PENGUKURAN
Dalam belajar fisika kalianakan selalu berhubungan dengan pengukuran, besaran dan
satuan. Sudah tahukah kaliandengan apa yang dinamakan pengukuran, besaran dan satuan itu?
Pada bab pertama fisika inilah kaliandapat belajar banyak tentang pengertian-pengertian tersebut
dan harus dapat memanfaatkannya pada setiap belajar fisika.
Pengukuran merupakan proses mengukur. Sedangkan mengukur didefinisikan sebagai
kegiatan untuk membandingkan suatu besaran dengan besaran standar yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu. Dari pengertian ini dapat diturunkan pengertian berikutnya yaitu besaran dan
satuan. Besaran didefinisikan sebagai segala sesuatu yang didapat dari hasil pengukuran yang
dinyatakan dalam bentuk angka. Sedangkan satuan adalah segala sesuatu yang menunjukkan
banyaknya hasil pengukuran yang diperoleh.
Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa pengukuran, besaran dan satuan memiliki
hubungan yang erat. Ketiganya selalu berkaitan. Pengukuran merupakan kegiatan atau
aktivitasnya, besaran merupakan pokok permasalahan yang diukur sedangkan satuan merupakan
pembanding (pengukurnya). Sebagai contoh Anita mengukur panjang celana. Besaran yang
diukur adalah panjang dan satuan yang digunakan misalnya meter.
Contoh lain aktivitas pengukuran ini dapat kalianlihat pada Gambar 1.1(a). Seorang
petani jeruk sedang mengukur isi keranjang dengan jeruk. Misalkan keranjang tersebut memuat
100 jeruk. Berarti besarnya adalah isi keranjang sedangkan satuannya adalah jeruk. Contoh lain
yang memperlihatkan adanya aktivitas mengukur dapat kalianlihat aktivitas penjual dan pembeli
di pasar seperti pada Gambar 1.1(b).
(a) (b)
Dalam bidang fisika dan terapannya dikenal banyak sekali besaran dan satuannya.
Misalnya panjang satuannya meter, massa satuannya kg, berat satuannya newton, kecepatan
satuannya m/s dan kuat arus satuannya ampere. Pelajarilah lebih jauh tentang pengukuran,
besaran dan satuan ini pada bab berikut.
A. BESARAN DAN SATUAN
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil
konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan
satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Selain
itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran
skalar dan besaran vektor (akandibahas khusus pada bab berikutnya).
1. Besaran Pokok
Besaran pokokadalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu.
Satuan besaran-besaran itu telah ditentukan sebagai acuan dari satuan besaranbesaran
lain. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang
lain. Pada Tabel 1.1 berikut, disajikan besaran pokok yang telah disepakati oleh para
ilmuwan.
2. Besaran Turunan
Besaran turunanadalah besaran yang satuannya ditentukan dari penurunan satuan
besaran-besaran pokok penyusunnya. Sudah tahukah kalian, ada berapa banyak besaran
turunan? Jika kalianhitung maka jumlah besaran turunan akan terus berkembang
sehingga jumlahnya cukup banyak. Semua besaran selain tujuh besaran pokok tersebut
termasuk besaran turunan. Berikut merupakan beberapa contoh besaran turunan beserta
satuannya.
Tabel 1.2 Contoh Beberapa Besaran Turunan dan Satuannya
Nama Besaran Lambang Besaran
No. Satuan Turunan
Turunan Turunan
1. Luas A m2
2. Kecepatan v ms-1
3. Percepatan a ms-2
4. Gaya F kg ms-2
5. Tekanan P kg m-1 s-2
6. Usaha W kg m2 s-2
B. DIMENSI
a. Definisi
Setiap besaran fiska hanya mempunyai satu dimensi. Misalnya dimensi untuk
besaran panjang adalah [L]. Panjang, lebar, tinggi, dan diameter merupakan besaran yang
sama, yaitu besaran panjang. Dimensi untuk besaran pokok yang lain, dapat kalianlihat
pada Tabel 1.3. Selanjutnya, dimensi untuk besaran turunan disusun berdasarkan dimensi
besaran pokoknya. Berdasarkan kenyataan ini, dimensi dapat diartikan sebagai cara
untuk menyusun suatu besaran berdasarkan besaran-besaran pokoknya.
Cara penulisan dimensi adalah dengan lambang huruf tertentu yang ditulis dalam
huruf besar dan diberi kurung persegi dan juga dinyatakan dengan lambing berpangkat
positif atau negatif. Akan tetapi, untuk kemudahan dalam pemakaiannya kaliansering
menemukan lambang dimensi tanpa kurung persegi. Untuk lebih memahami cara
penulisan dan penurunan dimensi besaran, contoh berikut dapat membantumu.
Contoh Soal 1.1
Tentukan dimensi besaran-besaran berikut:
a. volume
b. massa jenis, dan
c. kecepatan
Penyelesaian
a. volume = panjang x lebar x tinggi
= [L] x [L] x [L] = [L]3
c. kecepatan = perpindahan/waktu
= [L]/[T] = [L][T]-1
b. Manfaat dimensi
Setelah mengetahui arti dimensi suatu besaran fisika, tahukahkalian
kegunaannya? Beberapa kegunaan dimensi adalah dapat menguji kesetaraan dua besaran
fisis, menentukan kebenaran suatu persamaan, dan menurunkan persamaan suatu besaran
fisis dari berbagai besaran fisis lainnya. Contoh pemanfaatannya dapat dilihat pada
contoh soal 1.2 berikut ini.
Usaha, W = Fs
Dimana F = gaya dengan dimensi[M][L]2[T]-2, s = perpindahan dengan dimensi [L]
Sehingga diperoleh W = [M][L]2[T]-2
Jadi, energi kinetik dan usaha adalah besaran yang setara karena dimensinya sama.
c. Analisis Dimensi
Kalian telah mengetahui bahwa salah satu manfaat dimensi ialah menentukan
kesetaraan suatu besaran fisika dengan besaran-besaran lainnya. Sekarang bagaimana
caranya menurunkan satuan persamaan dari besaran-besaran yang terkait? Di sinilah
digunakan cara analisis dimensi. Untuk memahami prosesnya, perhatikan contoh soal 1.3
berikut.
C. ALAT UKUR
Alat ukur besaran-besaran fisika sangat banyak tetapi di kelas X SMA ini dikenalkan
tiga alat ukur besaran pokok yaitu panjang, massa dan waktu. Beberapa alat ukur besaran
tersebut dapat dicermati seperti berikut.
1. Alat Ukur Besaran Panjang
Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat
ukur panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda sehingga kalian harus
bisa memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang
kurang tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.
a. Mistar
Alat ukur panjang yang sering
kalian gunakan adalah mistar atau
penggaris. Pada umumnya, mistar
memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1
cm. Mistar mempunyai ketelitian
pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar
setengah dari skala terkecil yang
dimiliki oleh mistar. Pengukuran dengan mistar dilakukan dengan cara menempelkan
mistar pada benda yang akan diukur. Panjang benda dibaca langsung pada skala yang
ada pada mistar. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah
pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah pandangan harus
tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang di ukur. Jika pandangan mata
tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut
kesalahan paralaks.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama sedangkan
skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau vernier.
Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre Vernier,
seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis.
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm.
Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi
dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama
adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm
atau 0,01 cm.
Jangka sorong tepat digunakan
untuk mengukur diameter luar, diameter
dalam, kedalaman tabung, dan panjang
benda sampai nilai 10 cm. Untuk lebih
memahami tentang tentang jangka
sorong, perhatikan Gambar 1.2.
skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai
nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat
ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01
mm. Perhatikan gambar berikut!
Jenis neraca yang umum ada di sekolah kalian adalah neraca Ohauss atau neraca
tiga lengan.Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan
sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling belakang
memuat angka ratusan. Cara menimbang dengan menggunakan neraca tiga lengan adalah
sebagai berikut.
a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan
depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada angka nol!
b. Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!
c. Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!
d. Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan, puluhan,
dan satuan sehingga tercapai keadaan setimbang!
e. Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk
ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan!
D. ANGKA PENTING
Pernahkah kalian melakukan kegiatan pengambilandata? Proses pengukuran hingga
memperolehdata hasil pengukuran itulah yang dinamakan pengambilandata. Apakah hasil
pengukuran dapat memperolehnilai yang tepat? Proses pengukuran banyakterjadi kesalahan.
Kesalahan bisa terjadi dari orangyang mengukur, alat ukur atau lingkungannya.
Untukmemuat semua keadaan itu maka pada hasil pengukurandikenal ada angka pasti dan
angka taksiran.Gabungan kedua angka itu disebut angka penting.
Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka pasti dan angka taksiran. Nilai setiap hasil pengukuran merupakan angka penting.
Seperti keterangan di atas angka penting terdiri dari dua bagian. Pertama angka pasti yaitu
angka yang ditunjukkan pada skala alat ukur dengan nilai yang ada. Kedua angka taksiran
yaitu angka hasil pengukuran yang diperoleh dengan memperkirakan nilainya. Nilai ini
muncul karena yang terukur terletak diantara skala terkecil alat ukur.Dalam setiap
pengukuran hanya diperbolehkan memberikan satu angka taksiran.
a. Aturan Pembulatan
Misalkan dalam suatu perhitungan kalian memperoleh angka 57,48643. Nilai ini
memiliki lima angka di belakang desimal, sedangkan kalian hanya memerlukan dua
angka saja. Selain itu sangatlah penting untuk memakai hanya angka-angka penting.
Untuk itu, beberapa angka harus dihilangkan. Ketika menghilangkan angka tertentu, nilai
dari angka terakhir yang akan dipertahankan harus dibulatkan. Proses inilah yang disebut
pembulatan bilangan. Pembulatan ini harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan
sebagai berikut.
1. Angka yang lebih kecil dari 5 dibulatkan ke bawah dan semua angka di sebelah
kanannya dihilangkan 65,6436 dibulatkan menjadi 65,64 (angka 3 dibulatkan ke
bawah dan angka 6 dihilangkan)
2. Angka yang lebih besar dari 5 dibulatkan ke atas dan semua angka di sebelah
kanannya dihilangkan. 65,6496 dibulatka menjadi 65,65 (angka 9 dibulatkan ke atas
dan angka 6 dihilangkan)
3. Angka tepat 5 dibulatkan ke bawah bila angka sebelumnya genap dan dibulatkan ke
atas bila angka sebelumnya ganjil.
65,665 dibulatkan menjadi 65,66 (angka 5 dibulatkan ke bawah)
65,675 dibulatkan menjadi 65,68 (angka 5 dbulatkan ke atas)
Bagaimana aturan untuk operasi kali dan bagi? Hasil operasi perkalian dan
pembagian bilangan dengan memperhatikan aturan angka penting akan menghasilkan
bilangan dengan angka penting yang sama banyaknya dengan bilangan yang mempunyai
angka penting paling sedikit. Coba perhatikan contoh soal berikut ini.
Hasil perkalian dan pembagian antara bilangan dengan angka penting tertentu dan
bilangan pasti akan menghasilkan bilangan dengan jumlah angka penting yang sama
dengan bilangan yang dikalikan atau dibagi tersebut.
E. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
Dalam fisika, hasil pengukuran sangat penting karena mempengaruhi suatu hipotesa
atau teori dari suatu penelitian yang bertahun-tahun dilakukan. Oleh karena itu, ketepatan
atau akurasi pengukuran sangat diperhatikan. Bagaimana memperoleh ketepatan dalam
pengukuran? Kalian harus memilih alat ukur yang tepat, merangkaikan alat ukur dengan
benda yang diukur dengan benar, dan mengikuti langkah pengukuran dengan benar serta
membaca skala alat secara tepat.
Walaupun demikian, kita sebagai makhluk Tuhan tidak lepas dari kesalahan. Dalam
pengukuran pun, kita dapat melakukan kesalahan secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal
yang penting adalah mengetahui kesalahan tersebut dan berusaha mengatasinya.
1. Kesalahan Pengukuran
Pada saat melakukan pengukuran, ada tiga kesalahan yang mungkin terjadi, yaitu:
a. Kesalahan personal
Kesalahan personal atau kesalahan umum terjadi akibat kesalahan prosedur
pengukuran atau peralatan yang digunakan mengalami gangguan. Misalnya kurang
terampil memakai alat ukur, keliru membaca skala yang kecil pada alat, atau
kesalahan pada alat karena rusak dan sebagainya.
b. Kesalahan sistematis
Kesalahan sistematis dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Kesalahan kalibrasi, misalnya pada saat mengukur arus listrik, jarum penunjuk
alat tidak menunjukkan angka nol ketika arus tidak mengalir.
2. Kesalahan percobaan, yang terjadi apabila alat sudah dikalibrasi pada rentang
ukur tertentu, tetapi digunakan pada daerah kerja yag lain. Posisi pengukuran
yang tidak tepat dapat juga menyebabkan kesalahan meskipun alat sudah
terkalibrasi dengan baik.
3. Kesalahan paralaks, yaitu kesalahan arah pandang saat membaca skala alat ukur.
4. Kesalaha akibat pengaruh lingkungan, misalnya cahaya penerangan yang tidak
cukup. Lingkungan kotor dan berdebu dapat mempengaruhi sensor alat ukur atau
permukaan benda yang diukur, perubahan suhu atau kelembaban, dan medan
magnetic.
c. Kesalahan acak
Kesalahan acak terjadi karena beberapa factor yang mengakibatkan adanya
fluktuasi nilai pengukuran. Berikut beberapa factor penyebab kesalahan acak
tersebut.
1. Kesalahan penaksiran, yaitu penaksiran yang dilakukan oleh seorang pengukur
berbeda dengan pengukur lainnya.
2. Kesalahan akibat keadaan berfluktuasi, contohnya perubahan acak tegangan
listrik yang digunakan terhadap waktu
3. Kesalahan akibat pengaruh lingkungan, contohnya getaran dari mesin yang
berada di dekat pengukuran menyebabkan data yang diperoleh mempunyai
kesalahan acak.
4. Kesalahan akibat pengaruh benda yang diukur, misalnya permukaan benda yang
tidak halus.
b. Pengukuran Berulang
Misalkan seseorang mengukur panjang sebuah penghapus denga mistar. Pada
pengukuran pertama diperoleh nilai 5,1 cm sehingga hasil pengukurannya 5,10 ±
0,05 cm. Pengukuran diulang dan diperoleh hasil 5,20 sehingga muncul rasa ragu
dalam hati si pengukur. Hasil pengukuran mana yang benar? Ia memutuskan untuk
mengulangi pengukuran dan hasilnya kembali 5,20 cm. setelah melihat ketiga data
yang diperoleh, sangat beralasan jika si pengukur menuliskan panjang penghapus
5,20 cm. Akan tetapi, jika si pengukur mengulangi pengukurannya dan dperoleh
hasil: 5,10, 5,10, 5,0, 5,10, dan 5,10 maka si pengukur akan kembali menyatakan
bahwa panjang penghapus adalah 5,10 cm.
Hasil pengukuran berulang dapat diwakili oleh harga rata-ratanya disertai
ketidakpastian atau harga rata-rata ditentukan dengan persamaan berikut.
x 1+ x 2 + x 2+ … … … … …+ x n ∑ x i
x= =
n n
dan ketidakpastian hasil pengukuran berulang dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan di atas sehingga diperoleh
√
1 n ∑ x i −( ∑ xi )
2 2
∆ x=
n n−1
Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X. Jakarta: Ganeca
Tim Penyusun. 2002. PR Fisika Kelas 1 SMU 1a. Klaten: Intan Pariwara
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Handayani, Sri & Damari, Ari. Fisika 1 : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Nurachmandani, Setya. 2009.Fisika 1 : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan