Oleh
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat dan karunia-
Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan Tugas Elemen Mesin II dengan judul “Perencanaan
Roda Gigi Kerucut Pada Mesin Gerinda Tangan”.
Sehubungan dengan penyelesaian tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak, Muhammad Yanis, ST, MT, selaku dosen pengasuh mata kuliah Tugas Elemen Mesin
II ini.
Akhirnya penulis berharap kiranya tugas perencanaan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan rekan-rekan mahasiswa terutama di lingkungan Jurusan Teknik mesin Universitas
Sriwijaya
Penulis
7
DAFTAR ISI
BAB
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
9
Halaman
TABEL
1. Klasifikasi Roda gigi ......................................................... 4
DAFTAR GAMBAR
10
Halaman
GAMBAR
2. Klasifikasi Roda gigi ......................................................... 5
DAFTAR LAMPIRAN
11
Halaman
1. Kartu Asistensi ............................................................ Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
12
A. Latar Belakang
Suatu mesin terdiri dari elemen-elemen yang jumlahnya relatif besar mencapai lebih
dari ribuan. Kesemuanya itu saling mendukung untuk menghasilkan suatu gerak yang
direncanakan terlebih dahulu. Hal yang perlu untuk diperhatikan dalam perencanaan adalah
kesesuaian antar komponen, faktor keamanan, umur, efisiensi, dan biaya serta ketahanan
Roda gigi adalah suatu komponen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya yang
besar dari roda gigi ke roda gigi yang lain untuk digerakkan dengan melalui motor.
Dalam ilmu elemen mesin dikenal beberapa cara pembuatan roda gigi atau
penggabungan dua atau lebih komponen mesin yang terpisah. Pada dasarnya roda gigi terbagi
a. Adendum yaitu jarak radial antara bidang atas (top land) dengan lingkaran
puncak.
b. Dedendum yaitu jarak radial dari bidang bawah (bottom land) dengan lingkaran
puncak.
c. Circular Pitch (Jarak Lengkung Puncak) adalah jarak yang diukur pada lingkaran
puncak, dari satu titik pada sebuah gigi ke satu titik yang berkaitan pada gigi
sebelahnya.
Jadi, roda gigi termasuk juga pada jenis sambungan tidak tetap, karena roda gigi
merupakan pemindah daya dari putaran poros roda gigi yang dihasilkan oleh motor
13
penggerak ke motor yang digerakkan dan juga sebagai alat yang berfungsinya menghentikan
Mesin Gerinda Tangan merupakan satu alat dari beberapa alat yang menggunakan
perencanaan roda gigi kerucut dengan pengerjaan mekanik. Dikatakan sebagai roda gigi
kerucut Spiral karena bentuk visualnya yang mirip dengan kerucut dan alur giginya yang
berbentuk spiral. Selain itu pada mesin gerinda tangan ini bila ditinjau dari letak poros roda
giginya adalah termasuk roda gigi dengan poros berpotongan dengan sudut porosnya
sebesar 90°.
1. Tujuan Penulisan
b. Untuk menerapkan kajian teoritis yang diperoleh dari kuliah ke dalam bentuk
2. Manfaat Penulisan
a. Melatih kami mendalami dan memahami fungsi dan karakteristik dari suatu elemen
mesin.
b. Mampu merencanakan elemen mesin (roda gigi) yang berdasarkan atas perhitungan-
C. Pembatasan Masalah
14
Dalam tugas perencanaan elemen mesin II ini kami hanya akan membahas mengenai
D. Metode Penulisan
Pada tugas perencanaan ini pembahasan dilakukan dengan menggunakan literatur dan
buku-buku yang memuat data serta rumus-rumus yang berkaitan dengan masalah yang kami
bahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
15
Jika dari dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang saling bersinggungan pada
kelilingnya salah satu diputar, maka yang lainnya akan ikut berputar pula. Alat yang
menggunakan cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut roda gesek. Hal ini
untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu tepat.
Namun untuk menghasilkan daya yang besar dan putaran yang tepat, kedua roda gesek ini
harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya dilkukan oleh gigi-gigi kedua
roda yang saling berkait. Roda gigi semacam ini, yang dapat berbentuk silinder atau kerucut
Roda gigi dengan Roda gigi miring silang (i) Kontak titik
3. poros silang Batang gigi miring silang Gerakan lurus dan berputar
16
Tabel 1.
Klasifikasi Roda Gigi
Gambar 1.
Klasifikasi Roda Gigi
Roda gigi pada umumnya dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
Roda gigi lurus, yaitu suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
daya dan putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan tanpa terjadi
Roda gigi ini bersifat tetap yang mana dalam artinya tidak dapat dilepas
Roda gigi miring yaitu elemen mesin yang mempunyai jalur gigi yang
membentuk ulir pda siloinder jarak bagi, berfungsi sebagai penghubung antara
roda gigi yang digerakkan dengan roda gigi penggerak dengan putaran dan daya
besar. Tetapi untuk beban yang besar roda gigi cacing dapat dipergunakan dengan
perbandingan sudut kontak yang lebih besar. Roda gigi ini meliputi roda gigi
Merupakan roda gigi yang paling sering dipaka tetapi roda gigi ini sangat
berisik dengan perbandingan kontak yang kecil, macam-macam roda gigi ini
Terminologi dari roda gigi digambarkan pada (Gambar 2). Lingkaran Puncak (pitch
circle) dari sepasang roda gigi yang berpasangan adalah saling bersinggungan satu terhadap
yang lain.
Gambar 2.
Tata Nama Roda Gigi
Pinyon adalah roda gigi yang terkecil diantara dua roda gigi yang berpasangan. Yang
Jarak Lengkung Puncak (circular pitch), p adalah jarak yang diukur pada lingkaran
puncak, dari satu titik pada sebuah gigi ke suatu titik yang berkaitan pada gigi di sebelahnya.
Jadi jarak lengkung puncak adalah sama dengan jumlah tebal gigi (tooth-thickness) dan lebar
d
p m
N
p jarak lengkung puncak
d diameter puncak (mm)
N jumlah gigi
m mod ule (mm)
19
Modul (module), m adalah perbandingan antara diameter puncak dengan jumlah gigi.
d
m
N
m mod ule
Puncak diametral (diametral pitch), P adalah perbandingan antara jumlah gigi pada
roda gigi dengan diameter puncak. Atau kebalikan dari module. Puncak diametral dinyatakan
N
P
d
P puncak diametral ( gigi per inci)
maka:
pP
Addendum a adalah jarak radial antara bidang atas (top land) dengan lingkaran
puncak. Dedendum b adalah jarak radial dari bidang bawah (bottom land) ke lingkaran
puncak. Tinggi keseluruhan (whole depth) ht adalah jumlah addendum dan dedendum.
dengan lingkaran addendum dari pasangan roda gigi tersebut. Kebebasan (clearance), c
adalah an-punggung (bock-lash) adalah besaran yang diberikan oleh lebar antara dari satu
roda gigi kepada tebal gigi dari roda gigi pasangannya diukur pada lingkaran puncak.
Roda gigi yang termasuk dasar adalah roda gigi dengan poros sejajar, dan dari jenis
ini yang paling dasar adalah roda gigi lurus. Namun, bila diingini transmisi untuk putaran
20
tinggi, daya besar dan bunyi kecil antara dua poros sejajar, pada umumnya roda gigi yang
Sedangkan untuk roda gigi kerucut biasanya dipakai untuk memindahkan gerakan
antara poros yang berpotongan. Dengan sudut perpotongan antara kedua poros sebesar 90°.
Namun roda gigi bisa dibuat untuk semua ukuran sudut. Giginya bisa dituang, dimilling, atau
dibentuk.
Jarak Kebebasan pada roda gigi kerucut adalah merata (Uniform Clearance).
Roda gigi kerucut lurus adalah jenis roda gigi kerucut yang mudah dan sederhana
pembuatannya dan memberikan hasil yang baik dalam pemakaiannya bila dipasangkan secara
tepat dan teliti. Sama halnya dengan roda gigi lurus, roda gigi ini menjadi bising pada harga
Sepasang roda gigi kerucut yang saling berkait dapat diwakili oleh dua bidang
kerucut dengan titik puncak yang berhimpit dan saling menggelinding tanpa slip. Kedua
bidang kerucut ini disebut “kerucut jarak bagi”. Besarnya sudut puncak kerucut
merupakan ukuran bagi putaran masing-masing porosnya. Roda gigi kerucut yang alur
giginya lurus dan menuju ke puncak kerucut dinamakan “roda gigi kerucut lurus”.
Gambar 3.
Nama Bagian-bagian Roda Gigi Kerucut
Sumbu poros pada roda gigi kerucut biasanya berpotongan dengan sudut 90°.
Bentuk khusus dari roda gigi kerucut dapat berupa “roda gigi miter” yang mempunyai
sudut kerucut jarak bagi sebesar 45° dan roda gigi mahkota dengan sudut kerucut jarak
Gambar 4.
22
Sudut puncak pada roda gigi kerucut dapat dihitung dengan menggunakan
NP NG
tan dan tan
NG NP
Berikut ini adalah gambar roda gigi dan pinyon kerucut lurus.
Gambar 5.
Roda Gigi Dan Pinyon Kerucut Lurus
Gigi lurus standar dari roda gigi kerucut dipotong dengan menggunakan sudut
tekan 20°, addendum dan dedendum yang tidak sama, dan kedalaman gigi yang penuh.
Hal ini menambah perbandingan kontak, menghindari kurang potong, dan menambah
Pada suatu pemasangan roda gigi kerucut yang khas yaitu satu diantara luar dari
bantalan. Ini berarti bahwa lendutan poros bisa lebih nyata dan mempunyai pengaruh
yang lebih besar dari pada persinggungan gigi tersebut. Kesulitan yang timbul dalam
memperkirakan tegangan pada gigi roda gigi kerucut adalah bahwa gigi ini berbentuk
tirus. Jadi untuk mendapatkan persinggungan garis yang sempurna melalui pusat kerucut
gigi tersebut haruslah melentur yang lebih besar dibandingkan pada ujung yang kecil.
23
Untuk mendapatkan kondisi ini memerlukan adanya keseimbangan yang lebih besar pada
ujung yang besar. Karena variasi beban di sepanjang muka gigi ini, maka dianjurkan
motor dengan sumber arus, motor tersebut menghasilkan daya yang kemudian
dittansmisikan ke pully alat pemarut es melalui sabuk. Daya yang ditransmisikan oleh
sabuk pemutar poros horizontal. Roda gigi kerucut yang dipasang pada poros tersebut
akan ikut berputar dan akan mengerakkan pinyon yang terhubung dengan roda gigi. Pada
diameter dalam dari pinyon dimasukkan batang penekan dan diberi pasak. Batang
penekan berulir memutar turun karena diberi pasangan, yaitu roda gigi miring yang
letaknya di atas pinyon dan dikunci oleh baut pengunci roda gigi miring. Batang penekan
berulir turun sambil memutar balok es. Pada landasan tempat balok es tersebut diputar
terdapat mata pisau bergigi pada suatu tempat dan diberi lubang persegi empat untuk
potongan kecil yang kemudian akan turun melalui lubang ke tempat penadah. Jika balok
es sudah menjadi tipis, maka pedal gas akan dilepas untuk menghentikan kerja dari alat
tersebut. Kemudian baut pengunci dari roda gigi dikendurkan dan dengan memutar roda
kemudi yang dihubungkan dengan roda gigi miring pada pinyon sehingga akan memutar
batang penekan berlawanan arah kerja tadi, maka batang penekan berulir akan naik ke
Gambar 6.
Alat Pemarut Es Mekanik
Keterangan gambar pemarut es mekanik adalah :
2. Batang tekan
3. Pinyon kerucut
5. Poros
6. Pasak
7. Bantalan
25
BAB III
PERHITUNGAN
Pada perencanaan roda gigi ini dipakai dua buah roda gigi kerucut lurus, dimana
satu roda gigi berfungsi sebagai roda gigi penggerak (gear) dan yang lainnya sebagai roda
gigi yang digerakkan (pinyon). Adapun bahan dari roda gigi dan pinyon adalah besi cor
3. Reduksi transmisi = 5
Pd = P x fc
= 0,25 x 1
= 0,25 kW
26
Dari harga reduksi puli dan sabuk yang telah diketahui, maka putaran roda gigi kerucut
nc
I
ni
I = reduksi puli = 5
Sehingga :
1500
5
ni
ni 300rpm
Reduksi pada roda gigi kerucut :
Z1
1,5
Z2
Z 1 n1
Dimana :
Z 2 n2
n2 = putaran pinion
n2 = 300 x 1,5
n2 = 450 rpm
= 811,6 kg mm
27
= 18/27
δ1 = 33,6
= 27/18
δ2 = 56,3
dp = Np/P
= 18/3 = 6 in = 152,4 mm
dg = Ng/P
= 27/3 = 9 in = 228,6 mm
F = 10/P
X1 = 0,46 [1-(18/27)2]
= 0,46 [1-0,4]
= 0,276
X2 = - 0,276
7. Untuk pinion
28
hk1 = (1 + X1) m
Dimana : m = modul
= dp/Np
hf1 = (1 – 0,276) m + Ck
Ck = 0,188 P 0,0508 mm
= 0,188 3 0,0508 mm
= 0,11 mm
= 6,23 mm
hk2 = (1 – X1) m
= (1 – 0,276) 8,46
= 6,12 mm
hf2 = (1 + X1) m + C k
= 170,3 mm
= 235,33 mm
11. Jarak dari puncak kerucut sampai puncak luar gigi untuk pinion
= 70,26 mm
R = dp/2 sin δ1
= 138,5 mm
Wt = 60 . 103 . H/π dn
H = P . fc
= 0,25 kW
= 0,26 kN
= 158,16 mm = 6,23 in
= 489,06 ft/menit
= 50 / 50 489,56
= 0,693
= 0,698 kPa
σa = 4 kg/mm2
4 x 9,81 kg
=
1.10 6 m 2
Puli
31
D = 100 mm
I =5
I = reduksi puli
= 100/5 = 20
3,14 x 20 x1500
=
60000
= 1,57 m/s
Po =
F1 F 2V ........................................... (Sularso hal. 171)
102
Po = 0,25 kW
V = kecepatan
Maka : 0,25 =
F1 F 21,57
102
F1-F2 = 16,24
Sabuk
b b 2 8D d
2
Dimana :
b = 2L – π(100 + 20)
= 2(1016) – 3,14(120)
= 2032 – 376,8
= 1655,2
Maka :
b b 2 8D d
2
C=
8
= 411,85
57(D d)
θ 180o
C
57(100 20)
θ 180o
411,85
θ 168,93o
θ ≈ 169o
Maka :
F1/F2 = eμ.θ
F1/F2 = eμ.θ
F1/F2 = e0,2.169
33
F1/F2 = e33,8
F1 = 4,78 F2
16,24 = F1 – F2
16,24
F2
3,78
F2 4,30 kg
F1 20,54 kg
Pd
N ....................................................... (Sularso hal. 173)
Po .K
0,25
N
0,25 x 0,97
N 1,03 1 buah
Dengan jenis sabuk yang dipakai adalah sabuk V dengan tipe sabuk sempit 3 V.
1. Perencanaan Poros
dp F sin 1
=
2
34
= 52,77 mm
Wt = 811,6/52,77
= 15,4 kg
= 3,10 kg
= 4,67 kg
y
F1
A B C
5 cm 9 cm 3,2 cm x
D
z Rcz Rcz
Rby Rcy
Wt
E
Wa
Wr
Momen di titik C
F1 . CD + Wr . AC + Rby . BC = Wa . AE
Rby = Wa . AE – Wr . Ac – F1 . CD
= - 12,07 kg
35
Σfy = 0
= 26,04 kg
ΣMcz = 0
Rby . BC = Wt . AC
15,4.14
Rbz =
9
= 24 kg
ΣFz = 0
Rby + Rcz = Wt
Rcz = 15,4 – 24
= -8,6 kg
ΣT = 0
T = Wt . AE (dimana AE = rav)
= 15,4 . 52,77
= 804,96 kg.mm
Rb = Rby2 Rbz 2
= 12,072 24 2
= 26,8 kg
Rc = Rcy2 Rcz 2
= 26,042 8,62
36
= 25,5 kg
W = Wt 2 Wr 2
= 16,09 kg
Sumbu x - y
18,46
C
A B
D
Wr Rby Rcy
4,67 12,07 26,04
26,04 18,64
4,67 16,04
+
+
V
-
-7,4
596,48 kg.mm
233,5 kg.mm
A B C D
37
Sumbu x- z
Rbz = 24
Wt = 15,4
Rcz = 8,6
15,4
+ B C D
V A
-
-8,6
770 kg.mm
Selanjutnya :
Wt = T/rav
n = 2,6
Dengan perencanaan :
Sy = 84 kpsi
Kb = 0,865
Kd = Ke = 1
Kf = 1,33
Se = KaKbKcKdKeKfSe
= 0,75.0,865.0,868.1.1.1,33.50
= 37,45 kpsi
ds = 48 n T S y M S e
2
2 1/ 2
1/ 3
............ (Shigley hal. 270)
= 48x2,6 / 3,14 70,46 / 84x103 69,93 / 37,45x10
2 3 2 1/ 2
1/ 3
= 0,43 in = 10,92 mm ≈ 11 mm
2. Perencanaan Pasak
Dalam pasak poros transmisi baja karbon AISI 1010 diroll panas
σB = 33,06 kg/mm2
diameter poros 11 mm
Sfk 1 = 6
T = 811,6 kg.mm
F = T/r
= 2T/d
= 811,6 . 2 / 11
=147,56 kg
2,2 ≥ 147,56 / li . 3
li ≥ 22,4 mm
Pa = 8kg / mm 2
t1 = 2,5 mm
F
Pa ≥
l .t1
8 ≥ 147,56 / l2 . 2,5
l2 ≥ 7,4 mm
Lk/ds = 13/11 = 1,2 (0,75 < 1,36 < 1,5 adalah baik)
40
C. Perencanaan Bantalan
Dalam perencanaan ini jenis bantalan yang digunakan yaitu bantalan gelinding bola tunggal.
X=1;V=1;Y=0
= 3,10 /1 . 24,4
= 0,13
Pr = 1 . 1 . 24,4 + 0,310
Pr = 24,4 kg
Dimana : Lh = 5 x 365
= 1825 jam
C/Pr = L1/3
C = Pr.L1/3
= 24,4(49,275)1/3
= 89,45 kg
2. Bantalan di titik C
Pr = XVFr + Yfa
X=1;V=1;Y=0
Pr = 1.1.13,6 + 0.3,10
= 13,6 kg
C / Pr = L1/3
C = 49,85 kg
42
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan mengenai ukuran bagian-bagian roda gigi pada mesin gerinda tangan , yaitu sebagai
berikut :
1. Alat penggerak
Modul = 8,46 mm
3. Poros
Diameter poros = 11 mm
4. Pasak
43
Panjang pasak = 15 mm
5. Bantalan
DAFTAR PUSTAKA
1. Shigley, J.E dan LD. Mitchell, “Perencanaan Teknik Mesin”, Jilid 2, Edisi
Keempat, Erlangga, Jakarta, 1984.
2. Sularso, Ir, MSME dan K. Suga, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin”, Cetakan Kesembilan, Pradnya Paramita, Jakarta, 1997.
LAMPIRAN