DAYA ( N ) : 10,1 PS
OLEH :
NIM : 16202206
MEDAN
2018
DAYA ( N ) : 10,1 PS
OLEH :
NIM : 16202206
Diketahui oleh :
( Ir.NURDIANA,MT )
MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di segala bidang
terutama di bidang transportasi. Alat yang sangat di butuhkan oleh manusia setiap hari untuk
Salah satunya yaitu kendaran roda dua yang dalam hal ini penulis mengangkat judul
Rancangan Roda Gigi Lurus sebagai acuan rancangan penulis. Sepeda motor mempunyai
komponen utama yaitu transmisi yang di dalamnya terdiri dari roda gigi yang di susun
sedemikian rupa, sehingga dapat meneruskan daya dari out put mesin, dimana kecepatan
putar mesin dapat di rubah berdasakan perbandingan jumlah roda gigi yang pertama dengan
roda gigi berikutnya. Oleh karena itu penulis akan merancang ulang roda gigi lurus ini
I.2. Tujuan
Dengan merancang transmisi ini kita dapat mengetahui data-data sebagai acuan
rancangan, memperhitungkan kecepatan, kekuatan bahan, bahan yang akan di pilih dan lain-
Mengingat banyaknya pokok bahasan tentang perancangan transmisi ini, maka dalam
hal ini penulis membatasi hanya untuk mengetahui komponen-komponen yang ada dalam
transmisi, fungsi dan cara kerja serta melakukan perhitungan tentang poros, spline, naf, roda
gigi, bantalan dan pelumasan dengan daya 10,1 PS pada daya putar maximum 8000 rpm.
BAB II
LANDASAN TEORI
Jika dari dua buah benda berbentuk silinder atau kerucut yang saling bersinggungan
pada kelilingnya salah satu diputar maka akan ikut berputar pula. Alat yang menggunakan
cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya disebut Roda Gesek. Cara ini cukup
baik untuk meneruskan daya kecil dengan putaran yang tidak perlu tepat.
Untuk mentransmisikan daya yang besar dan putaran yang tepat tidak dapat dilakukan
dengan roda gigi gesek. Untuk ini, kedua roda gigi tersebut harus dibuat bergigi pada
kelilingnya sehingga penerus daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkaitan.
Roda gigi semacam ini yang berbentuk silinder atau kerucut, disebut roda gigi.
Diluar cara transmisi diatas, ada pula cara lain untuk meneruskan daya, yaitu dengan
sabuk dan rantai karna lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan tepat, dan daya lebih besar.
Kelebihan ini tidak selalu dipilihnya roda gigi di samping cara yang lain, karena memerlukan
Pemakaian roda gigi sebagai alat trasmisi telah menduduki tempat terpenting di
segala bidang selama 200 tahun terakhir ini. Pengunaannya dari alat pengukuran yang kecil
dan teliti seprti jam tangan, sampi roda gigi reduksi turbin yang besar yang berdaya puluhan
mega Watt.
Dalam pembuatan roda gigi terlihat banyaknya variasi roda gigi ini bertujuan untuk
memvariasikan kecepatan putar pada roda gigi. Dengan demikian putaran dapat di percepat
Roda gigi di klasifikasikan seperti pada table 2.1 menurut letak poros, arah putaran,
Tabel 2.1 Klasifikasi Roda Gigi Menurut Letak Poros, Arah Putaran dan Bentuk Jalur Gigi
& paling banyak digunakan. Roda gigi lurus dapat dilihat pada gambar 2.1
Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir pada silinder jarak bagi.
Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membentuk kontak
serentak (disebut perbandingan kontak ) adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus,
sehingga pemindahan momen putaran yang melalui gigi-gigi tersebut dapat berlangsung
dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk metransmisikan putara tinggi dan beban besar.
Namun roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan kontak roda gigi yang lebih kokoh,
karena jalur roda gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros ( gaya aksial ). Roda gigi miring terlihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2. Roda gigi miring
Gaya aksial yang di timbulkan pada roda gigi ini yang memepunyai alur berbentuk V
tersebut akan saling meniadakan. Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan
keliling, dan daya yang di teruskan dapat di perbesar, tetapi sukar dalam pembuatan. Roda
Roda gigi dalam dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan
perbandingan reduksi besar. Karena pinyon terletak di dalam roda gigi. Terlihat pada gambar
2.4.
Gambar 2.4 Roda gigi dalam ( ring gear )
Pinion dan batang gigi merupakan dasar profil profil pahat pembuat gigi pasangan
antara batang gigi. Pasangan antara batang gigi dan pinion digunakan untuk merubah putaran
Dalam roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang
puncaknya terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus dengan gigi lurus
paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena
perbandingan kontaknya yang kecil. Juga kontruksinya tidak memungkinkan pemasangan
BAB III
Roda gigi krucut spiral mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar dapat
meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua roda gigi krucut ini biasanya
Roda gigi permukaan juga termasuk kedalam katagori roda gigi dengan poros
Roda gigi miring silang ini di gunakan pada konstruksi permesinan dengan
Roda gigi cacing silindris meneruskan putaran dengan perbandingan reduksi yang
besar. Roda gigi cacing silindris mempunyai bentuk silindris dan lebih umum di pakai.
Roda gigi hipoid sering di pakai pada roda gigi difrensial otomatis. Roda gigi ini
memiliki jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunya bersilang, dan
pemindahan daya pada permukaan gigi berlangsung secara meluncur. Terlihat pada gambar
2.11.
Nama–nama bagian utama roda gigi terlihat pada gambar 2.12. Keterangan gambar
12. Out side or addendum circel ( diameter luar atau lingkar kepala )
Nama-nama bagian utama roda gigi terlihat pada gambar 2.12. Adapun ukurannya
dinyatakan dengan diameter lingkar jarak bagi, yaitu lingkar hayal yang menggelinding tanpa
slip. Ukuran gigi dinyatakan dengan “jarak bagi lingkar”, yaitu jarak sepanjang lingkar jarak
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan jumlah
gigi. Dengan demikian ukuran gigi dapat di tentukan dari besarnya jarak bagi lingkar
tersebut. Namun, karna jarak bagi lingkar selalu mengandung factor π, pemakaiannya sebagai
ukuran gigi dirasakan kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini, diambil suatu ukuran yang di
45610 xP
m3 …………………… ……………………………………………... ……( 2.1 )
xCxZxn
P = Daya ( Dk )
= Factor pemasangan
Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 ( rpm ) pada poros
penggerak dan n2 ( rpm ) pada poros yang digerakkan, diameter lingkar jarak bagi d1 dan d2
( mm ), dan jumlah gigi z 1 dan z2, maka perbandingan putaran “u” menurut Sularso 1997,
adalah:
n1 d1 m.z1 1
u ..……………………………..……………………………….........( 2.2 )
n 2 d 2 m.z 2 i
z2
i
z1
Jarak sumbu poros a ( mm ), jumlah gigi adalah z1 dan z2, dan modul m, maka jarak
z1 z 2
am ……………………………..………………………………………….. ……( 2.3 )
2
Diameter lingkar jarak bagi input adalah d1, diameter lingkar jarak bagi output d2,
jarak sumbu poros a, rasio perbandingan gigi i, menurut Sularso 1997, maka:
2 xa
d1 …………………………………………………………………………………….( 2.4 )
1 i
2 xaxi
d2 …………………………….……………………………………………..........( 2.5 )
1 i
Out side or addendum circel ( diameter luar atau lingkar kepala ) adalah d k, jumlah
gigi adalah z, dan modul adalah m, maka Out side or addendum circel ( diameter luar atau
d k 2 z m ……………………………..………………………………………….........( 2.6 )
Root circle ( lingkar akar atau lingkar kaki ) adalah dd, diameter lingkar jarak bagi
input adalah d, maka Root circle ( lingkar akar atau lingkar kaki ), menurut Sularso 1997
adalah :
dd d 2,5 xm ………………………….....…………………………………………….( 2.7 )
Dedendum, ( tinggi kaki ) adalah hf, modul m, maka ( tinggi kaki ) “hf” menurut
Circular trickness ( tebal gigi ) adalah Tb, π adalah 3,14, modul adalah m, maka
Tb xm ……………………………..…………………………………………….........( 2.10 )
2
Circular pitch ( jarak bagi lingkar ) adalah t, π adalah 3,14, modul adalah m, maka
t xm …………………………….……………………………………………………...
( 2.11 )
Face with ( lebar gigi ) adalah b, gaya tangensial Ft, kekuatan tarik B , modul m ,
factor bentuk gigi Y, maka Face with ( lebar gigi ), menurut Sularso 1997 adalah:
Ft
b …………………….............……………………………………………….
BxmxY
( 2.12 )
dan kecepatan keliling V ( mm/det ), maka “Ft” menurut Sularso 1997 adalah :
102 xPd
Ft …………………………….………………………………………….........( 2.13 )
v
Begitu juga demikian nilai V ( mm/det )juga belum di ketahui, maka π adalah 3,14,
diameter luar / kepala dk ( mm ), putaran rencana n (Rotasi Per Detik ), menurut Sularso
1997 maka :
xdk
V ………………………………………………………………………..............
n
60
( 2.14 )
II.3. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Putaran utama dalam
Macam-macam poros
1. Poros Transmisi
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya di tranmisikan
pada poros ini melalui koling, roda gigi, puli sabuk atau sprocket rantai, dan lain-lain.
2. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek, sepeti poros utama mesin perkakas, di mana beban
3. Gandar
Poros seperti ini di pasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat
Pertama kali ambillah suatu kasus di mana daya P ( kW ) harus ditransmisikan dan
putaran poros n ( rpm ). Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya P. Daya
yang besar mungkin terjadi pada saat start atau mungkin beban yang besar terjadi terus-
Jika P adalah daya nominal yang di keluarkan oleh motor penggerak, maka berbagai
macam factor keamanan yang dapat di ambil. Jika factor koreksi adalah fc, maka daya
Jika daya di berikan dengan daya kuda ( Dk ) maka harus di kalikan dengan 0,746
Pd 0,746 xP ……………………………………………………………………………..
( 2.16 )
Jika momen puntir ( di sebut juga sebagai momen rencana ) adalah T ( Kg.mm ),
Pd
T 9,74 x10 5 …………………………..…………………………………………….( 2.17 )
n
Tegangan geser yang di izinkan a ( Kg/mm2 ) untuk pemakaian umum pada poros
dapat di peroleh dengan berbagai cara, dalam hal ini digunakan metode Sf. Dimana harga Sf1
6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan, sedangkan harga untuk Sf 2
yaitu poros ditinjau akan di beri pasak atau di buat bertangga karena pengaruh kosentrasi
B
a …………………………..……………………………………………......( 2.18 )
Sf 1 xSf 2
Untuk mendapatkan diameter poros ds (mm) ada factor Kt yaitu, di pilih 1,5 jika
bebab dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, 1,5-3,0 jika
terjadi beban atau tumbukan yang besar. Dan juga factor Cb diambil 1,2-2,3 , jika tidak akan
terjadi beban lentur cukup di ambil 1,6, menurut Sularso 1997 adalah:
1
5,1xK t xC b xT 3
ds ……………………………………………………………………
a
( 2.19 )
Sedangkan tegangan geser yang terjadi ( Kg/mm2 )di karnakan adanya momen
rencana T (Kg.mm), dan pada suatu diameter poros d (mm), menurut Sularso 1997 yaitu :
5,1xT
a ……………………………..………………………………………………....( 2.20 )
d s3
II.4. Spline
Spline adalah alur-alur yang terdapat pada poros sebagai tempat dudukan roda gigi
Spline digunanakan bertujuan untuk meneruskan daya, dan dalam hal ini putaran
poros ke roda gigi. System ini dijumpai pada banyak system permesinan.
Untuk mendapatkan suatu nilai dimensi atau ukuran pada rancangan ini ada beberapa
ds = Diameter poros
= 0,810 x Ds
ws = Tebal spline
= 0,15 x Ds
Dalam merancang suatu poros, karna spline ini adalah termasuk dalam poros maka
Tegangan geser yang di izinkan a ( Kg/mm2 ) untuk pemakaian umum pada poros
dapat di peroleh dengan berbagai cara, dalam hal ini digunakan metode Sf. Dimana harga Sf1
6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan, sedangkan harga untuk Sf 2
yaitu poros ditinjau akan di beri pasak atau di buat bertangga karena pengaruh kosentrasi
tegangan cukup besar, adalah 1,3 sampai 3,0. Dan B kekuatan tarik ( Kg/mm2), menurut
B
a ………………………………………………………………………….( 2.21 )
Sf 1 xSf 2
Sedangkan tegangan geser yang terjadi ( Kg/mm2 )di karnakan adanya momen
rencana T (Kg.mm), dan pada suatu diameter poros d (mm), menurut Sularso 1997 yaitu :
5,1xT
a …………………………………………………………………………….( 2.22 )
d s3
II.5. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur
Klasifikasi Bantalan
a. Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditmpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisa
pelumas.
b. Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seprti bola ( peluru ), rol, atau
a. Bantalan radial, arah beban yang di tumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu
poros.
c. Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar
Dalam perancangan ini diambil bantalan radial karna, roda gigi yang di gunakan
adalah roda gigi lurus secara keseluruhan yang dalam hal ini nilai gaya aksial Fa dianggap
P = X . Fr + Y . Fa …………………………………………………………………….( 2.23 )
X = Faktor Radial
Y = Faktor Aksial
Fr = Gaya Radial
Fa = Gaaya Aksial
T
Fr
D ……………………………………………………………………………...( 2.24 )
2
Dimana : T = Torsi
fh
CP ………………………………………………………………………………..( 2.25 )
fn
fn = Speed factor
1
Lh 3
fh ……………………………….………………………………………...( 2.26 )
500
Dimana : n = Putaran
Pada perancangan pelumas kali ini disamakan atara pelumas roda gigi dengan
pelumas mesin, karna gear box tercakup dalam klasifikasi mesin pada kendaraan roda dua
ini.
Sebagai Pelumas
Oli melumasi permukaan metal yang bersinggungan dengan cara membentuk lapisan
film. Lapisan oli ( oil film ) tersebut berfungsi untuk mencegah kontak langsung antara
permukaan metal yang membatasi keausan dan kehilangan tenaga minim. Terlihat pada
gambar 2.15
Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin menjadi panas sekali. Hal ini
akan menyebabkan keausan yang cepat, bila tidak di turunkan temperaturnya. Untuk
melakukan ini oli perlu di sirkulasikan di sekeliling komponen agar dapat menyerap panas
Sebagai Perapat
Oli membentuk semacam selaput oli antara dua roda gigi atau lebih yang berkaitan.
Ini berfungsi semacam perapat ( seal ) yang dapat mencegah hilangnya tenaga masin.
Sebagai pembersih
gesekan dan menyumbat saluran oli. Oli akan membersihkan kotoran-kotoran yang
menempel dan mencegah tertimbunnya kotoran dalam mesin dengan pergantian oli secara
berkala.
Oli menyerap dan menekan tekanan local yang beraksi pada komponen yang di lumasi,
serta melindungi agar komponen tersebut tidak menjadi tajam saat tejadinya gesekan-
Untuk mecari luas bidang gesek pada roda gigi, dimana luas bidang gesek roda gigi A
( mm ), lebar gigi b ( mm ), tinggi gigi ht atau tinggi kepala ditambah tinggi kaki, jumlah gigi
Z ( gigi ).
Karena dalam hal ini ada lima pasang roda gigi in dan out, maka luas total yaitu :
Diambil diameter linkar jarak bagi rata-rata pada roda gigi input dan out put pada
kecepatan 5 d5 (mm), dengan kecepatan keliling V ( m/s ), dan n5 putaran kecepatan 5 (rpm).
xd 5 xn5
V …………………………………………………………………………( 2.31 )
60
d in d out
d5 ……………………………………………..........................................( 2.32 )
2
ANALISA PERHITUNGAN
d
Gambar 3.1. Poros
Dalam merencanakan suatu elemen mesin pasti ada hal-hal yang penting dan perlu
diperhatikan. Begitu pula pada poros. Pada perencanaan poros ini antara lain :
Gerakan aksial pada poros sedikit mungkin sebab pada waktu panas terjadi pemuaian.
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Putaran utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Dalam bab ini akan di bicarakan adalah proses
Oleh karena itu perlu diperhatikan jenis bahan yang dipergunakan biasanya dalam
Pada perancangan ini poros pemindahan daya (P) sebesar 60 Dk pada putaran (n)
7200 rpm. Jika daya yang diberikan sebesar daya yang diberikan dalam daya kuda (Dk),
maka harus dikonfersikan kedalam kilowatt (kW) dengan mengalikan dengan factor konfersi
Maka : P = 60 Dk . 0,746 kW
= 44,76 kW
Jika P merupakan daya nominal out put dari motor penggerak, maka daya rencana pada (Kw)
Pd = P . fc ………………
fc = 1,2 ( diambil )
pd
T 9,74 x10 5
n
Dimana : T = Momen
Maka diperoleh
Pd
T = 9,74 x10 5
n
53,71kW
= 9,74 x 105 7200rpm
= 7265,76 Kg.mm
Tabel 3.2 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
(Kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormaan 48
S45C “ 58
S50C “ 62
S55C “ 66
Batang baja yang S35C-D _ 53 Ditarik dingin,
gabungan antara
hal-hal terebut.
Bahan poros dipilih dari bahan baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501) dan
kekuatan tarik yaitu 58 Kg/mm2 dengan tegangan geser yang di izinkan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
B
a ( Kg/mm2)
Sf 1xSf 2
Sf1 = Faktor keamanan untuk pengaruh massa untuk bahan SC (baja karbon), maka
Sf2 = Faktor keamanan untuk bentuk poros, dimana harga ini sebesar 1,3-3,0. Maka
B
Maka : a Sf 1xSf 2
58 Kg / mm 2
=
6,0 x 2,1
= 4,6 Kg/mm2
=
5,1xCbxKtxT 3
ds in (mm)
a
Dimana : ds in = diameter poros in put
Cb = Faktor keamanan terhadap beban lentur roda gigi “1,2 – 2,3” ( diambil 1,6 )
Kt = Faktor keamanan standart ASME, jika beban dikenakan dengan kejutan atau
=
5,1xCbxKtxT 3
Maka : ds in
a
1
5,1x1,6 x1,5 x 7265,76 Kg .mm 3
=
4,6 Kg / mm 2
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standart
2. Bilangan dlm kurung ( ) hanya dipakai untuk dipakai untuk bagian dimana dipasang
bantalan gelinding
3. Bilanga bercetak tebal, miring, dan bergaris bawah merupakan bilangan yang diambil
Dari tabel 3.2 dapat dilihat diameter standart poros berdasarkan hasil perhitungan
diameter poros input maka diambil harga yang terdekat dari diameter standart yaitu 28 mm.
Maka tegangan geser () yang terjadi pada diameter poros input. Yaitu :
T
5,1 3
ds
7265,76
= 5,1 3 Kg / mm 2 = 1,68 Kg/mm2
28
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros input tersebut aman untuk dipakai karena
tegangan geser yang terjadi ( ) lebih kecil sama dengan dari tegangan geser izin ( a )
≤ a
Pada poros output, putaran terjadi berubah-ubah sesuai kecepatan yang di kehendaki.
Untuk itu putaran yang direncanakan adalah putaran ( n ) yang tertinggi pada poros output
n
yaitu : n out =
i
n 7200Rpm
n out = = 2,75
i
= 2618,1 Rpm
Maka : P = 60 Dk . 0,746 Kw
= 44,76 kW
Pd = P . fc
= 44,76 Kw . 1,2
= 53,71 Kw
pd
T 9,74 x10 5
n
Dimana : T = Momen
Maka diperoleh
Pd
T out = 9,74 x10 5
nout
53,71kW
= 9,74 x 105 2618,1rpm
= 19981,4 Kg.mm
Bahan poros dipilih dari bahan baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501) S 45 C
dengan kekuatan tarik yaitu 58 Kg/mm2 dengan tegangan geser yang di izinkan dapat
B
a ( Kg/mm2)
Sf 1xSf 2
Sf1 = Faktor keamanan untuk pengaruh massa untuk bahan SC (baja karbon), maka
Sf2 = Faktor keamanan untuk bentuk poros, dimana harga ini sebesar 1,3-3,0. Maka
B
Maka : a Sf 1xSf 2
58 Kg / mm 2
=
6,0 x 2,1
= 4,6 Kg/mm2
=
5,1xCbxKtxT 3
ds out (mm)
a
Cb = Faktor keamanan terhadap beban lentur roda gigi “1,2 – 2,3” ( diambil 1,6 )
Kt = Faktor keamanan standart ASME, jika beban dikenakan dengan kejutan atau
1
5,1x1,6 x1,5 x19981,4 Kg .mm 3
=
4,6 Kg / mm 2
Dari tabel 3.2 dapat dilihat diameter standart poros berdasarkan hasil perhitungan
diameter poros output maka diambil harga yang terdekat dari diameter standart yaitu 35 mm.
Maka tegangan geser () yang terjadi pada diameter poros output. Yaitu :
T
5,1 out 3
ds out
19981,4
= 5,1 3 Kg / mm 2
35
= 2,37 Kg/mm2
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros output tersebut aman untuk dipakai
karena tegangan geser yang terjadi ( ) lebih kecil sama dengan dari tegangan geser izin( a)
≤ a
yang memeliki naaf. Pada perencanaan ini ada dua jenis spline, yaitu spline poros input dan
Spline digunanakan bertujuan untuk meneruskan daya, dan dalam hal ini putaran
poros ke roda gigi. System ini dijumpai pada banyak system permesinan. Gambar spline
Pada perencanaan spline ini terdapat ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut:
ds in
ds in = 0,810 Ds Ds in =
0,810
28mm
= 0,810mm
ws in = 0.156 x Ds in
= 0,156 x 34,56 mm
hs = 0,095 x Ds in
= 0,095 x 34,56 mm
De 3
Ls in = 2 dimana : De = Diameter efektif
dsin
Dsin dsin
De = mm
2
34,56 28
= mm
2
= 31,28 mm
De 3 31,28 3 mm
Ls in = 2 = = 39 mm
dsin 28 2 mm
Jumlah Spline Dan Naf Input ( ns in )
ds in hs in x 2
ns in = ws in
gigi
2
Bahan poros dipilih dari bahan baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501) S 45 C
dengan kekuatan tarik yaitu 58 Kg/mm2 dengan tegangan geser yang di izinkan dapat
B
a ( Kg/mm2)
Sf 1xSf 2
Sf2 = Faktor keamanan untuk bentuk poros, dimana harga ini sebesar 1,3-3,0. Maka
B
Maka : a Sf 1xSf 2
58 Kg / mm 2
=
6,0 x 2,1
= 4,6 Kg/mm2
T
5,1 in 3
Ds in
7265,76
= 5,1 3
Kg / mm 2
34,56
= 0,9 Kg/mm2
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros spline input tersebut aman untuk dipakai
karena tegangan geser yang terjadi ( ) lebih kecil sama dengan dari tegangan geser izin( a)
≤ a
Pada perencanaan spline ini terdapat ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut:
ds out
ds out = 0,810 Dsout Ds out =
0,810
35mm
= 0,810mm
= 0,156 x 43,2 mm
= 0,095 x 43,2 mm
De 3
Ls out = 2 dimana : De = Diameter efektif
ds out
Ds out ds out
De = mm
2
43,2 35mm
= mm = 39,1 mm
2
De 3 39,13 mm
Ls out = 2 = = 48,79 mm
ds out 35 2 mm
dsout hs out x 2
ns out = ws out
gigi
2
3,14(35mm 4,10mmx 2)
= 6,74mm
2
Bahan poros dipilih dari bahan baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501) S 45 C
dengan kekuatan tarik yaitu 58 Kg/mm2 dengan tegangan geser yang di izinkan dapat
Sf1 = Faktor keamanan untuk pengaruh massa untuk bahan SC (baja karbon), maka
Sf2 = Faktor keamanan untuk bentuk poros, dimana harga ini sebesar 1,3-3,0. Maka
B
Maka : a Sf 1xSf 2
58 Kg / mm 2
=
6,0 x 2,1
= 4,6 Kg/mm2
T
5,1 out 3
Ds out
19981,4
= 5,1 3
Kg / mm 2
43,2
= 1,26 Kg/mm2
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros spline output tersebut aman untuk dipakai
karena tegangan geser yang terjadi ( ) lebih kecil sama dengan dari tegangan geser izin (a)
≤ a
1,26 Kg/mm2 ≤ 4,6 Kg/mm2
Naf adalah tempat kedudukan poros spline. Yang berfungsi untuk menerusankan
daya dari poros spline ke roda gigi. Naf terlihat pada gambar 3.3. Direncanankan adalah
sebagai berikut :
Pada perancangan naaf ini diambil data – data dari tebel 3.3 yaitu Tabel Nilai
Bahan naaf dari bahan besi tuang Bt 52 dengan kekuatan tarik (B) = 70–100
Kg/mm2, (di ambil 100 Kg/mm2) sehingga tegangan geser ijin (g) pada naaf adalah:
B
g =
Sf 1xSf 2
Sf2 = 2,1
B
Maka : B =
Sf 1xSf 2
100 Kg / mm 2
=
6,0 x 2,1
= 7,93 Kg/mm2
Pada naaf ini juga perlu dilakukan pemeriksaan – pemeriksaan untuk menguji naaf
Fbin
a = → Fb = Fs
Win xLnin
7265,76 Kg / mm
= 34,56 28 mm
2
= 232,28 Kg
Fbin
Fsin = Zin = Jumlah spline input = 18 buah
Z in
232,28kg
=
18
= 12,90 Kg
Maka pemeriksaan tegangan yang terjadi pada spline atau naaf sebagai berikut :
Fbin
ain =
Win xLnin
232,28 Kg
= 5,4mmx39mm
= 1,10 Kg/mm2
Fbin
cin = Dimana Acin = hsin x Lsin = 3,3mm x 39mm = 128,7mm2
Acin
232,28 Kg
=
128,7 mm 2
= 1,80 Kg/mm2
Menurut analisa perhitungan yang telah dilakukan maka naaf ini aman digunakan
karena tegangan tegangan-tegangan yang terjadi tidak ada yang melebihi tegangan geser izin.
Pada perancangan naaf ini diambil data – data dari tebel 3.3 yaitu Tabel Nilai
Bahan naaf dari bahan besi tuang Bt 52 dengan kekuatan tarik (B) = 70–100
Kg/mm2, (di ambil 100 Kg/mm2) sehingga tegangan geser ijin (g) pada naaf adalah:
B
g =
Sf 1xSf 2
Sf2 = 2,1
B
Maka : g =
Sf 1xSf 2
100 Kg / mm 2
=
6,0 x 2,1
= 7,93 Kg/mm2
Pada naaf ini juga perlu dilakukan pemeriksaan – pemeriksaan untuk menguji naaf
= 511,03 Kg
Maka pemeriksaan tegangan yang terjadi pada spline atau naaf out sebagai berikut :
Fbout
aout =
Wout xLn out
511,03Kg
= 6,74mmx 48,79mm
= 1,55 kg/mm2
= 2,55 Kg/mm
Menurut analisa perhitungan yang telah dilakukan maka naaf ini aman digunakan
karena tegangan tegangan-tegangan yang terjadi tidak ada yang melebihi tegangan geser izin.
Dalam pembuatan roda gigi terlihat banyaknya variasi roda gigi ini bertujuan untuk
memvariasikan kecepatan putar pada roda gigi. Dengan demikian putaran dapat di percepat
ataupun diperlambat dengan perhitungan besarnya perbandingan diameter roda gigi. Terlihat
gi
r gi
ba
la
Le
pa
Ke
ak
nc
Lingkaran Kepala
Pu
ala
ep
ik
Tinggi kepala Sis
Jarak bagi lingkar
Lingkaran ki
Tebal gigi Lebar ruang i ka
Sis
Tinggi Kaki Jarak bagi
ki
ka
s ar
Da
Jari - jari aki
Lingkaran kaki
Gambar 3.4 Rangkaian roda gigi
Daya ( P ) = 60 dK
Cara Pemasangan
Dengan kolager dst Sampai 30
Pemasangan teliti Sampai 25
Pemasangan biasa Sampai 15
45610 xP
m3
xCxZ1 xn
Dimana: m = Modul ( mm )
P = Daya = 60 dK
45610 xP
m3
xCxZ1 xn
45610 x60 Dk
3
15 x35 Kg / cm 2 x 20 x7200 Rpm
=0,33 cm ≈ 3,5 mm
Besar modul yang di gunakan di sesuaikan dengan harga nodul standart JIS B 1701 –
1973.
Table 3.7 Harga modul stsndart ( JIS B 1701 – 1973 ), Sularso, 1997, hal 216
Seri ke1 Seri ke2 Seri ke3 Seri ke1 Seri ke2 Seri ke3
0,1
0,15 3,5
0,2 4
0,25 4,5
0,3 5
0,35 5,5
0,4 6 3,75
0,45 7
0,5 8
0,55 9
0,6 0,65 10
0,7 11
0,8 12
0,75 14
1 16
0,9 18
1,25 20
1,75 22
1,50 25 6,5
28
2 32
2,25 36
2,5 40
2,75 45
3 3,25 50
Keterangan ;
Dalam pemilihan utamakan seri ke 1, jika terpaksa baru kemudian ke seri 2 dan 3
n1 Z 2
i
n2 Z 1
n1 n 7200rpm
i n2 1
n2 i1 3,928
n 2 1832,99rpm
Z2
i Z 2 ixZ 1 3,928 x20 gigi
Z1
m Z 1 Z 2 3,5 20 79
a 173,25mm
2 2
2 xa 2 x173,25mm
d1 70,31mm
1 i1 1 3,928
dk 2 Z 2 2 xm 79 2 x3,5mm 283,5mm
3,14
Tb xm x3,5mm 5,5mm
2 2
Ft
Ft BxbxmxY =b
BxmxY
xdk1
untuk mencari nilai V yaitu : V
102 xPd
Ft
V n
60
m = modul, 3,5 mm
n = putaran (rpm)
Z1 = Jumlah gigi pada roda gigi input kecepatan 1 (untuk mendapatkan nilai bentuk
gigi Y) 20 gigi.
Table 3.8 Faktor bentuk gigi Y. Sularso, 1997
Gaya tangensial, Ft
Ft 2725,5 N
b 24,33mm
BxmxY 100 Kg / mm 2 x3,5mmx 0,320
n1 n 7200 Rpm
i n2 1
n2 i2 2,142
n 2 3361,34rpm
2 xa 2 x173,25mm
d1 110,2mm
1 i2 1 2,142
d d
Berdasarkan persamaan m Z
Z m
Z = Jumlah gigi
d 1 110,2mm
Z1 31,48 32 gigi
m 3,5mm
d2 236,2mm
Z2 67,48 68 gigi
m 3,5mm
Diameter luar / diameter kepala (dk)
dk 2 Z 2 2 xm 68 2 x3,5mm 245mm
n1
i
n2
n1 n 7200rpm
i n2 1
n2 i3 1,397
n 2 5153,9rpm
2 xa 2 x173,25mm
d1 144,5mm
1 i3 1 1,397
2 xaxi3 2 x173,25mmx1,397
d2 201,9mm
1 i3 1 1,397
d d
Berdasarkan persamaan m Z
Z m
Z = Jumlah gigi
d 1 144,5mm
Z1 41,28 42 gigi
m 3,5mm
d2 201,9mm
Z2 57,68 58 gigi
m 3,5mm
dk 2 Z 2 2 xm 58 2 x3,5mm 210mm
n1
i
n2
n1 n 7200rpm
i n2 1
n2 i4 1,100
n 2 6545,45rpm
Diameter lingkar jarak bagi (d)
2 xa 2 x173,25mm
d1 165mm
1 i4 1 1,100
2 xaxi4 2 x173,25mmx1,100
d2 181,5mm
1 i4 1 1,100
d d
Berdasarkan persamaan m Z
Z m
Z = Jumlah gigi
d1 165mm
Z1 47,14 48 gigi
m 3,5mm
d 2 181,5mm
Z2 51,8 52 gigi
m 3,5mm
dk 2 Z 2 2 xm 52 2 x3,5mm 189mm
n1 n 7200rpm
i n2 1
n2 i5 1,000
n 2 7200 Rpm
2 xa 2 x173,25mm
d1 173,25mm
1 i5 1 1,000
2 xaxi5 2 x173,25mmx1,000
d2 173,25mm
1 i5 1 1,000
d d
Berdasarkan persamaan m Z
Z m
Z = Jumlah gigi
d1 173,25mm
Z1 49,5 50 gigi
m 3,5mm
d 2 173,25mm
Z2 49,5 50 gigi
m 3,5mm
Bantalan yaitu elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga putaran atau
gerak bolak-balik dapat berputar secara halus, aman dan tahan lama. Bantalang harus kokoh
untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan
tidak berfungsi dengan baik, maka prestasi seluruh mesin akan menurun atau tidak bekerja
dengan baik. Terlihat gambar bagian-bagian bantalan radial pada gambar 3.5
poros in put dan pada poros out put. Gaya yang menekan bantalan adalah gaya yang bekerja
pada roda gigi yang saling berhubungan, dan dalam perancangan ini di gunakan jenis
bantalan radial.
Dalam rancangan bantalan poros intput ini yang di gunakan adalah bantalan radial,
dari hasil perhitungan diameter poros input diketahui diameter poros = 28 mm, maka nomor
0,47 . 518,98
Fa = 1,5
= 162,61 kg.
Perbandingan beban aksial dengan beban radial.
Fa
e
V .Fr
Dimana:
V = Faktor rotasi (untuk cincin dalam yang berputar = 1)
e = 0,30
Maka:
162,61
0,31
1x518,98
Pr = Xo . V . Fr + Yo . Fa
Dimana :
V =L
Xo = 0,56
Yo = 1,45
Maka :
Pr = Xo . V . Fr + Yo . Fa
= 0,56 . 1 . 518,98 + 1,45 .162,61
= 526,41 kg.
Maka :
= 33,3 3
7200
= 0,15
= 0,39
Dari hasil perhitungan diameter poros diketahui bahwa dimeter poros output = 40,
maka nomor bantalan dapat dilihat pada tabel 3.11.
T
Fr = 1
2 .dt
Dimana :
T = Momen torsi rencana
= 8073,3 Kg.mm
dt = dp = 40
Maka :
7265,76
Fr = 1 .40
2
= 363,28 kg.
0,47.Fr
Fa =
k
Dimana :
Fa = Gaya aksial
Fr = Gaya radial
K = Perbandingan nilai radial dan aksial bantalan : 1,5 untuk bantalan radial.
Maka :
0,47 . 363,28
Fa = 1,5
= 113,83 kg.
Fa
e
V .Fr
Dimana :
V = Faktor rotasi (untuk cincin dalam yang berputar = 1)
e = 0,30
Maka :
113,93
0,30
1 . 363,28
Pr = X0 . V . Fr + Y0 . Fa
Dimana :
V =L
X0 = 0,56
Y0 = 1,45
Maka :
Po = X0 . Fr + Y0 . Fa
Dimana :
X0 = 0,6
Y0 = 0,5
Maka :
Fn= 33,3 3
n
Dimana :
n = Putaran = 8100 rpm
Maka :
1
Fn = 33,3 3
7200
= 0,15
Y0 X0 Y0
V X Y X Y X Y X0
* Angka yang bercetak tebal dan bergaris bawah adalah bantalan yang diambil pada
perancangan ini.
Gesekan di sertai tenaga interaksi phisik antara obyek, dan gesekan selalu
mengakibatkan keaausan. Permukaan gigi adalah subyek gesekan akibat slip dan gesekan di
karnakan putaran.
Besarnya beban permukaan roda gigi, permukaan yang kasar dan kecepatan meluncur
Untuk alasan tersebut, oli roda gigi diperlukan dengan memenuhi kondisi berikut :
Telihat pada gambar 3.6a bantalan yang terlumasi dan 3.6b roda gigi yang terlapisi
Pelumasan berfungsi untuk mengurangi panas yang ditibulkan karena gesekan dan
menghindari terjadinya karat dan meredam laju.Untuk pelumas yang digunakan harus
ditentukan berat jenis minyak pelumas yang dibutuhkan dalam temperature kerja dengan
632 x Ng
t
x Ag
Dimana :
t = kenaikan suhu ( temperature )
= 34,92 oC
= (9/5.68,92) + 32
= 156,05 oF
Sedangkan untuk menetukan Viskositas absolut minyak pelumas (Z) :
180
Z = Pt 0,22.S
S
Dimana :
Pt = ( 0,894 – 0,000054) x (156,05 – 60)
= 0,950
S = Sal uninersal second (30 – 60 diambil 40 )
Z = Viskositas kinetik
180
Z = 0,950 0,22.40
40
= 4,085 cp
Dari perhitungan diatas didapat temperature kerja (Tk = 156,05 0F) dan (Z = 4,085cp), maka
dapat hubungankan antara oF dengan viskositas absolut dan disesuaikan dengan grafik
dibawah ini maka jenis minyak pelumas yang digunakan adalah jenis SAE 50.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan rancangan roda gigi diperoleh hasil sebagai berikut :
Daya (P) : 10,1 PS
Putaran (n) : 8000 rpm
* Roda gigi I
Jarak Sumbu poros (a) = 173,25 mm
DO1 = 70,31 mm
DO2 = 276,2 mm
Z1 = 20 gigi
Z2 = 79 gigi
Diameter kepala dk1 = 77 mm
dk2 = 283,5 mm
Diameter kaki dd1 = 61,56 mm
dd2 = 267,5 mm
Tinggi kaki (hf) = 4,37 mm
Tebal gigi (Tb) = 5,5 mm
Lebar gigi (b) = 34,15 mm
* Roda gigi II
Do1 = 110,2 mm
Do2 = 236,2 mm
Z1 = 32 gigi
Z2 = 68 gigi
Diameter kepala dk1 = 119 mm
dk2 = 245 mm
Diamter kaki dd1 = 101,45 mm
dd2 = 227,45 mm
* Roda gigi IV
Do1 = 165 mm
Do2 = 181,5 mm
Z1 = 48 gigi
Z2 = 52 gigi
Diameter kepala dk1 = 175 mm
dk2 = 189 mm
Diameter kaki dd1 = 156,25 mm
dd2 = 172,75 mm
* Roda gigi V
Do1 = 173,25 mm
Do2 = 172,25 mm
Z1 = 50 gigi
Z2 = 50 gigi
Diameter kepala dk1 = 182 mm
dk2 = 182 mm
Diameter kaki dd1 = 164,5 mm
dd2 = 164,5 mm
4. Hasil perhitungan bantalan
4.2 Saran
Dalam perencanaan roda gigi dan elemen-elemen pendukungnya harus dibuat dari bahan
yang berdasarkan teoritisnya dinyatakan aman atau tegangan yang terjadi lebih kecil dari
tegangan izin.
Sularso, Kiyokatsu Suga, “ Dasar – dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin”, Pradya
Paramita, Jakarta, 1997.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas rancangan roda gigi ini. Adapun
tugas rancangan ini merupakan salah satu yang ditetapkan dalam kurikulum jurusan teknik
mesin di Institut Teknologi Medan (ITM). Judul dari tugas rancangan ini adalah “ Tugas
Rancangan Roda Gigi Lurus ” dengan acuan:
Daya : 10,1 PS
Putaran : 8000 rpm
Transmisi merupakan komponen komponen utama pada kendaraan yang sangat
bepengaruh. Tanpa ada transmisi sebuah kendaraan tidak dapat memindahkan daya dan
putaran ataupun mengatur kecepatan dari putaran mesin.
Pada penulisan tugas rancangan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
ataupun kesalahan, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun dari para pembaca agar tulisan ini sempurna.
Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga yang telah sangat banyak memberikan
dorongan moril maupun materil.
2. Dosen pembimbing saya yaitu bapak Mulyadi, ST , MT, yang telah banyak
memberi nasehat dan bimbingan kepada penulis.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya demi tercapainya
kesuksesan sepenuhnya, dan semoga tugas rancangan Roda Gigi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
ASSEMBLING
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii
GAMBAR SURVEY …………………………………………………………...iii
ASSEMBLING………………………………………………………………….iv
KETERANGAN GAMBAR …………………………………………………....v
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………….
1.1 Latar Belakang ……………………………………………..
1.2 Tujuan…………..……………………………………………
1.3 Batasan masalah……………………………………………
BAB II : LANDASAN TEORI ………………………………………….
2.1 Pandangan umum…………………………………………
2.2 Roda Gigi……………………………………………
Klasifikas Roda Gigi ……………………………………….
Jenis – jenis roda gigi…………………………………………….
Nama bagian roda gigi dan perumusannya…………………..
2.3 Poros………………………………………………………………..
Macam – macam poros………………………………………….
2.4 Spline…………………………………………………………….
2.5 Bantalan…………………………………………………………..
Klasifikasi bantalan………………………………………………
Hal – hal penting dalam perencanaan bantalan radial……………
2.6 Pelumasan dan temperatur kerja…………………………………..
Sifat – sifat utama dari pelumasan…………………………..
Syarat – syarat oli mesin atau roda gigi……………………….
BAB III : ANALISA PERHITUNGAN …………………………………
3.1 Perhitungan Poros ……………………………………
3.1.1 Perhitungan poros input……………………………………
3.1.2 Perhitungan poros output……………………………………..
3.2 Perhitungan spline dan naaf………………………………………
3.2.1 Perhitungan spline dan naaf poros input……………………..
3.2.2 Perhitungan spline dan naaf poros output……………………..
3.3 Perencanaan roda gigi…………………………………………………..
3.4 Perencanaan bantalan…………………………………………………
3.4.1 Perhitungan bantalan pada poros input……………………………
3.4.2 Perhitungan bantalan pada poros output………………………………
3.5 Perhitungan pelumasan…………………………………………………….
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………
4.1 Kesimpulan ………………………………………..
4.2 Saran – saran ……………………………………..
Literature ………………………………… …………………………….
Lampiran
ntuk mencari luas bidang gesek pada roda gigi input di gunakan persamaan yaitu:
Ain = 2 x b x Ht x Zin
Dimana : Ain = Luas bidang gesek pada roda gigi input (mm2)
Maka :
Ain1 = 2 x b x Ht x Zin1
= 2 x 18mm x 4,5mm x 18
=2916 mm2
Ain2 = 2 x b x Ht x Zin2
= 2 x 18mm x 4,5mm x 28
= 4536 mm2
Ain3 = 2 x b x Ht x Zin3
= 2 x 18mm x 4,5mm x 37
= 5994 mm2
Ain4 = 2 x b x Ht x Zin4
= 2 x 18mm x 4,5mm x 44
= 7128 mm2
Ain5 = 2 x b x Ht x Zin5
= 2 x 18mm x 4,5mm x 48
= 7776 mm2
Untuk mencari luas bidang gesek pada roda gigi output di gunakan persamaan yaitu:
Aout = 2 x b x Ht x Zout
Dimana : Aout = Luas bidang gesek pada roda gigi output (mm2)
Maka :
Aout1 = 2 x b x Ht x Zout1
= 2 x 18mm x 4,5mm x 71
= 11502 mm2
Aout2 = 2 x b x Ht x Zout2
= 2 x 18mm x 4,5mm x 61
= 9882 mm2
Aout3 = 2 x b x Ht x Zout3
= 2 x 18mm x 4,5mm x 52
= 8424 mm2
Aout4 = 2 x b x Ht x Zout4
= 2 x 18mm x 4,5mm x 44
= 7128 mm2
Aout5 = 2 x b x Ht x Zout5
= 2 x 18mm x 4,5mm x 41
= 6642 mm2
= 71928 mm2
BAB IX
IX.1 KESIMPULAN
1. Daya-daya
Pegas Diafragma
Pegas Tekan
Bahan baut SS 50 B
IX.2 SARAN
Dalam hal ini penulis menghimbau kepada penguna buku ini sebagai referensi
nantinya, hendaklah lebih teliti dalam menyelesaikan tugas rancangan kopling ataupun tugas-
Banyak sekali faedah yang dapat dipetik dari tugas rancangan kopling ini, jika
sebagai pembimbing, kedua orang tua yang telah memebantu baik moril maupun materil, dan
tak terlupakan teman-teman yang tentunya sedikit banyaknya turut berperan dalam
Sularso dan Kiokatsu Suga. 1978. Dasar Perancangan dan Pemeliharaan Elemen Mesin.
Herfan Akbar. 2006. Rancangan Kopling Daihatsu Xenia. Medan: Institut Teknologi Medan.