َْ َ َ َ
. َوا ﺸ ْﻤ َﺲ َواﻟﻘ َﻤﺮ،ﷲ ا ِ ْي ﺧﻠ َﻖ ا ﻠﻴْﻞ َوا َﻬﺎر ﺪ ُ ا َ ْ َ ْﻤ
ِ
ُ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَن َﺳﻴّ َﺪﻧَﺎ ُ َﻤ ًﺪا َ ﺒْ ُﺪه، َ ﻚ َ ْ َ َ َُ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ََ
ِ ِ وأﺷﻬﺪ أن ﻻ إِ إِﻻ اﷲ وﺣﺪه ﻻ
ُ
. َو َر ُﺳ ْﻮ
ََ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َُ َ َ
َو َ آ ِ ِ وﺻﺤ ِﺒ ِﻪ وﻣﻦ ﺳﺎر، َ َﺻﻞ َو َﺳﻠ ْﻢ َ َﺳ ِﻴّ ِﺪﻧﺎ ﻤ ٍﺪ ﺧ ْ ِ اﻟ ا
َ ٌ ُُ ْ َ ََ َ َْ ْ َ َ َ َْ
. ِ وﺳ ِﻤﻌﺖ أذن،ﺖ ٌ ﺑِﻨَﻈﺮ
َ ﻣﺎ اﺗﺼﻠ،ﻬ ِﺠﻪ
ُ ُْ ََ َ َ ُْ َْ َ َْ ْ ََْ ْ ُ ْ ُْ ّ َ ُ َْ َ
))وﻣﺎ ﻧﺮ ِﺳﻞ:ِﻢ ِﻛﺘﺎﺑِ ِﻪ ﷲ اﻟﻘﺎﺋِ ِﻞِ ﻓ ِﺈ ِ أو ِﺻﻴ ﻢ و ﻔ ِ ﺑِﺘﻘﻮى ا،أﻣﺎ ﻌﺪ
ً ْ َ َّ َﺑﺎﻵﻳ
((ﻮ ﻔﺎ ِ ﻻ إ
ِ ﺎت
ِ ِ
Jamaah shalat gerhana bulan rahimakumullah,
Malam ini kita menyaksikan salah satu kebesaran dan kekuasaan Allah SWT
yang terpampang di semesta alam jagat ini, yaitu gerhana bulan atau khusyuf al-
Qamar. Memang ini adalah peristiwa alam. Akan tetapi, alam ini adalah mahluk
ciptaan Allah ‘Azza wa Jalla yang tunduk pada titah-Nya pula. Allah SWT
mempertontonkan peristiwa alam ini adalah untuk memberitahu kepada
manusia salah satu tanda kekuasaan-Nya. Mari kita perhatikan firman Allah
berikut ini:
Kita bersyukur dapat melihat kuasa Allah dalam fenomena alam ini dalam
kondisi sehat wal afiat. Semoga kesyukuran ini semakin menambah iman kita
kepada Allah SWT.
Bumi yang kita tempati ini, -jika dibandingkan dengan matahari-, ukuran
diameternya hanya seukuran kancing baju atau sebiji jagung. Namun ternyata
ada bintang yang besarnya ribuan kali matahari. Galaksi Bima Sakti juga
berukuran sangat luas, 100.000 tahun cahaya. Dan benda-benda langit yang
berukuran lebih besar dari galaksi Bima Sakti jauh lebih banyak lagi. Bahkan
ada kumpulan galaksi yang luasnya 10 milyar tahun cahaya.
Jadi pantaskah dan di manakah letak kesombongan manusia yang lemah ini?
Jamaah shalat gerhana bulan yang semoga selalu dilindungi Allah SWT,
Peristiwa gerhana bulan yang terjadi malam ini, merupakan salah satu tanda
atau ayat Allah. Patut disyukuri bahwa pada saat ini kita menyaksikan gerhana
ini dari sudut ilmu pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan nenek
moyang atau orang tua zaman dahulu. Mereka melihat peristiwa ini penuh
dengan mitos yang tidak benar dan menyalahi akidah Islam. Misalnya dalam
mitos Jawa, orang meyakini bahwa bulan atau matahari ditelan oleh raksasa
atau Buto Ijo, sehingga cahanyanya tiba-tiba menjadi redup dan gelap yang
semula terang-benderang. Atau dikaitkan dengan kelahiran atau kematian
seseorang sebagaimana diyakini masyarakat Arab pada masa Jahiliyyah. Hal
ini kita ketahui dari hadis ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan
Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika
melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan
bersedekahlah.” (H.r. Al-Bukhari)
ْ َ ُ َ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ َْ ُْ ُ َ َ ُ َ ُ َﺴﺒ ُﺢ
ٍء ِإﻻ ﺴﺒﺢ ِ ﻤ ِﺪ ِه ْ ﻴﻬﻦ ۚ◌ و ِن ِﻣﻦ ﻦ ﻣ َ
و ض ر اﻷ َ
و ﻊ ﺒﺴ ا اتﺎو ﻤ ﺴ ا
ِ ِ
ًﻴﻤﺎ َ ُﻔﻮرا
ً ﻴﺤ ُﻬ ْﻢ ۗ◌ إﻧ ُﻪ َ َن َﺣﻠَ ﻮن َ ْﺴ َ ُ َ ْ َ َ ْ َٰ َ
ِ ِ ِ وﻟ ِ ﻦ ﻻ ﻔ ﻘ ﻬ
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji–Nya, tetapi kamu sekalian
tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.”
Demikian pula dengan pandemi Covid–19 yang memasuki tahun kedua ini. Ia
adalah alamat atau tanda. Tanda keberadaan Allah yang Maha Besar dan Maha
Kuasa. Bendanya tidak terlihat oleh mata, akan tetapi akibatnya terdampak di
mana-mana. Perekonomian porak-poranda, pendidikan lumpuh, bahkan
ibadahpun terganggu. Manusia kaget dibuatnya. Manusia tak berdaya.
Bagi kita kaum muslimin, tentulah peristiwa ini patut menjadi renungan kita
semua. Betapa lemahnya manusia. Kita menjadi mahluk yang sangat
tergantung. Gerak hidup menjadi terbatas, masuk dalam era kenormalan baru:
memakai master, cuci tangan, jaga jarak, jauhi kerumunan, dan lain-lain.
Ketergantungan kita aini harusnya berlanjut menjadi ketergantungan kepada
Allah SWT. Allohush Shomad, Allah tempat bergantung mahluk-Nya.
Pertama; selalu memandang peristiwa yang terjadi di alam semesta ini dengan
kacamata iman.
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.”
َ َ
ْ ﻻ َ َﻔﻜ ُﺮ ْ َ ََ
ﷲ
ِ ا ِ او و ،ﷲِ ِ ﻔﻜ ُﺮوا ِ ﺧﻠ
ا ﻖ
“Berpikirlah tentang ciptaan Allah, dan jangan kalian memikirkan tengan Dzat
Allah.” (H.r. Al-Baihaqi dalam al-Asma’ Wa ash-Shifat, dan dihasankan oleh
Syaikh al-Albani)
Memikirkan hakikat Dzat Allah adalah sesuatu yang mustahil dicapai, tapi
manusia diperintah untuk memikirkan makhluk-makhluk-Nya, termasuk
bumi, bulan, matahari, serta peristiwa bencana alam, gerhana matahari dan
bulan, fenomena virus Corona, dan sebagainya.
Ketika manusia mau berpikir tentang ciptaan Allah, maka berkembanglah ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan sangat majunya. Peristiwa gerhana
matahari atau bulan, tidak lagi menjadi hal yang menakutkan seperti orang
yang takut kepada mahluk yang buas dan ganas, tapi justru menjadi obyek
kajian ilmu pengetahuan. Pandemi Covid-19 pun juga melahirkan ilmuwan-
ilmuwan yang menemukan vaksin-vaksin yang diharapkan mampu
menimimalkan penularan virus ini.
Ketika manusia memandang alam semesta ini dengan kacamata iman dan
menggunakan akal sehatnya untuk memikirkan ciptaan Allah, maka bagi
mereka yang mendapatkan petunjuk-Nya akan mengakui kebesaran Sang
Pencipta. Dan sudah selayaknya melahirkan pengakuan kelemahan dirinya,
menghidupsuburkan iman, menenggelamkan kesombongan, serta semakin
membenamkan ketundukan hatinya.
Ya Rabbana, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau
(dari segala kekurangan), maka peliharalah kami dari siksa neraka.
ﺖ أَﻗْ َﺪ َ
اﻣﻨَﺎ َواﻧْ ُ ْ ﻧَﺎ َ َ اﻟْ َﻘ ْﻮمِ اﻟْ َ ِﻓﺮ ﻦَ اﻏﻔ ْﺮ َ َﺎ ُذﻧُﻮ َﻨَﺎ َ ْ َ ا َ َﻨﺎ أَ ْ ﺮﻧَﺎَ ،و َﺒ ْ
و
َ َ ْ
ِ ِ ِ ِ ر ﻨﺎ ِ
َ َ َ َْ َ ْ َ َ ََ َ َ ََ ْ َ َْ َ
ا ﻠ ُﻬﻢ ﻻ ﺗﺪع َﺎ ذ ﺒًﺎ ِإﻻ ﻔ ْﺮﺗﻪَ ،وﻻ ﻫﻤﺎ ِإﻻ ﻓﺮﺟﺘَﻪَ ،وﻻ د ﻨًﺎ ِإﻻ ﻗ َﻀﻴْﺘَﻪَ ،وﻻ
ﺎﺟ ًﺔ ﻣ ْﻦ َﺣ َﻮاﺋﺞ ا ْﻴَﺎ َواْﻵﺧ َﺮة إﻻ ﻗَ َﻀﻴْﺘَ َﻬﺎ ﻳَﺎ أَ ْر َﺣ َﻢ ا ﺮا ِ ْ َ. َﺣ َ
ِ ِ ِِ ِِ ِ
ﻜﻮ َﻦ ِﻣ َﻦ ا ْ َﺎ ﻦَ َ َ َ َ َْ َُْ َ َ َ ْ َْ َ ْ ْ ََ ََْ ََْ ََ ُ
ِ ِ ر ﻨﺎ ﻇﻠﻤﻨﺎ أ ﻔﺴﻨﺎ و ِن ﻢ ﻐ ِﻔﺮ ﺎ وﺗﺮ ﻨﺎ
َ َْ َ َ ًَ َ ْ َ َ َ ًَ َ َ َ َ َ َ َ
ﺎر
ر ﻨﺎ آﺗِﻨﺎ ِ ا ﻴﺎ ﺣﺴﻨﺔ و ِ اﻵ ِﺧﺮ ِة ﺣﺴﻨﺔ و ِﻗﻨﺎ ﻋﺬاب ا ِ
َ َْ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َْ َ َ ْ
آﺧﺮ دﻋﻮاﻧﺎ أ ِن ا ﻤﺪ ِ ِ رب اﻟﻌﺎ ِﻤ . و ِ