Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KERJA LAS GAS

OLEH:
NAMA : INDAH AMALIA
NIM
: 061440411725
KELAS : 1 EG D

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI (DIV)
POLTEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014 /2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan
keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya,sehingga
sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya
dalam setiap kehidupan.Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari
pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peran utama dalam rekayasa
dan reparasi produksi logam.Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik
tanpa melibatkan unsur pengelasan.Pada era industrialisasi dewasa ini teknik
pengelasan telah banyak dipergunakan secara luas pada penyambungan batangbatang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin.
Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin
yang dibuat dengan teknik penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana
dalam proses pembuatannya.Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam
bidang konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa
saluran dan lain sebagainya.Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan
untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat
lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lainlain.Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan sarana
untuk mencapai pembuatan yang lebih baik.Karena itu rancangan las harus betulbetul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari
sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil dari
pengelasan sesuai dengan yang diharapkan.Dalam memilih proses pengelasan
harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan
las yang ada pada konstruksi.Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi,
biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh
mungkin.Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya
sendiri
dan
juga
sangat
tergantung
dari
persiapan
sebelum
pelaksanaan pengelasan, karena pengelasan adalah proses penyambungan antara
dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.
Oleh karena itu penulis membuat laporan ini agar dapat bermanfaat nantinya.
Dengan berakhirnya praktik pengelasan dengan Las Oxy Accetyline, penulis
bermaksud memberikan sedikit pengetahuan tentang hal-hal dasar dalam Las Oxy
Accetyline agar mahasiswa tidak mengalami hambatan dalam bekerja.

B. TUJUAN

Tujuan dari melakukan pengerjaan ini mahasiswa dapat :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengetahui peralatan dan fungsi perlengkapan las gas,


Mengetahui perlengkapan keamanan las gas,
Mengatur dan memasang peralatan las gas,
Mengatur tekanan las gas untuk persiapan kerja las gas,
Menyalakan api las gas dengan benar,
Mengoperasikan pembakaran dengan benar,
Melakukan gerakan dan posisi pengelasan dengan benar.

BAB II
LANDASAN TEORI

Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual,


dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair
oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau
tanpa logam pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan
(ditekan), sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam.
Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang
sering ditemui.Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering
digunakan untuk menghubungkan dualogam atau welding.Secara umum, perkakas
las asetilen adalah alat penyambung logam melalui proses pelelehan logam
dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin
dangas oksigen.Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong
dan menyambung benda kerja yang terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros)
Disamping untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga
dipergunakan sebagai : preheating, brazing, cutting dan hard facing. Penggunaan
untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field work), dan
reparasi (repair & maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon,
terutama lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun
demikian hampir semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas dengan
las gas, baik dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal).
Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane,
untuk logamlogam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas
tersebut diperlukan adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana

udara sendiri mengandung oxygen (21%), juga mengandung nitrogen (78%),


argon (0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida, dan unsur lain yang membentuk

Nyala api oksi-asetiline


Nyala hasil pembakaran dapat berubah tergantung pada perbandingan antara gas
oksigen O2 dengan gas asetiline C2H2.

Nyala Api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu.
Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar
yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara.
Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 0C tercapai pada ujung nyala kerucut.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala
asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk
mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000 C dan di tengah
kerucut luar kira-kira 2500 C.
.

Nyala Api Oksigen Lebih (Nyala Oksidasi)

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala
netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi
ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi
pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam
pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk
pengelasan lainnya.

Nyala Api Asitilen Lebih (Nyala Karburasi)

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara
kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di
antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang
berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan
asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala
ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja
dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

a. Nyala Oksi-asetilen
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu
nyalanya bisa mencapai 3500 oC. Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa
logam pengisi. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida
dengan air dengan reaksi sebagai berikut : C2H2+2 H2O Ca(OH)2+C2H2
Gambar bentuk tabung oksigen dan tabung asetilin :

Gambar : Tabung asetilen dan oksigen untuk pengelasan oksiasetilen.

Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh
melebihi 100 kPa dandisimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi
dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan
gas asetilen. Tabung asetilen mapu menahantekanan sampai 1,7 MPa. Skema
nyala las dan sambungan gasnya bisa dilihat pada gambar :

Gambar : Skema nyala las oksi asetilen dan sambungan gasnya

Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral,
reduksi dan oksidasi. Nyala netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

Gambar : Nyala netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar.

Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan
perbandingan oksigen dan asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa
dilihat pada gambar. Selubung luar berwarna kebiru-biruan adalah reaksi gas CO
atau H2 dengan oksigen yang diambil dari udara.

b. Pengelasan Oksihidrogen
Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000C lebih rendah dari oksigenasetilin. Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan
bengan titik cair yang rendah.

c. Pengelasan Udara-Asetilen
Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan pembakar Bunsen. Untuk nyala
dibutuhkan udara yang dihisap sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih
rendah dari yang lainnya maka kegunaannya sangat terbatas yaitu hanya untuk
patri timah dan patri suhu rendah.

d. Pengelasan Gas Bertekanan


Sambungan yang akan dilas dipanaskan dengan nyala gas menggunakan oksi
asetilen hingga 1200 oC kemudian ditekankan. Ada dua cara penyambungan yaitu
sambungan tertutup dan sambungan terbuka.
Pada sambungan tertutup, kedua permukaan yang akan disambung ditekan
satu sama lainnya selama proses pemanasan. Nyala menggunakan nyala ganda
dengan pendinginan air. Selama proses pemanasan, nyala tersebut diayun untuk
mencegah panas berlebihan pada sambungan yang dilas. Ketila suhu yang tepat
sudah diperoleh, benda diberi tekanan. Untuk baja karbon tekanan permulaan
kurang dari 10 MPa dan tekanan upset antara 28 MPa.

e. Pemotongan Nyala Oksiasetilen


Pemotongan dengan nyala juga merupakan suatu proses produksi. Nyala
untuk pemotongan berbeda dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar
lobang utama yang dialiri oksigen terdapat lubang kecil untuk pemanasan mula.
Fungsi nyala pemanas mula adalah untuk pemanasan baja sebelum dipotong.
Karena bahan yang akan dipotong menjadi panas sehingga baja akan menjadi
terbakar dan mencair ketika dialiri oksigen.

CACAT-CACAT PADA LAS ASETILIN

Dengan kondisi pengelasan yang benar, teknik dan meterial sesuai standar,
akan menghasilkan pengelasan yang sangat berkualitas. Tetapi seperti pada proses
pengelasan yang lain, cacat las dapat terjadi. Cacat yang sering terjadi pada proses
pengelasan Oksi-Asetilin antara lain :

Penetrasi yang kurang sempurna


Fusi yang kurang sempurna
Undercutting
Porosity
Longitudinal crack

1. Penetrasi yang kurang sempurna


Jenis cacat las ini dapat terjadi karena :

Ketika melakukan pengelasan tidak melakukan penetrasi ke seluruh


ketebalan dari logam dasar (base metal)
Ketika dua weld bead yang berhadapan tidak melalukan inter-penetrasi
Ketika weld bead tidak melakukan penetrasi ke ujung dari fillet weld tetapi
hanya menyebranginya.

Gambar Penetrasi yang kurang sempurna


Gas memiliki peranan yang sangat penting dalam penetrasi. Penetrasi yang
kurang sempurna biasanya disebabkan oleh tekanan gas yang rendah, dan dapat
dihilangkan dengan cara menaikkan tekanan pada manometer yang terdapat pada
tabung gas. Selain itu cacat ini dapat disebabkan oleh kecepatan pengelasan yang
terlalu lambat dan penggunaan torch yang salah atau tidak sesuai.

2. Kurangnya peleburan

Cacat las ini terjadi karena kurang atau tidak terjadi peleburan diantara logam
las dan permukaan dari base metal. Biasanya diakibatkan oleh kecepatan
pengelasan terlalu lambat. Terkadang juga diakibatkan pengaturan tekanan gas
yang rendah.

Gambar Kurang peleburan (Fusi)

3. Undercutting
Cacat las ini diakibatkan oleh penggunaan parameter tekanan gas yang
kurang tepat, khususnya kecepatan pengelasan dan tekanan gas yang tidak sesuai.
Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan undercutting
terjadi.
Dengan mengurangi kecepatan pengelasan akan dapat mengurangi besarnya
undercutting bahkan menghilangkannya.

Gambar Undercutting

Gambar Undercut yang terdeteksi oleh radiografi


Jika hanya terdapat sedikit undercutting, maka kita dapat menaikkan tekanan gas,
tetapi jika tekanan gas dinaikkan terlalu tinggi, maka undercutting dapat terjadi.

4. Porositi
Porositi adalah lubang yang diakibatkan oleh gelembung gas yang telah
membeku. Penyebab utama dari porositi adala kontaminasi dari atmosfir, dan
oksidasi yang tinggi pada permukaan benda kerja.

Gambar Porositi

Gambar Porositi yang terdeteksi oleh radiografy


5. Keretakan membujur

Keretakan dapat dibagi menj adi dua, yaitu keretakan-panas dan keretakandingin. Keretakan panas dapat terjadi ketika weld bead berada antara temperatur
meleleh dan membeku.

Gambar Keretakan-panas

Keretakan-dingin biasanya terjadi pada saat weld bead membeku. Keretakan


la innya yang dapat terja di adalah keretakan kar ena kesalah an dalam pe
nggunaan te knik pengel asan. Keretakan yang terjadi pada ujung hasil pengelasan
disebabkan oleh kesalahan dalam teknik akhir pada saat mengelas, hal ini dapat
diatasi dengan cara membalikkan arah pengelasan pada akhir pengelasan.

Gambar Keretakan crater

Gambar Cara mengatasi keretakan

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. INSTALASI PENGUJIAN
1. Menyiapkan segala peralatan, bahan/material dan tempat pengelasan.
2. Memasang semua peralatan seperti regulator pada tabung, selang hijau
pada tabung oksigen dan selang merah pada tabung asitelin.
Mengencangkan semua penghubung yang pada selang dengan tabung.
3. Katup penutup pada tabung oksigen dibuka hingga menunjukkan angka 3
pada regulator.
4. Katup penutup pada tabung asitelin dibuka hingga menunjukkan angka 6
pada regulator.
5. Periksa ujung brander, jika kotor dibersihkan dengan sikat baja.
6. Berlatih terlebih dahulu dengan menggunakan pelat-pelat
bekaserupa,sebelum mengerjakan pada benda kerja.
7. Pengelasan siap dilakukan

B. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Alat :
Peralatan yang digunakan untuk pengelasan ada dua yaitu peralatan las asitelin
dan peralatan bantu mengelas.
Peralatan las asitelin terdiri dari:

Selang
Brander
Regulator
Tabung las

Peralatan bantu mengelas :

Kapur
Tang
Korek api

Bahan :
- Plat besi ukuran 103 x 72 mm
C. TEKNIK PENGELASAN

1. Posisi pengelasan di bawah tangan


Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di
bawahtangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung
pembakar(brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi (filler rod)
dimiringkan dengansudut antara 30 - 40 dengan benda kerja. Kedudukan ujung
pembakar ke sudutsambungan dengan jarak 2 3 mm agar terjadi panas maksimal
pada sambungan.Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah
sambungan dangerakannya adalah lurus.
2. Posisi pengelasan datar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan
denganarah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk
ituayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap
bendakerja menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar,
sedangkankawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di atas garis mendatar.
3. Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atauke
bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambunganyang
bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar 80.
4. Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan
posisilainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan
daribawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10 dari
garisvertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45-60.
5. Pengelasan arah ke kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke
kiridengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda kerja
sedangkansudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini
banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan
posisi yangsulit saat mengelas.
6. Pengelasan arah ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke
kiri.Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya
4,5mm ke atas.
7.

Operasi Branzing ( Flame Brazing )

Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan


tanpamencairkan logaminduk yang disambung, hanya logam p eng isi saja.
Misalnyasaja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las
darikuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( 1550 C) lebih tinggi dari kuningan
(sekitar 1080C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan
lebihmudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.
8. Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )
Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Proses penggergajian (sewing) dan menggunting(shearing) merupakan contoh dari
proses pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok
diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian
dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapimemerlukan waktu pemotongan
yang lebih lama. Untuk dapat memotong pela ttebal denngan waktu lebih singkat
dari cara gergaji maka digunakan las gas inidengan peralatan khusus misalnya
mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ). Pemotongan
pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikansuplai gas
Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur padatorch yang
memang dibuat untuk keperluan memotong.
9. Operasi Perluasan ( Flame Gauging )
Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada
produk/komponenlogam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat
tadi sebelumditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau
diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah
kemudian alurhasil pencungkilan tadi diisi kembali denganlogam las.

10. Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )


Operasi pelurusan dilaksanakan denganmemberikan panas pada komponendengan
bentuk pola pemanasan tertentu.Ilustrasi dibawah ini menunjukkanprinsip dasar
pemuaian dan pengkerutanpada suatu logam batang.Batang lurus dipanaskan
dengan polapemanasan segitiga. Logam cenderungmemuai pada saat dipanaskan.
Daerahpemanasan tersebut menghasilkanpemuaian yang besar. Logam
mengkerutpasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.

D. LANGKAH KERJA

1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan semua peralatan, bahan dan tempat yang akan digunakan.


Menggunakan peralatan pengaman (Safety).
Periksa ukuran bahan yang akan digunakan.
Membuat 4 atau 5 baris pemandu jalur pengelasan dengan kapur putih.
Meletakkan plat yang sudah di beri garis di tempat pengelasan pada posisi
yang benar dan nyaman.
6. Memeriksa brander harus dalam keadaan tertutup.
7. Penyalaan api pada las asitelin dengan cara memutarkan katup pembuka
gas asitelin dan menghidupkan api dengan korek api.
8. Pengaturan nyala api dengan memutar katup gas asitelin dan gas oksigen
hingga nyala api netral didapatkan.
9. Jika semua persiapan sudah lengkap, dekatkan las dengan benda kerja
(plat) pada jalur yang telah dipersiapkan untuk melakukan proses
pengelasan
10. Mulai melakukan pengelasan dengan mengarahkan nyala api brander pada
logam induknya.
11. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan
logam pengisi pada bagian logam induk yang mencair dan
mengayunkan brander sampai terbentuk rigi-rigi las yang diinginkan.
12. Mengulangi nomor 10 sampai nomor 11 sampai didapat rigi-rigi las yang
baik.
13. Jika proses pengelasan sudah selesai, alat las dimatikan dengan cara
mengecilkan gas asitelin dan gas oksigen sampai habis.
14. Setelah praktikum selesai, membersihkan tempat dan peralatan praktikum
serta mengembalikannya pada tempat semula.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada proses pengelasan yang bagus sangat diperlukan keterampilan dari si


pengelas dan persiapan pengelasan yang cukup, karena pada proses pengelasan
memerlukan tingkat ketelitian dan konsenterasi yang tinggi sehingga dapat
menghasilkan produk optimal. Permasalahan yang sering terjadi pada proses
pengelasan asitelin dapat kita lakukan dengan cara mengamati hasil dari
pengelasan pada plat. Permaslahan yang sering terjadi adalah terjadinya kecacatan
pada hasil las pada plat seperti:
- Terbentuknya Lubang pada plat.
Disebabkan karena terlalu lama terjadi pengapian pada bagian plat yang dilas.
- Kekeliruan pada alur pengelasan.
Disebabkan karena keterampilan pengelas yang belum menguasai teknik
pengelasan secara sempurna.

BAB V
PENUTUP

A KESIMPULAN
Proses pengelasan merupakan proses penyambungan antara dua logam atau
lebih. Pada proses pengelasan memerlukan banyak latihan dan uji coba las,
dikarenakan proses pengelasan memerlukan keterampilan, tingkat ketelitian dan
konsenterasi yang tinggi untuk mendapatkan hasil pengelasan yang optimal.
Menguasai prinsip dari pengelasan asitelin sangat dibutuhkan seperti cara
pengaturan nyala api yang diperlukan, karena biasanya las asitelin digunakan pada
plat yang tipis sehingga memerlukan pengaturan nyala api yang sesuai.
B SARAN
Dalam melakukan kerja praktek kita harus teliti dan sabar, tidak tergesa-gesa
dalam bekerja, tidak bersenda gurau dan selalu berhati-hati dalam bekerja, serta
selalu memakai alat-alat keselamatan kerja yang sudah disiapkan, dengan
menggunakan pengaman mata, tangan dan tubuh. dan juga menjaga dan merawat
semua peralatan las yang digunakan agar tidak rusak dan tahan lama (awet).
DAFTAR PUSTAKA
terasepte.blogspot.com/2013/05/laporan-kerja-las-gas.html

saiyungcity.blogspot.com/2013/09/makalah-praktek-kerja-las.html
coreei7.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai