Besaran lain di luar besaran pokok dinamakan besaran turunan. Besaran turunan
diartikan sebagai besaran yang dijabarkan atau diturunkan dari besaran-besaran pokok
ataupun besaran turunan lainnya. Seringkali besaran turunan diistilahkan sebagai
besaran terjabar.
Seorang petani ingin mengukur luas ladangnya. Ia tidak dapat langsung mengukur
luasnya menggunakan alat bantu apa pun, melainkan ia harus mengukur panjang dan
lebarnya, dimana keduanya merupakan besaran pokok. Kemudian petani tersebut harus
menghitung luas ladangnya dengan cara : Luas = panjang x lebar. Luas temasuk salah satu
contoh besaran turunan.
1
Menurut Alonso dan Finn menyatakan suatu besaran turunan harus operasional dalam
arti harus mengisyaratkan secara eksplisit atau implisit bagaimana besaran yang
didefinisikan itu dapat diukur. Sebagai contoh, mengatakan bahwa kecepatan adalah
kelajuan yang menyebabkan benda bergerak, bukan definisi operasional bagi kecepatan.
Tetapi mengatakan bahwa kecepatan adalah jarak yang ditempuh dibagi dengan waktu,
adalah definisi operasional dari kecepatan.
Besaran turunan ada banyak sekali yang bisa disebutkan. Contoh-contoh besaran turunan
yang umum dipakai dalam kehidupan sehari-hari antara lain terdapat dalam tabel 2
berikut ini.
Tabel 2 Besaran Turunan
2
1. Massa (m)
Besaran massa benda dapat diperoleh dari pembagian gaya yang bekerja terhadap
percepatan benda tersebut
2. Panjang/jarak (s)
Besaran panjang/jarak lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dapat diperoleh dari
perkalian antara kelajuan dengan waktu tempuh
3. Luas (A)
Misalnya luas suatu persegi panjang dapat diperoleh dari perkalian antara panjang
dengan lebarnya.
4. Volume (V)
Misalnya volume sebuah balok dapat diperoleh dari perkalian antara panjang (p), lebar (l),
dan tingginya (t).
5. Waktu (t)
Besaran waktu tempuh dari suatu benda yang bergerak dapat diperoleh dari pembagian
antara jarak (s) terhadap kelajuan (v).
Besaran Vektor
Besaran vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai(angka) dan arah. Misalnya
ketika kita menyatakan sebuah mobil bergerakdengan kecepatan 100 km/jam, maka akan
muncul suatu pertanyaan "Ke ArahMana Mobil Itu Bergerak"? Apakah bergerak 100
km/jam ke timur, 100km/jam ke utara, dan lain sebagainya. Kecepatan merupakan salah
satubesaran vektor, jadi harus dinyatakan oleh nilai dan arahnya.
Pernahkah anda melihat perahu yang menyeberangi sungai? Jika air sungai tenang dan
arusnya berjalan lambat, perahu dapat dengan mudah menyeberangi sungai. Akan tetapi
jika arus sungai deras, perahu aan terbawa hanyut oleh aliran air sungai.
Perahu yang semula arahnya dari a ke b, akan tiba di seberang sungai (titik c). Semakin
besar penyimpangan arus sungai, semakin jauh penyimpangan jalur yang yang akan
dilalui oleh perahu. Agar perahu tetap sampai di B, pengemudi harus mengarahkan
perahunya ke sebelah kiri B
3
Pengukuran Besaran Vektor
Perhatikanlah gambar di berikut. Gambar tersebut mengilustrasikan pengukuran besaran
vektor, di man dalam hal ini besaran vektor yang dimaksud adalah kecepatan.
Speedometer pada dasarnya digunakan untuk mengukur kelajuan suatu bend yang
bergerak. Tetapi saat benda tersebut bergerak pada lintasan lurus, kelajuannya dapat
dipandang sebagai kecepatan.
Dari uraian tersebut diketahui bahwa kecepatan arus sungai memiliki besar dan arah.
Demikian pula kecepatan perahu memiliki besar dan arah. Jika kedua kecepatan
diresultankan (digabungkan/ditambahkan), akan dihasilkan rsultan kecepatan yang juga
memiliki besar dan arah. Besaran yang memiliki besar dan arah disebut besaran vektor.
Pada besaran vektor juga berlaku operasi-operasi matematika seperti penjumlahan,
pengurangan, dan perkalian.
Menggambar Vektor
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah. Panjang anak panah
menggambarkan nilai (besar) vektor, sedangkan arah anak panah menunujukkan arah
vektor. Gambar berikut menunjukkan sebuah vektor dengan titik tangkap di O, ujung
vektor di A, dan arahnya dari O ke A. Titik tangkap anak panah adalah titik tempat vektor
tersebut bekerja. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar sebuah vektor berikut ini
Besar vektor diwakili oleh panjang vektor. Misalnya sebuah vektor gaya memiliki arah ke
kiri dan panjangnya 1 cm, dapat dilukiskan dengan diagram vektor pada gambar berikut
Gambar a
Vektor gaya yang memiliki arah ke kanan dan panjangnya 5 cm dapat dilukiskan dengan
diagram vektor pada gambar b. Panjang anak panah pada gambar b adalah 5 kali panjang
anak panah pada gambar a. Dengan demikian, besar vektor gaya ke kiri 5 kali besar vektor
gaya ke kanan.
4
Gambar b
Notasi vektor dapat ditulis dengan huruf besar (kapital), misalnya F. Adapun Dua buah
vektor bisa disebut sama jika besar dan arahnya sama.
Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Hasil penjumlahan ataupun hasil pengurangan dari dua vektor atau lebih disebut resultan
vektor. Untuk mencari resultan beberapa vektor, yang bekerja pada suatu bidang, dapat
digunakan tiga metode, antara lain metode jajar genjang, metode segitiga dan metode
poligon.
2. Buatlah jajar genjang dengan sisi-sisi vektor F1 dan F2
3. Diagonal jajar genjang merupakan resultan atau hasil penggabungan vektor F 1 dan
vektor F2
5
4. Sudut α menunjukkan arah resultan kedua vektor terhadap vektor F1
Metode Segitiga
Pada gambar di samping terdapat tiga buah vektor yang akan dicari resultannya. Adapun
resultan ketiga vektor tersebut seperti tampak pada gambar berikut
6
Berikut adalah tahap-tahap dalam menentukan resultan vektor mengguanakan metode
poligon
1. Lukislah vektor F1 dengan titik tangkap di O
2. Lukislah vektor F2 dengan titik tangkap di ujung vektor F1
3. Lukislah vektor F3 dengan titik tangkap di ujung vektor F2
4. Hubungkan titik tangkap di O dengan ujung vektor F3. Lukis garis penghubung antara
titik tangkap O dan ujung vektor F3. Garis penghubung ini merupakan resultan vektor F1,
F2, dan F3
Menggambar Pengurangan Vektor
Selisih antara dua buah vektor F1 dan F2 (ditulis R = F1-F2) sama saja dengan menentukan
jumlah antara vektor F1 dan vektor -F2 atau R = F1 + (-F2). Oleh karena itu, tiga metode
dalam penjumlahan vektor yang telah dipelajari sebelumnya juga berlaku untuk selisih
vektor. Untuk melukiskan R = F1-F2, mula=mula lukislah vektor F1, kemudian lukis juga
vektor -F2 yang didapat dengan caramembalikkan arah F2 sehinggga -F2 berlawanan arah
dengan vektor F2.
Resultan Vektor
Untuk menentukan besar resultan vektor, dapat digunakan metode grafis dan metode
analisis seperti berikut.
Metode Grafis
Menentikan resultan vektor secara grafis dapat dilakukan dengan metode jajar genjang,
metode segitiga, dan metode poligon. Dengan menggunakan perbandingan skala dan
besar sudut yang tepat, pengukuran panjang resultan vektor dapat dilakukan dengan
menggunakan mistar, sedangkan besar sudut dapat dihitung menggunakan busur derjat.
7
Aturan menentukan besar dan arah resultan vektor dengan metode grafis.
1. Arah acuan vektor ditentukan berdasarkan arah sumbu x positif. Sudut vektor bernilai
positif diukur berlawanan arah putaran jarum jam dan bernilai negatif diukur searah
putaran jarum jam
2. Panjang vektor dilukiskan menggunakan skala panjang yang sesuai. Misalnya untuk
vektor gaya yang besarnya 10 N dilukiskan dengan panjang 1 cm, sehingga untuk vektor
gaya 20 N harus dilukis dengan panjang 2 cm. Adapun sudut arah vektor dapat diukur
dengan busur derajat.
3. Vektor resultan dapat dilukiskan dengan metode jajar genjang, metode segitiga, atau
metode poligon.
4. Panjang resultan vektor diukur dengan mistar dan arah vektor resultan terhadap
sumbu x positif
Dalam menghitung jumlah dua vektor mengguanakan metode grafis, terdapat beberapa
kelemahan, yaitu timbulnya kesalahan sistematis. Untuk menghindari kesalahan tersebut,
digunakan metode analisis, yaitu dengan menggunakan rumus cosinus. Secara matematis,
untuk mendapatkan resultan dua buah vektor secara akurat, dapat digunakan persamaan
sebagai berikut. Dengan menggunakan rumus cosinus, misalnya dalam segitiga OAC akan
diperoleh
Oleh karena OC = R, OA = F1, dan AC = F2, maka persamaan tersebut akan menjadi
Untuk menentukan arah resultan vektor, terhadap salah satu vektor penyusunnya, dapat
digunakan persamaan sisnus. Perhatikanlah gambar
8
METODE ANALISIS
Dalam penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor atau lebih kita mengenal cara
geometri yang terdiri dari metode poligon (segitiga) dan metode jajaran genjang dan cara
analitik (analisis vektor). Untuk menjumlahkan atau mengurangi dua buah vektor dengan
menggunakan cara geometri sangat mudah dan tidak memakan tempat, namun jika
penjumlahan beberapa vektor yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang datar,
memerlukan ketelitian dan keakuratan dalam menggambar dan mengukur, sehingga
terkesan dengan cara ini terlalu rumit. Oleh karena itu dapat digunakan metode alternatif
yaitu dengan cara analisis vektor.
Analisis vektor adalah penguraian sebuah vektor yang terletak pada bidang XY, menjadi
dua buah vektor yaitu komponen vektor terhadap sumbu X dan komponen vektor
terhadap sumbu Y. Perhatikan gambar di bawah
Dari gambar di atas, sebuah vektor A berada pada bidang XY membentuk sudut α
terhadap sumbu X maka vektor tersebut diuraikan menjadi Ax dan Ay. Dengan Ax adalah
komponen vektor A terhadap sumbu X, Ay adalah komponen vektor A terhadap sumbu Y.
9
Ax = A cos α
Ay = A sin α
Dengan
Ax = besar vektor Ax
Untuk menjumlah vektor secara analitik, maka vektor-vektor tersebut diuraikan terlebih
dahulu, kemudian komponen-komponen vektor yang searah (terletak pada sumbu yang
sama), dijumlahkan. Sebagai contoh, perhatikan penjumlahan vektor A dengan vektor B
menggunakan cara analitik sebagai berikut :
10
PERKALIAN VEKTOR
Perkalian titik dua buah vektor merupakan perkalian skalar dari dua vektor tersebut. Hal
ini disebabkan karena hasil kali titik dari dua buah vektor menghasilkan bilangan skalar .
Hasil perkalian titik dari dua buah vektor A dan B misalnya kita sebut C dapat dinyatakan
dengan suatu persamaan berikut
11
Perkalian Silang (Cross Product)
Perkalian silang dari dua buah vektor akan menghasilkan sebuah vektor baru, sehingga
perkalian silang dua buah vektor juga disebut dengan perkalian vektor. Hasil perkalian
silang vektor A dan vektor B (dibaca A cross B) menghasilkan vektor C. Vektor C yang
dihasilkan ini selalu tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh vektor A dan vektor B
C=AXB
Adapun arah vektor C akan mengikuti aturan putaran skrup, seperti tampak pada gambar
berikut
3.SATUAN
a. Pengertian Satuan dan Satuan Internasional
Disamping itu sering kita jumpai masyarakat banyak yang menyatakan hasil pengukuran
dengan menggunakan satuan sehari-hari yang berlaku lokal di daerahnya masing-masing.
12
Misalnya untuk satuan panjang masih menggunakan : bahu, jengkal, depa, bata dan
sebagainya, untuk satuan massa masih digunakan : pikul, gayung, tumbu dan lain-lain.
Sistem satuan pada dasarnya memiliki satuan standar atau baku. Satuan baku tersebut
harus memenuhi syarat-syarat antara lain bersifat tetap, berlaku universal, mudah
digunakan setiap saat dengan tepat. Bila syarat-syarat itu dipenuhi boleh dikatakan
satuan yang bersangkutan sudah baik dan baku
Sistem satuan yang dipakai standar sejak tahun 1960 melalui pertemuan para
ilmuwan di Sevres, Paris menyepakati, terutama digunakan dalam dunia pendidikan dan
pengetahuan dinamakan sistem metriks yang dikelompokkan menjadi sistem metriks
besar atau MKS (Meter Kilogram Second) yang disebut sistem internasional atau disingkat
SI dan sistem metriks kecil atau CGS (Centimeter Gram Second). Satuan beberapa
besaran pokok dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Satuan besaran pokok dalam sistem metric
Hasil suatu pengukuran besaran pokok belum tentu dinyatakan dalam satuan
yang sesuai dengan keinginan kita atau yang kita perlukan. Contohnya panjang meja 150
cm, sedangkan kita memerlukan dalam satuan meter, contoh lainnya dari satuan gram
dinyatakan dalam kilogram, dari satuan jam menjadi sekon. Untuk mengkonversi atau
merubah dari suatu satuan ke satuan yang lainnya diperlukan tangga konversi.
Penggunaan tangga konversi sudah kalian pelajari di kelas VII.
Untuk satuan Besaran turunan dapat dijabarkan dari satuan besaran-besaran pokok yang
mendifinisikan besaran turunan tersebut. Contoh satuan besaran-besaran turunan dapat
diperlihatkan pada tabel 4 berikut ini.
13
Tabel 4. Beberapa besaran turunan beserta satuannya
Satuan dari setiap besaran turunan diperoleh dari penjabaran satuan besaran-besaran
pokok yang menyertai penurunan definisi dari besaran turunan yang bersangkutan. Oleh
karena itu seringkali dijumpai satuan turunan dapat berkembang lebih dari satu macam
karena penjabaran besaran turunan dari definisi yang berbeda. Sebagai contoh, satuan
percepatan dapat ditulis dengan m/s2 dapat juga ditulis dengan N/kg. Kelak akan
diketahui kesamaan satuan-satuan yang sepintas berbeda itu dengan ditinjau dari
dimensinya. Satuan besaran turunan dapat juga dikonversi. Perhatikan beberapa contoh
di bawah ini.
14
Berikut ini adalah contoh pengkonversian dari satuan besaran turunan yang dapat
dikonversikan berdasarkan penjabaran dari konversi satuan besaran pokok yang
diturunkan.
Contoh 1:
Jawab :
jarak
Kecepatan = waktu
36 Km ( jarak ) 36000 m m
Kecepatan 36 Km/jam = 1 jam( waktu ) = 3600 sekon = 10 s = 10 m/s
Contoh 2 :
Jawab:
massa
Massa Jenis = volume
= 103 Kg/m3
1 mil = 1760 yard (1 yard adalah jarak pundak sampai ujung jari tangan orang dewasa).
1 yard = 3 feet (1 feet adalah jarak tumit sampai ujung jari kaki orang dewasa).
1 feet = 12 inci (1 inci adalah lebar maksimal ibu jari tangan orang dewasa).
1 inci = 2,54 cm
1 cm = 0,01 m.
Satuan mil, yard, feet, inci tersebut dinamakan satuan sistem Inggris, sehingga
bayangkanlah patokan ukuran yang dipakai adalah ukuran orang Inggris yang dewasa.
Untuk besaran massa berlaku juga sistem konversi satuan sehari-hari maupun sistem
Inggris ke dalam sistem SI. Contohnya sebagai berikut.
15
1 ton = 907,2 kg
1 kuintal = 100 kg
1 ons (oz) = 0,02835 kg
1 pon (lb) = 0,4536 kg
1 slug = 14,59 kg
Untuk satuan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat dikonversi ke dalam sistem SI
yaitu detik atau sekon. Contohnya sebagai berikut.
1 tahun = 3,156 x 107 detik
1 hari = 8,640 x 104 detik
1 jam = 3600 detik
1 menit = 60 detik.
Di dalam sistem metriks juga dikenal sistem awalan naik sampai ke sistem makro sistem
mikro, dari acuan sistem MKS. Perhatikan tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Awalan satuan sistem metrik besaran panjang
MKS Meter 1
Centi c 10-2
Mili m 10-3
Mikro 10-6
Konversi Mikro nano n 10-9
piko p 10-12
femto f 10-15
atto a 10-18
16
4. DIMENSI
1. Dimensi Besaran Pokok dan Turunan
Dimensi besaran pokok ditulis dalam bentuk huruf kapital tertentu dengan tiap
huruf diberi kurung persegi. Tiap besaran pokok mempunyai satu lambang dimensi.
Besaran lebar, tinggi, jarak, perpindahan dan jari-jari merupakan besaran panjang. Tabel
berikut ini adalah lambang dimensi besaran pokok dan dua besaran tambahan yang tidak
mempunyai lambang dimensi.
Dimensi
besaran turunan berasal dari dimensi besaran pokok, seperti pada contoh tabel berikut ini.
17
Gaya Massa dikali Massa x m M L T-2
2
percepatan percepatan kg x s
Usaha/Kerja Gaya dikali Gaya x panjang m M L2 T-2
perpindahan kg s2 x
m
Muatan Kuat arus listrik dikali Kuat arus listrik x A.s = C I.T
listrik waktu waktu
Beda Energi listrik dibagi Energi : muatan J/s = volt M L2 T-3 I-1
Potensial muatan listrik listrik
Listrik
Hambatan Beda potensial listrik Beda potensial : V/A = ohm M L2 T-3 I-2
listrik dibagi kuat arus listrik kuat arus listrik
Kalor jenis Energi kalor dibagi Energi: (massa x J/kgºC L2 T-2 -1
dengan massa dikali suhu)
suhu
a. Mengungkapkan kesetaraan dan kesamaan dua besaran yang sepintas lalu seakan berbeda.
= massa x (kecepatan)2
m2
2
= kg x s
= M L2 T-2
Dimensi Usaha = F x s
= Gaya x perpindahan
18
m
2
= kg x s xm
= M L2 T-2
Dari analisis dimensi energi dan usaha mempunyai dimensi yang sama atau dapat kita katakan
bahwa besaran energi sama dengan besaran usaha.
b. Meneliti Benar atau Salah suatu rumus atau persamaan yang menyatakan suatu hubungan
besaran fisika.
= m/s x s = m = L
= m/s2 x s2 = m = L
Dua besaran atau lebih yang mempunyai dimensi sama dapat dijumlahkan atau dikurangkan
dengan menghasilkan dimensi yang sama pula.
Dari analisis dimensi dapat diketahui bahwa dimensi besaran di ruas kiri dan kanan sama, yaitu L.
Jadi rumus tersebut sudah benar.
gaya M L T -2
Tekanan = luas = dimensi besaran = L2
= M L-1T-2
19
d. Untuk Penurunan rumus suatu besaran fisika.
Berdasarkan dimensi tersebut dapat diubah ke dalam rumus besaran Fisika sebagai berikut :
F = M LT-2
=mxa
Jadi Rumus F = m x a
5. ANGKA PENTING
b. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol termasuk angka penting.
c. Semua angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa desimal tidak termasuk angka
penting, kecuali diberi tanda khusus garis mendatar atas atau bawah termasuk angka penting
Contoh: 53000 kg memiliki 2 angka penting
20
d. Semua angka nol di sebelah kiri angka bukan nol tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,00053 kg memiliki 2 angka penting
e. Semua angka nol di belakang angka bukan nol yang terakhir tetapi dibelakang tanda desimal
adalah angka penting.
f. Untuk penulisan notasi ilmiah. Misalnya 2,5 x 10 3 , dimana 103 disebut orde. Sedangkan 2,5
merupakan mantis. Jumlah angka penting dilihat dari mantisnya dalam hal ini memiliki 2
angka penting.
Bilangan dibulatkan sampai mengandung sejumlah angka penting yang diinginkan dengan
menghilangkan satu atau lebih angka di sebelah kanan tanda koma desimal.
a Bila angka itu lebih besar daripada 5, maka angka terakhir yang dipertahankan harus
dinaikkan 1.
b. Bila angka itu lebih kecil daripada 5, maka angka terakhir yang dipertahankan tidak berubah.
Contoh: 34,64 dibulatkan menjadi 34,6
c. Bila angka itu tepat 5, maka angka terakhir yang dipertahankan harus dinaikkan 1 jika angka
itu tadinya angka ganjil, dan tidak berubah jika angka terakhir yang dipertahankan itu tadinya
angka genap.
21
3. Operasi Angka Penting
a. Penjumlahan dan pengurangan dua angka penting atau lebih akan menghasilkan angka
penting yang hanya memiliki satu angka taksiran atau ragu.
Contoh: 3,2514 3,2515
0,215 + 0,215 _
b. Hasil perkalian atau pembagian mempunyai angka penting yang sama dengan banyaknya
angka penting dari faktor angka pentingnya paling sedikit.
c. Bilangan eksak adalah bilangan yang pasti (tidak diragukan nilainya), diperoleh dengan
membilang.
Perkalian bilangan eksak dengan angka hasil pengukuran menghasilkan angka yang jumlah
angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting dari angka hasil pengukuran.
d. Hasil pengukuran yang dipangkatkan maka hasilnya adalah bilangan yang mempunyai angka
periting sebanyak angka penting bilangan yang dipangkatkan.
e. Akar dari angka hasil pengukuran memiliki angka yang sama banyak dengan angka penting
bilangan yang ditarik akarnya.
22
Contoh: √ 75 (2 angka penting) = 8,660254 8,7 ( 2 angka penting )
6. PENGUKURAN
1. Mengukur Panjang
Alat ukur adalah alat yang digunakan dalam pengukuran dan mempunyai satuan
yang baku. Banyak sekali alat ukur yang sudah diciptakan manusia baik yang tradisional
maupun yang sudah menjadi produk teknologi modern. Untuk melengkapkan hasil
pengukuran agar lebih bermakna harus disertai satuan.
Satuan Panjang dalam SI adalah meter. Untuk mengukur panjang suatu benda haruslah
dipilih alat ukur yang sesuai dengan panjang benda yang diukur. Perhatikan tabel
beberapa alat ukur panjang di bawah ini.
a. Mistar
23
Gambar 4. Mistar/penggaris
Karet penghapus B
Jawab ;
24
Ujung depan dititik 0 dan ujung belakang di 2 cm lebih 3mm. Jadi panjangnya 2,3
cm.
Ujung depan di titik 3 cm dan ujung belakang di 4 cm lebih 7 mm. Jadi panjang karet
penghapus B 4,7 cm – 3 cm = 1,7 cm.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai ketelitian 0,1 mm atau 0.01
cm. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter kelereng dan diameter bagian
dalam pipa. Jangka sorong mempunyai 2 bagian penting.
Bagian tetap (rahang tetap), skala tetap terkecil 1mm atau 0,1 cm.
Bagian yang dapat digeser (rahang geser). Pada rahang geser ini dilengkapi skala nonius.
Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 0,1mm.
Contoh Pengukuran dengan jangka sorong.
25
Tentukan diameter kelereng ?
c.
Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang yang paling teliti disbanding dengan
jangka sorong dan mistar, dengan ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur ketebalan plat alumunium, diameter kawat yang kecil dan benda
yang mempunyai ukuran kecil dan tipis.
Skala utama
Skala terkecil dari skala utama adalah 0,1 mm.
Skala putar
Skala terkecil dari skala putar 0,01 mm, dengan batas ukur dari 0,01 mm – 0,50 mm
26
Tentukan diameter kawat ?
Untuk mengukur masssa benda dapat digunakan alat ukur timbangan dacin, timbangan
pasar, neraca Ohauss dua lengan dan tiga lengan, timbangan berat badan serta neraca digital.
27
Gambar 6. Neraca untuk menimbang
emas Gambar 7. Neraca dua lengan
Untuk menentukan hasil pengukuran massa benda dengan neraca dua lengan baik itu timbangan
dacin, Ohauss, timbangan pasar, cukup dengan cara meletakkan beban pada salah satu lengan,
dan meletakkan massa kalibrasi standar pada lengan satunya. Amati sampai punggung lengan
pada posisi sama mendatar.
Untuk menentukan hasil pengukuran massa benda dengan cara menjumlahkan skala yang
ditunjukan pada skala lengan depan, tengah dan belakang
28
Sebuah buku fisika kelas X ditimbang, setelah keadaan setimbang didapat keadaan lengan depan,
tengah dan belakang seperti pada gambar disamping.
Jawab:
3. Mengukur Waktu
a. Stop Watch
Stop watch digunakan untuk mengukur interval waktu yang
pendek. Ada dua jenis stop watch yaitu, digital dan manual
29
atau analog. Stop watch digital memiliki pengukuran yang lebih teliti dibandingkan dengan jenis
b. Ticker timer
Gambar 18. Ticker timer atau 0,02 s. Berikut ini gambar waktu antara dua titik pada
pita.
30
4. Mengukur suhu
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu benda dengan tepat dan menyatakannya dengan
angka disebut termometer. Sebuah termometer biasanya terdiri dari sebuah pipa kaca berongga
yang berisi zat cair (alkohol atau air raksa), dan bagian atas cairan adalah ruang hampa udara.
C: R:F: K= 5 :4: 9: 1
Yang perlu kita ketahui adalah perbandingan suhu antara celcius, reamur, Fahrenheit dan
Kelvin adalah 5 : 4 : 9 : 5. Khusus untuk Fahrenheit perlu ditambah 32 untuk
perubahannya
A. Rumus merubah celcius ke kelvin= Celcius + 273,15
B. Rumus merubah celcius ke rheamur= Celcius x 0,8
C. Rumus merubah reamur ke celcius= Rheamur x 1,25
D. Rumus merubah celcius ke fahrenheit= (Celcius x 1,8) + 32
E. Rumus merubah Fahrenheit ke celcius= (Fahrenheit - 32) / 1,8
F. Rumus merubah rheamur ke fahrenheit= (Rheamur x 2,25) + 32
31
Percobaan :
Pada thermometer jenis celcius mempunyai titik beku 0°c, titik didih 100°c, dan jumlah
skala adalah 100 skala.
Pada thermometer jenis reamur mempunyai titik beku 0°c, titik didih 80°c, dan jumlah
skala adalah 80 skala.
Pada thermometer jenis Fahrenheit mempunyai titik beku 32°c, titik didih 212°c, dan
jumlah skala adalah 180 skala.
Pada thermometer jenis kelvin mempunyai titik beku 273°c, titik didih 373°c, dan jumlah
skala adalah 100 skala.
Dari Gambar tersebut, diketahui bahwa 0°C = 32° F dan 100° C = 212° F, serta 100 skala
Celsius = 180 skala Fahrenheit sehingga dapat dinyatakan persamaan sebagai berikut.
Sehingga diperoleh hubungan antara skala Celcius dan skala Fahrenheit sebagai berikut.
Dan juga, Dari Gambar diatas, telah diketahui bahwa titik tetap bawah skala Celsius dan
skala Reamur adalah 0 °C dan 0 °R. Adapun titik tetap atas skala Celsius dan skala Reamur
adalah 100° C dan 80 °R. Jadi, 100 skala Celsius = 80 skala Reamur. Sehingga dapat
dinyatakan persamaan sebagai berikut.
Sehingga diperoleh hubungan antara skala Celcius dan skala Reamur sebagai berikut:
32
3. Mengukur Luas dan Volume benda
Bagaimanakah kita mengukur luas meja Belajar kita ? Volume minyak tanah dalam drum,
volume patung ?. Untuk benda–benda berbentuk teratur kita dapat mengukurnya secara tidak
langsung. Pertama kali kita hitung dulu ukuran benda yang misalnya panjang, lebar, tinggi,
diameter benda. Selanjutnya kita hitung luas atau volume benda dengan rumus yang sesuai
dengan bentuk benda. Misalnya luas meja dengan rumus panjang x lebar; Volume drum
merupakan hasil kali luas alas dengan tinggi drum.
Untuk benda yang berbentuk tidak teratur kita dapat menggunakan gelas ukur dan gelas
pancuran. Volume benda yang diukur sama dengan volume air digelas pancuran.
33
Menggunakan teslameter digital lebih menguntungkan dari pada teslameter jarum yang
manual. Produsen alat-alat ukur digital telah membuat sistem kalibrasi khusus pada alat-
alat tersebut.
Orang yang hendak menggunakan alat ukur dalam pengukuran hendaknya memahami cara
menggunakannya dan cara membaca skala yang ditunjuk selama pengukuran. Salah satu contoh
adalah, untuk membaca pengukuran arus listrik biasanya digunakan cara sebagai berikut.
Gambar 14. Mengukur kuat arus listrik menggunakan ampermeter yang disusun seri
34