BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang praktikum yang dilakukan, mengapa
praktikum dilakukan (tujuan dilakukannya praktikum), manfaat dari
dilakukan praktikum serta inovasi akademis secara visual yang
dihasilkan setelah praktikum dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan tentang pengertian dan dasar teori atas kegiatan yang akan
dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang sistematika penelitian dan alur penelitian yang akan
dilakukan, membahas spesifikasi dan pengoperasian alat yang akan
digunakan dan teknis metode tahapan dalam mengumpulkan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas tentang hasil praktikum penelitian yang dilakukan meliputi
pengolahan data yang didapat saat pengujian, memberikan hasil
praktikum penelitian berupa penyajian tabel, grafik, dan data – data
perhitungan yang telah dinarasikan. Sehingga memudahkan pembaca
untuk memahami.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran terkait dengan
penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peralatan las busur manual terdiri dari peralatan utama, peralatan bantu
serta keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk dapat melakukan proses
pengelasan dengan baik, maka peralatan tersebut perlu dilengkapi sesuai dengan
kebutuhan pengelasan.
4. Kabel elektroda
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan mesin las ke
pemegang elektroda atau holder. Ini membawa arus listrik positif dari mesin
las ke elektroda, yang diperlukan untuk membentuk busur listrik.
6. Holder
Pemegang kawat las, juga dikenal sebagai holder, adalah perangkat
yang digunakan untuk memegang elektroda dan menghubungkannya dengan
kabel elektroda. Pemegang kawat las dirancang untuk memberikan stabilitas
dan kemudahan penggunaan saat mengoperasikan elektroda selama proses
pengelasan.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu
Praktkum proses manufaktur dillaksanakan pada hari Senin, Pukul
08:00 – Selesai
2. Tempat
Bertempat di Laboratorium Proses Manufaktur Universitas Medan area.
1. Mesin las
Mesin las adalah perangkat utama dalam pengelasan listrik. Ini
menghasilkan arus listrik yang diperlukan untuk membentuk busur listrik
antara elektroda dan bahan kerja. Mesin las juga mengatur pengaturan arus
dan voltase yang dibutuhkan untuk jenis pengelasan tertentu.
2. Elektroda las
Elektroda adalah batang logam yang digunakan sebagai pengantar
arus listrik ke titik-titik yang akan dihubungkan. Ujung elektroda terdekat
dengan bahan kerja akan meleleh saat busur listrik terbentuk, dan titik
lelehan inilah yang menyatukan material yang akan dilas.
6. Kacamata las
Kacamata las fungsinya adalah untuk meredam cahaya, kacamata ini
juga sering disebut kacamata las untuk melindungi mata dari kilatan cahaya
ekstrem dan radiasi panas.
Gambar Kacamata las
1. Tahap pembelajaran
Pada tahap pertama pengelasan, mahasiswa disuruh untuk belajar terlebih dahulu
sebelum memulai pengelasan agar terbiasa,dan tangan juga agar semakin mahir,
di tahap ini mahasiswa di beri 2 elektroda untuk belajar las.
Pada tahap gambar 4.2 ini specimen di tandai agar saat mengelas lebih mudah.
Gambar 4.3:Las garis
Setelah di garis tadi,pada tahap selanjutnya adalah dilas,pada saat pemprosesan ini
1 spesimen ini dibagi menjadi 2 orang,dan setiap orang memiliki garis lasnya
masing masing.
3. Tahap penggabungan
Bengkel Las merupakan suatu UKM yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan
produk yang berbahan dasar besi. Namun dalam penelitian ini hanya dilakukan
untuk mengevaluasi postur pekerja dalam proses pembuatan produk tralis jendela
maupun pintu yang berbahan dasar besi. Pada bengkellas terdapat beberapa
aktivitas yang dilakukan oleh pekerja, antara lain: a. Pengelasan terhadap besi
atau kerangka tralis yang akan disambung. Pekerjaan ini dilakukan dalam
posisi jongkok ataupun duduk. b. Pengamplasan produk yang sudah selesai
dikerjakan, pekerjaan ini dilakukan dengan posisi membungkuk maupun jongkok.
Pada gambar diatas menjelaskan bahwa dalam pengelasan tidak boleh terlalu
cepat, dan tidak boleh terlalu lama. Karena itu dalam pengelasan harus teliti
dalam melakukannya. Tidak semua orang bisa melakukannya tetapi, harus
mempunyai kepercayaan diri dalam mengelas.
1.Pengelasan,1F/PA
Berikut ini adalah langkah kerja teknik pengelasan fillet 1f sambungan sudut luar :
1. Pertama, susun bagian-bagian yang akan dilas disusun pada alat bantu
pengelasan.
2. Mengelas ikat pada ke dua ujung kampuh.
3. Mengelas lapisan akar (root) dengan gerak ayunan.
4. Membersihkan lapisan akar.
5. Mengelas lapisan tengah dengan gerak ayunan.
6. Membersihkan lapisan tengah.
7. Mengelas lapisan penutup dengan gerak ayunan.
8. Membersihkan hasil pengelasan.
1.3 Cara Kerja Pengelasan Fillet 1F Sambungan Sudut Luar
Untuk cara kerja detailnya, adalah sebagai beikut ini :
Untuk menyusun dan mengikat kedua pelat, dipakai alat bantu berupa potongan
pelat dengan tebal ± 2,5 mm yang ditempatkan di antara kedua pelat yang
akan dilas. Pengikatan dikerjakan dengan mengelas kampuh pendek (las ikat)
pada awal dan akhir kampuh dan juga alas ikat tersebut harus benar-benar kuat.
Lapisan akar (root) dilas dengan elektroda dan juga dapat memberikan
penutupan celah yang lebih baik. Menyalakan busur dimulai pada jarak ±15 mm
dari awal kampuh. Selanjutnya elektroda digerakkan kembali pada awal kampuh.
Lapisan akar harus dilas dengan gerak ayunan supaya dapat mencegah
menetesnya cairan las ke bawah, dan supaya dapat dihasilkan akar las yang
tampak merata. Selama dalam ayunan, busur harus tetap pendek. Gerak
kesamping ayunan supaya diperlambat (berhenti sebentar) untuk mencegah
terjadinya takik las (Undercut). Sebelum mengelas lapisan tengah, hasil dari
lapisan akar harus dibersihkan dengan baik.
Untuk mengelas lapisan tengah dan lapisan penutup, dipakai elektroda. Tiap
lapisan dikerjakan dengan gerak ayunan. Dan juga harus selalu diperhatikan,
bahwa dalam pengelasan lapisan tengah tersebut harus terjadi penyatuan yang
baik dengan lapisan akarnya. Ujung kampuh hasil penghentian pengelasan, harus
dicairkan kembali. Untuk mengelas lapisan penutupnya, lapisan tengah harus
dibersihkan dengan baik. Dalam mengelas lapisan penutup tersebut elektroda
digerakkan dengan gerak ayunan dan jangan terlalu cepat, untuk menjaga supaya
busur tidak terlepas dari cairan las dan dapat menyebabkan terak las mengalir
lebih maju atau terak las mendahului. Pengotoran kampuh oleh terak las yang
mengalir lebih dahulu, jelas harus dicegah. Sambungan sudut luar yang telah
selesai, jangan sampai menunjukkan tambahan tinggi yang nyata.
4.Petunjuk
Kedua pelat yang membentuk sudut pertemuan, diikat seperti halnya pada
sambungan -T. Ikatan ini harus menghasilkan sudut 90 derajat. Untuk dapat
menghasilkan akar yang sempurna dalam mengelas, sudut pertemuannya
memerlukan jarak antara ± 2,5 mm.
2.Pengertian 2F/PB
Gambar 4.6: 2F
3.Pengertian 1G
Gambar 4.8:Las 1G
Posisi 1G atau posisi datar merupakan posisi yang lebih mudah, material bisa
diputar dan dapat mengelasnya dengan lebih leluasa. Tips yang bisa dilakukan
pada saat mengelas bagian akar las, gunakan diameter kawat las 2,6 dengan arus
yang digunakan sekitar 50-65A. Untuk mendapatkan hasil sambungan yang
merata, sebaiknya bersihkan bagian ujung lasan dan tipiskan dengan gerinda
setiap selesai mengelas 1 elektroda.
Untuk layer kedua dan selanjutnya gunakan kawat las berdiameter 3,2 agar
pengisian lebih cepat. Namun sudut kampuhnya harus 55-70 derajat dengan arus
las sekitar 90-110A. Dari semua posisi 1G, 2G, 3G dan 4G, yang paling mudah
yakni posisi 1G ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat
sebuah busur listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda
dansystem kerja.
2. Macam-macam gerakan elektroda Gerakan arah turun sepanjang
sumbuelektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik
agartetap. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk
mengaturlebar jalur las yang dikehendaki.
3. SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi
powersource, kabel elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work
cable),electrode holder, workclamp, dan elektroda.
4. Kampuh digunakan untuk menyambungkan 2 buah logam dengan
bentuktertentu.
5. Memotong kampuh V dengan cara di gerinda dan mempunyai
kemiringansebesar 30֯.
6. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran
dalammematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran
dankeberhasilan pekerjaan.
7. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak
akanmembahayakan penggunanya. Jika sebuah prosedur dalam
melakukanmesin las dilewati ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi,
salahsatunya ialah tersetrum.
8. Memeriksa lingkungan sekitar sehingga tidak terjadi hal-hal yang
dapatmengganguorang lain atau kita para pengguna mesin las.
9. Pemeriksaan mesin las yang dilakukan secara bertahap tidak
akanmembahayakan penggunanya.
5.2 Saran
Prosedur pengelasan harus lebih diperhatikan agar hasil pengelasan baikdan tidak
mengalami retak terutama pengaturan kecepatan pengelasan sebaiknya lebih
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Sukaini, Tarkina, dan Fandi, 2013, Teknik Las SMAW, Kementerian Pendidikan& Kebudayaan,
Malang.
Andrew D. Althouse, Carl H. Turnquist, dkk. 2013. Modern Welding, 11th Edition.The
Goodheart-Willcox Co., Inc. H53X+CC Tinley Park, Illinois, USA.
Sonawan, H, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan,Alfabeta, Bandung.