Anda di halaman 1dari 37

BAB 3

KESETIMBANGAN

Hasil Pembelajaran

- Menentukan reaksi gaya dengan memisahkan aksi gaya yang terjadi pada
struktur mekanis
- Menentukan DBB (diagram benda bebas)
- Menganalisa diagram benda bebas untuk mendapatkan gaya-gaya yang
terjadi dengan kesetimbangan

Kriteria Penilaian

- Menjelaskan berbagai metode pemisahan aksi mekanis dengan menentukan


reaksi yang terjadi
- Memisahkan aksi dan reaksi pada komponen-komponen gaya
- Membuat diagram benda bebas untuk menentukan gaya-gaya yang sudah
diketahui maupun yang belum diketahui
- Menganalisa struktur mekanis yang telah dijabarkan kedalam diagram benda
untuk ditentukan kondisi kesetimbangannya

3.1 Pendahuluan

Materi utama dalam mata kuliah statika yaitu membahas tentang kondisi
gaya yang diperlukan dan cukup untuk mempertahankan posisi kesetimbangan
struktur teknik. Pada bab mengenai kesetimbangan ini merupakan bagian yang
paling penting dalam ilmu statika dan harus benar-benar dikuasai. Pembahasan
kesetimbangan akan tetap menggunakan konsep yang telah dikembangkan
dalam bab 2 yaitu meliputi gaya, momen, kopel, dan resultan. Prosedur yang
akan dikembangkan dalam Bab 3 merupakan pengantar lengkap yang sering
dipakai dalam menyelesaikan persoalan-persoalan mekanika dan bidang teknik
lainnya. Pendekatan ini merupakan dasar dari keberhasilan dalam penguasaan

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 50


statika, dan para mahasiswa diharapkan membaca dan mempelajari pasal-pasal
berikut ini dengan upaya khusus dan perhatian yang istimewa.

Jika suatu benda berada dalam kesetimbangan, maka resultan semua gaya
yang bekerja padanya akan menjadi nol. Jadi gaya resultan R dan kopel resultan
M adalah nol, dan kita memperoleh persamaan kesetimbangan.

R= ΣF=0 M= ΣM=0 …………………………. (3.1)

Dari kedua persamaan di atas merupakan syarat kondisi yang diperlukan


dan cukup untuk kesetimbangan .

Meskipun semua benda fisis memiliki sifat tiga dimensi, namun banyak
diantaranya dapat diperlakukan sebagai benda dua dimensi apabila gaya- gaya
yang dikenakan padanya bekerja pada sebuah bidang tunggal atau dapat
diproyeksikan pada sebuah bidang tunggal. Apabila penyederhanaan ini tidak
mungkin dilakukan, maka persoalan tersebut harus diperlakukan sebagai
persoalan tiga dimensi. Sesuai dengan susunan yang digunakan dalam Bab 2
untuk membahas mengenai kesetimbangan benda yang dikenai sistem gaya
dua dimensi.

3.2 Pemisahan Sistem Mekanis

Untuk menerapkan Persamaan (3.1), sebelumnya harus lebih dulu


mendefinisikan dengan jelas benda tertentu atau sistem mekanis yang akan
dianalisis dan menggambarkan secara jelas dan lengkap semua gaya yang
bekerja pada benda tersebut. Menghilangkan gaya atau mencantumkan gaya
yang tidak bekerja pada benda yang dibahas akan memberikan hasil yang keliru.
Sistem mekanis didefinisikan sebagai suatu benda atau sekumpulan benda yang
dapat dipisahkan dari pengaruh benda-benda lain. Sistem demikian dapat
merupakan benda tunggal atau kombinasi benda yang berhubungan. Benda
tersebut dapat tegar ataupun tak tegar. Sistem dapat juga merupakan suatu
massa fluida terdefinisi, baik cair maupun gas, atau dapat pula merupakan

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 51


kombinasi zat cair dan zat padat. Dalam statika, perhatian kita terutama
dipusatkan pada penggambaran gaya-gaya yang bekerja pada benda tegar
dalam keadaan diam, meskipun peninjauan juga diberikan pada statika fluida.
Setelah kita mengambil keputusan mengenai benda atau kombinasi benda mana
yang harus dianalisis, maka benda atau kombinasi benda ini akan diperlakukan
sebagai benda tunggal yang terpisah dari semua benda disekitarnya. Pemisahan
ini dilakukan dengan memakai diagram benda bebas disekitarnya. Pemisahan ini
dilakukan dengan memakai diagram benda bebas, yang merupakan suatu
penggambaran diagramatik dari benda atau kombinasi benda yang terpisah yang
ditinjau sebagai benda tunggal, dan menunjukkan semua gaya yang dikenakan
padanya dengan kontak mekanis dengan benda-benda lain yang seolah-olah
telah dihilangkan. Bila terdapat gaya benda yang cukup besar, seperti tarikan
gravitasi atau tarikan magnetik, maka gaya ini juga harus ditunjukkan pada
diagram benda terpisah tersebut. Hanya setelah diagram demikian digambar
secara benar, barulah persamaan kesetimbangan dapat ditulis. Karena hal diatas
sangat penting, maka kita tekankan lagi disini bahwa:

Diagram benda bebas merupakan satu-satunya tahapan terpenting


dalam penyelesaian persoalan mekanika.

Sebelum mencoba menggambarkan diagram benda bebas, karakteristik


mekanis dari pengenaan gaya harus diketahui. Dalam Pasal 2/2, karakteristik-
karakteristik dasar dari gaya digambarkan dengan perhatian utama dipusatkan
pada sifat-sifat vektor dari gaya tersebut. Perhatikan bahwa gaya dapat
dikenakan dengan cara kontak fisik langsung dan dengan aksi dari jauh dan
bahwa gaya dapat berupa gaya dalam (internal ) atau gaya luar ( external) pada
benda yang ditinjau.

Selanjutnya dapat kita amati bahwa pengenaan gaya luar selalu akan
disertai dengan gaya reaktif dan bahwa gaya yang dikenakan dan gaya reaktif ini
dapat terus terdistribusi. Sebagai tambahan, prinsip transmisibilitas telah
diperkenalkan yang memungkinkan perlakuan gaya sebagai sebuah vektor geser
sepanjang pengaruh luarnya pada benda tegar yang ditinjau. Kita sekarang akan
memakai karakteristik gaya ini dalam mengembangkan model analitis dari suatu

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 52


sistem mekanis terpisah dimana persamaan kesetimbangan akan diterapkan
kemudian .

Gambar 3.1 memperlihatkan jenis-jenis penerapan gaya pada sistem


mekanis untuk analisis dua dimensi. Dalam setiap contoh pada gambar tersebut
ditunjukkan gaya yang dikenakan pada benda yang dipisahkan oleh benda yang
dihilangkan. Hukum Newton ketiga, yang menyatakan eksistensi dari reaksi yang
sama dan berlawanan arah dari setiap aksi, harus diamati secara seksama. Gaya
yang dikenakan pada benda yang disebabkan oleh suatu batang sentuh atau
batang sokong selalu berada dalam arahan yang berlawanan dengan gerakan
benda yang akan terjadi apabila batang sentuh atau batang sokong ini
dihilangkan.

Dalam contoh 1 diperlihatkan aksi dari kabel lentur, sabuk, tali atau rantai
pada benda yang mengait benda-benda tersebut. Karena kelenturannya, sebuah
tali atau kabel tak mungkin memiliki tahanan terhadap lenturan, gesekan, atau
desakan (compression) dan oleh karena itu hanya ada suatu gaya tarikan
(tention) dalam arah tangensial (garis singgung) terhadap kabel dititik kaitnya.
Gaya yang dikenakan oleh kabel pada benda yang mengait kabel tersebut selalu
mempunyai arah menjauhi benda. Jika tarikan T jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan berat kabel, kita dapat menganggap bahwa kabel tersebut
akan membentuk garis lurus. Jika berat kabel tidak dapat diabaikan bila
dibandingkan dengan besar terikannya, lenturan kabel akan menjadi hal penting,
dan arah dan besar tarikan dalam kabel berubah disepanjang kabel. Dititik kait
kabel juga terjadi suatu gaya yang tangensial terhadap dirinya sendiri.

Dalam contoh 2, terjadi sentuhan antara permukaan licin dari dua buah
benda, maka gaya yang dikenakan oleh salah satu benda terhadap yang lainnya
akan tegak lurus terhadap garis singgung pada titik sentuh kedua permukaan
gaya desak (compressive). Walaupun pada kenyataannya tak ada permukaan
yang benar-benar licin, tapi asumsi ini dapat dibenarkan untuk tujuan praktis
dalam banyak hal.

Dalam contoh 3, diperlihatkan kedua permukaan benda yang bersentuhan


tersebut ternyata kasar, maka gaya sentuhnya mungkin tidak tegak lurus

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 53


terhadap garis singgung sentuh permukaan tetapi dapat diuraikan menjadi
komponen tangensial atau friksional F dan komponen tegak lurus N.

Dalam contoh 4 dilukiskan sejumlah bentuk tumpuan mekanis yang secara


efektif dapat menghilangkan gaya gesekan tangensial, dan disini reaksi bersih
yang terjadi adalah tegak lurus terhadap permukaan tumpuan.

Dalam contoh 5, diperlihatkan aksi suatu batang pengarah licin (smoth


guide) pada benda yang ditumpunya. Hambatan yang sejajar batang pengarah
ini ternyata tidak ada.

Dalam contoh 6, melukiskan aksi sebuah perletakan sendi. Perletakan jenis


ini dapat menahan gaya dalam segala arah yang tegak lurus terhadap sumbu
jepitnya. Kita biasanya menggambarkan aksi ini dalam dua komponen persegi
panjang. Arahan yang benar dari komponen-komponen ini dalam persoalan yang
sesungguhnya akan bergantung pada bagaimana batang tersebut dibebani.

Jika keadaan awal tidak diketahui, arahan ini dapat ditentukan sembarang.
Sesudah perhitungan, ternyata hasilnya adalah positif maka arahan yang
ditetapkan sebelumnya ternyata benar, bila hasilnya negatif berarti arahannya
harus dibalik.

Jika sambungan tersebut bebas berputar terhadap sendi (joint putar), maka
hanya gaya R saja yang dapat ditahan. Sekali lagi, arahan M diperlihatkan
secara sembarang disini, dan dalam persoalan sebenarnya akan bergantung
pada bagaimana batang tersebut diberi beban.

Dalam contoh 7, memperlihatkan resultan dari distribusi gaya yang rumit


pada potongan melintang sebuah batang atau balok tipis pada perletakan jepit
atau tetap. Arahan dari reaksi F dan V dan kopel lentur M akan bergantung pada
bagaimana batang tersebut dibebani sesuai dengan persoalan yang diberikan.
Salah satu gaya yang paling umum adalah gaya yang diakibatkan oleh tarikan
dari benda dan karena itu tersebar pada seluruh benda tersebut.

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 54


Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 55
Resultan gaya gravitasi pada seluruh elemen benda adalah berat W = mg
dari benda tersebut, yang bekerja melalui pusat massa G dan mengarah ke pusat
bumi untuk stuktur yang terikat pada bumi. Posisi G sering kali mudah ditentukan
dari bentuk geometri benda yang bersangkutan, terutama jika terdapat kondisi
yang simetri. Jika posisi pusat massa tersebut tidak dapat ditentukan dengan
segera, maka lokasi G harus dihitung atau ditetapkan dengan cara eksperimen.
Hal yang sama juga berlaku untuk aksi jarak jauh dari gaya maknetik dan elektrik.

Gaya-gaya aksi jarak jauh ini mempunyai pengaruh menyeluruh yang


sama pada benda tegar seperti gaya yang besar dan arahnya ditetapkan
langsung oleh sentuhan luar.

Pada Contoh 9, dilukiskan aksi dari sebuah pegas elastik linier dan
sebuah pegas nonlinier dengan karakteristik pengerasan atau pelunakan. Gaya
yang dikenakan oleh sebuah pegas linier, dalam bentuk tarikan maupun
desakan, diberikan oleh F= kx, dimana k adalah kekakuan pegas tersebut dan x
adalah deformasinya yang diukur dari posisi sebelum terdeformasi.

Para mahasiswa disarankan untuk mempelajari kesembilan kondisi ini dan


mengenalinya dalam penyelesaian persoalan supaya diagram benda bebas yang
benar selalu dapat digambarkan. Contoh-contoh dalam Gambar 3.1 bukan
merupakan diagram benda bebas tetapi hanya elemen-elemen dari pembuatan
diagram benda bebas tersebut.

Prosedur lengkap untuk menggambarkan diagram benda bebas yang


mencakup pemisahan benda atau sistem yang sedang ditinjau akan diuraikan
sekarang.

Tahap-tahap pembuatan diagram benda bebas.

Tahap pertama. Keputusan yang jelas harus dibuat mengenai benda atau
kombinasi benda mana yang akan dipisahkan. Benda yang dipilih biasanya
mengandung satu atau lebih besaran tak diketahui yang diinginkan.

Tahap ke dua, Benda atau kombinasi yang dipilih tersebut selanjutnya


dipisahkan oleh diagram yang menggambarkan batas luar lengkapan (complete

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 56


external boundary) nya. Batas ini mendefinisikan pemisahan benda dari semua
benda lain yang bersentuhan atau bertarikan yang dianggap hilang. Tahap ini
sering kali merupakan yang paling dari semua. Kita harus selalu memastikan
bahwa kita telah memisahkan sama sekali benda tersebut sebelum melangkah
tahap berikutnya.

Tahap ke tiga. Semua gaya yang bekerja pada benda terpisah ini sebagaimana
dikenakan dengan menghilangkan dalam posisi semestinya pada diagram benda
terpisah tersebut. Berat, bila cukup berpengaruh harus dimasukkan. Gaya yang
diketahui harus digambarkan oleh panah vektor dengan besar, arah, dan arahan
yang sesuai. Gaya yang tidak diketahui harus digambarkan oleh panah vektor
dengan besar atau arah yang tidak diketahui dan dinyatakan dengan simbol. Jika
arahan vektor juga tidak diketahui, dapat diberikan secara sembarang.
Perhitungan akan menampakkan besaran positif apabila arahan yang diambil
ternyata benar, dan negatif apabila arahan yang diambil ternyata salah. Dalam
melakukan seluruh perhitungan ini, kita harus konsisten dengan karakteristik
gaya-gaya yang tidak diketahui.

Tahap ke empat. Pemilihan sumbu kordinat harus dinyatakan secara langsung


pada diagram. Perbadingan dimensi yang bersangkutan juga dapat ditunjukkan
untuk memudahkan perhitungan. Pembuatan diagram benda bebas bertujuan
untuk memusatkan perhatian yang teliti pada aksi gaya luar, dan oleh karena itu
diagram tersebut seharusnya tidak dikacaukan dengan keterangan berlebihan
yang tak ada hubungannya. Panah gaya harus jelas dibedakan dari panah–
panah lain yang mungkin agar tidak terjadi kebingungan. Untuk keperluan ini kita
dapat menggunakan pensil warna.

Jika keempat tahap tadi telah lengkap, dan diagram benda bebas terbentuk
maka selanjutnya akan lebih untuk menerapkan persamaan–persaman yang
digunakan dalam statika maupun dinamika.

Banyak mahasiswa sering tergoda untuk mengabaikan gaya–gaya tertentu


pada diagram benda bebas yang mungkin tidak nampak secara sepintas tetapi
sebenarnya dibutuhkan dalam perhitungan. Jika kita termakan oleh godaan ini,
berarti akan terjadi kekeliruan yang serius. Hanya melalui pemisahan yang
lengkap dan sebuah penggambaran sistematik dari semua gaya luar sajalah

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 57


perhitungan yang dapat digunakan mengenai pengaruh semua gaya yang
dikenakan dan gaya reaktifnya dapat dibuat. Seringkali sebuah gaya yang secara
sekilas pandang nampaknya tidak mempengaruhi hasil yang dicari ternyata
sebenarnya mempunyai pengaruh. Karena itu, prosedur yang aman adalah
memastikan bahwa semua gaya yang besarnya tidak dapat diabaikan harus
tertera pada diagram benda bebas.

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 58


Px

Py

A
B

Diagram benda–benda telah dijelaskan secara terinci karena penting sekali


dalam mekanika. Metode benda bebas menjamin keakuratan definisi sistem
mekanis dan memusatkan perhatian pada arti dan penerapan yang pasti. Dari
hukum – hukum gaya dalam statika dan dinamika. Sesungguhnya metode benda
–bebas adalah sedemikian pentingnya sehingga para mahasiswa sangat

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 59


diharapkan untuk membaca ulang bagian ini beberapa kali sehubungan dengan
studi mereka mengenai contoh–contoh diagram benda bebas yang diberikan
pada Gambar 3.2 dan contoh–contoh soal yang terdapat pada pasal yang
berikutnya.

Gambar 3.2 memberikan empat buah contoh mekanisme dan struktur


bersama–sama dengan diagram benda bebasnya. Untuk menerangkannya,
dimensi dan besaran yang diabaikan. Pada setiap kasus kita memperlakukan
seluruh sistem tersebut sebagai sebuah benda tunggal, sehingga gaya luarnya
tidak ditunjukan. Karakteristik–karakteristik dari berbagai jenis gaya sentuh yang
dilukiskan dalam Gambar 3.1 sudah termasuk dalam keempat contoh ini
sebagaimana diterapkan.

Pada contoh 1 rangka batang tersusun dari elemen-elemen struktural yang


bila dilihat secara keseluruhan akan membentuk kerangka tegar. Jadi kita dapat
membuang semua rangka batang dari pondasi tumpuannya dan mem-
perlakukannya sebagai benda tegar tunggal. Disamping beban luar terpakai P,
diagram benda bebas harus memasukkan reaksi pada rangka batang di A dan B

Perletakan geser di B hanya dapat menahan gaya vertikal saja, dan gaya ini
ditransmisikan ke struktur di B (contoh 4 dari gambar 3.1). Sambungan sendi
(jepit putar) di A (Contoh 6 dari gambar 3.1) mampu menahan komponen
horisontal dan vertikal dari gaya pada rangka batang. Dalam contoh yang relatif
sederhana ini jelaslah bahwa komponen vertikal A, harus diarahkan kebawah
untuk mencegah rangka batang tersebut berotasi searah jarum jam terhadap B.
Juga komponen horisontal Ax harus mengarah kekiri untuk untuk mencegah
rangka batang tersebut bergerak kearah kanan akibat pengaruh komponen
horisontal dari P. Jadi dalam merancang diagram benda bebas untuk rangka
batang sederhana ini, arahan yang benar dari masing- masing komponen gaya
yang dikenakan pada rangka batang oleh pondasi di A dapat dengan mudah
terlihat, dan oleh karena itu dapat digambarkan dalam arahan fisisnya yang
benar pada diagram. Jika arahan fisis yang benar dari gaya atau komponennya
tersebut tidak mudah terlihat dalam pengamatan langsung, maka ia dapat
ditetapkan secara sembarang, dan kebenaran atau kekeliruan lain penetapan
tersebut dapat dilihat dari tanda aljabar hasil perhitungan. Apabila berat total

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 60


batang kerangka cukup besar bila dibandingkan dengan P dan gaya-gaya di A
dan B, maka berat batang tersebut harus dicantumkan dalam diagram benda
bebas sebagai gaya luar.

Dalam contoh 2 balok kantilever dipasang di dinding dan dikenai tiga buah
beban. Jika kita memisahkan bagian dari balok itu ke sebelah kanan penampang
di A, kita harus memasukkan gaya-gaya reaktif yang dikenakan pada balok oleh
dinding. Resultan gaya-gaya reaktif ini diperlihatkan bekerja pada penampang
balok (Contoh 7 dari Gambar 3.1). Sebuah gaya vertikal V untuk meniadakan
kelebihan gaya kearah bawah, dan sebuah tarikan F untuk mengimbangi
kelebihan gaya ke kanan harus juga dicantumkan. Kemudian untuk mencegah
balok tersebut berotasi terhadap A, sebuah kopel M yang berlawanan dengan
arah jarum jam juga diperlukan. Berat mg dari balok juga harus digambarkan
melalui pusat massa (Contoh 8 dari Gambar 3.1). Disini kita telah
menggambarkan suatu sistem gaya yang agak rumit yang sesungguhnya bekerja
pada bagian penampang potongan balok oleh sistem kopel gaya setara dimana
gaya diuraikan kedalam komponen vertikal V- nya (gaya geser) dan komponen
horisontal F-nya (gaya tarik). Kopel M adalah momen lentur pada balok.
Sekarang diagram benda-benda telah lengkap dan memperlihatkan balok dalam
kesetimbangan di bawah pengaruh aksi enam buah gaya dan sebuah kopel.

Dalam Contoh 3, berat W = mg diperlihatkan bekerja melalui pusat massa


balok yang dianggap diketahui (Contoh 8 dari Gambar 3.1) .Gaya yang
dikenakan oleh sudut A pada balok adalah tegak lurus terhadap permukaan rata
dari balok tersebut (Contoh 2 dari Gambar 3.1) . Untuk memahami aksi ini lebih
jelas, lihatlah dengan teliti pembesaran titik sentuh A, yang akan tampak agak
bulat, dan tinjaulah gaya yang dikenakan oleh sudut bulat ini pada permukaan
lurus dari balok tersebut yang dianggap licin. Jika sentuhan permukaan pada
sudut tersebut ternyata tidak licin, komponen gesek tangensial dari gaya dapat
terjadi. Disamping gaya terpakai P dan kopel M, terdapat perletakan sendi di B,
yang memberikan komponen –x dan –y dari gaya pada balok tersebut. Arahan
positif dari komponen-komponen ini ditetapkan secara sembarang.

Dalam Contoh 4, diagram benda bebas dari mekanisme yang terpisah


penuh mengungkapkan tiga besaran tak diketahui untuk kesetimbangan dengan

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 61


beban mg dan P tertentu. Salah satu dari sekian banyak “konfigurasi dalam“
untuk mengokohkan kabel hubung dari massa m dapat dibuat tanpa
mengakibatkan reaksi luar keseluruhan mekanisme tadi, dan kenyataanya yang
demikian dihasilkan dari diagram benda bebas. Contoh hipotesis ini dipakai untuk
menekankan manfaat dari pencantuman sebanyak mungkin gaya kedalam
diagram benda bebas dan memperlihatkan bahwa gaya dalam pada susunan
batang tegar tidak mempengaruhi nilai-nilai reaksi luarnya.

Arahan positif dari Bx dan By dalam Contoh 3 dan By dalam Contoh 4


diberikan secara sembarang pada diagram benda-bebasnya, dan kebenaran
arahan ini akan terbukti atau tidak bergantung pada apakah tanda aljabar dari
suku-suku tersebut positif atau negatif pada perhitungan sesungguhnya dalam
menyelesaikan persoalan .

Pemisahan sistem mekanis yang sedang ditinjau akan menjadi tahap


yang sangat penting dalam perumusan model matematis. Aspek terpenting untuk
pembuatan diagram benda bebas yang tepat adalah penggambaran yang tegas
dan jelas, misalnya gaya- gaya apa saja yang harus dicantumkan dan gaya gaya
apa saja yang harus dibuang. Penggambaran ini menjadi jelas hanya bila batas
keliling dari benda atau sistem benda yang dipisahkan, mulai dari beberapa titik
sembarang dari suatu batas dan kembali ke titik yang sama. Benda didalam
batas tertutup ini kemudian disebut benda bebas terpisah, dan semua gaya yang
ditransmisikan pad benda yang memotong bebas ini oleh semua benda luar yang
bersentuhan yang telah dibuang harus diperhitungkan pula. Para mahasiswa
sekali lagi diharapkan untuk mencurahkan perhatian khusus pada tahap ini.
Sebelum kita melakukan penggunaan langsung dari diagram benda-benda dalam
penerapan prinsip-prinsip kesetimbangan gaya dalam pasal berikutnya kita
mengerjakan beberapa latihan permulaan dengan penggambaran diagram benda
bebas. Soal- soal berikut ini dirancang untuk memberikan latihan demikian.

Soal- soal Latihan

3.1. Setiap soal dari kelima contoh berikut ini, benda yang dipisahkan
ditunjukkan dalam diagram sebelah kiri dan diagram benda bebas (DBB) tidak

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 62


sempurna dari benda terpisah tersebut diperlihatkan disebelah kanan.tambahkan
gaya-gaya apa saja yang perlu dalam setiap kasus tersebut untuk membentuk
diagram benda-bebas yang sempurna. Berat benda diabaikan kecuali ada
peryataan lain. Untuk memudahkannya, dimensi dan nilai numerik dihilangkan.

3.2. Dalam tiap soal dari kelima contoh berikut ini benda yang dipisahkan
ditunjukkan dalam diagram sebelah kiri, dan diagram benda bebas (DBB) yang
salah atau tak lengkap diperlihatkan di sebelah kanan. Buatlah perubahan atau

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 63


tambahan apa saja yang diperlukan dalam masing-masing kasus tersebut untuk
membentuk diagram benda bebas yang benar dan lengkap. Berat benda
diabaikan kecuali ada pernyataan lain. Untuk memudahkannya, dimensi dan nilai
numerik dihilangkan.

3.3. Gambarlah diagram benda bebas yang lengkap dan benar dari masing-
masing benda yang ditunjukkan. Berat benda menjadi penting hanya bila massa

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 64


dinyatakan. Semua gaya yang diketahui dan yang tak diketahui, harus diberi
tanda (catatan: Arahan dari beberapa komponen reaksi tidak selalu dapat
ditentukan sebelum perhitungan numerik)

3.3 Kondisi Kesetimbangan

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 65


Dalam rumusan 3.1 kita telah mendefinisikan kesetimbangan sebagai
kondisi dimana resultan semua gaya yang bekerja pada sebuah benda adalah
nol. Dengan kata lain, sebuah benda berada dalam kesetimbangan jika semua
gaya dan momen yang dikenakan padanya setimbang. Pernyataan ini
dicantumkan dalam persamaan vektor kesetimbangan yaitu Persamaan (3.1),
yang dalam dua dimensi dapat ditulis dalam bentuk skalar sebagai :

ΣF x =0 ΣF y = 0 ΣM 0 =0 ………. (3.2)

Persamaan yang ketiga menggambarkan jumlah nol dari momen akibat


semua gaya terhadap titik O sembarang yang terletak di atau diluar benda yang
bersangkutan. Persamaan 3.2 merupakan kondisi yang diperlukan dan cukup
untuk kesetimbangan lengkap dalam dua dimensi. Ketiganya merupakan kondisi
yang diperlukan karena, jika tidak dipenuhi, tidak akan ada kesetimbangan gaya
atau momen, dan cukup karena, jika dipenuhi, takkan ada kesetimbangan,
sehingga kesetimbangan dapat terjamin.

Untuk kesetimbangan lengkap dalam dua dimensi, ketiga bagian pada


persamaan 3.2 harus berlaku. Namun, kondisi–kondisi tersebut merupakan
persyaratan yang independen, dimana satu bagian dapat berlaku tanpa
tergantung pada lainnya. Ambil, sebagai contoh, sebuah benda yang meluncur
sepanjang permukaan horisontal dengan kecepatan yang meningkat akibat aksi
gaya yang dikenakan padanya. Persamaan kesetimbangan gaya akan dipenuhi
dalam arah vertikal dimana percepatan adalah nol, tetapi tidak dalam arah
horisontal. Selain itu, sebuah benda seperti roda putar, yang berotasi terhadap
pusat massa tetapnya dengan kepesatan angular yang meningkat, tidak berada
dalam kesetimbangan rotasi, namun dua persamaan kesetimbangan gaya akan
dipenuhi.

a. Kategori kesetimbangan.
Penerapan persamaan 3.2 biasanya dibagi dalam sejumlah kategori
yang mudah dikenali. Kategori-kategori dari sistem- sistem gaya yang bekerja
pada benda dalam kesetimbangan dua dimensi diringkaskan dalam gambar 3.3
dan dijelaskan sebagai berikut:

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 66


Kasus 1, yaitu kesetimbangan gaya–gaya kolinear, jelas hanya
memerlukan satu persamaan gaya dalam arah gaya-gaya
(arah –x), karena semua persamaan lain secara otomatis
dipenuhi.

Kasus 2, yaitu kesetimbangan gaya-gaya yang terletak pada sebuah


bidang ( bidang x- y) dan kongruen (bekerja bersamaan) di
titik O, membutuhkan dua persamaan gaya saja, karena
jumlah momen terhadap O, yakni terhadap sumbu –z melalui
O, harus nol.

Kasus 3, yaitu kesetimbangan gaya-gaya sejajar dalam sebuah bidang


memerlukan satu persamaan gaya dalam arah gaya- gaya
(arah –x) dan satu persamaan momen terhadap sebuah
sumbu ( sumbu – z) yang tegak lurus terhadap bidang gaya.

Kasus 4, yaitu kesetimbangan sebuah sistem umum dari gaya-gaya


pada suatu bidang (x-y), membutuhkan dua persamaan gaya
pada bidang, tersebutlah sebuah momen terhadap sebuah
sumbu (sumbu –z) yang yang tegak lurus terhadap bidang
tersebut.

Ada dua situasi kesetimbangan yang sering terjadi yang harus di


perhatikan oleh para mahasiswa. Situasi yang pertama adalah kesetimbangan
sebuah benda di bawah aksi dua buah gaya saja. Dua buah contoh diberikan
dalam gambar 3.4, dan dapat kita lihat bahwa untuk batang dua gaya seperti ini,
gaya-gaya tersebut harus sama besar, berlawanan arah, dan kolinear. Bentuk
batang harus sesuai dengan persyaratan sederhana ini. Dalam ilustrasi tersebut
kita anggap bahwa berat batang dapat diabaikan bila dibandingkan dengan gaya
yang diterapkan.

Situasi yang kedua adalah kesetimbangan sebuah benda dibawah


pengaruh aksi tiga buah gaya, Gambar 3.5 a. Kita lihat bahwa garis kerja ketiga
buah gaya tersebut harus kongruen. Jika tidak kongruen, maka salah satu dari
gaya- gaya tersebut akan mengenakan suatu momen resultan terhadap titik
kongruensi dari dua buah gaya lainnya, yang akan melanggar persyaratan

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 67


momen nol terhadap setiap titik. Satu-satunya pengecualian terjadi apabila ketiga
gaya tersebut sejajar. Dalam kasus ini, kita dapat menganggap bahwa titik
kongruensi berada di tak berhingga. Prinsip kongruensi dari tiga gaya yang
berada dalam kesetimbangan seringkali digunakan dalam menyelesaikan
persamaan gaya secara grafis. Dalam kasus ini, poligon gaya digambarkan dan
dibuat berdekatan, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.5b. Seringkali
suatu benda yang berada dalam kesetimbangan dibawah aksi lebih dari tiga
buah gaya dapat diredukasi menjadi batang tiga gaya dengan suatu kombinasi
dari dua atau lebih gaya yang diketahui.

Gambar 3.3

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 68


Gambar 3.4

Gambar 3.5

b. Persamaan kesetimbangan alternatif,


Ada dua cara tambahan dimana kita dapat menyatakan kondisi umum
untuk kesetimbangan gaya dalam dua dimensi. Untuk benda yang diperlihatkan

dalam Gambar 3.6 a, jika ∑ M A=0 , maka resultannya jika tetap ada, tak
mungkin berupa suatu kopel tetapi haruslah berupa suatu gaya R yang melalui A.

Jika sekarang persamaan


ΣF x =0 berlaku, dimana arah –x sungguh sungguh
sembarang, maka menurut Gambar 3.6 b, jika gaya resultan R tetap ada, maka
ia tidak hanya harus melalui A, tetapi juga harus tegak lurus terhadap arah –x

sebagaimana ditunjukkan. Sekarang, jika ΣM B =0 ,dimana B adalah sembarang


titik sedemikian rupa sehingga garis AB tidak tegak lurus terhadap arah –x, kita
bahwa R haruslah nol, dan karenanya benda berada dalam kesetimbangan. Oleh
sebab itu himpunan alternatif lain dari persamaan kesetimbangan adalah:

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 69


ΣF x =0 ΣM A=0 ΣM B =0

dimana kedua titik A dan B harus tidak terletak pada garis tegak lurus terhadap
arah –x.

Perumusan ketiga dari kondisi kesetimbangan dapat dibuat untuk sistem

gaya yang kolinier. Sekali lagi, jika ΣM A =0 untuk sembarang benda seperti
yang diperlihatkan dalam gambar 3.6 c, resultannya, jika ada haruslah berupa
suatu gaya R yang melalui A. Sebagai tambahan,

Gambar 3.6

tak bergerak memberikan kendala dalam kedua arah, namun tidak menimbulkan
perlawanan terhadap rotasi terhadap jepit putar kecuali kalau jepit putar tersebut
tidak bebas berputar. Perletakan jepit dalam contoh 7 selalu memberikan kendala
rotasi dan gerakan melintang.

Jika perletakan geser yang menyangga rangka batang dari contoh 1


dalam gambar 3.2 diganti dengan sebuah perletakan jepit putar, seperti di Ax,
akan ada satu kendala tambahan luar yang dibutuhkan untuk mendukung
konfigurasi kesetimbangan agar tidak runtuh. Ketiga kondisi skalar
kesetimbangan, yaitu persamaan 3.2, tidak cukup untuk menentukan keempat

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 70


variable yang tidak diketahui ini, karena Ax dan Bx tak dapat dipisahkan. Kedua
komponen gaya ini akan bergantung pada deformasi batang dari kerangka
batang sebagaimana dipengaruhi oleh sifat kekakuan yang bersesuaian. Reaksi
horisontal Ax dan Bx juga akan bergantung deformasi awal sembarang yang
dibutuhkan untuk mencocokkan dimensi struktur tersebut dengan fondasi antara
A dan B . Sekali lagi, dengan mengacu kepada Gambar 3.2, jika jepit putar B
dalam Contoh 3 tidak bebas berputar, maka tumpuan penyokong dapat
menstransmisikan sebuah kopel pada balok melalui jepit putar tersebut. Oleh
karena itu, akan terdapat empat buah reaksi tumpuan yang tak diketahui yang
bekerja pada balok, yaitu gaya di tumpuan yang tak diketahui yang bekerja pada
balok, yaitu, gaya di A, dua komponen gaya di B, dan kopel di B. Sebagai
akibatnya, ketiga persamaan skalar bebas dari kesetimbangan tidak cukup untuk
menghitung keempat variable yang tak diketahui.

Sebuah benda, atau kombinasi tegar dari elemen-elemen yang ditinjau


sebagai sebuah benda tunggal, yang memiliki tumpuan luar atau kendala lebih
banyak dari yang diperlukan untuk mempertahankan suatu posisi kesetimbangan
tersebut statis tak tentu. Gaya pada tumpuan yang dapat ditiadakan tanpa
merusak kondisi kesetimbangan benda disebut redundam. Jumlah elemen
penyokong yang berlebihan tersebut adalah sesuai dengan derajat statis tak
tentu dan sama dengan jumlah total gaya luar dikurangi jumlah persamaan
kesetimbangan bebas yang tersedia. Dilain pihak, benda yang disokong oleh
sejumlah minimum kendakla yang diperlukan untuk menjamin terjadinya
konfigurasi kesetimbangan dikatakan statis tertentu, dan untuk benda benda
demikian persamaan kesetimbangan sudah cukup untuk menentukan gaya–gaya
luar yang tak diketahui.

Soal-soal mengenai kesetimbangan dalm pasal ini dan keseluruhan statika


pada umumnya dibatasi pada benda statis tertentu saja, dimana kendala-kendala
yang sudah ada sudah cukup untuk menjamin suatu posisi stabil dan gaya-gaya
penyokong yang tak diketahui dapat ditentukan secara lengkap oleh persamaan
bebas yang ada dari kesetimbangan. Akan tetapi dengan pernyataan singkat
dalam pasal ini, para mahasiswa diharap tetap menyadari sifat-sifat kendala
sebelum kita mencoba menyelesaikan masalah kesetimbangan, sebuah benda
dikatakan statis tak tentu bila terdapat reaksi luar tak diketahui yang lebih banyak

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 71


dari persamaan kesetimbangan bebas yang ada untuk sistem gaya yang
dibahas. Sebaiknya kita selalu menghitung jumlah gaya tak diketahui pada benda
yang diberikan tersebut dan memastikan bahwa jumlah yang sama dari
persamaan independen dapat ditulis, kalau tidak, usaha untuk mencoba suatu
penyelesaian yang tak mungkin didapat hanya dengan pertolongan persamaan
kesetimbangan saja akan sia-sia. Yang tak diketahui mungkin berupa gaya kopel
jarak atau sudut.

Dalam membahas hubungan antara


kendala dan kesetimbangan, selanjutnya kita
harus melihat mengenai cukup atau tidaknya
kendala-kendala tersebut. Diketahui tiga buah
kendal untuk suatu persoalan dua dimensi tidak
selalu menjamin suatu konfigurasi yang stabil.
Gambar 3.7 memperlihatkan empat jenis kendala
yang berbeda.

Dalam gambar bagian a, titik A dari benda tegar


ditahan oleh dua batang hubung sehingga tak
dapat bergerak terjadinya rotasi terhadap titik A.
Jadi benda ini telah ditahan dengan sempurna
oleh tiga kendala yang cukup (wajar). Dalam
gambar bagian –b, batang hubung ketiga
ditempatkan sedemikian rupa sehingga gaya yang
ditransmisikan olehnya melintas melalui titik A
dimana kedua gaya kendala yang lain bekerja.
Jadi konfigurasi kendala ini tidak dapat
memberikan tahanan awal untuk rotasi terhadap
titik A, akan terjadi jika beban luar dikenakan pada
benda tersebut. Dapat kita simpulkan, oleh karena
itu, bahwa benda ini dikokohkan secara tidak
sempurna dibawah kondisi kendala yang tak
Gambar 3.7
lengkap.
Konfigurasi dalam bagian –c memberikan kondisi serupa dari kekokohan tak
sempurna tersebut karena tiga batang hubung sejajar tidak dapat tahanan awal

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 72


terhadap gerakan vertikal kecil dari benda sebagai akibat beban luar yang
dikenakan padanya dalam arah ini. Kendala kendala dalam kedua contoh
tersebut sering disebut tak wajar.

(d) Penyelesaian soal.

Dari beberapa contoh soal yang ada pada akhir ba ini melukiskan
penerapan diagaram benda bebas dan perasmaan kesetimbangan dari soal–soal
statika yang khas. Penyelesaian ini harus dipelajari secara teliti, sehingga dalam
menyelesaikan atau mengerjakan soal–soal akhir bab ini maupun secara
keseluruhan masalah mekanika, kita perlu megembangakan cara pendekatan
yang logis dan sistemasis yang meliputi tahap–tahap berikut :

1. Kenali dengan jelas besaran–besaran yang diketahui dan yang tidak


diketahui.
2. Pilihlah dengan jelas benda (atau kumpulan benda yang berhubungan
yang ditinjau sebagai benda tunggal) yang dipisahkan, dan gambarlah
diagram gambar bebasnya secara lengkap yang mencakup semua
gaya luar yang diketahui dan yang tidak diketahuidan kopel yang
bekerja padanya.
3. Berikan garis bantu yang jelas untuk kumpulan sumbu acuan, agar
memudahkan dalam menentukan komponen gaya. Tentukan pusat
momen yang paling memudahkan perhitungan. Biasanya pusat momen
yang baik adalah yang melalui sebanyak munkin gaya–gaya yang tak
diketahui. Penyelesaian serentak dari persamaan kesetimbangan
seringkali diperlukan tetapi dapat dikurangi atau dapat dihindari dengan
pemiliah sumbu acuan dan pusat momen yang benar .
4. Kenali dan nyatakan gaya yang dapat diterapkan dan prinsip momen
atau persamaaan yang mengatur kondisi kesetimbangan dalam soal.
Dalam contoh soal yang diberikan disini, hubungan ini diberikan disini,
hubungan ini diberikan dalam tanda kurung di permulaan setiap
perhitungan utama.
5. cocokan jumlah persamaan bebas dengan jumlah besaran yang tidak
diketahui dalam setiap soal.

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 73


6. Kerjakan soal dengan benar dan perikasa hasilnya. Dalam banyak soal,
penyelesaian teknik dapt dikembangkan dengan pertama–pertama
melakukan terkan yang masuk akal atau memperkirakan hasil
perhitunganya terlebih dahulu, baru membandingkanya dengan nilai
yang dihitung.

Contoh Soal 3.1

Hitunglah besar gaya-gaya C dan T yang


bersama-sama dengan tiga gaya lainnya
yang ditunjukkan pada gambar, bekerja
pada sambungan rangka batang
jembatan.

Penyelesaian:

Gambar diatas merupakan sketsa yang sudah dipisahkan dari sambunganb dan
merupakan diagram benda bebas yang akan kita bahas, dan mempunyai lima
buah gaya yang berada dalam kesetimbangan.

Cara pertama:

Tentukan semua komponen gaya pada sumbu x dan sumbu y, dengan


melakukan penjumlahan vektor sumbu x maupun sumbu y.

0 0
Σ Fx= 0 8 + T cos 40 - 16 + C sin 20 = 0

0,766 T + 0,342 C = 8 (a)

0 0
T cos 40 + C sin 20 = 8

0 0
Σ Fy = 0 T sin 40 - C cos 20 - 3 = 0

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 74


0 0
T sin 40 - C cos 20 = 3

0,643 T – 0, 940 C = 3 (b)

Didapat dua persamaan a) dan b) yang belum diketahui nilai T dan C, sehingga
salah satu dari dua persamaan tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu menjadi
persamaan berikut:

0,643 T – 0, 940 C = 3 (b)

3+0 , 940C
=4 ,666+1 , 462
T= 0 , 643

T = 4,666+ 1,462 C ( c)

Persamaan c) dimasukkan ke persamaan a) diperoleh sebagai berikut :

0,766 T + 0,342 C = 8 (a)

0,766 (4,666+1,462 C) + 0,342 C = 8

3,574 + 1,120 C + 0,342 C = 8

1,462 C = 8 – 3,574

(8−3 ,574 )
C= 1, 462

C = 3, 027 kN

Kemudian harga T dapat dicari dengan memasukkan kembali nilai C yang sudah
diperoleh kesalah satu persamaan a) atau b), jadi

T = 4,666 + 1, 462 C

= 4,666 + 1,462 . 3,027

= 9,091 kN

Catatan : Karena gaya–gaya yang terjadi adalah kongruen, maka tidak diperlukan persamaan
momen

Cara kedua :

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 75


Untuk menghindari penyelesaian yang simultan, dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan sumbu baru yaitu x’ dan y’ dengan tujuan untuk
menghilangkan acuan T pada sumbu y’. Ikuti selanjutnya.

ΣF y ' = 0,
0 0 0 0
-C cos 20 - 3 cos 40 - 8 sin 40 + 16 cos 50 = 0

C = 3,027 kN

0 0 0 0
Σ Fx=0 T+ 8 cos 40 - 16 cos 40 - 3 sin 40 - C sin 20 = 0

0
0 0 0
T+ 8 cos 40 - 16 cos 40 - 3 sin 40 - 3,027 sin 20 = 0

Jadi dari hasil perhitungan diperoleh ,

T = 9,091 kN

Catatan : Untuk memudahkan perhitungan selalu menjadi pertimbangan penting. Dalam kasus ini
sehingga diperlukan sumbu- sumbu acuan baru yang tegak lurus terhadap salah satu
arah gaya yaitu T untuk mengeliminasinya .

Cara ketiga :

Penyelesaian dilakukan dengan cara grafis (geometri), polygon gaya untuk


menggambarkan penjumlahan vektor nol dari kelima gaya tersebut diperlihatkan
persamaan-persamaan a) dan b) langsung memberikan proyeksi vektor pada
arah –x dan –y. Demikian pula proyeksi pada arah –x’ dan –y‘ memberikan
alternatif persamaan dalam penyelesaian kedua.Seperti pada penjelasan bab
sebelumnya, untuk grafis diperlukan penggambaran yang teliti dan benar. Skala
gaya ditentukan terlebih dahulu,

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 76


Untuk mendapatkan hasil T dan C penggambaran poligon gaya harus
menutup atau dalam kondisi setimbang. Sehingga tidak ada resultan atau
resultan = 0. Jadi nilai T dan C dapat ditentukan dengan cara mengukur secara
langsung.

Contoh soal 3.2

Hitunglah tegangan T pada kabel yang


menyokong beban 500 kg dengan susunan
katrol seperti terlihat pada gambar. Setiap
katrol bebas berotasi terhadap porosnya,
dan berat seluruh bagian ternyata kecil bila
dibandingkan dengan berat beban. Hitunglah
besar gaya total pada poros katrol C.

Penyelesaian:

Gambarkan diagram benda bebas


untuk setiap katrol dalam posisi relatifnya
terhadap katrol yang lain. Dimulai dari katrol
yang mempunyai beban awal (beban
diketahui) yaitu katrol A. Dengan jari-jari
katrol yang tak diketahui dilambangkan
dengan r, kesetimbangan momen terhadap
pusat O dan kesetimbangan gaya dalam
arah vertikal mengharuskan, bahwa :

ΣM 0 = 0, T 1.
r−T 2.r =0

T 1=T 2

Σ Fy=O , T 1 +T 2 −(500 .9, 81 )=0

T 1 + T 1=500. 9,81

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 77


2T = 4905
1

T1 = 4905/2

T1 = 2452,5 N

Jadi, T 1=T 2 = 2452,5 N

Dengan cara yang sama seperti katrol A, kesetimbangan gaya pada katrol B
dapat diperoleh sebagai berikut :

T3
T 4 = 2452,5/2

= 1226,25 N

0
Untuk Katrol C, sudut θ = 30 tidak berpengaruh pada momen T terhadap pusat
katrol, sehingga kesetimbangan momen mengharuskan,

T3 = T atau T = 1226,25 N

Kesetimbangan katrol dalam arah –x dan –y menghasilkan sebagai berikut:

ΣF x =0 , T x - Fx = 0
0
T.cos 30 − F x =0
0
Fx = 1226,25 cos 30
= 1061 ,36 N

ΣF y =0, Fy
+ T y − T 3 =0
0
F y + T sin 30 −1226 ,25 =0
0

F y =1226 , 25−1226 , 25 sin 30


= 613, 13 N

Jadi gaya pendukung pada poros pendukung katrol F, adalah ,

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 78


F= √ ( Fx 2+Fy 2 ))
= √ (1061,362 +613 ,13 2)
= 1225,73 N

F = 1226 N

Contoh Soal 3.3

Balok Profil dengan beban merata 100 kg


mula-mula ditumpu oleh tumpuan gesernya
pada permukaan horisontal di A dan B.
Kabel di C digunakan untuk mengangkat
ujung B hingga mencapai posisi 3 m diatas
ujung A. Tentukan tegangan P yang

diperlukan, reaksi pada A dan sudut θ , yang

dibuat oleh balok tersebut dengan bidang


horisontal pada posisi terangkat .

Penyelesaian :

Membuat diagram benda bebas dengan memperhatikan bahwa reaksi pada


tumpuan A adalah geser dan berat benda adalah merupakan gaya- gaya vertikal.
Sebagai akibatnya, karena tidak adanya gaya horisontal lain, maka P juga harus
vertikal. Dengan melihat pada contoh 3.2 bahwa tegangan tali P pada kabel
ternyata sama dengan tegangan P yang dikenakan pada balok di C .

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 79


Kesetimbangan momen terhadap A mengeliminasi gaya R dan memberikan ,

ΣM A=0 , P(6 cos θ ) - 100.9,81. (4 cos θ ) = 0

100 .9 ,81 .(4 cos θ)


P= 6 cosθ

Sudut θ terbentuk akibat tinggi tarikan 3 m dan panjang balok 8m, maka sudut θ
dapat diperoleh sebagai berikut :

Sin θ = 3/8

−1
θ=sin (3/8)

0
= 22 ,0

100 .9 , 81 .(4 cos 220


Jadi , P= 6 cos 22 = 654 ,0 N

Kesetimbangan arah vertikal memberikan hasil sebagai berikut :

ΣF y =0 654 + R – 100. 9,81 = 0


R = 100.9,81- 654
R = 327 N

Contoh Soal 3.4

Hitunglah besar gaya T dari tegangan pada kabel penggantung dan besar gaya
pada penjepit putar di A untuk keran derek didinding yang diperlihatkan pada
gambar. Balok AB adalah balok I dengan ukuran 0,5 m standar dengan massa
95 kg per meter panjang .

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 80


Penyelesaian dengan cara analis:

Buat diagram benda bebas dengan simetri s terhadap batang x-y yang melalui
pusat batang, sehingga soal dapat dianalisa sebagai kesetimbangan. Buatlah
reaksi pada titik A sebagai reaksi jepit putar, dengan komponen Ax dan Ay arah
disesuaikan. Berat balok berada sdi tengah- tengah, besarnya adalah sebagai
berikut:

W = q x lx g = 95x 5x 9,81

= 4659,75 N

= 4,66 kN

Dari diagarm benda bebas terdapat 3 buah gaya yang belum diketahui
yaitu, Ax, Ay dan T yang dapat diperoleh dari tiga persamaan kesetimbangan.
Persamaan momen dapat dimulai dari titik A, untuk mengeliminasi 2 persamaan
Ax dan Ay .

ΣM A = 0 Ty (5-0,12 ) – Tx 0,25 +4,66(2,5- 0,12 ) + 10 ( 5- 0,12 – 1,5 ) =0


0 0
-T sin 25 (4,88) – T cos 25 .0,25 + 4,66. 2,38 + 10 . 3,38 =0
0
-T ( sin 25 .4 ,88+cos25 .0 ,25) + 4,66.2,38 + 10.3,38 = 0

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 81


4 ,66. 2, 38+10. 3, 38
T = sin 25 .4 ,88+cos25 . 0, 25

T = 19,62 . kN

ΣFx=0¿¿¿¿ ¿¿ 0
Ax-T cos 25 = 0
Ax = Tx
0
= 19,62 cos 25
= 17,78 kN

ΣF y = 0 Ay + Ty - 4,66 -10 = 0
0
Ay = 10 + 4,66 - 19,62 sin 25
=6,37 kN
Jadi gaya dukung A adalah sebagai berikut :

A= √ Ax 2 + Ay 2=√ 17 ,78 2+6 , 372


A= 18,89 . kN

Penyelesaian dengan cara Grafis :

Prinsip bahwa tiga buah gaya dalam kesetimbangan harus kongruen


digunakan untuk penyelesaian grafis dengan menggabungkan dua buah gaya
vertikal 4,66 kN dan 10 kN yang sudah diketahui menjadi gaya tunggal 14,66 kN
yang terletak seperti yang ditunjukkan pada diagram benda bebas. Posisi beban
reasultan dapat dengan mudah ditentukan secara grafis atau aljabar.

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 82


Perpotongan antara gaya 14,66 kN ini dengan garis kerja tegangan tak
diketahui T menghasilkan titik kongruen O yang harus dilalui oleh reaksi jepit
putar A. Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan, maka poligon gaya yang
dibentuk adalah menutup, sehingga resultan sama dengan nol. Gaya T dan A
dapat diperoleh dengan menggunakan prinsip aljabar.

Soal- soal Latihan

3-4. Hitunglah besar gaya horisontal P yang


harus dikenakan oleh tukang kebon pada
pegangan ringan dari mesin perata
rumput yang bermassa 100kg supaya
tetap pada kedudukannya di tempat
0
dengan kemiringan 10 . Juga tentukan
gaya R yang diberikan oleh tanah pada
mesin perata rumput tersebut. Pusat
gravitasi mesin rumput terletak di O.

3-5. Hitunglah besar gaya horisontal P yang


harus dikeluarkan oleh pekerja pada tali
supaya peti kayu berada di atas truk.
Jika beban peti sebesar 500kg.

3-6. Cincin menyangga beban 1000 N dan


dipertahankan tetap pada posisinya oleh

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 83


2 buah kabel yang diikat ke dinding
vertikal. Tentukan tarikan T1 dan T2
dengan menggunakan sedikitnya 2 cara
yang berbeda .

3-7. Tiga buah kabel diikat pada cincin di B1


dan peregang kawat di C dikencangkan
sampai tarikannya mencapai 1,6 kN.
Hitunglah momen yang dihasilkan oleh
tarikan tersebut pada kabel AB pada kaki
tiang di D

3-8. Tentukan sudut θ dimana gaya P pada


tali harus diberikan agar dapat
meletakkan silinder bermassa 250 kg
kedalam lubang. Hitunglah tarikan T
yang bersesuaian pada kabel AB
sepanjang 3,9 m. Berat katrol dan kabel
dapat diabaikan.

3.9. Tentukan gaya P yang diperlukan untuk


menahan mesin seberat 200kg pada
posisi θ =300, diameter katrol diabaikan.

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 84


3-10.Untuk memudahkan posisi kait
pengangkat sewaktu tak terbebani,
penggantung geser seperti dalam
gambar digunakan. Bagian pada A dan B
menyentuh flens balok penggantung ini
bila menyangga sebuah beban dan kait
tersebut bergerak melalui alur horisontal
pada balok. Hitung gaya- gaya di A dan
B pada saat kait tersebut menyangga
sebuah beban bermassa 300kg.

3-11. Gaya-gaya yang bekerja pada 4 buah


batang susun yang saling berpotongan
pada sebuah sambungan batang
jembatan rangka adalah seperti yang
diperlihatkan pada gambar. Hitunglah T 1
dan T2, selesaikan dengan dua cara
simultan, kedua memilih sumbu acuan
sedemikian rupa sehingga penyelesaian
setiap besaran tak diketahui tak
bergantung pada yang lain.

3-12.Sebuah balok diletakkan di bawah


kepala Palu cakar seperti terlihat pada
gambar untuk memudahkan mencabut
paku. Pada ujung pegangan palu
dikenakan gaya sebesar 200 N, Hitung
tegangan T pada paku dan besar gaya A
pada balok. Bidang sentuh di A cukup
besar sehingga tidak terjadi slip.

Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 85


Eko Widagdo-KESETIMBANGAN hal. 86

Anda mungkin juga menyukai