Anda di halaman 1dari 26

Nama : Muhamad Kurniawan

NIM : 40040420650026

Prodi : Teknologi Rekayasa Konstruksi Perkapalan

Kelas : A

Latihan Soal !

1. Sampai sejauh mana ruang lingkup penggunaan teknologi pengelasan saat


ini ?
2. Dalam sejarah pengelasan, dikenal adanya masa keemasan pertama, kedua,
dan ketiga, jelaskan penemuan-penemuan pada masa-masa tersebut !
3. Terangkan bagaimana penggunaan dan perkembangan teknologi pengelasan
beserta kendala teknis berupa patah getas pada bangunan jembatan dan
kapal di dunia ini !

4.a. Uraikan secara lengkap klasifikasi cara-cara pengelasan material !

b. Terangkan secara lengkap klasifikasi cara-cara pemotongan material !

5.a. Jelaskan bagaimana klasifikasi sambungan las berdasarkan jenis


sambungan dan bentuk alur !

b. Jelaskan bagaimana klasifikasi sambungan las berdasarkan cara


pengelasan !

Jawaban :

1. Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam


dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan sambungan yang continue.Ruang lingkup pengelasan meliputi
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan
sebagainya.

Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk


reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat
lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan
macam-macam reparasi lainnya.

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan


sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu
rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan
memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi
serta kegunaan disekitarnya.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di


dalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana
pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan.Karena itu di
dalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek,
secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi
bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula
tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan las dan jenis las
yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau
mesin yang dirancang.

Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40
jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara
menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-
atom molekul dari logam yang disambungkan.klasifikasi dari cara-cara
pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut.
Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan
pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku
logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi
baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam
yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.

2. Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada awal
abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari
pembakaran gas Acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu
itu sudah dikembangkan las listrik namun masih  langka.

Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya dilakukan
dalam skala besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat, Amerika Serikat
dapat membuat sejumlah kapal sekelas dengan kapal SS Liberty, yang
merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di las. Di mana
sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses pengerjaan menggunakan paku
keling (‘’rivets’’). Pada masa itu, muncul pula cara pertama untuk mengetes
hasil pengelasan, seperti uji ‘’kerfslag’’ (lekukan yang tertutup lapisan).

Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno mulai


menggunakan pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM (untuk
membuat pipa tembaga dengan memalu lembaran yang tepinya saling
menutup). Winterton menyebutkan bahwa benda seni orang Mesir yang
dibuat pada tahun 3000 SM terdiri dari bahan dasar tembaga dan emas hasil
peleburan dan pemukulan. Jenis pengelasan ini, yang disebut pengelasan
tempa {forge welding), merupakan usaha manusia yang pertama dalam
menyambung dua potong logam. Contoh pengelasan tempa kuno yang
terkenal adalah pedang Damascus yang dibuat dengan menempa lapisan-
lapisan besi yang berbeda sifatnya.

Pengelasan tempa telah berkembang dan penting bagi orang Romawi kuno
sehingga mereka menyebut salah satu dewanya sebagai Vulcan (dewa api
dan pengerjaan logam) untuk menyatakan seni tersebut. Sekarang kata
Vulkanisir dipakai untuk proses perlakuan karet dengan sulfur, tetapi dahulu
kata ini berarti “mengeraskan”. Dewasa ini pengelasan tempa secara praktis
telah ditinggalkan dan terakhir dilakukan oleh pandai besi. tahun 1901-1903
Fouche dan Picard mengembangkan tangkai las yang dapat digunakan
dengan asetilen (gas karbit), sehingga sejak itu dimulailah zaman pengelasan
dan pemotongan oksi-asetilen (gas karbit oksigen).

Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode pemakaian las yang
terutama sebagai cara perbaikan, dan perkembangan yang paling pesat
terjadi selama Perang Dunia I (1914-1918). teknik pengelasan terbukti dapat
diterapkan terutama untuk memperbaiki kapal yang rusak. Winterton
melaporkan bahwa pada tahun 1917 terdapat 103 kapal musuh di Amerika
yang rusak dan jumlah buruh dalam operasi pengelasan meningkat dari 8000
sampai 33000 selama periode 1914-1918. Setelah tahun 1919, pemakaian las
sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi mulai berkembang dengan pertama
menggunakan elektroda paduan (alloy) tembaga-wolfram untuk pengelasan
titik pada tahun 1920.

Pada periode 1930-1950 terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan


mesin las. Proses pengelasan busur nyala terbenam (submerged) yang busur
nyalanya tertutup di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial
pada tahun 1934 dan dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih
dari 50 macam proses pengelasan yang dapat digunakan untuk menyambung
pelbagai logam dan paduan.

Pengelasan yang kita lihat sekarang ini jauh lebih kompleks dan sudah
sangat berkembang. Kemajuan dalam teknologi pengelasan tidak begitu
pesat sampai tahun 1877. Sebelum tahun 1877, proses pengelasan tempa dan
peyolderan telah dipakai selama 3000 tahun. Asal mula pengelasan tahanan
listrik {resistance welding) dimulai sekitar tahun 1877 ketika Prof. Elihu
Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas pada gulungan
transformator, dia mendapat hak paten pertamanya pada tahun 1885 dan
mesin las tumpul tahanan listrik {resistance butt welding) pertama
diperagakan di American Institute Fair pada tahun 1887.

Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan tumpul nyala
partikel (flash-butt welding) yang menjadi satu proses las tumpul yang
penting. Zerner pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur nayala
karbon {carbon arc welding) dengan menggunakan dua elektroda karbon,
dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia merupakan orang pertama
yang menggunakan proses busur nyala logam dengan memakai elektroda
telanjang (tanpa lapisan). Coffin yang bekerja secara terpisah juga
menyelidiki proses busur nyala logam dan mendapat hak paten Amerika
dalam tahun 1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer memperkenalkan
konsep elektroda logam yang dilapis untuk menghilangkan banyak masalah
yang timbul pada pemakaian elektroda telanjang.

Thomas Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen
yang terbakar, serta menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau
mencairkan logam. Pada penggunaan dan pengembangan teknologi las. Pada
waktu ini, teknik las telah dipergunakan secara luas dalam penyambungan
batang-batang pada konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin.
Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin
yang dibuat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini menjadi
lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana, sehingga biaya
keseluruhannya menjadi lebih murah.

Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah, dapat diketahui bahwa teknik


penyambungan logam telah diketahui sejak jaman prasejarah, misalnya
pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal-
timah. Menurut keterangan yang didapat telah diketahui dan dipraktikan
dalam rentang waktu antara tahun 40000 sampai 30000 SM. Sumber energi
panas yang digunakan waktu itu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu
atau arang, tapi panas yang dihasilkan pembakaran dari bahan bakar itu
sangat rendah, sehingga teknik penyambungan ini tidak dikembangkan lebih
lanjut.

Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah, teknologi


pengelasan maju dengan pesat dan menjadi suatu teknik penyambungan
yang mutakhir. Cara-cara dan teknik pengelasan yang sering digunakan pada
masa itu adalah las busur, las resistansi, las termit, dan las gas, pada
umumnya diciptakan pada akhir abad ke – 19.
Benardes menggunakan alat-alat las busur pada tahun 1885, dengan
elektroda dibuat dari batang karbon atau grafit. Pada tahun 1892, Slavianoff
adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang turut
mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi.
Kjellberg menemukan kualitas sambungan menjadi lebih baik bila kawat
elektroda dibugkus dengan terak. Pada tahun 1886, Thomson menciptakan
proses las resistansi listrik. Goldscmitt menemukan las termit dalam tahun
1895 dan pada tahun 1901 las oksi asetelin mulai digunakan oleh Fouche
dan piccard. Pada tahun 1936 Wesserman menemukan cara pembrasingan
yang mempunyai kekuatan tinggi.

Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai


sampai dengan tahun 1950, telah mulai mempercepat lagi kemajuan dalam
bidang las. Pada masa ini telah ditemukan cara-cara baru dalam pengelasan
antara lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung
CO2, las gesek, las busur plasma dan masih banyak lagi.

3. Pada tahap permulaan dari pengembangan teknologi las, pengelasan


biasanya hanya dipergunakan pada sambungan dan reparasi yang kurang
penting. Tetapi melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu
yang lama, sekarang penggunaan pengelasan dan penggunaan konstruksi las
merupakan hal yang umum di semua negara dunia. Sejarah pemakaiannya
dapat ditelusuri dengan melihat hal-hal berikut, pada tahun 1921 telah dibuat
kapal laut pertama di dunia yang seluruhnya menggunakan sambungan las.
Jembatan kereta api dengan konstruksi baja pertama yang seluruhnya dilas
dibuat pada tahun 1927 dan dipasang melintasi sungai Turtle Creek di
Pensylvania, Amerika Serikat. Pada tahun yang sama Gedung Sharon yang
merupakan gedung besar pertama yang menggunakan rangka baja yang
seluruhnya dilas juga didirikan di Amerika Serikat. Suatu hal yang menarik
bahwa konstruksi bangunan dengan las seperti yang telah disebutkan,
dibangun sekitar tahun 1920 dimana pada saat tersebut juga sedang terjadi
laju perkembangan teknologi las yang cepat. Sekitar tahun1940-an terjadi
patah getas pada beberapa jembatan dan kapal yang dilas. Walaupun secara
statistik kecelakaan yang ditimbulkan oleh patah getas ini hanya kecil, tetapi
memberikan masalah teknik besar yang perlu segera diatasi. Sehubungan 9
dengan usaha pemecahan masalah tersebut banyak hal baru dalam teknologi
las yang turut terpecahkan antara lain sifat mampu las dari baja. Salah satu
contoh kasus bangunan yang mengalami patah getas adalah Jembatan
Rudersdorf di Jerman yang terbuat dari pelat baja yang dilas. Patahnya
jembatan ini disebabkan oleh beberapa retak halus pada daerah pengaruh
panas dari sambungan las. Penyelidikan yang dilakukan terhadap patahan ini
membuktikan bahwa penyebab utamanya adalah menjalarnya patah getas
yang disebabkan oleh adanya cacat las seperti retak halus dan tegangan sisa
pada bahan yang terjadi selama pengelasan. Penelitian kemudian
menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan yang digunakan terutama kepekaan
terhadap takik dan retak las memegang peranan utama dalam patah getas.
Kelanjutan dari penelitian-penelitian ini menentukan standar cara-cara
pengujian seperti uji Charpy dengan takik V, uji rambatan retak, dan cara uji
kepekaan retak. Dengan cara-cara pengujian ini maka terbentuklah dasar-
dasar pemilihan bahan yang sesuai untuk pengelasan. Terwujudnya standar-
standar teknik dalam pengelasan membantu memperluas lingkup pemakaian
sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat
dilas. Luasnya lingkup pemakaian sambungan las juga mencakupi dunia
permesinan yang salah satunya digunakan pada pengelasan pipa pada plat
kondensor. Dengan kemajuan yang telah dicapai sampai saat ini, teknologi
las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern.
4.a. Proses Pengelasan :

– Klasifikasi Pengelasan Berdasarkan Cara Kerja :

1.
Pengelasan Tekan.

Pengelasan tekan adalah Sebuah proses pengelasan yang dilakukan dengan cara
material dipanaskan kemudian ditekan hingga kedua material tersambung
menjadi satu. Berikut ini contoh las tekan :

 Las Ledakan.

 Las Gesek.

 Las Tempa.

 Las Tekan Gas.

2. Pengelasan Cair.

Pengelasan Cair adalah sebuah proses pengelasan yang dilakukan dengan cara
memanaskan bagian yang akan disambung hingga mencair dengan sumber
panas dari energi listrik atau api dari pembakaran gas baik menggunakan bahan
tambah atau tanpa menggunakan bahan tambah (filler/elektroda). Berikut ini
contoh las cair :

Las Busur Listrik:

Dalam pengelasan busur listrik terdapat 2 jenis pembagian yaitu pengelasan


elektroda tak terumpan (non consumable electrode) dan elektroda terumpan
(consumable electrode).

Arti Elektroda tak terumpan adalah elektroda atau kawat las tersebut tidak ikut
mencair selama proses pengelasan berlangsung, fungsinya hanya sebagai
sumber busur listrik, bukan sebagai bahan pengisi. Contoh pengelasan elektroda
tak terumpan adalah Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau biasa kita kenal
dengan sebutan las Argon.

Elektroda Terumpan adalah kawat las ikut mencair dalam proses pengelasan.
Sehingga selain sebagai sumber busur elektroda juga sebagai logam pengisi
yang nantinya ikut mencair dan menjadi weld metal. Contoh pengelasan
consumable electrode adalah Las SMAW, Las FCAW, Las GMAW, Las SAW.

Las Gas:

 Las OAW

Las Termit.

3. Pematrian.

Pematrian adalah sebuah cara menyambung dua logam dengan sumber panas
dengan menggunakan bahan tambah yang mempunyai titik cair lebih rendah,
pada proses pematrian ini logam induk tidak ikut mencair.

Perbedaan antara pengelasan dan pematrian adalah jika pada pengelasan logam
induk dan elktroda (logam pengisi) keduanya ikut mencair atau melting,
sedangkan pada pematrian yang mencair hanya bahan tambah atau filler
metalnya sedangkan logam induk tidak karena mempunyai temperatur leleh
yang lebih tinggi. Berikut ini contoh Pematrian :

 Soldering.
 Brazing.

– Proses Pengelasan Berdasarkan Sumber Energi :

 Energi Listrik.
Sumbernya dari busur listrik yang terjadi saat elektroda atau kawat las
menyentuh benda kerja karena adanya pertukaran ion.
Contoh : Las SMAW, GMAW, SAW dan lainnya.

 Energi Kimia.
Proses pengelasan yang sumber panasnya dihasilkan dari bahan bakar gas
dengan udara yang sifatnya eksotermik.
Contoh Explosion Welding (EXW) dan las termit.

 Energi Mekanik.
Sumber panas pengelasannya dihasilkan dari adanya gesekan dan tekanan.
Contoh Pengelasan Friction Stir Welding.

Klasifikasi Pengelasan di atas berdasarkan cara kerja dan sumber energi. Jika
dijadikan satu jenis pengelasan sangat banyak, berikut ini jenis jenis
pengelasan.

Jenis Jenis Pengelasan:

Untuk macam macam pengelasan secara umum berikut ini daftarnya.

1. OAW.
Oxy Acetylene Welding adalah proses pengelasan yang sumber panasnya
dihasilkan dari campuran gas oksigen dan asetilen.

2. SMAW.
Shielded Metal Arc Welding adalah pengelasan busur listrik, sumber energi
panas yang dihasilkan dari energi listrik dirubah menjadi energi panas untuk
melelehkan elektroda dan benda kerja.

3. GTAW.
Gas Tungsten Arc Welding ialah jenis pengelasan elektroda tidak terumpan,
artinya elektroda hanya sebagai penghasil busur dan tidak ikut mencair.
Untuk jenis elektrodanya adalah wolfram atau tungsten, sebagai pelindung
lasannya menggunakan gas Argon, Helium dan campuran keduanya.

4. SAW.
Submerged Arc Welding adalah las busur terendam, saat proses pengelasan
berlangsung busur las tertutupi oleh flux yang berbentuk seperti pasir. Hal
tersebut yang membuat jenis pengelasan ini dinamakan las busur terendam.

5. FCAW.
Flux Core Arc Welding merupakan jenis pengelasan dengan dua jenis
pelindung yaitu flux yang berada di dalam kawat las dan tambahan
pelindung gas, dapat berupa gas CO2 campuran argon.

6. GMAW.
Gas Metal Arc Welding yaitu pengelasan busur listrik yang menggunakan
pelindung berupa gas. Jenis pengelasan ini terbagi menjadi 2 yaitu MIG
(Metal Inert Gas) dan MAG (Metal Active Gas).
Untuk MIG menggunakan jenis gas muliah sebagai pelindung yaitu Argon,
Helium dan campuran keduanya, sedangkan untuk MAG menggunakan gas
CO.

7. FSW (Friction Stir Welding).


Jenis pengelasan yang menggunakan mesin frais untuk proses pengelasan.
Sistem kerjanya dua plat dicekam kemudian bagian yang disambung akan
dikenakan dengan tool yang diputar oleh mesin frais sehingga terjadi
gesekan dan timbul panas yang melelehkan material sehingga timbul proses
pengelasan yang membuat kedua material tersebut tersambung.

8. Spot Welding.
Merupakan las titik yang cara kerjanya dua benda ditekan dengan dua
elektroda yang dilancipkan. Jadi proses penyambungannya tidak kontinyu
melainkan berupa titik sesuai dengan lokasi yang dilas. Aplikasinya
biasanya untuk pelat pelat tipis pada dunia otomotif atau kerangka body.

9. Seam Welding.
Sejenis dengan spot welding, yang membedakannya pengelasan ini
sambungannya secara kontinyu atau memanjang.
10.Stud Welding.

11.Plasma Arc Welding (PAW).

4.b. Klasifikasi Cara-cara Pemotongan :


Jika sebuah struktur dibuat, prosedur pertama adalah pemotongan material
dan ada beberapa metode pemotongan. Tenaga mekanis digunakan untuk
pengguntingan dan penggergajian, dan sumber panas temperatur tinggi
untuk pemotongan dengan gas dan mesin potong busur plasma. Berbagai
macam teknik pemotongan digunakan dalam sehari-harinya, tergantung
dengan kebutuhannya, misalnya seperti kapasitas pemotongan, jenis material
yang dipotong, akurasi pemotongan, kualitas permukaan potong,
kemampuan operasinya, efisiensi biaya dan faktor keamanan.
Sumber energi panas yang digunakan untuk pemotongan termal termasuk
reaksi oksidasi, energi listrik, energi sinar dan kombinasi dari tersebut
diatas. Bagaimanapun juga pemotongan termal sangat jarang digunakan
hanya dengan energi termal saja. Sebagian besar dari potong termal
dilakukan dengan pemanasan bagian logam yang dipotong dan peniupan
terak yang timbul sebagai hasil dari pemotongan oleh gas. Energi
hidrodinamik dari gas adalah sangat penting.
Pemotongan Dengan Gas
Bila metode pemotongan gas dipertimbangkan, kita selalu membayangkan
pada pemotongan baja. Metode yang memanfaatkan sifat reaksi oksidasi
yang dimiliki oleh baja adalah sederhana dan populer. Fenomena
(gambaran) tentang kawat panas yang membara mulai terbakar hebat dengan
nyala putih terang dalam oksigen telah ditemukan oleh seorang ahli kimia
Perancis yang bernama Lavoisier pada tahun 1776. Tetapi baru tahun 1900-
an teknik pemotongan gas mulai diperkenalkan. Walaupun saat ini teknik
pemotongan termal menggunakan berbagai tipe energi telah dikembangkan,
teknik ini tetap menjadi salah satu yang penting untuk pemotongan bahan
baku material untuk pembuatan jembatan-jembatan dan konstruksi-
konstruksi baja termasuk juga bangunan kapal.
Prinsip pemotongan gas
Walaupun seperti yang terlihat pada gambar I.89, pada kenyataannya bagian
dari besi atau baja diberi pemanasan awal dengan nyala api pemanasan awal
sampai titik bakar (sekitar 900ºC) awalnya, dan kemudian oksigen murni
tekanan tinggi ditiupkan langsung pada pusat (tengah-tengah) api preheating
ke logam induk, mencairkan daerah tiup dan memisahkan oksida besi hasil
pembakaran yang disebut slag (terak). Jadi pemotongan terus menerus
membuat galur untuk melengkapi pemotongan dengan gas. Adanya
pemotongan oksigen ini menjadi sangat penting.

Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan


denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair. Pemotongan yang dibahas
dalam buku ini adalah cara memotong logam yang didasarkan atas
mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam
pengelasan adalah pemotongan
Proses pematrian menggunakan logam tambahan (pengisi) dari jenis “non-
besi” dimana titik cairnya mencapai lebih dari 430 ° C, tetapi masih dibawah
titik cair logam induk yang akan di sambung, logam tambahan tersebut
kemudian akan mengisi ruang diantara logam-logam yang akan disambung.
Gaya yang menarik logam cair untuk mengisi segenap ruangan
penyambungan, disebut dengan “gaya kapiler. Pada pematrian biasa,
distribusi logam pengisi tidak dikendalikan oleh gaya kapiler, tetapi logam
pengisi dicairkan dan dituangkan pada daerah yang akan disambung.
Diperlukan fluks khusus untuk menghilangkan oksida logam dan logam
pengisi harus mempunyai sifat fluiditas, agar dapat membasahi permukaan
logam yang akan disambung.
Tidak semua logam lunak baik digunakan untuk penyambungan dengan
patri, namun logam dan paduan patri yang lazim digunakan adalah:
a). Tembaga; titik cirnya ± 1083 ° C
b). Paduan tembaga (kuningan + perunggu); dengan titik cair antara (870 s/d
1100) ° C
c). Paduan perak; titik cair nya (630 s/d 934) ° C
d). Paduan aluminium; titik cairnya antara (570 s/d 640) ° C.
Biasanya proses pematrian dapat dikelompokkan berdasarkan cara
pemanasan logam induk (biasanya memakai nyala oksiasatilen), sedangkan
proses mana yang akan digunakan, tergantung kepada bahan pengisi,
peralatan yang tersedia, biaya dan bentuk benda yang akan disambung.

Dibawah ini dapat dilihat, gambar beberapa bentuk-bentuk sambungan patri


yang lazim dipakai pada berbagai keperluan komersial:
a). Sambungan tindih
b). Sambungan temu
c). Sambungan serong

Catatan:
a). Diperlukan adanya celah di antara logam I dan logam II, sehingga logam
pengisi dapat mengisi nya berdasarkan gaya tarik-menarik kapiler
b). Ke-2 (dua) logam yang akan disambung, harus bersih dari kotoran-
kotoran, minyak-minyak atau oksida-oksida.
c). Ke-2 (dua) logam yang akan disambung patri, harus mempunyai dimensi
yang sama.
Hal yang paling utama harus dipehatikan pada proses pematrian adalah:
permukaan yang akan di patri, harus bebas dari kotoran-kotoran, minyak
atau oksida-oksida. Adakalanya diperlukan pembersihan menggunakan
cairan kimia (secara kimiawi) ataupun secara mekanik, disamping juga fluks
(boraks dan campuran nya dengan garam-garam lain).

CARA MEMANASKAN L OGAM PADA PROSES PEMATRIAN


Secara umum, ada 4 (empat) cara yang dapat dilakukan untuk memanaskan
logam induk pada proses pematrian, yaitu:
a). Pencelupan benda yang akan disambung kedalam logam pengisi atau
fluks cair. Suhu fluks cair harus lebih rendah dari titik cair logam induk yang
akan di sambungkan.
Biasanya ke-2 logam induk tersebut di jepit dengan menggunakan “jig”.
b). Mematri dengan menggunakan dapur.
Benda dijepit dgn jig dan dimasukkan ke dalam dapur pada suhu pencairan
logam patri (filler).
c). Mematri dengan nyala, analogi dengan pengelasan gas oksiasetilen.
Panas berasal dari nyala oksiasetilen atau oksihidrogen dan kawat logam
pengisi dicairkan tepat pada celah-cekah sambungan. Fluks (berupa
“boraks”) ditambahkan dengan cara mencelupkan kawat ke dalam air.
d). Pada patri listrik, panas berasal dari tahanan, induksi atau busur (arc).
Catatan:
1. Agar mudah pengendalian suhu dan kecepatan nya, biasanya digunakan
cara a) dan b).
2. Untuk mempercepat proses pematrian, bahan pengisi dapat dibentuk
terlebih dahulu menyerupai bentuk sambungan (misalnya: cincin, batang,
dll)
2.7 Keuntungan Patri:
a. memungkinkan penyambungan logam yang sulit di las
b. dapat menyambung logam dari jenis yang berlainan asalkan dimensi nya
sama
c. dapat menyambung bahan yang tipis
d. proses nya relatif cepat, rapih dan tidak memerlukan “finishing” lebih
lanjut.

Bahan-Bahan Yang Umum di Patri:


- pipa
- pemasangan ujung karbida pada mata pahat
- sambungan pada engine radiator
- sambungan pada heat exchanger
- alat-alat listrik (electrics circuit)
- perbaikan hasil cor-cor an, dll
5.a Sambungan Las

Jenis Sambungan Las

Sambungan Pengelasan adalah tipe sambungan material atau plat yang


digunakan untuk proses pengelasan dengan tujuan untuk mendapatkan
penetrasi dan hasil sambungan yang maksimal. Jenis sambungan las
mempunyai beberapa macam yang menjadi jenis sambungan utama yaitu
Butt Joint, Fillet (T) Joint, Corner Joint, Lap Joint dan Edge Joint.

Sambungan Las ini dapat diaplikasikan pada semua jenis proses las baik
SMAW, FCAW, GMAW, SAW, GTAW atau OAW, namun yang perlu
diperhatikan adalah parameter yang digunakan dan tebal material. Karena
tebal material sangat berpengaruh terhadap arus dan pemilihan jenis kampuh
las, berikut jenis sambungan las serta penjelasannya.
Macam Macam Sambungan Las:

1. Butt Joint.

Macam macam kampuh las

Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam aplikasinya


jenis sambungan ini terdapat berbagai macam jenis kampuh atau groove
yaitu V groove (kampuh V), single bevel, J groove, U Groove, Square
Groove untuk melihat macam macam kampuh las lebih detail silahkan lihat
gambar berikut ini.
2. Tee Joint (Sambungan T).

Gambar Sambungan Fillet

T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe


sambungan ini banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap,
konveyor dan jenis konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang
digunakan untuk sambungan fillet adalah double bevel, namun hal tersebut
sangat jarang kecuali pelat atau materialnya sangat tebal. Di atas adalah 
gambar sambungan T pada pengelasan.

Sambungan Tee ini banyak yang menyebutnya dengan sambungan fillet,


padahal dalam pengelasan fillet merupakan jenis pengelasan. Yang termasuk
pengelasan fillet atau fillet weld adalah sambungan Tee, Lap dan Corner.
Sehingga mulai sekarang perlu diperbaiki tentang penyebutan ini.
3. Corner Joint.

Gambar Sambungan Las Corner

Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan T


Joint, namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya. Pada
sambungan ini materialnya yang disambung adalah bagian ujung dengan
ujung. Ada dua jenis corner joint, yaitu close dan open.

Sambungan Close corner adalah jika material 1 ditumpuk pada atas material
2, sedangan open corner adalah sambunga plat yang saling bertemu pada
bagian ujung. Untuk detailnya silahkan lihat pada gambar di atas.
4. Lap Joint (Sambungan Tumpang).

Tipe sambungan las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau
seam. Karena materialnya ini ditumpuk atau disusun sehingga sering
digunakan untuk aplikasi pada bagian body kereta dan cenderung untuk plat
plat tipis. Jika menggunakan proses las SMAW, GMAW atau FCAW
pengelasannya sama dengan pengelasan fillet.
5. Edge Joint.

Gambar Sambungan Edge


Macam Macam Kampuh Las :

Kampuh las merupakan bentuk potongan plat yang akan disambung. Tujuan
pembuatan kampuh pengelasan ini untuk mendapatkan penetrasi atau
penembusan yang dalam dari hasil pengelasan. Kampuh ini dibuat atau
diaplikasikan pada material yang tebal, rata rata yang menggunakan kampuh v
adalah material yang lebih tebal dari 8 mm, berikut ini jenis jenis kampuh Las :

 Square atau I.

 Kampuh V.

 Double V atau X.

 Bevel.
 Double Bevel.

 Kampuh J.

 Double J

 Kampuh U.

 Double U.

 Flare Bevel.

 Flare V.

5.b -Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logam
dengan cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang
disambung

-Sambungan las  Metoda pengelasan, diklasifikasikan berdasarkan metode


pemanasan untuk mencairkan logam pengisi serta permukaan yang
disambung.

- Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara


elektroda las dengan benda kerja. Berdasarkan (1) aplikasi logam pengisi
dan (2) perlindungan logam cair thd atmosfir, Electric arc welding
diklasifikasikan menjadi:

 Shielded Metal Arc welding (SMAW)

 Gas Metal Arc Welding (GMAW)

 Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)

 Flux-cored Arc Welding (FCAW)

 Submerged Arc Welding (SAW)


Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I 2R,
melalui kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di
cekam dengan baik. Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield,
tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam
inert gas. Metoda pengelasan ini cocok untuk produksi massal dengan
pengelasan kontinu.
Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene
untuk memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang
disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok
untuk pengelasan ringan dan perbaikan.
Laser beam welding : teknik pengelasan yang digunakan untuk
menggabungkan potongan-potongan logam atau termoplastik melalui
penggunaan laser.

Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan


panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam
saat dipanaskan biasanya dibawah titik cair material.

Anda mungkin juga menyukai