Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENGANTAR STATIKA

1.1 Pendahuluan

Pada bab ini memberikan suatu pengetahuan dasar yang berhubungan


dengan mekanika, sebelum melangkah pada bab-bab inti berikutnya. Untuk
memulai belajar mekanika dengan baik, diharapkan anda sudah mempunyai
bekal sebelumnya yaitu penguasaan matematika dan fisika dasar. Pengetahuan
dasar matematika digunakan sebagai landasan dalam operasi perhitungan
mekanika secara keseluruhan, misal; operasi aljabar, geometri, trigonometri
dan kalkulus sangat kental dalam setiap operasi perhitungan.

Disamping itu pengetahuan dasar fisika yang menyangkut tentang gaya


yaitu hukum Newton juga dikupas secara sederhana untuk mengingatkan
kembali tentang vektor dan skalar,

Bagaimana menggunakan satuan dan menentukan konversi satuan


terhadap satuan yang lain juga disampaikan agar para pembaca dan pengguna
buku ini dapat mengingat kembali dengan baik dan tidak menemukan kesulitan
dalam menyelesaikan permasalahan mekanika.

Hasil Pembelajaran

 Menjelaskan apa mekanika dan bagian-bagian dasar pengetahuan


mekanika.
 Menjelaskan konsep dasar statika yang berhubungan dengan ruang,
waktu, massa dan gaya.
 Menentukan gejala mekanika statika dengan formasi skalar atau vektor.
 Menggunakan satuan SI dan mengkonversikan satuan ke satuan lain.

Kreteria Penilaian
 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan mekanika
 Manjelaskan bagian-bagian mekanika
 Menjelaskan ilmu dasar penunjang mekanika

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 1


 Menjelaskan konsep dasar mekanika
 Menjelaskan tentang ruang, waktu dan massa
 Menjelaskan gaya, partikel dan benda tegar
 Menjelaskan formasi skalar dan vektor
 Membedakan gejala mekanis dengan formasi skalar atau vektor
 Menjelaskan satuan dasar SI
 Mengenal jenis jenis satuan
 Mengkonversikan satuan SI ke satuan lain

1.2 Pengetahuan Dasar Mekanika

Mekanika adalah cabang ilmu yang menggambarkan dan meramalkan


kondisi benda yang diam atau bergerak karena pengaruh gaya yang beraksi
pada benda. Mekanika dibagi menjadi tiga bagian: mekanika benda tegar,
mekanika benda lentuk dan mekanika fluida.

Mekanika benda tegar dibagi menjadi: statika dan dinamika, bagian


pertama menyangkut benda dalam keadaan diam sedang yang kedua benda
bergerak. Dalam studi mekanika yang dilakukan disini benda dianggap tegar
sempuma. Struktur dari mesin yang sesungguhnya tidak pernah benar-benar
tegar dan mengalami deformasi (pelentukan) dibawah tekanan beban yang
dikerjakan pada benda. Tetapi umumnya deformasi ini kecil dan tidak
mempengaruhi kondisi keseimbangan atau gerakan struktur yang ditinjau.

Tentang deformasi yang berhubungan dengan daya kemampuan suatu


kerangka menahan beban, akan dipelajari tersendiri di mekanika kekuatan
bahan (strength of material science), yang merupakan sebagian dari
mekanika benda lentuk. Bagian ketiga dari mekanika adalah mekanika fluida,
yang terbagi lagi menjadi studi mengenai fluida termampatkan dan tak
termampatkan. Salah satu bagian yang terpenting. dari studi mengenai
mekanika fluida yang tak termampatkan adalah hidrolika yang berhubungan
dengan masalah yang menyangkut fluida.

Mekanika adalah cabang ilmu fisika karena berhubungan dengan studi


mengenai gejala fisis. Tetapi sebagian orang menghubungkan mekanika

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 2


dengan matematika, yang lain menganggap sebagai ilmu teknik. Kedua
pandangan ini sebagian dianggap benar. Mekanika merupakan dasar dari
banyak ilmu-ilmu teknik dan merupakan persyaratan mula yang tidak dapat
dihilangkan untuk mempelajarinya. Sedangkan mekanika tidak berdasar pada
kaidah empiris seperti ilmu teknik lainnya, pendekatan dititik beratkan pada
cara deduktif yang menyerupai pendekatan matematik. Mekanika bukanlah
suatu ilmu yang abstrak atau murni, tetapi suatu ilmu yang terpakai. Tujuan
daripada mekanika adalah menerangkan dan meramalkan gejala fisis dan
meletakkan dasar-dasar aplikasi teknik.

1.3 Konsep Dasar Statika

Konsep dasar yang digunakan dalam mekanika adalah ruang, waktu,


massa dan gaya. Konsep ini harus diterima sebagai dasar intuisi dan
pengalaman untuk digunakan sebagai kerangka referensi dalam studi
mekanika dan harus dimengerti terlebih dahulu.

Ruang adalah daerah geometri yang ditempati oleh benda yang


posisinya digambarkan oleh pengukuran linear dan anguler relatif terhadap
sistem koordinat. Untuk persoalan tiga dimensi, ruang membutuhkan tiga
koordinat bebas, sedangkan persoalan dua dimensi diperlukan hanya dua
koordinat saja.

Waktu adalah ukuran peristiwa yang berurutan dan merupakan besaran


dasar dalam dinamika. Waktu tidak dapat dimasukkan langsung dalam analisis
persoalan statika.

Massa adalah ukuran kelembaban benda, yang merupakan penghambat


terhadap perubahan kecepatan. Massa merupakan hal penting untuk
persoalan statika karena massa juga merupakan sifat setiap benda yang
mengalami gaya tarik menarik dengan benda lain.

Gaya adalah aksi suatu benda tehadap benda lain. Suatu gaya
cenderung menggerakkan sebuah benda menurut arah kerjanya. Aksi sebuah

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 3


gaya dicirikan oleh besarannya, arah kerjanya, dan titik kerjanya. Gaya adalah
besaran vektor, dan sifat-sifatnya akan dibahas secara terinci dalam bab 2.

Partikel, adalah sebuah benda yang dimensinya dapat diabaikan. Dalam


pengertian matematis, sebuah partikel adalah benda yang dimensinya
mendekati nol sehingga dapat dianalisa sebagai titik. Seriingkali sebuah
partikel dipilih elemen deferensial dari sebuah benda. Selain itu, apabila
dimensi sebuah benda tidak sesuai dengan gambaran posisinya atau aksi
gaya yang dikenakan. padanya, benda tersebut dapat diperlakukan sebagai
partikel.

Benda Tegar. Sebuah benda dianggap tegar jika gerakan relatif antar
bagian-bagiannya dapat diabaikan langsung. Sebagai contoh, perhitungan
tarikan (tension) pada kabel yang menyangga tiang penderek mobil dalam
keadaan mengangkut beban pada dasarnya tak terpengaruh oleh regangan
(deformasi) dalam yang kecil pada anggota-anggota struktural tiang tersebut.
Untuk tujuan ini, dari penentuan gaya luar yang bekerja pada tiang tersebut
dapat diberlakukan sebagai benda tegar. Statika membahas perhitungan
gaya-luar yang bekerja pada benda tegar yang berada dalam kondisi
kesetimbangan.

1.4 Skalar dan Vektor

Dalam mekanika dikenal dua besaran yaitu skalar dan vektor. Besaran
skalar hanya menunjukkan besarnya saja. Contoh besaran skalar dalam
mekanika adalah waktu, volume, kerapatan, laju, energi, dan massa. Besaran
vektor memiliki arah, selain besar, dan harus mematuhi hukum jajaran
genjang penjumlahan, sebagimana akan diuraikan dalam pasal ini. Contoh
vektor adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, momen, dan momentum.

Besaran fisis yang berupa vektor dapat dikelompokkan dalam tiga


kelompok yakni bebas, geser, dan tetap.

Sebuah vektor bebas adalah vektor yang aksinya tidak dibatasi atau
dikaitkan dengan sebuah garis yang tunggal dalam ruang. Sebagai contoh,
jika sebuah benda bergerak tanpa rotasi, maka gerakan atau pergeseran

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 4


setiap titik pada benda tersebut dapat dianggap sebagai sebuah vektor, dan
vektor ini akan menggambarkan pergeseran benda yang demikian dengan
sebuah vektor bebas.

Sebuah vektor geser adalah vektor dimana suatu garis tunggal dalam
ruang harus dipertahankan sepanjang besaran vektor tersebut bekerja. Bila
kita membahas aksi luar dari suatu gaya pada sebuah benda tegar, gaya
tersebut dapat dikerjakan pada sembarang titik sepanjang garis kerjanya
tanpa mengubah efeknya pada benda secara keseluruhan dan karenanya
dapat dipandang sebagai vektor geser.

Sebuah vektor tetap adalah vektor dimana sebuah titik kerja tunggal
ditentukan, dan oleh karena itu vektor tersebut menempati posisi khusus
dalam ruang.

Aksi sebuah gaya pada benda yanga dapat berubah bentuk atau benda
tak-tegar hanya ditentukan oleh sebuah vektor tetap pada titik kerja gaya yang
bersangkutan. Dalam hal ini gaya dan perubahan bentuk didalam benda tadi
akan bergantung pada titik kerja gaya dan besar gaya serta garis kerjanya.

Sebuah besaran vektor P digambarkan dengan sepotong garis, Gambar


1.1 mempunyai arah vektor dengan tanda panah.

-P

Gambar 1.1 Sebuah besaran vektor P

Panjang garis berarah mewakili besaran vektor ditulis dengan huruf P


dan bila bertanda negatif atau berlawanan arah diberi tanda –P. Untuk
menentukan arah vektor dapat diukur dengan sudut Ѳ dari beberapa arah
acuan yang diketahui.

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 5


Dengan demikian disamping mempunyai sifat besar dan arah, vektor,
juga harus mematuhi hukum kombinasi jajaran-genjang. Hukum ini
menetapkan bahwa dua buah vektor P1, dan P2, yang dianggap sebagai
vektor bebas. Kedua vektor tersebut dapat digantikan dengan ekuivalennya P
yang merupakan diagonalnya jajaran genjang yang dibentuk oleh P1, dan P 2
sebagai kedua sisinya. Kombinasi atau jumlah vektor digambarkan dalam
gambar 1.2 oleh persamaan vektor.

P = P1 + P2

Di mana tanda tambah dipakai sebagai penjumlahan vektor bukan skalar.


Jumlah besaran skalar kedua vektor tersebut biasanya dituliskan sebagai P1 +
P2, akan tetapi perlu diingat bahwa menurut geometri jajaran genjang jelas
bahwa:

P ≠ P1 + P2

P2

P1
(a)
P2 P2
P P

P1
P1
(b) (c)

Gambar 1.2 Kombinasi jumlah vektor

Kedua vektor P1, dan P2 ini yang diperlakukan sebagai vektor bebas,
dapat juga dijumlahkan secara kepala-ke ekor dengan hukum segitiga banyak
gaya (polygon), untuk menghasilkan vektor indentik P. Dari diagram tersebut

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 6


diketahui urutan penjumlahan vektor tidak mempengaruhi jumlah, sehingga P1,
+ P2 = P2 + P1, Selisih P1 – P2 antara kedua vektor tersebut dapat diperoleh
dengan menambah -P2 pada P1, seperti terlihat pada gambar 1.3 dimana
prosedur segitiga atau jajaran genjang dapat digunakan. Selisih P1, antara
kedua vektor tersebut dinyatakan oleh persamaan vektor.

P’ = P1 – P2

Dimana tanda kurang menyatakan pengurangan vektor.

P1 P1

P’
P’
-P2
-P2

Gambar 1.3 Bentuk penjumlahan segitiga atau jajaran genjang

Setiap dua vektor atau lebih yang jumlahnya sama dengan vektor P
dapat dikatakan sebagai komponen vektor tersebut. Karena itu vektor-vektor
P1, dan P2 dalam Gambar 1.4a adalah komponen dari vektor P, masing-
masing dalam arah 1 dan 2. Biasanya paling mudah menguraikan komponen
vektor yang saling tegak lurus, dan ini disebut komponen persegi panjang.
Vektor-vektor Px dan Py pada Gambar 1.4b merupakan komponen-komponen
x dan y dari P demikian juga pada Gambar 1.4c, Px' dan Py' adalah
komponen x' dan y' dari P.

Gambar 1.4 Komponen vektor dari berbagai sumbu

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 7


Jika dinyatakan dalam komponen persegi panjang, arah vektor terhadap
sumbu x ditentukan oleh:

Ѳ = tan-1 (Py/Px)

Sebuah vektor P dapat dinyatakan secara matematis dengan


mengalikan besarnya, P dengan sebuah vektor n yang besarnya satu satuan
dan arahnya berimpit dengan P, Jadi :

P = Pn

Dalam cara ini besar dan arah vektor sangat mudah untuk dimasukkan
ke dalam sebuah pernyataan matematis. Dalam banyak persoalan, khususnya
persoalan tiga dimensi , adalah lebih mudah jika komponen persegi panjang
dari P, Gambar 1.5 dinyatakan dengan vektor-vektor satuan i, j dan k yang
merupakan vektor-vektor dalam arah -x, -y , dan -z, berturut-turut dengan
besar satuan-satuan. Jumlah vektor dari komponen-komponen ini ditulis
sebagai berikut:

P= PXi + Pyj + PZk

Gambar 1.5 Vektor 3 sumbu x,y dan z

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 8


1.5 Hukum Newton

Orang yang pertama kali menyatakan dengan benar hukum-hukum dasar


yang mengatur gerakan suatu partikel dan memperlihatkan keberlakuan
hukum adalah Sir Isaac Newton, hukum-hukum tersebut, antara lain:"

Hukum Newton I - Menjelaskan sebuah partikel akan tetap diam atau terus
bergerak dalam sebuah garis lurus dengan kecepatan
tetap, jika tidak ada gaya tak seimbang yang bekerja
padanya.

Hukum Newton ll - Menjelaskan percepatan sebuah partikel adalah


sebanding dengan gaya resultan yang bekerja padanya
dan searah dengan gaya tersebut. (F=m.a)

Hukum Newton Ill - Adalah gaya-gaya aksi dan reaksi antara benda-benda
yang berinteraksi memiliki besar yang sama, berlawanan
arah dan segaris.

Hukum Newton kedua adalah merupakan dasar analisis dalam dinamika.


Jika diterapkan pada partikel bermassa m hukum Newton II dapat dinyatakan
sebagai berikut:

F = m.a ............................................................. (1.1)

Dimana, F = gaya resultan yang bekerja pada partikel, (N)

a = percepatan resultan, (m/s2 )

m = massa, (kg)

Persamaan ini merupakan persamaan vektor karena arah F harus sama


dengan arah a disamping besar F dan ma sama. Hukum Newton pertama
berisi prinsip keseimbangan gaya yang merupakan topik utama dalam
pembahasan statika. Sebenamya hukum ini akibat hukum kedua, karena tidak
akan ada percepatan jika gaya sama dengan nol, dan partikel tetap dalam
keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan tetap. Hukum ketiga

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 9


merupakan dasar pengertian tentang gaya, bahwa gaya selalu terjadi dalam
pasangan gaya yang sama besar dan berlawanan arah, Prinsip ini berlaku
untuk semua gaya yang berubah-ubah maupun yang tetap, tanpa
memperhatikan darimana asalnya dan berlaku pada setiap saat selama gaya
dikenakan.

1.6 Sistem Satuan dan Konversi Satuan

Sistem satuan yang digunakan dalam mekanika disini berhubungan erat


dengan empat besaran dasar yaitu panjang, massa, gaya dan waktu, satuan
yang dipakai untuk mengukur besaran-besaran ini tidak semuanya dapat
dipilih... dengan bebas karena harus sesuai dengan hukum Newton II. Dalam
pembahasan di buku ini hanya dua sistem yang dibahas, sedang keempat
besaran dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 1.1 Besaran dan simbol satuan SI

Simbol Satuan SI Satuan yang lazim di AS


Besaran
Dimensi
Satuan Simbol Satuan Simbol
Massa M kilogram kg slug
Panjang L meter m kaki ft
Waktu T sekon(detik) s,dt sekon(detik) sek
Gaya F Newton N pon Ib

Satuan SI. Satuan Sistem International, biasa disingkat SI telah


diterapkan di sefuruh dunia merupakan satuan standart international yang
diharapkan akan menggantikan satuan-satuan lain, sehingga tercipta satu
standart yang baku. Dalam satuan SI seperti terlihat dalam tabel massa dalam
kilogram (kg), panjang dalam meter (m) dan waktu dalam sekon (s) dan gaya
dalam newton (N). yang diturunkan dari persamaan sebelumnya, sehingga:

gaya (N) = massa (kg) x percepatan (m/s2)

1 N = (1 kg.) (1 m/s2 ) = 1 kg. m/ S2 .............................. (1.2)

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 10


a = 1 m/s2

F= 1 N
m=1kg

Gambar 1.6

Bahwa satu newton adalah gaya yang dibutuhkan untuk memberikan


percepatan sebesar 1 m/s 2 pada sebuah massa seberat 1 kg.

Berat suatu benda dinyatakan dalam Newton, dari persamaan 1.1 diturunkan
bahwa berat benda dengan massa 1 kg adalah:

W = m.g ………............................................................ (1.3)

= (1 kg). (9,81 m/s2)

= 9,81 N

a = 9,81 m/s2
m =1kg

W= 9,81 N

Gambar 1.7

Kelipatan dan sub kelipatan satuan panjang, massa dan gaya yang
sering digunakan dalam keteknikan adalah berturut-turut kilometer (km), dan
milimeter (mm), mega gram (Mg) dan kilo Newton (kN), seperti terlihat pada
contoh dibawah:

1 km = 1000 m
1 Mg = 1000 kg
1 kN = 1000 N
1 mm = 0,001 m
1g = 0,001 kg

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 11


Sedang untuk konversi satuan diatas ke dalam meter kilogram dan
newton, dapat dilakukan hanya dengan memindahkan koma desimal tiga
tempat kekanan, atau kekiri. Seperti untuk menyatakan 5,20 km ke dalam
meter, anda tinggal memindahkan titik desimal tiga tempat kekanan:

5,20 km = 5200 m,

dengan cara yang sama, 4353 mm dirubah ke meter dengan jalan


memindahkan titik desimal tiga tempat kekiri:

4353 mm = 4,353 m

dengan notasi ilmiah dapat dituliskan menjadi:


5,20 km = 5,2 x 103 m

4,353 m = 4,353 x 103 mm

Kelipatan satuan waktu adalah menit (min) dan jam (h), sehingga:

1 min = 60 s

1 jam = 60 min = 3600 s

Untuk satuan waktu ini tidak bisa diubah secara langsung seperti satuan
lainnya. Sistem Satuan Amerika. Satuan yang dipakai masih menggunakan
satuan panjang, gaya, dan waktu. Berturut-turut sebagai berikut, foot (f).
pound (Ib) dan sekon (s). Satuan sekon masih sama dengan sistem satuan SI.

Satuan foot diartikan sama dengan 0,3048 m, sedangkan pound


didefinisikan satuan berat dengan ukuran 0,45359243 kg atau 0,4536kg. Sistem
Amerika sering disebut sistem gravitasi yang mempunyai sifat ketergantungan
terhadap gaya tarik bumi (gravitasi), sehingga tidak termasuk sistem absolut.

a = 32,2 ft/s2
m = 1 lb

F = 1 lb

Gambar 1. 8

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 12


Bila dikerjakan suatu gaya sebesar 1 Ib, artinya bila ditarik oleh gaya
beratnya sendiri, standart pound akan memperoleh percepatan sebesar
percepatan gravitasi, g = 32,2 ft/s 2 dan bukan seperti pada persamaan 1.1

Satuan massa yang berhubungan dengan foot, pound dan sekon


adalah massa yang memperoleh percepatan 1 ft/s2, apabila gaya 1 Ib
dikerjakan padanya (gambar 1.8) biasa disebut slug, yang diturunkan dari
persamaan F=m.a dengan mengganti 1 Ib dan ft/s 2 untuk F dan a. Dapat
dituliskan sebagai berikut:

F =ma

1 Ib = (1 (slug).(1 ft/s2 )

Jadi diperoleh:

1 Ib
1 slug = = 1 Ib .s2/ft ..................................................... (1.4)
1 ft/s2

a = 1 ft/s 2
m = 1 slug .w F = 1 lb
( = 1 lb. s2/ft)

Gambar 1.9

Berdasarkan gambar 1.8 dan 1.9 dapat disimpulkan bahwa: slug adalah
massa yang besarnya adalah 32,2 kali massa standart pound dan
kenyataannya sistim satuan Amerika bahwa berat dinyatakan dalam pound
bukan massanya dalam slug. Dan dalam studi dinamika, dimana gaya, massa
dan percepatan saling behubungan satu sama lain, massa dinyatakan m
dalam slug dari suatu benda yang beratnya W dinyatakan dalam pound. Jadi
pers. 1.3 dapat dituliskan

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 13


m = W/g ........................................................ (1.5)

dimana g merupakan percepatan gravitasi bumi ( g = 32,2 ft/s2 ).

Tabel 1.2 Satuan SI yang digunakan dalam mekanika

Jumlah Unit Simbol Rumus

Percepatan Meter per detik m/s


Sudut Radian Rad *)
Sudut percepatan Radian per detik rad/s2
Sudut kecepatan Radian per detik rad/s
Luas Meter Persegi m2
Kerapatan Kilogram per kg/m3 .
Energi Joule J N.m
Gaya Newton N K
Frekuensi Hertz Hz s
Panjang Meter m
Massa Kilogram kg **)
Momen gaya Newton-meter N.m
Daya Watt W J/s
Tekanan Pascal . Pa N/m2
Tegangan Pascal Pa N/m2
Waktu Detik s **)
Kecepatan Meter per detik m/s
Volume, padat Meter kubik m3
Cair Liter I 10-3 m3
Kerja Joule J N.m
*) Satuan suplemen, (1 revolusi = 2 π rad = 3600)
**) Satuan, dasar.
Sumber: BU2, hal 8

Untuk konversi satuan feet, pound dan sekon dari besaran yang dinyatakan
dalam satuan sistem Amerika banyak dilakukan dalam operasi konversi dalam

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 14


satuan SI. Misalkan, bila kecepatan dinyatakan sebagai: v = 60 mil/jam, harus
merubahnya dalam ft/s2 /s, maka dapat dituliskan sebagai berikut:

V = 60 ( mil/h)

dimana, 1 mil = 5280 ft

1.in(inchi) = 1/12 ft

1 kilo pound (kip) = 1000 Ib

Konversi satuan. Dalam dunia keteknikan sering kali harus melakukan


perubahan sistem satuan dari satu sistem satuan ke sistem satuan yang lain,
misalnya dari sistem satuan Amerika ke sistem satuan SI atau sebaliknya. Hal
ini harus disadari oleh para perancangan teknik.

Satuan panjang, sistem satuan Amerika adalah sebagian berikut:

1 ft = 0,3048 m ................................................... (1.6)

dari sini dapat diturunkan:

1 mil = 5280 ft = 5280 (0,3048 m) = 1609 m atau

1 mil = 1,609 km ................................................... (1.7)

sedang,

1 in = 1/12 ft = 1/12 (0,3048 m) = 0,0254 m atau

1 in = 25,4 mm ...................................................... (1.8)

Satuan gaya dalam sistem satuan gaya Amerika adalah pound, (yang
massanya 0,4536 kg) dihitung pada posisi permukaan laut
dan garis lintang 45° dimana g = 9,807 m/s2) maka
persamaan 1.3 dapat dituliskan sebagai berikut:

W = m.g .

1 Ib = (0,4536 kg)(9,807 m/s2 ) = 4,448 kg. mls2 atau

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 15


1 Ib = 4,448 N .......................................................(1.9)

Satuan massa, satuan massa dalam sistem satuan Amerika, adalah slug
dapat diturunkan sebagai berikut:

4,448
1 = = = = 14,59 . /
/ 0,3048 /

sehingga dapat dituliskan:

1 =1 = 14,59 ……………………………. (1.10)

Untuk merubah ke dalam sistem satuan Sistem suatu satuan turunan


dalam sistem Amerika, anda tinggal mengalikan atau membagi dengan faktor
konversinya. Sebagai contoh, misalnya ingin merubah momen suatu gaya
(torsi) yang dinyatakan dalam satuan Amerika :

M = 48 Ib.in, ke dalam satuan Sistem, gunakan hubungan


persamaan (1.8) dan (1.9), maka diperoleh:

M = 48 lb.in = 48 (4,448 N)(25,4 mm)

= 5423 N.mm
= 5,423 N.m

atau sebaliknya dalam satuan SI ke satuan Amerika, diketahui M = 80 N.m


dapat dilakukan sebagai berikut:

M = 80.N.m = (80N.m) , ,

M = 59,0079lb.ft

= 59 lb.ft

Untuk memudahkan penyelesaian soal-soal yang berhubungan dengan


konversi satuan SI ke sistem satuan Amerika secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran (daftar tabel sistem satuan dan ekuivalennya dalam sistem SI).

Eko Widagdo-PENGANTAR STATIKA hal. 16

Anda mungkin juga menyukai