung tangan
tersebut dari kulit dicampur asbes atau bahan anti panas.

Gambar 46: Sarung tangan


8. Apron
Apron digunakan untuk menghindari terbakarnya pakaian kerja karena
percikan cairan logam, goresan benda-benda panas dan cahaya yang timbul
dari lasan. Bahan apron harus terbuat dari kulit atau kulit campur dengan
asbes Bahan jenis ini paling baik untuk alat pelindung akibat panas, karena
mempunyai daya serap panas yang lambat (Gambar 42).

Gambar 42: Apron dan contoh penggunaannya

3.4. Prosedur Praktikum


Prosedur dalam melaksanakan praktikum proses manufaktur yaitu :
1. Praktikan diwajibkan memahami modul dari percobaan yang akan
dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Setiap praktikan wajib menjaga ketenangan ruangan, fokus selama
praktikum berlangsung.
3. Praktikan diwajibkan untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan lab
selama proses praktikum.
4. Selama berada di lab, handphone dalam kondisi diam (silent) atau mati
dan tidak diperkenankan mengoperasikan handphone.
5. Setiap praktikan harus menggunakan pakaian standar perkuliahan.
6. Praktikan wajib melakkukan absensi online pada aplikasi sais uma.
3.5. Teknik Melaksanakan Praktikum

Teknik dalam melaksanakan praktikum proses manufaktur yaitu :


1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan
kerak pada permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk
hasil yang optimal
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik
itu memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Mengatur
kerapatan di antara dua bahan. Pakai klem bila diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas.
Tambahkan elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang
kemiringan elektroda sesuaikan dengan urutan bahan. Umumnya sudah
ada tempat khusus kemiringan elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda
pada bahan yang akan dilas
5. Jarak di antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangatlah
mempengaruhi kualitas pengelasan. Bila jarak begitu jauh, akan muncul
percikan seperti hujan bintik-bintik api. Proses pengelasan pun tidak
prima. Bila jarak begitu dekat, api tidak menyala dengan sempurna. Serta
tidak ada cukup jarak untuk tempat lelehan elektroda. Jarak yang baik
adalah seperdelapan dari tebal elektroda.
6. Dengan memakai masker pelindung atau kacamata las, anda bisa
memperhatikan sisi elektroda yang telah mencair yang menyatukan di
antara dua bahan yang dilas itu. Perlahan-lahan gerakan elektroda ke
sepanjang ruang yang dilas.
7. Hasil yang baik waktu proses pengelasan bisa dilihat kala permukaan yang
dilas berupa seperti gelombang rapat serta teratur menutup sempurna sisi
yang dilas.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan
memakai palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna.
Bila belum sempurna, ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik
tersebut. Pada beberapa kasus, bahan yang telah dilas harus di gerinda bila
pengelasan tidak sempurna. Tetapi bila tidak fatal, kita cukup mengelas
sisi yang belum terlas dengan sempurna itu.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengolahan data

1. Tahap pembelajaran

Gambar 4.1: dokumentasi las

Pada tahap pertama pengelasan, mahasiswa disuruh untuk belajar terlebih dahulu
sebelum memulai pengelasan agar terbiasa,dan tangan juga agar semakin mahir,
di tahap ini mahasiswa di beri 2 elektroda untuk belajar las.

2. Tahap pengelasan garis

Gambar 4.2: Spesimen di tandai

Pada tahap gambar 4.2 ini specimen di tandai agar saat mengelas lebih mudah.
Gambar 4.3:Las garis

Setelah di garis tadi,pada tahap selanjutnya adalah dilas,pada saat pemprosesan ini
1 spesimen ini dibagi menjadi 2 orang,dan setiap orang memiliki garis lasnya
masing masing.

3. Tahap penggabungan

Gambar 4.4: Tahap di gabungkan

Setelah pembelajaran,dan las garis, tahap ini la digabungkan kedua


spesimennya,yang dimana,specimen ini juga dibagi kelompok yang terdiri
menjadi 2 orang,setiap orang memiliki job masing masing yaitu las samping
sendiri sendiri.

Bengkel Las merupakan suatu UKM yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan
produk yang berbahan dasar besi. Namun dalam penelitian ini hanya dilakukan
untuk mengevaluasi postur pekerja dalam proses pembuatan produk tralis jendela
maupun pintu yang berbahan dasar besi. Pada bengkellas terdapat beberapa
aktivitas yang dilakukan oleh pekerja, antara lain: a. Pengelasan terhadap besi
atau kerangka tralis yang akan disambung. Pekerjaan ini dilakukan dalam
posisi jongkok ataupun duduk. b. Pengamplasan produk yang sudah selesai
dikerjakan, pekerjaan ini dilakukan dengan posisi membungkuk maupun jongkok.

Pada gambar diatas menjelaskan bahwa dalam pengelasan tidak boleh terlalu
cepat, dan tidak boleh terlalu lama. Karena itu dalam pengelasan harus teliti
dalam melakukannya. Tidak semua orang bisa melakukannya tetapi, harus
mempunyai kepercayaan diri dalam mengelas.

4.2 Pengertian 1F,2F dan 1G

1.Pengelasan,1F/PA

Gambar 4.5: Macam pengelasan 1F

Sambungan Fillet sudah sangat sering digunakan dalam dunia konstruksi


maupun bidang manufaktur. Sambungan ini banyak macamnya diantaranya yang
umum adalah sambungan sudut luar. Sebelum memulai pengelasan, perhatikan
keselamatan kerja, pakaian kerja harus penuh menjamin perlindungan, topeng
pelindung tidak boleh ada lubang-lubang atau pecah / retak.

1.2 Langkah Kerja Pengelasan Fillet 1F Sambungan Sudut Luar

Berikut ini adalah langkah kerja teknik pengelasan fillet 1f sambungan sudut luar :

1. Pertama, susun bagian-bagian yang akan dilas disusun pada alat bantu
pengelasan.
2. Mengelas ikat pada ke dua ujung kampuh.
3. Mengelas lapisan akar (root) dengan gerak ayunan.
4. Membersihkan lapisan akar.
5. Mengelas lapisan tengah dengan gerak ayunan.
6. Membersihkan lapisan tengah.
7. Mengelas lapisan penutup dengan gerak ayunan.
8. Membersihkan hasil pengelasan.
1.3 Cara Kerja Pengelasan Fillet 1F Sambungan Sudut Luar
Untuk cara kerja detailnya, adalah sebagai beikut ini :

1.Menyusun Dan Mengikat

Untuk menyusun dan mengikat kedua pelat, dipakai alat bantu berupa potongan
pelat dengan tebal ± 2,5 mm yang ditempatkan di antara kedua pelat yang
akan dilas. Pengikatan dikerjakan dengan mengelas kampuh pendek (las ikat)
pada awal dan akhir kampuh dan juga alas ikat tersebut harus benar-benar kuat.

2.Pengelasan Lapisan Akar (Root)

Lapisan akar (root) dilas dengan elektroda dan juga dapat memberikan
penutupan celah yang lebih baik. Menyalakan busur dimulai pada jarak ±15 mm
dari awal kampuh. Selanjutnya elektroda digerakkan kembali pada awal kampuh.
Lapisan akar harus dilas dengan gerak ayunan supaya dapat mencegah
menetesnya cairan las ke bawah, dan supaya dapat dihasilkan akar las yang
tampak merata. Selama dalam ayunan, busur harus tetap pendek. Gerak
kesamping ayunan supaya diperlambat (berhenti sebentar) untuk mencegah
terjadinya takik las (Undercut). Sebelum mengelas lapisan tengah, hasil dari
lapisan akar harus dibersihkan dengan baik.

3.Mengelas Lapisan Tengah Dan Penutupnya.

Untuk mengelas lapisan tengah dan lapisan penutup, dipakai elektroda. Tiap
lapisan dikerjakan dengan gerak ayunan. Dan juga harus selalu diperhatikan,
bahwa dalam pengelasan lapisan tengah tersebut harus terjadi penyatuan yang
baik dengan lapisan akarnya. Ujung kampuh hasil penghentian pengelasan, harus
dicairkan kembali. Untuk mengelas lapisan penutupnya, lapisan tengah harus
dibersihkan dengan baik. Dalam mengelas lapisan penutup tersebut elektroda
digerakkan dengan gerak ayunan dan jangan terlalu cepat, untuk menjaga supaya
busur tidak terlepas dari cairan las dan dapat menyebabkan terak las mengalir
lebih maju atau terak las mendahului. Pengotoran kampuh oleh terak las yang
mengalir lebih dahulu, jelas harus dicegah. Sambungan sudut luar yang telah
selesai, jangan sampai menunjukkan tambahan tinggi yang nyata.

4.Petunjuk
Kedua pelat yang membentuk sudut pertemuan, diikat seperti halnya pada
sambungan -T. Ikatan ini harus menghasilkan sudut 90 derajat. Untuk dapat
menghasilkan akar yang sempurna dalam mengelas, sudut pertemuannya
memerlukan jarak antara ± 2,5 mm.

2.Pengertian 2F/PB

Gambar 4.6: 2F

2.1 Posisi Pengelasan 2F Plat

Pengelasan posisi 2F adalah Posisi Horizontal sambungan sudut. Untuk


pengelasan 2F, posisi benda kerja tegak lurus. Kemiringan elektroda 45° terhadap
garis vertikal dan 10° sampai 20° terhadap garis vertikal kearah jalan elektroda

Gambar 4.7:Posisi 2G plat

2.2 Posisi Pengelasan 2G Plat

Pengelasan posisi 2G kedudukan benda dibuat tegak dan arah pengelasan


mengikuti garis horisontal. Posisi elektroda dimiringkan kira-kira 5° sampai
10° kebawah, untuk menahan lelehan logam cair, dan 20° kearah lintasan las
(sudut jalan elektroda 70°).

3.Pengertian 1G

Gambar 4.8:Las 1G
Posisi 1G atau posisi datar merupakan posisi yang lebih mudah, material bisa
diputar dan dapat mengelasnya dengan lebih leluasa. Tips yang bisa dilakukan
pada saat mengelas bagian akar las, gunakan diameter kawat las 2,6 dengan arus
yang digunakan sekitar 50-65A. Untuk mendapatkan hasil sambungan yang
merata, sebaiknya bersihkan bagian ujung lasan dan tipiskan dengan gerinda
setiap selesai mengelas 1 elektroda.

Untuk layer kedua dan selanjutnya gunakan kawat las berdiameter 3,2 agar
pengisian lebih cepat. Namun sudut kampuhnya harus 55-70 derajat dengan arus
las sekitar 90-110A. Dari semua posisi 1G, 2G, 3G dan 4G, yang paling mudah
yakni posisi 1G ini.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat
sebuah busur listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda
dansystem kerja.
2. Macam-macam gerakan elektroda Gerakan arah turun sepanjang
sumbuelektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik
agartetap. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk
mengaturlebar jalur las yang dikehendaki.
3. SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi
powersource, kabel elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work
cable),electrode holder, workclamp, dan elektroda.
4. Kampuh digunakan untuk menyambungkan 2 buah logam dengan
bentuktertentu.
5. Memotong kampuh V dengan cara di gerinda dan mempunyai
kemiringansebesar 30֯.
6. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran
dalammematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran
dankeberhasilan pekerjaan.
7. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak
akanmembahayakan penggunanya. Jika sebuah prosedur dalam
melakukanmesin las dilewati ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi,
salahsatunya ialah tersetrum.
8. Memeriksa lingkungan sekitar sehingga tidak terjadi hal-hal yang
dapatmengganguorang lain atau kita para pengguna mesin las.
9. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak
akanmembahayakan penggunanya.
5.2 Saran
Prosedur pengelasan harus lebih diperhatikan agar hasil pengelasan baikdan tidak
mengalami retak terutama pengaturan kecepatan pengelasan sebaiknya lebih
rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian Pendidikan& Kebudayaan,
Malang.

Andrew D. Althouse, Carl H. Turnquist, dkk. 2013. Modern Welding, 11th Edition.The
Goodheart-Willcox Co., Inc. H53X+CC Tinley Park, Illinois, USA.

Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan,Alfabeta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai