Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan beberapa penelitian terdahulu


yang relevan tentang material poros roda traktor.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Santoso pada tahun 2017 yang berjudul
Peningkatan Sifat Mekanis Pada Permukaan Poros Roda Hand Tractor Lokal
Dengan Flame Hardening. Setelah melakukan pengujian dan analisa data,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : Hasil pengujian komposisi
kimia material poros roda traktor original (baja S30C) termasuk baja karbon
sedang dan baja S15CK termasuk dalam baja karbon rendah. Material poros
roda traktor original dari pengamatan struktur mikro bagian
permukaan/pinggir memiliki struktur mikro martensit. Untuk material baja
S15CK setelah di flame hardening memiliki fasa martensite, sedangkan
bagian tengah memiliki fasa perlit dan ferit. Hasil pengujian kekerasan pada
proses roda traktor original bagian tengah adalah 308 HV dan bagian pinggir
adalah 624 HV. Sedangkan pada baja S30C bagian tengah yang belum
dikeraskan (asli) adalah 303,59 HV dan bagian pinggir 200,03 HV, kemudian
setelah baja S15CK diproses flame hardening didapatkan kenaikan kekerasan
pada bagian pinggir adalah 710,16 HV.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Arvin Saptyan Adi pada tahun 2017 yang
berjudul Optimasi Proses Las SMAW dengan Metode Taguchi terhadap
Kekuatan Tarik ST 37. Setelah melakukan pengujian dan analisa data, maka
dapat diambil kesimpulan yaitu : Ada pengaruh variasi kuat arus, media
pendingin dan bentuk kampuh terhadap kekuatan tarik sambungan las SMAW
pada material ST 37. Dimana jika ditinjau dari hasil analisa variansi F hitung
media pendingin bernilai 8.57, arus10.12 dan kampuh 7.77 ketiga variabel
menyatakan lebih besar dari Ftabel 4.13. Serta hasil pengujian untuk P-value
media pendingin sebesar 0.013, arus 0.003 dan kampuh 0.007 ketiganya

11
12

menyatakan lebih kecil dari pada nilai signifikan (0.05), hal ini menandakan
bahwa seluruh variabel bebas mampu memberikan pengaruh terhadap
kekuatan tarik material ST 37. Kekuatan tarik optimum mampu didapatkan
menggunakan setting faktor arus 130 ampere, pendingin air garam kampuh X.
Kombinasi setting ini mampu menghasilkan kekuatan tarik rata –rata sebesar
438 N/mm2.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Teguh Baroto pada tahun 2015
berjudul Optimasi Pengelasan Smaw E6013 Pada Sambungan I Baja Carbon
Rendah Terhadap Kekuatan Tekan Dengan Metode Taguchi. Setelah
melakukan pengujian dan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan yaitu :
Pada hasil uji kekuatan tarik, faktor kuat arus, diameter elektroda, dan sudut
pengelasan berpengaruh terhadap kekuatan tarik hasil pengelasan, sedangkan
tebal bahan las tidak berpengaruh terhadap kekuatan tarik hasil pengelasan. –-
Pada hasil uji tekan, faktor kuat arus, diameter elektroda, sudut pengelasan
dan tebal bahan berpengaruh terhadap uji kekuatan tekan. Pada kombinasi
level faktor, untuk menghasilkan nilai kekuatan tarik pada hasil pengelasan
yang optimal dengan nilai 39,0389 dan pada kekuatan tekan hasil pengelasan
yang optimal dengan nilai sebesar 8,3058 pada level faktor optimal A 3, B3,
C3, D3yaitu pada kuat arus 120 A, diameter elektroda 3,2 mm, sudut
pengelasan 90odan tebal bahan las 8 mm.

2.2. Pengertian Las

Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan
yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Pengelasan adalah suatu proses
menyambung logam secara permanen dengan memanaskan logam tersebut sampai
mencapai titik cair, dengan pemakain tekanan atau tanpa pemakaian tekanan, dan
dengan penggunaan bahan pengisi atau tanpa penggunaan bahan pengisi.

2.3. Macam-Macam Welding

Macam-macam welding diantaranya adalah


13

1. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

Proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) yang sering juga 
disebut Las Busur Listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas
untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi).
Panas tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan
anoda (ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas ). Untuk mesin las
SMAW seperti Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jenis Mesin Las Smaw

2. Gas Metal Arc Welding (GMAW/MIG)

Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah salah satu jenis proses
Pengelasan atau penyambungan bahan logam yang menggunakan sumber panas
dari energi listrik yang dirubah atau dikonversi menjadi energi panas, pada proses
Las GMAW ini menggunakan kawat las yang digulung dalam suatu roll dan
menggunakan gas sebagai pelindung logam las yang mencair saat proses
pengelasan berlangsung. Untuk mesin las GMAW sperti gambar 2.2.

Gambar 2.2 Jenis Mesin Las GMAW

3. Submerged Arc Welding (SAW)


14

Submerged Arc Welding (SAW) merupakan salah satu jenis pengelasan


busur listrik dengan memanaskan serta mencairkan benda kerja dan elektroda oleh
busur listrik yang terletak diantara logam induk dan elektroda. Arus dan busur
lelehan metal diselimuti (ditimbun) dengan butiran flux di atas daerah yang dilas.
Untuk mesin las SAW seperti gambar 2.3.

Gambar 2.3 Jenis Mesin Las SAW

4. Flux Core Arc Welding (FCAW)

Flux core arc welding (FCAW) adalah sebuah proses pengelasan yang
menggunakan sumber panas yang berasal dari energi listrik yang dikonversi
menjadi sumber panas pada busur listrik, pada pengelasan FCAW ini jenis
pelindung yang digunakan adalah flux atau serbuk yang berada di inti kawat las
(kawat las digulung dalam sebuah roll). Untuk mesin las FCAW sperti gambar
2.4.

Gambar 2.4 Jenis Mesin Las FCAW

5. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW/TIG)


15

Gas tungsten arc welding (GTAW) adalah proses las busur yang
menggunakan busur antara tungsten elektroda (non konsumsi) dan titik
pengelasan. Proses ini digunakan dengan perlindungan gas dan tanpa penerapan
tekanan. Untuk mesin las GTAW seperti gambar 2.5.

Gambar 2.5 Jenis Mesin Las GTAW

6. Resintance Spot Welding (RSW)

Resistance spot welding (RSW) adalah proses resistance welding di mana


penyambungan benda kerjanya menggunakan jenis sambungan lap joint dengan
las berupa titik. Las berupa titik tersebut dihasilkan dari dua buah elektroda yang
saling berlawanan. Utu mesin las RSW seperti gambar 2.6.

Gambar 2.6 Jenis Mesin Las RSW

2.4. Pengelasan Listrik (Welding SMAW)


16

Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara
menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena
busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian
membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.

Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan
dengan memperhatikan ukuran dan tipe elektrodanya.

Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja
sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah
busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat
mencapai 5500 °C.

Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan
elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain
untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu
pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada
kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida
yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling
banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
17

Gambar 2.7 Peralatan Las Listrik

2.5. Jenis Kawat Las (Elektroda)

Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk
melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan
menimbulkan busur nyala.

Banyak orang yang berpikir bahwa kawat las hanya memiliki satu jenis
saja. Apapun barang yang dilas, maka jenis las dan bentuk kawatnya pun hanya
itu-itu saja. Padahal sebenarnya, terdapat banyak sekali jenis kawat las yang biasa
dipanggil elektroda di pasaran. Satu jenis eletroda ini dipakai khusus untuk suatu
pekerjaan pengelasan. Elektroda atau kawat las ini menentukan seberapa besar
arus listrik yang pas untuk suatu pengerjaan pengelasan. Elektroda sendiri
memiliki berbagai kode spesifikasi yang dapat kita lihat pada kardus pembungkus
kawat las. Kebanyakan pengelas biasanya menggunakan insting, pengalaman, dan
kebiasaan dalam menentukan kawat las dan besarnya arus listrik, namun, kita
dapat mengenal beberapa kode yang tertulis dalam bungkus elektroda atau kawat
las, khususnya yang memiliki tipe SMAW.

Kebanyakan masyarakat awam yang tidak memiliki pengetahuan yang


mendalam mengenai dunia pengelasan berpikir bahwa hanya ada satu kawat las
saja. Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya ada berbagai jenis kawat
las yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan untuk jenis material yang
18

berbeda. Perbedaan yang ada di antara berbagai jenis kawat las listrik atau yang
sering juga disebut elektroda ini terletak pada berbagai hal termasuk juga besaran
arus listrik yang akan dipergunakan dalam proses pengelasan. Material yang
berbeda membutuhkan besaran arus listrik yang berbeda pula untuk memberikan
hasil las yang paling pas, sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Ada standar tertentu yang dipergunakan oleh para pelaku industri pengelasan
untuk bisa menentukan elektroda yang akan dipakai dan besaran arus listrik yang
diperlukan. Standar yang umum dipakai adalah standar yang ditentukan oleh
AWS (American Welding Society), yang merupakan badan pengelasan resmi di
Amerika Serikat. Standar yang ditetapkan oleh badan ini telah diakui secara luas
dan dipergunakan sebagai standar pengelasan di berbagai negara. Badan ini
mengeluarkan standar yang dinyatakan dengan tanda E XXXX yang berarti:

1. E merujuk pada keterangan kawat las listrik alias elektroda


2. XX (dua angka pertama) merujuk pada kekuatan tarikan dari kawat las
yang dinyatakan dalam satuan kilo pund square inch atau Ksi. Satuan ini
juga sering dinyatakan dalam lb/in²
3. X (angka ketiga) merujuk pada posisi pengelasan yang bisa dilakukan
dengan elektroda tersebut. Angka 1 menunjukkan penggunaan pada semua
posisi, angka 2 menunjukkan bahwa kawat las tersebut dapat dipakai pada
posisi datar dan horizontal dan angka 3 menunjukkan bahwa kawat las
tersebut hanya dapat dipakai pada posisi flat saja
4. X (angka keempat) merujuk pada jenis pelapis dan arus yang
dipergunakan pada elektroda tersebut

Spesifikasi tersebut berlaku untuk penggunaan pengelasan pada Mild Steel


sementara untuk spesifikasi atau standar untuk proses pengelasan yang lain seperti
untuk Low Alloy Steel dan juga untuk Stainless Steel memiliki berbagai kode
tambahan lagi di belakang kode standar yang telah disebutkan diatas. Para pelaku
industri pengelasan wajib mengetahui dengan persis apa yang tercantum pada
kotak kemasan elektroda yang akan mereka beli sehingga mereka bisa mengetahui
kegunaan yang spesifik dari elektroda tersebut.
19

Untuk elektroda yang akan dipergunakan untuk pengelasan baja lunak sendiri
terdiri atas berbagai jenis tergantung dari material yang dipergunakan. Beberapa
contoh diantaranya adalah:

1. Elektroda untuk proses pengelasan besi tuang yang terbagi lagi atas
beberapa jenis elektroda yaitu elektroda baja, elektroda nikel, elektroda
perunggu dan elektroda dengan hydrogen rendah
2. Elektroda untuk aluminium
3. Elektroda untuk pelapis keras yang bertujuan untuk memberikan lapisan
yang keras pada material yang dilas sehingga material tersebut bisa lebih
tahan terhadap berbagai hal. Elektroda jenis ini sendiri terbagi atas 3
macam yaitu elektroda tahan aus, elektroda tahan pukulan dan elektroda
tahan kikisan

Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan elektroda jenis LB-52U


yang mana karakteristik serta kualitas yang dihasilkan oleh elektroda jenis ini
terbilang cukup kuat baik dalam bidang kontruksi khusus ataupun pada bidang
manufaktur.

Gambar 2.8 Elektroda jenis LB-52U

2.6. Tipe Sambungan Pengelasan


20

Tipe Sambungan Pengelasan  adalah tipe sambungan material atau plat


yang digunakan untuk proses pengelasan. Jenis sambungan las mempunyai
beberapa macam yang menjadi jenis sambungan utama yaitu Butt Joint, Fillet (T)
Joint, Corner Joint, Lap Joint dan Edge Joint.

Gambar 2.9 Macam-macam Tipe Pengelasan

2.6.1. Butt Joint

Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam aplikasinya


jenis sambungan ini terdapat berbagai macam jenis kampuh atau groove yaitu V
groove (kampuh V), single bevel, J groove, U Groove, Square Groove untuk
melihat macam macam kampuh las lebih detail silahkan lihat gambar berikut ini.

Gambar 2.10 Tipe Pengelasan Butt Joint

2.6.2. T (Fillet) Joint

T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe


sambungan ini banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap, konveyor
21

dan jenis konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang digunakan untuk
sambungan fillet adalah double bevel, namun hal tersebut sangat jarang kecuali
pelat atau materialnya sangat tebal. Berikut ini gambar sambungan T pada
pengelasan.

Gamb
ar 2.11 Tipe
Pengelasan T (Fillet) Joint

2.6.3. Corner Joint

Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T


Joint, namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya. Pada
sambungan ini materialnya yang disambung adalah bagian ujung dengan ujung.
Ada dua jenis corner joint, yaitu close dan open. Untuk detailnya silahkan lihat
pada gambar di bawah ini.
22

Gambar 2.12 Tipe Pengelasan Corner Joint

2.6.4. Lap Joint

Tipe sambungan las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau
seam. Karena materialnya ini ditumpuk atau disusun sehingga sering digunakan
untuk aplikasi pada bagian body kereta dan cenderung untuk plat plat tipis. Jika
menggunakan proses las SMAW, GMAW atau FCAW pengelasannya sama
dengan sambungan fillet.

Gambar 2.13 Tipe Pengelasan Lap Joint

2.6.5. Edge Joint

Edge joint merupakan sambungan di mana kedua benda kerja sejajar satu
sama lain dengan catatan salah satu ujung dari kedua benda kerja tersebut berada
pada tingkat yang sama.
23

Gambar 2.14 Tipe Pengelasan Edge Joint

2.7. Uji Tarik

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
[Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk
rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material.
Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara lambat.

Gambar 2.15 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada kedua arah
sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban yang sama
besarnya.

Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan


pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi, dilakukan
pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan
24

bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana,


murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah; bentuk dan
dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
1. Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau
D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari
terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi
standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan
terjadi di daerah gage length.
2. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam
daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak
valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak
dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan
yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar baku
pengujian.

Gambar 2.16 Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.


25

Gambar 2.17 Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari
pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban
yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti
dalam persamaan 2.1 berikut:

s= P/A0…………………………………………(2.1)

Keterangan ;  

s   : besarnya tegangan (kg/mm2)

P   : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan


linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti
dalam persamaan 2.2 berikut.

………………………………………(2.2)
26

Keterangan ; 

e   : Besar regangan

L   : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung


pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan
keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang
digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah
kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan
pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan
dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding


lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus
elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan

……………………………………….(2.3)

Keterangan ;   

E  : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

e : regangan
27

σ  : Tegangan (kg/mm2)

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa
sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter,
1993]:
1. Kekuatan tarik

2. Kuat luluh dari material

3. Keuletan dari material

4. Modulus elastic dari material

5. Kelentingan dari suatu material

6. Ketangguhan.

2.7.1. Kekuatan Tarik

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan
tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah
beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.
28

…………………………………..(2.4)

dimana,

Su               = Kuat tarik

Pmaks  = Beban maksimum

A0       = Luas penampang awal

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban
maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat
terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar
dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan
tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan
beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa
nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk
tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama,
telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik,
dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan


yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada
kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan
tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal,
dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan
kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan
spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara
kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
29

dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria


yang tepat untuk keperluan perancangan.

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati


tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh
yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan
digunakan.
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada
skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan
dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.

2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan


proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-
regangan.

3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh
bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban
telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan,
nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi
beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.

2.7.2. Kekuatan luluh (yield strength)

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian
tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength)
merupakan titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi
30

plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4,
sebagai berikut.

………………………………….(2.5)

Keterangan :

Ys  : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

Py  : Besarnya beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung
pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan
sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di
mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.

Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan


sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan
untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan
dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar
dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika
Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002
atau 0,001)

………………………………..(2.6)

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji
diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat
beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan
0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di
Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga
ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset
31

biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena


metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau
batas proporsional.

2.7.3 Pengukuran Keliatan (Keuletan)

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada


saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal
[Dieter, 1993]:
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam,
misalnya pengerolan dan ekstrusi.

2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai


kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.

3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi


pengolahan

2.7.4. Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan


keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan
mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat
mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya
penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

………………………………………(2.7)

Dimana,
32

s = tegangan

ε = regangan

2.7.5. Kelentingan (resilience)

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada


waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya
dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus
kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk
menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap
satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :

Uo = ½ σxеx ………………………………………………….. (2.8)

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

…………………… (2.9)

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada
pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas
mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus
elastisitas rendah.

2.7.6. Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada


daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar
dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah
meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini
menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada
bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan antara
kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.

UT ≈ su  ef ……………………………………………………….. (2.10)


33

atau

…………………………………. (2.11)

Untuk material yang getas :

………………………………… (2.12)

Keterangan;   

UT  : Jumlah unit volume

Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang
lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang
terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk
koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati sering tidak tepat
nilai.

2.8. Uji Komposisi Kimia

Uji Komposisi Kimia merupakan suatu uji yang bertujuan untuk


mengetahui kandungan unsur kimia yang terdapat pada logam atau baja dari suatu
benda uji.Biasanya uji komposisi kimiadilakukan pada saat kita akan memulai
suatu penelitian. Hal tersebut dimaksudkan agar sebelum melakukan suatu
penelitian, kita sudah terlebih dahulu mengetahui klasifikasi dari baja atau
spesimen yang akankita gunakan tersebut. Pengujian komposisi kimia dilakukan
dengan menggunakan mesin uji OpticalEmision Spectroscopy (OES).

2.9. Prinsip Kerja Optical Emision Spectroscopy (OES).


34

Gambar 2.18 menunjukkan prinsip kerja alat uji komposisi kimia yaitu

Optical Emision Spectroscopy(OES) yaitu pengujian sinar radioaktif dan gas


argon ditembakkan terhadap sampel, kemudian dari hasil penembakan didapatkan
print out hasil uji yang terbaca pada layar komputer. Analisis komposisi kimia
inidapat kitagunakan untuk mengetahui kadar karbon baja yang kita gunakan,
apakah baja tersebut masuk dalam jenis baja karbon rendah (low karbon steel),
baja karbon sedang (medium carbonsteel), dan baja karbon tinggi (high carbon
steel) atau bahkan masuk ke dalam kategori baja paduan.
Gambar 2.18 Skema Pengamatan Uji Komposisi Kimia

2.10. Traktor Tangan


35

Gambar 2.19 Traktor tangan

Traktor tangan ini diciptakan di Cina, dengan fungsi utamanya adalah


untuk mengolah tanah. Namun, sebenarnya traktor tangan ini memiliki banyak
fungsi, seperti pompa air, alat prosesing, trailer, dan sebagainya. Alat ini
diharapkan akan berguna di wilayah Indonesia terkenal sebagai negara agraris.
Letaknya yang berada di jalur khatulistiwa membawa keuntungan tersendiri bagi
kondisi tanah di Indonesia. Tanah-tanah di Indonesia bisa diolah menjadi lahan
pertanian sehingga pertanian bisa menjadi mata pencaharian pokok masyarakat
Indonesia pada umumnya. Bagaimanapun, mengolah tanah dalam bertani secara
manual akan terasa lebih berat bagi petani. Untuk itu, diperlukan alat atau mesin
untuk mempermudah pekerjaan petani dalam mengolah tanah sawahnya. Salah
satunya adalah traktor tangan atau hand tractor/HT.

2.11. Bagian-bagian Traktor

Bagian utama traktor tangan ada tiga, yaitu:

1. Tenaga penggerak motor


2. Kerangka dan transmisi atau penerus tenaga traktor tangan
3. Tuas kendali

2.11.1. Tenaga Penggerak Motor

Pada traktor tangan, jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah
motor diesel. Selain motor diesel, ada yang menggunakan motor bensin atau
minyak tanah atau kerosin. Dengan menggunakan satu silinder, daya yang
dihasilkan kurang dari 12 Hp. Pada kerangka dipasang motor penggerak dengan
empat buah baut pengencang. Lubang baut pada kerangka dibuat memanjang agar
posisi motor dapat digerakkan maju mundur. Tujuannya adalah untuk
memperoleh keseimbangan traktor dan untuk menyesuaikan ukuran v-belt yang
digunakan. Engkol digunakan untuk menghidupkan motor diesel, sedangkan
untuk motor bensin dan minyak tanah menggunakan tali starter.
36

2.11.2. Kerangka dan Transmisi atau Penerus Tenaga Traktor Tangan

Gambar 2.20 Kerangka dan Transmisi Traktor tangan

Fungsi kerangka adalah sebagai tempat kedudukan motor penggerak,


transmisi, dan bagian traktor lainnya. Kerangka berfungsi sebagai tempat
kedudukan motor penggerak, transmisi dan bagian traktor lainnya. Bagian traktor
dikaitkan dengan kerangka dengan menggunakan beberapa buah baut pengencang.

Tenaga dari motor berupa putaran poros disalurkan melalui pully dan v-
belt ke kopling utama untuk diteruskan ke gigi persneleng sehingga
menggerakkan poros roda dan poros PTO. Gigi persneling juga berfungsi untuk
mengatur kecepatan putaran poros roda dan poros PTO. Kemudian, tenaga
disalurkan ke mesin rotary. Kopling utama dioperasikan dari tuas kopling utama.
Bila tuas ditarik ke posisi netral, maka tenaga motor tidak disalurkan ke gigi
persneleng. Akibatnya traktor akan berhenti, meskipun kondisi motor penggerak
dihidupkan.
37

Di samping kopling utama, terdapat dua kopling kemudi untuk


menggerakkan traktor ke kanan atau ke kiri. Traktor tangan juga bisa bergerak
maju mundur dengan kecepatan tertentu karena putaran poros motor penggerak
disalurkan sampai ke roda. Ada tiga jenis roda yang digunakan pada traktor
tangan, yaitu: roda ban, roda besi, roda apung atau roda sangkar/cage wheell.
Roda ban berfungsi untuk transportasi dan mengolah tanah kering. Roda besi
digunakan untuk pembajakan di lahan kering. Roda apung digunakan pada saat
pengolahan tanah basah. Ukuran roda disesuaikan dengan  spesifikasi traktor.
Besar kecilnya roda akan berpengaruh terhadap lajunya traktor.

2.11.3. Tuas Kendali

Tuas kendali digunakan untuk mengendalikan jalannya traktor. Traktor


tangan memiliki banyak tuas kendali untuk mempermudah pekerjaan. Akibatnya,
traktor menjadi lebih berat dan harganya lebih mahal. Oleh karena itu, sekarang
banyak diproduksi traktor yang dilengkapi hanya dengan beberapa tuas kendali
agar lebih ringan dengan harga yang lebih murah. Namun, kemampuan traktor
jadinya juga terbatas.

a. Tuas persneleng utama traktor tangan

Tuas ini berfungsi untuk memindahkan susunan gigi pada


persneleng sehingga perbandingan kecepatan putar poros motor penggerak
dan poros roda dapat diatur. Traktor tangan yang lengkap biasanya
mempunyai 6 kecepatan maju dan 2 kecepatan mundur. Kecepatan ini
dapat dipilih sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Kecepatan satu untuk membajak tanah dengan mesin rotary. Kecepatan
dua untuk membajak tanah dengan bajak singkal/piringan. Kecepatan tiga
untuk membajak tanah sawah yang tergenang. Kecepatan empat untuk
berjalan di jalan biasa. Kecepatan lima dan enam untuk menarik
trailer/gerobak. Mundur satu digunakan pada saat operator berjalan.
Mundur dua digunakan pada saat operator naik di trailer/gerobak.
38

b. Tuas cepat lambat traktor tangan

Tuas ini tidak selalu ada. Apabila tuas persneleng utama hanya
terdiri dari 3 kecepatan maju dan 1 kecepatan mundur, biasanya traktor
tangan dilengkapi dengan tuas persneleng cepat lambat. Fungsi perneleng
ini untuk memisahkan antara pekerjaan mengolah tanah dengan pekerjaan
transportasi (berjalan dan menarik trailer/gerobak). Dengan adanya tuas
cepat lambat, kemungkinan salah dalam memilih posisi persneleng bisa
dikurangi.

c. Tuas persneleng mesin rotary traktor tangan

Tuas ini berfungsi sebagai pengatur kecepatan putar poros PTO.


Apabila hasil pengolahan yang diharapkan halus dan gembur, maka
tempatkan posisi tuas persneleng mesin rotary pada posisi cepat dan
sebaliknya. Kecepatan putar pisau rotary dapat juga diatur dari posisi
pemasangan rantai penghubung.

d. Tuas persneleng kemudi

Tuas persneleng kemudi pada traktor tangan ada dua, masing-


masing berada di kiri dan kanan. Tuas ini digunakan untuk
mengoperasikan kopling kemudi ke kanan dan ke kiri. Apabila tuas
kopling kemudi kanan ditekan, maka putaran gigi persneleng tidak
tersambung dengan poros roda kanan sehingga roda kanan akan berhenti
dan traktor akan berbelok ke kiri. Begitu juga sebaliknya apabila kopling
kiri ditekan.

e. Stang kemudi dan kemudi bantu

Stang kemudi digunakan untuk membantu membelokkan traktor.


Meskipun sudah ada tuas kopling kemudi, namun agar berbeloknya traktor
dapat lebih tajam, perlu dibantu dengan stang kemudi. Stang kemudi juga
digunakan untuk mengangkat implemen pada saat pengoperasian. Kemudi
pembantu digunakan untuk tempat bertumpu bahu operator. Maksudnya
39

agar menambah beban bagian belakang traktor sehingga hasil pengolahan


tanah bisa lebih dalam.

f. Tuas gas traktor tangan

Tuas ini dihubungkan dengan tuas gas pada motor peggerak. Tuas
ini digunakan untuk mengubah kecepatan putaran poros motor penggerak
yang sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan. Tuas ini juga berfungsi untuk
mematikan motor traktor, apabila posisinya ditempatkan pada posisi stop.

g. Tombol lampu dan bel traktor tangan

Terkadang, traktor digunakan pada waktu malam hari, sehingga


diperlukan penerangan. Tombol bel diperlukan apabila traktor dijalankan
di jalan raya. Dengan adanya tombol lampu dan bel ini, motor traktor
harus dilengkapi dengan kumparan sebagai sumber arus listrik.

h. Tuas penyangga depan

Tuas ini menggerakkan penyangga depan. Apabila tuas didorong


akan mendorong penyangga depan turun untuk menyangga traktor.
Traktor tangan hanya mempunyai dua roda. Apabila traktor dalam keadaan
berhenti, maka untuk menegakkan traktor diperlukan penyangga.

i. Tuas kopling utama traktor tangan

Tuas kopling utama berfungsi untuk mengoperasikan kopling


utama. Bila tuas dilepas pada posisi pasang atau on, maka tenaga motor
akan tersambung ke gigi persneleng. Sebaliknya apabila ditarik ke posisi
netral atau bebas atau off, maka tenaga motor tidak disalurkan ke gigi
persneleng. Apabila ditarik lagi maka tuas kopling utama akan tersambung
dengan rem yang berada pada rumah kopling utama.
40

Anda mungkin juga menyukai