Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

ANALISIS DEFLEKSI PADA BALOK MENERUS BEBAN TERPUSAT


DENGAN TUMPUAN BANYAK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Program Studi Teknik Mesin

Disusun Oleh :

RAY LIANDY JUNAIDI


6160515180076

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

MAKASSAR

2022
BAB I

PENPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Defleksi umumnya jarang di ketahui artinya namun di dunia

konstruksi dan permesinan, Defleksi awam digunakan. Defleksi/lendutan atau

lenturan sendiri adalah, suatu perubahan bentuk dan struktur dari suatu

material akibat diterimanya gaya vertikal terhadap batang material atau balok.

suatu pekerjaan yang paling sering digunakan dalam dunia konstruksi dan

industri sekarang ini. Pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

pemeliharaan dari semua alat-alat yang terbuat dari logam, baik sebagai proses

penambalan retak-retak, penyambungan sementara, maupun pemotongan

bagian-bagian logam. Faktor yang mempengaruhi pengelasan adalah prosedur

pengelasan yaitu perencanaan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi cara

pembuatan sebuah kontruksi yang sesuai dengan rencana serta spesifikasi yang

diinginkan dalam pelaksanaan tersebut.

Pengelasan yang sering digunakan dalam dunia kontruksi secara

umum adalah pengelasan dengan menggunakan metode pengelasan busur

nyala logam terlindung atau biasa disebut Shield Metal Arc Welding (SMAW).

Metode SMAW banyak digunakan pada masa ini karena penggunaannya lebih

praktis, lebih mudah pengoperasiannya, dapat digunakan untuk segala macam

posisi pengelasan dan lebih efisien. Mesin las SMAW menurut arusnya

dibedakan menjadi tiga macam yaitu mesin arus searah atau Direct Current
(DC), mesin las arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las

arus ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan

dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik (AC). Mesin

las arus DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan

polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair

bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya

dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan

kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan

untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan

induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan

dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub negatif.

Tidak semua logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan

yang mempunyai sifat mampu las yang baik diantaranya adalah baja paduan

rendah. Baja ini dapat dilas dengan las busur elektroda terbungkus, las busur

rendam dan las MIG (las logam gas mulia). Baja paduan rendah biasa

digunakan untuk pelat tipis dan kontruksi umum (Wiryosumarto).

Pada baja tahan karat ferritik menghasilkan ketangguhan yang

rendah setelah mengalami pengelasan. Ini Karena struktur mikro di HAZ yang

dekat dengan logam las mengalami pengkasaran atau pertumbuhan butir yang

berlebihan sehingga dapat memicu retak terutama jika mengelas pelat tebal

(>25 mm). Untuk itu dalam proses pengelasannya perlu diperhatikan beberapa

parameter proses pengelasan yang berhubungan dengan kualitas hasil las

seperti tegangan dan arus yang digunakan, kecepatan pengelasan, penggunaan


elektroda yang tepat, dan lain sebagainya. Salah satu sifat mekanik yang

paling penting dalam pengelasan adalah sifat kekerasan (hardness).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti akan mengambil judul :

“Analisis Hasil Pengelasan SMAW Pada Plat Stainless Steel 304 Dengan

Variasi Arus Dan Diameter”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan alas an tersebut di atas, maka rumusan masalah yang timbul adalah :

1. Apakah ada pengaaruh arus pengelasan terhadap kekuatan Tarik daerah

lasan stainless steel hasil pengelasan SMAW dengan elektroda NSN-312?

2. Apakah ada pengaruh pengelasan terhadap ketangguhan stainless steel

hasil pengelasan SMAW dengan elektroda NSN-312?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan Tarik

daerah lasan stainless steel hasil pengelasan SMAW dengan elektroda

NSN-312.

2. Untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan terhadap ketangguhan

stainless steel hasil pengelasan SMAW dengan elektroda NSN-312.

1.4 Batasan Masalah


Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu melebar dari

tujuan yang ingin dicapai, maka perlu ditentukan batasan masalah, adapun

batasan permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Memakai bahan uji Stainless Steel 304.

2. Pengelasan yang dilakukan adalah pengelasan SMAW dengan elektroda

NSN-312 berdiameter 3,2 m dengan Variasi arus pengelasan yang dipakai

yaitu 85 A, 95 A, dan 115 A.

3. Jenis kampuh yang digunakan adalah kampuh X dengan sudut 70°.

4. Pengujian yang dilakukan adalah sifat mekanik yang meliputi pengujian uji

tarik dan uji impak.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai peran nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

teknik pengelasan, maka peneliti berharap dapat mengambil manfaat dari

penelitian ini, diantaranya :

1. Dengan penelitian dapat menjadi sebuah informasi bagian akademisasi dan

praktisi dalam meningkatkan kualitas pengelasan.

2. Dengan penelitian ini peneliti mendapatkan banyak pengalaman tentang

pentingnya suatu prosedur pengelasan untuk keberhasilan sebuah kontruksi.

3. Sebagai informasi penting guna meningkatkan pengetahuan bagi peneliti

dalam bidang pengujian bahan, pengelasan dan bahan teknik.

1.6 Sistematika Penulisan


Agar penyusunan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis dan

mempermudah pembaca memahami tulisan ini, maka skripsi ini dibagi dalam

beberapa bagian yaitu :

BAB 1 : PENDAHULUAN yang berisi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA yang berisi landasan teori dan kerangka

teori penelitian melandasi dilakukannya penelitian ini.

BAB 3 : METODE PENELITIAN yang berisi dimensi benda uji, waktu dan

tempat penelitian, populasi dan sampel, pelaksanaan penelitian, analisis data,

dan diagram alir penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori

2.1.1 Pengertian Las

Pengelasan dapat diartikan dengan proses penyambungan dua buah

logam sampai titik rekristalasi logam, dengan atau tanpa menggunakan

bahan tambah dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan

yang dilas. Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari

benda atau logam yang dipanaskan.

Mengelas bukan hanya memanaskan dua bagian benda sampai

mencair dan membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang

utuh dengan cara memberikan bahan tambah atau elektroda pada waktu

dipanaskan sehingga mempunyai kekuatan seperti yang dikehendaki.

Kekuatan sambungan las dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

prosedur pengelasan, bahan, elektroda dan jenis kampuh yang

digunakan.

2.1.2 Jenis pengelasan

1. Las SMAW (Shield Metal Arc Welding)

Logam induk dalam pengelasan ini mengalami pencairan akibat

pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda

dan permukaan benda kerja. Busur listrik di bangkitkan dari suatu

mesin las. Elektroda yang digunakan berupa kawat las yang


dibungkus pelindung berupa fluks. Elektroda ini selama

pengelasan akan mengalami pencairan Bersama dengan logam

induk dan membeku bersama menjadi bagian kampuh las.

Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung

elektroda mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus

busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka

butiran logam cair yang terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila

arus kecil maka butirannya menjadi besar.

Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat

mampu las dari logam. Logam mempunyai sifat mampu las yang

tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran yang halus. Pola

pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan

kimposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang

digunakan untuk membungkus elektroda selama pengelasan

mencair dan membentuk terak yang menutupi logam cair yang

terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang

oksidasi.

Gambar 2-1. Las SMAW (Wiryosumarto, 2000)


2.1.3 Jenis elektroda dan klasifikasi kawat elektroda

2.1.3.1 Jenis-jenis elektroda

jenis elektroda stainless steel dan fungsinya, berdasarkan

standar AWS A5.4 untuk pengelasan SMAW adalah sebagai

berikut:

1. E308-16, elektroda ini cocok digunakan untuk mengelas pada

material SS304.

2. E308H-16, digunakan juga untuk material SS304 tapi khusus

pada temperatur tinggi.

3. E309L-16, digunakan untuk jenis logam yang berbeda,

misalnya SS403 dengan SS316 atau jenis SS ke carbon steel.

4. E312-16, digunakan untuk jenis material campuran carbon

steel atau nikel.

5. E316-16, digunakan untuk pengelasan material SS316.

6. E316L, digunakan untuk material SS316L, material ini

mempunyai grade yang lebih tinggi dari SS316 biasa.

7. E317-16, untuk sambungan ke logam campuran carbon,

nikel, dan molybdenum.

8. E347-16, untuk sambungan ke logam campuran chromium,

nikel, dan niobium.

9. E409Nb-16, digunakan pada material stainless jenis SS403,

SS410, dan SS405.

10. E410-16, cocok digunakan pada material tipe SS403 dan


SS410.

11. E2209-16, elektroda ini khusus digunakan untuk material SS

duplex.

12. E2594-16, khusus digunakan untuk SS super duplex.

2.1.3.1 Klasifikasi kawat elektroda

Spesifikasi kawat elektroda terbungkus untuk stainless steel AWS

A5.4. adalah:

1. tiga (3) digit pertama adalah nomor tipe AISI dari stainless steel.

Kemudian diikuti dengan garis dan 2 angka. Contoh: E316-16,

E308-16, E309-16, dan lain-lain.

2. Dua angka dibelakang mengandung arti :

- Angka 15 = lapisannya mengandung CaO, TiO2 dan arusnya

DCRP.

- Angka 16 = lapisannya mengandung TiO dan K2O, arusnya

DCRP atau AC.

- Angka 17 = lapisannya mengandung CaO, TiO2, K2O, SiO,

O, dan SiO2, arusnya DCRP atau AC.

2.1.4 Besar Arus Listrik

Besarnya arus pengelasan yang diperlukan tergantung pada

diameter elektroda, tebal bahan yang dilas, jenis elektroda yang

digunakan, geometri sambungan, diameter inti elektroda, proses

pengelasan. Daerah las mempunyai kapasitas panas tinggi maka


diperlukan arus yang tinggi.

Arus las merupakan parameter las yang langsung mempengaruhi

penembusan dan kecepatan pencairan logam induk. Makin tinggi

arus las makin besar penembusan dan kecepatan pencairannya. Besar

arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las bila aeus terlalu rendah

maka perpindahan cairan dari ujung elektroda yang digunakan sangat

sulit dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi

tidak cukup untuk melelehkan logam dasar, sehingga menghasilkan

bentuk rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan

kurang dalam. Jika arus terlalu besar, maka akan menghasilkan

manik melebar, butiran percikan kecil, penetrasi dalam serta

penguatan matrik las tinggi.

2.1.5 Stainless steel


2.1.6 struktur mikro daerah las-lasan

2.1.7 Sifat Mekanika Bahan

2.1.8 heat input

2.1.9 Pengujian Ketangguhan

2.1.10 Kampuh X

2.1.11 Pengujian Tarik

Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik

benda uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan

untuk mengetahui apakah kualitas las mempunyai nilai yang sama, lebih

rendah atau lebih tinggi dari kelompok row materials. Pengujian tarik

untuk kualitas kekuatan tarik dimaksudkan untuk mengetahui beberapa

nilai kekuatannya dimanakah letak putusnya suatu sambungan las.

Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan

memberikan gaya tarik berlawanan arah pada salah satu ujung benda.

Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya

perubahan bentuk (deformasi) bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi

pada bahan uji adalah proses pergeseran butiran kristal logam hingga

terlepas ikatan tersebut oleh penarikan gaya maksimum.

Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan-

pelan bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan

mengenai perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva

tegangan-tegangan.
Gambar 2.9 Kurva tegangan-regangan (Wiryosumarto, 2000)

Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang

mula benda uji.

Fu
σu= ………………………………………………(3)
Ao

Dimana : σu=Tegangantarik (Kg/ mm 2)

Fu = Beban maksimal (Kg)

Ao = Luas penampang mulai dari penampang batang (mm2 ¿

Regangan (persentase pertambahan panjang) yang diperoleh dengan

membagi perpanjangan panjang ukur (∆ L ¿dengan panjang ukur mula-mula benda

uji.

∆L L−Lo
ε= x 100 %= x 100 %............................................................(4)
Lo Lo

Dimana : ε =Regangan ( % )

L = Panjang Akhir ( mm)

Lo = Panjang awal (mm)

Pembebanan tarik dilakukan terus-menerus dengan menambahkan beban

sehingga akan mengakibatkan perubahan bentuk pada benda berupa pertambahan

panjang dan pengecilan luas permukaan dan akan mengakibatkan kepatahan pada
beban. Persentase pengecilan yang terjadi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut :

∆A Ao− A 1
q= x 100 %= x 100 %........................................................(5)
Ao Ao

Dimana : q = Reduksi penampang (%)

Ao = Luas Penampang mula (mm2 ¿

A1 = Luas Penampang akhir (mm2 ¿

Gambar 2.10 Kurva Regangan

2.2 Kerangka Teori Penelitian

Pengelasan merupakan salah satu proses penyambungan logam. Pada

proses pengelasan banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dari hasil

pengelasan diantaranya: mesin las yang digunakan, bahan yang digunakan,

prosedur pengelasan, cara pengelasan, arus pengelasan dan juru las.


Kualitas dari hasil pengelasan dapat diketahui dengan cara memberikan

gaya atau beban pada hasil lasan tersebut. Gaya atau beban yang diberikan

dapat berupa pengujian tarik dan ketangguhan pada bahan tersebut.

Las SMAW adalah suatu proses pengelasan busur listrik yang mana

penggabungan atau perpaduan logam yang dihasilkan oleh panas dari busur

listrik yang dikeluarkan diantara ujung elektroda terbungkus dari permukaan

logam dasar yang dilas dengan menggunakan arus listrik sebagai sumber

tenaga.

Jenis arus listrik yang digunakan ada 2 yaitu arus searah (DC) dan arus

bolak-balik (AC). Pengelasan dengan arus searah pemasangan kabel pada

mesin las ada 2 macam yaitu polaritas lurus (DC-) dan polaritas terbalik

(DC+). Pada polaritas terbalik (DC+) panas yang diberikan mesin las 1 3 ⁄

untuk memanaskan benda dan 2 3 ⁄ unuk memanaskan elektroda. Logam

induk dalam pengelasan ini mengalami pencairan akibat pemanasan dari

busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja.

Busur listrik dibangkitkan dari suatu mesin las. Elektroda yang digunakan

berupa kawat yang dibungkus pelindung berupa fluks. Elektroda ini selama

pengelasan akan mengalami pencairan bersama dengan logam induk dan

membeku bersama menjadi bagian kampuh las.

Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda

mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang

terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang
terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya

menjadi besar.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.11 Diagram Aliran penelitian

MULAI

KAJIAN MASALAH DAN TINJAUAN PUTASKA

PENGADAAN BAHAN

PEMBUATAN SPESIMEN DAN KAMPUH X

PENGELASAN ARUS 85,95,115 A

UJI IMPAK PENGUJIAN UJI TARIK


PENGAMBILAN DATA

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

Gambar 3.1 bagian alir (Flow Chart) penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian,


sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang berpengaruh.
Eksperimen dilaksanakan dilaboratorium guna memperoleh data tentang
pengaruh arus dan elektroda pengelasan terhadap kekuatan tarik dan ketangguhan
pada las SMAW dengan bahan uji Stainless Steel AISI 304.

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2022 – Februari 2022.
Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Proses pengelasan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin UKI
Paulus Makassar
2. Pembuatan bentuk spesimen benda uji dilakukan di Laboratorium
Teknik Mesin UKI Paulus Makassar
3. Pengujian tarik dan ketangguhan impak dilakukan di Laboratorium
Teknik Mesin UKI Paulus Makassar
3.2 Dimensi Benda Uji
Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam eksperimen ini adalah
sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan adalah plat Stainless Steel AISI 304
2. Ketebalan plat 6 mm
3. Elektroda yang digunakan adalah jenis E308 L dengan diameter 3,2 mm.
4. Posisi pengelasan dengan menggunakan posisi bawah tangan
5. Arus pengelasan yang digunakan adalah 85 A, 95 A, dan 115 A.
6. Kampuh yang digunakan jenis kampuh X terbuka, jarak celah plat 2
mm, tinggi akar 3 mm dan sudut kampuh 70°
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua hasil pengelasan material Stainless Steel AISI
304 SMAW dengan elektroda E308L.
Sampel adalah sebagian data atau wakil dari populasi yang akan di teliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah hasil pengelasan material Steel AISI 304
SMAW dengan elektroda E308L. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
masing-masing kelompok arus pengelasan adalah 3 buah.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Penelitian
2.4.1.Persiapan Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah material
Stainless Steel AISI dengan ukuran panjang 200 mm, lebar 100 mm, tebal
6 mm. Elektroda jenis E308L dengan diameter 3,2 mm.
3.4.2. Persiapan Alat-alat
1. Mesin gergaji beserta kelengkapannya
2. Peralatan pengelasan
3. Mesin las SMAW DC
4. Penggaris
5. Mesin amplas
6. Kikir
7. Mesin uji tarik Hydrolic Servo Pulser
8. Mesin uji ketangguhan Charpy
9. Stopwatch
10. Pengukur sudut
3.4.3 Pembuatan Kampuh X terbuka
Pembuatan kampuh X terbuka dengan menggunakan mesin frais.
Bahan yang telah dipersiapkan dipotong dengan mesin gergaji, dengan
ukuran 30 cm sebanyak empat buah dan 25 cm sebanyak dua buah,
setelah bahan di potong kemudian permukaan digambar dengan spidol,
tepi permukaan diukur sedalam 2 mm dan diukur sudut 35°. Setelah
bahan digambar bahan dicekam dan dilakukan pengefraisan dengan sudut
35°.

3.4.4. Proses Pengelasan Benda

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengelasan adalah:

1. Mempersiapkan mesin las SMAW DC sesuai dengan pemasangan

polaritas terbalik.

2. Mempersiapkan benda kerja yang akan dilas pada meja las.

3. Posisi pengelasan dengan menggunakan posisi pengelasan mendatar atau

bawah tangan.

4. Kampuh yang digunakan jenis kampuh X terbuka, dengan sudut 70°,

dengan lebar celah 2 mm.

5. Mempersiapkan elektroda sesuai dengan arus dan ketebalan plat, dalam

penelitian ini dipilih elektroda jenis E308L dengan diameter elektroda 3,2

mm.

6. Menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi

jarum nol, kemudiah salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang
digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda

digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 85 A.

selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen dengan arus 85

A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan

7. Menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi

jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang

digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda

digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 95 A.

selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk specimen dengan arus 95

A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan.

8. Menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi

jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang

digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda

digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 115 A.

selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen dengan arus 115

A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan.

3.4.5 Pembuatan Spesimen


a. Mengacu standar JIS Z 2201 1981 untuk pengujian kekuatan
lasan.
Setelah proses pengelasan selesai maka dilanjutkan
pembuatan specimen sesuai JIS Z 2201 1981, yang nantinya akan di
uji tarik untuk kekuatan las, langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Meratakan alur hasil pengelasan dengan mesin frais.

2. Bahan dipotong-potong dengan ukuran panjang 200 mm dan lebar

18 mm.
3. Membuat gambar pada kertas yang agak tebal atau mal

mengacu ukuran standar JIS Z 2201 1981.

4. Gambar atau mal ditempel pada bahan selanjutnya dilakukan

pengefraisan sesuai dengan bentuk gambar dengan menggunakan

pisau frais diameter 60 mm.

5. Bahan yang sudah terbentuk tersebut dirapikan permukaannya

dengan kikir yang halus, selanjutnya benda diamplas sampai halus.

a. Mengacu standar JIS Z 2202 1980


Setelah proses pengelasan selesai maka dilanjutkan
pembuatan specimen sesuai JIS Z 2202 1980, yang nantinya akan di
uji ketangguhan, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Meratakan alur hasil pengelasan dengan mesin frais.

2. Bahan dipotong dengan lebar 58 x 12 x 12 mm. Setelah itu

difrais untuk mendapatkan ukuran sesuai standar JIS Z 2202 1980.

3. Setelah diproses selesai kemudian benda kerja dirapikan

dengan kikir dan dihaluskan menggunakan amplas.

4. Setelah diamplas untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus

maka diberi autosol.

5. Benda yang telah diberi autosol dimasukkan kedalam cairan etza

dan kemudian di bilas dengan alkohol dan air sehingga kita dapat

melihat daerah logam lasnya.

6. Setelah didapat logam lasnya maka pada daerah itu diberi takikan

sesuai dengan standar JIS Z 2202 1980.

3.4.6 Pengujian tarik


Prosedur dan pembacaan hasil pada pengujian tarik adalah sebagai

berikut. Benda uji dijepit pada ragum uji tarik, dan ketebalannya.

Langkah pengujian sebagai berikut :

1. Meyiapkan kertas milimeter block dan letakkan kertas tersebut

pada plotter.

2. Benda uji mulai mendapatkan beban tarik dengan hidrolik diawali

0 kg hingga benda putus pada beban maksimum yang dapat

ditahan benda tersebut.

3. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang

dan panjang benda uji setelah putus.

4. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya

benda uji terdapat pada layar digital dan dicatat sebagai data.

5. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada

meja plotter.

6. Hal terakhir yaitu menghitung kekuatan tarik, kekuatan luluh,

perpanjangan, reduksi penampang dari data yang telah didapat

dengan menggunakan persamaan yang ada.

3.4.7 Pengujian Ketangguhan

1. Menyiapkan peralatan mesin impact Charpy.

2. Menyiapkan benda uji yang akan dilakukan pengujian sesuai

standar ukuran yang telah ditetapkan.

3. Meletakkan benda uji pada anvil dengan posisi takikan

4. membelakangi arah ayunan palu Charpy


5. Menaikkan palu Chary pada kedudukan 1560(sudut α ) dengan

menggunakan handle pengatur kemudian dikunci

6. Putar jarum penunjuk sampai berimpit pada kedudukan 1560

7. Lepaskan kunci sehingga palu Charpy berayun membentur benda

uji

8. Memperhatikan dengan mncatat sudut β dan nilai tenaga patah

3.5 Analisis Data

Setelah data diperoleh selanjutnya adalah menganalisa data dengan

cara mengolah data yang sudah terkumpul. Data dari hasil pengujian

dimasukkan kedalam persamaan-persamaan yang ada sehingga diperoleh

data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka. Teknik

analisa data pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan

ketangguhan las SMAW dengan elektroda E 308L berupa perbandingan

persentase dan rata-rata antara data-data yang mengalami variasi arus

pengelasan
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Samsul, 1997. Las Listrik dan Otogen. Jakarta: Ghalia. Indonesia.

ASM Handbook. 1988. Metals HandbookNinth Edition Volume 15 Casting.


The University of Alabama.
ASM Handbook. 2000. Volume 9Metallography and Microstructures.
International ASM
Harsono Wiryosumatro & Thosie Okumura, Teknologi Pengelasan Logam.
Pradnya Paramita, Jakarta Cetakan ke IX

W, Kenyon.1985. Dasar-dasar pengelasan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Widharto, Sri. 2003. Petunjuk Kerja Las. Jakarta : Penerbit Erlangga.

S, Widharto, 2007. Menuju Juru Las Tingkat Dunia, cetakan pertama,


Jakarta: Pradnya Pramita

Sindo kou. WELDING METALLURGY. University of Wiconsin

Zainun achmad, 2006. Elemen mesin I ,Bandung: PT.Refika Aditama

Tarigan, Esta Karina. 2016. Analisisi Hasil Pengelasan SMAW Pada Stainless
Steel AISI 304 Dengan Variasi Arus Dan Diamater Elektroda.
Jurnal Universitas Sumatra Utara Medan

Anda mungkin juga menyukai