Oleh :
Aji Bayu Kurniawan
18021404073
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan karunia dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah Tugas Mandiri Proses Manufaktur 1 yang berjudul “Elektroda Las” dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan studi pustaka dari beberapa literatur dimana bertujuan
untuk menambah informasi tentang pengenalan elektroda dalam pengelasan. Dalam menyusun
makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Romels C. A Lumintang ST., MT. selaku Dosen Mata Kuliah Proses Manufaktur 1
yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penyusun sebutkansatu persatu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari adanya keterbatasan dalam makalah ini. Besar harapan penyusun
akan adanya saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan makalah ini sehingga
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II ISI 2
2.1 Pengelasan 2
2.2 Elektroda Las 3
2.3 Klasifikasi Elektroda Las 4
2.4 Aturan Penamaan Elektroda Las 6
DAFTAR PUSTAKA 15
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengelasan 2
Gambar 2. Elektroda Las 3
Gambar 3. Aturan penamaan elektroda untuk SMAW 7
Gambar 4. Aturan penamaan elektroda untuk GMAW. 8
Gambar 5 Gambar 5. Aturan penamaan elektroda untuk FCAW 9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pengelasan (welding) menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan setempat dari beberapa batang
logam dengan menggunakan energi panas. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi
ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis.
Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan
yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas.
Gambar 1. Pengelasan
Pertimbangan dalam memilih Jenis Pengelasan :
a. Logam Induk
Jenis material apa yang akan dilas dan berapa ketebalan material tersebut. informasi ini
sangat penting karena ada beberapa jenis pengelasan yang tidak cocok untuk material
tertentu atau sangat sulit pengerjaannya untuk ketebalan tertentu.
b. Bahan Pengisi
Kita harus menentukan kawat las yang sesuai dengan jenis material logam induk. Kawat
Las bisa dipilih berdasarkan material dan jenisnya. Contoh material kawat las seperti
carbon steel, stainless steel, aluminum, brass dan lain-lain. Contoh jenis kawat las seperti
logam batangan, logam rol, elektroda dan lain-lain. Setelah material dan jenis kawat las
dipilih, kita dapat menentukan jenis pengelasan yang sesuai.
c. Kekuatan Las.
Hal ini terkait dengan ketebalan penampang lasan. Untuk memperoleh ketebalan
penampang lasan yang sesuai, kita harus menentukan jenis sambungan dan jenis kampuh
las yang akan digunakan.
d. Sumber Energi.
Sumber energi apa yang kita miliki sebagai sumber panas pada proses pengelasan yang
sesuai dengan jenis pengelasan.
e. Biaya
2
Pertimbangan ini sangat menentukan dalam bisnis. Biaya pengelasan ini termasuk
investasi awal, biaya perlengkapan, biaya operasional, biaya kawat las atau elektroda dan
biaya operator.
3
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi ke-
banyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis
E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E
6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage
mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk
pangelasan pelat tipis.
3. E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah
dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan
mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada
pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.
4. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung
serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan
lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi
dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.
5. Elektroda Hydrogen Rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5
%), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk
pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk pengelasan
bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah
misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
4
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit
las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian
elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang
dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
4. Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las dapat
ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang
menghasilkan busur stabil.
5. Elektroda dengan Hydrogen rendah
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon kurang
dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik.
Hasil lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
6. Elektroda Untuk Aluminium.
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama.
Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel
keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43
untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik.
2.3.3 Elektroda untuk palapis Keras
Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan terhadap
kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk pelapis keras dapat
diklasifikasikan dalam tiga macam :
1. Elektroda tahan kikisan.
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-serbuk
karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm – 6,5 mm dipakai peda pesawat las AC
atau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada
sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau.
2. Elektroda tahan pukulan.
Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai untuk
pelapis keras bagian pemecah dan palu.
3. Elektroda tahan keausan.
Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt, Wolfram
dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang dan dudukan
katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.
5
Menurut klasifikasi AWS (American Welding Society), elektroda baja lunak dan baja
paduan rendah untuk las busur listrik dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artinya :
E : menyatakan elaktroda busur listrik
XX (kedua): menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2
X (ketiga) : menyatakan posisi pangelasan.
angka 1 untuk pengelasan segala posisi.
angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan & horizontal
angka 3 untuk pengelasan posisi flat saja.
X (keempat) menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang dipakai.
Contoh jika sebuah kawat las memiliki kode E 6013, Artinya elektroda tersebut :
o
Kekuatan tarik minimum dari deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2
o
Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi (kode 1)
o
Jenis selaput Rutil-Kalium (Kode 3) dengan arus AC atau DC + atau DC –
2.4.2 Aturan Penamaan Kode Filler Metal Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Elektroda dinyatakan dengan tanda ER XXXX yang artinya :
E : menyatakan elaktroda busur listrik
R : menyatakan Rod
XX (kedua) : menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2 .
X (ketiga) : menyatakan konstruksi elektroda.
S untuk solid dan C untuk Cored.
X (keempat) : menyatakan komposisi kimia dari elektroda dipakai.
Angka : karbon steel
Huruf dan angka : low-ally steel.
6
Gambar 4. Aturan penamaan elektroda untuk GMAW
Contoh jika sebuah kawat las memiliki kode ER 70S6 Artinya elektroda tersebut :
o R: Rod (Dapat digunakan untuk GMAW, tanpa flux)
o Kekuatan tarik minimum KSI adalah 70 (70, 80 90, 100)
o Jenis elektroda Solid / tanpa flux (kode S)
o Komposisi kimia (6) : High Silicon
2.4.3 Aturan Penamaan Kode Filler Metal FCAW (Flux Core Arc Welding) :
Elektroda dinyatakan dengan tanda EX XX-XX yang artinya :
E : menyatakan elaktroda busur listrik
X (pertama) : menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam x 10000 lb/in2
X (kedua) : menyatakan posisi pengelasan
0 untuk posisi pengelasan flat dan horizontal
1 untuk semua posisi pengelasan.
X (ketiga) : menyatakan konstruksi elektroda.
T untuk tubular (FCAW).
M untuk mixed gas, 75%-80% Air, balance CO2
X (keempat) : menyatakan komposisi kimia dari elektroda dipakai.
Angka : karbon steel & Huruf dan angka : low-ally steel.
X (kelima) : menyatakan adanya gas pelindung
Blank (tidak ada) artinya perlindungan sendiri atau CO2
M artinya mixed gas, 75%-80% air, balance CO2
C artinya CO2
7
Gambar 5. Aturan penamaan elektroda untuk FCAW
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelasan merupakan sambungan setempat dari beberapa batang logam
dengan menggunakan energi panas. Pertimbangan dalam memilih Jenis Pengelasan
antara lain logam induk, bahan pengisi, kekuatan las, sumber energy dan biaya. Elektroda
adalah bagian ujung (yang berhubungan dengan benda kerja) rangkaian penghantar arus
listrik sebagai sumber panas. Klasifikasi elektroda antaralain Elektroda Baja Lunak, baja
8
lunak dan baja paduan rendah, dan elektroda untuk paduan keras.Aturan penamaan kode
elektroda dipakai untuk SMAW, GMAW, FCAW, dan SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Dieter, G.E. (1983). Engineering design: A materials and processing approach. Tokyo:
McGraw-Hill International Book Company.
Graham E. (1990). Maintenance Welding, Prentice-Hall Inc: New Jersey.
Smith, F.J.M. (1992). Basic fabrication and welding engineering, Hong Kong: Wing Tai
Cheung Printing Co. Ltd.