Anda di halaman 1dari 64

MODUL FISIKA

GS102

TEKNOLOGI LISTRIK
POLITEKNIK ENJINERING INDORAMA
Revisi 2020,
Disusun oleh :

Aris Suryadi
DIKTAT FISIKA 1

DOSEN MATAKULIAH:

ARIS SURYADI

TEKNIK LISTRIK
POLITEKNIK ENJINERING INDORAMA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur sepatutnya kita haturkan kepada Allah Swt karena atas rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Diktat Fisika 1. Matakuliah Fisika

merupakan salah satu proses pembelajaran kejuruan yang menitik beratkan pada

penggabungan keterampilan menguasai dasar sceince.

Hal ini sangat dibutuhkan dalam dunia kerja nanti, dimana fisik dan

kecerdasan dikombinasi. Selain itu, selaku mahasiswa dalam masa praktikum dituntut

untuk mampu mengenali pusat pembangkit listrik dengan baik dan sesuai dengan

fungsinya serta dituntut untuk bekerja cepat dan tepat serta teliti.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung

dan membantu dalam proses pembelajaran Fisika.

Purwakarta, 12 Agustus 2020

Aris Suryadi

2
BAB 1
BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

Tujuan Umum
¾ Mahasiswa memahami konsep besaran pokok dan besaran satuan,
dimensi besaran, alat ukur yang memiliki ketelitian.

Tujuan Khusus
¾ Mahasiswa dapat memahami pengertian konsep besaran pokok
¾ Mahasiswa dapat memahami konsep besaran satuan.
¾ Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pemakaian alat
ukur serta mampu memecahkan masalah

1.1. Pendahuluan
Besaran-besaran dalam fisika seperti massa, panjang, dan
waktu dinyatakan dengan suatu angka yang biasanya diikuti dengan
suatu satuan. Sebagai contoh, massa suatu benda sama dengan 4 kilo
gram(Kg), panjang meja 1.75 meter, selang waktu 30 menit, dan
volume minyak 3 liter dan masih banyak lainya. Besaran-besaran
seperti itu (tidak mempunyai arah) dinamakan besaran scalar. Besaran
jenis lain, yaitu besaran vector, adalah besaran yang mempunyai baik
besar(angka) maupun arah. Misalnya, ketika kita menyatakaan sebuah
mobil bergerak dengan kecepatan 100 km/jam, maka pasti kita akan
bertanya kemana arah mobil tersebut bergerak. Apakah bergerak 100
Km./jam kearah timur, atau 100 km/jam kearah utara atau kah
kearah lainya.jadi, besaran vector selalu dinyatakan dengan besar
(angka) dan arah.
Contoh besaran skalar adalah massa {kita tidak perlu
mempertanyakan arah 4 kilogram (kg)}, waktu, massa jenis, kelajuan,
dan luas; sementara contoh besaran vector adalah pergeseran
(perpindahan), kecepatan, percepatan, gaya, dan berat. Yang
membedakan besaran vector dari besaran scalar adalah bahwa untuk

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.1


besaran vector, operasi-operasi aljabar tidak berlaku seperti halnya
pada besaran scalar.
Vector tidak dipisahkan dari besaran, maka dari itu sebelum kami
menjelaskan tentang vector, kami akan menjelaskan tentang besaran
terlebih dahulu.

1.2. Besaran Pokok


Yang dimaksud dengan besaran adalah sesuatu yang dapat
diukur/ditentukan dan dapat dinyatakan dengan angka. Panjang suatu
benda merupakan besaran ,karenanya dapat ditentukan/diukur
besarnya dengan angka. Misalkan panjang sebuah pensil 15cm,
panjang galah 8mdan sebagainya.
Pada umumnya besaran yang dapat diukur memiliki satuan
.Satuan panjang misalnya meter, jengkal, depa, kaki, inchi dan lain-
lainnya. Satuan waktu antara lain tahun, bulan, hari, jam, menit, dan
detik. Untuk mengurangi keaneka ragaman jenis satuan diperluakn
sistem satuan baku yang digunakan oleh seluruhbelahan dunia..
Sistem satuan tersebut disebut Sistem Satuan Internasional, disingkat
SI. Didalam Si ditentukan ada 7 besaran pokok,seperti tampak pada
table berikut :
No Nama Besaran Satuan
1 Panjang Meter ( m )
2 Massa Gram ( kg )
3 Waktu Detik (s )
4 Suhu Derajat Kelvin (…° K )
5 Kuat Arus Ampere (A )
6 Intensitas Cahaya Candela ( C )
7 Jumlah Zat Mol

1.3. Besaran Turunan


Selain besaran pokok seperti tersebut diatas didalam fisika juga
dikenal besaran turunan. Besaran yang diturunkan atau dijabarkan

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.2


dari besaran pokok disebut dengan besaran turunan. Padatabel
dibawah ini merupakan contoh-contoh besaran turunan beserta satuan
dan lambangnya;

Tabel 1. Besaran Turunan


Lambang
No Nama Besaran Lambang Satuan
Satuan
1 Kecepatan v meter/sekon m/s
2 Percepatan a meter/sekon2 m/s2
3 Gaya F newton N
4 Luas L meter m2
5 Volume V meter m3
6 Usaha W Joule J
Tekanan
7 p pascal Pa
Dsb

Dari tabel diatas ,kecepatan termasuk dalam besaran turunan


karena besaran kecepatan diturunkan dari besarn pokok yaitu besaran
panjang dibagi besaran waktu. Volume diturunkan dari besaran pokok
yaitu dari besaran panjang x besarn panjang (lebar) x besaran
panjang (tinggi).

Contoh:
a. Kecepatan
Diturunkan dari besaran panjang dan waktu yang mempunyai
definisi jarak yang di tempuh dalam tiap satuan waktu
v = jarak / waktu ( m/s )
b. Luas
mempunyai satuan m2 yang mempunyai definisi sisi di kalikan
dengan sisi

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.3


1.4.Dimensi Besaran
1.4.1 Besaran Pokok
Pada umumnya besaran mempunyai dimensi. Yang dimaksud
dengan dimensi suatu besaran adalah cara besaran itu disusun daru
besaran pokok. Dimensi besaran pokokdinyatakan dengan lambang
berupa besar dan biasanya dikurung persegi. Tabel dibawah ini
menunjukan lambang dimensi besaran pokok.

Tabel 2. Lamdimensibang
No Nama Besaran Lambang Dimensi
1 Panjang [L]
2 Massa [M]
3 Waktu [T]
4 Kuat Arus Listrik [I]
5 Suhu [0]
6 Intensitas Cahaya [J]
7 Jumlah zat [N]

1.4.2. Besaran Turunan


Dimensi turunan diperoleh dengan jalan
menurunkan/menjabarkan dimensi besaran pokok. Tabel dibawah
meerupakan contoh dari dimensi beberapa besaran turunan.

No Nama Lambang
Besaran Dimensi
1 Kecepatan [L] [T]-1
2 Percepatan [L] [T]-2
3 Gaya [M] [L] [T]-2
4 Luas [L]2
5 Volume [L]3
6 Usaha [M] [L] 2[T]-2
7 Tekanan dsb [M] [L]-1 [T ]-2

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.4


Beberapa contoh mencari dimensi suatu besaran tururan
antara lain:
a. Kecepatan
perpindahan
kecepatan =
waktu
besaranpanjang
=
besaranwaktu

=
[L]
[T ]
= [L] . [T]-1
b. Volume
volume = panjang x lebar x tinggi
= besaran panjang x besaran panjang x besaran panjang
= [L] x [L] x [L]
= [L]3
c. Massa Jenis
massa
massa jenis =
volume
besaranmassa
=
besaranvolume

=
[M ]
[L]3
= [M] . [L]-3

1.4.3. Mencocokkan Satuan Besaran Turunan dengan


Menggunakan Analisis
Dimensional

Dengan diketahuinya dimensi suatu besaran ,maka dapat


menetukan hubungan antara dua besaran yang berbeda. Penggunaan
analsis dimensional antara lain:
a. Untuk mengungkakan adanya hubungan kesetaran antara dua
besara yang nampak berbeda.

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.5


Misalnya;
Energi Kinetik =1/2m.v2 dan
W = F .s.
Dimensi energi kinetic dapat diturunkan dari :
Ek = massa x kecepatan
= [M] x {[L] [T]-1 }2
= [M] x [L]2 x [T]-2
= [M] [L]2 [T]-2
Sedangkan dimensi ussaha diturunkan dari
W = gaya x perpindahan
= massa x percepatan x perpindahan
= [M] x [L] [T]-2 x [L]
= [M] [L]2 [T]-2

Ternyata kedua besara tersebut memiliki dimensi yang sama. Jadi


antara Energi Kinetik dengan Usaha terdapat hubungan/kesetaraan
dengan begitu maka satuan besaran tersebut juga sama yaitu Joule.
Disamping itu juga karena kedua besarab terbut memiliki dimensi yang
sama besaran tersebut dapat dijumlahkan atau dikurangi.

b. Untuk menetukan tepat tidaknya suatu persamaan


Misalkan terdapat persamaan sebagai berikut s =v.t (s =
perpindahan, v = kecepatan, t = waktu).Benarkah itu?
Telah kita ketahui bahwa :
s = perpindahan merupakan besaran panjang dan memilki dimensi
[L]
v = kecepatan memiliki dimensi [L] [T]
t = waktu memilki dimensi [T]
s = v.t
[L] = [L] [T]-1 x [T]
[L]= [L]

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.6


Ternyata ruas kiri dan kanan memilki dimensi yang sama , maka
persamaan s = v.t benar adanya.

1.5. Besaran Vektor Berbeda dengan Besara Skalar


Besaran scalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai
(besarnya saja) tanpa memilki arah. Misalnnya massa,waktu ,energi
,usaha ,massa jenis dan lain-lain. Sedangkan besaran vector adalah
besaran yang memiliki nilai (besar) dan arah. Misalnya perpindahan
,percepatan , gaya,momentum ,tekanan dan lain-lainnya.
Vektor digambarkan dengan sebuah anak panah ,arahpanah
menunjukan arah vector panjang panah menunjukan nilai vector itu.
Sebuah vector dapat dinotasikan dengan huruf yang diberi tanda anak
panah diatasnya.

F = vector F (gaya)
V = vector v (kecepatan)
Dua Vektor atau Lebih Dapat diGanti dengan Vektor Resultan

a. Jajaran genjang vector


Penjumlahan dan pengurangan dua besaran vector atau lebih
berbeda dengan penjumlahan atau pengurangan bilangan aljabar
biasa. Misalkan nilai
V1 + V2 padaumunya tidak sama dengan V1 + V2 begitu
pula pada pengurangan vector.
V1 R

V2

Pada penjumlahan vektor diatas menggunakan rumus R = √


V12 + V2 2.
2V1.V2. cos

V1 V2

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.7


Pada penjumlahan vector diatas menggunakan rumus R = V1 +
V2
Ada pula dengan rumus matematika sebagai berikut;

V1 = V2 = R2
sin0 sin0 sin0
b.Poligon vector
B
V1 V2

A R C
Perpindahan dari A kec sama dengan perpindahan A ke B
ditambah B ke C sehingga dapat ditulis R = V1 +
V2
Halitu merupakan contoh penjumlaham vector secara
polygon. Dalam penjumlahan vector dengan cara polygon maka
V1 dijumlahkan dengan V2 dengan jalan meletakan V2 diujung
V1, kemudian membuat R dari pangkal V1 menuju V2. R
merupakanjumlah dari vector 1dan vector 2.

1.5. Alat Ukur


1.5.1 Mistar (penggaris)
Sebuah pensil diukur panjang menggunakan 2 mistar A dan B
,mistar a berskala meter dan mistar B berskala millimeter.Dengan
mistar A ternyata panjang pensil 13,7 cm. Angka1 dan 3 merupakan
angka pasti karena angka terseut ada paada skala ,sedangkan angka 7
merupakan angka perkiraan atau taksiran. Ketiga angka tersebut
termasuk dalam angka penting. Jadi dengan mistar A diperoleh tiga
angka penting. Dengan mistar B diperoleh panjang pensil 137,5mm.
Angka 1,3 dan 7 adalah angka pasti karena itu ada pada skala
sedangkan angka 5 merupakn angka taksiran. Dari kedua hasil

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.8


pengukuran mistar tersebut ternyata mistar B lebih telitidibandingkan
denganmistar A.

1.5.2 Jangka Sorong


Jangka sorong biasanya digunakan untuk mengukur panjang
suatu benda .Jangka sorong memiliki ketelitian 0,1 mm atau 0,01cm.
janhka sorong terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya ;
¾ rahang sorong
¾ rahang tetap
¾ skala utama
¾ skala utama

1.5.3 Mikrometer sekrup


Mikro meter sekrup biasa digunakan untuk mengukur
teba/diameter sebuah benda. Pada mikro meter terdapt dua skala
yaituskala tetap dan skala ulir ,skala ulir memiliki skala dari 0 sampai
50. Tiap satu putaran skala ulir bergeser 0,5mm, jadi satu skala ulir =
1/50 x a0,5mm= 0,01mm. Mka ketelitia pada micrometer adalah 0,01.

1.5.4 Menetukan banyaknya angka penting


Angka penting adalah angka yng diperoleh dari hasil penukuran
yang terdiri angka pasti dan satu angka yang diragukan ,semakin
banyak angka penting yang diperoleh dari hassil pengukuran maka
semakin teliti pengukuran tersebut. Untuk menetukan jumlah angka
penting digunakan aturan sebagai berikut :

1. Untuk angka yang ada tanda komanya jumlah angka penting


dihitung dari angka yang bukan nol yang paling kiri kekanan
.Misalnya;
¾ 212,04 memiliki 5 angka penting ( angka bukan nol paling kiri
adalah angka 2)
¾ 345,00 memiliki 5 angka penting ( angka bukan nol paling kiri
adalah angka 3)

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.9


¾ 0,0024 memilki 2 anglka penting ( angka bukan nol paling kiri
adalah angka 4)

2. Untuk angka yang yang tidak ada tanda komanya ,jumlah angka
penting dihitung dari angka yang bukan nol paling kiri kekanan.
Misalanya;
¾ 470 mempunyai 2 angka penting (angka bukan nol paling
kana adalah angka 7)
¾ 61700000 mempunyai 3 angka penting ( angka bukan nol
paling kanan adalah angka 7)

1.5.5 Berhitung dengan angka Hasil Pngukuran


Karena hasil pengukuran mengandung angka tidak pasti ,maka
hasil perhitungan dengan angka pentting juga mengandung angka tida
pasti.Untuk itu dalam berhitung dengan angka hasil pengukuran
(angka penting) diginakan aturan sebagai berikut;
a. Hasil penjumlahan/pengurangan dengan angka penting hanya
boleh ada satu angka saja yang diragukan .
b. Hasil kali atau hasil bagi dari angka penting memiliki angka penting
sama banyaknya dengna angka penting dari factor kali atau bagi
yang angka pentingnya paling sedikit.
c. Pada penariakan akar angka penting ,hasil penarikan akar hanya
memiliki angka penting sebanyak angka penting yang ditruiak
akarnya.

Cotoh soal ;
1)a. 789,487 + 25,4 = 814, 727
Karena hanya boleh ada satu angka yang diragukan maka hasil
pehjumlahan dapat ditulis 814,73 .
b. 789,487 - 25,24 = 764,246

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.10


Karena hanya boleh ada satu angka yang diragukan maka hasil
pengurangan maka, hasil pengurangan dapat ditlis 764,25.
2) a. 867,8 x 2,4 = 2082,72
Karena factor kali yang angka paling sedikitnya padaangka 2,4
yaitu mengandung dua angka penting maka hasil perkalian =
2082,72 dapat ditulis 21000 atau 2,1.103( dua angka penting).
b. 867,8 : 2,4 = 361,583
Karena factor bagi yang angka pentingnya palinh seikit pada 2,4
yaitu mengandung 2 angka penting maka hasil bagi = 361,583
dapat ditulis 360 atau 3,6.102( dua angka penting)
3) a. √5 = 2,236 hasil akar dapat ditulis 2 saja (satu angka
penting) karena angka yang ditarik akarnya terdi dari satu angka
penting.
b. √26 = 5,099 hasil akr dapat ditulis 5,1 (2 angka penting)
karena angka yang ditarik akarnya 26 terdiri dari dua angka
penting.

1.5.6 Penulisan Bilangan Sepuluh Berpangkat


Terdapatsuatu kebiasaan dalam fisika untuk menyatakan nilai
besaran dalam bentuk a.10n .Diman a merupakan bilangan -10<a<10
bilangan positif atau negative.
Misalnya :
1. 1380000 dapat ditulis 1,38 .106
2.
0,00067 dapat ditulis 6,7.10-4

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.11


Tabel factor-faktor pengali dalam fisika beserta awalan dan
singkatan.
Pengali Nama awalan Singkatan
1012 Tera T
109 Giga G
106 Mega M
103 Kilo k
10-3 Mili m
10-6 Mikro µ
9
10- Nano n
10-12 Piko p
10-15 Femto f
10-18 Atto a

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.12


SOAL SOAL

1. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok


besaran pokok dalam system Internasional adalah ….
A. Panjang, luas, waktu, jumlah zat
B. Kuat arus, intersitas cahaya, suhu, waktu
C. Volume, suhu, massa, kuat arus
D. Kuat arus, panjang, massa, tekanan
E. Intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu

2.Kelompok besaran di bawah ini yang merupakan kelompok besaran


turunan adalah …
A. Panjang lebar dan luas
B. Kecepatan, percepatan dan gaya
C. Kuat arus, suhu dan usaha
D. Massa, waktu, dan percepatan
E. Intensitas cahaya, banyaknya mol dan volume

3. Tiga besaran di bawah ini yang merupakan besaran scalar adalah ….


A. Jarak, waktu dan luas
B. Perpindahan, kecepatan dan percepatan
C. Laju, percepatan dan perpindahan
D. Gaya, waktu dan induksi magnetic
E. Momentum, kecepatan dan massa

5. Dari hasil pengukuran di bawah ini yang termasuk vector adalah …


A. Gaya, daya dan usaha
B. Gaya, berat dan massa
C. Perpindahan, laju dan kcepatan
D. Kecepatan, momentum dan berat
E. Percepatan, kecepatan dan daya

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.13


6. Dimensi ML-1T-2 menyatakan dimensi : …..
A. Gaya
B. Energi
C. Daya
D. Tekanan
E. Momentum
(jawab : D)

7. Dimensi dari kelajuan sudut adalah : …


A. L-2
B. M-2
C. T-2
D. T-1
E. T

8. Rumus dimensi momentum adalah ……


A. MLT^-3
B. ML^-1T^-2
C. MLT^-1
D. ML^-2T^2
E. ML^-1T^-1

9. Rumus dimensi daya adalah …


A. ML^2T^-2
B. ML^3T^-2
C. MLT^-2
D. ML^2T^-3
E. MLT^-3

10. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu persegi panjang


masing-masing 12,61 dan 5,2 cm. Menurut aturan penulisan angka
penting, luas bangunan tersebut adalah …… cm^2

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.14


A. 65
B. 65,572
C. 65,275
D. 65,60
E. 66

11. Dari hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi suatu balok adalah
5,70 cm, 2,45 cm dan 1,62 cm. Volume balok dari hasil pengukuran
tersebut adalah ……. Cm^3
A. 23,0
B. 22,60
C. 22,62
D. 623
E. 6233

12. Hasil pengukuran pelat seng panjang = 1,50 dan lebarnya 1,20.
Luas pelat seng menurut aturan penulisan angka penting adalah …….
Cm^2
A. 1,8012
B. 1,801
C. 1,800
D. 1,80
E. 1,8

13. Daya listrik dapat diberi satuan ….


A. WH
B. KWH
C. MWH
D. Volt dan amper
E. Volt^2 dan ohm

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.15


14. Dari hasil pengukuran panjang batang baja dan besi masing-
masing 1,257 m dan 4,12 m, Jika kedua batang disambung, maka
berdasarkan aturan penulisan angka penting, panjangnya adalah ….. m
A. 5,380
B. 5,38
C. 5,377
D. 5,370
E. 5,37

15. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu ruangan adalah 3,8 m
dan 3,2 m. Luas ruangan itu menurut aturan penulisan angka penting
adalah ….. m^2
A. 12
B. 12,1
C. 12,16
D. 12,20
E. 12,2

16. Dari hasil pengukuran di bawah ini yang memiliki tiga angka
penting adalah ….
A. 1,0200
B. 0,1204
C. 0,0204
D. 0,0024
E. 0,0004

17. Dari hasil pengukuran pelat seng, di dapatkan panjang 13,24 mm


dan lebar 5,27. Luas pelat tersebut jika ditulis dengan angka penting
adalah …. Mm^2
A. 69,7748
B. 69,78
C. 69,7
D. 69,9

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.16


E. 69,8

18. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 180 meter dan
kecepatan arus airnya 4 m/s. ila perahu di arahkan menyilang tegak
lurus sungai dengan kecepatan 3 m/s, maka setelah sampai
diseberang perahu telah menempuh lintasan sejauh …. Meter
A. 100
B. 240
C. 300
D. 320
E. 360

19. Vektor F1 = 20 N berimpit sumbu x positif, Vektor F2 = 20 N


bersudut 120O terhadap F1 dan F3 = 24 N bersudut 240 derajat
terhadap F1.
Resultan ketiga gaya pada pernyataan di atas adalah :
A. 4 N searah F3
B. 4 N berlawan arah dengan F3
C. 10 N searah F3
D. 16 N searah F3
E. 16 N berlawanan arah dengan F3

20. Dua buah gaya bernilai 4 N dan 6 N. Resultan gaya tersebut tidak
mungkin bernilai ….. N
A. 1
B. 2
C. 4
D. 6
E. 10

21. Dua buah vector V1 dan V2 masing-masing besarnya 20 satuan dan


15 satuan. Kedua vector tersebut membentuk sudut 120o. Resultan
kedua gaya tersebut mendekati ……

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.17


18
30
35
38
48

22. Jika sebuah vector dari 12 diuraikan menjadi dua buah vector yang
saling tegak lurus dan yang sebuah dari padanya membentuk sudut
30o dengan vector itu, maka besar masing-masing adalah :
A. 3 N dan 3V3 N
B. 3 N dan 3V2 N
C. 6 N dan 3V2 N
D. 6 N dan 6V2 N
E. 6 N dan 6V3 N

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.18


Daftar Pustaka

1. Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta :


Penerbit Erlangga.
2. Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta :
Penerbit Erlangga.
3. Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I
(terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga.
4. Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas
(terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga.

FISIKA 1 / Asnal Effendi, S.T., M.T. 1.19


BAB 2
GERAK LURUS BERATURAN DAN
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

A. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami konsep tentang gerak lurus beraturan dan gerak lurus
berubah beraturan

B. Tujuan Khusus
➢ Mahasiswa dapat memahami tentang jarak dan perpindahan dari gerak
➢ Mahasiswa dapat menghitung laju dan kecepatan rata-rata
➢ Mahasiswa dapat menghitung perlajuan dan percepatan rata-rata
➢ Mahasiswa dapat memahami tentang gerak lurus beraturan
➢ Mahasiswa dapat memahami tentang gerak lurus berubah beraturan.

2.1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Pada akhir kegiatan, diharapkan kita dapat:
1. membedakan pengertian jarak dan perpindahan;
2. membedakan pengertian kelajuan dan kecepatan;
3. menghitung kelajuan rata-rata suatu benda;
4. menghitung kecepatan rata-rata suatu benda; dan
5. menjelaskan percepatan rata-rata suatu benda.

2.1.1. Jarak dan Perpindahan


Bayangkan kita berada di pinggir jalan lurus dan panjang. Posisi
Anda saat
itu di A.

Gambar 1. Posisi benda dalam sumbu koordinat


Dari A, Anda berjalan menuju C melalui B. Sesampainya Anda di C, Anda
membalik dan kembali berjalan lalu berhenti di B. Pada peristiwa di atas,
berapa jauhkah jarak yang Anda tempuh; berapa pula perpindahan
Anda? Samakah pengertian jarak dengan perpindahan?
Dalam kehidupan sehari-hari kata jarak dan perpindahan digunakan
untuk arti yang sama. Dalam Fisika kedua kata itu memiliki arti yang
berbeda. Namun sebelum kita membahas hal ini, kita pelajari dulu apa
yang dimaksud dengan gerak.
Seorang anak laki-laki berdiri di pinggir jalan, tampak mobil
bergerak ke kanan menjauhi anak tersebut. Anak tersebut melambaikan
tangan.

Gambar 2. Gerak berarti perubahan posisi benda

Andaikan Anda berada di dalam mobil yang bergerak


meninggalkan teman Anda. Dari waktu ke waktu teman Anda yang
berdiri di sisi jalan itu semakin tertinggal di belakang mobil. Artinya
posisi Anda dan teman Anda berubah setiap saat seiring dengan gerakan
mobil menjauhi teman Anda itu.

Apakah Anda bergerak? Ya, bila acuannya teman Anda atau pepohonan
di pinggir jalan. Anda diam bila acuan yang diambil adalah mobil yang
Anda tumpangi. Mengapa? Sebab selama perjalanan posisi Anda dan
mobil tidak berubah. Jadi, suatu benda dapat bergerak sekaligus diam
tergantung acuan yang kita ambil. Dalam Fisika gerak bersifat relatif,
bergantung pada acuan yang dipilih. Dengan

Fisika 1 / Aris Suryadi


mengingat hal ini, cobalah Anda cermati uraian di bawah ini. Sebuah
bola digulirkan pada sebuah bidang datar lurus. Posisi bola setiap saat
diwakili oleh garis berskala yang disebut sumbu koordinat seperti pada
Gambar 3.

Gambar 3. Gerak pada satu sumbu koordinat

Andaikan ada 2 bola yang digulirkan dari 0. Bola 1 digulirkan ke kanan


dan berhenti di B. Bola 2 digulirkan ke kiri dan berhenti di C. Anda lihat
pada gambar 3, bahwa panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua bola
sama, yaitu sama-sama 4 satuan. Namun bila diperhatikan arah
gerakannya, kedua bola berpindah posisi ke arah yang berlawanan. Bola
1 berpindah ke sebelah kanan O, sedangkan bola 2 ke sebelah kiri O.

Jarak tidak mempersoalkan ke arah mana benda bergerak, sebaliknya


perpindahan tidak mempersoalkan bagaimana lintasan suatu benda
yang bergerak. Perpindahan hanya mempersoalkan kedudukan, awal
dan akhir benda itu. Jarak adalah besaran skala, sedangkan
perpindahan adalah vektor. Dua benda dapat saja menempuh jarak (=
panjang lintasan) yang sama namun mengalami perpindahan yang
berbeda seperti pada contoh ini. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
jarak merupakan besar perpindahan. Bila kemudian ada bola 3 bergerak
dari O ke kanan, sampai di D lalu membalik bergerak ke kiri melewati O
lalu berhenti di E seperti pada gambar 4, bagaimanakah dengan jarak
dan perpindahannya?

Fisika 1 / Aris Suryadi


Gambar 4. Perubahan posisi bola 3.

Jarak yang ditempuh bola adalah panjang lintasan ODE = OD + DE.


Jadi
s = 6 + 9 = 15 satuan
Perpindahan bola adalah OE (kedudukan awal bola di O, kedudukan
akhirnya di E).
Jadi  s = – 3 satuan.
Perhatikan tanda minus pada  s. Hal itu menunjukkan arah
perpindahan bola ke kiri dari titik acuan. Perlu dicatat pula bahwa dalam
contoh di atas perbedaan antara jarak dan perpindahan ditandai baik
oleh ada atau tidaknya “arah”, tapi juga oleh “besar” kedua besaran itu
(jarak = 15 satuan, perpindahan = 3 satuan). Mungkinkah jarak yang
ditempuh oleh suatu benda sama dengan besar perpindahannya? Untuk
benda yang bergerak ke satu arah tertentu, maka jarak yang ditempuh
benda sama dengan besar perpindahannya. Misalnya bila benda
bergerak lurus ke kanan sejauh 5 m, maka baik jarak maupun besar
perpindahannya sama-sama 5 m.

2.1.2. Kelajuan dan Kecepatan Rata-rata


Fisika membedakan pengertian kelajuan dan kecepatan. Kelajuan
merupakan besaran skalar, sedangkan kecepatan adalah vektor.
Kelajuan adalah jarak yang ditempuh suatu benda dibagi selang waktu
atau waktu untuk menempuh jarak itu, sedangkan kecepatan adalah
perpindahan suatu benda dibagi selang waktu untuk menempuhnya.
Dalam bentuk
persamaan, keduanya dapat dituliskan:

s
V = Rata-rata
t
Fisika 1 / Aris Suryadi
s
V= Persamaan kecepatan
t Rata-rata

Keterangan : V = laju rata-rata benda (m/s)


S = jarak yang ditempuh benda (m)
s = perpindahan benda (m)
t = Watu tempuh (s)

Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan maupun kecepatan senantiasa


berubah-ubah karena berbagai sebab. Misalnya jalanan yang tidak rata.
Oleh karenanya kita dapat mengartikan kelajuan dan kecepatan pada
dua persamaan di atas sebagai kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-
rata.

Contoh:
2.1.2.1. Budi berlari ke timur sejauh 20 m selama 6 s lalu
balik ke barat sejauh 8 m dalam waktu 4 s.
Hitung kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-
rata Budi !

Penyelesaian

Kelajuan rata-rata

:
Kecepatan rata-rata (anggap perpindahan ke Timur bernilai positif, ke
Barat negatif).

Fisika 1 / Aris Suryadi


2.1.3. Perlajuan dan Percepatan rata-rata
Seperti disinggung pada uraian sebelumnya sulit bagi benda-
benda untuk mempertahankan dirinya agar memiliki kelajuan yang
tetap dari waktu ke waktu. Umumnya kelajuan benda selalu berubah-
ubah. Perubahan kelajuan benda dibagi waktu perubahan disebut
perlajuan. Persamaannya ditulis sebagai berikut:

Persamaan perlajuan rata-rata.


v
a=
t

v2 − v1
atau a= persamaan perlajuan rata-rata
t
Keterangan :

a = Lajuan rata-rata (m/s2)


v1 = Laju mula-mula (m/s)
v2 = Laju akhir (m/s)
t = Selang waktu (t)

Istilah lajuan ini jarang digunakan. Seringnya digunakan istilah


percepatan. Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan benda
dibagi waktu perubahannya.

Fisika 1 / Aris Suryadi


Persamaannya ditulis:

2.1.4. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak benda dalam lintasan
garis lurus dengan kecepatan tetap. Untuk lebih memahaminya,
perhatikan grafik berikut.

Gambar 5. Grafik v – t untuk GLB.

Grafik di atas menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan


waktu tempuh (t) suatu benda yang bergerak lurus. Berdasarkan

Fisika 1 / Aris Suryadi


grafik tersebut cobalah Anda tentukan berapa besar kecepatan benda
pada saat t = 0 s, t = 1 s, t = 2 s, t = 3 s?
Ya!, benar! Tampak dari grafik pada gambar 5, kecepatan benda sama
dari waktu ke waktu yakni 5 m/s.
Semua benda yang bergerak lurus beraturan akan memiliki grafik
v - t yang bentuknya seperti gambar 6 itu. Sekarang, dapatkah Anda
menghitung berapa jarak yang ditempuh oleh benda dalam waktu 3 s?
Anda dapat menghitung jarak yang ditempuh oleh benda dengan
cara menghitung luas daerah di bawah kurva bila diketahui grafik (v - t)

Gambar 6. Menentukan jarak dengan menghitung luas dibawah


kurva.

Jarak yang ditempuh = luas daerah yang diarsir pada grafik v – t

2.2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Pada akhir kegiatan diharapkan Anda dapat :
1. menuliskan pengertian gerak lurus berubah beraturan
2. menuliskan pengertian 3 persamaan GLBB dengan benar;
3. menghitung besar kecepatan akhir suatu benda yang bergerak lurus
berubah beraturan;

Fisika 1 / Aris Suryadi


4. menghitung besar percepatan suatu benda yang bergerak lurus
berubah beraturan (GLBB) dari grafik v - t; dan
5. menghitung jarak yang ditempuh oleh benda yang bergerak lurus
berubah beraturan.

2.2.1. Konsepsi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam
lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB
adalah bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin
lama semakin cepat.
Dengan kata lain gerak benda dipercepat. Namun demikian, GLBB
juga dapat berarti, bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda
berubah, semakin lambat hingga akhirnya berhenti. Dalam hal ini benda
mengalami perlambatan tetap. Dalam modul ini, kita tidak,
menggunakan istilah perlambatan untuk gerak benda diperlambat. Kita
tetap saja, menamakannya percepatan, hanya saja nilainya negatif. Jadi
perlambatan sama dengan, percepatan negatif.

Contoh sehari-hari GLBB dipercepat adalah peristiwa jatuh bebas. Benda


jatuh dari ketinggian tertentu di atas. Semakin lama benda bergerak
semakin cepat.
Kini, perhatikanlah gambar 7 di bawah yang menyatakan hubungan
antara kecepatan, (v) dan waktu (t) sebuah benda yang bergerak
lurus berubah beraturan dipercepat.

Gambar 7. Grafik v – t untuk GLBB dipercepat

Fisika 1 / Aris Suryadi


Besar percepatan benda,

dalam hal ini,

sehingga,

Atau
kita dapatkan

Perhatikan bahwa selama selang waktu t (pada kegiatan lalu kita beri
simbol ( t), kecepatan, benda berubah dari v0 menjadi vt sehingga
kecepatan rata-rata benda dapat dituliskan:

Fisika 1 / Aris Suryadi


Ulangi lagi penalaran di atas agar Anda benar-benar memahaminya.
Bila sudah, mari kita lanjutkan!
Bila dua persamaan GLBB di atas kita gabungkan, maka kita akan
dapatkan persamaan, GLBB yang ketiga (kali ini kita tidak lakukan
penalarannya). Persamaan ketiga GLBB,dapat dituliskan:

Fisika 1 / Aris Suryadi


2.3. Contoh-Contoh Gerak Lurus Berubah Beraturan

2.3.1. Jatuh Bebas


Pada jatuh bebas ketiga persamaan GLBB dipercepat yang kita
bicarakan pada kegiatan sebelumnya tetap berlaku, hanya saja v0 kita
hilangkan dari persamaan karena harganya nol dan lambang s pada
persamaan-persamaan tersebut kita ganti dengan h yang menyatakan
ketinggian dan a kita ganti dengan g.

a=g h=s

Gambar 8. Benda jatuh bebas mengalami percepatan yang besarnya


sama dengan percepatan gravitasi

Jadi, ketiga persamaan itu sekarang adalah:

Perhatikan persamaan jatuh bebas yang kedua.


Bila ruas kiri dan kanan sama-sama kita kalikan dengan 2, kita
dapatkan:

Fisika 1 / Aris Suryadi


Atau

sehingga,

dari persamaan waktu jatuh, terlihat bahwa waktu jatuh benda bebas
hanya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu h = ketinggian dan g =
percepatan gravitasi bumi. Jadi berat dan besaran-besaran lain tidak
mempengaruhi waktu jatuh. Artinya meskipun berbeda beratnya, dua
benda yang jatuh dari ketinggian yang sama di tempat yang sama akan
jatuh dalam waktu yang bersamaan. Dalam kehidupan kita sehari-hari
mungkin kejadiannya lain. Benda yang berbeda beratnya, akan jatuh
dalam waktu yang tidak bersamaan. Hal ini dapat terjadi karena adanya
gesekan udara. Percobaan di dalam tabung hampa udara membuktikan
bahwa sehelai bulu ayam dan satu buah koin jatuh dalam waktu
bersamaan.

2.3.2. Gerak Vertikal Ke Atas


Lemparkan bola vertikal ke atas, amati gerakannya. Bagaimana
kecepatan bola dari waktu ke waktu! Selama bola bergerak ke atas,
gerakan bola melawan gaya gravitasi yang menariknya ke bumi.
Akhirnya bola bergerak diperlambat. Akhirnya setelah mencapai
ketinggian tertentu yang disebut tinggi maksimum, bola tak dapat naik
lagi. Pada saat ini kecepatan bola nol. Oleh karena tarikan gaya gravitasi
bumi tak pernah berhenti bekerja pada bola, menyebabkan bola
bergerak turun. Pada saat ini bola mengalami jatuh bebas, bergerak
turun dipercepat.

Fisika 1 / Aris Suryadi


Gambar 9. Bola dilembarkan vertikal ke atas

Jadi bola mengalami dua fase gerakan. Saat bergerak ke atas bola
bergerak GLBB diperlambat (a = g) dengan kecepatan awal tertentu lalu
setelah mencapai tinggi maksimum bola jatuh bebas yang merupakan
GLBB dipercepat dengan kecepatan awal nol. Dalam hal ini berlaku
persamaan-persamaan GLBB yang telah kita pelajari

Pada saat benda bergerak naik berlaku persamaan :

Sedangkan pada saat jatuh bebas berlaku persamaan-persamaan


gerak jatuh bebas yang sudah kita pelajari

Fisika 1 / Aris Suryadi


2.3.3. Gerak Vertikal Ke Bawah
Berbeda dengan jatuh bebas, gerak vertikal ke bawah yang
dimaksudkan adalah gerak benda-benda yang dilemparkan vertikal ke
bawah dengan kecepatan awal tertentu. Jadi seperti gerak vertikal ke
atas hanya saja arahnya ke bawah. Sehingga persamaan-
persamaannya sama dengan persamaan-persamaan pada gerak vertikal
ke atas, kecuali tanda negatif pada persamaan-persamaan gerak
vertikal ke atas diganti dengan tanda positif. Sebab gerak vertikal ke
bawah adalah GLBB yang dipercepat dengan percepatan yang sama
untuk setiap benda yakni g.
Jadi,

Bila Anda berkesimpulan bahwa gerak vertikal ke bawah ini sama


dengan gerak GLBB pada arah mendatar, Anda benar. Beda antara
keduanya adalah bahwa pada gerak vertikal ke bawah benda selalu
dipercepat, sedangkan gerak GLBB pada arah mendatar dapat pula
diperlambat. Selain itu pada gerak vertikal ke bawah besar percepatan
selalu sama dengan percepatan gravitasi g. Sedangkan percepatan pada
GLBB arah mendatar dapat berharga berapa saja. Bila Anda telah
memahami uraian pada kegiatan 3 ini, berarti secara keseluruhan Anda
sudah memahami modul ini

Fisika 1 / Aris Suryadi


Fisika 1 / Aris Suryadi
Referensi :
1. Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta :
Penerbit Erlangga.
2. Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta :
Penerbit Erlangga.
3. Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I
(terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga.
4. Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas
(terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga

Fisika 1 / Aris Suryadi


BAB 3
DINAMIKA PARTIKEL

A. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami konsep hukum gerak, hukum newton 1, 2,
3, serta menjelaskan tentang gaya dan gerak dan dapat
menerapkan aplikasi hukum newton..

B. Tujuan Khusus
¾ Mahasiswa dapat menjelaskan maksud dari hukum-hukum
gerak dan hukum newton 1, 2, 3.
¾ Mahasiswa dapat menerapkan hukum newton dalam
menyelesaikan masalah gerak dan gaya..
¾ Mahasiswa dapat menjelaskan tentang macam-macam gaya
beserta contohnya..
¾ Mahasiswa dapat menentukan besar gaya ysng merupakan
terapan dari hukum newton

3.1. HUKUM-HUKUM GERAK.


Apa yang membuat benda bergerak ?
Aristoteles (384-322 SM) :
gaya, tarik atau dorong, diperlukan untuk menjaga sesuatu bergerak.
Galileo Galilei (awal 1600-an) :
benda bergerak mempunyai “kuantitas gerak” secara intrinsik.
Issac Newton (1665 - 1666) :
Hukum Newton mengandung 3 konsep : massa, gaya, momentum
massa : mengukur kuantitas bahan dari suatu benda.
gaya : tarikan atau dorongan.
momentum : kuantitas gerak
“Kuantitas gerak” atau momentum diukur dari perkalian massa benda
dengan kecepatannya :
p=mv
Hukum I : Benda yang bergerak cenderung untuk tetap bergerak,
atau tetap diam jika diam.
Hukum II : Laju perubahan momentum suatu benda sama dengan
gaya total yang bekerja pada benda tersebut.
F = dp/dt
bila massa m konstan,
F = d(mv)/dt
F = m dv/dt
karena dv/dt = a (percepatan), maka
F = ma
Hukum III: Untuk setiap aksi selalu terdapat reaksi yang sama besar
dan berlawanan.

3.2 Pentingnya hukum gerak Newton


Alam dan Hukum alam tersembunyi dalam malam;
Tuhan berkata, Biar Newton jadi! Dan semua menjadi terang.
— Alexander Pope
Hukum gerak Newton, bersama dengan hukum gravitasi universal dan
teknik matematika kalkulus, memberikan untuk pertama kalinya
sebuah kesatuan penjelasan kuantitatif untuk fenomena fisika yang
luas seperti: gerak berputar benda, gerak benda dalam cairan;
projektil; gerak dalam bidang miring; gerak pendulum; pasang-surut;
orbit bulan dan planet. Hukum konservasi momentum, yang Newton
kembangkan dari hukum kedua dan ketiganya, adalah hukum
konservasi pertama yang ditemukan.
Hukum Newton dipastikan dalam eksperimen dan observasi selama
200 tahun.

3.2.1 Hukum I Newton : Hukum Inertia


Hukum ini juga disebut Hukum Inertia atau Prinsip Galileo.
Formulasi alternatif:

3.2
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
Setiap pusat massa benda tetap berada dalam keadaan
istirahat, atau gerak seragam lurus ke kanan, kecuali dipaksa berubah
dengan menerapkan gaya ke benda tersebut.
Sebuah pusat massa benda tetap diam, atau bergerak dalam garis
lurus (dengan kecepatan, v, sama), kecuali diberi gaya luar.
Dalam notasi kalkulus, dapat dikemukakan dengan:

Meskipun hukum Newton pertama merupakan kasus spesial dari


hukum Newton kedua (lihat bawah), hukum pertama menjelaskan
frame referensi di mana kedua hukum lainnya dapat dibuktikan benar.
Frame referensi ini disebut referensi frame inertial atau Galilean
referensi frame dan bergerak dengan kecepatan konstan, yaitu, tanpa
percepatan.
Dalam formal tidak resmi, Aristoteles berpikir bahwa benda akan
diam bila kalian biarkan diam, diam secara alami, dan gerakan
membutuhkan suatu penyebab. Normal bila ia berpikir begitu, karena
setiap gerakan (kecuali objek celestial) yang diamati oleh pengamat
akan berhenti karena gesekan. Tetapi teori Galileo menyatakan bahwa
"Benda bergerak secara alami dengan kecepatan tetap, bila dibiarkan
sendiri."
Berjalan dari Aristoteles "Keadaan alami benda adalah diam" ke
hukum pertama Newton adalah penemuan yang penting dan dalam
fisika. Dalam kehidupan sehari-hari, gaya gesek biasanya
menyebabkan benda bergerak menjadi pelan dan membawanya ke
keadaan diam. Newton menjelaskan model matematika yang
seseorang dapat menurunkan gerakan benda dari sebab dasar : gaya.

3.2.2. Kecepatan
Kecepatan (simbol: v) adalah pengukuran vektor dari besar dan
arah gerakan. Nilai absolut skalar(magnitudo) dari kecepatan disebut
kelajuan. Kecepatan dinyatakan dengan jarak yang ditempuh per
satuan waktu.

3.3
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
Rumus kecepatan yang paling sederhana adalah "Kecepatan=
Perpindahan/Waktu" atau v = s/t. Dengan demikian, satuan SI
kecepatan adalah m/s dan merupakan sebuah besaran turunan.
Beberapa satuan kecepatan lainnya adalah
km/jam atau km/h
mil/jam atau mph
knot
Mach yang diambil dari kecepatan suara. Mach 1 adalah
kecepatan suara.
Perubahan kecepatan tiap satuan waktu dikenal sebagai percepatan
atau akselerasi.

3.2.2.1 Satuan kecepatan


c (konstanta kecepatan cahaya) | sentimeter per jam (cm/h) |
sentimeter per menit (cm/m) | sentimeter per detik (cm/s) | kaki per
jam (foot/h) | kaki per menit (foot/m) | kaki per detik (foot/s) | meter
per jam (m/h) | meter per menit (m/m) | meter per detik (m/s) |
kilometer per jam (km/h) | kilometer per menit (km/m) | kilometer
per detik (km/s) | knot | mach (laut) | mach (SI) | mil per jam (mil/h)
| mil per menit (mil/m) | mil per detik (mil/s) | yard per jam (yard/h) |
yard per menit (yard/m) | yard per detik (yard/s)

3.2.2.2 Jarak
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu
benda dengan benda lainnya. Dalam fisika atau dalam pengertian
sehari-hari, jarak dapat berupa jarak fisik, sebuah periode waktu, atau
estimasi/perkiraan berdasarkan kriteria tertentu (misalnya jarak
tempuh antara Jakarta-Bandung). Dalam matematika, jarak haruslah
memenuhi kriteria tertentu.

3.2.2.3 Waktu

3.4
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah
seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada
atau berlangsung.
Berbeda dengan koordinat posisi, jarak tidak mungkin bernilai negatif.
Jarak merupakan besaran skalar, sedangkan perpindahan merupakan
besaran vektor.
Jarak yang ditempuh oleh kendaraan (biasanya ditunjukkan
dalam odometer), orang, atau obyek, haruslah dibedakan dengan
jarak antara titik satu dengan lainnya.

3.2.2.4 Percepatan
Dalam fisika, percepatan adalah besarnya perubahan (atau
turunan terhadap waktu dari kecepatan, yang merupakan vektor)
dengan dimensi panjang/waktu². Dalam satuan SI adalah
meter/detik². Percepatan dilambangkan dengan a. Percepatan bisa
bernilai positif dan negatif. Bila nilai percepatan positif, hal ini
menunjukkan bahwa kecepatan benda yang mengalami percepatan
positif ini bertambah (dipercepat). Sebaliknya bila negatif, hal ini
menunjukkan bahwa kecepatan benda menurun (diperlambat). Contoh
percepatan positif adalah : jatuhnya buah dari pohonnya yang
dipengaruhi gravitasi. Sedangkan contoh percepatan negatif adalah :
mengerem mobil.

3.3 Hukum II Newton.


Persamaan F = ma dapat diterjemahkan dalam 2 pernyataan.
- Bila sebuah benda dengan massa m mendapat percepatan a, maka
gaya sebesar ma bekerja pada benda tersebut. Bila sebuah benda
bermassa m
- mendapat gaya F, maka benda tersebut akan dipercepat sebesar
F/m
Gaya gravitasi = massa dan berat.

3.5
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
Dari hukum kedua Newton bahwa massa mengukur ketahanan
benda untuk berubah gerakannya, yaitu inersianya. Massa adalah sifat
intrinsik dari suatu benda, tidak tergantung ketinggian maupun
keadaan yang lain.
Berat merupakan gaya yang diperlukan benda untuk melakukan gerak
jatuh bebas. Untuk gerak jatuh bebas a = g = percepatan gravitasi
setempat.
F =ma
w=mg
Berat tergantung pada lokasi terhadap bumi.

3.4 Hukum III Newton.


Hukum ketiga Newton menyatakan adanya pasangan gaya
aksi-reaksi.
Fdt
Pasangan gaya aksi-rekasi :
Ftd
♠ terjadi serentak
♠ bekerja pada benda yang berbeda wt

♠ sama besar Ftb

♠ berlawanan arah
Fbt

Fdt : gaya oleh dinding pada tali


Ftd : gaya oleh tali pada dinding
wt : gaya tarik bumi pada tali
Ftb : gaya oleh tali pada balok
Fbt : gaya oleh balok pada tali
w : gaya tarik bumi pada balok
w’ : gaya tarik balok pada bumi w
w’’ : gaya tarik tali pada bumi
w'

Merupakan pasangan gaya aksi - reaksi :


w dan w’, wt dan wt’, Fbt dan Ftb, Fdt dan Ftd.

W” 3.6
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
3.5. PEMAKAIAN HUKUM NEWTON
Hukum kedua Newton , F = m a, merupakan bagian yang
penting di dalam menyelesaikan masalah-masalah mekanika. Ada
beberapa langkah yang berguna untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah mekanika. Gaya Termasuk Vektor penjumlahan gaya
= penjumlahan vektor.
FR = Ö F12 + F22 + 2 F1F2 cos a
q = sudut terkecil antara F1 dan F2
Untuk menjumlahkan beberapa vektor gaya maka gaya-gaya tersebut
harus diuraikan pada sumbu koordinatnya (x,y), jadi:
FR = Ö FX2 + FY2
FX=jumlah komponen gaya pada sb-x
FY=jumlah komponen gaya pada sb-y
FR = resultan gaya
a. Identifikasi obyek/benda yang menjadi pusat perhatian.
Yang menjadi pusat perhatian : balok

m θ
lantai licin

b. Gambar gaya-gaya yang bekerja pada obyek/benda tersebut secara


vektor.
N
F

3.7
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
c. Pilih sistem koordinat pada obyek/benda tersebut dan proyeksikan
gaya-gaya yang bekerja pada sumbu koordinat.
y
N F cos θ
F F sin θ
θ
x
w = mg

d. Tulis hukum keduan Newton dalam F = ma, dan jumlahkan F total


yang bekerja pada obyek/benda tersebut secara vektor.
komponen x
Fx = m ax
F cos θ = m ax
Komponen y
Fy = m ay
F sinθ+ N- mg = m ay
e. Selesaikan permasalahannya secara simbolik (dengan notasi
simbol, misal m, a, F dsb).
Dari dua persamaan dalam komponen x dan komponen y tersebut
variabel yang ditanyakan dapat dicari.
f. Masukkan nilai tiap-tiap variabel ke dalam persamaan yang sudah
diperoleh.

3.6. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Kinematika adalah Ilmu gerak yang membicarakan gerak suatu
benda tanpa memandang gaya yang bekerja pada benda tersebut
(massa benda diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh benda selama
geraknya hanya ditentukan oleh kecepatan v dan atau percepatan a.
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus pada arah
mendatar dengan kecepatan v tetap (percepatan a = 0), sehingga
jarak yang ditempuh S hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetap
dalam waktu tertentu.

3.8
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
Pada umumaya GLB didasari oleh Hukum Newton I ( S F = 0 )
. S = X = v . t ; a = Dv/Dt = dv/dt = 0
v = DS/Dt = ds/dt = tetap
Tanda D (selisih) menyatakan nilai rata-rata.
Tanda d (diferensial) menyatakan nilai sesaat.

3.6.1 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus pada
arah mendatar dengan kecepatan v yang berubah setiap saat karena
adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain benda yang
melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan
awal akan berubah kecepatannya karena ada percepatan (a= +) atau
perlambatan (= -).
Pada umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II ( S F = m
. a ).
vt = v0 + a.t
vt2 = v02 + 2 a S
S = v0 t + 1/2 a t2
vt = kecepatan sesaat benda
v0 = kecepatan awal benda
S = jarak yang ditempuh benda
f(t) = fungsi dari waktu t
v = ds/dt = f (t)
a = dv/dt = tetap
Syarat : Jika dua benda bergerak dan saling bertemu maka jarak yang
ditempuh kedua benda adalah sama.

3.9
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
3.7 Gerak Karena Pengaruh Gravitasi
3.7.1 Gerak Jatuh Bebas
adalah gerak jatuh benda pada arah vertikal dari ketinggian h tertentu
tanpa kecepatan awal (v0 = 0), jadi gerak benda hanya dipengaruhi
oleh gravitasi bumi g.

y=h=1/2gt2t= Ö(2h/g)
yt = g t = Ö(2 g h)

GJB dan analoginya


Gerak oleh gaya gravitasi Gerak oleh gaya listrik

Gaya

Percepatan

Kecepatan

Posisi
g=percepatan gravitasi bumi. y = h = lintasan yang ditempuh benda
pada arah vertikal,(diukur dari posisi benda mula-mula).
t = waktu yang dibutuhkan benda untuk menempuh lintasannya.

3.7.2 Gerak Vertikal Ke Atas


adalah gerak benda yang dilempar dengan suatu kecepatan awal v0
pada arah vertikal, sehingga a = -g (melawan arah gravitasi).
syarat suatu benda mencapai tinggi maksimum (h maks): Vt = 0
Dalam penyelesaian soal gerak vertikal keatas, lebih mudah
diselesaikan dengan menganggap posisi di tanah adalah untuk Y = 0.
Beberapa contoh soal dapat dilihat di bawah :
Contoh:
1. Sebuah partikel bergerak sepanjang sumbu-X dengan persamaan
lintasannya: X = 5t2 + 1, dengan X dalam meter dan t dalam detik.
Tentukan :

3.10
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
a. Kecepatan rata-rata antara t = 2 detik dan t = 3 detik.
b. Kecepatan pada saat t = 2 detik.
c. Jarak yang ditempuh dalam 10 detik.
d. Percepatan rata-rata antara t = 2 detik dan t = 3 detik.
Jawab:
a. v rata-rata = DX / Dt = (X3 - X2) / (t3 - t2) = [(5 . 9 + 1) - (5 . 4 + 1)] /
[3 - 2] =
46 - 21 = 25 m/ detik
b. v2 = dx/dt |t=2 = 10 |t=2 = 20 m/detik.
c. X10 = ( 5 . 100 + 1 ) = 501 m ; X0 = 1 m
Jarak yang ditempuh dalam 10 detik = X10 - X0 = 501 - 1 = 500 m

d. a rata-rata = Dv / Dt = (v3- v2)/(t3 - t2) = (10 . 3 - 10 . 2)/(3 - 2) =


2
10 m/det
2. Jarak PQ = 144 m. Benda B bergerak dari titik Q ke P dengan
percepatan 2 m/s2 dan kecepatan awal 10 m/s. Benda A bergerak 2
detik kemudian dari titik P ke Q dengan percepatan 6 m/s2 tanpa
kecepatan awal. Benda A dan B akan bertemu pada jarak berapa ?
Jawab:
Karena benda A bergerak 2 detik kemudian setelah benda B maka tB =
tA + 2.
SA = v0.tA + 1/2 a.tA2 = 0 + 3 tA2
SB = v0.tB + 1/2 a.tB2 = 10 (tA + 2) + (tA + 2)2
Misalkan kedua benda bertemu di titik R maka
SA + SB = PQ = 144 m
3tA2 + 10 (tA + 2) + (tA + 2)2 = 144
2tA2 + 7tA - 60 = 0
Jadi kedua benda akan bertemu pada jarak SA = 3tA2 = 48 m (dari
titik P).
3. Grafik di bawah menghubungkan kecepatan V dan waktu t dari dua
mobil A dan B, pada lintasan dan arah sama. Jika tg a = 0.5 m/det,
hitunglah:

3.11
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
a. Waktu yang dibutuhkan pada saat kecepatan kedua mobil sama.
b. Jarak yang ditempuh pada waktu menyusul
Jawab:
Dari grafik terlihat jenis gerak benda A dan B adalah GLBB dengan
V0(A) = 30 m/det dan V0(B) = 0.
a. Percepatan kedua benda dapat dihitung dari gradien garisnya,
jadi : aA = tg a = 0.5
10/t = 0.5 ® t = 20 det
aB = tg b = 40/20 = 2 m/det
b. Jarak yang ditempuh benda
SA = V0 t + 1/2 at2 = 30t + 1/4t2
SB = V0 t + 1/2 at2 = 0 + t2
pada saat menyusul/bertemu : SA = SB ® 30t + 1/4 t2 = t2 ® t =
40 det
Jadi jarak yang ditempuh pada saat menyusul : SA = SB = 1/2 . 2 .
402 =
1600 meter
3.8. Gesekan
Gaya gesek adalah gaya yang terjadi antara 2 permukaan yang
bergerak relatif berlawanan.
adhesi permukaan

Tinjau sebuah balok yang terletak pada bidang datar yang kasar.
diam F=0

F1 diam F=0
fs F1 fs = F1

3.12
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
F2 diam F=0
fs F1 fs = F2

F3 diam F=0
fs fs = F3

Gaya gesek yang terjadi selama benda diam disebut gaya gesek statik.
Gaya gesek statik maksimum adalah gaya terkecil yang dibutuhkan
agar benda mulai bergerak. Gaya gesek statik maksimum :
a. Tidak tergantung luas daerah kontak.
b. sebanding dengan gaya normal. Gaya normal muncul akibat
deformasi elastik benda-benda yang bersinggungan.
fs ≤ µs N
µs = koefisien gesek statis
Bila F3 diperbesar sedikit saja, benda akan bergerak.
mulai bergerak F=ma

F1 F4 fk < F4
fk

Gaya gesek yang terjadi selama benda sedang bergerak disebut gaya
gesek kinetik.
fk = µk N
µk = koefisien gesek kinetic

3.13
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
3.9 . Dinamika Gerak Melingkar

Suatu partikel yang bergerak melingkar dengan besar kecepatan


konstan, partikel tersebut mengalami percepatan (sentripetal) sebesar
a = v2/r
yang arahnya menuju ke pusat lingkaran (kelengkungan).
Dari hukum ke-2 Newton, bahwa apabila sebuah benda bergerak
dipercepat maka pada benda tersebut bekerja gaya. Maka pada kasus
benda bergerak melingkar, pada benda tersebut bekerja gaya yang
arahnya juga ke pusat. Gaya-gaya tersebut disebut gaya sentripetal.
Reaksi dari gaya sentripetal disebut gaya sentrifugal, yang besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan dengan arah gaya sentripetal

Contoh : sebuah balok yang diputar vertikal dengan tali.


pada posisi di A gaya yang menuju ke pusat adalah tegangan tali T
dan berat balok w, jadi Fc = T + w
T
w

w
Pada posisi di bawah, gaya yang menuju ke pusat adalah tegangan tali
T dan berat balok w (arah menjauhi pusat). Jadi Fc = T - w
Bagaimana gaya sentripetalnya bila balok balok berada pada posisi di
samping.
5. Gerak Berbentuk Parabola

3.14
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
3.9.1 Gerak Setengah Parabola
Benda yang dilempar mendatar dari suatu ketinggian tertentu
dianggap tersusun atas dua macam gerak, yaitu :
a. Gerak pada arah sumbu X (GLB)
vx=v0
Sx = X = vx t
b. Gerak pada arah sumbu Y (GJB/GLBB)
vy=0
]®Jatuh bebas
2
y = 1/2 g t
3.9.2 Gerak Parabola/Peluru
Benda yang dilempar ke atas dengan sudut tertentu, juga tersusun
atas dua macam gerak dimana lintasan dan kecepatan benda harus
diuraikan pada arah X dan Y.
a Arah sb-X (GLB)
v0x=v0 cosq(tetap)
X = v0x t = v0 cos q.t
b. Arah sb-Y (GLBB)
V0y =v0sinq
Y =voyt-1/2gt2
=v0sinq.t-1/2gt2
vy = v0 sin q - g t
Syarat mencapai titik P (titik tertinggi): vy = 0
top = v0 sin q / g
sehingga
top = tpq
toq = 2 top
OQ = v0x tQ = V02 sin 2q / g
h max =v oy tp - 1/2 gtp2 = V02 sin2 q / 2g
vt = Ö (vx)2 + (vy)2
beberapa contoh soal dapat dilihat di bawah ini :
Contoh:

3.15
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
1. Sebuah benda dijatuhkan dari pesawat terbang yang sedang
melaju horisontal 720 km/jam dari ketinggian 490 meter.
Hitunglah jarak jatuhnya benda pada arah horisontal ! (g = 9.8
m/det2).

Jawab:
vx=720km/jam=200m/det.
h=1/2gt2® 490=1/2. 9.8 . t2
t = 100 = 10 detik
X = vx . t = 200.10 = 2000 meter

2. Peluru A dan peluru B ditembakkan dari senapan yang sama


dengan sudut elevasi yang berbeda; peluru A dengan 30o dan
peluru B dengan sudut 60o. Berapakah perbandingan tinggi
maksimum yang dicapai peluru A dan peluru B?

Jawab:
Peluru A:
hA = V02 sin2 30o / 2g = V02 1/4 /2g = V02 / 8g
Peluru B:
hB = V02 sin2 60o / 2g = V02 3/4 /2g = 3 V02 / 8g
hA = hB = V02/8g : 3 V02 / 8g = 1 : 3

3.16
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
Daftar Pustaka :

1. Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta :


Penerbit Erlangga.
2. Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta :
Penerbit Erlangga.
3. Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I
(terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga.
4. Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas
(terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga.

3.17
FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T.
BAB 4
USAHA DAN ENERGI

A. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami konsep tentang usaha – energi, jenis energi, prinsi
usaha dan energi serta daya

B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami tentang energi, dapat menyebutkan sifat energi,
dan dapat menyebutkan dan memberikan contoh dari macam-macam energi.
2. Mahasiswa dapat menghitung besar suatu kerja lengkap dengan satuan yang
tepat.
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah energi dan dapat menerapkan

hukum kekekalan energi dalam menyelesaikan masalah.


4. Mahasiswa dapat memahami tentang Daya yang berhubungan dengan usaha

dan energi

4.1. Usaha dan Energi

Jika sebuah benda menempuh jarak sejauh S akibat gaya F yang


bekerja pada benda tersebut maka dikatakan gaya itu melakukan
usaha, dimana arah gaya F harus sejajar dengan arah jarak tempuh S.
USAHA adalah hasil kali (dot product) antara gaya den jarak yang
ditempuh.

FISIKA 1/ Aris Suryadi, ST, MT. 4.1


W = F S = |F| |S| cos θ

θ = sudut antara F dan arah gerak

Satuan usaha/energi : 1 Nm = 1 Joule = 107 erg

Dimensi usaha energi: 1W] = [El = ML2T-2

Kemampuan untuk melakukan usaha menimbulkan suatu ENERGI

(TENAGA).

Energi dan usaha merupakan besaran skalar.

4.2. Jenis Energi


Jenis energi di antaranya adalah:

1. ENERGI KINETIK (Ek)

Ek trans = 1/2 m

v2 Ek rot = 1/2 I

ω2 m = massa

v = kecepatan

I = momen inersia

ω = kecepatan sudut

2. ENERGI POTENSIAL

(Ep) Ep = m g h

h = tinggi benda terhadap tanah

3. ENERGI MEKANIK

(EM) EM = Ek + Ep

FISIKA 1/ Aris Suryadi, ST, MT. 4.2


Nilai EM selalu tetap/sama pada setiap titik di dalam lintasan suatu

benda.

Pemecahan soal fisika, khususnya dalam mekanika, pada umumnya

didasarkan pada HUKUM KEKEKALAN ENERGI, yaitu energi selalu tetap

tetapi bentuknya bisa berubah; artinya jika ada bentuk energi yang hilang

harus ada energi bentuk lain yang timbul, yang besarnya sama dengan

energi yang hilang tersebut.

Ek + Ep = EM = tetap

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

4.3. Prinsip Usaha-Energi

Jika pada peninjauan suatu soal, terjadi perubahan kecepatan

akibat gaya yang bekerja pada benda sepanjang jarak yang

ditempuhnya, maka prinsip usaha-energi berperan penting dalam

penyelesaian soal tersebut

W tot = ∑ Ek F.S = Ek akhir - Ek awal

W tot = jumlah aljabar dari usaha oleh masing-masing gaya

= W1 + W2 + W3 + .......

Ek = perubahan energi kinetik = Ek akhir - Ek awal

FISIKA 1/ Aris Suryadi, ST, MT. 4.3


4.3.1. Energi Potensial Pegas (Ep)

Ep = 1/2 k x2 = 1/2 Fp x

Fp = - k x

∆ x = regangan pegas

k = konstanta pegas

Fp = gaya pegas

Tanda minus (-) menyatakan bahwa arah gaya Fp berlawanan arah

dengan arah regangan x.

2 buah pegas dengan konstanta K1 dan K2 disusun secara

seri dan paralel:

Seri paralel

1 = 1 +

1 Ktot = K1 + K2

Ktot K1 K2

Note:

Energi potensial tergantung tinggi benda dari permukaan bumi. Bila jarak

benda jauh lebih kecil dari jari-jari bumi, maka permukaan bumi sebagai

acuan pengukuran. Bila arak benda jauh lebih besar atau sama dengan jari-

jari bumi, make pusat bumi sebagai acuan.

FISIKA 1/ Aris Suryadi, ST, MT. 4.4


Contoh:

1. Sebuah palu bermassa 2 kg berkecepatan 20 m/det. menghantam

sebuah paku, sehingga paku itu masuk sedalam 5 cm ke dalam kayu.

Berapa besar gaya tahanan yang disebabkan kayu ?

Jawab:
Karena paku mengalami perubahan kecepatan gerak sampai berhenti

di dalam kayu, maka kita gunakan prinsip Usaha-Energi:

F. S = Ek akhir - Ek awal

F . 0.05 = 0 - 1/2 . 2(20)2

F = - 400 / 0.05 = -8000 N

(Tanda (-) menyatakan bahwa arah gaya tahanan kayu melawan arah

gerak paku ).

2. Benda 3 kg bergerak dengan kecepatan awal 10 m/s pada sebuah

bidang datar kasar. Gaya sebesar 20 5 N bekerja pada benda itu searah

dengan geraknya dan membentuk sudut dengan bidang datar (tg = 0.5),

sehingga benda mendapat tambahan energi 150 joule selama

menempuh jarak 4m.Hitunglah koefisien gesek

bidang datar tersebut ?


Jawab:
Uraikan gaya yang bekerja pada benda:

FISIKA 1/ Aris Suryadi, ST, MT. 4.5


Fx = F cos = 20 5 = 40 N

Fy = F sin = 20 5 . 1 5 = 20 N

Fy = 0 (benda tidak bergerak pada arah y)

Fy + N = w N = 30 - 20 = 10 N

• Gunakan prinsip Usaha-Energi

Fx . S = Ek

(40 - f) 4 = 150 f = 2.5 N

3. Sebuah pegas agar bertambah panjang sebesar 0.25 m membutuhkan

gaya sebesar 18 Newton. Tentukan konstanta pegas dan energi

potensial pegas !

Jawab:

Dari rumus gaya pegas kita dapat menghitung konstanta pegas:

Fp = - k x k = Fp / x = 18/0.25 = 72 N/m

Energi potensial pegas:

Ep = 1/2 k ( x)2 = 1/2 . 72 (0.25)2 = 2.25 Joule

FISIKA 1/ Aris Suryadi, ST, MT. 4.6


4.4. Daya (Power)

DAYA adalah usaha atau energi yang dilakukan per satuan waktu.

P = W/t = F v (GLB)

P = Ek/t (GLBB)

Satuan daya : 1 watt = 1 Joule/det = 107 erg/det

Dimensi daya : [P] = MLT2T-3

Contoh:

Seorang bermassa 60 kg menaiki tangga yang tingginya 15 m

dalam waktu 2 menit. Jika g = 10 m/det2, berapa daya yang

dikeluarkan orang tersebut?

Jawab:

P = W/t = mgh/t = 60.10.15/2.60 = 75 watt.

Daftar Pustaka

1. Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit


Erlangga.
2. Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit
Erlangga.
3. Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan),
Jakarta : Penebit Erlangga.
4. Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas

(terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga.

FISIKA 1/ Aris Suryadi, ST, MT. 4.7

Anda mungkin juga menyukai