Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang
berhubungan dengan pengetahuan baik yang bermanfaat maupun yang tidak
bermanfaat. Namun hal tersebut tidak kita sadari bagaimana cara
mengembangkan peristiwa-peristiwa yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Salah
satu dari ilmu pengetahuan tersebut adalah ilmu fisiska, dimana ilmu fisika
tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari dalam melakukan
suatu aktivitas, contoh ilmu fisika yang mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan usaha manusia untuk mempelajari gejala alam. Setelah gejala alam
diketahui, maka dipikirkan bagaimana cara pemanfaatannya di dunia nyata atau
kehidupan sehari-hari , kajian ilmu fisika sangat sering muncul dalam terjadinya
suatu peristiwa, misalnya sebuah mobil yang melakukan pengereman dan lain-
lain, memindahkan sebuah barang/benda ketempat lain. Peristiwa-peristiwa ini
tentunya menimbulkan banyak pertanyaan bagi kita jika kita kaitkan dengan ilmu
fisika.
Disini kita akan membahas bagaimana caranya kita menerapkan
pertanyaan-pertanyaan yang ada dipkiran kita dengan mempelajari materi-materi
fisika. Dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang perbedaan besaran
pokok dan besaran turunan beserta satuan dan dimensinya serta memprediksi
dimensi suatu besaran melakukan analisis, dan melakukan penjumlahan dan
perkalian vektor dan menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ilmu fisika dikenal adanya besaran dan satuan. Besaran merupakan
sesuatu yang dapat diukur dan memiliki nilai dan satuan merupakan salah satu
komponen basaran yang menjadi standar dari suatu besaran . Ditinjau dari cara
memperolehnya besaran digolongkan menjadi 2, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya didefinisikan atau
ditetapkan terlebih dahulu, yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada besara
lain. Ada 7 besaran pokok antara lain massa, panjang, waktu, suhu, intensitas
cahaya, kuat arus dan jumlah zat. Sedangkan besaran turunan didapat dari hasil

1
menurunkan besaran pokok. Jika dilihat dari nilai dan arahnya, besaran dibedaka
menjadi 2, yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran
yang hanya memiliki nilai tanpa memiliki arah. Contoh dari besaran skalar adalah
massa, waktu, panjang dan masih banyak lagi. Sedangkan besaran vektor adalah
besaran yang memiliki nilai dan arah.
Untuk lebih menambah pemahaman kita tentang besaran pokok, besaran
turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi maupun besaran vektor dan besaran
skalar, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan berbagai kajian-kajian
tentang besaran pokok, besaran turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi,
besaran vektor dan besaran skalar lebih lanjut. Kajian-kajian yang dijelaskan
diantaranya pengertian besaran pokok dan besaran turunan, menjelaskan
penerapan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam SI, cara menentukan
dimensi dan pengertian analisis dimensi, pengertian skalar dan vektor, operasi
vektor, resultan vektor dengan metode jajar genjang, resultan vektor dengan
metoda poligon, resultan vektor dengan metode analisis. Selain dari semua itu,
kami juga akan menjelaskan tentang perkalian titik (dot), perkalian silang (cross)
dan sifat-sifatnya, dan juga penerapan perkalian skalar dan silang dalam fisika.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Tinjauan Pustaka


Memasuki abad 20, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sangatlah pesat. Berbagai piranti sederhana maupun elektronik telah berhasil
dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia. Keberhasilan demi keberhasilan
yang diraih manusia, tidak lepas atau bahkan sangat bergantung dari keberadaan
suatu ilmu, yakni ilmu Fisika.
Melalui Fisika, manusia dapat menjelaskan berbagai gejala alam, maupun
dapat memperkirakan gejala alam yang akan terjadi. Manusia juga dapat
mendefinisikan gejala-gejala alam. Sebagai contoh, masalah perahu yang akan
menyeberangi sungai. Jika air sungai tenang, dan arusnya berjalan lambat, perahu
dapat dengan mudah menyeberangi sungai. Tetapi, jika arusnya deras, maka
perahu akan hanyut. Sepintas, masalah ini adalah masalah yang sepele. Namun,
dengan Fisika, hal ini dapat ditelaah, dan menjadi dasar pemikiran pemecahan
masalah-masalah lainnya.
Masalah perahu di atas, akan sangat mudah dipahami dalam Vektor.
Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah (Kamajaya, 2007: 50).
Vektor dapat menyederhanakan dan memecahkan masalah seperti masalah perahu
di atas.Jika dimisalkan posisi perahu semula adalah A, dan tujuannya adalah B,
perahu yang semula arahnya dari A ke B akan tiba di seberang sungai tidak di
tujuan sebenarnya, misalnya C. Akan tetapi, dengan mengerti Vektor, dapat
ditemukan solusi agar perahu tetap tiba di B, yakni dengan mengarahkan perahu
ke hulu untuk mengimbangi aliran sungai.
Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Besaran yang
termasuk vektor, di antaranya perpindahan, gaya, kecepatan, percepatan, dan
momentum. Pada besaran vektor juga berlaku operasi-operasi matematika seperti
penjumlahan, pengurangan, dan perkalian.
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah. Panjang anak
panah menggambarkan nilai (besar) vektor, sedangkan arah anak panah
menunujukkan arah vektor. Gambar berikut menunjukkan sebuah vektor dengan

4
titik tangkap di O, ujung vektor di A, dan arahnya dari O ke A. Titik tangkap anak
panah adalah titik tempat vektor tersebut bekerja. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar sebuah vektor berikut ini

Besar vektor diwakili oleh panjang vektor. Misalnya sebuah vektor gaya
memiliki arah ke kiri dan panjangnya 1 cm, dapat dilukiskan dengan diagram
vektor pada gambar berikut:

Secara aljabar, vektor dalam dimensi dua (R2) adalah pasangan terurut
dari bilangan real [x, y], dengan x dan y adalah komponen-komponen vektor
tersebut dan dalam dimensi tiga (R3) vektor adalah pasangan terurut dari bilangan
real [x, y, z], dengan x, y dan z adalah komponen-komponen vektor tersebut.
Sehingga didalam bidang kartesius suatu vektor dapat dinyatakan dengan
pasangan bilangan berurutan, misalnya diberikan sebuah titik A(x1,y1) didapatkan
ruas garis berarah dari titik pusat sumbu O(0,0) ke titik A yaitu OA . Bentuk ruas
garis berarah OA disebut sebagai vektor posisi dari titik A, sehingga didapatkan

OA = (x1,y1) =(𝑥𝑥1 ); dengan x1 dan y1 merupakan komponen vektor . Dengan


2

demikian suatu vektor yang bertitik pangkal O dengan titik ujung suatu titik yang
diketahui disebut vektor posisi. Koordinat titik yang diketahui itu merupakan
komponen-komponen vektor posisinya.
Perhatikan gambar berikut :

5
Sehingga vektor u pada gambar 2 diatas dapat dinyatakan:
𝑥𝐵 − 𝑥𝐴 6 − 1 5
𝑢 = 𝐴𝐵 = (𝑦 − 𝑦𝐴 ) = ( ) = ( )
𝐵 5 − 2 3
Sedangkan 𝑂𝐴 = (12) disebut vektor posisi titik A dan 𝑂𝐵 = (65) disebut

vektor pisis titik B. Panjang vektor u adalah |𝑢| = √52 + 33 = √25 + 9 = √34

6
7
1.2 Pengertian Besaran Pokok dan Besaran Turunan

Besaran fisis yaitu segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan
dengan angka. Besaran fisis digunakan untuk menyatakan hukum-hukum fisika,
misalnya: panjang, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas cahaya,
dan banyak lagi yang lain. Ada banyak besaran fisis, kadang-kadang saling
bergantung satu dengan lainnya, sehingga pengaturannya menjadi sulit, misalnya
saja laju (speed) adalah perbandingan antara panjang dan waktu. Yang harus kita
lakukan adalah memilih sejumlah kecil besaran fisis sebagai besaran pokok.
Besaran-besaran fisis lainnya dapat diturunkan dari besaran pokok.
Besaran fisis dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan
besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah
didefinisikan terlebih dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran yang lain.
Ada tujuh besaran pokok dalam fisika, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Besaran pokok Satuan Simbol satuan

panjang Meter m

massa Kilogram kg

waktu Sekon s

kuat arus listrik Ampere A

suhu Kelvin K

jumlah zat Mol mol

intesitas cahaya Candela cd

Tabel 1.1 Besaran pokok dan satuannya


Dalam menurunkan satuan besaran turunan Anda harus mengetahui
definisi fisis dari besaran tersebut. Besaran turunan adalah besaran yang

8
diturunkan dari besaran-besaran pokok. Berikut contoh beberapa besaran turunan
dalam fisika dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Besaran turunan Rumus Satuan

luas panjang ∙ lebar m2

volume panjang ∙ lebar ∙ tinggi m3

massa
massa jenis kg m-3
volume

pepindahan
kecepatan m s-1
waktu

kecepatan
percepatan m s-2
waktu

gaya massa ∙ percepatan kg m s-2 = newton (N)

usaha dan energi gaya ∙ perpindahan kg m2 s-2 = joule (J)

gaya
tekanan kg m-1s-2 = pascal (Pa)
luas

energi
daya kg m2 s-3 = watt (W)
waktu

impuls dan
gaya ∙ waktu kg m s-1 = N s
momentum

Tabel 1.2 Besaran turunan, rumus dan satuannya

1.3 Sistem Satuan Internasional


Sebelum adanya standar internasional, hampir setiap negara menetapkan
sistem satuannya sendiri. Sebagai contoh, satuan panjang di negara Indonesia
adalah hasta dan jengkal, di Inggris dikenal inci dan feet (kaki), dan di Perancis
digunakan meter. Penggunaan bermacam-macam satuan untuk suatu besaran ini
menimbulkan kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya bermacam-

9
macam alat ukur yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kesukaran kedua
adalah kerumitan konversi dari satuan ke satuan lainnya, misalnya dari jengkal ke
kaki. Ini disebabkan tidak adanya keteraturan yang mengatur konversi satuan-
satuan tersebut.
Konferensi Umum mengenai Berat dan Ukuran ke-14 (1971), berdasarkan
hasil-hasil pertemuan sebelumnya dan hasil-hasil panitia internasional,
menetapkan tujuh besaran sebagai dasar. Ketujuh besaran ini merupakan dasar
bagi Sistem Satuan Internasional, biasanya disingkat SI, dari bahasa Prancis “Le
Systeme International d’Unites.”
Banyak contoh-contoh satuan turunan SI, seperti kecepatan, gaya,
hambatan listrik, dan sebagainya. Sebagai contoh, satuan SI untuk gaya disebut
newton (disingkat N), yang dalam satuan dasar SI didefinisikan sebagai
1 N = 1 m ∙ kg/s2

Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 5.

Akibat adanya kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan sistem satuan


yang berbeda, maka muncul gagasan untuk menggunakan hanya satu jenis satuan
saja untuk besaran-besaran dalam ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Suatu
perjanjian internasional telah menetapkan satuan internasional (International
System of Units) disingkat satuan SI. Satuan SI ini diambil dari sistem metrik
yang telah digunakan di Prancis setelah revolusi tahun 1789. Karena ada tujuh
besaran pokok, maka juga ada tujuh satuan pokok dalam SI, yaitu: meter (m),
kilogram (kg), sekon (s), ampere (A), kelvin (K), candela (cd), dan mol (mol).

2.3 Dimensi suatu Besaran Pokok, Besaran Turunan dan Analisis


Dimensi
Dimensi suatu besaran menujukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-
besaran pokok. Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu
(ditulis huruf besar), dan atau diberi kurung persegi. Sebagai contoh, dimensi dari
besaran massa ditulis M atau [M]. Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh
rumus besaran turunan tersebut jika dinyatakan dalam besaran-besaran pokok.

10
Sebagai contoh, dimensi dari besaran percepatan yang didefinisikan sebagai hasil
bagi dari kecepatan dan waktu adalah sebagai berikut :

percepatan   kecepatan   L2 = [L][T]-2


waktu  T
Adapun cara-cara menentukan dimensi besaran turunan dari dimensi
besaran pokok yaitu :

Besaran Turunan Definisi Simbol Dimensi

Volume (V) 𝑝∙𝑙∙𝑡 [L][L][L] [L]3

m [M ]
Massa jenis (ρ) Massa per volume ( ) [M][L]-3
V [ L]3

s [ L]
Kecepatan (v) Perpindahan per waktu [L][T]-1
t [T ]

v [ L]
Percepatan (a) Kecepatan per waktu [L][T]-2
t [T ]2

Tabel 1.4. Menentukan dimensi besaran turunan dari dimensi besaran pokok

Analisis dimensi dalam fisika adalah alat konseptual yang sering diterapkan
dalam fisika, dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran
fisis yang berbeda-beda. Adapun tiga manfaat dimensi dalam fisika, sebagai
berikut.
1. Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisis setara atau tidak. Dua
besaran fisis yang hanya setara jika keduanya memiliki dimensi yang sama
dan keduanya termasuk besaran skalar atau keduanya termasuk besaran
vektor.
2. Dapat digunakan untuk menetukan persamaan yang pasti atau mungkin benar.
3. Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis jika
kesebandingan besaran fisis tersebut dengan besaran fisis lainnya diketahui.

2.4 Pengertian Skalar , Vektor dan Representasi Vektor

11
Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas
dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran‐besaran
seperti massa, jarak, waktu dan volume, termasuk besaran skalar, yakni besaran
yang hanya memiliki besar atau nilai saja tetapi tidak memiliki arah. Sedangkan
besaran seperti perpindahan, kecepatan, percepatan dan gaya termasuk besaran
vektor, yaitu besaran yang memiliki besar (atau nilai) dan juga memiliki arah.
Dalam besaran vektor kita hanya mementingkan atau memfokuskan hanya pada
nilai suatu besarannya tetapi kita juga akan memperhatikan arah dari besaran
vektor tersebut. Beberapa contoh besaran vektor misalnya perpindahan, gaya dan
lain-lain. Jika kita menyatakan perpindahan selalu disertai arah, cara menyatakan
atau menggambarkan vektor ada 3 cara, yaitu dengan diagram vektor, notasi
huruf dan notasi analitis.

1. Cara pertama yaitu dengan diagram vektor, vektor dapat digambarkan dengan
anak panah.

A B

Gambar 1.1 Vektor AB digambarkan


dalam diagram vektor

1. Besar dan arah vektor dapat kita lihat atau dapat digambarkan melalui diagram
vektor. Misalkan diagram vektor di atas, kita dapat melihat besar dan arah
vektor A dan B, panjang dari anak panah dapat kita lihat sebagai besar atau
nilai vektornya misalnya panjang anak panahnya 1 meter, sedangkan arah dari
vektor tersebut dapat kita lihat dari arah kepala anak panah pada diagram
vektor.
2. Cara yang kedua adalah dengan notasi huruf. Ada beberapa aturan dalam
penulisan vektor menggunakan huruf. Vektor dapat ditulis dengan huruf kapital
yang dicetak tebal, huruf kecil yang dicetak tebal, dan dalam penulisan sehari-
hari biasanya ditulis dengan menambahkan anak panah di atas huruf yang
menyatakan vektor. Sebagai contohnya vektor AB, dapat ditulis AB, ab,

12
⃑⃑⃑⃑⃑ dan ab . Vector AB memiliki arti atau dapat diartikan bahwa arah
ataupun 𝐴𝐵
vektornya dari vektor A ke vektor B.
3. Cara yang ketiga adalah dengan notasi analitis. Notasi ini digunakan untuk
menganalisa vektor tanpa menggunakan gambar atau diagram. Contoh : vektor
a dapat dinyatakan dalam komponen – komponen sebagai berikut :

y
y
ay
ay
ax x
a
az
z
x
ax
Gambar 1.2 Menggambarkan vektor dengan cara notasi analitis

Lebih mudah jika menyatakan vektor menggunakan vektor satuan dalam


arah sepanjang sumbu – sumbu koordinat yang dipilih. Dalam koordinat siku –
siku biasanya digunakan lambang khusus i, j dan k untuk menyatakan vektor
satuan dalam arah sumbu x, y dan z positif berturut – turut.

Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, antara lain :


1. Dua vektor dikatakan sama jika arah dan besarnya sama

A B

Gambar 1.3 Vektor yang sama

Jika vektor dinyatakan seperti gambar di atas, maka dapat dikatakan A =


B
2. Dua vektor dikatakan tidak sama jika :
a. Dua vektor besarnya sama tetapi arahnya berbeda

Gambar 1.4 vektor dengan arah yang berbeda

13
b. Dua vektor yang besarnya tidak sama tetapi memiliki arah yang sama

c. Dua vektor yang besar dan arahya berbeda

2.5 Operasi Vektor, Resultan Vektor dan Metodenya


Dalam kehidupan sehari-hari, besaran – besaran baik besaran skalar
maupun vektor juga sering dilibatkan dalam operasi hitung baik penjumlahan,
pengurangan dan perkalian. Untuk besaran-besaran skalar dalam operasi hitung
mengikuti kaidah berhitung biasa. Sedangkan untuk besaran vektor dalam operasi
hitung mengikuti kaidah-kaidah berhitung yang berbeda dengan kaidah berhitung
besaran scalar sehingga memerlukan pembahasan tersendiri yang biasanya
terangkum dalam kajian analisis vektor.
Dalam vektor, ada beberapa operasi-operasi atau cara-cara yang dapat
digunakan dalam menentukan nilai dari sebuah vektor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Operasi Penjumlahan dan pengurangan

Gambar 1.5 vektor dengan besar


yang berbeda

Diberikan 2 buah vektor seperti pada gambar. Tentukan hasil A + B = … ?

14
Dalam penjumlahan vektor tanda “+” dalam penjumlahan vektor memilki
arti dilanjutkan, jadi jika A + B berarti vektor A dilanjutkan oleh vektor B
seperti pada gambar dibawah kita dapat lihat bahwa vector A diteruskan oleh
vector B sehingga hasilnya adalah garis panjang yang berwarna merah.

Untuk pengurangan vektor tanda “-“ berarti berlawanan arah misalnya


vektor A-B, dapat kita kurangi atau hitung seperti pada gambar dibawah ini.

Dalam operasi vektor ini berlaku beberapa hukum, antara lain :


a. Hukum Komutatif

Gambar 1.6 vektor dengan


A + B = Barah
+ Adan besar yang berbeda (1.1)
b. Hukum Asosiatif

15
Kedua hukum ini menyatakan bahwa bagaimanapun urutan atau
pengelompokan vektor dalam penjumlahan, hasilnya akan sama.

(A+B)+C=A+(B+C) (1.2)
AC 2  ( AB) 2  ( BC ) 2  2( AB)( BC ) cos

2. Resultan vektor dan metode mencari resultan


Resultan merupakan hasil penjumlahan dari beberapa vektor. Dalam
menentukan resultan dari suatu vector dapat menggunakan beberapa cara atau
metode antara lain metode jajar genjang, metode segi banyak atau poligon dan
metode analitik.
a. Metode Jajar genjang
Dalam metode jajar genjang resultan vektornya dinyatakan oleh diagonal jajar
genjang yang dibentuk oleh dua vector tersebut. Misalkan diberikan dua vector A
dan B seperti pada gambar di bawah,

A
B

G
a
m
Dalam menentukan bresultan vector AB diatas dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu: a
r
1. Titik pangkal vektor B diletakkan berhimpit dengan vektor A
1
.
7

V 16
e
2. Gambar jajar genjang dengan P dan Q sebagai sisinya, lalu tarik garis
diagonalnya

A A
− +
B B
A A
B
B -
Gambar 1.8 VektorBA + B

G
a G
Besar R dapat ditentukan dengan caram: a
b m
𝐴𝐶 2 = (𝐴𝐵)2 + (𝐵𝐶)2 − 2(𝐴𝐵)(𝐵𝐶) cos (180 a b − 𝛼) (1.3)
𝐴𝐶 2 = (𝐴𝐵)2 + (𝐵𝐶)2 − 2(𝐴𝐵)(𝐵𝐶) − (cos r
a 𝛼) (1.4)
1
Dimana diketahui : . r
9 1
AB = P V .
BC = AD = AC = R e 1
k 0
Sehingga persamaan (1.5) dapat ditulist menjadi
o
R 2  P 2  Q 2  2( P )(Q ) cos r
A
Catatan : -
B 0
1. Jika vektor P dan Q searah, maka α = 0 dan R = √𝑃2 + 𝑄 2 + 2(𝑃)(𝑄)
(1.8)
2. Jika vektor P dan Q berlawanan arah, maka α = 1800 dan
𝑅 = √𝑃2 + 𝑄 2 − 2(𝑃)(𝑄) (1.9)

3. Jika vektor P dan Q saling tegak lurus, maka α = 900 dan R = √𝑃2 + 𝑄 2
(1.10)
b. Metode Segi Banyak (Poligon)
Menghitung nilai resultan juga dapat dilakukan dengan metode polygon
(segi banyak). Metode poligon adalah cara meresultankan vektor dengan cara
menggambar. Salah satu vektor sebagai acuan dan vektor lain disambungkan
dengan pangkal tepat pada ujung vektor sebelumnya. Resultan vektornya dapat

17
dibentuk dengan menggambar anak panah dari pangkal awal hingga ujung akhir.
(Sri Handayani : 42)
Pada suatu keadaan tertentu metode polygon dapat mempermudah
penyelesaian perhitungan resultan vektor.
Gambar :

A B

C B

Jika akan mencari resultannya maka digambar terlebih dahulu G


a
m
A b
B A a
r
D 1
.
G
1
c. Metode Analitik a
1
m
Jika pada satu titik bekerja
b lebih dari 1 vektor, maka untuk mencari
resultannya dapat digunakan metodea analitik (uraian). Dalam metode ini, vektor
r
akan diproyeksikan ke dalam G 1komponen-komponennya dalam suatu system
a tersebut
kordinat tertentu. Vektor-vektor . dapat doproyeksikan pada 2 arah (sumbu
m 1
x dan sumbu y). Vektor-vektor yang sejajar dapat dihitung resultannya dengan
b 2
cara dijumlahkan atau dikurangkan.
a 2 resultan pada arah sejajar pasti saling tegak
r
lurus, sehingga resultan akhirnya dapat ditentukan dengan dalil phytagoras
1
bar : .
C R
1
3 Q
M
Ae
α
t
o α B
dP 𝑅
e
J = √𝑃2 + 𝑄 2 + 2(𝑃)(𝑄 ) cos 𝛼
a
j
a
r
g 18
e
Di atas telah dijelaskan mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan
vektor, sekarang akan dijabarkan mengenai operasi perkalian vektor. Operasi
perkalian vektor ada 2 jenis, yaitu perkalian skalar dengan vektor dan perkalian
vektor dengan vektor. Perkalian vektor dengan vektor terdiri dari perkalian titik
(dot product) dan perkalian silang (cross product).
1. Perkalian Skalar dengan Vektor
Perkalian ini berarti mengalikan bilangan biasa (skalar) dengan vektor.
Hasil perkalian ini adalah vektor baru. Notasi penulisan perkalian ini adalah :
Vektor B memiliki besar k kali vektor A. jika nilai k positif (+) maka
vektor B akan memiliki arah yang sama dengan vektor A. namun jika k bernilai
negative maka vektor B berlawanan arah dengan vektor A.
2. Perkalain Vektor dengan Vektor
ada 2 jenis perkalain ini, yaitu
a. Perkalain tititk/dot (•)
Perkalian titik 2 buah vektor, A dan B dapat dituliskan A • B . 2 buah vektor
yang dioperasikan dengan perkalian titik menghasilkan bilangan biasa (skalar)

F
G

Gambar 1.17
Ada beberapa hal
G yang perlu diperhatikan dalam perkalian titik,
antara lain : a
m
 Dalam perkalian btitik berlaku hukum komutatif
a
A•B = B•A r
(1.21) 1
.
(perklaian dot tidak
1 memperhatikan urutan)
5
 Perkalian titik juga
M memenuhi hukum distributif
A•(B+C) = A•B +e A•C
t
(1.22) o
d
 Jika vektor A dane B saling tegak lurus (θ = 900) maka
P
o
l
i
g
o 19
n
A•B = 0
(1.23)
 Jika kedua vektor memiliki arah yang sama (searah) θ = 0, maka
A•B = AB
(1.24)
Jika A=B akan diperoleh
A•A = A2 atau B•B = B2
(1.25)
 Jika θ = 1800 maka vektor A dan B akan berlawanan arah
A•B = −AB
(1.26)
b. Perkalian silang/cross (×)
Dengan notasi A×B (dibaca A cross B), perkalian silang 2 vektor ini
menghasilkan sebuah vektor baru. Vektor hasil perkalian ini dapat
digambarkan sebagai sebuah vektor yang tegak lurus terhadap masing-masing
vektor tersebut.
Hal – hal penting yang harus diingat dalam perkalian silang, antara lain :
 Perkalain silang bersifat anti komutatif
A × B = −B × A
(1.27)
 Sudut yang dibentuk vektor A dan B 900 (tegak lurus) maka
│A × B│= AB
(1.28)
 Jika vektor A dan B segaris dengan θ = 00 ataupun θ = 1800 (searah
ataupun berlawanan) maka
│A × B│= 0
(1.29)
2.6 Penerapan Perkalian Vektor
Setelah mengetahui teori tentang perkalian vektor, sekarang kita akan
menerapkan operasi perkalian tersebut dalam perumusan – perumusan fisika.
1. Penerapan Perkalian Titik (Dot)

20
Beberapa contoh penerapan perkalian titik dalam fisika antara lain dalam
mencari besarnya usaha. Seperti yang telah diketahui bersama rumus untuk
menentukan besarnya usaha yang dilakukan saat sebuah benda dikenai gaya dan
benda tersebut mengalami perubahan posisi adalah W = F • s = F (cos θ) • s.
Dimana W adalah usaha, F adalah gaya yang bekerja pada benda dan s adalah
jarak yang ditempuh benda setelah/selama dikenai gaya.
R

Gambar 1.19
Hasil dari perkalian ini (usaha) merupakan bilangan skalar (bilangan biasa)
tanpa arah. Contoh lain dari penerapan perkalian titik ini adalah saat menghitung
fluks listrik.
G
2. Penerapan
a Perkalian Silang (Cross)
m
Masih ingatkah
b dengan momen gaya ? momen gaya dirumuskan τ = F × r.
dimana τ adalah amomen gaya, F adalah vektor gaya dan r adalah vektor posisi.
r
Momen gaya ini 1merupakan besaran vektor karena setelah dioperasikan, momen
.
gaya selain memiliki nilai juga memiliki arah.
1
6
⃑⃑⃑⃑⃑⃑ M
𝐹1𝑦
e ⃑⃑⃑
𝐹1
t
o
d ⃑⃑⃑⃑
𝐹2
e
A Gambar 1.20
n
a
Titik O merupakan
li poros, jika batang tersebut ditarik dengan gaya F, maka
ti
batang akan bergerak
k searah jarum jam. Sehingga momen gaya termasuk salah
satu contoh penerapan perkalian silang (cross). Adapun contoh lain yaitu Gaya
Lorentz.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Halliday,Resnick.1999.Fisika Jilid I.Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga


Giancoli, D.C.1998. Fisika Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Modul Fisika Dasar 1
Sri Handayani, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
CV Adi Perkasa
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: CV Teguh
Karya.

23

Anda mungkin juga menyukai