Anda di halaman 1dari 16

HAND OUT

PENGUKURAN

Dalam belajar fisika kalianakan selalu berhubungan dengan pengukuran, besaran dan
satuan. Sudah tahukah kaliandengan apa yang dinamakan pengukuran, besaran dan satuan itu?
Pada bab pertama fisika inilah kaliandapat belajar banyak tentang pengertian-pengertian tersebut
dan harus dapat memanfaatkannya pada setiap belajar fisika.
Pengukuran merupakan proses mengukur. Sedangkan mengukur didefinisikan sebagai
kegiatan untuk membandingkan suatu besaran dengan besaran standar yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu. Dari pengertian ini dapat diturunkan pengertian berikutnya yaitu besaran dan
satuan. Besaran didefinisikan sebagai segala sesuatu yang didapat dari hasil pengukuran yang
dinyatakan dalam bentuk angka. Sedangkan satuan adalah segala sesuatu yang menunjukkan
banyaknya hasil pengukuran yang diperoleh.
Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa pengukuran, besaran dan satuan memiliki
hubungan yang erat. Ketiganya selalu berkaitan. Pengukuran merupakan kegiatan atau
aktivitasnya, besaran merupakan pokok permasalahan yang diukur sedangkan satuan merupakan
pembanding (pengukurnya). Sebagai contoh Anita mengukur panjang celana. Besaran yang
diukur adalah panjang dan satuan yang digunakan misalnya meter.
Contoh lain aktivitas pengukuran ini dapat kalianlihat pada Gambar 1.1(a). Seorang
petani jeruk sedang mengukur isi keranjang dengan jeruk. Misalkan keranjang tersebut memuat
100 jeruk. Berarti besarnya adalah isi keranjang sedangkan satuannya adalah jeruk. Contoh lain
yang memperlihatkan adanya aktivitas mengukur dapat kalianlihat aktivitas penjual dan pembeli
di pasar seperti pada Gambar 1.1(b).

(a) (b)
Dalam bidang fisika dan terapannya dikenal banyak sekali besaran dan satuannya.
Misalnya panjang satuannya meter, massa satuannya kg, berat satuannya newton, kecepatan
satuannya m/s dan kuat arus satuannya ampere. Pelajarilah lebih jauh tentang pengukuran,
besaran dan satuan ini pada bab berikut.
A. BESARAN DAN SATUAN
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil
konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan
satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Selain
itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran
skalar dan besaran vektor (akandibahas khusus pada bab berikutnya).
1. Besaran Pokok
Besaran pokokadalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu.
Satuan besaran-besaran itu telah ditentukan sebagai acuan dari satuan besaranbesaran
lain. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang
lain. Pada Tabel 1.1 berikut, disajikan besaran pokok yang telah disepakati oleh para
ilmuwan.

Tabel 1.1 Besaran-Besaran Pokok dan Satuan Internasionalnya (SI)


Lambang
Nama Besaran Lambang
No. Besaran Satuan
Pokok Satuan
Pokok
1. Panjang meter m
2. Massa m kilogram kg
3. Waktu t sekon s
4. Kuat arus listrik I ampere A
5. Suhu T kelvin K
6. Intensitas cahaya I Candela Cd
7. Jumlah zat n Mol Mol

2. Besaran Turunan
Besaran turunanadalah besaran yang satuannya ditentukan dari penurunan satuan
besaran-besaran pokok penyusunnya. Sudah tahukah kalian, ada berapa banyak besaran
turunan? Jika kalianhitung maka jumlah besaran turunan akan terus berkembang
sehingga jumlahnya cukup banyak. Semua besaran selain tujuh besaran pokok tersebut
termasuk besaran turunan. Berikut merupakan beberapa contoh besaran turunan beserta
satuannya.
Tabel 1.2 Contoh Beberapa Besaran Turunan dan Satuannya
Nama Besaran Lambang Besaran
No. Satuan Turunan
Turunan Turunan
1. Luas A m2
2. Kecepatan v ms-1
3. Percepatan a ms-2
4. Gaya F kg ms-2
5. Tekanan P kg m-1 s-2
6. Usaha W kg m2 s-2

B. DIMENSI
a. Definisi
Setiap besaran fiska hanya mempunyai satu dimensi. Misalnya dimensi untuk
besaran panjang adalah [L]. Panjang, lebar, tinggi, dan diameter merupakan besaran yang
sama, yaitu besaran panjang. Dimensi untuk besaran pokok yang lain, dapat kalianlihat
pada Tabel 1.3. Selanjutnya, dimensi untuk besaran turunan disusun berdasarkan dimensi
besaran pokoknya. Berdasarkan kenyataan ini, dimensi dapat diartikan sebagai cara
untuk menyusun suatu besaran berdasarkan besaran-besaran pokoknya.

Tabel 1.3 Besaran Pokok dan Dimensinya


No. Nama Besaran Pokok Dimensi
1. Panjang [L]
2. Massa [M]
3. Waktu [T]
4. Kuat arus listrik [I]
5. Suhu [θ ]
6. Intensitas cahaya [J]
7. Jumlah zat [N]

Cara penulisan dimensi adalah dengan lambang huruf tertentu yang ditulis dalam
huruf besar dan diberi kurung persegi dan juga dinyatakan dengan lambing berpangkat
positif atau negatif. Akan tetapi, untuk kemudahan dalam pemakaiannya kaliansering
menemukan lambang dimensi tanpa kurung persegi. Untuk lebih memahami cara
penulisan dan penurunan dimensi besaran, contoh berikut dapat membantumu.
Contoh Soal 1.1
Tentukan dimensi besaran-besaran berikut:
a. volume
b. massa jenis, dan
c. kecepatan

Penyelesaian
a. volume = panjang x lebar x tinggi
= [L] x [L] x [L] = [L]3

b. massa jenis = massa/volume


= [m]/[L]3 = [M][L]-3

c. kecepatan = perpindahan/waktu
= [L]/[T] = [L][T]-1

b. Manfaat dimensi
Setelah mengetahui arti dimensi suatu besaran fisika, tahukahkalian
kegunaannya? Beberapa kegunaan dimensi adalah dapat menguji kesetaraan dua besaran
fisis, menentukan kebenaran suatu persamaan, dan menurunkan persamaan suatu besaran
fisis dari berbagai besaran fisis lainnya. Contoh pemanfaatannya dapat dilihat pada
contoh soal 1.2 berikut ini.

Contoh Soal 1.2


Apakah besaran energi kinetik dan besaran usaha setara?
Penyelesaian
Energi kinetik, Ek = ½ mv2
dimana ½ = konstanta,m = massa berdimensi [M], v = kecepatan dengan dimensi [L][T]-1
Jadi, Ek = [m][v]2 = [M][L]2[T]-2

Usaha, W = Fs
Dimana F = gaya dengan dimensi[M][L]2[T]-2, s = perpindahan dengan dimensi [L]
Sehingga diperoleh W = [M][L]2[T]-2
Jadi, energi kinetik dan usaha adalah besaran yang setara karena dimensinya sama.

c. Analisis Dimensi
Kalian telah mengetahui bahwa salah satu manfaat dimensi ialah menentukan
kesetaraan suatu besaran fisika dengan besaran-besaran lainnya. Sekarang bagaimana
caranya menurunkan satuan persamaan dari besaran-besaran yang terkait? Di sinilah
digunakan cara analisis dimensi. Untuk memahami prosesnya, perhatikan contoh soal 1.3
berikut.

Contoh Soal 1.3


Dengan menggunakan analisis dimesi, tentukan satuan besaran-besaran kalor jenis.
Penyelesaian
Gunakan persamaan kalor, Q = mc∆ T
di mana Q = kalor dengan dimensi [M][L]2[T]-2, m = massa dengan dimensi [M], dan ∆ T
= perubahan suhu dengan dimensi [θ ]
Q
sehinggac= = [M][L]2[T]-2[M]-1[θ ]-1 = [L]2[T]-2[θ ]-1
m∆T
= m2 s-2 K-1 = m2/s2 K.
Jadi, satuan kalor jenis adalah m2/s2 K.

C. ALAT UKUR
Alat ukur besaran-besaran fisika sangat banyak tetapi di kelas X SMA ini dikenalkan
tiga alat ukur besaran pokok yaitu panjang, massa dan waktu. Beberapa alat ukur besaran
tersebut dapat dicermati seperti berikut.
1. Alat Ukur Besaran Panjang
Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat
ukur panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda sehingga kalian harus
bisa memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang
kurang tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.
a. Mistar
Alat ukur panjang yang sering
kalian gunakan adalah mistar atau
penggaris. Pada umumnya, mistar
memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1
cm. Mistar mempunyai ketelitian
pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar
setengah dari skala terkecil yang
dimiliki oleh mistar. Pengukuran dengan mistar dilakukan dengan cara menempelkan
mistar pada benda yang akan diukur. Panjang benda dibaca langsung pada skala yang
ada pada mistar. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah
pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah pandangan harus
tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang di ukur. Jika pandangan mata
tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut
kesalahan paralaks.

b. Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama sedangkan
skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau vernier.
Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre Vernier,
seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis.
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm.
Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi
dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama
adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm
atau 0,01 cm.
Jangka sorong tepat digunakan
untuk mengukur diameter luar, diameter
dalam, kedalaman tabung, dan panjang
benda sampai nilai 10 cm. Untuk lebih
memahami tentang tentang jangka
sorong, perhatikan Gambar 1.2.

Cara menentukan panjang benda dengan jangka sorong yatiu:


1. Melihat garis terakhir pada skala utama yang dilalui ujung benda
2. Mencari garis pada skala nonius yag segaris dengan garis pada skala utama
3. Menjumlahkan nilai skala utama dan nilai skala nonius yang diperoleh

Contoh Soal 1.4


Pengukuran menggunakan jangka sorong diperoleh hasil sebagai berikut:

Hitunglah hasil pengukurannya berdasarkan gambar di atas!


Penyelesaian:
Pada skala utama menunjukkan = 58 mm
Pada skala nonius menunjukkan = 5 x 0,1 mm = 0,5 mm
Hasil pengukuran = (58 + 0,5) mm = 58,5 mm = 5,85 cm
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal benda-benda tipis
dan mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan
diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan
poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama,
sedang kan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan skala nonius.
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan

skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai
nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat
ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01
mm. Perhatikan gambar berikut!

Contoh Soal 1.5


Hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup pada skala utama menunjukkan angka
4,5 mm dan skala putar menunjuk angka 25. Berapakah hasil pengukurannya?
Penyelesaian:
Bagian skala utama menunjukkan = 4,5 mm
Bagian skala nonius menunjukkan = 25 x 0,01 mm = 0,25 mm
Hasil pengukuran = 4,75 mm atau 0,475 cm

2. Alat Ukur Besaran Massa


Besaran massa diukur menggunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi beberapa
jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, neraca lengan gantung, dan
neraca digital.

a. Neraca Analitis Dua Lengan


Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda,
misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain. Batas
ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram.
b. Neraca Ohauss
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda
atau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban
yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah
311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.
c. Neraca Lengan Gantung
Neraca ini berguna untuk menentukan massa
benda, yang cara kerjanya dengan menggeser beban
pemberat di sepanjang batang.
d. Neraca Digital
Neraca digital (neraca elektronik) di dalam
penggunaanya sangat praktis, karena besar massa benda
yang diukur langsung ditunjuk dan terbaca pada Gambar 1.4 Jenis-
jenis neraca untuk
layarnya. Ketelitian neraca digital ini sampai dengan mengukur besaran
0,001 gram. massa

Jenis neraca yang umum ada di sekolah kalian adalah neraca Ohauss atau neraca
tiga lengan.Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan
sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling belakang
memuat angka ratusan. Cara menimbang dengan menggunakan neraca tiga lengan adalah
sebagai berikut.
a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan
depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada angka nol!
b. Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!
c. Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!
d. Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan, puluhan,
dan satuan sehingga tercapai keadaan setimbang!
e. Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk
ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan!

3. Alat Ukur Besaran Waktu


Waktu merupakan besaran yang menunjukkanlamanya
suatu peristiwa berlangsung.Dalam setiap aktivitas, kita selalu
menggunakan waktu. Contohnya proses belajar mengajar
fisika, waktunya 90 menit. Istirahat sekolah 30 menit.
Batasan-batasan waktu ini biasanya digunakan jam biasa.
Bagaimana jika batasan waktunya singkat (dalam detik)
seperti mengukur periode ayunan? Untuk kejadian ini dapat
digunakan pengukur waktu yang dapat dikendalikan yaitu stop
watch. Perhatikan Gambar 1.5! Ada beberapa jenis stopwatch, ada yang manual dan ada
yang digital. Hasil pembacaan stop watch digital dapat langsungterbaca nilainya. Untuk
stop watch yang menggunakanjarum, maka pembacanya sesuai dengan
penunjukkanjarum.

D. ANGKA PENTING
Pernahkah kalian melakukan kegiatan pengambilandata? Proses pengukuran hingga
memperolehdata hasil pengukuran itulah yang dinamakan pengambilandata. Apakah hasil
pengukuran dapat memperolehnilai yang tepat? Proses pengukuran banyakterjadi kesalahan.
Kesalahan bisa terjadi dari orangyang mengukur, alat ukur atau lingkungannya.
Untukmemuat semua keadaan itu maka pada hasil pengukurandikenal ada angka pasti dan
angka taksiran.Gabungan kedua angka itu disebut angka penting.
Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka pasti dan angka taksiran. Nilai setiap hasil pengukuran merupakan angka penting.
Seperti keterangan di atas angka penting terdiri dari dua bagian. Pertama angka pasti yaitu
angka yang ditunjukkan pada skala alat ukur dengan nilai yang ada. Kedua angka taksiran
yaitu angka hasil pengukuran yang diperoleh dengan memperkirakan nilainya. Nilai ini
muncul karena yang terukur terletak diantara skala terkecil alat ukur.Dalam setiap
pengukuran hanya diperbolehkan memberikan satu angka taksiran.

Aturan penulisan angka penting:


1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol ialah angka penting. (Contoh:
40,06 cm mempunyai empat angka penting)
3. Angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting.
(Contoh: 450 kg mempunyai tiga angka penting)
4. Angka nol di sebelah kiri atau kanan decimal bukan angka penting. (Contoh: 0,035 m
mempunyai dua angka penting)
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penentuan bilangan nol sebagai angka penting, yaitu
antara angka nol pada akhir bilangan dan angka nol di sebelah kiri angka bukan nol,
digunakan notasi bilangan sepuluh berpangkat. Misalnya nilai 300 (tiga angka penting)
ditulis 3 x 102 dan nilai 0,650 (tiga angka penting) ditulis 650 x 10-3
5. Penulisan angka penting dengan notasi garis bawah. Angka penting terakhir yang ditaksir
nilainya seringkali ditulis dengan garis bawah. Misalnya 146 kg dan 56,7 m yang
masing-masing mempunyai tiga angka penting.

a. Aturan Pembulatan
Misalkan dalam suatu perhitungan kalian memperoleh angka 57,48643. Nilai ini
memiliki lima angka di belakang desimal, sedangkan kalian hanya memerlukan dua
angka saja. Selain itu sangatlah penting untuk memakai hanya angka-angka penting.
Untuk itu, beberapa angka harus dihilangkan. Ketika menghilangkan angka tertentu, nilai
dari angka terakhir yang akan dipertahankan harus dibulatkan. Proses inilah yang disebut
pembulatan bilangan. Pembulatan ini harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan
sebagai berikut.
1. Angka yang lebih kecil dari 5 dibulatkan ke bawah dan semua angka di sebelah
kanannya dihilangkan 65,6436 dibulatkan menjadi 65,64 (angka 3 dibulatkan ke
bawah dan angka 6 dihilangkan)
2. Angka yang lebih besar dari 5 dibulatkan ke atas dan semua angka di sebelah
kanannya dihilangkan. 65,6496 dibulatka menjadi 65,65 (angka 9 dibulatkan ke atas
dan angka 6 dihilangkan)
3. Angka tepat 5 dibulatkan ke bawah bila angka sebelumnya genap dan dibulatkan ke
atas bila angka sebelumnya ganjil.
65,665 dibulatkan menjadi 65,66 (angka 5 dibulatkan ke bawah)
65,675 dibulatkan menjadi 65,68 (angka 5 dbulatkan ke atas)

b. Operasi Angka Penting


Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan yang memperhatikan
aturan angka penting hanya boleh mempunyai satu angka taksiran atau angka yang
diragukan. Banyaknya angka penting pada hasil penjumlahan dan pengurangan
ditentukan oleh bilangan dengan angka yang paling sedikit di belakang koma. Untuk
lebih memahami aturan ini, kalian dapat mempelajari contoh soal berikut.

Contoh Soal 1.6


a. Jumlahkan 1,83 kg dan 7,134 kg.
b. Kurangkan 7,386 dan 4,14 kg.
Penyelesaian:
a. 1,8 3 (angka 3 adalah angka taksiran)
7,13 4 +¿ ¿ (angka 4 adalah angka taksiran)
8,9 64 (angka 6 dan 4 adalah angka taksiran)
Hasilnya ditulis 8,96 karena hanya boleh satu angka taksiran, yaitu angka 6.
b. 7,38 6 (angka 6 adalah angka taksiran)
4,1 4−¿ ¿ (angka 4 adalah angka taksiran)
3,2 46 (angka 4 dan 6 adalah angka taksiran)
Hasilnya ditulis 3,25 karena hanya boleh satu angka taksiran, yaitu angka 5).

Bagaimana aturan untuk operasi kali dan bagi? Hasil operasi perkalian dan
pembagian bilangan dengan memperhatikan aturan angka penting akan menghasilkan
bilangan dengan angka penting yang sama banyaknya dengan bilangan yang mempunyai
angka penting paling sedikit. Coba perhatikan contoh soal berikut ini.

Contoh Soal 1.7


a. Berapakah hasil operasi perkalian bilangan 2,47 cm dan 1,4 cm?
b. Berapakah hasil operasi pembagian bilangan 2,45 cm dan 1,4 cm?
Penyelesaian:
a. 2,4 7 (tiga angka penting dan 7 adalah angka taksiran)
1,4 x (dua angka penting dan 4 adalah angka taksiran)
0 , 988
2,4 7+ ¿ ¿
3 , 458 (angka 4 adalah angka taksiran)
Hasil operasi perkalian ini dibulatkan sampai dua angka penting, yaitu 3,5 agar sama
banyak dengan angka penting bilangan kedua.
b. 2,4 5 (tiga angka penting dan 5 adalah angka taksiran)
1,4: (dua angka penting dan 4 adalah angka taksiran)
1 ,75 (angka 7 adalah angka taksiran)
Hasil operasi pembagian ini dibulatkan sampai pada dua angka penting, yaitu 1,8
agar sama banyak dengan angka penting bilangan kedua.

Hasil perkalian dan pembagian antara bilangan dengan angka penting tertentu dan
bilangan pasti akan menghasilkan bilangan dengan jumlah angka penting yang sama
dengan bilangan yang dikalikan atau dibagi tersebut.

Contoh Soal 1.8


Lima buah penghapus mempunyai panjang yang sama, yaitu 5,10 cm. Berapakah
panjang totalnya?
Penyelesaian:
Panjang total penghapus adalah
5,10 cm (tiga angka penting)
5x (angka pasti)
25,50=25,5 (tiga angka penting)

Hasil memangkatkan suatu bilangan penting memiliki banyak angka penting


yang sama dengan bilangan penting yang dipangkatkan. Misalnya: (2,5 m)3 = 15,625 m3
= 16 m3 (dua angka penting).
Hasil menarik akar suatu bilangan penting memiliki banyak angka penting yang
sama dengan bilangan penting yang ditarik akarnya. Misalnya: √ 2,25 m2 =1,50 m (tiga
angka penting)
Bilangan π biasa digunakan untuk menghitung keliling atau luas sebuah
lingkaran. Banyak angka penting pada bilangan π bergantung pada banyak angka penting
jari-jari. Misalnya, keliling lingkaran yang berjari-jari 4 cm adalah:
K=2 πr ⟺ K =2 x 3 x 4 cm=24 cm.

E. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
Dalam fisika, hasil pengukuran sangat penting karena mempengaruhi suatu hipotesa
atau teori dari suatu penelitian yang bertahun-tahun dilakukan. Oleh karena itu, ketepatan
atau akurasi pengukuran sangat diperhatikan. Bagaimana memperoleh ketepatan dalam
pengukuran? Kalian harus memilih alat ukur yang tepat, merangkaikan alat ukur dengan
benda yang diukur dengan benar, dan mengikuti langkah pengukuran dengan benar serta
membaca skala alat secara tepat.
Walaupun demikian, kita sebagai makhluk Tuhan tidak lepas dari kesalahan. Dalam
pengukuran pun, kita dapat melakukan kesalahan secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal
yang penting adalah mengetahui kesalahan tersebut dan berusaha mengatasinya.

1. Kesalahan Pengukuran
Pada saat melakukan pengukuran, ada tiga kesalahan yang mungkin terjadi, yaitu:
a. Kesalahan personal
Kesalahan personal atau kesalahan umum terjadi akibat kesalahan prosedur
pengukuran atau peralatan yang digunakan mengalami gangguan. Misalnya kurang
terampil memakai alat ukur, keliru membaca skala yang kecil pada alat, atau
kesalahan pada alat karena rusak dan sebagainya.
b. Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Kesalahan kalibrasi, misalnya pada saat mengukur arus listrik, jarum penunjuk
alat tidak menunjukkan angka nol ketika arus tidak mengalir.
2. Kesalahan percobaan, yang terjadi apabila alat sudah dikalibrasi pada rentang
ukur tertentu, tetapi digunakan pada daerah kerja yag lain. Posisi pengukuran
yang tidak tepat dapat juga menyebabkan kesalahan meskipun alat sudah
terkalibrasi dengan baik.
3. Kesalahan paralaks, yaitu kesalahan arah pandang saat membaca skala alat ukur.
4. Kesalaha akibat pengaruh lingkungan, misalnya cahaya penerangan yang tidak
cukup. Lingkungan kotor dan berdebu dapat mempengaruhi sensor alat ukur atau
permukaan benda yang diukur, perubahan suhu atau kelembaban, dan medan
magnetic.
c. Kesalahan acak
Kesalahan acak terjadi karena beberapa factor yang mengakibatkan adanya
fluktuasi nilai pengukuran. Berikut beberapa factor penyebab kesalahan acak
tersebut.
1. Kesalahan penaksiran, yaitu penaksiran yang dilakukan oleh seorang pengukur
berbeda dengan pengukur lainnya.
2. Kesalahan akibat keadaan berfluktuasi, contohnya perubahan acak tegangan
listrik yang digunakan terhadap waktu
3. Kesalahan akibat pengaruh lingkungan, contohnya getaran dari mesin yang
berada di dekat pengukuran menyebabkan data yang diperoleh mempunyai
kesalahan acak.
4. Kesalahan akibat pengaruh benda yang diukur, misalnya permukaan benda yang
tidak halus.

2. Ketidakpastian Hasil Pengukuran


a. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya dilakukan satu kali saja.
Meskipun hasil pengukuran tunggal kurang dipercaya kebenarannya, tetapi
kadangkala terpaksa dilakukan. Misalnya, ketika seseorang diminta mengukur
kecepatan mobil yang melintas di jalan raya. Pada kasus ini pengukuran tunggal
dilakukan karena kalian tidak mungkin menyuruh pengemudi mobil terssebut untuk
kembali melintas di hadapan kalian. Jika kalian ingin mengukur tebal buku dan alat
ukur yang tersedia hanya mistar, hasil pengukuran tunggal dan pengukuran berulang
akan memberikan hasil yang sama karena alat ukur yang digunakan memiliki
ketelitian rendah.
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian didasarkan pada skala terkecil alat
ukur yang digunakan. Misalkan tebal balok 3,8 cm dan jika skala terkecil alat ukur
adalah 1 mm, ketidakpastiannya 0,5 mm atau 0,05 cm. harga x yang pasti tidak
diketahui, tetapi setelah diukur satu kali, harga x berada antara 3,75 cm dan 3,85 cm.
ditinjau dari ilmu statistik hasil pengukuran ini dijamin 100% berada antara 3,75 cm
dan 3,85 cm.
Skema pada 1.6 menyatakan bahwa x pasti berada dalam selang waktu
(x−∆ x ) dan (x +∆ x ) dan mempunyai peluang
yang sama untuk memiliki salah satu nilai 100 %
diantara keduanya. Jadi, untuk pengukuran
tunggal, hasilnya dilaporkan dalam bentuk
x ± ∆ x di mana x = hasil pengukuran dan ∆ x =
Gambar 1.6 hasil pengukuran
ketidakpastian mutlak berupa ½ skala terkecil
alat. Keadaan ini berlaku untuk semua alat ukur, misalnya alat ukur panjang dan alat
ukur arus.

b. Pengukuran Berulang
Misalkan seseorang mengukur panjang sebuah penghapus denga mistar. Pada
pengukuran pertama diperoleh nilai 5,1 cm sehingga hasil pengukurannya 5,10 ±
0,05 cm. Pengukuran diulang dan diperoleh hasil 5,20 sehingga muncul rasa ragu
dalam hati si pengukur. Hasil pengukuran mana yang benar? Ia memutuskan untuk
mengulangi pengukuran dan hasilnya kembali 5,20 cm. setelah melihat ketiga data
yang diperoleh, sangat beralasan jika si pengukur menuliskan panjang penghapus
5,20 cm. Akan tetapi, jika si pengukur mengulangi pengukurannya dan dperoleh
hasil: 5,10, 5,10, 5,0, 5,10, dan 5,10 maka si pengukur akan kembali menyatakan
bahwa panjang penghapus adalah 5,10 cm.
Hasil pengukuran berulang dapat diwakili oleh harga rata-ratanya disertai
ketidakpastian atau harga rata-rata ditentukan dengan persamaan berikut.
x 1+ x 2 + x 2+ … … … … …+ x n ∑ x i
x= =
n n
dan ketidakpastian hasil pengukuran berulang dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan di atas sehingga diperoleh


1 n ∑ x i −( ∑ xi )
2 2

∆ x=
n n−1

Jadi, hasil pengukuran berulang dapat dituliskan sebagai


x=x ± ∆ x
Ketidakpastian (∆ x ) pada pengukuran berulang atau pengukuran tunggal
disebut juga ketidakpastian mutlak atau absolut. Ketidakpastian mutlak merupakan
ketidakpastian terbesar yang dapat timbul dalam pengukuran. Semakin kecil
ketidakpastian mutlak, semakin tepat pengukuran. Selain menggunakan
ketidakpastian mutlak, kesalahan pengukuran juga dapat dinyatakan dengan
ketidakpastian relatif yang berhubungan denga ketelitian pengukuran.
∆x
ketidakpastian relatif = x 100 %
x
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X. Jakarta: Ganeca
Tim Penyusun. 2002. PR Fisika Kelas 1 SMU 1a. Klaten: Intan Pariwara
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Handayani, Sri & Damari, Ari. Fisika 1 : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Nurachmandani, Setya. 2009.Fisika 1 : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan

Anda mungkin juga menyukai