Anda di halaman 1dari 25

FISIkA

FISIkA TERAPAN
TERAPAN
FISIkA TERAPAN
FISIkA TERAPAN
Mengapa
Taruna/i
Belajar
Fisika ?
2
Fisika dan Transportasi
• Fisika menjadi “hal yang menakutkan”
atau “menyenangkan” buat Anda ?
• Banyak hal-hal dalam transportasi yang
dapat anda pahami dengan baik jika anda
mengerti prinsip fisika yang terkandung di
dalamnya
• Kemampuan menganalisis menggunakan
konsep dan teori yang ada dalam Fisika

3
Fisika sebagai bagian dari Sains
• Pengamatan

• Penilaian berdasarkan apa yang relevan dengan pengamatan


dan kreativitas mis. Aristoteles dan Galileo

• Penemuan atau perumusan teori, teori merupakan inspirasi


yang datang dari pikiran manusia, dan selanjutnya diuji dengan
eksperimen/data empirik.

• Tidak ada teori yang terbukti sempurna secara absolut; tak ada
alat ukur yang sempurna; dan tidak mungkin teori berlaku untuk
semua keadaan yang mungkin

• Sejarah membuktikan bhw sering teori yang sdh lama dianggap


betul digantikan oleh teori yang baru, karena teori yang baru
dapat menjelaskan dengan konteks yang lebih luas
DOSEN : Ir. J R C. Hosang, MT
Daftar Pustaka

• Douglas C. Giancoli, Fisika, Edisi kelima,


Penerbit Erlangga. (2001).

• M. Ishaq, Fisika Dasar, Edisi 2, Penerbit


Graha Ilmu, Yogyakarta, (2007).

• D. Halliday, R. Resnick and K. Krane,


Physics, 4th edition, John Wiley and Sons
(1992).
6
PENDAHULUAN :

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan


dengan perilaku dan struktur benda.
Bidang fisika biasanya dibagi menjadi gerak (mekanika), fluida, panas, suara,
cahaya, listrik dan magnit dan topik-topik modern seperti relativitas, struktur
atom, fisika zat padat, fisika nuklir, partikel elementer dan astrofisika.

Sistem Pengukuran :

Fisika pada dasarnya selalu berhubungan dengan pengukuran, baik


pengukuran secara langsung seperti mengukur waktu, panjang, massa, dan
lain-lain, ataupun secara tidak langsung seperti mengukur energi, gaya,
kecepatan dan lain-lain.
Dalam fisika, pengukuran saja tidaklah cukup, pada tahap selanjutnya
pengukuran tersebut haruslah menghasilkan angka-angka yang dapat dihitung
dan akhirnya diinterpretasikan (ditafsirkan).
Semua hal yang bisa diukur dan dinyatakan dalam angka dalam ilmu fisika
disebut dengan istilah quantity atau besaran (besaran fisika).
7
Fisika seperti halnya Matematika, merupakan disiplin ilmu yang banyak
melibatkan angka dan perhitungan. Namun perbedaannya adalah di dalam
Fisika, angka dan perhitungan pada umumnya diperoleh dari hasil pengukuran
dan percobaan (secara langsung ataupun tidak dan percobaan riil ataupun
dalam pikiran), sedangkan dalam Matematika kita tidak harus melakukan
pengukuran dan percobaan.
Atau dapat dikatakan bahwa matematika merupakan suatu “alat” yang
digunakan Fisika.
Sistem, cara atau aturan untuk menyatakan sebuah besaran fisika ke dalam
angka dinamakan sistem satuan.
Sistem satuan juga menunjukkan bagaimana sebuah besaran diukur atau
dibandingkan dengan besaran sejenis lain.

Contoh sederhana misalnya, ketika kita mengukur panjang sebuah meja


dengan menggunakan jengkal kita dan kita peroleh bahwa panjangnya 12
jengkal, artinya cara mengukur panjang meja adalah dengan cara
membandingkannya dengan jengkal tangan kita dan hasilnya adalah ukuran
panjang meja sebanding dengan 12 jengkal kita.

8
Namun demikian tidaklah akurat mengukur dengan jengkal, sebab ukuran
jengkal dari masing-masing orang tidaklah sama.
Untuk itu dibuat alat pembanding yang standar dan berlaku secara
internasional. Dan salah satu Badan Internasional yang mengatur sistem
satuan ini adalah International Bureau of Weights and Measures di Paris.
Badan ini membuat standarisasi untuk panjang (meter), massa (kilogram) dan
waktu (detik), dimana seluruh dunia mengacu pada standar ini sehingga
disebut juga dengan sistem internasional (SI atau mks)
Disamping itu dikenal pula sistem satuan lain yang dikenal dengan singkatan
cgs (centimeter, gram dan sekon/detik) atau fps (feet, pound dan second).

Pengukuran semua besaran sebenarnya relatif terhadap suatu standar atau


satuan tertentu, dan satuan ini harus dispesifikasikan di samping nilai
numeriknya.

Menyatakan bahwa panjang suatu benda adalah 17,5 tidak ada artinya.
Satuan harus diberikan; karena jelas 17,5 meter sangat berbeda dengan 17,5
inci atau 17,5 milimeter.

9
Sistem Satuan

• SI (System International) Units:


– mks: L = meters (m), M = kilograms (kg), T = seconds (s)
– cgs: L = centimeters (cm), M = grams (gr), T = seconds (s)

• British Units:
– Inches, feet, miles, pounds, slugs...

• Yang sering digunakan adalah SI, namun harus tahu bagaimana


memecahkan persoalan yang menggunakan British units.

• Harus bisa mengkonversikan

10
Konversi Satuan dan Faktor Konversi

Kita bisa saja mengkonversikan hasil pengukuran dalam sistem satuan


yang berbeda, misalnya dari meter ke centimeter.

Contoh sederhana : tinggi seorang mahasiswa 1, 72 meter adalah 172


centimeter.
Nampaknya sangat sederhana, namun kadang untuk satuan yang lebih
kompleks harus lebih berhati-hati.

Contoh : - dari 4 km/jam dikonversikan ke satuan m/detik

maka

- dari 5 kgm/det2 dikonversikan ke satuan gram.cm/det2

maka

Catatan : angka 5/18 dan 105 pada kedua kasus di atas dikenal
sebagai “faktor konversi”
11
Besaran Skalar dan Vektor

Besaran dalam fisika dibagi dalam dua kategori :

1. Besaran skalar, yaitu besaran yang hanya mempunyai nilai/besar saja.


2. Besaran vektor, yaitu besaran fisika yang selain memiliki nilai, juga
bergantung pada arah.
Catatan : definisi vektor seperti ini sudah lama dikenal sejak di SMU.
Namun definisi ini sebenarnya tidaklah cukup, karena arus listrik misalnya
memiliki nilai dan juga arah, akan tetapi arus listrik bukanlah besaran
vektor.
Jadi diperlukan definisi yang lebih lengkap untuk vektor yaitu :
“Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah serta dapat
memenuhi aturan-aturan operasi matematika vektor”.
Dalam kehidupan sehari-hari, volume air, massa benda, temperatur,
jumlah taruna, waktu, temperatur, dll merupakan contoh-contoh besaran
skalar yang tidak tergantung arah dan hanya memiliki nilai/besar
(magnitude), artinya dari arah manapun kita mengukurnya nilainya tetap
sama.
12
Sedangkan hal-hal seperti kecepatan aliran sungai, gaya gravitasi, medan
listrik adalah beberapa besaran yang tidak hanya mempunyai nilai tapi
juga bergantung pada arah. (Maksud dari bergantung pada arah adalah
bahwa nilai dari besaran tadi dapat berubah pada arah yang berbeda).

Arah, dalam operasi vektor didefinisikan lebih khusus adalah sudut yang
dibentuk terhadap sumbu x positif atau arah Timur dengan arah putaran
berlawanan arah jarum jam. (counter clock wise)
y
Vektor B

135
Vektor A

30
x

Vektor C
13
Sifat Vektor dan Cara Menyatakannya

Y
B

A X
Titik tangkap
Sebuah vektor dilukiskan sebagai sebuah anak panah, yang pangkalnya
disebut titik tangkap vektor dan ujung lainnya (mata panah) menunjukkan
arah vektor.
Panjang dari anak panah tersebut mewakili nilai (magnitude) dari besaran
fisika yang dimaksud.
Sebuah vektor dapat disebut “sama”, jika : berjenis sama, berarah sama
dan nilainya sama, walaupun letaknya berpindah.
Maksud dari berjenis sama adalah kedua vektor yang besar dan arahnya
sama tidak dikatakan sama, jika memiliki dimensi atau satuan yang
berbeda, misalnya vektor gaya yang besarnya 2 N dan arahnya 450
berbeda dengan vektor kecepatan yang besarnya 2 m/sec dan arahnya
450 .
14
Sebuah vektor dapat dituliskan dengan salah satu cara berikut :

q Huruf bercetak tebal, misalnya : F

q Huruf dengan tanda panah, misalnya : F

q Dua huruf yang mewakili pangkal dan ujung vektor, misalnya : AB

Operasi Matematika Dasar pada Vektor

Penjumlahan Vektor :
Penjumlahan vektor biasanya dilakukan antar besaran yang sejenis,
misalnya panjang dengan lebar (untuk menghitung keliling), gaya dengan
gaya, dll.

Ada beberapa metode yang bisa dilakukan untuk menjumlahkan vektor :


• Metode jajaran genjang
15
• Metode jajaran genjang
Dalam metode jajaran genjang, dua vektor yang akan dijumlahkan
diimpitkan antar titik pangkalnya, dan nilai penjumlahannya diperoleh
melalui persamaan :

dimana :
C = besar vektor hasil penjumlahan
A = besar vektor pertama yang akan dijumlah
B = besar vektor kedua yang akan dijumlah
 = sudut antara vektor A dan vektor B.

Contoh Soal :
Diketahui dua buah vektor yang besarnya masing-masing A = 3 N dan
B = 4 N, serta keduanya mengapit sudut sebesar 600. Berapakah hasil
penjumlahan kedua vektor tersebut ?

16
Solusi : A C

600
B

Besarnya vektor hasil penjumlahan vektor A dan vektor B adalah :

Selanjutnya arahnya dapat ditentukan melalui hubungan sinus :

17

C
A
α 1200
B

Dari hubungan sinus :

Jadi arah dari vektor C adalah 25,300 terhadap sumbu x+ .


18
• Metode Poligon
Metode poligon ( poli = banyak, gon = bentuk/sisi ) dilakukan dengan cara
menghubungkan ujung suatu vektor dengan pangkal vektor yang lain.
Dan hasil akhirnya ( vektor resultan ) adalah dengan menarik garis (
anak panah ) dari titik pangkal vektor pertama dengan ujung vektor
terakhir.

K2
K2 K3
K1

O K3 K1 K4

K5 K5
O
K4 R

19
• Metode Analitik ( 2 dimensi )
Metode analitik dilakukan dengan cara menguraikan vektor ke dalam
komponen-komponen arahnya menurut sistem koordinat. (misalnya pada
sistem koordinat kartesius 2-D).
Vektor A, dapat diuraikan ke dalam komponen yang searah sumbu x
yaitu Ax dan komponen yang searah sumbu y, yaitu Ay.
Jika beberapa vektor hendak dijumlahkan secara analitik, maka vektor-
vektor tersebut diuraikan dalam komponen-komponennya.
Misalkan untuk komponen arah x, jumlahnya Rx dan arah y, jumlahnya
Ry, kemudian jumlahkan komponen-komponen yang searah, dan besar
vektor resultannya dihitung dengan rumus :

dimana : R = besar vektor resultan


Rx = jumlah total vektor dalam arah x
Ry = jumlah total vektor dalam arah y

dan arahnya adalah :


20
dimana :  = sudut yang dibentuk antara vektor resultan dengan
sumbu x

Contoh Soal :
Diketahui tiga vektor A, B dan C yang besarnya 2 N, 3 N dan 5 N dalam
koordinat kartesius yang arahnya seperti pada gambar dibawah.
Tentukan vektor resultan ( R ) baik besarnya maupun arahnya, dengan
menggunakan metode analitik.
y
B A
1350

600 x

2700

C
21
• Solusi : Masing-masing vektor diuraikan dalam komponen x dan y.

y
Ay A
B
By1350

600 x
Bx Ax
2700

Cy
C
Ax = A cos 600 = 2 ( 0,5 ) = 1,0 N
Ay = A sin 600 = 2 ( 0,8660 ) = 1,732 N
Bx = B cos 450 = 3 ( 0,7071) = 2,1213 N
By = B sin 450 = 3 ( 0,7071) = 2,1213 N
Cx = 0
Cy = C cos 00 = 5 ( 1,0 ) = 5,0 N

22
Komponen-komponen yang sejenis dijumlahkan :

Rx = Ax - Bx + Cx = 1,0 - 2,1213 + 0 = - 1,1213 N


Ry = Ay + By - Cy = 1,732 + 2,1213 – 5,0 = - 1,1467 N

Besarnya vektor resultan :

Arah dari vektor resultan :

23
Pemakaian Vektor : Persoalan Kecepatan Relatif

Persoalan klasik tentang penjumlahan vektor adalah kasus river boat yang
menyeberangi sungai sebagai berikut :
Sebuah river boat hendak menyeberangi sungai selebar 10 m dengan
kecepatan relatif terhadap bumi 8 m/dt. Laju aliran sungai relatif terhadap
bumi 6 m/dt. Berapakah kelajuan river boat relatif terhadap sungai ?

8 m/dt
Aliran arus menyebabkan arah boat
membelok
6 m/dt

???

24
• Solusi : Pemecahan kasus ini menggunakan operasi matematika vektor,
karena kecepatan merupakan besaran vektor.
Jika gambar diatas tadi disederhanakan menjadi vektor-vektor kecepatan
dengan vp = kecepatan river boat (perahu) terhadap bumi, vs =
kecepatan arus sungai terhadap bumi dan vp’ = kecepatan perahu
terhadap arus sungai, maka diperoleh :
vp vp

vs vs vp ‘

Dan arahnya dapat dihitung dengan :

25

Anda mungkin juga menyukai