Anda di halaman 1dari 17

Besaran dan Satuan

1. Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, serta
memiliki satuan.
Besaran ada dua jenis, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang tidak berasal dari besaran lain, melainkan besaran yang
menjadi dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Ada 7 macam besaran yang telah
disepakati sebagai berikut:
Satuan Lambang
No. Besaran Pokok
Internasional Satuan
1 Panjang Meter m
2 Massa Kilogram kg
3 Waktu Sekon s
4 Suhu Kelvin K
5 Kuat Arus Ampere A
6 Intensitas cahaya Kandela cd
7 Jumlah Zat Mol mol

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Satuan dari besaran
turunan tergantung pada satuan besaran pokok. Contohnya adalah kecepatan dengan satuannya
m/s yang diturunkan dari besaran panjang/waktu. Lebih jelasnya, berikut contoh besaran
turunan dan satuannya di bawah ini:
Lambang
Besaran Turunan Nama Satuan/ Simbol
Satuan
Luas Meter Persegi (A) M²
Volume Meter Kubik (V) M³
Kecepatan Meter per sekon (v) m/s
Percepatan Meter per sekon kuadrat (α) m/s²
Gaya Newton (N) Kg.m/s²
Tekanan Pascal (Pa) Kg/(m.s²)
Energi dan Usaha Joule (J) Kg.m²/s²
Massa Jenis Kilogram per meter kubik (p) Kg/m³
Daya Watt (W) Kg.m²/s²
Frekuensi Herts (Hz) S²

2. Satuan
Satuan adalah sesuatu yang digunakan untuk menyatakan ukuran besaran. Pengertian
satuan lainnya adalah pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Dalam fisika dikenal 2
sistem satuan internasional, yaitu satuan MKS (meter-kilogram-sekon) dan satuan CGS
(centimeter-gram-sekon). Satuan besaran pokok yang meliputi, meter, kilogram, sekon, kelvin,
ampere, candela, dan mol ditetapkan sebagai sistem Satuan Internasional (SI).
Pengukuran
Pengertian pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan
alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Hasil pengukuran tunggal biasa ditulis sebagai
berikut.

Keterangan:

x = nilai besaran yang diukur;

xo = hasil pengukuran yang terbaca; dan

∆x = ketidakpastian pengukuran = 1/2 skala terkecil alat ukur.

Ketika mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat panjang meja 100 cm,
maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari pengukuran sedangkan cm
adalah satuannya
Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi
alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut
diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.

Berikut ini pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan waktu:

1. Pengukuran panjang
Panjang merupakan salah satu besaran pokok yang dapat diukur menggunakan mistar,
jangka sorong, atau mikrometer sekrup. Berikut ini contoh pengukurannya.
a. Mistar
Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat
mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar.
Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda
sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10
cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan
untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Dengan
demikian, jangka sorong memiliki ketelitian lebih baik daripada mistar.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer
sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan
tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan
yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian lebih baik daripada
dua alat sebelumnya.

2. Pengukuran Massa
Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah
keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur
dengan anak timbangan yang digunakan. Dalam dunia pendidikan sering digunakan
neraca O’Hauss tiga lengan atau dua lengan. Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut
ini.
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut:

Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.


Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

3. Pengukuran Arus Listrik


Alat untuk mengukur arus listrik disebut amperemeter, sedangkan untuk mengukur
tegangan listrik disebut voltmeter.

4. Pengukuran volume benda tak beraturan


Untuk benda yang bentuknya tidak beraturan, kalian bisa menggunakan gelas ukur yang
diisi oleh benda yang akan diukur volumenya. Pertambahan volume pada gelas ukur
menunjukkan volume benda tersebut.

5. Pengukuran waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding, jam
atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat
ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s. Hasil pengukuran waktu
menggunakan stopwatch di atas adalah 2 menit + 12 sekon.
Kinematika
Kinematika adalah mempelajari mengenai gerak benda tanpa memperhitungkan
penyebab terjadi gerakan itu. Benda diasum- sikan sebagai benda titik yaitu ukuran, bentuk,
rotasi dan ge- tarannya diabaikan tetapi massanya tidak.
A. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda titik yang membuat lintasan berbentuk
garis lurus dengan jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu tetap baik besar dan
arahnya.
Secara umum bentuk persamaan untuk gerak lurus beraturan adalah
S(t) = S0 + vst → x(t) = x0 + vxt
Persamaan kecepatan

d→r
t= = v tetap
dt
pada GLB kecepatan rata-rata sama denga kecepatan se- saat vavg = vins

B. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda titik de- ngan lintasan berbentuk
garis lurus dengan jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu tidak sama besar,
sedang- kan arah gerak tetap.
Persamaan untuk GLBB

Pada GLBB ada gerak diperlambat atau dipercepatan. Contoh GLBB dipercepat adalah
gerak jatuh bebas
Gaya dan Hukum Newton
Gaya dalam Fisika adalah interaksi apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda
bermassa mengalami perubahan gerak, baik dalam bentuk arah, maupun konstruksi geometris.
Gaya dapat dikatakan sebagai penyebab perubahan gerak. Gaya adalah besaran vektor. Jika
pada suatu benda bekerja lebih dari sebuah gaya, maka gaya-gaya tersebut dapat dijumlahkan
dengan cara penjumlahan vektor sehingga menghasilkan sebuah resultan gaya. Dalam
menjumlahkan beberapa vektor gaya dapat dipergunakan metode penjumlahan vektor seperti
metode jajaran genjang atau metode uraian.
Satuan gaya dalam sistem internasional (SI) adalah newton (N) dan
dalam satuan cgs adalah dyne, dimana 1 N = 105 dyne. Pemberian nama satuan newton adalah
sebagai penghargaan terhadap Sir Isaac Newton, penemu hukum-hukum alam tentang gerak.
Gaya dapat dibedakan dalam beberapa ragam jenis. Jenis-jenis gaya tersebut adalah
sebagai berikut:
1 Gaya magnet adalah gaya yang diakibatkan oleh magnet. Magnet memiliki dua kutub,
yakni kutub utara dan selatan. Bentuk magnet beragam ada yang berbentuk jarum, ada
juga yang berbentuk huruf U. Lalu berbentuk silinder, lingkaran, dan batang.
2 Gaya listrik adalah gaya yang dihasilkan oleh muatan-muatan listrik untuk menarik
benda-benda di sekitarnya. Untuk melihat adanya gaya listrik statis, bisa dengan
mengosok-gosokan penggaris pada rambut kering. Kemudian dekatkan pada sobekkan
kertas. Maka sobekan kertas akan menempel pada penggaris. Penggaris bisa menarik
potongan kertas dengan gaya listrik statis.
3 Gaya otot adalah gaya yang dihasilkan oleh otot manusia. Gaya ini sering dilakukan
pada saat mengangkat beban. Saat melakukan olahraga, maka otot akan bertambah
besar dan kuat.
4 Gaya gravitasi bumi adalah gaya yang diakibatkan oleh gaya tarik Bumi terhadap segala
benda di permukaan Bumi. Gaya gravitasi menyebabkan kita tetap dapat berdiri di atas
permukaan Bumi dan tidak melayang-layang di udara.
5 Gaya pegas merupakan gaya yang dihasilkan oleh kerja benda elastis. Kekuatan yang
ditimbulkan oleh karet atau pegas yang diregangkan. Contohnya saat bermain panahan,
karet akan mendorong anak panah terlontar dengan cepat dan jauh.
6 Gaya Mesin adalah gaya yang dihasilkan oleh kerja mesin. Gaya mesin membantu kita
beraktivitas, seperti gaya yang dihasilkan oleh kerja mesin motor pada kendaraan kita.
Bedasarkan persentuhan gaya yang bekerja pada suatu benda, gaya dapat dibedakan
menjadi gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh adalah gaya yang memerlukan sentuhan
untuk bisa timbul (contoh: gaya gesek, gaya pegas, dan gaya mesin). Gaya tak sentuh adalah
gaya yang tidak memerlukan sentuhan untuk bisa timbul (contoh: gaya magnet, gaya listrik
dan gaya gravitasi bumi).
Hukum-Hukum Newton
Hubungan antara gaya dan perubahan kecepatan telah diselediki oleh seorang fisikawan
besar yang berasal dari Inggris yaitu Sir Isaac Newton (1642-1727). Penyelidikan Newton
didasarkan pada hasil eksperimen Galileo Galilei (1564-1642) yang menghasilkan konsep
percepatan. Newton mendapatkan hubungan antara percepatan dengan pengaruh luar yang
dikenal sebagai gaya, dan menemukan adanya empat hukum alam yang mendasari gerak benda.
Keempat hukum tersebut kemudian oleh para fisikawan diberi nama Hukum-Hukum Newton.
Pernyataan dari hukum-hukum Newton dapat dituliskan sebagai berikut:
Hukum Newton I:
Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada suatu benda maka benda akan diam atau
bergerak lurus beraturan.
Hukum Newton II:
Percepatan yang ditimbulkan oleh suatu gaya besarnya sebanding dengan besarnya
gaya tersebut, dan arahnya searah dengan arah gaya.
Secara matematis hukum Newton II dinyatakan dalam persamaan: F=ma
dengan m adalah massa benda yang merupakan sifat inersial (lembam)
dari benda.
Hukum Newton I dapat diturunkan dari Hukum Newton II, yaitu jika F=0 maka a=0,
artinya benda dalam keadaan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Dalam keadaan ini
benda dikatakan setimbang.
Hukum Newton III:
Jika sebuah benda mengerjakan gaya pada benda lain maka benda kedua juga akan
melakukan gaya terhadap benda pertama. Dalam keadaan setimbang gaya aksi-reaksi ini
sama besar, hanya arahnya berlawanan.
Hukum Newton III dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan, F aksi = -F reaksi.
Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana yaitu berbagai peralatan yang bisa memudahkan manusia untuk
menyelesaikan pekerjaannya.
Berbagai iastilah yang harus diketahui mengenai pesawat sederhana:
1 Titik kuasa merupakan tempat dimana gaya kuasa itu diberikan
2 Titik beban merupakan tempat dimana meletakkan benda
3 Titik tumpu merupakan titik yang nantinya akan menjadi tumpuan untuk beban dan
memiliki sifat tetap.
Pesawat sederhana dibagi menjadi 3 yaitu pengungkit, bidang miring, dan katrol. Berikut
uraiannya:
1. Pengungkit
Pengungkit adalah pesawat sederhana berupa batang keras yang dapat berotasi suatu
titik tumpu. Prinsip kerja pengungkit adalah dengan gaya kecil, beban berat mampu
dipindahkan.
Gaya bisa diperkecil dengan cara memperpendek lengan beban. Jika lengan bebannya
pendek, maka lengan kuasanya akan semakin panjang. Semakin panjang lengan kuasa,
semakin kecil gaya yang dibutuhkan. Secara matematis, hubungan antara F, w, Lk, Lb
dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

F = gaya kuasa (N);

w = beban (N);

Lk = lengan kuasa (m); dan

Lb = lengan beban (m).

Berdasarkan posisi titik tumpu, titik beban, dan titik kuasanya, pengungkit dibedakan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Pengungkit jenis 1 adalah pengungkit yang titik tumpunya berada di antara titik
beban dan titik kuasa. Jenis ini merupakan bentuk dasar dari suatu pengungkit.
Contoh pengungkit jenis 1 adalah jungkat-jungkit, gunting, tang, palu, linggis, dan
sebagainya.
b. Pengungkit jenis 2 yaitu Suatu pengungkit dikatakan berjenis 2 jika titik bebannya
berada di antara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh pengungkit jenis 2 adalah
gerobak dorong, pembuka tutup botol, pemecah kemiri, dan sebagainya.
c. Pengungkit jenis 3 adalah pengungkit yang memiliki titik kuasa di antara titik
beban dan titik tumpu. Contoh pengungkit jenis 3 adalah pinset, alat pancing,
stapler, lengan saat memegang benda, dan sebagainya.

Saat menggunakan pengungkit, akan didapat suatu keuntungan. Keuntungan itu


disebut sebagai keuntungan mekanis. Secara matematis, keuntungan mekanisnya
dirumuskan sebagai berikut.

Dengan KM = keuntungan mekanis.

2. Bidang Miring
Bidang miring adalah pesawat sederhana yang berupa papan/ bidang yang dibuat
miring. Hal itu bertujuan untuk memperkecil usaha saat memindahkan beban yang
berat. Semakin landai bidang miring, gaya yang diberikan semakin kecil. Sebaliknya,
semakin curam bidang miring, gayanya semakin besar.

Keterangan:

F = gaya (N);

w = beban (N);

h = tinggi papan (m); dam

s = panjang papan (m).

Secara matematis, hubungan antara F, w, h, dan s dirumuskan sebagai berikut.

Contoh peralatan yang memanfaatkan prinsip bidang miring adalah tangga yang
dibuat berkelok-kelok, pisau, kapak, sekrup, dan sebagainya.
3. Katrol
Katrol adalah pesawat sederhana berupa roda beralur yang dikelilingi oleh tali. Prinsip
kerja katrol adalah mengubah arah kerja gaya sehingga beban bisa terangkat dengan
mudah. Katrol memiliki kesamaan dengan pengungkit, yaitu terdiri dari titik tumpu,
titik kuasa, dan titik beban. Secara umum, katrol dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut.
a. Katrol tetap
Katrol tetap adalah katrol yang posisinya selalu tetap saat
digunakan. Contoh katrol tetap bisa kamu lihat di gambar
berikut.
Berdasarkan gambar di samping, O berperan sebagai titik
tumpu, B sebagai titik beban, dan A sebagai titik kuasa.
Dengan demikian, OB = lengan beban dan OA = lengan
kuasa. Katrol jenis ini biasa digunakan sebagai pengerek
timba di sumur.
Katrol jenis ini biasa digunakan sebagai pengerek timba di
sumur. Keuntungan mekanis katrol tetap, dirumuskan sebagai
berikut.
Oleh karena besarnya gaya kuasa digunakan sepenuhnya untuk
menarik beban w, maka F = w. Artinya, keuntungan mekanis katrol
tetap bernilai 1.
b. Katrol bergerak
Katrol bergerak adalah katrol yang ikut bergerak/ berubah
posisi saat digunakan. Contoh katrol bebas bisa kamu lihat di
gambar berikut
Berdasarkan gambar di samping, B berperan sebagai titik
tumpu, O sebagai titik beban, dan A sebagai titik kuasa.
Dengan demikian, BO = lengan beban dan BA = lengan
kuasa. Keuntungan mekanis katrol bergerak adalah 2 karena
beban ditopang oleh 2 tali. Katrol jenis ini biasa dipakai untuk
mengangkat adonan semen ke lantai atas pada saat
pembangunan gedung atau rumah.
c. Katrol Majemuk
Katrol majemuk adalah perpaduan antara katrol tetap dan
katrol bergerak. Semakin banyak katrol yang digunakan,
semakin mudah digunakan untuk mengangkut suatu barang.
Keuntungan mekanis katrol majemuk bisa dilihat dari
banyaknya tali. Contohnya sebagai berikut.
Katrol majemuk di samping terdiri dari dua katrol bergerak
dan 1 katrol tetap. Ketiga katrol dihubungkan oleh sebuah tali
sedemikian sehingga terbentuk tiga lilitan tali sesuai nomor
di atas, yaitu 1, 2, dan 3. Oleh karena itu, keuntungan
mekanisnya = 3.
Usaha dan Energi
A. Usaha
Dalam sudut pandang fisika, khususnya mekanika, usaha mengandung pengertian
sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh gaya pada suatu benda sehingga benda itu
bergerak. Agar usaha berlangsung, maka gaya harus dikerahkan pada suatu benda
hingga benda tersebut menempuh jarak tertentu
Ada dua syarat terjadinya suatu usaha, yaitu:
1. adanya gaya yang bekerja pada suatu benda;
2. adanya perpindahan yang dialami oleh benda tersebut.
Dengan demikian usaha didefinisikan sebagai sejumlah gaya yang bekerja pada
suatu benda sehingga menyebabkan benda berpindah sepanjang garis lurus dan searah
dengan arah gaya. Secara matematis, usaha yang dilakukan pada suatu benda
dinyatakan sebagai
berikut.

dengan:
W = usaha yang dilakukan pada suatu benda
F = gaya yang bekerja pada suatu benda
∆x = perpindahan yang dialami benda tersebut
Satuan untuk usaha adalah joule (J) dimana nilainya adalah 1 J = 1 N x 1 m = 1
Nm. Pada kasus tersebut, gaya yang bekerja pada suatu benda searah dengan
perpindahan benda tersebut
Bila gaya yang bekerja pada suatu benda tidak searah dengan arah perpindahan
benda itu, maka usaha yang dilakukan akan menjadi lebih kecil. Perhatikan Gambar
4.4. Usaha yang dilakukan pada suatu benda apabila gaya yang bekerja pada benda itu
tidak searah dengan arah perpindahannya secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

dengan: α = sudut antara arah gaya dan arah perpindahannya.


Usaha yang dilakukan pada suatu benda bergantung pula pada arah gaya yang
bekerja pada benda itu. Artinya, apabila gaya yang bekerja pada suatu benda tidak
searah dengan arah perpindahannya, maka usaha yang dilakukan pada benda itu
menjadi lebih kecil. Semakin besar sudut yang dibentuk gaya dan arah perpindahan,
semakin kecil usaha yang dilakukan pada benda tersebut.

B. Energi
Yang dimaksudkan dengan energi yang berhubungan dengan usaha adalah
kemampuan untuk melakukan usaha. Keduanya mempunyai hubungan yang erat,
Karena usaha merupakan perubahan energi yang terjadi pada suatu benda atau objek
termasuk perubahan energi kinetik dan energi potensial. Sehingga energi merupakan
komponen yang erat kaitannya dengan usaha.
1. Energi Kinetik
Pada umumnya pengertian energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh
benda atau objek yang bergerak karena adanya kecepatan, oleh karena itu
digunakan persamaan

Dimana, Ek= Energi Kinetik (Joule); m= massa (kg); v= kecepatan (m/s).

Hubungannya dengan usaha, Besar usaha sama dengan perubahan energi


kinetik apabila sebuah benda mengalami perubahan kelajuan.

2. Energi Potensial
Sama halnya dengan suatu benda atau objek yang mungkin memiliki energi
kinetik, suatu benda atau objek pun dapat memiliki energi potensial, dimana
energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda atau objek
dikarenakan posisi, bentuk, atau susunannya dan di dalam hubungannya
dengan usaha biasa berkaitan erat dengan energi yang dimiliki karena
ketinggiannya letaknya. Oleh karena ini digunakan persamaan

Dimana, Ep=Energi Potensial (Joule); m= massa (kg); g= gravitasi (Mengenal


Konsep Usaha dan Energi - Materi Fisika Kelas 10 100); dan h= ketinggian
benda atau objek (m)
Hubungannya dengan usaha, Besar usaha sama dengan perubahan energi
potensial suatu benda atau objek apabila sebuah benda berada pada ketinggian
tertentu dan kemudian diangkat sehingga menyebabkan ketinggiannya
berubah.

3. Energi Potensial Pegas


Sesuai dengan namanya, energi potensial adalah energi yang diperlukan untuk
meregangkan dan menekan pegas. Oleh karena itu digunakan persamaan
berikut

dimana, k= konstanta pegas (N/m); x= perubahan panjang pegas (m).

4. Energi Mekanik
Singkatnya energi mekanik dapat dikatakan jumlah atau total dari energi
potensial dan energi mekanik, karena energi mekanik merupakan energi yang
berkaitan dengan pergerakan. Maka digunakan persamaan berikut

Dimana Em merupakan Energi Mekanik (dalam Joule)


5. Daya
Daya merupakan kecepatan melakukan kerja atau usaha atau bisa dikatakan
daya merupakan jumlah energi yang dihabiskan dalam per satuan waktu (per
detik). Oleh karena itu dapat persamaan yang digunakan

Dimana, P= daya (Watt); W= usaha (Joule); t= waktu (detik); F= gaya (N); s=


jarak (m); v= kecepatan (m/s)
Bunyi
A. Bunyi
Bunyi adalah energi yang muncul berupa getaran di udara yang berasal dari berbagai benda
atau hal yang memiliki getaran frekuensi. Bunyi dapat berasal dari berbagai hal dan hampir
semua makhluk hidup dapat menghasilkan bunyi. Jadi, bunyi dapat didefinisikan sebagai
energi gelombang yang berasal dari benda yang bergetar sebagai sumber bunyinya.
B. Sumber Bunyi
Sumber bunyi merupakan salah satu energi yang bisa muncul karena beberapa faktor.
Energi bunyi adalah suatu bentuk getaran yang kemudian bisa menghasilkan suara- suara yang
bisa didengar oleh alat pendengaran manusia. Getaran tersebut tidak melulu berasal dari alat
musik yang memang bertujuan untuk menghasilkan bunyi atau suara- suara yang indah dengan
melodi kan komposisi musik lainnya. Bunyi bisa muncul dari berbagai macam sumber, bahkan
dari hembusan angina sekalipun.
Sumber energy bunyi adalah semua bentuk benda atau hal yang dapat menghasilkan bunyi
yang bisa didengar oleh manusia. Sumber bunyi tersebut kemudian dapat bergetar karena
pukulan, petikan, tiupan, gesekan, atau muncul secara alami atau tanpa campur tangan manusia.
Sumber bunyi dapat berasal dari mana saja, termasuk manusia itu sendiri karena memiliki alat
untuk mengeluarkan sumber bunyi, yakni pita suara. Saat manusia berbicara atau bernyanyi
pasti pita suaranya akan bergetar.
Bunyi akan terdengar lebih keras jika berada di dekat sumber bunyi dan sebaliknya akan
terdengar pelan jika menjauhi sumber bunyi. Hal ini membuktikan bahwa besar atau tinggi
rendahnya bunyi bergantung pada frekuensi yang muncul pada sumber bunyi tersebut.
Frekuensi inilah yang kemudian nanti juga akan mempengaruhi jarak tempuh bunyi
tersebut bisa didengar sampai ke telinga manusia. Frekuensi bunyi adalah banyak getaran yang
terjadi setiap detik untuk menghasilkan bunyi tertentu.
C. Jenis-jenis Bunyi
1. Infrasonik
Infrasonik adalah jenis bunyi yang sangat lemah karena jumlah getaran dalam
gelombang bunyi berenergi infrasonik kurang dari 20 getaran per detiknya. Jenis
bunyi ini sangat sulit didengar oleh manusia tanpa alat bantu, namun hewan- hewan
bisa mendengar jenis bunyi ini, seperti gajah, anjing, jangkrik, dan angsa.
2. Audiosonik
Audiosonik adalah jenis bunyi yang dapat manusia dengar tanpa alat bantu apapun
karena jumlah getarannya berkisar 20 hingga 20.000 getaran per detiknya. Selain
manusia, jenis bunyi ini juga bisa dengar oleh hewan.
3. Ultrasonik
Ultrasonik adalah jenis bunyi yang levelnya sangat kuat di atas audiosonik dengan
jumlah getaran bisa lebih dari 20.000 getaran per detiknya. Bunyi jenis ini tidak
bisa didengar oleh manusia dan hanya bisa didengar oleh hewan, seperti kelelawar
dan lumba-lumba.

D. Cepat Rambat Bunyi


Cepat Rambat Bunyi adalah sebagai hasil bagi antara jarak sumber bunyi ke pendengar
dan selang waktu yang dibutuhkan bunyi untuk merambat sampai ke pendengar. Cepat rambat
bunyi tidak bergantung pada tekanan udara. Jadi, jika terjadi perubahan tekanan udara, cepat
rambat bunyi tidak berubah. Cepat rambat bunyi bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu
udara, semakin besar cepat perambatan bunyi. Di daerah pegunungan, cepat rambat bunyi lebih
lambat daripada cepat rambat bunyi di kawasan pantai.
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi pada cepat rambat bunyi, antara lain:
1. Cepat Rambat Bunyi Zat Gas (Udara)
Di udara, cepat rambat bunyi bergantung pada jenis partikel yang membentuk udara
tersebut. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

y = Konstanta Laplace

R = tetapan umum gas (8,31 J/mol K)

Y = suhu mutlak gas (kelvin)

M = massa molekul gas (gram/mol)

2. Cepat Rambat Bunyi Zat Padat

Cepat rambat bunyi dalam zat padat ditentukan oleh modulus Young dan massa
jenis zat tersebut. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:

E = modulus Young zat padat (N/m2)

q = massa jenis zat padat (kg/m3)

3. Cepat Rambat Bunyi Zat Cair

Di dalam zat cair, cepat rambat bunyi ditentukan oleh modulus Bulk dan kerapatan
(massa jenis) cairan tersebut. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

B = modulus Bulk (N/m2)

q = massa jenis zat cair (kg/m3)

Berikut ini terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi,
antara lain sebagai berikut:

1 Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel
medium maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling
cepat pada zat padat.
2 Suhu mediumnya, dimana semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin
cepat bunyi merambat.

Rumus Cepat Rambat Bunyi

Pada pembahasan gelombang, waktu yang diperlukan untuk satu gelombang adalah periode
t=T, sedangkan jarak tempuh gelombang adalah s= λ maka:

Karena f = 1/T maka:

Dengan keterangan:

v = cepat rambat gelombang bunyi (m/s)

s = jarak tempuh gelombang bunyi (m)


λ= panjang gelombang bunyi (m)

t = waktu yang ditempuh (s)

f= frekwensi (Hz)

T= periode (s)

Anda mungkin juga menyukai