Anda di halaman 1dari 20

PENGUKURAN, BESARAN DAN SATUAN

A. BESARAN

besaranadalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan nilai.
Jika ditinjau dari arah dan nilainya, besaran dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1. Besaran skalar, yaitu besaran yang hanya memiliki nilai tanpa memiliki arah. Contoh: massa,
panjang, waktu, energi, usaha, suhu, kelajuan dan jarak.
2. Besaran vektor, yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Contoh: gaya, berat, kuat arus,
kecepatan, percepatan dan perpindahan.
Sedangkan, berdasarkan jenis satuannya, besaran dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan lebih dahulu dan tidak
tersusun atas besaran lain. Besaran pokok terdiri atas tujuh besaran. Tujuh besaran pokok dan
satuannya berdasarkan sistem satuan internasional (SI) sebagaimana yang tertera pada tabel
berikut:

Tabel Besaran Pokok dan Satuannya


Besaran Pokok Satuan SI
Massa kilogram (kg)
Panjang meter (m)
Waktu sekon (s)
Kuat Arus ampere (A)
Suhu kelvin (K)
Intensitas Cahaya candela (Cd)
Jumlah Zat mole (mol)
Sistem satuan internasional (SI) artinya sistem satuan yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia, yang berlaku secara internasional.
b. Besaran Turunan
Besaran turunan merupakan kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok. Contoh besaran
turunan adalah luas suatu daerah persegi panjang. Luas sama dengan panjang dikali lebar,
dimana panjang dan lebar keduanya merupakan satuan panjang. Perhatikan tabel besaran
turunan, satuan dan dimensi di bawah ini.

Tabel Besaran Turunan dan Satuannya


Besaran Turunan Satuan SI
Gaya (F) kg.m.s-2
Massa Jenis (p) kg.m-3
Usaha (W) kg.m2.s-2
Tekanan (P) kg.m-1.s-2
Percepatan m.s-2
Luas (A) m2
Kecepatan (v) m.s-1
Volume (V) m3
B. SATUAN

Satuan adalah ukuran dari suatu besaran yang digunakan untuk mengukur. Jenis-jenis satuan
yaitu:
a. Satuan Baku
Satuan baku adalah satuan yang telah diakui dan disepakati pemakaiannya secara
internasional tau disebut dengan satuan internasional (SI).
Contoh: meter, kilogram, dan detik.
Sistem satuan internasional dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sistem MKS (Meter Kilogram Sekon)
2. Sistem CGS (Centimeter Gram Second)

Tabel Satuan Baku


Besaran Pokok Satuan MKS Satuan CGS
Massa kilogram (kg) gram (g)
Panjang meter (m) centimeter (cm)
Waktu sekon (s) sekon (s)
Kuat Arus ampere (A) statampere (statA)
Suhu kelvin (K) kelvin (K)
Intensitas Cahaya candela (Cd) candela (Cd)
Jumlah Zat kilomole (mol) mol
b. Satuan Tidak Baku
Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakui secara internasional dan hanya digunakan
pada suatu wilayah tertentu.
Contoh: depa, hasta, kaki, lengan, tumbak, bata dan langkah.

C. ALAT UKUR
Alat Ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu besaran.
Berbagai macam alat ukur memiliki tingkat ketelitian tertentu. Hal ini bergantung pada skala
terkecil alat ukur tersebut. Semakin kecil skala yang tertera pada alat ukur maka semakin
tinggi ketelitian alat ukur tersebut. Beberapa contoh alat ukur sesuai dengan besarannya,
yaitu:
a. Alat Ukur Panjang
1. Mistar (Penggaris)
Mistar adalah ala ukur panjang dengan ketelitian sampai 0,1 cm atau 1 mm. Pada pembacaan
skala, kedudukan mata pengamat harus tegak lurus dengan skala mistar yang di baca.
2. Jangka Sorong
Jangka sorong dipakai untuk mengukur suatu benda dengan panjang yang kurang dari 1mm.
Skala terkecil atau tingkat ketelitian pengukurannya sampai dengan 0,01 cm atau 0,1 mm.
Umumnya, jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, diameter bola,
ebal uang logam, dan diameter bagian dalam tabung.
Jangka sorong memiliki dua skala pembacaan, yaitu:
a). Skala Utama/tetap, yang terdapat pada rahang tetap jangka sorong.
b). Skala Nonius, yaitu skala yang terdapat pada rahang sorong yang dapa
bergeser/digerakan.

3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang dengan ingkat ketelitian terkecil yaiu 0,01
mm atau 0,001 cm.
Skala terkecil (skala nonius) pada mikrometer sekrup terdapat pada rahang geser, sedangkan
skala utama terdapat pada rahang tetap.
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda bundar dan plat yang sangat
tipis.

b. Alat Ukur Massa


Alat ukur yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda adalah neraca. Berdasarkan
cara kerjanya dan keelitiannya neraca dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Neraca digital, yaitu neraca yang bekerja dengan sistem elektronik. Tingkat ketelitiannya
hingga 0,001g.
2. Neraca O'Hauss, yaitu neraca dengan tingkat ketelitian hingga 0.01 g.

3. Neraca sama lengan, yaitu neraca dengan tingkat ketelitian mencapai 1 mg atau 0,001 g.

c. Alat Ukur Waktu


Satuan internasional untuk waktu adalah detik atau sekon. Satu sekon standar adalah waktu
yang dibuuhkan oleh atom Cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu, antara lain jam matahari, jam dinding, arloji
(dengan ketelitian 1 sekon), dan stopwatch (ketelitian 0,1 sekon).
Pembahasan Ketidakpastian Hasil Pengukuran dan
Angka Signifikan
(Pustaka Fisika). Dalam kegiatan pengukuran, hasil yang kita dapatkan hampir pasti selalu
mempunyai ketidakpastian. Sifat ini sudah menjadi alamiah karena berhubungan dengan alat
ukur yang kita gunakan dalam kegiatan tersebut. Artinya, ketidakpastian juga memilki
takaran yang berbeda dari setiap alat ukur. Misalnya, pada kegiatan mengukur tebal dari
sampul buku memakai mistar, hasil yang akan kita dapatkan adalah hanya sampai pada nilai
milimeter yang terdekat. Dengan mistar, mungkin kita akan mendapatkan hasil 3 mm. Tetapi,
menyatakan hasil pengukuran dengan 3,00 mm kurang tepat. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan dari mistar yang kita gunakan. Hasil yang mungkin bisa saja berada pada kisaran
3,00 mm, atau 2,85 mm, atau mungkin 3,11 mm.

Gambar: mengukur tebal sampul dengan mistar

Kecuali jika kita mengganti mistar dengan mikrometer sekrup, yang memiliki ketelitian lebih
dari mistar yakni 0,01 mm, kita dapat dengan yakin mengatakan bahwa ketebalan dari sampul
buku itu adalah 2,91 mm. Perbedaan hasil dari masing-masing alat ini di akibatkan oleh
ketidakpastian pengukurannya. Ketika kita menggunakan mikrometer sekrup sama halnya
dengan kita memperkecil sifat ketidakpastian dari pengukuran kita, dan selanjutnya hasil
pengukuran yang kita dapatkan lebih akurat. Kita juga dapat menyebut ketidakpastian ini
dengan galat, sebagai konsekuensi dari adanya selisih terbesar yang mungkin saja muncul
antara nilai yang terukur dengan nilai yang sebenarnya. Ketidakpastian-selain disebabkan
oleh alat ukur-juga dapat bergantung dari cara kita melakukan pengukuran.

Tingkat keakuratan dari hasil pengukuran ditentukan oleh seberapa dekat nilai yang terbaca
pada alat ukur dengan nilai yang sebenarnya. Cara yang tepat untuk menyatakan hasil
pengukuran dengan menuliskan angka yang diikuti dengan simbol kurang lebih, nilai kurang
lebih inilah yang berfungsi untul menyatakan ketidakpastian dari hasil pengukuran. Misalnya,
jika kita mengukura diameter sebuah kelereng hasilnya dituliskan dengan 57,55 kurang lebih
0,04 mm. Hasil ini berarti diameter sebenarnya berada pada rentang nilai 57,51 mm sampai
57,59 mm.
Angka Signifikan

Dalam kasus yang lain, nilai ketidakpastian dari suatu hasil pengukuran tidak ditulis seperti
cara di atas. Namun, nilai ini dinyatakan dengan cara deretan angka-angka, deretan ini sering
disebut dengan angka signifikan. Misalnya dalam contoh kasus tebal sampul buku, hasil 2,91
memiliki tiga angka signifikan. Dari hasil ini, kedua angkapertama sudah bisa dipastikan
kebenarannya, sedangkan angka yang ketiga tidak. Angka terakhir dalam hasil tersebut,
terletak pada posisi desimal kedua maka ketidakpastiannya sekitar 0,01 mm.

Tetapi, yang perlu kita ingat adalah bisa saja terjadi dua hasil dengan angka signifikan yang
sama memiliki ketidakpastian yang berbeda. Misalnya, suatu jarak yang dinyatakan dengan
nilai 140 km memiliki tiga angka siginifikan, tetapi ketidakpastiannya sekitar 1 km.

Pada kasus angka perhitungan antara angka yang memiliki ketidakpastian dengan bilangan
lainnya, hasil dari perhitungan ini juga tidak pasti. Hal ini sangat perlu untuk kita ketahui
terutama ketika kita melakukan operasi aljabar yang melibatkan angka ketidakpastian (hasil
pengukuran) dengan angka eksak (hasil perhitungan). Misalnya, ketika kita hendak
membuktikan kebenaran dari nilai phi, yaitu perbandingan keliling lingkaran dengan
diameternya. Nilai sebenarnya dari perbandingan tersebut adalah 3,141592654.

Kita dapat menguji hasil ini dengan cara membuat sebuah lingkaran yang besar dengan
ukuran diameter dan keliling 135 mm dan 424 mm. Dengan menggnakan kalkulator, kita
dapat hitung perbandingannya dan mendapatkan nilai sebesar 3,1407440741. Pertanyaannya
adalah apakah hasil ini sesuai dengan nilai sebenarnya?

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah tujuh angka terakhir dari perhitungan kita adalah
angka tidak berarti. Angka-angka ini menyatakan nilai ketidakpastian yang lebih kecil yang
mungkin kita dapatkan dari pengukuran. Ketika angka-angka ini dibagi atau dikali, hasilnya
tidak boleh lebih banyak dari jumlah angka signifikan pada angka siginifikan yang paling
sedikit. Misalnya, 3,1416 x 2,24 x 0,65 = 4,6. Jadi, meskipun hasil yang kita dapatkan dari
lingkaran yang kita buat tampak memiliki perbedaan dengan nilai sebenarnya, namun
sesungguhnya hasilnya sama. Karena hasil tersebut harus ditulis dengan tiga angka
siginifikan yakni 3,14, artinya nilai ini sudah sesuai dengan nilai yang sebenarnya.

Angka Penting dalam Ilmu Fisika


Dalam ilmu fisika, ada yang dinamakan angka penting. Angka penting adalah semua angka
yang diperoleh dari hasil pengukuran. Fisika menetapkan aturan-aturan tertentu dalam
penulisan angka penting ini, antara lain:

a. Aturan Penulisan Angka Penting

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting

2. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting

3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada penjelasan
khusus
4. Angka nol di belakang koma dan mengikuti angka bukan nol adalah angka penting

5. Angka nol yang terletak di sebelah kiri dan kanan desimal dan mengikuti angka nol adalah
bukan angka penting

b. Aturan Pembulatan

1. Angka yang lebih besar dari 5 dibulatkan ke atas dengan ditambah satu. Contoh: 23,47
ditulis 23,5

2. Angka lebih kecil dari 5 dibulatkan ke bawah dengan tidak mengalami perubahan.
Contoh: 56,23 ditulis 56,2Besaran Vektor dan Skalar

Dalam pembahasan sebelumnya, mengenai Besaran dan Satuan, anda sudah mempelajari
besaran Fisika, seperti besaran pokok dan besaran turunan. Dalam bab (halaman blog) ini,
anda saya ajak untuk memahami kelompok besaran Fisika lainnya, yaitu Besaran Vektor dan
Besaran Skalar.

Besaran Skalar
Pada saat anda menghitung luas sebuah bidang bujur sangkar, maka anda hanya menyebut
angka (nilai) nya saja, misalkan 25 cm² Demikian pula, saat anda membeli dan menimbang
satu keranjang buah mangga, maka pada timbangan tertera angka yang menunjukkan massa
mangga tersebut, misalkan 4 kg.

Pada contoh tersebut diatas, besaran Luas bujur sangkar dan Massa mangga merupakan
besaran skalar, yaitu besaran yang hanya memilik besar (nilai) saja dan tidak memiliki
arah.

Contoh besaran Skalar yaitu, panjang, massa, waktu, suhu, massa jenis, volume, enegi
potensial, usaha, potensial listrik, energi listrik dan lainsebagainya.

Besaran Vektor
Jika sebuah mangga yang anda beli tadi, berada dalam genggaman tangan anda, yang semula
diam, kemudian terjatuh. Apa yang anda amati? Buah mangga tersebut jatuh kearah lantai,
yang disebabkan oleh Gravitasi Bumi (Gaya). Pada gerak mangga, dari keadaan diam
bergerak dengan kecepatan yang terus bertambah dengan arah kebawah hingga menyentuh
lantai. Dari kejadian tersebut, kita dapat menyebutkan bahwa, besaran Gaya dan besaran
Kecepatan merupakan besaran Vektor, yaitu besaran yang memilik nilai dan arah.

Vektor dapat dituliskan dalam huruf kecil dan besar, atau dengan dua huruf seperti berikut :
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah (lihat gambar), yaitu panjang panah
menunjukkan nilai atau besarnya vektor dan arah anak panah menunjukkan arah vektor

Keterangan :
Titik A : adalah titik awal ( titik tangkap ) vektor
Titik B : adalah arah vektor
Panjang AB merupakan panjang atau besar vektor

Tabel Beberapa Contoh


Besaran Skalar dan Besaran Vektor :
NO BESARAN SKALAR BESARAN VEKTOR

1 Jarak Perpindahan

2 Massa Berat

3 Panjang Percepatan

4 Kelajuan Kecepatan

5 Volume Percepatan gravitasi

6 Waktu Momentum

7 Energi Potensial Impuls

8 Energi Kinetik Gaya

9 Usaha Momen Gaya

10 Daya Tegangan Permukaan

11 Massa Jenis Gaya gesek

12 Muatan Listrik Induksi Magnetik

13 Potensial Listrik Medan gravitasi

14 Jumlah Zat Medan Listrik

15 Kerapatan arus Tekanan


Komponen Vektor :
Sebuah vektor F berada dalam bidang datar yang membentuk sudut α terhadap sumbu X
(lihat gambar). Vektor tersebut jika diproyeksikan terhadap sumbu X dan sumbu Y akan
memiliki komponen-komponen vektor terhadap sumbu-sumbu tersebut, yaitu Fx dan Fy

Persamaan komponen vektor tersebut :

Fx = F cos α

Fy = F sin α

Contoh Soal :
Komponen-komponen vektor dari gambar vektor berikut adalah…

A. Ax = -4 N dan Ay = 3 N
B. Ax = -3 N dan Ay = 4 N
C. Ax = 3 N dan Ay = 4 N
D. Ax = 4 N dan Ay = 3 N
E. Ax = 5 N dan Ay = 5 N

Jawab : D

Sumber gambar : http://www.wikihow.com/Resolve-a-Vector-Into-Components

Aplikasi Vektor :
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai aplikasi vektor, contoh sederhana adalah
sebuah benda yang jatuh dari tangan anda kebawah lantai. Dalam hal ini benda jatuh akibat
Gravitasi bumi (gaya tarik bumi) yang arahnya menuju pusat bumi. Hal ini juga menunjukkan
benda mmiliki berat yang arah dan besarnya sama dengan gaya tarik bumi terhadap benda
tersebut.

Contoh lain dapat anda lihat dalam gambar berikut :


Mendorong Mobil.

Sumber gambar : http://cnx.org/content/m42073/latest/?collection=col11406/latest

Pada mesin derek palang penyangga menahan gaya berat beban (w ) dan gaya tarik tali (F)) .
dengan gaya dorong palang penyangga R. Pada mesin pemotong rumput, seorang pekerja
mendorong mesin dengan gaya F. Pada gambar selanjutnya, seseorang mendorong mobil
dengan gaya F yang menimbulkan percepatan a

Operasi Vektor :
Dalam penggunaan Vektor, dua buah vektor atau lebih dapat dijumlah, dikurang, dikalikan
atau dibagi. Kegiatan ini disebut Operasi vektor.

Penjumlahan dan pengurangan Vektor.

Menjumlahkan dan mengurangkan Vektor dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara yaitu :
1. Metode grafis seperti metode Polygon, Jajaran Genjang dan Segitiga
2. Metode Analitis, yaitu menguraikan vektor2 yang ada terhadap sumbu X dan
sumbu Y
Hasil dari penjumlahan vektor-vektor disebut Resultan Vektor (R)
Metode Grafis :

1. Cara Polygon.

Gambar (1) menunjukkan 3(tiga) buah vektor, yaitu vektor a, b dan vektor c.
Resultan Vektornya dapat anda lihat pada gambar (2)

Gambar (1) : vektor a, b dan c

dengan Resultan Vektor ( R) adalah R = a + b + c

Gbr(2). Resultan Vektor (R)

Jika R = a + b + c + d (gbr.3) maka besar R adalah = nol


Gbr (3). Resultan Vektor R = nol

2. Cara Jajaran Genjang

Penjumlahan dan pengurangan 2 buah vektor A dan B yang satu sama lain membentuk sudut
α dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Dari gbr (p) penjumlahan vektor A + B dan gbr (q) adalah pengurangan vektor A – B
mempunyai persamaan :

3. Angka tepat sama dengan 5 dibulatkan ke atas apabila angka sebelumnya ganjil, dan tidak
mengalami perubahan apabila angka sebelumnya genap. Contoh: 46,75 ditulis 46,8

c. Aturan perhitungan

Penjumlahan dan Pengurangan : Hasil penjumlahan dan pengurangan pada angka penting
hanya boleh mengandung satu angka taksiran. Contoh: 23,4 + 34,21 = 57,61 ditulis 57,6

Perkalian dan pembagian : Hasil perkalian dan pembagian pada angka penting ditulis
sebanyak angka penting yang paling sedikit. Contoh : 23,1 x 2 = 46,2 ditulis 50

Pangkat dan akar : Hasil pangkat dan akar pada angka penting ditulis sebanyak angka penting
yang dipangkatkan

MENENTUKAN VEKTOR RESULTAN DAN ARAH RESULTAN

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menentukan nilai dan arah vektor resultan, yaitu
dengan metode grafis dan metode analitis.
MENENTUKAN VEKTOR RESULTAN DENGAN METODE GRAFIS
Dengan menggunakan metode segitiga dan poligon, kita dapat melukis vektor resultan dari
dua buah vektor atau lebih. Dari gambar vektor resultan tersebut, kita dapat menentukan
besar dan arah vektor resultan dengan melakukan pengukuran (bukan menghitung). Cara
menentukan vektor resultan seperti ini disebut metode grafis. Sekarang, bagaimana
menentukan vektor resultan dengan metode grafis ? di baca terus ya, hehe….
Langkah-langkah menentukan besar dan arah vektor resultan dengan metode grafis, adalah
sebagai berikut :

1. tetapkan sumbu X positif sebagai acuan menentukan arah. Ingat, sudut positif diukur
dengan arah berlawanan arah jarum jam, sedangkan sudut negatif diukur dengan
arah searah jarum jam.
2. gambar setiap vektor yang akan dijumlahkan (lihat kembali menggambar
penjumlahan vektor menggunakan jajaran genjang)
a. Arah vektor digambar terhadap sumbu x positif dengan menggunakan
busur derajat
3. gambar vektor Resultan dengan metode segitiga (untuk 2 vektor) dan metode poligon
(lebih dari 2 vektor)
4. ukur panjang vektor Resultan dengan mistar, sedangkan arah vektor Resultan diukur
terhadap sumbu x positif dengan busur derajat
5. tentukan besar dan arah vektor Resultan :
a. Besar vektor Resultan sama dengan hasil kali panjang vektor resultan (langkah
4) dengan skala panjang (langkah 2b)
b. Arah vektor resultan sama dengan sudut yang dibentuk oleh vektor resultan
terhadap sumbu x positif yang telah diukur dengan busur derajat

Contoh soal :
Tentukan besar dan arah vektor resultan dari vektor perpindahan A sepanjang 20 m dengan
arah -30o terhadap sumbu x positif (arah mendatar ke kanan) dan vektor perpindahan B
sepanjang 30 m dengan arah +45o terhadap sumbu x positif.
Petunjuk :
Kita harus menetapkan skala panjang terlebih dahulu. Setelah itu, gambar vektor A dan B
secara terpisah. Terakhir, gambar vektor resultan R=A+B dengan metode segitiga atau
poligon, lalu kita menentukan besar dan arahnya
Panduan solusi :
Langkah 1, misalnya kita menetapkan skala panjang vektor perpindahan 5 m = 1 cm (catatan
: anda dapat menetapkan skala sesuai dengan kemauan anda, penetapan skala di atas hanya
sebagai contoh). Dengan demikian, besar perpindahan 20 m digambar dengan panjang vektor
4 cm (ingat, 20 : 5 = 4), dengan arah -30o terhadap sumbu x positif (gambar a).
Langkah 2, gambar vektor perpindahan B (besarnya 30 m) dengan panjang tanda panahnya 6
cm (ingat, skala yang kita tetapkan 5 m = 1 cm, jadi 30 m = 6 cm) dan arahnya sebesar
45o terhadap sumbu x positif. (gambar b). Lihat gambar di bawah.

Langkah 3, gambar vektor resultan R = A + B (gambar c)


Langkah 4, ukur panjang vektor R dengan mistar dan arah vektor R dengan bujur sangkar.
Besar vektor R diperoleh dengan mengalikan panjang vektor R dengan skala panjang vektor
(Catatan : menentukan besar dan arah vektor Resultan dengan metode grafis merupakan
salah satu pendekatan. Ketelitian hasil yang diperoleh juga sangat bergantung pada skala
gambar, ketelitian mistar, busur derajat serta ketepatan anda dalam menggambar dan
membaca skala. Jika anda ingin menentukan besar dan arah vektor Resultan secara lebih
tepat, dapat digunakan perhitungan matematis (bukan dengan pengukuran), yakni
menggunakan metode analitis)
MENENTUKAN VEKTOR RESULTAN DENGAN METODE ANALITIS
Dalam menentukan besar dan arah vektor Resultan dengan metode analitis, kita dapat
menggunakan 2 cara yaitu menggunakan Rumus Cosinus dan menggunakan Vektor
Komponen.
Menentukan Vektor Resultan segaris kerja (ingat kembali pelajaran SMP)
Di SMP kita telah belajar tentang vektor resultan untuk dua vektor gaya yang segaris kerja
(searah atau berlawanan arah). Kali ini kita ulangi kembali, sebagai dasar sebelum
menghitung vektor resultan dengan rumus Cosinus.
Kita meninjau vektor perpindahan yang segaris kerja. Misalnya kamu berpindah sejauh 200
m ke arah timur (vektor A), lalu berjalan kembali arah barat sejauh 300 m (vektor
B).berapakah perpindahan total yang kamu lakukan dihitung dari kedudukan awalmu ?
Panduan Jawaban :
Untuk vektor2 yang segaris kerja, arahnya dapat dibedakan dengan memberi tanda + dan -.
Jika kita tetapkan arah timur bertanda +, maka arah barat bertanda -. Berdasarkan ketetapan
kita tadi, maka besar vektor A = +200 m dan besar vektor B = -300 m. dengan demikian
besar vektor Resultannya adalah : R = A + B = (+200 m) + (-300 m) = 200 m – 300 m = -100
m (tanda – hanya menunjukan bahwa arah vektor Resultan ke barat atau sesuai dengan arah
vektor B)
(pada gambar ditetapkan skala 50 m = 1 cm)

Melalui contoh di atas, diketahui bahwa operasi penjumlahan dalam berhitung berlaku untuk
resultan dari dua vektor yang berlawanan arah. Demikian juga dua vektor yang searah.
Menentukan vektor Resultan Pada Segitiga Siku-siku
Apakah hitungan vektor tetap memenuhi hukum berhitung jika perpindahan berlaku untuk
dua dimensi ? untuk menjawabnya, perhatikan contoh berikut ini.
Dari kedudukan awalmu, kamu berjalan ke timur sejauh 300 m (vektor A), lalu berbelok ke
selatan sejauh 400 meter (vektor B). Apakah perpindahan totalmu 700 m ? atau 100 m ?
Panduan jawaban :
Terlebih dahulu kita tetapkan skala perpindahan, misalnya 100 m = 1 cm. dengan demikian,
perpindahan ke timur sejauh 300 m digambar dengan panjang vektor 3 cm, sedangkan
perpindahan ke selatan sejauh 400 m digambar 4 cm. lihat gambar di bawah

Untuk menentukan vektor resultan di atas, kita tidak bisa menggunakan hukum berhitung
seperti pada dua atau lebih vektor yang segaris, karena dua vektor tersebut tidak segaris kerja.
Vektor resultan dapat kita tentukan besarnya menggunakan rumus Pythagoras dalam segitiga
siku-siku.

Jadi, besar vektor Resultan = 500 m


Menentukan arah vektor Resultan
Kita sudah mengetahui besar vektor Resultan. Bagaimana dengan arah vektor Resultan
tersebut ? untuk menentukan arah vektor Resultan terhadap salah satu vektor komponennya,
kita menggunakan rumus Sinus, Cosinus dan Tangen pada segitiga. Perhatikan gambar di
bawah ini.

Karena diketahui besar vektor komponen A (300 m) dan besar vektor komponen B (400 m),
maka dalam menentukan arah vektor Resultan, kita menggunakan Rumus Tangen.
Menentukan Vektor Resultan dengan Rumus Cosinus
Kita telah menghitung vektor resultan dari dua vektor yang segaris kerja dan dua vektor yang
saling tegak lurus. Bagaimana-kah menghitung vektor resultan untuk dua vektor yang tidak

segaris kerja dan tidak saling tegak lurus ? wah, mumet ah….
Kita bisa menghitung vektor resultan dari dua vektor yang berarah sembarang dengan

menggunakan rumus cosinus, bukan rumus mas cosa


Rumus Cosinus yang digunakan untuk menghitung resultan besar dua vektor yang arahnya
sembarang adalah :

Dari mana asal rumus ini ? tiba-tiba nongol di sini ? silahkan bertanya kepada guru
matematika anda. Yang pasti cara penurunan rumus ini dijelaskan pada pelajaran matematika
SMA (kelas X deh kayanya) mengenai cosinus dan rumus sinus dalam suatu segitiga
sembarang.
Agar penasaran atau kebingunganmu berkurang, mari kita pelajari hal ini tapi hanya secara
umum.
Misalnya terdapat dua vektor, F1 dan F2 sebagaimana tampak pada gambar di bawah.

Jika besar vektor resultan dihitung dengan rumus cosinus, bagaimana dengan arahnya ?

dihitung dengan rumus apakah ? rumus lagi… rumus lagi


Kita menggunakan rumus sinus.
Perhatikan kembali gambar di atas. Arah vektor Resultan dapat dihitung menggunakan sinus
pada segitiga OPQ.
Contoh soal :
Dua vektor F1 dan F2 memiliki pangkal berhimpit, di mana besar F1 = 4 N dan besar F2 = 3
N. jika sudut yang dibentuk kedua vektor adalah 60o, berapakah besar dan arah vektor
resultan ?

Panduan Jawaban :
Besar vektor resultan kita hitung menggunakan persamaan di atas :

Bagaimana dengan arahnya ?


Arah vektor resultan =

atau diakarkan. Contoh : 2,1^2 = 4,41 ditulis 4,4


DAFTAR PUSTAKA :

http://memetmulyadi.blogspot.com/2012/07/pengukuran-besaran-dan-satuan.html

Anda mungkin juga menyukai