Anda di halaman 1dari 158

BAB I.

FISIKA DAN PENGUKURAN

1.1. ARTI FISIKA


Fisika berasal dari kata Yunani yang berarti ”alam”. Karena itu fisika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari benda – benda di alam, gejala – gejala kejadian alam serta
interaksi dari benda – benda di alam tersebut. Gejala ini pada mulanya adalah apa yang dialami
oleh indera kita. Misalnya penglihatan menemukan optika atau cahaya, pendengaran
menemukan pelajaran tentang bunyi, panas juga dapat dirasakan (perasaan).
Ilmu fisika juga disebut ilmu pengukuran (science of measurement). Dalam hubungan ini
Lord Kelvin (1824 – 1907), seorang sarjana fisika Inggris yang termashur, mengucapkan,
“Saya sering berkata bahwa bila seseorang dapat memberikan ukuran kepada sesuatu yang
dibicarakannya serta menyatakannya dalam angka – angka, ia memang tahu tentang apa yang
dibicarakannya itu; tetapi bila ia tidak mampu mengungkapkannya dengan angka – angka,
berarti pengetahuannya dangkal dan tidak memuaskan, paling – paling baru merupakan awal
suatu pengetahuan. Tingkat pemikirannya masih jauh dari tingkat ilmu, apapun yang menjadi
pokok pembicaraanya”.
Fisika dapat didefinisikan sebagai proses benda – benda alam yang tak dapat berubah,
artinya benda mati (biologi mempelajari benda – benda hidup). Maka dapat disimpulkan bahwa
”Fisika” adalah ilmu pengetahuan yang tujuannya mempelajari bagian – bagian dari alam dan
interaksi antara bagian tersebut. Sebagaimana diketahui, benda – benda dialam terbagi atas 2
(dua) bagian: Alam Makro yaitu benda – benda yang ukurannya besar dan dapat dilihat dengan
alat – alat yang ada saat ini; alam yang besar ini termasuk benda – benda yang sangat besar
dengan jarak antara 2 (dua) benda juga besar sekali, misalnya bulan, matahari, bumi, dan lain –
lain. Alam Mikro adalah benda – benda kecil sekali dengan jarak antara benda tersebut sangat
kecil, benda- benda mikro ini tak dapat dilihat dengan alat – alat biasa.
Menurut sejarah, fisika adalah bidang ilmu yang tertua, karena dimulai dari pengamatan
– pengamatan dari gerakan benda – benda langit, bagaimana lintasannya, periodenya, usianya,
dan lain – lain. Ilmu yang mempelajari gerak benda ini disebut mekanika. Bidang ilmu ini dimulai
kira – kira berabad – abad yang lalu. Mekanika berkembang pada zamannya Galileo dan
Newton. Galileo merumuskan hukum – hukum benda – benda jatuh, Newton mempelajari gerak
benda pada umumnya, termasuk planet – planet pada sistem tata surya. Hukum Newton adalah
dasar dari mekanika.

Dalam mendefinisikan suatu besaran dalam Fisika haruslah terkandung kaidah


menghitung besaran yang bersangkutan berdasarkan besaran - besaran lain yang dapat diukur.
Misalnya, mometum didefinisikan sebagai hasil kali ”massa” dan ”kecepatan”: jadi, sudah
disebutkan kaidah untuk menghitungnya. Tinggal lagi bagaimana cara atau dasar mengukur
besaran massa dan kecepatan tersebut. Kecepatan didefinisikan berdasarkan faktor panjang
(jarak) dan selang waktu; tetapi mendefinisikan besaran panjang dan waktu ini secara lebih
mendasar dan lebih sederhana lagi tidaklah mungkin. Oleh sebab itu panjang dan waktu

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


dinamakan besaran mekanika yang tak terdefinisikan. Ternyata semua besaran mekanika dapat
diungkapkan berdasarkan hanya tiga besaran yang tak terdefinisikan. Yang satu lagi, disamping
”panjang” dan ”waktu”, ialah ”massa” atau ”gaya”. Maka kita pilih saja massa sebagai ”yang tak
terdefinisikan” yang ketiga itu.
Dalam geometri, hal yang tak terdefinisikan ialah ”titik”. Seorang ahli guru geometri
meminta kepada yang berguru padanya untuk dalam pikirannya menggambarkan sebuah titik,
yang tentu harus sama dengan yang dimaksud oleh sang guru. Dalam situasi seperti ini
biasanya tidak terjadi salah pengertian. Lain halnya dalam bidang fisika; situasinya tidak
semudah itu. Untuk menentukan bagaimana cara dan kaidah menetapkan ukuran besaran yang
tak terdefinisikan, para ahli fisika dari seluruh bagian dunia membentuk suatu badan
internasional.

1.2. CABANG – CABANG FISIKA


Fisika klasik : Mekanika, Listrik Magnet, Panas, Bunyi, Optika dan Gelombang adalah
perbatasan antara fisika klasik dan modern.
Fisika modern : Adalah perkembangan fisika mulai abad 20 yaitu penemuan teori relativitas dari
Einstein.
Fisika klasik bersumber pada gejala – gejala perasaan. Ilmu Fisika sudah jelas mendukung
teknologi, termasuk engineering, kimia, biologi, kedokteran dan lain – lain.

1.3. HUBUNGAN FISIKA DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAIN


Tujuan Fisika adalah agar kita dapat mengerti bagian – bagian dasar dari benda –
benda dan interaksi antara benda – benda, jadi untuk menerangkan gejala – gejala alam. Dari
pernyataan ini kita ketahui bahwa fisika adalah bidang ilmu pengetahuan alam yang paling
dasar. Ilmu kimia berdasarkan kepada fisika dan kimia, untuk menerangkan proses – proses
yang terjadi dalam benda – benda hidup. Ilmu teknik juga bersandar pada fisika dan kimia.
Fisika adalah penting untuk menunjang riset murni maupun terpakai. Misalnya ahli – ahli geologi
dalam risetnya menggunakan metode – metode gravimentri, ekustik, listrik, dan mekanika.
Rumah – rumah sakit modern dilengkapi dengan alat – alat elektronik. Ahli – ahli astronomi
memerlukan optik, spektrografi dan teknik radio, dan demikian pula ahli – ahli meteorologi,
oceanologi, seismologi memerlukan pengetahuan fisika.
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan atas percobaan. Percobaan memerlukan
pengukuran dan hasil pengukuran biasanya dinyatakan dengan angka atau bilangan. Misalnya,
dalam suatu percobaan di laboratorium diperoleh hasil pengukuran panjang tali 5 meter, suhu
air 25oC, dan volume alkohol 3 ml.
Dalam fisika, panjang, suhu, dan volume dikenal dengan istilah besaran. Jadi, besaran
adalah sesuatu yang dapat diukur dan hasilnya selalu dapat dinyatakan dengan angka. Akan
tetapi, keimanan, budi pekerti, kecantikan, dan kejujuran tidak termasuk besaran karena tidak
dapat diukur serta tidak dapat dinyatakan dengan angka.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Pada saat mengukur besaran, kita sebenarnya membandingkan antara besaran yang diukur
dan besaran sejenis yang digunakan sebagai patokan. Jika kita memiliki seutas tali yang
panjangnya 5 meter, artinya tali tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang berukuran 1
meter. Dalam hal ini,angka 5 menyatakan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter
menyatakan satuan dari besaran panjang.

1.4. BESARAN
Dalam fisika, panjang, suhu, dan volume dikenal dengan istilah besaran. Jadi, besaran adalah
sesuatu yang dapat diukur dan hasilnya selalu dapat dinyatakan dengan angka. Akan tetapi,
keimanan, budi pekerti, kecantikan, dan kejujuran tidak termasuk besaran karena tidak dapat
diukur serta tidak dapat dinyatakan dengan angka.
Pada saat mengukur besaran, kita sebenarnya membandingkan antara besaran yang diukur
dan besaran sejenis yang digunakan sebagai patokan. Jika kita memiliki seutas tali yang
panjangnya 5 meter, artinya tali tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang berukuran 1
meter. Dalam hal ini,angka 5 menyatakan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter
menyatakan satuan dari besaran panjang.

Di dalam fisika besaran dIartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur atau dihitung dan
mempunyai nilai (besar) yang dinyatakan dengan angka dan satuan. Contoh besaran : massa,
kecepatan, panjang. Di dalam fisika satuan diartikan sebagai suatu pembanding di dalam
kegiatan pengukuran suatu besaran

Jenis-jenis besaran
Besaran-besaran di dalam fisika, dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Berdasarkan nilai dan arahnya besaran dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Besaran skalar
Besaran skalar adalah besaran yang hanya mempunyai nilai (besar) saja dan tidak
mempunyai arah. Contoh besaran skalar : massa, waktu, suhu, luas,volume
2. Besaran vektor
Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan mempunyai arah. Sesuai
kesepakatan apabila besaran vektor tersebut arahnya ke kiri dan ke bawah maka besaran
tersebut bernilai negatif (-) sedangkan apabila besaran vektor tersebut arahnya ke kanan
dan ke atas maka besaran tersebut bernilai positif (+), Contoh besaran vektor : kecepatan,
percepatan, gaya.
b. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi 2 janis, yaitu :
1. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan atau didefinisikan
terlebih dahulu. Ada 7 besaran pokok di dalam fisika. Besaran pokok beserta
satuannya seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Tabel 1. Besaran Pokok

2. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan besaran
pokok. Contoh besaran turunan beserta satuannya seperti yang ditunjukkan pada
tabel di bawah ini Kecepatan diturunkan dari besaran panjang dan waktu. Yaitu
panjang lintasan yang ditempuh dalam selang waktu tertentu, sehingga satuan
kecepatan m/s.

Tabel 1.1 Perbedaan antara Besaran, Nilai Besaran, dan Satuan


Nilai
No Pernyataan Besaran Satuan
Besaran
1 suhu air 25oC suhu 25 o
C
2 volume alkohol 3 ml volume 3 ml
3 massa jenis minyak 0,8 g/cm3 massa jenis 0,8 g/cm3

Besaran Definisi Simbol Dimensi Satuan

Luas A l2 Meter (m2)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Volume V l3 m3
Pergeseran Perubahan posisi s, r L M

Kecepatan Perubahan posisi


persatuan waktu v
dr  l   t  1 M/s
dt
Percepatan Perubahan
kecepatan persatuan a
dv  l   t  2 m/s2

waktu dt
p  m.v
Momentum Massa
kecepatan
kali  m  l   l  1 Kg m/s = N.s

Gaya Massa
percepatan
kali F  m.a  m l   t  2 Kg m/s2 = N

Impuls gaya Gaya kali waktu.


(selamanya gaya
impuls  Ft  m  l   l  1 Kg m/s = N.s

bekerja)
Momen gaya Perkalian gaya dan
lengan   F.l m l2 t-2 N.m = J
Kerja Perkalian gaya w  F .s m l2 t-2 N.m = J
dengan posisi
Daya Kerja persatuan dw
waktu P m l2 t-3 J/s
dt
Tekanan Gaya persatuan luas F m l-1 t-2 N/m2 = Pascal
P
A
Pergeseran sudut Perubahan posisi  Rad
sudut
Kecepatan sudut Perubahan posisi d t-1 Rad s-1
sudut persatuan 
waktu dt
Percepatan sudut Perubahan d t-2 Rad s-2
kecepatan sudut 
persatuan waktu dt
Momen inersia - Mr2 m l2 kg m2
Momentum sudut Perkalian momen
inersia dengan L  I m l2 t-1 kg m2/s
kecepatan sudut
Kerapatan massa a).Massa persatuan  = m/V m l-3 kg/m3
volume
b).Massa persatuan
luas m
 m l-2 kg/m2
c).Massa persatuan A
panjang
m ml kg/m

l

Energi Kemampuan
melakukan kerja E ml2t-2 J = Joule

Besaran Difinisi Simbol Dimensi Satuan

Energi Kinetik Kemampuan


bergerak suatu titik E k  1 / 2mv 2 ml2t-2 J = Joule
massa

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Energi potensial Kemampuan suatu
Gravitasi benda berada pada
ketinggian tertentu E p  mgh ml2t-2 J = Joule
Energi potensial Kemampuan pegas
pegas untuk ditarik atau E p  1 / 2kx 2 ml2t-2 J = Joule
ditekan
Frekuensi Jumlah geteran per f  1/ T t-1 Siklus/s = Hz
satuan waktu
Perioda Waktu untuk satu T t s = detik
getaran
Kuat medan gravitasi Gaya persatuan G  F /m lt-2 N/kg
massa
Potensial gravitasi Energi potensial V  Ep / m l2 t-2 J/kg
persatuan massa

1.5. SATUAN
Satuan atau satuan ukur atau unit digunakan untuk memastikan kebenaran pengukuran atau
sebagai nilai standar bagi pembanding alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya untuk
melindungi kepentingan umum.

Jenis-jenis satuan

 Satuan baku : merupakan suatu pembanding yang memberikan hasil yang sama apabila
dilakukan oleh beberapa orang. Contoh satuan baku : m, cm, kg, gram, dll.
 Satuan tidak baku : merupakan suatu pembanding yang akan memberikan haasil berbeda
apabila dilakukan oleh beberapa orang. Contoh : jangkal, hasta, kaki, yard Misalnya Tina
dan Tino mengukur panjang buku yang sama menggunakan penggaris dan jengkal tangan
masing-masing. Tina dan menyatakan jika panjang buku 20 cm dan 1.5 jengkal
tangannya, sedangkan Tino menyatakan panjang buku 20 cm dan 1.25 jengkal tangannya.
Jengkal tangan memberikan hasil yang berbeda jika pengukuran dilakukan oleh orang
yang berbeda.

Macam-macam Satuan dalam Ilmu Fisika, Ada beberapa macam satuan dalam ilmu fisika
diantaranya sebagai berikut:

 Sistem Inggris: mil, yard, kaki, dan inchi


 Sistem metrik terdiri dari Sistem MKS (meter, sekon, dan kilogram) dan Sistem CGS
(sentimeter, gram, dan sekon)
 Sistem Internasional (SI): meter, kilogram, sekon, kelvin, amperemeter, kandela, dan mol

1.5.1. Satuan Sistem Internasional


Satuan sebuah besaran dapat dipilih sembarang. Satuan untuk besaran panjang dapat
dipilih centimeter, meter, inci, mil, dan sebagainya. Bahkan ada sebagian kelompok masyarakat
yang menggunakan hasta sebagai satuan panjang. Untuk satuan massa dapat dipilih ton,

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


kilogram, gram, dan sebagainya. Penggunaan bermacam-macam satuan ini tentu saja akan
menimbulkan beberapa kesulitan. Kita akan memerlukan bermacam-macam alat ukur (sebagai
patokan) yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kita juga akan mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi ilmiah, khususnya jika kita ingin beralih dari satuan tertentu ke satuan lain.
Dengan adanya kesulitan-kesulitan ini, kalangan ilmuwan sepakat untuk menggunakan satu
sistem satuan yang berlaku di seluruh dunia. Sistem satuan ini disebut sistem metrik yang sejak
tahun 1960 secara resmi diganti dengan sebutan Sistem Internasional atau SI.
Dalam satuan SI, satuan panjang adalah meter, satuan massa adalah kilogram, dan satuan
waktu adalah sekon. Sistem ini dikenal pula dengan istilah sistem MKS (meter-kilogram-sekon).
Di samping itu, dikenal pula sistem cgs (centimeter-gram-sekon). Maksudnya, satuan panjang
adalah centimeter, satuan massa adalah gram, dan satuan waktu adalah sekon. Dalam sistem
Inggris dikenal satuan inci (inch) untuk satuan panjang, pon (pound) untuk satuan gaya, dan
sekon (second) untuk satuan waktu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan satuan standar harus
memenuhi tiga syarat, yaitu: bersifat tetap, artinya tidak mengalami perubahan khususnya yang
berhubungan dengan iklim dan cuaca; berlaku secara internasional; dan mudah dibuat
tiruannya.

1. Satuan Standar Waktu


Satuan standar waktu adalah sekon (s). Dari tahun 1889-1967, satu sekon didefinisikan
sebagai 1/86.400 hari rata-rata matahari. Sekon standar pada saat ini didefinisikan lebih
tepat dengan menggunakan frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh atom cesium (133Cs)
ketika melewati dua tingkat energi yang paling rendah. Satu sekon didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan 9.192.631.770 getaran radiasi ini.

2. Satuan Standar Panjang


Satuan standar panjang adalah meter (m). Pada tahun 1960 meter standar didefinisikan
dengan menggunakan panjang gelombang cahaya oranye yang dipancarkan oleh gas
krypton (86Kr). Bulan November 1983 meter standar didefinisikan ulang. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan laju cahaya dalam ruang hampa yang telah diketahui terlebih dahulu,
yaitu sebesar 299.792.458 m/s. Definisi baru menyatakan bahwa 1 meter adalah jarak yang
ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama selang waktu 1/299.792.458 s.

3. Satuan Standar Massa


Satuan standar massa adalah kilogram (kg). Satu kilogram standar didefinisikan sebagai
massa silinder campuran platinum-iridium (Gambar 1.16). Silinder ini disimpan di Lembaga
Internasional Berat dan Ukuran di Sevres, dekat Paris.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


1.5.2. Awalan dalam SI
Dengan menggunakan sistem metrik, satuan yang lebih besar atau lebih kecil
didefinisikan dalam bentuk perkalian atau kelipatan 10. Misalnya, 1 kilometer = 1.000 m,
1
meter, dan 1 milimeter = 1
meter. Awalan centi-, kilo-, mili-, dan
1 centimeter = 100 1.000

sebagainya disajikan pada Tabel 1.2


Tabel 1.2 Awalan Sistem Metrik (SI)

Awalan Simbol Faktor


exa- E 1018
penta- P 1015
tera- T 1012
giga- G 10 9
mega- M 10 6
kilo- k 10 3
hekto- h 10 2
deka- da 101
deci- d 10 1
centi- c 10 2
mili- m 10 3
Mikro-  10 6
nano- n 10 9
piko- p 10 12
femto- f 10 15
atto a 10 18

Awalan-awalan pada Tabel 1.2 dapat digunakan untuk semua besaran fisika. Perhatikan
beberapa contoh penggunaan awalan untuk besaran panjang, massa, dan waktu di bawah ini.

Panjang
9
1 nanometer = 1 nm = 10 m
1 mikrometer = 1 m = 10 m
6

2
1 centimeter = 1 cm = 10 m
1 kilometer = 1 km = 103 m

Massa
3
1 kilogram = 1 kg = 10 g
1 mikrogram  1 g  10 6 g
3
1 miligram = 1 mg = 10 g

Waktu
9
1 nanosekon = 1 ns = 10 s
1 mikrosekon = 1 s  10 s
6

3
1 milisekon = 1 ms = 10 s

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


LATIHAN
1. Ungkapkan nilai-nilai berikut dengan menggunakan awalan pada Tabel 1.2: (a) 10 8 kg, (b)
10 6 m, (c) 5  10 7 s.
2. Isilah titik-titik di bawah ini!
(a) 1 milisekon = ….. sekon
(b) 1 gigameter = ….. meter
(c) 1 dekagram = ….. gram

1.5.3. Alat Ukur


A. Mengukur Panjang
a. Mistar
Untuk mengukur besaran panjang biasanya digunakan mistar atau penggaris. Ada beberapa jenis
mistar. Mistar yang skala terkecilnya 1 mm disebut mistar berskala mm, sedangkan mistar yang
skala terkecilnya 1 cm disebut mistar berskala cm. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasanya
menggunakan mistar berskala mm (Gambar 1.1). Satu skala terkecil mistar ini adalah 1 mm. Oleh
karena itu, ketelitian mistar berskala mm adalah 1 mm atau 0,1 cm.

Gambar 1.1 Mistar berskala mm.

b. Jangka Sorong
Untuk mengukur panjang dengan ketelitian 0,1 mm digunakan jangka sorong (Gambar 1.2).
Jangka sorong terdiri dari dua pasang rahang. Pasangan rahang pertama digunakan untuk
mengukur diameter dalam, sedangkan pasangan rahang kedua digunakan untuk mengukur
diameter luar. Di samping itu, ujung jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur kedalaman
lubang, misalnya kedalaman lubang sebuah botol. Dari pasangan rahang ini terdapat rahang yang
tidak dapat bergerak (rahang tetap) dan rahang yang dapat bergerak (rahang bergerak). Pada
rahang tetap terdapat skala utama dalam satuan cm dan mm. Pada rahang geser terdapat skala
pendek yang dibagi menjadi 10 bagian yang sama. Skala ini disebut nonius atau vernier. Panjang
10 skala nonius adalah 9 mm, sehingga panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


wikimedia.com
Gambar 1.2 Jangka sorong

c. Mikrometer Sekrup
Untuk mengukur panjang benda sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm digunakan
mikrometer sekrup (Gambar 1.3). Mikrometer sekrup memiliki dua macam skala, yaitu skala
utama dan skala melingkar. Bagian utama mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang
dipasang pada silinder pemutar atau biasa disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat
garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika silinder pemutar diputar satu putaran
penuh, maka poros akan bergerak sejauh 0,5 mm. Mengingat silinder pemutar memiliki 50 skala,
maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser 0,5 mm/50 = 0,01 mm =
0,001 cm. Mikrometer sekrup pada Gambar 1.5 menghasilkan pembacaan 7,38 mm. Hasil ini
berasal dari bacaan pada 7 mm pada skala utama ditambah 0,38 pada skala melingkar.

stlukeslive.co.uk

Gambar 1.3 Mengukur dengan mikrometer sekrup.

B. Mengukur Massa
Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian massa dan berat sering dipertukarkan. Seorang
pedagang sering berkata, “Gula pasir di kantong plastik itu beratnya 1 kg”. Pernyataan ini tidak
benar, sebab 1 kg menunjukkan ukuran massa bukan ukuran berat. Dalam fisika, massa dan berat
memiliki pengertian yang berbeda. Massa benda adalah ukuran banyaknya zat yang terkandung
pada benda, sedangkan berat benda adalah besarnya gaya gravitasi bumi yang bekerja pada
benda itu.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 1.4 Timbangan

Massa benda diukur dengan menggunakan neraca atau timbangan. Jika Anda membeli beras
atau buah-buahan di pasar tradisional, massa beras atau buah-buahan diukur dengan timbangan
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.8. Benda yang ditimbang ditempatkan pada wadah yang
terletak di salah satu sisi timbangan. Pada sisi timbangan yang lain diletakkan beberapa anak
timbangan untuk membuat keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa
anak timbangan yang digunakan untuk membuat keseimbangan.
Di samping neraca sebagaimana telah diuraikan di atas, sekolah-sekolah unggulan telah
memiliki laboratorium yang dilengkapi dengan neraca digital (Gambar 1.5). Neraca digital
memiliki kepekaan (sensitivitas) yang lebih baik. Pengukuran massa benda dengan neraca digital
dapat dilakukan dengan mudah.

Gambar 1.5 Neraca digital.

C. Mengukur Waktu
Waktu dapat diukur dengan jam atau arloji. Ada dua macam arloji, yaitu digital dan analog
(Gambar 1.6). Selang waktu yang biasanya diukur dengan arloji antara lain lama waktu istirahat
(misalnya, 15 menit), lama waktu pelajaran berlangsung (misalnya, 45 menit), dan lama
perjalanan (misalnya, 20 menit). Jadi, arloji biasanya digunakan untuk mengukur selang waktu
yang relatif lama.

Gambar 1.6 Arloji.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat, misalnya untuk mencatat lomba lari 200
meter, biasanya digunakan stopwatch. Ada dua macam stopwatch, yaitu stopwatch analog
(Gambar 1.7) dan stopwatch digital (Gambar 1.13b).

Gambar 1.7 Stopwatch

Stopwatch analog dijalankan dan dihentikan dengan menekan tombol-tombol yang


disediakan. Ada stopwatch yang memiliki satu tombol, yaitu untuk menjalankan, menghentikan,
dan mengembalikan ke titik nol. Ada pula stopwatch yang memiliki dua atau tiga tombol.
Bagaimanakah cara menggunakan stopwatch? Misalnya, Anda ingin mengukur waktu pada saat
berlangsung lomba lari 200 m. Ketika para pelari mulai bergerak dari garis start, Anda menekan
tombol dan ketika pelari mencapai garis finish, Anda menekan tombol lagi. Selanjutnya, waktu
yang diperlukan pelari dapat dibaca pada stopwatch. Untuk mengembalikan jarum ke titik nol,
Anda harus menekan tombol lagi.
Untuk mengukur selang waktu yang lebih teliti, digunakan stopwatch digital. Jika stopwatch
analog hanya mampu melaporkan hasil pengukuran 9,8 s, maka stopwatch digital mampu
melaporkan hasil pengukuran 9,85 s. Jadi, stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1 s, sedangkan
stopwatch digital memiliki ketelitian sampai 0,01 s. Gambar 1.8 menunjukkan stopwatch digital
yang menunjukkan angka 2’23” sekon.

Gambar 1.8 Stopwatch digital.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


1.5.4. Konversi Satuan
Kita pernah mendengar informasi tentang beberapa ukuran yang dinyatakan dalam satuan
tertentu. Organisasi negara-negara pengeskpor minyak (OPEC) menggunakan barrel sebagai
satuan volume. Dalam bidang pelayaran, jarak yang ditempuh kapal biasanya diukur dengan
satuan mil. Di Amerika Serikat, satuan volume diukur dengan satuan gallon. Nah, bagaimanakah
kita dapat memahami satuan-satuan ini?
Untuk memahami satuan-satuan di atas, kita perlu mengubah satuan-satuan tersebut menjadi
satuan-satuan yang mudah dipahami. Perubahan satuan ini biasanya disebut dengan istilah
konversi satuan. Konversi satuan ini dapat dilakukan dengan menggunakan faktor konversi
satuan, sebagaimana disajika pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Faktor Konversi Satuan

Massa
1 kg = 1.000 g = 0,0685 slug
1 slug = 14,59 kg
Panjang
1 m = 100 cm = 1.000 mm = 106 m = 109 nm
1 km = 1.000 m = 0,6214 mil
1 m = 3,281 kaki = 39,37 inci
1 cm = 0,3947 inci
1 inci = 2,540 cm
1 kaki 30,48 cm
1 mil = 5.280 kaki = 1,609 km
1 mil laut = 6.080 kaki
Waktu
1 menit = 60 s
1 jam = 3.600 s
1 hari = 86.400 s
1 tahun = 365, 24 hari = 3,156  107 s
Luas
1 cm = 0,155 inci2
2

1 m2 = 104 cm2 = 10,76 kaki2


Volume
1 liter = 1.000 cm3 = 1.000 cc
1 liter = 1 dm3
1 ml = 1 cm3
1 kaki = 0,02832 m3 = 28,32 liter = 7,477 galon
3

1 galon = 3,788 liter

Untuk memudahkan melakukan konversi besaran panjang, massa, dan waktu kalian dapat
menggunakan tangga konversi, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.17. Setiap naik satu anak
tangga, nilai mula-mula dibagi 10. Sebaliknya, setiap turun satu anak tangga, nilai mula-mula
harus dikalikan 10. Untuk memberi gambaran penggunaan tangga konversi, perhatikan uraian di
bawah ini.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 1.17 Tangga konversi

Misalnya, kalian ingin mengkonversi 3,45 meter ke sentimeter. Dalam tangga konversi, satuan
cm terletak dua anak tangga di bawah satuan m. Artinya, untuk mengkonversi satuan meter ke
sentimeter kita harus menuruni dua anak tangga. Jadi, kita harus mengalikan bilangan mula-
mula, yaitu 3,45, dengan 100. Diperoleh,

3,45 m  3,45  100 cm  345 cm.

Sekarang seandainya kalian ingin mengkonversi 405 gram ke kilogram. Dalam tangga konversi,
satuan kilogram terletak tiga anak tangga di atas satuan gram. Artinya, untuk mengkonversi
satuan gram ke kilogram kita harus menaiki tiga anak tangga. Jadi, kita harus membagi bilangan
mula-mula, yaitu 405, dengan 1.000. Diperoleh,

405
405 gram  kg  0,405 kg.
1.000

Sebagai alternatif, untuk mengubah satuan dapat dilakukan dengan mengalikan sebuah pecahan
yang bernilai satu. Sebagai contoh, dengan mengingat 1 m = 100 cm maka
1m 100 cm
  1.
100 cm 100 cm

Jadi,
1m
232 cm  232 cm
  2,32 m.

100 cm

Contoh Soal
 60 s 
3 menit  (3 me nit)     180 s.
1.  1 me nit 

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


 36 km    1.000 m   1 ja m  36.000 m
36 km/jam         10 m/s.
2.  j 
a m   1 km   3.600 s  3 .600 s

LATIHAN
Isilah titik-titik di bawah ini.
1. 600 cm = … dm 9. 200 mil = km
2. 250 dam = … mm 10. 600 kaki = … cm
3. 538 cm3 = … L 11. 12 inci = … cm
4. 225 cc = dm3 12. 500 mg = … g
5. 25 mL = … dm3 13. 5 galon = … cm3
6. 0,07 km = … km 14. 245 mm = … dm
7. 2 kL = … L 15. 2.075 mg = … g
8. 2,45 kg = … mg

1.6. Pengukuran Besaran Turunan


Kita telah mempelajari cara mengukur panjang, massa, waktu, dan suhu. Beberapa alat ukur yang
telah kita pelajari merupakan alat untuk mengukur besaran pokok. Bagaimanakah cara mengukur
besaran turunan? Dengan kemajuan teknologi, sudah banyak alat ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur besaran turunan. Misalnya, tekanan udara diukur dengan barometer, kelajuan
diukur dengan spedometer, dan gaya diukur dengan dinamometer. Sekarang kita akan
mempelajari cara mengukur dua besaran turunan, yaitu luas dan volume.

1.6.1. Luas
Bagaimanakah cara mengukur luas persegi panjang? Seperti telah Anda pelajari di
sekolah dasar, rumus luas persegi panjang adalah panjang kali lebar. Jadi, untuk mengukur luas
persegi panjang dapat digunakan rumus luas persegi panjang. Sebuah persegi panjang yang

memiliki panjang 8 cm dan lebar 3 cm memiliki luas L  8 cm  3 cm  24 cm . Luas persegi


2

panjang dapat ditentukan dengan rumus karena bangun persegi panjang memiliki bentuk yang
teratur. Secara umum, luas bangun yang teratur bentuknya dapat ditentukan dengan rumus luas.
Gambar 1.18 menunjukkan beberapa bangun yang teratur bentuknya.

bujur sangkar, L = l  l persegi panjang, L = p  l

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


segitiga, L  2 (a  t )
1
jajaran genjang, L = a  l

trapesium, L  2 ( a  b)  t
1
lingkaran, L  r
2

Gambar 1.18 Luas bangun yang teratur bentuknya dapat dihitung dengan rumus luas.

1.6.2. Volume
Seperti telah Anda pelajari di sekolah dasar, volume bangun yang teratur bentuknya dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus volume. Sebagai contoh, volume balok yang memiliki

panjang p, lebar l, dan tinggi t adalah V  p  l  t. Jadi, sebuah balok yang berukuran
p  6 cm, l  4 cm, dan t  2 cm memiliki volume V  48 cm 3 . Beberapa bangun yang teratur

bentuknya sehingga volumenya dapat ditentukan dengan menggunakan rumus volume dapat
dilihat pada Gambar 1.20.

kubus, V  l silinder, V  r t balok, V  p  l  t


3 2

bola, V  3 r kerucut, V  3 r t
4 3 1 2

Gambar 1.20 Volume bangun yang teratur bentuknya dapat dihitung dengan rumus volume.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


LATIHAN

1.1 Berapa nilai ekivalen dari 100 km/jam dalam meter per detik, dan dalam mil per jam.
Jawab :

Kita gunakan konversi 1 km = 1000 m, 1jam = 60 menit, 1 menit = 60 s


Kita kalikan besaran 100 km/jam dengan sekumpulan faktor konversi yang masing-masing
mempunyai nilai = 1, maka didapat :

100 km x 1 x 1 100 km 1000 m 1 jam 1 menit


 x x x
jam jam km 60 menit 60 s
= 27,7 m / s

Untuk merubah dalam satuan mil per jam, kita gunakan faktor konversi :
(1 mil / 1,61 km) = 1

100 km 100 km 1 mil


x 1 x  62,1 mil / jam
jam jam 1,61 km

1.2. Berapakah 65 mil /j dinyatakan dalam meter per detik ?


Jawab :

65 mil 65 mil 1,61x10 3 m 1 jam 1 mnt


x 1 x 1 x x x
jam jam mil 60 mnt 60 s

 29,1 m / s

RANGKUMAN

 Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan hasilnya selalu dapat dinyatakan dengan angka.
 Mengukur adalah membandingkan antara besaran yang diukur dan besaran sejenis yang
digunakan sebagai patokan.
 Satuan baku adalah satuan yang telah diakui secara internasional, misalnya meter, kilogram,
dan sekon, sedangkan satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakui secara internasional.
 Untuk mengukur panjang dapat digunakan mistar (ketelitian 1 mm), jangka sorong (ketelitian
0,1 mm), dan mikrometer sekrup (ketelitian 0,01 mm).
 Massa benda adalah ukuran banyaknya zat yang terkandung pada benda, sedangkan berat
benda adalah besarnya gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda itu. Massa benda diukur
dengan menggunakan neraca atau timbangan.
 Untuk mengukur waktu dapat digunakan arloji atau stopwatch.
 Dalam Sistem Internasional (SI), satuan panjang adalah meter, satuan massa adalah kilogram,
dan satuan waktu adalah sekon. Sistem ini dikenal pula dengan istilah sistem MKS (meter-
kilogram-sekon). Di samping itu, dikenal pula sistem cgs (centimeter-gram-sekon). Dalam
sistem cgs, satuan panjang adalah centimeter, satuan massa adalah gram, dan satuan waktu
adalah sekon. Dalam sistem Inggris dikenal satuan inci (inch) untuk satuan panjang, pon
(pound) untuk satuan gaya, dan sekon (second) untuk satuan waktu.
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
 Besaran fisika dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Satuan yang berkaitan dengan besaran pokok dinamakan satuan pokok, sedangkan satuan
yang berkaitan dengan besaran turunan dinamakan satuan turunan. Besaran pokok adalah
besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu.
 Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
 Ada tujuh besaran pokok dalam fisika. Adapun ketujuh besaran pokok beserta satuannya
adalah massa (kilogram), panjang (meter), waktu (sekon), suhu (kelvin), kuat arus (ampere),
jumlah zat (mol), dan intensitas terang cahaya (kandela).
 Untuk mengukur volume benda padat yang tidak teratur bentuknya dapat digunakan gelas
ukur.

SOAL – SOAL LATIHAN


A. Pilihan Ganda
Petunjuk: Pilihlah satu jawaban yang tepat!

1. Satuan massa dalam sistem SI adalah ….


A. g C. mg
B. kg D. ton
2. Dari besaran-besaran di bawah ini merupakan besaran pokok, kecuali ….
A. panjang C. energi
B. waktu D. suhu
3. Dari besaran-besaran di bawah ini merupakan besaran turunan, kecuali ….
A. Luas C. volume
B. Energi D. panjang
4. Suatu pengukuran akan berguna jika dinyatakan dengan ….
A. angka C. angka dan satuan
B. satuan D. awalan dan satuan
5. Contoh satuan SI adalah ….
A. km C. oC
B. inci D. sekon
6. Sebuah benda massanya 3 kg. Besaran fisika pada pernyataan ini adalah ….
A. 3 kilogram C. massa
B. kilogram D. 3
7. Satu hektar sama dengan 1 hm2. Satuan ini sama dengan ….
A. 1.000.000 m2 C. 100 m2
2
B. 10.000 m D. 10 m2
8. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur besaran panjang hingga ketelitian ….
A. 0,1 cm C. 0,05 cm
B. 0,1 mm D. 0,05 mm
1
9. Awalan sistem SI yang artinya 1.000 adalah ….
A. kilo- C. centi-
B. nano- D. mili-
10. Massa jenis minyak adalah 0,8 g/cm 3. Jika dinyatakan dalam satuan SI, nilainya sama dengan
….
A. 8 kg/m3 C. 800 kg/m3
3
B. 80 kg/m D. 8.000 kg/m3
11. Volume kubus yang panjang rusuknya 0,02 m adalah ….
A. 2 cm3 C. 8 cm3
B. 4 cm3 D. 80 cm3
12. Erna, Wahyu, Budi, dan Candra mengukur volume air, dengan hasil berturut-turut adalah 100
L, 100 dm3. 10.000 mL, dan 1 m3. Pengukuran volume paling besar dihasilkan oleh ….
A. Erna C. Wahyu

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


B. Budi D. Chandra
13. 1 cm3 sama dengan ….
A. 1 mL C. 1.000 mL
A. 3,82 cm D. 3,85 cm

B. Uraian
Konversi Satuan

1. Isilah titik-titik di bawah ini!


(a) 10 m = …km
(b) 2 km = … cm
(c) 250 mL = … L
(d) 2.000 g = … kg
(e) 10 kg = … mg
(f) 1.500 cc = … L
2. Isilah titik-titik di bawah ini!
(a) 5,25 ton = … kg
(b) 0,275 kuintal = … kg
(c) 55,8 ons = … kg
(d) 425 kg = … kuintal
(e) 525 kuintal = … ton
Pengukuran Besaran Turunan
1. Hitunglah luas
(a) persegi panjang yang berukuran 8 cm  6 cm,
(b) lingkaran dengan jari-jari 14 cm (gunakan  
22
7 ), dan
(c) segitiga dengan alas 9 cm dan tinggi 6 cm.
2. Hitunglah volume
(a) balok yang berukuran 8 cm  4 cm  3 cm
(b) kubus dengan rusuk 4 cm, dan
(c) silinder yang memiliki jari-jari alas 7 cm dan tinggi 20 cm (gunakan  
22
7 ).

KONVERSI SATUAN
1. Massa jenis timah kira-kira 11,3 g/cm3. Berapakah massa jenis timah jika dinyatakan dalam
sistem MKS?
2. Laju perambatan bunyi di udara adalah 340 m/s. Nyatakan laju perambatan bunyi di udara
dalam satuan km/jam!
3. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 120 km/jam. Nyatakan kecepatan mobil itu dalam
satuan m/s!
4. (a) 2,5 mL = … mm3
(b) 0,4 m3 = … L
(d) 2.000 mL = …. m3
(e) 0,02 m3 = … cc
5. 1 mil/jam = … m/s

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


BAB II. PENYUSUNAN DAN PENGUARAIAN VEKTOR

2.1. Pengertian Vektor

Sebagian besaran –besaran pada fisika adalah besaran vektor, atau diperolah dari operasi
vektor. Materi vektor adalah materi dasar yang akan menjadi prasyarat bagi konsep – konsep
Fisika yang lain seperti : Kinematika, Dinamika, listrik statis dan lain – lain. Konsep vektor pada
modul ini sebenarnya tidak berbeda pada konsep vektor pada mata pelajaran Matematika.
Konsep vektor yang kita kenalkan pada modul ini meliputi : notasi vektor, penjumlahan dan
pengurangan vektor secara grafis dengan metode poligon da jajarangenjang, resultan vektor
segaris dan vektor yang membentuk sudut, dan bahan pengayaan tentang operasi perkalian
vektor.

2.2. Besaran Vektor dan Skalar


Selain besaran pokok dan turunan, jenis besaran lain yaitu besaran vektor dan skalar. Besaran vektor
adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah, sedangkan besaran skalar adalah besaran yang
hanya memiliki nilai saja tidak memiliki arah.

Tabel 2.1. Contoh besaran vektor dan skalar


Besaran vektor Besaran skalar
Perpindahan Jarak
Kecepatan Kelajuan
Percepatan Perlajuan
Gaya Tekanan
Rapat arus listrik Arus listrik
Medan listrik Massa
Medan magnet Usaha

2.3. Penulisan Notasi Vektor


Vektor dituliskan dengan symbol anak panah. Panjang anak panah menunjukkan nilai vektor
sedangkan tanda panah menyatakan arah vektor. Notasi vektor dituliskan dengan cara :
a. Ditulis dengan huruf tebal, contoh vektor A ditulis A

b. Ditulis dengan huruf yang diatasnya diberi tanda panah contoh F, v

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh cara melukiskan A (dibaca vektor A)
Nilai vektor

Titik tangkap arah vektor/ujung vektor

Vektor
Dua buah vektor dikatakan sama apabila nilai (panjang) dan arahnya sama

Contoh :
A maka vektor A sama dengan vektor B
B

Tetapi apabila nilainya sama tetapi arahnya berlawanan maka kedua vektor itu berlawanan.
Contoh :
A Maka vektor A berlawanan dengan vektor
B atau A = - B (tanda (-) menunjukkan arah vektor bukan nilai).

2. Operasi Vektor
2.3.1. Melukiskan Penjumlahan dan Pengurangan vektor.
Penjumlahan vektor tidak sama seperti penjumlahan bilangan biasa atau penjumlahan besaran
skalar karena arah vektor mempunyai pengaruh dalam penjumlahan vektor. Nilai hasil
penjumlahan vektor disebut resultan vektor. Ada beberapa metode penjumlahan vektor
tergantung pada arah dan kedudukan vektor. Secara grafis penjumlahandua buah vektor dapat
digambarkan sebagai berikut :
1). Lukislah vektor pertama sesuai niali dan arahnya.
2). Letakkan titik tangkap vektor kedua doujung vektor pertama sesuai dengan nilai dan arahnya.

Contoh :
3. Penjumlah dua atau tiga buah vektor yang terletak segaris.
Jika diketahuai vektor A, B da C sebagai berikut :
A B C

a). A + B A B
A+B
b). A + C C A
A+C
c). A – B -B A
A–B

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 2.1 Penjumlah vector segaris

2.3.2. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor dalam satu bidang datar


Hasil penjumlahan dan pengurangan vektor disebut resultan vektor. Semisal kita
memiliki vektor sebagai berikut :

F3

F1
F2

Untuk melukiskan penjumlahan sejumlah vektor diatas dapat digunakan dua


metode yaitu metode poligon dan metode jajaran genjang.
3.1. Metode Poligon
Secara grafis penjumlahan dan pengurangan dengan metode poligon adalah
sebagai berikut :
Contoh
a. F1 + F2 c. F1 + F2 + F3
F2 F2

F1 F1
F1+F2 F3

b.. F1 - F2 =… F1 + F2 + F3
-F2

F1- F2 F1

Gambar2.2. Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara poligon

2.3.3. Metode jajaran genjang


Cara melukiskan resultan vektor dengan metode jajaran genjang adalah sebagai berikut :
 Letakkan titik tangkap vektor 1 dan 2 pada satu titik sesuai nilai dan arah masing –
masing vektor.
 Tariklah garis dari ujung vektor satu sejajar dengan vektor yang lain dan sebaliknya.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


 Tariklah garis dari titik pangkal kedua vektor sampai ke titik potong garis sejajar vektor
tersebut.

Contoh :

1). F1 + F2
F1
F1+F2

F2
2). F1 - F2
F1
F1 – F2
-F2

3). F1 + F2 + F3 F1

F1+F2

F2

(F1+F2)+F3

F3

Gambar2.3. Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara jajaran genjang

2.3.4. Menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor


Penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor yang membentuk sudut tertentu
Dua vektor F1 dan F2 yang saling mengapit sudut  seperti pada gambar maka besar
resultan kedua vektor tersebuta adalah :
F1

R
 (180-)
 F2

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 1.13. Penjumlahan dua vector dengan aturan cosinus

F1 + F2 = R
Secara metematis nilai Resultan ( R ) diselesaikan dengan rumus aturan cosinus sebagai
berikut :

R 2  F12  F22  2  F1  F2  cos 


R  F12  F22  2  F1  F2  cos 

2.3.5. Arah Vektor Resultan


C

R F1
 (180-)
A  B
F2
Gambar1.14. arah resultan dua vector dengan aturan sinus

Perhatikanlah segitigaa ABC diatas, dengan menggunakan rumus aturan sinus


maka diperoleh rumusan sebagai berikut :

R F
 1 ; ingat sin (180 - α)  sin α
sin(180 - α) sinβ
R F
 1
sin α sinβ
F sin α
sin β  1
R
dimana β adalah sudut yang menunjukkan arah Vektor Resultan
contoh :
dua buah gaya F1 dan F2 masing – masing besarnya 50 N dan 30 N saling
mengapit sudut 600. tentukan arah dan resultan kedua vektor tersebut ?
diketahui :
F1 = 50 N
F2 = 30 N
 = 600
Ditanya : R dan  ……?
Jawab :

R  F12  F22  2  F1  F2  cos 

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


R  502  30 2  2  50  30cos 60

R  502  30 2  2  50  30 12

R  4900
R  70 N

arah vektor resultan adalah


F1 sin α
sin β 
R
F sin α
sin β  1
R
50 sin 60
sin β 
70
25 3
sin β   0,618
70
β  38,20
jadi resultanyaa 70 N ke arah 38,20 terhadap F2.

2.3.6. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor


a. Menguraikan Vektor
Jika dua buah vektor atau lebih dapat diresultan menjadi satu buah vektor
resultan maka berlaku juga sebaliknya. Sebauh vektor dapat diuraikankembali
menjadi dua buah vektor yang disebut vektor komponen. Vektor dapat
diproueksikan pada sumbu koordinat X, Y atau kartesian. Uraian vektor pada
sumbu Y di sebut komponen Vektor sumbu Y demikian halnya dengan sumbu X,
vektor komponennya disebut komponen vektor sumbu X.
Perhatikanlah cara menguraikan sebauh vektor atau lebih pada sumbu X
dan sumbu Y berikut :
Y

Fx = F. cos 
Fy = F. sin 
Fy F
F  (Fx ) 2  (Fy ) 2

Fx X
Gambar1.15. penguraian sebuah vector pada bidang XY

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Fx = komponen vektor F pada sumbu X
Fy = komponen vektor F pada sumbuY
 = suduat antara F dan Fx

b. Perpaduan dua buah vektor atau lebih dengan analitis vektor.


Sejumlah vektor yang terletak membentuk sudut tertentu terhadap bidang horinsontal
(sumbu X) atau vertical (sumbu Y) akan lebih mudah jika seluruh vektor omponen
dijumlahkan pada sumbu masing masing dibanding dengan mengunakan cara grafis.
Metode ini dikenal dengan cara analitis. Untuk lebih jelasnya perhatikan langkah –
langkah berikut :

1). Lukislah uraian vektor komponen X dan Y dari masing-masing vektor.

F2 F2y

F1y F1
 
F2x F1x x

F3

Gambar 2.4. Penjumlahan dua vector atau lebih pada sumbu X dan Y dengan
cara analisis

2). Carilah nilai vektor komponen X dan Y lalu masukan ke tabel beriut :

Vektor Vektor Komponen Vektor Komponen


Sumbu X Sumbu Y
F1 F1x= F1cos  =…. F1y= F1sin  =….
F2 F2x= -F2cos  = … F2y= F2sin  = …
F3 F3x= -F3cos 90 =…. F3x= -F3sin 90 =….
 Fx=……………. Fy=…………….

Tanda (-) menunjukkan sumbu X atau Y (-)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


3). Hitunglah resultan dengan rumus berikut :

R  F    F 
x
2
y
2

untuk menentukan arah vektor resultan digunakan nilai tangen vektor


komponen X dan Y :

Tan α 
F x

F y

 = sudut vektor resultan terhadap sumbu X

contoh :
Tiga buah vektor F1, F2 dan F3 masing – masing besarnya adalah 10 N, 20 N dan 5 N
terletak seperti pada gambar 1.17. Tentukan resultan dan arah ketiga vektor
tersebut.

Vektor komponen Gaya pada sumbu X dan Y adalah :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Vektor Vektor Komponen Vektor Komponen
Sumbu X Sumbu Y
F1 20 cos 37 = 20.0.8 = 16 N 10 sin 37 = 10. 0,6 = 12 N
F2 - 30cos53 = 30.0,6 = -18N 30 sin 53 = 30.0,8 = 24 N
F3 -8 cos 90 = 0 -10 sin 90 = -10.1 = -10 N
 Fx= - 2 N Fy= 2 N
jadi resultan Vektornya adalah :

R   2 2   2 2
R 44
R 8
R2 2 N
sedangkan arah vektor komponennya adalah:
2
Tan α   1
2
 = 1350 terhadap sumbu X (+) atau 450 terhadap sumbu X (-).
Soal latihan
1. Sebuah gaya sebesar 20 N membentuk sudut 60o terhadap sumbu x positif.
Tentukan vektor komponen sumbu x dan y.
2. Dua vektor kecepatan v1 dan v2 masing masing besarnya 20 ms -1 dan 30 ms-1
memiliki arah seperti pada gambar dibawah. Tentulah resultan vektor komponen
pada sumb x dan y

3. tiga buah gaya F1, F2, dan F3 masing – masing besarnya 20 N, 20 N dan 40 N
membntuk sudut masing-masing 45o, 135 dan 270 terhadap sumbu x positif.
Tentukan
 vektor Komponen masing –masing sumbu
 arah dan resultan ketiga vektor tersebut

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


EVALUASI
1. y
F2 = 3N


F1 = 4N x
Resultan gaya F1 pada sumbu x dengan gaya F2 sumbu y, besar dan arahnya ….
2. Dua gaya F1 dan F2 saling tegak lurus, resultan gayanya R = 40 N dan bersudut 37 0
terhadap F1, maka dari pernyataan berikut :
3. Dua vektor sama besar, bersudut  satu terhadap lainnya. Ternyata resultannya sama
besar dengan kedua vektor tersebut. Sudut  itu sama dengan ….

4. Sebuah vektor pada bidang xoy, bersudut 600 terhadap sb x dengan pangkalnya berada
di O, maka komponen vektor v = 8 ms-1 pada sumbu x dan y adalah ……. ms-1.
5. Dua buah vektor gaya yang besarnya sama mempunyai perbandingan antara selisih dan

jumlah kedua vektor tersebut adalah 3 , maka sudut apit kedua vektor tersebut
adalah. ….

Essay
1. Tentukan banyaknya angka penting data hasil pengukuran
dibawah ini dan tulislah menjadi bilangan dengan 3 angka penting:
a. 0,0023 kg
b. 250,00 m
c. 250,00 m
d. 25000 m
e. 2,5000 cm

2. sawah pak toni berukuran 325,25 m kali 500,125 m, dengan


menggunakan aturan angka penting hitunglah Keliling dan Luas sawah pak toni
3. lima buah vekor gaya masing , masing 6 N, 4 N, 8 N, 4 N dan 4
N membentuk sudut terhadap sumbu X berurutan 300, 600, 2100,2400,dan 3300,
tentukan besar Resultan dan arah kelima vektor tersebut

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Rangkuman
1. Besaran vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah
dan besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja tidak memiliki arah.
Besaran vektr contohnya Perpindahan, Kecepatan, Percepatan, Rapat arus listrik, Medan
listrik dan besarab sklara Jarak Kelajuan, Perlajuan, Tekanan, Arus listrik, Massa, Usaha.
2. Vektor dituliskan dengan symbol anak panah. Panjang anak panah
menunjukkan nilai vektor sedangkan tanda panah menyatakan arah vektor. Notasi

vektor dituliskan dengan cara Ditulis dengan huruf tebal, diberi tanda panah contoh F, v
.
3. Penjumlahan vektor Ada beberapa metode penjumlahan vektor
tergantung pada arah dan kedudukan vektor. Untuk melukiskan penjumlahan sejumlah
vektor digunakan dua metode yaitu metode poligon dan metode jajaran genjang.
4. untuk menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor Penjumlahan dan
pengurangan dua buah vektor (F 1 dan F2) yang membentuk sudut  diselesaikan

R  F12  F22  2  F1  F2  cos  dan dengan arah Vektor Resultan :


dengan rumus :

F sin α
sin β  1
R dimana β adalah sudut yang menunjukkan arah Vektor Resultan
5. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor.

6. Perpaduan dua buah vektor atau lebih dengan analitis vektor. vektor
komponen X dan Y dari masing-masing vektor.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


BAB III. KINEMATIKA GERAK LURUS

3.1. Gerak Benda


Mekanika yang mempelajari tentang gerak benda diantaranya terdiri dari Kinematika dan
Dinamika. Persoalan-persoalan mekanika di antaranya mencakup tentang perhitungan lintasan
peluru dan gerak pesawat ruang angkasa yang dikirim ke luar bumi. Jika kita hanya
menggambarkan gerak suatu benda, maka kita membatasi diri pada kinematika; sedangkan
jika kita ingin menghubungakan gerak suatu benda terhadap gaya-gaya penyebabnya dan
juga sifat/karakteristik benda yang bergerak tersebut, maka kita menghadapi permasalahan
dinamika. Jadi kinematika zarrah artinya penggambaran gerak suatu zarrah tanpa
mennghubungkan dengan gaya penyebabnya, sedangkan dinamika adalah penggambaran
gerak benda dengan mengaitkannya dengan gaya-gaya penyebabnya.

3.2. Acuan, Kedudukan, Jarak dan Perpindahan


Setiap gerak benda, misalnya gerak mobil atau motor di jalan, gerak kereta api, pesawat, orang
yang berlari, jalan, gerakan benda-benda angkasa merupakan kejadian yang selalu kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu fisika yang mempelajari gerak benda, konsep gaya dan
energi yang berkaitan disebut mekanika. Mekanika terdiri dari dua bagian, yaitu Kinematika
(ilmu fisika yang membahas tentang gerak benda tanpa mempersoalkan penyebabnya) dan
Dinamika (ilmu fisika yang menjelaskan gaya sebagai penyebab gerakan benda dan membahas
mengapa benda bergerak demikian).

Terdapat beberapa jenis gerak benda dalam kehidupan sehari-hari, yang akan kita pelajari pada
pokok bahasan Kinematika, antara lain gerak translasi (gerak benda pada jalur atau lintasan
yang lurus, yang merupakan gerak satu dimensi),gerak parabola (gerak yang lintasannya
melengkung) dan gerak melingkar (gerak yang lintasannya berbentuk lingkaran).

3.2.1. Titik Acuan


Apabila kita mengukur posisi suatu benda, jarak atau kelajuan (skalar) maka kita harus
berpatokan pada suatu kerangka acuan. Misalnya, ketika kita berada di atas mobil yang

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


bergerak dengan laju 60 km/jam, sebenarnya kita sedang bergerak di atas permukaan bumi,
sehingga kelajuan mobil tersebut berpatokan pada bumi sebagai kerangka acuan. Atau ketika
berada di dalam kereta api yang bergerak dengan laju 70 km/jam, kita melihat seorang yang
berjalan menuju kita misalnya dengan laju 6 km/jam. laju orang yang berjalan tersebut
sebenarnya ditetapkan dengan berpatokan pada kereta api sebagai kerangka acuan,
sedangkan laju kereta sebesar 70 km/jam berpatokan pada permukaan bumi sebagai kerangka
acuan. Apabila orang tersebut berjalan searah dengan gerak kereta api maka kelajuan orang
tersebut 76 km/jam, terhadap bumi sebagai kerangka acuan. Dalam kehidupan sehari-hari,
ketika menyebutkan kelajuan suatu gerak benda, maksud kita sebenarnya terhadap bumi
sebagai kerangka acuannya, hanya hal tersebut jarang dikatakan. Walaupun demikian,
kerangka acuan harus ditetapkan agar tidak timbul kerancuan alias kebingungan.

Selain kelajuan, jarak juga bergantung pada kerangka acuan. Sebagai contoh, tidak ada artinya
jika saya mengatakan Kampus Universitas Mercu Buana berjarak 200 m, kecuali jika saya
menambahkan Kampus Universitas Mercu Buana berjarak 200 m dari lampu stopan. Lampu
stopan digunakan sebagai kerangka acuan. Dalam mengatakan kecepatan (vektor) gerak suatu
benda, selain menyebutkan acuannya, kita juga harus mengatakan arah gerak. Dalam fisika,
kita sering menggunakan sumbu koordinat untuk mengatakan kerangka acuan.

Benda-benda yag terletak di sebelah kanan titik asal (0) pada sumbu x memiliki koordinat x
positif dan titik di sebelah kiri 0 memiliki koordinat x negatif. Posisi sepanjang sumbu y biasanya
dianggap positif jika terletak di atas nol dan negatif bila terletak di bawah nol (ini hanya
merupakan ketetapan).

3.2.2. Kedudukan
Kedudukan merupakan posisi/letak suatu benda pada suatu waktu tertentu terhadap suatu
acuan/titik acuan. Umumnya digunakan lintasan horizontal sebagai sumbu x dan titik acuannya
adalah 0 (lihat gambar di atas). kedudukan di sebelah kanan titik acuan (0) ditetapkan sebagai
kedudukan positif dan kedudukan di sebelah kiri titik acuan (0) ditetapkan sebagai kedudukan
negatif.

Kedudukan suatu benda juga ditentukan oleh jaraknya terhadap titik acuan. Misalnya kita
tetapkan titik 0 sebagai acuan. Jika kedudukan A berjarak 5 di sebelah kanan 0 maka dikatakan
kedudukan A adalah Xa = 5. Kedudukan B yang berjarak 6 di sebelah kiri 0 maka dikatakan
kedudukan B adalah Xb = -6. (lihat gambar di bawah)
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
3.2.3. Jarak
Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam selang waktu
tertentu. Jarak termasuk besaran skalar, di mana tidak bergantung pada arah dan nilainya
selalu positif. Jarak memiliki pengertian yang berbeda dengan perpindahan. Sebagai contoh,
lihat gambar di bawah. Misalnya, skala yang digunakan pada gambar di bawah adalah 20 m = 1
cm. Dari titik acuan 0, kamu bergerak ke kanan (ke arah sumbu +x) sejauh 100 m (pada gambar
5 cm, ingat skala 20 m = 1 cm). setelah itu kamu bergerak sejauh 100 meter ke kiri (kearah
sumbu -x). Jarak total yang kamu tempuh adalah sejauh 200 m (pada gambar 10 cm).

3.2.4. Perpindahan

Perpindahan merupakan perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu.
Berbeda dengan jarak, perpindahan merupakan besaran vektor sehingga besar/nilainya
bergantung pada arah. Sebagai contoh, lihat gambar di bawah. Misalnya, skala yang digunakan
pada gambar di bawah adalah 20 m = 1 cm. Dari titik acuan 0, kamu bergerak ke kanan (ke
arah sumbu +x) sejauh 100 m (pada gambar 5 cm, ingat skala 20 m = 1 cm). Setelah itu kamu
bergerak sejauh 100 meter ke kiri (kearah sumbu -x). Besarnya perpindahan yang kamu tempuh
adalah 0, karena kedudukanmu tetap atau tidak berubah meskipun kamu melakukan gerakan.
Pada contoh ini, kedudukan awal dan akhirmu berada pada titik yang sama (0).

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


3.3. Gerak Lurus Beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan diartikan sebagai gerakan pada lintasan lurus dengan kecepatan
tetap/konstan. Kecepatan tetap berarti percepatan nol. Dengan kata lain benda yang bergerak
lurus beraturan tidak memiliki percepatan. Dalam kehidupan sehari-hari sangat jarang
ditemukan benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus dengan kecepatan tetap.

Karena pada Gerak Lurus Beraturan (GLB) kecepatan gerak suatu benda tetap, maka
kecepatan rata-rata sama dengan kecepatan atau kelajuan sesaat. Ingat bahwa setiap saat
kecepatan gerak benda tetap, baik kecepatan awal mapun kecepatan akhir. Karena kecepatan
benda sama setiap saat, maka kecepatan awal juga sama dengan kecepatan akhir. Dengan
demikian kecepatan rata-rata benda juga sama dengan kecepatan sesaat.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


3.3.1. GRAFIK GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

Grafik sangat membantu kita dalam menafsirkan suatu hal dengan mudah dan cepat. Untuk
memudahkan kita menemukan hubungan antara Kecepatan, perpindahan dan waktu tempuh
maka akan sangat membantu jika digambarkan grafik hubungan ketiga komponen tersebut.

1. Grafik Kecepatan terhadap Waktu (v-t)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa kecepatan bernilai tetap pada tiap satuan waktu.
Kecepatan tetap ditandai oleh garis lurus, berawal dari t = 0 hingga t akhir.

Contoh : perhatikan grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) di bawah ini

Kecepatan gerak benda pada grafik di atas adalah 3 m/s. 1, 2, 3 dstnya adalah waktu tempuh
(satuannya detik). Amati bahwa walaupun waktu berubah dari 1 detik sampai 5, kecepatan
benda selalu sama (ditandai oleh garis lurus).

Bagaimana kita mengetahui perpindahan benda melalui grafik di atas ? luas daerah yang diarsir
pada grafik di atas sama dengan perpindahan benda. Jadi, untuk mengetahui besarnya
perpindahan, hitung saja luas daerah yang diarsir. Tentu saja satuan perpindahan adalah
satuan panjang, bukan satuan luas.

Dari grafik di atas, v = 5 m/s, sedangkan t = 3 s. Dengan demikian, jarak yang ditempuh benda =
(5 m/s x 3 s) = 15 m. Cara lain menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan
persamaan GLB. s = v t = 5 m/s x 3 s = 15 m.

Persamaan GLB yang digunakan untuk menghitung jarak atau perpindahan di atas berlaku jika
gerak benda memenuhi grafik tersebut. Pada grafik terlihat bahwa pada saat t = 0 s, maka v = 0.
Artinya, pada mulanya benda diam, baru kemudian bergerak dengan kecepatan 5 m/s. Padahal
dapat saja terjadi bahwa saat awal kita amati benda sudah dalam keadaan bergerak, sehingga
benda telah memiliki posisi awal s0. Untuk itu lebih memahami hal ini, pelajari grafik di bawah ini.

2. Grafik Kedudukan terhadap Waktu (x-t)

Grafik kedudukan terhadap waktu, di mana kedudukan awal x0 berhimpit dengan titik acuan nol.

Makna grafik di atas adalah bahwa nilai kecepatan selalu tetap pada setiap titik lintasan (diwakili
oleh titik-titik sepanjang garis x pada sumbu y) dan setiap satuan waktu (diwakili setiap titik
sepanjang t pada sumbu x). Anda jangan bingung dengan kemiringan garis yang mewakili
kecepatan. Makin besar nilai x, makin besar juga nilai t sehingga hasil perbandingan x dan y
(kecepatan) selalu sama.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh : Perhatikan contoh Grafik Kedudukan terhadap Waktu (x-t) di bawah ini

Bagaimanakah cara membaca grafik ini ?

Pada saat t = 0 s, jarak yang ditempuh oleh benda x = 0, pada saat t = 1 s, jarak yang ditempuh
oleh benda = 2 m, pada saat t = 2 s jarak yang ditempuh oleh benda = 4 m, pada saat t = 3 s,
jarak yang ditempuh oleh benda = 6 s dan seterusnya. Berdasarkan hal ini dapat kita simpulkan
bahwa gerak benda yang diwakili oleh grafik x- t di atas, bergerak dengan kecepatan tetap 2 m/s
(Ingat, kecepatan adalah jarak dibagi waktu).

Grafik kedudukan terhadap waktu, di mana kedudukan awal x0 tidak berhimpit dengan titik
acuan nol.

Persamaan yang diturunkan di atas menjelaskan hubungan antara kedudukan suatu benda
terhadap fungsi waktu, di mana kedudukan awal benda tidak berada pada titik acuan nol.
Kecepatan benda diawali dari kedudukan di x0 sehingga besar x0 harus ditambahkan dalam
perhitungan. Pada grafik di atas xo = 0.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


3.3.2. Aplikasi dari GLB
Aplikasi dari Gerak Lurus Beraturan (GLB) dalam kehidupan sehari-hari agak sulit ditemukan,
karena biasanya kecepatan gerak benda selalu berubah-ubah. Misalnya ketika dirimu
mengendarai sepeda motor atau mobil, laju mobilmu pasti selalu berubah-ubah.
Walaupun agak sulit ditemukan, tapi terdapat aplikasi GLB dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh pertama, kendaraan yang melewati jalan tol. Walaupun terdapat tikungan pada jalan tol,
kendaraan beroda bisa melakukan GLB pada jalan tol. Pada jarak tertentu, lintasan jalan tol
lurus. Kendaraan yang bergerak pada jalan tol juga kadang mempunyai kecepatan yang tetap.
Tetapi ini hanya berlangsung sementara alias beberapa menit saja.
Contoh kedua, gerakan kereta api atau kereta listrik di atas rel. Lintasan rel kereta kadang lurus,
walaupun jaraknya hanya beberapa kilometer. Kereta api melakukan GLB ketika bergerak di
atas lintasan rel yang lurus tersebut dengan laju tetap.
Contoh ketiga : kapal laut yang menyeberangi lautan atau samudera. Ketika melewati laut
lepas, kapal laut biasanya bergerak pada lintasan yang lurus dengan kecepatan tetap. Ketika
hendak tiba di pelabuhan tujuan, biasanya kapal baru merubah haluan dan mengurangi lajunya.
Contoh keempat : gerakan pesawat terbang. Pesawat terbang juga biasa melakukan GLB.
Setelah lepas landas, pesawat terbang biasanya bergerak pada lintasan lurus dengan dengan
laju tetap. Walaupun demikian, pesawat juga mengubah arah geraknya ketika hendak tiba di
bandara tujuan.

LATIHAN 1
Contoh 1:

Kereta api Ladoya bergerak lurus beraturan pada rel lurus yogya-bandung sejauh 5 km dalam
selang waktu 5 menit. (a) Hitunglah kecepatan kereta (b) berapa lama kereta itu menempuh
jarak 50 km ?

Panduan Jawaban :

(a) Pada soal di atas, diketahui perpindahan (s) = 5 km dan waktu tempuh (t) = 4 menit.
Sebelum menghitung kecepatan, kita harus mengkonversi satuan sehingga sesuai dengan
Sistem Internasional (SI). Terserah anda, mana yang ingin dikonversi, ubah menit ke jam atau
km di ubah ke meter dan menit di ubah ke detik.

Misalnya yang di ubah adalah satuan menit, maka 4 menit = 0,07 jam.

Ingat bahwa pada GLB, kecepatan benda sama setiap saat, demikian juga dengan kecepatan
rata-rata.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


v = s / t = 5 km / 0,07 jam = 75 km/jam

(b) Untuk menghitung waktu, persamaan kecepatan di atas dibalik

t = s / v = 50 km / 75 km/jam = 0,67 jam = 40 menit.

Contoh 2:
Posisi seorang pelari sebagai fungsi waktu digambarkan dalam sumbu-x selama interval waktu
tiga detik, posisi pelari berubah dari x1 = 50 m ke x2 = 30,5 m. Berapakah kecepatan rata-rata
pelari?

Jawab.

Gambar 2. 2 Perubahan Posisi Pelari

=30,5 m - 50,0m = -19,5 m dan t = 3 s.

maka v=( x / t)=(-19,5m) / (3,00s) = -6,5 m/s.

Contoh 3:
Persamaan gerak suatu zarrah dinyatakan oleh fungsi x(t)= 0,1 t3, dengan x dalam meter dan t
dalam detik.
Hitunglah;
1. Kecepatan rata-rata dalam selang waktu t = 3 s ke t = 4 s
2. Kecepatan pada saat t = 3 s
3. Percepatan rata-rata dalam selang waktu t = 3 s ke t = 4 s
4. Percepatan pada saat t = 5 s

Jawab:
1. x(t=4s) = 0,1 (4)3m = 6,4m dan x(t=3s) = 0,1 (3)3m = 2,7m, maka: v = (6,4 - 2,7)m/1 s =
3,7 m/s
2. v = dx/dt = 0,3 t2= 2,7 m/s
3. vx(t=4s) =0,3(4)2=4,8m/s dan vx(t=3s)=2,7 m/s,
maka: ar = (4,8 - 2,7)m/1 s = 2,1 m/s2
4. as=dv/dt=d/dt(0,3t2)=0,6t=0,6(5)m/s2=3m/s2

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh 4:
Sebuah mobil bergerak sepanjang jalan lurus (arah sumbu x) dengan kecepatan 15 m/s.
Kemudian sopir menginjak rem sehingga setelah 5 detik kecepatan mobil turun menjadi 5 m/s,
berapakan percepatan rata-rata mobil?

Jawab:

3.4. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) diartikan sebagai gerak benda dalam lintasan lurus
dengan percepatan tetap. Yang dimaksudkan dengan percepatan tetap adalah perubahan
kecepatan gerak benda yang berlangsung secara tetap dari waktu ke waktu. Mula-mula dari
keadaan diam, benda mulai bergerak, semakin lama semakin cepat dan kecepatan gerak benda
tersebut berubah secara teratur. Perubahan kecepatan bisa berarti tejadi pertambahan
kecepatan atau pengurangan kecepatan. Pengurangan kecepatan terjadi apabila benda akan
berhenti. dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap. Pada pembahasan ini kita tidak
menggunakan istilah perlambatan untuk benda yang mengalami pengurangan kecepatan
secara teratur. Kita tetap menamakannya percepatan, hanya nilainya negatif. Jadi perlambatan
sama dengan percepatan yang bernilai negatif.

Dalam kehidupan sehari-hari sangat sulit ditemukan benda yang melakukan gerak lurus
berubah beraturan, di mana perubahan kecepatannya terjadi secara teratur, baik ketika hendak
bergerak dari keadaan diam maupun ketika hendak berhenti. walaupun demikian, banyak situasi
praktis terjadi ketika percepatan konstan/tetap atau mendekati konstan, yaitu jika percepatan
tidak berubah terhadap waktu.

3.4.1. Penurunan Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Rumus dalam fisika sangat membantu kita dalam menjelaskan konsep fisika secara singkat dan
praktis. Jadi cobalah untuk mencintai rumus, he2…. Dalam fisika, anda tidak boleh menghafal
rumus. Pahami saja konsepnya, maka anda akan mengetahui dan memahami cara penurunan
rumus tersebut. Hafal rumus akan membuat kita cepat lupa dan sulit menyelesaikan soal yang
bervariasi….

Sekarang kita coba menurunkan rumus-rumus dalam Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).

Pada penjelasan di atas, telah disebutkan bahwa dalam GLBB, percepatan benda tetap atau
konstan alias tidak berubah. (kalau di GLB, yang tetap adalah kecepatan). Nah, kalau
percepatan benda tersebut tetap sejak awal benda tersebut bergerak, maka kita bisa

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


mengatakan bahwa percepatan sesaat dan percepatan rata-ratanya sama. Ingat bahwa
percepatan benda tersebut tetap setiap saat, dengan demikian percepatan sesaatnya tetap.
Percepatan rata-rata sama dengan percepatan sesaat karena baik percepatan awal maupun
percepatan akhirnya sama, di mana selisih antara percepatan awal dan akhir sama dengan nol.

Pada pembahasan mengenai percepatan, telah diturunkan persamaan/rumus percepatan rata-


rata, di mana

t0 adalah waktu awal ketika benda hendak bergerak, t adalah waktu akhir. Karena pada saat t0
benda belum bergerak maka kita bisa mengatakan t0 (waktu awal) = 0. Nah sekarang
persamaan berubah menjadi :

Satu masalah umum dalam GLBB adalah menentukan kecepatan sebuah benda pada waktu
tertentu, jika diketahui percepatannya (sekali lagi ingat bahwa percepatan tetap). Untuk itu,
persamaan percepatan yang diturunkan di atas dapat digunakan untuk menyatakan persamaan
yang menghubungkan kecepatan pada waktu tertentu (vt), kecepatan awal (v0) dan percepatan
(a). sekarang kita obok2 persamaan di atas…. Jika dibalik akan menjadi

ini adalah salah satu persamaan penting dalam GLBB, untuk menentukan kecepatan benda
pada waktu tertentu apabila percepatannya diketahui.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Selanjutnya, persamaan di atas (persamaan I GLBB) dikembangkan untuk mencari persamaan
yang digunakan untuk menghitung posisi benda setelah waktu t ketika benda tersebut
mengalami percepatan tetap.

Pada pembahasan mengenai kecepatan, kita telah menurunkan persamaan kecepataan rata-
rata

Karena pada GLBB kecepatan rata-rata bertambah secara beraturan, maka kecepatan rata-rata
akan berada di tengah-tengah antara kecepatan awal dan kecepatan akhir;

Persamaan ini berlaku untuk percepatan konstan dan tidak berlaku untuk gerak yang
percepatannya tidak konstan. Kita tulis kembali persamaan a :

Persamaan ini digunakan untuk menentukan posisi suatu benda yang bergerak dengan
percepatan tetap. Jika benda mulai bergerak pada titik acuan = 0 (atau x0 = 0), maka persamaan
II dapat ditulis menjadi

Sekarang kita turunkan persamaan/rumus yang dapat digunakan apabila t (waktu) tidak
diketahui.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Sekarang kita subtitusikan persamaan ini dengan nilai t pada persamaan c

Terdapat empat persamaan yang menghubungkan posisi, kecepatan, percepatan dan waktu,
jika percepatan (a) konstan, antara lain :

Persamaan di atas tidak berlaku jika percepatan tidak konstan/tetap. Ingat bahwa x menyatakan
posisi/kedudukan, bukan jarak dan ( x – x0 ) adalah perpindahan (s)

3.4.2. Aplikasi GLBB dalam kehidupan sehari-hari.

GLBB merupakan gerak lurus berubah beraturan. Berubah beraturan maksudnya kecepatan
gerak benda bertambah secara teratur atau berkurang secara teratur. Perubahan kecepatan
tersebut dinamakan percepatan. Pada kasus kendaraan beroda misalnya, ketika mulai bergerak
dari keadaan diam, pengendara biasanya menekan pedal gas (mobil) atau menarik pedal gas
(motor). Pedal gas tersebut biasanya tidak ditekan atau ditarik dengan teratur sehingga
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
walaupun kendaraan kelihatannya mulai bergerak dengan percepatan tertentu, besar
percepatannya tidak tetap alias selalu berubah-ubah. Contoh GLBB dalam kehidupan sehari-
hari pada gerak horisontal alias mendatar nyaris tidak ada.

Contoh GLBB yang selalu kita jumpai dalam kehidupan hanya gerak jatuh bebas. Pada gerak
jatuh bebas, yang bekerja hanya percepatan gravitasi dan besar percepatan gravitasi bernilai
tetap. Benda yang jatuh bebas juga bergerak pada lintasan lurus (vertikal). Contohnya buah
mangga atau buah kelapa yang jatuh dari pohonnya. Benda melakukan gerak jatuh bebas jika
kecepatan awalnya nol. Benda yang dilempar atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu tidak
termasuk GJB karena memiliki kecepatan awal. Benda yang dilempar atau dijatuhkan termasuk
gerak vertikal.

Latihan Soal

1. Sebuah mobil sedang bergerak dengan kecepatan 20 m/s ke utara mengalami


percepatan tetap 4 m/s2 selama 2,5 sekon. Tentukan kecepatan akhirnya

Panduan jawaban :

Pada soal, yang diketahui adalah kecepatan awal (v0) = 20 m/s, percepatan (a) = 4 m/s dan
waktu tempuh (t) = 2,5 sekon. Karena yang diketahui adalah kecepatan awal, percepatan dan
waktu tempuh dan yang ditanyakan adalah kecepatan akhir, maka kita menggunakan
persamaan/rumus

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


2. Sebuah pesawat terbang mulai bergerak dan dipercepat oleh mesinnya 2 m/s2 selama
30,0 s sebelum tinggal landas. Berapa panjang lintasan yang dilalui pesawat selama itu ?

Panduan Jawaban

Yang diketahui adalah percepatan (a) = 2 m/s2 dan waktu tempuh 30,0 s.

Ada satu hal yang tersembunyi, yaitu kecepatan awal (v0). Sebelum bergerak, pesawat itu pasti
diam. Berarti v0 = 0.

Yang ditanyakan pada soal itu adalah panjang lintasan yang dilalui pesawat. Tulis dulu
persamaannya (hal ini membantu kita untuk mengecek apa saja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan soal tersebut)

Pada soal di atas, S0 = 0, karena pesawat bergerak dari titik acuan nol. Karena semua telah
diketahui maka kita langsung menghitung panjang lintasan yang ditempuh pesawat

Ternyata, panjang lintasan yang ditempuh pesawat adalah 900 m.

3. sebuah mobil bergerak pada lintasan lurus dengan kecepatan 60 km/jam. karena ada
rintangan, sopir menginjak pedal rem sehingga mobil mendapat perlambatan (percepatan
yang nilainya negatif) 8 m/s2. berapa jarak yang masih ditempuh mobil setelah pengereman
dilakukan ?

Panduan jawaban

Perhatikan bahwa yang ditanyakan adalah jarak yang masih ditempuh setelah pengereman
dilakukan. Ini berarti setelah pengereman, mobil tersebut berhenti. dengan demikian kecepatan
akhir mobil (vt) = 0. karena kita menghitung jarak setelah pengereman, maka kecepatan awal
(v0) mobil = 60 km/jam (dikonversi terlebih dahulu menjadi m/s, 60 km/jam = 16,67 m/s ).
perlambatan (percepatan yang bernilai negatif) yang dialami mobil = -8 m/s 2. karena yang
diketahui adalah vt, vo dan a, sedangkan yang ditanyakan adalah s (t tidak diketahui), maka kita
menggunakan persamaan

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Dengan demikian, jarak yang masih ditempuh mobil setelah pengereman hingga berhenti =
17,36 meter (yang ditanyakan adalah jarak(besaran skalar))

4. Seorang eksplorer berjalan 22,0 km ke arah utara, kemudian berjalan 47,0 km ke arah
60o (arah tenggara), lalu berhenti. Berapa jauhakah ia dari posisi semula dan berapa sudut
yang dibentuknya?

Panduan jawaban

Gambar Uraian komponen vektor soal 4.

D1x = 0 km, D1y = 22 km

D2x = (47 km) (cos 60o) = 23,5 km

D2y = (-47 km) (sin 60o) = -40,7 km

Dx = D1x + D2x = 0 + 23,5 km = 23,5 km

Dy = D1y + D2y = 22 km + (-40,7 km) = -18,7 km

3.4.3. GRAFIK GLBB


1. Grafik percepatan terhadap waktu

Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak lurus dengan percepatan tetap. Oleh karena itu,
grafik percepatan terhadap waktu (a-t) berbentuk garis lurus horisontal, yang sejajar dengan
sumbuh t. lihat grafik a – t di bawah

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


2. Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk Percepatan Positif

Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t), dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama,
grafiknya berbentuk garis lurus miring ke atas melalui titik acuan O(0,0), seperti pada gambar di
bawah ini. Grafik ini berlaku apabila kecepatan awal (v0) = 0, atau dengan kata lain benda
bergerak dari keadaan diam.

Kedua, jika kecepatan awal (v0) tidak nol, grafik v-t tetap berbentuk garis lurus miring ke atas,
tetapi untuk t = 0, grafik dimulai dari v0. lihat gambar di bawah

Nilai apa yang diwakili oleh garis miring pada grafik tersebut ?

Pada pelajaran matematika SMP, kita sudah belajar mengenai grafik seperti ini. Persamaan
matematis y = mx + n menghasilkan grafik y terhadap x ( y sumbu tegak dan x sumbu datar)
seperti pada gambar di bawah.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Kemiringan grafik (gradien) yaitu tangen sudut terhadap sumbu x positif sama dengan nilai m
dalam persamaan y = n + m x.

Persamaan y = n + mx mirip dengan persamaan kecepatan GLBB v = v0 + at. Berdasarkan


kemiripan ini, jika kemiringan grafik y – x sama dengan m, maka kita dapat mengatakan bahwa
kemiringan grafik v-t sama dengan a.

Jadi kemiringan pada grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) menyatakan nilai percepatan (a).

3. Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk Perlambatan (Percepatan


Negatif)

perlambatan atau percepatan negatif menyebabkan berkurangnya kecepatan. Contoh grafik


kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk percepatan negatif dapat anda lihat pada gambar di
bawah ini.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


4. Grafik Kedudukan Terhadap Waktu (x-t)

Persamaan kedudukan suatu benda pada GLBB telah kita turunkan pada awal pokok bahasan
ini, yakni

Kedudukan (x) merupakan fungsi kuadrat dalam t. dengan demikian, grafik x – t berbentuk
parabola. Untuk nilai percepatan positif (a > 0), grafik x – t berbentuk parabola terbuka ke atas,
sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.

Apabila percepatan bernilai negatif (a < 0), di mana benda mengalami perlambatan, grafik x – t
akan berbentuk parabola terbuka ke bawah.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh soal :

1. Diketahui fungsi jarak terhadap waktux(t ) = 4t3 + 8t² + 6t – 5


a. Berapa kecepatan rata-rata pada t0.5 dan t 2.5
b. Berapa kecepatan sesaat pada t 2
c. Berapa percepatannya ratanya,?

Panduan Jawaban :

a)  Kecepatan rata-rata pada t = 0,5 dan t = 2,5


t1 = 0,5 dan  t2 = 2,5
x1 = 4t3 + 8t² + 6t – 5
= 4(0,5)3 + 8(0,5)² + 6(0,5) – 5
= 4(0,125) + 8(0,25) + 6(0,5) – 5
= 0,5 + 2 + 3 – 5
= 0,5
x2 = 4t3 + 8t² + 6t – 5
= 4(2,5)3 + 8(2,5)² + 6(2,5) – 5
= 4(15,625) + 8(6,25) + 6(2,5) – 5
= 62,5 + 50 + 15 – 5
= 122,5

b)  Kecepatan sesaat pada t = 2


v = 3(4t2) + 2(8t) + 6
v = 12t2 + 16t + 6
v = 12 (2)2 + 16(2) + 6
v = 48 + 32 + 6 = 86
Kecepatan sesaat pada t = 2 adalah 86
c)  Berapa percepatan rata-ratanya ?
v1 = 12t12 + 16t1 + 6

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


v2 = 12t22 + 16t2 + 6
t1 dan t2 berapa ?
Masukan saja nilai t1 dan t2 ke dalam persamaan v1 dan v2. Setelah itu cari arata-rata.

3.5. Gerak Vertikal


3.5.1. Gerak vertikal ke bawah
Gerak vertikal ke bawah sangat mirip dengan gerak jatuh bebas, cuma beda tipis… kalau pada
gerak jatuh bebas, kecepatan awal benda, vo = 0, maka pada gerak vertikal ke bawah,
kecepatan awal (vo) benda tidak sama dengan nol. Contoh kalau buah mangga dengan
sendirinya terlepas dari tangkainya dan jatuh ke tanah, maka buah mangga tersebut melakukan
Gerak Jatuh Bebas. Tapi kalau buah mangga anda petik lalu anda lemparkan ke bawah, maka
buah mangga melakukan gerak Vertikal Ke bawah. Contoh lain… anggap saja anda sedang
memegang batu dan kalau batu itu anda lepaskan, maka batu tersebut mengalami gerak jatuh
bebas.. tapi kalau batu anda lemparkan ke bawah, maka batu mengalami Gerak Vertikal Ke
bawah.

Karena gerak vertikal merupakan contoh GLBB, maka kita menggunakan rumus GLBB.

vt = vo + at

s = vo t + ½ at2

vt2 = vo2 + 2as

Dengan melihat konsep Gerak Vertikal Ke bawah, maka persamaan ini dengan mudah diubah
menjadi persamaan Gerak Vertikal Ke bawah.

Pertama, percepatan pada gerak vertikal = percepatan gravitasi ( a = g)

Kedua, ketiga melakukan gerak vertikal ke bawah, kecepatan awal benda bertambah secara
konstan setiap saat (benda mengalami percepatan tetap). Karena benda mengalami percepatan
tetap maka g bernilai positif.

Ketiga, kecepatan awal tetap disertakan karena pada Gerak Vertikal ke bawah benda
mempunyai kecepatan awal.

Keempat, karena benda bergerak vertikal maka s bisa kita ganti dengan h atau y.

Dengan demikian, jika persamaan GLBB di atas diubah menjadi persamaan Gerak Vertikal ke
bawah, maka akan kita peroleh persamaan Gerak Vertikal ke bawah sebagai berikut :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


vt = vo + gt

h = vo t + ½ gt2

vt2 = vo2 + 2gh

Contoh soal 1 :

Misalnya anda memanjat pohon mangga untuk memetik buah mangga. Setelah dipetik, buah
mangga anda lempar ke bawah dari ketinggian 10 meter, dengan kecepatan awal 5 m/s. Berapa
kecepatan buah mangga ketika menyentuh tanah ? g = 10 m/s2

Panduan jawaban :

Karena diketahui h, vo dan g, maka kita menggunakan persamaan :

vt2 = vo2 + 2gh

vt2 = (5 m/s)2 + 2(10 m/s2) (10 m)

vt2 = 25 m2/s2 + 200 m2/s2

vt2 = 225 m2/s2

vt = 15 m/s

Contoh soal 2 :

Dari atap rumah, anda melempar sebuah bola ke bawah dengan kecepatan 10 m/s. Jika anda
berada pada ketinggian 20 m dari permukaan tanah, berapa lama bola yang anda lemparkan
berada di udara sebelum menyentuh permukaan tanah ? g = 10 m/s2

Panduan jawaban :

Untuk menghitung selang waktu yang dibutuhkan bola ketika berada di udara, kita bisa
menggunakan persamaan :

vt = vo + gt

Berhubung kecepatan akhir bola (vt) belum diketahui, maka terlebih dahulu kita hitung
kecepatan akhir bola sebelum menyentuh permukaan tanah :

Karena diketahui telah diketahui h, vo dan g, maka kita menggunakan persamaan :


vt2 = vo2 + 2gh
vt2 = (10 m/s)2 + 2(10 m/s2) (20 m)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


vt2 = 100 m2/s2 + 400 m2/s2
vt2 = 500 m2/s2
vt = 22,36 m/s
Sekarang kita masukan nilai vt ke dalam persamaan vt = vo + gt
22,36 m/s = 10 m/s + (10 m/s2)t
22,36 m/s – 10 m/s = (10 m/s2)t
12,36 m/s = (10 m/s2) t
t = (12,36 m/s) : (10 m/s2)
t = 1,2 sekon

Jadi setelah dilempar, bola berada di udara selama 1,2 sekon.

3.5.2. Gerak Vertikal Ke atas

Setelah pemanasan dengan soal gerak vertikal ke bawah yang gurumuda sajikan di atas,
sekarang mari kita bergulat lagi dengan Gerak Vertikal ke Atas. Analisis Gerak Jatuh Bebas dan
Gerak Vertikal ke bawah lebih mudah dibandingkan dengan Gerak Vertikal ke atas.

Pada gerak vertikal ke bawah, benda hanya bergerak pada satu arah. Jadi setelah diberi
kecepatan awal dari ketinggian tertentu, benda tersebut bergerak dengan arah ke bawah
menuju permukaan bumi.

Pada gerak vertikal ke atas, setelah diberi kecepatan awal, benda bergerak ke atas sampai
mencapai ketinggian maksimum. Setelah itu benda bergerak kembali ke permukaan bumi.
Dinamakan Gerak Vertikal Ke atas karena benda bergerak dengan arah ke atas alias menjahui
permukaan bumi. Persoalannya, benda tersebut tidak mungkin tetap berada di udara karena
gravitasi bumi akan menariknya kembali. Dengan demikian, pada kasus gerak vertikal ke atas,
kita tidak hanya menganalisis gerakan ke atas, tetapi juga ketika benda bergerak kembali ke
permukaan bumi… ini yang membuat gerak vertikal ke atas sedikit berbeda…

Karena gerakan benda hanya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi yang bernilai tetap, maka
gerak vertikal ke atas termasuk gerak lurus berubah beraturan. Dengan demikian, untuk
menurunkan persamaan Gerak Vertikal ke atas, kita tetap menggunakan persamaan GLBB.

Kita tulis kembali ketiga persamaan GLBB :


vt = vo + at
s = vo t + ½ at2
vt2 = vo2 + 2as

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menganalisis Gerak Vertikal ke atas

Pertama, percepatan pada gerak vertikal = percepatan gravitasi ( a = g).

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Kedua, ketika benda bergerak ke atas, kecepatan benda berkurang secara konstan setiap saat.
Kecepatan benda berkurang secara konstan karena gravitasi bumi bekerja pada benda tersebut
dengan arah ke bawah. Masa sich ? Kalau gravitasi bumi bekerja ke atas, maka benda akan
terus bergerak ke atas alias tidak kembali ke permukaan bumi. Kecepatan benda berkurang
secara teratur maka kita bisa mengatakan bahwa benda yang melakukan gerak vertikal ke atas
mengalami perlambatan tetap. Karena mengalami perlambatan maka percepatan gravitasi
bernilai negatif.

Kedua, karena benda bergerak vertikal maka s bisa kita ganti dengan h atau y.

Ketiga, pada titik tertinggi, tepat sebelum berbalik arah, kecepatan benda = 0.
Jika persamaan GLBB di atas diubah menjadi persamaan Gerak Vertikal ke atas, maka akan
diperoleh persamaan berikut ini :

vt = vo – gt

h = vo t – ½ gt2

vt2 = vo2 – 2gh

3.5.3. Aplikasi gerak vertikal dalam kehidupan sehari-hari


Gerak vertikal terdiri dari dua jenis, yakni gerak vertikal ke atas dan gerak vertikal ke bawah.
Benda melakukan gerak vertikal ke atas atau ke bawah jika lintasan gerak benda lurus. Kalau
lintasan miring, gerakan benda tersebut termasuk gerak parabola. Aplikasi gerak vertikal dalam
kehidupan sehari-hari adalah ketika melempar sesuatu tegak lurus ke bawah (permukaan
tanah), ini termasuk gerak vertikal. Jadi syaratnya benda tersebut bergerak pada lintasan lurus
(lintasan vertikal, bukan mendatar alias horisontal) dan memiliki kecepatan awal.
LATIHAN SOAL

Contoh soal 1 :

Sebuah bola dilempar ke atas dan mencapai titik tertinggi 10 meter. Berapa kecepatan
awalnya ? g = 10 m/s2

Panduan jawaban :

Ingat pada titik tertinggi kecepatan bola = 0.

Diketahui kecepatan akhir (vt = 0) dan tinggi (h = 10 m), sedangkan yang ditanyakan adalah
kecepatan awal (vo), maka kita menggunakan persamaan :

vt2 = vo2 – 2gh

0 = vo2 – 2(10 m/s2) (10 m)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


vo2 = 200 m2/s2

vo = 14,14 m/s

Contoh soal 2 :
Sebuah bola dilemparkan dari tanah tegak lurus ke atas dengan laju 24 m/s.
a)     berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik tertingginya ?
b)     berapa ketinggian yang dapat dicapai bola ?

Panduan jawaban :

a. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik tertingginya ?

Di titik tertinggi, vy = 0. Pada soal di atas diketahui kecepatan awal v y0 = 24 m/s . Untuk
memperoleh t, kita gunakan rumus :

vy = vyo – gt

Rumus ini kita balik, untuk menentukan nilai t (waktu) :

b. berapa ketinggian yang dicapai bola ?

Karena telah diketahui kecepatan awal dan kecepatan akhir, maka kita menggunakan rumus:

vy2 = vyo2 – 2gh

Rumus ini kita balik untuk menghitung nilai h alias ketinggian :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh soal 3:
Sebuah bola dilemparkan vertikal keatas (ke arah sumbu y positif) dengan laju 20 m/s,
hitunglah:

1. Tinggi bola maksimum dan waktu yang dibutuhkan bola untuk mencapai ketinggian
tersebut.
2. Kapan bola berada pada ketinggian 15 meter diatas tanah, dalam hal ini tanah berada
pada y=0.

Jawab:

1. vy2 = v02 - 2gymax, vy = 0


2. y = v0t - (1/2)gt2 15 =20 t - 5 t2 , t2=4t+3, sehingga (t-1)(t-3) = 0 t1 = 1 s dan t2 = 3 s.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


BAB IV. DINAMIKA DAN HUKUM NEWTON

4.1. Hukum Newton


Pengetahuan dasar dari dinamika benda adalah pengertian tentang gaya, yaitu penyebab
perubahan gerak, dan massa yaitu ukuran dari inersia. Inersia adalah kecenderungan benda untuk
tetap diam dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan. Semua pengamatan akan
memenuhi hukum Newton bila bergantung pada kerangka (sistem) pengamatan yang inersial,
yaitu sistem yang memenuhi hukum Newton dan sebaliknya.
Contoh: Sebuah botol yang berdiri di dalam sebuah mobil yang bergerak beraturan tidak
akan jatuh, tapi apabila tiba-tiba dipercepat atau direm, maka botol akan jatuh sekalipun botol
tidak disentuh atau diberi gaya. Botol ini tidak tidak memenuhi hukum Newton karena berada
dalam kerangka (sistem) yang dipercepat atau diperlambat.
Pengertian gaya yang paling sederhana adalah kekuatan dari luar, baik berupa dorongan atau
tarikan yang dilakukan oleh otot-otot kita. Dengan mendorong atau menarik, kita dapat
mengubah kecepatannya. Semakin besar dorongan, maka perubahannya semakin besar, dan hal
itu menimbulkan percepatan. Jadi dapat disimpulkan, gaya adalah penyebab perubahan gerak
atau perubahan kecepatan, sehingga menimbulkan percepatan.
Aristoteles, seorang ahli zaman dahulu yakin bahwa suatu gaya diperlukan untuk menjaga
agar suatu benda tetap bergerak pada bidang datar. Artinya, untuk satu benda yang bergerak pada
garis lurus dengan kecepatan konstan diperlukan sesuatu dari luar benda tersebut yang terus
mendorongnya, kalau tidak benda tersebut akan berhenti bergerak.
Bertahun-tahun kemudian, Galileo melakukan percobaan dan memberikan kesimpulan yang
berlawanan dengan intuisi Aristoteles. Menurut Galileo, gaya diperlukan untuk mengubah
kecepatan sebuah benda yang bergerak lurus dengan laju konstan ( percepatan), tapi untuk
mempertahankan kecepatan tidak diperlukan gaya. Sebuah benda yang sedang bergerak lurus
dengan laju konstan pada sebuah bidang datar akan terus bergerak secara alamiah tanpa perlu
diberikan gaya tambahan dari luar. Sementara itu , suatu benda akhirnya akan berhenti
disebabkan oleh adanya gaya gesek yang menghentikan benda tersebut.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Untuk menjelaskan gagasannya, Galileo melakukan percobaan sebagai berikut:
Dua buah bidang disusun seperti gambar berikut.

Jika bola diluncurkan di sisi bidang yang satu, maka bola tersebut akan sampai di sisi bidang
lainnya dengan ketinggian yang hampir sama. Jika bidang diganti dengan yang lebih licin maka
bola yang diluncurkan di sisi bidang yang satu akan sampai di sisi bidang lainnya dengan
ketinggian yang mendekati sama. Galileo menyimpulkan bahwa ketinggian awal dan akhir
sedikit berbeda disebabkan oleh gesekan. Galileo berpendapat, bahwa jika gesekan diabaikan
maka bola akan mencapai ketinggian yang sama. Sementara itu, jika bidang yang satu lebih
dimiringkan maka bola mencapai jarak yang lebih jauh untuk memperoleh ketinggian yang sama.
Hukum-hukum Newton menyatakan hubungan antara gaya, massa, dan gerak benda. Hukum
ini berdasarkan pada prinsip Galileo yaitu: untuk mengubah kecepatan, diperlukan pengaruh luar
(gaya luar), tetapi untuk mempertahankan kecepatan tak perlu gaya luar sebagaimana dinyatakan
dalam hukum Newton I.

4.2. GERAK DAN GAYA.


Gaya : ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan
demikian jika benda ditarik/didorong dan sebagainya maka pada benda bekerja gaya dan
keadaan gerak benda dapat dirubah.
Gaya adalah penyebab gerak.
Gaya termasuk besaran vektor, karena gaya ditentukan oleh besar dan arahnya.

4.2.1. HUKUM I NEWTON.


Hukum Newton I berkaitan dengan sifat kelembaman benda (sifat inersia), yaitu sifat
untuk mempertahankan keadaannya atau keengganan untuk mengubah keadaannya. Bunyi
hukum Newton I:

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Lex I: Corpus omne perseverare in statu suo quiescendi vel movendi uniformiter in
directum, nisi quatenus a viribus impressis cogitur statum illum mutare.
Hukum I: Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya.

Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau tetap bergerak dengan laju dan
arah yang tetap, jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut atau resultan gaya yang
bekerja pada benda tersebut sama dengan nol (gaya yang bekerja seimbang). Jadi jika gaya yang
bekerja seimbang maka benda diam akan terus diam dan benda yang bergerak, misal benda
bergerak ke arah utara dengan laju 5m/s akan terus bergerak ke utara dengan laju 5 m/s.
Hukum ini menyatakan bahwa jika resultan gaya (jumlah vektor dari semua gaya yang
bekerja pada benda) bernilai nol, maka kecepatan benda tersebut konstan. Dirumuskan secara
matematis menjadi:
 
dv
 F  0 
dt
0

Artinya :
 Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada resultan gaya yang tidak nol
bekerja padanya (tidak ada gaya luar yang mempengaruhinya)
 Sebuah benda yang sedang bergerak dengan laju dan arah yang tetap, tidak akan berubah
kecepatannya kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya (tidak ada gaya luar
yang menghentikannya)
Aplikasi sifat kelembaman dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada saat kita naik
kendaraan. Jika kendaraan dalam keadaan diam, kemudian tiba-tiba bergerak maka tubuh kita
akan terdorong ke belakang. Hal ini terjadi karena tubuh kita ingin mempertahankan keadaannya
semula yaitu ingin tetap diam. Demikian pula jika kendaraan sedang melaju, kemudian direm
tiba-tiba, maka tubuh kita akan terdorong ke depan. Hal ini terjadi karena tubuh kita ingin
mempertahankan keadaannya semula yaitu ingin tetap bergerak.
Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ( F = 0), maka
benda tersebut :
- Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau
- Jika dalam keadaan bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan.
Keadaan tersebut di atas disebut juga Hukum KELEMBAMAN.
Kesimpulan : F = 0 dan a = 0
Karena benda bergerak translasi, maka pada sistem koordinat Cartesius dapat dituliskan  Fx = 0
dan  Fy = 0.

3.2.1. HUKUM II NEWTON.


Lex II: Mutationem motus proportionalem esse vi motrici impressae, et fieri secundum lineam rectam qua
vis illa imprimitur.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Pada umumnya, Hukum Newton II berbunyi “Percepatan sebuah benda berbanding
terbalik dengan massanya dan sebanding dengan resultan gaya (gaya eksternal neto) yang bekerja
padanya”. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

a
Fneto atau Fneto  ma
m
Semakin besar gaya yang dikerjakan, maka percepatan yang ditimbulkan semakin besar.
Sehingga berdasar Hukum Newton II: Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang
menyebabkan benda mengubah kecepatannya, artinya dipercepat. Massa adalah sifat intrinsik
sebuah benda yang mengukur resistansinya terhadap percepatan.
 Jika gaya F dikerjakan pada benda bermassa m1 dan menghasilkan percepatan a1, maka:

F  m1 .a1 ............. 1

 Jika gaya F dikerjakan pada benda bermassa m2 dan menghasilkan percepatan a2, maka:

F  m 2 .a 2 .............. 2

 Sehingga dari persamaan 1 dan 2 tersebut diperoleh persamaan:

m2 a1

m1 a 2
Jadi rasio massa dua benda didefinisikan dengan menerapkan gaya yang sama pada
masing-masing benda dan membandingkan percepatannya.

Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dan
searah dengan gaya itu dan berbanding terbalik dengan massa benda.
F
a= m atau F = m .a
F=k.m.a
dalam S I konstanta k = 1 maka : F = m .a

Satuan :
B ES AR AN NOTAS I MKS C GS
Gaya F newton (N) dyne
Massa m kg gram
Percepatan a m/det2 cm/det2

MAS S A DAN BE RAT .


Berat suatu benda (w) adalah besarnya gaya tarik bumi terhadap benda tersebut dan arahnya
menuju pusat bumi. ( vertikal ke bawah ).
Hubungan massa dan berat :
w=m.g
w = gaya berat.
m = massa benda.
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
g = percepatan grafitasi.

Satuan :
B ES AR AN NOTAS I MKS C GS
Gaya berat W newton (N) dyne
Massa M kg gram
Grafitasi G m/det2 cm/det2

Perbedaan massa dan berat :


* Massa (m) merupakan besaran skalar di mana besarnya di sembarang tempat untuk suatu benda
yang sama selalu TETAP.
* Berat (w) merupakan besaran vektor di mana besarnya tergantung pada tempatnya
( percepatan grafitasi pada tempat benda berada ).

Hubungan antara satuan yang dipakai :


1 newton = 1 kg.m/det2
1 dyne = 1 gr.cm/det2
1 newton = 105 dyne
1 kgf = g newton ( g = 9,8 m/det2 atau 10 m/det2 )
1 gf = g dyne ( g = 980 cm/det2 atau 1000 cm/det2 )
1 smsb = 10 smsk
smsb = satuan massa statis besar.
smsk = satuan massa statis kecil.

Pengembangan :
1. Jika pada benda bekerja banyak gaya yang horisontal maka berlaku :  F = m . a

F1 + F2 - F3 = m . a
Arah gerak benda sama dengan F1 dan F2 jika F1 + F2 > F3
Arah gerak benda sama dengan F3 jika F1 + F2 < F3 ( tanda a = - )

2. Jika pada beberapa benda bekerja banyak gaya yang horisontal maka berlaku :
 F = m . a

F1 + F2 - F3 = ( m1 + m2 ) . a

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


3. Jika pada benda bekerja gaya yang membentuk sudut  dengan arah mendatar maka
berlaku : F cos  = m . a

3.2.2. HUKUM III NEWTON.


Jika anda mendorong sebuah mobil yang sedang mogok, berarti anda memberikan gaya
pada mobil tersebut. Tetapi seandaninya mobil tersebut tidak ada, sedangkan anda tetap
memberikan gaya dorong yang sama besarnya, maka anda pasti akan terjatuh. Ilustrasi sederhana
ini dapat menjelaskan bahwa pada saat anda memberikan gaya dorong pada mobil maka mobil
juga memberikan gaya dorong yang sama besarnya. Ilustrasi yang diberikan ini merupakan
intisari hukum Newton III yang berbunyi
“jika benda pertama meberikan gaya pada benda kedua maka benda kedua juga akan
memberikan gaya yang sama besarnya pada benda pertama tetapi arahnya berlawanan. “

Hukum Newton III juga disebut sebagai gaya aksi-reaksi dimana aksi dan reaksi ini selalu
muncul bersamaan. Hukum ini menggambarkan sifat penting gaya, yaitu bahwa gaya-gaya selalu
terjadi berpasangan. Jika sebuah gaya dikerjakan pada sebuah benda A, maka harus ada benda
lain B yang mengerjakan gaya itu. Selanjutnya, jika B mengerjakan gaya pada A, maka A harus
mengerjakan gaya pada B yang sama besar dan berlawanan arahnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali contoh penerapan hukum Newton III ini.
Misalnya seseorang mendorong almari, maka orang tersebut memberikan aksi pada almari, begitu
juga almari memberikan reaksi pada orang yang sama besarnya, sehingga almari dapat bergeser.
Demikian pula dengan roket yang digunakan untuk membawa satelit ke angkasa. Roket
memberikan gaya yang sangat besar pada gas, sedangkan gas juga memberika gaya yang sama
besarnya sehingga roket dapat naik meskipun membawa beban yang berat.

Bila sebuah benda A melakukan gaya pada benda B, maka benda juga akan melakukan gaya pada
benda A yang besarnya sama tetapi berlawanan arah.
Gaya yang dilakukan A pada B disebut : gaya aksi.
Gaya yang dilakukan B pada A disebut : gaya reaksi.
maka ditulis : Faksi = - Freaksi
Hukum Newton I I I disebut juga Hukum Aksi - Reaksi.

1. Pasangan aksi reaksi.


Pada sebuah benda yang diam di atas lantai berlaku :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


w = gaya berat benda memberikan gaya aksi pada lantai.
N = gaya normal ( gaya yang tegak lurus permukaan tempat
di mana benda berada ).
Hal ini bukan pasangan Aksi - Reaksi.
w=-N ( tanda - hanya menjelaskan arah berlawanan )

Macam - macam keadan ( besar ) gaya normal.

N = w cos  N = w - F sin  N = w + F sin 

2. Pasangan aksi - reaksi pada benda yang digantung.

Balok digantung dalam keadaan diam pada tali vertikal. Gaya w 1 dan T1 BUKANLAH
PASANGAN AKSI - REAKSI, meskipun besarnya sama, berlawanan arah dan segaris kerja.
Sedangkan yang merupakan PASANGAN AKSI - REAKSI adalah gaya :
Demikian juga gaya T2 dan T’2 merupakan pasangan aksi - reaksi.
HUBUNGAN TEGANGAN TALI TERHADAP PERCEPATAN .
a. Bila benda dalam keadaan diam, atau dalam keadan bergerak lurus
beraturan maka :
T=m.g
T = gaya tegangan tali.

b. Benda bergerak ke atas dengan percepatan a maka :


T=m.g+m.a
T = gaya tegangan tali.

c. Benda bergerak ke bawah dengan percepatan a maka :


T =m.g-m.a
T = gaya tegangan tali.

3.2.3. GERAK BENDA YANG DIHUBUNGKAN DENGAN KATROL.


Dua buah benda m1 dan m2 dihubungkan dengan karol melalui

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


sebuah tali yang diikatkan pada ujung-ujungnya. Apabila massa tali
diabaikan, dan tali dengan katrol tidak ada gaya gesekan, maka akan
berlaku persamaan-persamaan :
Sistem akan bergerak ke arah m1 dengan percepatan a.
Tinjauan benda m1 Tinjauan benda m2
T = m1.g - m1.a ( persamaan 1) T = m2.g + m2.a ( persamaan 2)
Karena gaya tegangan tali di mana-mana sama, maka persamaan 1 dan persamaan 2 dapat
digabungkan :
m1 . g - m1 . a = m2 . g + m2 . a
m1 . a + m2 . a = m1 . g - m2 . g
( m1 + m2 ) . a = ( m1 - m2 ) . g
(m1  m2 )
g
a= ( m1  m2 )
Persamaan ini digunakan untuk mencari percepatan benda yang dihubungkan dengan katrol.

Cara lain untuk mendapatkan percepatan benda pada sisitem katrol dapat ditinjau keseluruhan
sistem :
Sistem akan bergerak ke arah m1 dengan percepatan a.
Oleh karena itu semua gaya yang terjadi yang searah dengan arah
gerak sistem diberi tanda POSITIF, yang berlawanan diberi tanda
NEGATIF.
F= m.a
w1 - T + T - T + T - w2 = ( m1 + m2 ) . a

karena T di mana-mana besarnya sama maka T dapat dihilangkan.


w1 - w2 = (m1 + m2 ) . a
( m1 - m2 ) . g = ( m1 + m2 ) . a
(m1  m2 )
g
a= ( m1  m2 )

3.2.4. BENDA BERGERAK PADA BIDANG MIRING.


Gaya - gaya yang bekerja pada benda.

Gaya gesek (fg)


Gaya gesekan antara permukaan benda yang bergerak dengan bidang tumpu benda akan
menimbulkan gaya gesek yang arahnya senantiasa berlawanan dengan arah gerak benda.
Ada dua jenis gaya gesek yaitu :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


gaya gesek statis (fs) : bekerja pada saat benda diam (berhenti) dengan persamaan :
fs = N.s
gaya gesek kinetik (fk) : bekerja pada saat benda bergerak dengan persamaan :
fk = N. k
Nilai fk < fs.

BAB V. USAHA DAN ENERGI


5.1. KONSEP ENERGI
Energi dan kerja adalah suatu konsep yang penting dalam fisika dan berperan dalam
kehidupan kita sehari-hari.Energi sering juga disebut sebagai tenaga. Dalam kejadian misalnya
dihubungkan dengan gerak, anak yang energik artinya anak yang penuh energi selalu bergerak
dan tidak pernah diam .Energi dihubungkan dengan kerja, orang yang energik , artinya orang
yang mampu bekerja. Jadi energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Dalam konsep ilmu fisika jika sistem melakukan kerja pada sistem yang lain, berarti terjadi
perpindahan energi antara kedua sistem tersebut. Sebagai contoh, jika anda mendorong
sebuah balok, kerja yang anda lakukan sebagian menjadi energi termal yang muncul dari
gesekan antara balok dengan lantai.
Energi total sebuah sistem dan lingkungannya tidak berubah. Bila energi sistem
berkurang, maka selalu ada pertambahan energi yang terkait dengan lingkungannya, atau
sistem yang lain. Ada banyak bentuk energi diantaranya : energi kinetik (berhubungan dengan
gerak benda), energi potensial (energi yang tersimpan yang berhubungan dengan konfigurasi
sistem), energi termal (berhubungan dengan gerak molekul-molekul dalam suatu sistem). Energi
tiu dapat berubah-ubah dari dari suatu macam energi menjadi energi yang lain berdasarkan
pada hukum kekekalan energi.

5.2. ENERGI KINETIK DAN KERJA


Energi inetic ditinjau dari gerak dalam satu dimensi dengan gaya konstan adalah energi yang
dimiliki oleh suatu benda karena pengaruh gerakannya, misalnya sebuah benda titik yang
bergerak dengan kelajuan awal dan akhir, dan dikaitkan dengan gaya penyebab terjadinya
gerak dapat ditulis dari persamaan (4.2) :

Fx = m a x

F Gambar 5.1. Jika gaya konstan F bekerja pada


sebuah balok dengan sudut  melalui jarak x,
m Fx m kerja yang dilakukan pad balok tersebut adalah :
F cos  x = Fx x
x .

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Untuk sebuah gaya konstan, percepatan adalah konstan, kita dapat menghubungkan jarak yang
ditempuh benda dengan kelajuan awal dan kelajuan akhirnya. Jika kelajuan awal v i dan kelajuan
akhir vf, maka kita dapatkan :

v f2 = v i2 + 2 a x x
maka :
a x x = ½ ( v f2 - v i2)

inet kita hubungkan dengan kerja yang dilakukan oleh sebuah gaya pada benda yang
merupakan sebagai hasil kali gaya dengan perpindahan titik.keberadaan gaya itu bekerja maka
dari Gambar 5.1, dapat ditulis :

W = F cos  x
W = Fx x ……… (4.1)

Maka dapat ditulis persamaan (5.1) dengan mensubsitusikan diatas sebagai berikut :

W = m a x x ……… (4.2)

Dan dengan mensubsitusikan persamaan diatas ke dalam persamaan (4.2) akan diperoleh :

W = ½ m ( v f2 - v i2) ……… (4.3)

Besaran ½ mv2 dinamakan energi inetic . Besaran ini adalah besaran scalar yang bergantung
pada massa dan kelajuan benda titik. Hasil persamaan (4.3) dikenal juga sebagao teorema
energi-kerja benda titik.

Contoh Soal :

a. Sebuah baloh bermassa 2 kg ditarik dari keadaan diam sejauh lima meter oleh gaya luar
ke atas sebesar 60 N. Gambar (5.2).
Carilah :
a). Keja yang dilakukan0leh gaya luar tersebut
b). Kerja yang dilakukan oleh gravitasi
c). Kelajuan akhir balok

Jawab :
F = 60 N a). Wy = Fy cos . y
= 60 cos 0 . 5 = 180 Joule
m
b). Wg = mg cos 180. y
= 4. 9,81 (-1). 5 = - 118 Joule
y=5m
Kerja total yang dilakukan terhadap balok :
m
Wtot = Wy - Wg
= 180 – 118 = 62 Joule
Gmbar 5.2. Balok ditarik vertical
dengan gaya F = 60 N c). Wtot = ½ m (f2 –i2 ), karena vi = 0

Wtot = ½ m f2
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
b. Jika massa kereta luncur pada gambar (4.3) adalah 5 kg ditarik dengan gaya F = 12 N
membentuk sudut 30o terhadap horizontal, carilah kerja yang dilakukan terhadap kereta
luncur tersebut dan kelajuan kereta setelah bergerak sejauh 5m.

30o
5m
N w

Gambar 5.3. Seseorang menarik anak


diatas kereta pada tanah dilapisi salju

Jawab :
Gaya vertikal karena gravitasi :

wg = mg = 5 . 9,81 = 49,0 N
Fy = F sin 30 = 12. ½ = 6 N

Gaya penopang vertikal (gaya normal) :

N = mg – Fy = 49,0 – 6 = 43,0 N

Gaya horizontal :

Fx = F cos 30 = 12 . 0,86 = 10,4 N

Kerja total yang dilakukan kereta luncur :

Wtot = Fx x = 10,4 . 5 = 52,0 Joule

Kelajuan kereta dapat dikaitkan dengan energi kinetik dan kerja total.

Wtot = ½ m ( v f2 – v i2), dan vi = 0


Wtot = ½ m vf2
2Wtot 2.52,0
  4,56.m / det
vf = m 5

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


1 1
m.v 2   5 4,56  51,98.Joule
2

Wtot = 2 2

5.3. KERJA YANG DILAKUKAN OLEH GAYA YANG BERUBAH

Kita sudah definisikan kerja dilakukan oleh sebuah gaya konstan F x sebagai W = Fx x pada
Gambar 5.1
x
x2

Gambar 5.4. Kerja yang dilakukan oleh gaya


konstan digambar secara grafik sebagai luas
W = Fx x

daerah dibawah kurva Fx versus x


x1
F

Grafik kerja sebagai luas daerah di bawah kurva gaya versus posisi merupakan kerja yang
dilakukan sebuah benda titik yang berpindah sejauh x. Gambar 5.5 menunjukkan gaya Fx yang
berubah sebagai fungsi posisi x.
x
x2

Gambar 5.5. Sebuah gaya yang berubah dapat didekati


dengan sederetan gaya konstan yang bekerja pada selang kecil.
Kerja yang dilakukan olehsalah satu gaya konstan ini adalah luas
xi

persegi panjang dibawah gaya. Kerja toatal yang dilakukan oleh


gaya berubah dari x1 sampai x2, adalalah huas total dibawah
kurva untuk selang ini.
x1
F

Jumlah luas persegi panjang ini adalah jumlah kerja yang dilakukan oleh kumpulan gaya
konstan yang mendekati gaya yang berubah-ubah tersebut.

Sehingga kerja dapat ditulis :

W = limit  Fx x ……… (5.4)


x 0

= luar dibawah kurva Fx versus x


Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
dalam bentuk integral :

x2
W =  Fx dx ……… (5.5)
x1

5.4. KERJA DAN ENERGI DALAM TIGA DIMENSI

Kerja yang dilakukan oleh suatu gaya didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan titik tangkap
dengan komponen gaya dalam arah perpindahan.

v
s Fs

F F

Ft
(a) (b)

Gambar (5.6).(a). Sebuah benda titik yang bergerak sepanjang kurva sembarang dalam ruang
(b). Komponen gaya Ft mengubah kelajuannya. Komponen tangensial F s
mengubah kelajuan benda titik, tetapi arahnya tidak. F s sama dengan massa
kali percepatan tangensial dv/dt, dan komponen ini yang melakukan kerja

Kerja yang dilakuakan oleh gaya pada benda titik untuk perpindahan yang kecil s adalah :

W = Fs s

Jika benda titik berpindah dari titik 1 ketitik 2 maka integral dari kerja :
2
W =  Fs ds
1

Kerja yang dilakukan benda titik sama dengan perubahan energi kinetiknya. Dari hukum II
Newton :

Fs = m a
dv dv dv ds dv
 v
Fs = m dt , dt ds dt ds

maka kerja total :

s2 v2

 Fs ds   m v dv 2 2
W = s1 v1
= ½ m ( v 2  v1 ) ……………. (5.6)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


5.5. KERJA DAN ENERGI UNTUK SISTEM BENDA TITIK : ENERGI POTENSIAL
Pada beberapa hal, kerja yang dilakukan pada suatu sistem tidak menghasilkan
perubahan energi kinetik sistem, melainkan disimpan sebagai energi potensial.
Perhatikan seorang pemain ski yang bermassa m menaiki bukit menggunakan kereta
gantung dengan kelajuan yang dapat diabaikan sampai ketinggian h. Kereta gantung melakukan
kerja pada pemain ski sebesar mgh, yang tidak bergantung pada sudut kemiringan kereta.
Energi kinetik pemain ski tidak berubah karena gaya gravitasi bumi pada pemain ski melakukan
kerja sebesar – mgh, sehingga kerja total yang dilakukan pemain ski adalah nol.
Sekarang kita perhatikan bumi dan pemain ski (tidak termasuk kereta gantung) sebagai
sistem yang terdiri dari dua benda titik. Kerja yang dilakukan gravitasi pada sistem ski adalah
kerja internal bagi sistem ini. Kerja total yang dilakukan oleh sistem ini adalah kerja mgh yang
dilakukan oleh kereta gantung yang kita anggap sebagai external pada sistem. Kerja ini
disimpan sebagai energi potensial mgh dari system bumi pemain ski.
Jika pemain ski meluncur menuruni suatu bidang miring yang licin, energi potensial ini
berubah menjadi energi kinetik sistem, yang tidak lain hanyalah energi kinetik pemain ski karena
gerak bumi dapat diabaikan. Kerja total yang dilakukan oleh gravitasi jika pemain ski bergerak
ke puncak bukit dan kembali turun ke posisinya semula adalah nol. Gaya gravitasi dinamakan
gaya konservatif.
Sebuah gaya adalah konservatif jika kerja total yang dilakukannya pada sebuah benda
titik adalah nol ketika benda titik tersebut bergerak mengelilingi suatu lintasan tertutup dan
kembali ke posisinya semula.

Gambar (5.7). Seorang pemain ski menaiki bukit dengan


menggunakan Kereta gantung.

Kerja yang dilakukan oleh gaya konservatif pada suatu benda titik tidak bergantung pada
lintasan, hanya bergantung pada titik ujung 1 dan 2, gambar 5.8. Kita dapat menggunakan sifat
ini untuk mendefinisikan fungsi energi potensial U yang dihubungkan dengan sebuah gaya
konservatif, merupakan pengurang fungsi energi potensial.

W =  F. ds = - U ……… (5.7)
atau : s2
U = U2 – U1 = - W = -  F. ds ……… (5.8)
s1
Untuk perpindahan yang sangat kecil, kita dapatkan :

dU = - F ds
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
Lintasan A
Gambar 4.8 .
Lintasan B Lintasan benda
Untuk gaya
2 konservatif
1
Lintasan C

h
U – Uo = - mg  ds
o

U = Uo + mgh ………. (5.9)

Gaya Konservatif Pada Pegas


x

x = xt
F = kx

Gambar 4.9. Sebuah massa yang dikaitkan


pada pegas. Untuk meregangkan pegas,
x=0

sebuah gaya Fluar = kx harus diberikan pada


balok
y

Pada sebuah pegas gaya konservatif ditunjukkan oleh sebuah system yang terdiri dari
sebuah pegas dan sebuah balok. Balok diam diatas meja yang licin pada x = 0, dengan pegas
tidak diregang. Sekaran balok kita dorong secara perlahan-lahan dengan gaya yang sama dan
berlawanan dengan gaya yang dikerjakan oleh pegas sehingga pegas memanjang. Karena
pegas menggunakan gaya Fpg = - kx pada balok, kita harus memberikan gaya yang sama pada
balok F = kx untuk mendorong balok tanpa percepatan.Kerja yang dilakukan oleh gaya luar
adalah :
x
Wluar =  kx dx = ½ kx2
o

Kerja yang dilakukan oleh pegas :


x
Wpg =  - kx dx = - ½ kx2
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
o

sehingga kerja total pada balok adalah nol. Kerja yang dilakukan balok besarnya sama dengan
Wluar. Kita dapat menghitung fungsi potensial yang berhubungan dengan gaya ini adalah :

dU = - F ds = - Fx dx = - (-kx) = k x dx

dengan demikian :

U = Uo + ½ kx2 ……… (5.10)

U U = ½ kx2
Gambar 5.10. Gambar fungsi energi
Potensial U versus perpindahan x
untuk benda pada sebuah pegas

4.6. HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK


Kita perhatikan pada sistem sebuah benda titik yang melakukan kerja dengan gaya
konservatif, hal ini sama dengan pengurangan energi potensial sistem . Contohnya seorang
pemain ski menuruni bukit, kerja yang dilakukan oleh gaya sama dengan pengurangan energi
potensial sistem dan juga sama dengan penambahan energi kinetik sistem.

Wtotal =  F. ds = - U = K
jadi :
U + K =  (U + K) = 0 ……… (5.11)

Jumlah energi kinetik dan energi potensial system dinamakan energi mekanik (E). :

E = K +U ……… (5.12)

Persamaan ini dikenal dengan hukum kekekalan energi mekanik

4.7. Terapan Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Kita perhatikan sebuah benda bermassa m bergerak dalam satu dimensi dibawah
pengaruh gaya konservatif :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


x
x = xt
Gambar 5.11. Sebuah sistem yang terdiri dari
balok dan pegas yang dikerjakan gaya luar F

x
F
konservatif yang menyebabkan terjadinya

x=0
perubahan kecepatan dan percepatan balok
dengan energi kinetik ½ mv2 dan energi
potensial U(x).

Jika energi total E (konstan) didapat kelajuan v sebagai fungsi x :

1 2
mv  U ( x)  E
2
2( E  U ( x))
v2 
m

2( E  U ( x))
v
m ……… (4.13)

Persamaan ini lebih mudah digunakan pada hukum Newton II

Gambar (5.12). Seorang pemain ski menuruni bukit


dengan ketinggian h, dan pada saat itu energi
potensialnya adalah mgh dan pada kaki bukit energi
potensialnya nol, karena berubah menjadi energi
h kinetik

pada ketinggian h energi potensialnya adalah mgh dan energi kinetik nol, tetapi pada
ketinggian tertentu energi potensial bernilai y, maka kita dapat menentukan kelajuannya dengan
menggunakan persamaan energi total (5.13):

1 2
mv  mgy  E  mgh
2

2(mgh  mgy)
v2 
m

v  2( g (h  y )
……… (5.13)

Pada sebuah bandul sederhana yang terdiri dari beban bermassa m dikaitkan pada sebuah tali
yang panjangnya L, massa ini ditarik ke samping sehingga tali membentuk sudut  dengan
vertikal dan dilepas dari ketinggian diam.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar (5.13). Bandul sederhana yang terdiri dari
benda bermassa m dan panjang tali L. Tegangan tali
L tegah lurus arah gerak dan tidak melakukan kerja.
L cos Kelajuan beban di dasar ayunan didapatkan kekekalan
energi ½ mv2 = mgh dengan ketinggian awal h
= L – L cos .

h h = L - L cos

mg

maka kelajuan v dan tegangan tali T pada dasar ayunan dapat dicari dengan memperhatikan
kedua gaya yang bekerja pada beban yaitu gaya gravitasi mg yang konservatif, dan tegangan
tali T tengak lurus arah gerak.

Kita pilih energi potensial gravitasi pada pada ketinggian h diatas ayunan dan diam. Energi
kinetiknya nol, dan energi totalnya :

Ei = Ki + Ui = 0 + mgh

Ketika bandul berayun turun, energi potensial berubah menjadi energi kinetik, energi akhir di
dasar ayunan:

Ef = Kf + Uf = ½ mv2 + 0

Menurut hukum kekekalan energi mekanik :

Ef = Ei
½ m v 2 = mgh

kita hubungkan h dengan q, dan jarak h berhubungan dengan q dan panjang tali bandul L.
h = L – L cos q
= L(1- cos q)

jadi kelajuan di dasar ayunan diapatkan dari :

2mgh
v2 
m

v  2 gl (1  cos ) ……… (5.14)

Pada dasar ayunan gaya-gaya yang bekerja pada beban adalah berat mg yang bekerja ke
bawah dan tegangan T yang bekerja ke atas. Berdasarkan gerak melingkar :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


mv 2
=
T – mg = r ,r=L
90o

m2 gL(1  cos  )
T = mg + r

T = 3 mg ……… (5.15)

jika beban dilepas pada sudut  = 90o maka tegangan di dasar ayunan adalah 3 kali gaya garvitasi mg.

Contoh Soal :

1. Sebuah balok 2 kg didorong pada pada sebuah pegas yang mempunyai konstanta pegas
500 N/m, sehingga tertekan sejauh 20 cm. Kemudian balok dilepas dan pegas
mendorongnya sepanjang permukaan dasar yang licin dan kemudian naik ke sebuah
bidang miring licin bersudut 45o seperti pada gambar (5.13). Sejauh mana balok itu dapat
menaiki bidang miring ?

Gambar (5.14). Balok yang di dorong oleh pegas,


merupakan perubahan energi potensial pegas menjadi
(a)

(b)

45o h

(c)

energi kinetik dan kemudian menjadi energi potensial


gravitasi
F

F
20 cm

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Setelah pegas dilepas maka gaya pegas konservatif melakukan dorongan terhadap
balok dalam bentuk energi potensial ½ kx2 kemudian balok memperoleh energi kinetik ½ mv2
akibat perubahan energi potensial pegas, setelah itu berubah lagi menjadi energi potensial
gravitasi mgh.
Kita pilih h = 0 dipermukaan horizontal, jadi energi awal adalah energi potensial pegas:

Ei = ½ kx2 = ½ .500 . (0,20 )2

= 10 Joule

ketika balok meninggalkan pegas, energi kinetiknya sama dengan energi potensial pegas. Pada
saat naik kebidang miring, kelajuannya berkurang samapai menjadi nol pada ketinggian
maksimum h, maka seluruh energinya berubah menjadi energi potensial gravitasi :

Ef = mgh

dengan menggunakan hukum kekekalan mekanik :

Eawal = Eakhir

10 joule = mgh

10. joule 10. joule


h   0,51.meter
mg 2.kg.9,81.N / m

Jarak s yang ditempuh balok menaiki bidang miring di dapat dari :

h
 sin .45 o  0,707
s
h 0,51
s   0,721.m
0,707 0,707

Carilah kelajuan balok pada gambar (5.13) ketika meninggalkan pegas.

Jawab :

Ei = K
½ kx2 = ½ m v 2
10 joule = ½ mv2
20. joule
v2   10.m 2 / det 2
2.kg
v  10 .m / det

2. Sebuah pegas dengan konstanta gaya k digantungkan vertical .

Gambar 5.15. Balok yang diikatkan pada pegas yang


tak teregang dan dijatuhkan. Energi potensial gravitasi
diubah menjad energi kinetik balok ditambah
energi potensial pegas. Di titik yang paling
rendah dimana balok diam sesaat, hilangnya energi
y potensial gravitasi balok sama dengan
w penambahan energi potensial pegas.
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
Sebuah balok dengan massa m diikatkan pada pegas yang tak diregangkan dan dibiarkan
jatuh dari keadaam diam.. Carilah jarak maksimum jatuhnya balok itu sebelum balok mulai
bergerak naik.

Jawab :

Pada kasus ini kita mempunyai dua jenis energi potensial, energi potensial gravitasi dan
energi potensial pegas yang teregang. Posisi awal dan akhir balok ditunjukkan pada
gambar (5.14). Y menandakan jarak jatuhnya balok, dan energi potensial gravitasi
gravitasi balok adalah nol diposisi y = 0. Energi potensial awal pegas adalah nol karena
pegas tak diregang pada posisi ini, karena balok mula-mula diam, energi kinetik awalnya
sama dengan nol. Jadi energi total adalah nol :

Ei = Ki + Ui = 0

setelah balok jatuh sejauh y maka energi kinetik balok ½ m v 2. Energi potensial gravitasi
balok – mhg, da energi potensial pegas ½ ky2.

Dengan energi potensial sistem adalah :


U = - mgy +

U = - mgy + ½ ky 2
y
½ ky2

Energi total :

E =K + U
m
y

= ½ m v 2 – mgy + ½ ky 2
U

Hukum kekekalan energi adalah :

Ei = E = 0

Kita dapatkan : Gambar 5.16. Fungsi energi


potensial U = ½ ky2 - mgy

½ mv 2 – mhy + ½ ky 2 = 0

Pada ym, v = 0, maka :

- mgym + ½ kym2 = 0

2.mg
ym 
k ……… (5.16)

maka gaya yang bekerja pada balok dapat dihitung dari :

U = - mgy + ½ ky 2

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


dU
 mg  ky
dy

dU
 Fy  mg  ky
dy ……… (5.17)

3. Dua balok bermassa m1 dan m2 yang mula-


mula diam diikatkan pada tali ringan yang lewat
sebelah atas katrol licin, terlihat pada gambar
(5.16). Carilah kelajuan kedua balok yang lebih T T
a a
berat jatuh sejauh h.
dimana m2 > m1
h m m h
1 2
Jawab : g g
Energi potensial system bernilai nol pada posisi
awal balok karena keduanya dalam keadaan
diam.

Jika v kelajuan m1 yang bergerak ke atas sejauh h, maka energi kinetiknya ½ mv 2, m2


bergerak kebawah sejauh h dengan kelajuan yang sama dengan m1 yaitu v dan energi
kinetik ½ mv2. Energi potensial sistem adalah : m1gh – m2gh, jadi energi total pada saat
ini adalah :

Et = ½ m1 v 2 + ½ m2 v 2 + m1gh – m2gh
Eakhir = Eawal = 0
½ m1 v 2 + ½ m2 v 2 = m1gh – m2gh = 0
½ (m1 + m2) v 2 = (m2 – m1) gh
2( m2  m1 ) gh
v2 
(m1  m2 ) ……… (5.18)

Dengan membandingkan persamaan (4.18) dengan persamaan v2 = 2ah, maka kita


peroleh :

(m 2  m1 ) g
a
(m1  m2 ) ……… (5.19)

maka didapat :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


(m2  m1 )a
g
(m1  m2 ) ………. (5.20)

atau dengan cara lain kita memandang system akan bergerak ke arah m 2 dengan
percepatan a .:

Tinjau benda m1 : Tinjau benda m2 :

T – m1g = m1 a -m2g + T = - m2 a
T = m1g + m1 a T = m2g – m2 a

Karena tegangan tali dimana-mana sama, maka :

m1g + m1 a = m2.g – m2 a
m1 a + m2 a = m2.g – m1g
(m1 + m2) a = (m2 – m1 ) g
(m 2  m1 ) g
a
(m1  m2 )

4.8. TEOREMA KERJA - ENERGI YANG UMUM.

Jika gaya konservatif dan tidak konservatif melakukan kerja, energi mekanik total sistem
tidak akan konstan. Kita tinjau sebuah benda titik yang dipengaruhi oleh gaya tak konservatif Ftk
dan dua gaya konservatif F1 dan F2 sehingga gaya total adalah :

Ftot = Ftk + F1 + F2 ……… (5.21)

Berdasarkan teorema kerja dan energi, kerja total yang dilakukan oleh gaya-gaya ini sama
dengan perubahan energi kinetik benda titik :

Wtotal =  Ftk .ds + =  F1 .ds +  F2 .ds


Wtotal = Wtk + W1 + W2 =  K ……… (5.22)

Untuk gaya konservatif didefinisikan energi potensial U:

Wi = -  U
Wtk + W1 + W2 =  K
Wtk =  U1 +  U2 +  K =  E ……… (5.23)

Dengan

E = U1 + U2 + K ……… (5.24)

Ini disebut sebagai teorema kerja – energi umum.

Contoh Soal :

1. Sebuah kereta luncur bermassa 5 kg bergerak dengan kelajuan awal 0,4 m/det. Jika koefisien
gesekan antara kereta luncur dan salju adalah 0,14. Berapa jauh kereta akan meluncur sebelum
berhenti. Gambar (5.17).

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 5.18. Sebuah kereta luncur
fk

Jawab :

Energi kinetik awal sistem adalah energi kinetik awal kereta luncur:

Ei = Ki = ½ m v 2 = ½ (5 kg) . (4 m/det)2 = 40 Joule

Energi kinetik akhir adalah nol, jadi perubahan energi mekanik sistem kereta luncur- salju adalah :

E = Ef – Ei = - Ei = - 40 J

Gaya normal salju kereta luncur :

N = mg = (5kg) 9.81 m/det2 = 49,0 N

Gaya gesekan kereta –salju:

fk = k N = 0,14 . 49,0 N = 6,86 N

Bila kereta bergerak sejauh x, kerja yang dilakukan oleh gesekan adalah

Wtk = fk x = (-6,86 N) x

Kerja total yang dilakukan kereta :

Wtk = E = - 40 J

Sehingga :

40.J
x   5,83.meter
 6,86.N

2. Sebuah gaya horizontal 25 N dikerjakan pada sebuah kotak 4 kg yang mulanya diam pada
meja datar dan kasar. Koefisien gesekan kinetik antara kotak dan meja adalah 0,35.
Tentukan kelajuan dari kotak setelah di dorong sejauh 3 m.

F
Gambar 5.19. Sebuah balok diatas meja kasar. Gaya-
fk
N gaya tak konservatif yang bekerja pada balok yaitu
mg gaya luar dan gaya dan gaya gesekan fk.

Pada persoalan ini kita mempunyai dua gaya tak konservatif yang bekerja yaitu gaya luar
dan gaya gesekan kinetik. Gaya luar melakukan kerja pada kotak diberikan oleh :

Wluar = F x = 25 N . 3 m = 75 J
Gaya normal oleh meja terhadap kotak sama dengan berat kotak, gaya gesekan kinetik
yang dikerjakan terhadap kotak adalah :
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
fk = k N = k mg = 0,35 . 4 kg 9,81 m/det2 = 13,7 N

Kerja yang dilakukan gaya-gaya kinetik besarnya :

Wf = -fk x = -13,7 N. 3 m = - 41,1 J

Jadi kerja yang dilakukan gaya-gaya tak konservatif :

Wtk = Wluar + Wf

= 75 J – 41,1 J = 33,9 J

Energi potensial kotak adalah nol diatas meja, karena datar. Jadi energi kinetik total sistem
ini sama dengan energi kinetik kotak itu :

Wtk = E = K = ½ mv2
2.x.33,9.J
v2 
4.kg
2.x.33,9.J
v  4,12.m / det
4.kg

3. Seorang anak bermassa 40 kg melunsur menuruni bukit kasar dengan papan luncur dengan
kemiringan 30o, Gambar 5.20. Koefisien gesekan kinetik antara papan luncur dengan bukit k = 0,2.
Jika anak meluncur dari keadaan diam di`puncak bukit dengan ketinggian h = 4 m dari dasar. Berapa
kelajuannya ketika ia mencapai dasar.

Gambar 5.20 Seorang anak dipapan luncur


menuruni bukit ketinggian h, dalam hal ini
N fk energi mekanik tidak kekal karena ada
N mg
Jawab
h : gesekan.
`
Gaya yang bekerja pada anak adalah gaya gravitasi, gaya normal N, dan gaya gesek f k =
k N yang dikerjakan pada tempat
30o peluncur.
Gaya normal :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


N = mg cos 30o
tegak lurus arah gerak dan tidak melakukan kerja. Kerja yang dilakukan oleh gaya tak
konservatif gesekan adalah :

fk = - k N = 0,2. mg cos 30o sin 30o = h/s


s = h sin 30o
Wk = - fk. s = - 0,2. mg cos 30o. h sin 30o
= - 544 J

Menurut teorema kerja – energi, kerja –544 J yang dilakukan oleh gaya gesekan sama
dengan perubahan energi mekanik total dari system anak-papan luncur-bumi. Energi
kinetik anak pada saat dipuncak Ki = 0, energi system awal adalah energi potensial Ui
.Energi potensial didasar adalah nol. Jadi energi awal :

Ei = Ui = mgh = 40 kg . 9,81 N/kg . 4 m =1570 J

Dengan demikian teorema kerja – energi memberikan :

Wtk = E = Ef – Ei = Ef – 1570

Ef = -544 J + 1570 J = 1026 J

Jadi Ef adalah energi kinetik :

Ef = ½ m v 2 = 1026 J = Kf

Jadi kelajuannya :

2K 2.x.1026.J
v   7,16.m / det
m 40.kg

4. Sebuah balok 4 kg bergantung pada sebuah tali ringan yang lewat diatas katrol licin dan
dihubungkan dengan balok 6 kg yang diam diatas meja yang kasar Gambar 5.21. Koefisien
gesekan kinetik adalah k 0,2. Balok 6 kg di dorong menekan pegas, yang mempunyai
konstanta pegas 180 N/m sehingga tertekan sejauh 30 cm, kemudian dilepas. Carilah
kelajuan balok ketika baolk yang bermassa 4 kg jatuh sejauh 40 cm.

m1 = 6 kg
Gambar 5.21. Dua balok yang dihubungkan oleh tali
ringan untuk soal (4). Balok 6 kg didorong menekan
pegas dan dilepaskan. Ketika kedua balok
bergerak, energi potensial pegas berkurang, energi
potensial gravitasi 4 kg berkurang, dan energi
m2 = 4 kg mekanik hilang karena gesekan

Jawab :

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Sistem terdiri dari bumi, meja, pegas, dan dua balok m 1 = 6 kg dan m2 = 4 kg. Kita pilih
energi potensial gravitasi mula-mula sama dengan nol. Jadi energi awal adalah energi
potensial pegas.

Ei = ½ kx2 = ½ 180. (0,30)2 = 8,1 J

Kerja yang dilakukan oleh balok 6 kg sejauh x = 4 cm adalah :


Wtk = - k m1 g x1 = -0,2 . 6 kg. 9,81 N/kg . 0,4 m = - 4,7 J

Teorema kerja –energi memberikan :

Wtk = Ef – Ei = - 4,7 J

Ef = Ei – 4,7 J = 8,1 J – 4,7 J = 3,4 J

Setelah balok m2 jatuh sejauh y, kedua balok bergerak dengan kelajuan sama v, dan
energi total system :

Ef = ½ (m1 + m2) v 2 – mgy

Untuk y = 0,4 m kita dapatkan :

Ef = ½ (m1 + m2) v 2 – m2gy


= ½ ( 6 kg + 4kg) v 2 – 4 kg. 9,81 N/kg .0,4 m
3,4 J = 5 kg v 2 – 15,7 J
3,4.J  15,7.J 19,7.J
v2    1,97.J
5.kg 5.kg
19,7.J
v  1,95.m / det
5.kg

5.9. KEKEKALAN ENERGI


Dalam dunia makroskopik, gaya-gaya tak konservatif hampir selalu ada, yang paling
sering adalah gaya gesekan. Ada juga gaya yang terlihat dalam perubahan bentuk benda :
contohnya sebuah pegas jika diregangkan melampaui batas elestisitasnya, akan mengalami
perubahan bentuk secara tetap. Kerja yang dilakukan dalam regangan pegas tidak bisa pulih
ketika pegas dilepaskan. Sebagian kerja yang dilakukan untuk mengubah bentuk pegas
didisipasi menjadi energi panas, sehingga pegas menjadi lebih hangat.

Energi mekanik sering kali tidak kekal, karena diikuti oleh munculnya energi panas, yang
biasanya ditandai dengan kenaikan suhu. Sekarang kita mengetahui bahwa, dalam skala
makroskopik, energi termis ini terdiri dari energi kinetik dan energi potensial molekul-molekul
dalam sistem. Energi sistem sering kali berkurang karena suatu bentuk radiasi tertentu, seperti
gelombang bunyi dari tumbukan antara dua benda, gelombang air yang dihasilkan suatu kapal,

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


atau gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh muktan yang dipercepat dalam sebuah
antena radio.
5.10. DAYA
Daya adalah lju energi dari suatu system ke system lain. Perhatikan sebuah titik yang
bergerak dengan kecepatan sesaat v. Dalam selang waktu yang sangat singkat dt, benda titik
mengalami perpindahan sejauh ds = v dt.
Usaha yang dilakukan oleh gaya F yang bekerja pada benda titik selama selang waktu dt
adalah:

dW = F. ds = F. v dt ……… (5.25)
laju usaha yang dilakukan gaya adalah daya masukan P gaya tersebut :

dW
P  F .v
dt ……… (5.26)
satuan SI untuk daya, satu joule per detik dinamakan Watt (W).

1 J/det = 1 Watt (W)

Daya tidak sama dengan usaha atau energi. Sebuah mobil dikatakan berdaya tinggi jika
dapat mengubah energi kimia bahan bakarnya menjadi energi kinetik dalam perioda waktu yang
singkat. Untuk menambah dayanya, anda harus medaikkan laju pembakaran bahan bakarnya
dengan menaikkan jumlah atau ukuran selindernya. Jika anda membayar untuk energi. Bukan
daya. Anda biasanya ditagih sejumlah kilowatt jam (kwh).

1 kwh = 103 watt x 3600 detik


= 3,6 x 106 w.det = 3,6 M J
1 hp = 550 ft Lb/det = 746 Watt.

BAB VI. GERAK MELINGKAR

6.1. Gerak Melingkar Beraturan

Berbagai macam benda-benda yang melakukan gerak dalam orbit lintasan melingkar. Roda
kendaraan, komedi putar di pekan raya menunjukkan gerak melingkar. Gerak melingkar
dengan kelajuan sudut konstan dinamakan gerak melingkar beraturan.

Su atu benda yang bergerak mengelilingi sumbu dalam lintasan


melingkar disebut gerak melingkar. Elektron dalam atom
dimodelkan melakukan gerak melingkar mengelilingi inti atom.
Benda-benda angkasa seperti bulan juga melakukan gerak
melingkar mengelilingi bumi. Bumipun melakukan gerak melingkar
mengelilingi matahari. Pada salah satu rukun haji, yaitu thowaf, para
jamaah haji melakukan gerak melingkar mengelilingi ka’bah.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 6.1. Komedi putar di pekan raya melakukan gerak melingkar.

Ketika memahami gerak melingkar akan menemukan sudut yang dibentuk oleh vektor jari-jari
yang menghubungkan dua posisi benda yang berbeda dalam lintasan melingkar itu.

s=r


r

Gambar 6.2. Menggambarkan gerak melingkar, sudut yang dibentuk oleh vektor jari-
jari. Satu radian adalah satuan sudut yang setara dengan 57,3o.

Dalam geometri berbagai satuan digunakan untuk menyatakan pengukuran sudut. Misalnya
derajad (°), yang mana untuk satu putaran penuh sebesar 360°. Satuan lain adalah radian, yang
mana untuk satu putaran penuh sebesar 2 radian, sehingga dapat dikatakan bahwa 360°setara
dengan 2 radian.
Hubungan antara sudut tempuh  dengan busur lingkaran yang ditempuh s adalah ,
 jika sudut tempuh satu putaran 2  radian maka panjang busur yang ditempuh
adalah keliling lingkaran = 2 r (r = jari-jari lingkaran).
 jika sudut tempuh satu putaran  radian maka panjang busur lingkaran yang
ditempuh adalah = s.
Dengan demikian
2/ = 2 r/s
atau 2 .s = 2 r. 
sehingga s = r. 
Satuan radian lebih banyak digunakan dalam pembahasan gerak melingkar.

6.1.1. Periode dan Frekuensi


Waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu kali putaran penuh dinamakan periode dan
dilambangkan dengan T.
t
Atau dinyatakan dengan T= n
Satuan periode adalah sekon atau detik. Sedangkan jumlah putaran yang dilakukan benda dalam satuan
waktu disebut frekuensi, dan dilambangkan dengan f. Dengan demikian dapat dirumuskan sebagai
berikut.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


n
f = t
Satuan frekuensi adalah cyclus per second (cps) atau 1/s atau s -1,dan sering juga menggunakan Hertz (Hz).
Periode dan frekuensi berhubungan satu sama lain. Hubungan antara periode dan frekuensi sebagai
berikut.
1 1
T= f atau f= T

6.1.2. Kecepatan Anguler dan Kecepatan Tangensial


Benda yang bergerak dalam lintasan melingkar menempuh busur lingkaran s dalam selang
waktu tertentu t. Bila perubahan busur lingkaran yang ditempuh sama tiap selang waktu yang
sama, maka gerak melingkar semacam ini disebut gerak melingkar beraturan.
Kelajuan tangensial (besar dari kecepatan tangensial ) atau sering disebut dengan kelajuan linier
dirumuskan dengan :
Δs
v = Δt
Arah vektor kecepatan tangensial selalu tegak lurus dengan arah vektor jari-jari dengan arah
gerak benda Jika s adalah keliling lintasan yang ditempuh benda dalam satu periode waktu
maka s = 2 r dan (t =T) sehingga kelajuan tangensial dirumuskan menjadi :
2 π.r
v= T
1
Substitusikan T = f ke dalam persamaan tersebut maka akan diperoleh persamaan sebagai
berikut.
v = 2 r f
v

s v


r

Gambar 6.3. Gerak melingkar memiliki dua kecepatan yaitu kecepatan


tangensial dan kecepatan anguler.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Sudut yang ditempuh benda dalam selang waktu tertentu dinamakan kelajuan anguler atau
kecepatan sudut benda dan pada gerak melingkar beraturan selalu sama dalam selang waktu
yang sama, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.
Δθ
 = Δt
Apabila sudut yang ditempuh benda dalam satu periode waktu t = T adalah  = 2 radian,
maka kelajuan anguler dalam gerak melingkar beraturan dirumuskan;

= T
1
Tempatkan T = f ke dalam persamaan tersebut maka akan diperoleh hubungan antara
kelajuan anguler dengan frekuensi sebagai berikut.
 = 2 f
Menurut Alonso dan Finn, kecepatan sudut dapat dinyatakan sebagai besaran vektor,
yang arahnya tegak lurus pada bidang gerak, dengan arah yang ditunjukkan oleh ibu jari tangan
kanan jika jari-jari tangan menunjuk ke arah gerak partikel.

C R
A
r
0

Gambar 6.4. Arah vektor kecepatan sudut

Hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler dapat ditentukan dari;
Δs Δθ
Δt = Δt r
Persamaan hubungan antara kelajuan tangensial dengan kelajuan anguler tersebut dapat lebih
disederhanakan menjadi sebagai berikut.
v = .r

6.1.3. Percepatan Anguler dan Percepatan Tangensial

Dalam gerak melingkar beraturan selalu memiliki kelajuan anguler konstan. Perubahan
kecepatan anguler tiap satuan waktu dinamakan dengan percepatan anguler.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


ω
 = t
Karena  gerak melingkar beraturan sama dengan nol maka  = 0. Percepatan anguler tidak
nol melainkan konstan yaitu pada gerak melingkar berubah beraturan
Percepatan linier atau tangensial diperoleh dengan membagi perubahan kecepatan linier
dengan selang waktu.
Δv
a = Δt
Pada gerak melingkar beraturan v = 0 sehingga diperoleh a = 0. Sedangkan pada gerak
melingkar beraturan nilai a = konstan.

LATIHAN 1
Contoh Soal

1. Sebuah roda berbentuk cakram homogen berputar 7.200 rpm. Hitunglah kecepatan
linier sebuah titik yang berada 20 cm dari sumbu putarnya.


Diketahui :  = 7.200 rpm = 7.200 x 60 = 240 rad/s

r = 20 cm = 0,2 m

Ditanya : v =…?

Jawab : v = .r

v = 240x 0,2 = 48 m/s

2. Suatu titik materi bergerak melingkar beraturan. Dua detik yang pertama menempuh
busur sepanjang 40 cm, Bila jari-jari lingkaran 5 cm, maka :
a. Tentukan kelajuan liniernya.
b. Tentukan kelajuan angulernya.
c. Dispacement angulernya ( sudut pusat yang ditempuh )

Diketahui : t=2s

s = 40 cm = 0,4 m

r = 5 cm = 0,05 m

Ditanya : a. v =…?

b.  = …?

c.  =….?

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


s
Jawab : a. v = t

0,4
v = 2 = 0,2 m/s

v 0,2

b.  = r = 0,05 = 4 rad/s

s 0,4
c.  = r = 0,05 = 8 rad atau  = . t = 4 x 2 = 8 rad

6.2. Percepatan Sentripetal


Jika suatu benda yang mengalami gerak melingkar beraturan mempertahankan kecepatan tetap yang
dimilikinya, berarti ada percepatan yang selalu tegak lurus dengan arah kecepatannya, sehingga lintasannya selalu
lingkaran. Percepatan yang diperlukan mengarah ke arah pusat lingkaran dan disebut percepatan sentripetal. Menurut
Sears dan Zemansky, karena arahnya yang ke pusat inilah maka percepatan itu disebut percepatan sentripetal atau
percepatan radial yang berarti mencari pusat.

Y X
v
v2 v1


v = v2 - v1

Gambar 6.5. Benda mengalami gerak melingkar berpindah dari titik X ke titik Y

Benda yang bergerak dengan kecepatan v1 di titik X dan kecepatan v2 di titik Y pada suatu
lingkaran berjari-jari r, menempuh busur lingkaran sepanjang s = .r , maka analog dengan
itu besar selang kecepatannya sebesar v = .v, sehingga percepatan sentripetalnya adalah

Δv
a = Δt
Δθ.v
a = Δt
Δθ
karena  = Δt
maka a = .v

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


v2
Substitusikan persamaan v = .r maka diperoleh a = 2. r atau a = r
Arah percepatan sentripetal selalu menuju ke pusat dimanapun benda itu berada dan selalu
tegak lurus dengan vektor kecepatannyan

Gambar 6.6. Arah percepatan sentripetal selalu tegak


lurus vektor kecepatannya

6.3. Hubungan Antara Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Melingkar Beraturan
(GMB)

Antara Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Melingkar Beraturan


(GMB) memiliki hubungan kesetaraan besaran-besaran geraknya. Perhatikan
tabel berikut ini.

GLB GMB Hubungannya


Pergeseran linier s Pergeseran sudut  s=.r
Kecepatan linier s Kecepatan sudut θ v=.r
v ω
t t
Percepatan Linier v Percepatan sudut ω a=.r
a α
t t

Contoh Soal:
1. Sebuah tamiya berputar mengikuti lintasan melingkar dengan kelajuan tetap 3 m/s dan
periode 2 s. Jika jari-jari lintasan lingkaran adalah 1 m, tentukan;
a. percepatan sentripetal tamiya
b. perubahan kecepatan tangensial tamiya selama bergerak 1 s, dan percepatan rata- rata
tamiya selama itu.

Penyelesaian
v = 3 m/s
T=2s
r= 1m

v2 32
a. as = r = 1 = 9 m/s2

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


b. v = a . t = 0, karena gerak melingkar beraturan
v
art = t = 0

Tugas

Kerjakanlah jawaban soal berikut di buku tugasmu!

1. Daya tahan tubuh manusia untuk melawan gravitasi sebelum membawa efek psikologis adalah sebesar 25 g (g :
percepatan gravitasi = 10 m/s2). Sementara seorang pilot pesawat jet terbang dengan kelajuan 1 km/s sambil
membuat manuver lintasan melingkar. Hitunglah jari-jari minimum yang dibentuk pesawat selama manuver, agar
tubuhnya tidak dikenai lebih dari 25 g.

6.4. Sistem Gerak Melingkar pada Susunan Roda

6.4.1. Sistem Persinggungan Langsung.


Pemindahan gerak pada sistem persinggungan langsung yaitu melalui persinggungan roda yang
satu dengan roda yang lain.

Pada sistem ini kelajuan liniernya sama, sedangkan kelajuan anguler tidak sama.
v1 = v2, tetapi 1  2

6.4.2. Sistem Serantai atau Setali

Pemindahan gerak pada sistem tak langsung yaitu pemindahan gerak dengan menggunakan
ban penghubung atau rantai.

Pada sistem ini kelajuan liniernya sama, sedangkan kelajuaan angulernya tidak sama.

v1 = v2, tetapi 1  2

6.4.3. Sistem Sesumbu ( Co-Axle )

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Jika roda-roda tersebut disusun dalam satu poros putar, maka pada sistem tersebut titik-titik yang terletak pada satu
jari mempunyai kecepatan anguler yang sama, tetapi kecepatan liniernya tidak sama.

A = B, tetapi vA  vB

LATIHAN 2
Contoh Soal:

1. Sepeda mempunyai roda belakang dengan jari-jari 35 cm, Gigi roda belakang dan roda
putaran kaki, jari-jarinya masing-masing 4 cm dan 10 cm. Gigi roda belakang dan roda
putaran depan tersebut dihubungkan oleh rantai. Jika kecepatan sepeda 18 km/jam,
Hitunglah :
a. Kecepatan sudut roda belakang.
b. Kecepatan linier gigi roda belakang.
c. Kecepatan sudut roda gigi depan tempat putaran kaki.
Penyelesaian
r1 = 4 cm
r2 = 10 cm

r3 = 35 cm, v3 = 18 km/jam = 5 m/s = 500 cm/s.

a. Roda belakang dan roda gigi belakang seporos.

v3 500
r
3 = 3 = 35 rad/s

b. 2 = 3 = 500/35 rad/s

v2
2 = r2

v2 = 2.r2 = 500/35 x 10 = 600/35 cm/s

c. Roda gigi belakang dan roda gigi depan serantai.

v1= v2 = 600/35 cm/s.

6.5. Gaya sentripetal

Ketika sebuah bola diputar dalam suatu lintasan lingkaran, maka bola sedang mengalami
percepatan sentripetal yang disebabkan oleh suatu gaya yang selalu mengarah menuju pusat.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gaya tersebut ditimbulkan oleh tegangan dalam tali, disebut gaya sentripetal. Dinyatakan oleh
Bueche bahwa, gaya sentripetal tidak mempunyai gaya reaksi dan harus bekerja pada massa m

v2
yang bergerak melingkar. Agar massa itu mengalami percepatan sebesar r .
Menurut hukum II Newton tentang gerak F = m.a, bila a merupakan percepatan sentripetal maka
besar gaya sentripetal pada bola adalah
v2
F = m. r
di mana m adalah massa bola, v kecepatan nya ( kelajuan dan arah), dan r jaraknya dari pusat
lingkaran. Sedangkan F diasumsikan sebagai resultan gaya pada bola.

Gambar 6.7. Gaya Sentripetal adalah gaya ke pusat yang menyebabkan suatu benda
bergerak dalam lintasan melingkar. Sebagai contoh, sebuah bola diikat pada tali yang diayunkan
melingkar horisontal dengan kecepatan tetap.

Bola bergerak dalam lintasan melingkar karena pada tali berlaku gaya sentripetal. Menurut
Menurut Hukum I Newton, benda bergerak dengan kecepatan tetap akan bergerak terus pada
suatu alur lurus kecuali jika ada resultan gaya yang bekerja pada benda. Maka, jika tali tiba-tiba
purus, bola akan tidak lagi mengikuti arah gaya sentripetal melainkan akan bergerak menurut
suatu garis lurus yang tegak lurus arah lintasan melingkar bola atau searah dengan vektor
kecepatannya (jika tidak ada gaya berat).

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 6.8. Bola diikat pada tali yang diayunkan melingkar horisontal dengan
kecepatan tetap, apabila tali putus bola akan bergerak lurus searah dengan vektor
kecepatannya.

Sering, gaya sentripetal dikacaukan dengan gaya sentrifugal. Gaya sentripetal adalah suatu
gaya yang nyata ada dalam kaitan dengan pengaruh benda, sedangkan gaya sentrifugal
adalah suatu gaya samaran. Gaya samaran hadir hanya ketika sistem ditinjau dari suatu
kerangka acuan percepatan. Jika sistem yang sama ditinjau dari kerangka acuan non
percepatan, semua gaya samaran menghilang.
Sebagai contoh, seseorang yang naik komedi putar yang berputar akan mengalami suatu gaya
sentrifugal yang berarah meninggalkan pusat sistem itu. Orang mengalami gaya ini sebab dia
berputar pada komedi putar, yang mana percepatan ada pada kerangka acuan.
Jika sistem yang sama dianalisa dari trotoar dekat komedi putar, sebagai kerangka acuan tanpa
percepatan, maka tidak ada gaya sentrifugal. Seseorang di trotoar hanya mencatat gaya
sentripetal yang bekerja pada orang itu bergerak ke pusat lintasan melingkar. Secara umum,
gaya riil/nyata hadir dengan mengabaikan apakah kerangka acuan yang digunakan ada
percepatan atau tidak ada percepatan; gaya samaran hadir hanya dalam suatu kerangka acuan
yang ada percepatannya.

Analisa
Buatlah sebuah pesawat sentrifugal sederhana
seperti pada gambar di samping. Gunakan bahan-
bahan yang mudah didapat nisalnya bambu atau
pipa pralon, benang, bola logam. Putarkanlah
bambu sehingga bola logam yang berada di atas
dapat berputar. Lakukan dengan cepat kemudian
berganti putarlah dengan lambat. Lakukan
berulang-ulang dan analisalah keadaan benang
pada saat putaran cepat dan lambat. Berilah hasil

6.6. Gerak Melingkar Berubah Beraturan

Gerak melingkar beraturan biasanya berlangsung dengan didahului oleh gerak melingkar
berubah beraturan yang dipercepat dan diakhiri dengan gerak melingkar berubah beraturan
yang diperlambat. Pada keadaan awal benda yang mula-mula diam mulai bergerak melingkar
dipercepat beraturan hingga mencapai kelajuan sudut tertentu yang dipertahankan selama
terjadi gerak melingkar beraturan. Apabila benda akan berhenti maka geraknya berubah menjadi
gerak melingkar diperlambat beraturan. Perhatikan grafik di bawah ini.
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5

t

o t

Gambar 6.9. Benda dari keadaan diam bergerak melingkar dipercepat beraturan kemudian
mempertahankan kelajuan sudut pada  konstan sebagai gerak melingkar beraturan ditunjukkan
dengan garis lurus mendatar dan bergerak melingkar diperlambat beraturan hingga akhirnya
berhenti.

Contoh benda yang mengalami gerak tersebut misalnya pada sebuah gergaji mesin yang mulai
dihidupkan, kemudian dipertahankan beberapa saat pada kelajuan sudut tertentu dan dimatikan
powernya hingga piringan gergaji berhenti.
Benda-benda angkasa seperti bulan yang mengorbit bumi melakukan gerak melingkar beraturan
yang sudah berlangsung dalam waktu lama, karena awal dari gerak melingkar beraturan itu
apakah terjadi gerak melingkar dipercepat beraturan, tidak diketahui manusia. Apakah kelak
bulan juga mengakhiri geraknya dengan gerak melingkar diperlambat beraturan? Kitapun tidak
yakin akan hal itu.
Pada gerak melingkar beraturan (GMB) dijumpai sudut yang ditempuh tiap selang waktu yang
sama adalah sama besarnya, sehingga kecepatan sudutnya () bernilai konstan. Dengan
demikian kelajuan liniernya (v) selalu bernilai sama pula. Sedangkan pada gerak melingkar
berubah beraturan (GMBB), sudut yang ditempuh tiap selang waktu yang sama tidak sama
besarnya, sehingga kecepatan sudutnya () berubah-ubah. Dengan demikian kelajuan liniernya
(v) selalu berubah-ubah pula. Roda penggerak, putaran mesin-mesin, poros mesin, adakalanya
melakukan gerak melingkar berubah beraturan.
Perubahan kecepatan sudut tiap satuan waktu disebut percepatan sudut (), sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Δω
 = Δt
Jika  bernilai positif maka terjadi gerak melingkar dipercepat beraturan, dan bila  bernilai
negatif maka terjadi gerak melingkar diperlambat beraturan,
Perubahan kelajuan linier atau tangensial tiap selang waktu dinamakan percepatan linierdan
dirumuskan sebagai berikut.
Δv
a = Δt

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Karena v =  r maka akan diperoleh hubungan antara percepatan sudut dan percepatan linier
yaitu;
Δω.r
a = Δt
a = .r
1 Δv
atau dapat ditulis dengan  = r Δt
a
= r
Kecepatan sudut awal (o) pada t = 0, tidak sama dengan kecepatan sudut akhir (t) pada saat t,
hubungan antara keduanya dapat dirumuskan sebagai berikut.
t = o + .t
Sedangkan sudut akhir () yang ditempuh dengan asumsi sudut awal o = 0 dapat dirumuskan
dengan;
 = o . t + ½ .t2
ω t  ωo
Sekarang substitusikan persamaan t = α ke dalam persamaan
 = o . t + ½ .t2 untuk mendapatkan persamaan tanpa variabel waktu.

 ω t  ωo   ω t  ωo 
   
 = o .  α  + ½ .  α 2
Persamaan akhir yang didapat adalah;
t2 = o2 + 2 .
Gaya sentripetal pada benda-benda angkasa yang mengorbit benda lain, misalnya bulan
mengedari bumi, berupa gaya gravitasi antara kedua benda itu.

m
M r
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5
Gambar 6.10. Bulan berevolusi mengelilingi Bumi. Gaya gravitasi antara Bulan dengan
Bumi berperan sebagai gaya sentripetal

Kesetaraan gaya sentripetal dengan gaya gravitasi dapat mengetahui besar kelajuan linier
benda yang mengorbit. Misalnya Bumi bermassa M dan Bulan bermassa m, jarak antara pusat
keduanya r, maka kesetimbangan gaya berlaku sebagai berikut.
Fs = F

v2 M.m
2
m. r = G r
M
v2 = G r

M
G
Kelajuan linier sebesar v = r disebut sebagai kecepatan orbit.
Dalam dunia medis dikenal alat sentrifugal yang berguna untuk memisahkan partikel-partikel yang berbeda massa
jenisnya yang masih bercampur menjadi bagian yang terpisah. Misalnya dalam cairan darah dapat dipisahkan darah
merah dengan darah putih, atau memisahkan DNA dari plasma darah

BAB VII. MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


7.1. Momentum
Setiap benda yang bergerak mempunyai momentum, yaitu kecenderungan benda untuk terus
bergerak. Momentum linear atau momentum dari sebuah benda tergantung pada masa dan
kecepatan benda. Sehingga momentum dapat didefinisikan sebagai hasil kali massa dan
kecepatannya. Jika ditentukan m menyatakan masa sebuah benda dan v kecepatan benda tersebut,
maka besarnya momentum p dari sebuah benda tersebut adalah:
p=mv .......... (7.1)
dengan
p = momentum (kg.m/s)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)

Dari persamaan (4.16) dapat disimpulkan momentum suatu benda akan semakin besar
jika massa dan kecepatannya semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil massa atau kecepatan
suatu benda maka akan semakin kecil pula momentumnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, momentum terjadi pada peristiwa tabrakan beruntun.


Misalkan sebuah mobil tronton yang melaju dengan kecepatan tinggi (v) tiba-tiba menabrak
mobil di depannya. Ternyata setelah tabrakan mobil sulit sekali untuk dihentikan dan terus
bergerak sehingga mobil terseret beberapa meter dari lokasi tabrakan. Jika mobil memiliki
kecepatan tinggi dan massa semakin besar, mobil akan terus bergerak dan sulit dihentikan.

Gambar 7.1 Momentum terjadi pada tabrakan kendaraan bermotor

LATIHAN 1
Contoh soal:

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


1. Sebuah benda bermassa 1 ton, bergerak dengan kecepatan 90 km/jam. Berapa momentum
yang dimiliki benda tersebut?
Jawab:
Diketahui: m = 1 ton → 1000 kg
V = 90 km/jam → 25 m/s
Ditanya: P = ......?
Jawab:
P = m .v
= 1000 . 25
= 25.000 kg.m/s

2. Ada sebuah benda yaitu benda A bermassa 2 kg, bergerak kekanan dengan kelajuan 10 m/s.
Benda B yang bermassa 7 kg bergerak kekiri dengan kelajuan 4 m/s. Tentukan:
a. Momentum benda A
b. Momentum benda B
c. Momentum total benda A dan B
Diketahui: Benda A → m = 2 kg; V = 10 m/s
Benda B → m = 7 kg; V = 4 m/s
Ditanya: momentum A, momentum B, momentum C?
Jawab:
a. Momentum benda A
P=m.v
= 2 . 10
= 20 kg.m/s
b. Momentum benda B
P=m.v
=7.4
= 28 kg.m/s

c. Momentum total benda A dan B


P total = PA + PB
= 20 + 28
= 48 kg.m/s

7.2. IMPULS
Impuls adalah peristiwa gaya yang bekerja pada benda dalam waktu hanya sesaat.
Atau Impuls adalah peristiwa bekerjanya gaya dalam waktu yang sangat singkat.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh dari kejadian impuls adalah: peristiwa seperti bola ditendang, bola tenis dipukul.
Pada saat tendangan dan pukulan, gaya yang bekerja sangat singkat.
Impuls didefinisikan sebagai hasil kali gaya dengan waktu yang dibutuhkan
gaya tersebut bekerja. Dari definisi ini dapat dirumuskan seperti berikut:
I  F .t ……… (7.2.)
Dengan:
I = impuls (kg.m/s)
F = gaya (N atau kg.m/s2)
∆t = selang waktu (s)

Impuls merupakan besaran vektor. Pengertian impuls biasanya dipakai dalam


peristiwa besar di mana F >> dan t <<. Jika gaya F tidak tetap (F fungsi dari waktu),
maka rumus I=F.t tidak berlaku. Impuls dapat dihitung juga dengan cara menghitung
luas kurva dari grafik F vs waktu t.
LATIHAN
Contoh Soal 1:
Sebuah bola ditendang dengan gaya sebesar 48N dalam waktu 0,8 sekon.
berapakah besar impuls pada saat kaki menyentuh bola.
Jawab:
Diketahui: F = 48N
∆t = 0,8 s
I = ......?
I = F . ∆t
= 48 x 0,8
= 38,4 kg.m/s

Impuls itu sama dengan perubahan momentum. Suatu partikel dengan massa m
bekerja gaya F konstan, maka setelah waktu t massa partikel tersebut bergerak

dengan kecepatan vv  vo  at seperti halnya materi yang bergerak lurus beraturan.

Menurut hokum newton ke-2 F  m. a dengan substitusi kedua persamaan tersebut ke


dalam persamaan impuls, diperoleh:
I  F . t  m . v2  m .v1 ………. (7.3)
Dengan:
m = massa (kg)
v1 = kecepatan awal (m/s)
v2 = kecepatan akhir (m/s)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh soal 2:
Sebuah benda diam memiliki massa 500 g, setelah mendapat gaya, kecepatannya
25 m/s. berapa besar impuls tersebut?
Diketahui: m = 500 gr  0,5 kg
v1 = 0 m/s
v2 = 25 m/s
I  m . v2  m . v1
 0,5 . 25  0,5 . 0
 12,5 kg.m/s

Besarnya impuls sangat sulit untuk diukur secara langsung. Namun, ada cara
yang lebih mudah untuk mengukur impuls yaitu dengan bantuan momentum.
Berdasarkan hukum Newton II, apabila suatu benda dikenai suatu gaya, benda akan
dipercepat. Besarnya percepatan rata-rata adalah:
F
a
m ………. (7.4)
Dengan:
a = percepatan (m/s
F = gaya (N)
m = massa benda (kg)

Sehingga terdapat hubungan antara impuls dan momentum:


F vt  vo

m t
F . t  m.  vt  vo 
I  m. vt  m.vo
I  p  po
I  t ............ (4.20)
Dengan:
I = impuls
p = perubahan momentum

Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa impuls yang dikerjakan pada suatu benda
sama dengan perubahan momentumnya. Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan

vektor, secara matematis: p  p1  p2 . Jika ada dua vektor momentum p1 dan p2 (Gambar 4.20),
maka penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vektor.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 7.4. Aturan penjumlahan 2 vektor momentum

Besar vektor resultan momentum (aturan cosinus):

p p12  p22  2 p1 . p2 . cos ………. (7.5)


Arah vector resultan momentum (aturan sinus):
p p
 2
sin 180    sin 
p
sin   2 sin  ..........(4.21)
p

Contoh soal 3:
Dalam sebuah permainan sepak bola, seorang pemain melakukan tendangan pinalti. Tepat
setelah ditendang bola melambung dengan kecepatan 60 m/s. Bila gaya bendanya 300 N dan
sepatu pemain menyentuh bola selama 0,3 s maka tentukan:
a. Impuls yang bekerja pada bola
b. Perubahan momentumya,
c. Massa bola
Diketahui: vt = 60 m/s
F = 300 N
∆t = 0,3 s
a. Impuls yang bekerja pada bola sebesar:
I = F . ∆t
= 300 . 0,3
= 90 kg.m/s
b. Perubahan momentum bola sama dengan besarnya impuls yang diterima:
∆p = 90 kg m/s
c. Massa bola dapat ditentukan dengan hubungan berikut:
∆p = I
m . ∆v = 90
m . (60-0) = 90
m = 1,5 kg

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


7.3. KEKEKALAN MOMENTUM
Dua benda bergerak saling mendekat dengan kecepatan v1 dan v2 seperti tampak pada
gambar 7.5. Kedua bola akan bertumbukan sehingga setelah tumbukan benda (1) akan berbalik
' '
arah ke kiri dengan kecepatan v1 dan benda (2) akan berbalik arah ke kanan dengan kecepatan v2
.

Gambar 7.5 Hukum kekekalan momentum pada peristiwa tumbukan partikel.

Pada semua peristiwa tumbukan akan berlaku hukum kekekalan momentum, sehingga
pada proses tumbukan tersebut berlaku: ”momentum kedua benda sebelum tumbukan sama
dengan momentum kedua benda setelah tumbukan”.
Sehingga berlaku persamaan:
m1 . v1  m2 . v2  m1 . v 1'  m2 . v2' ............ (4.22)
p1  p 2  p1'  p 2' ............ (4.23)

Persamaan di atas dinamakan hukum Kekekalan Momentum. Hukum kekakalan


momentum menyatakan bahwa “jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka
momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum total sesudah tumbukan”. Ketika
menggunakan persamaan ini, harus diperhatikan arah kecepatan tiap benda.
Contoh aplikasi dari hukum kekekalan momentum adalah pistol. Pada Gambar 4.23 tampak
sebuah pistol yang digantung pada seutas tali. Saat peluru ditembakkan ke kanan dengan alat
jarak jauh seperti remote, senapan akan tertolak ke kiri. Percepatan yang diterima oleh pistol ini
berasal dari gaya reaksi peluru pada pistol (hukum Newton III).

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 7.6 Hukum kekekalan momentum pada pistol

7.4. TUMBUKAN
Tumbuhan atau lentingan bisa dikatakan juga sebagai pantulan, karna terjadi pada dua
buah benda yang saling berpadu dan memantul akibat dari paduan tersebut. Pada pembahasan
kali ini kita akan mempelajari tumbukan yang paling sederhana, yaitu Tumbukan Sentral.
Tumbukan sentral adalah tumbukan yang terjadi bila titik pusat benda yang satu menuju ke titik
pusat benda yang lain.
Peristiwa tumbukan antara dua buah benda dapat keduanya bergerak saling menjahui.
Ketika benda tersebut mempuyai kecepatan dan massa, maka benda itu pasti memilki momentum
(p = m .v) dan juga Energi kinetik (EK = ½ m . v 2). Tumbukan dibedakan menjadi beberapa
jenis:
1. Tumbukan lenting sempurna
2. Tumbukan lenting sebagian
3. Tumbukan tidak lenting sama sekali
Perbedaan tumbukan-tumbukan tersebut dapat diketahui bedasarkan nilai koefisien
tumbukan (koefisien restitusi) dari dua benda yang bertumbukan yang dinyatakan dengan
persamaan:
 v '  v1 
e   2 1 
 v2  v1  ………. (7.8)
Dengan :
e = koefisien restitusi (0 ≤ e ≤1)

Nilai koefisien restitusi mulai dari 0 hingga 1, dengan ketentuan:


- Lenting Sempurna e = 1
- Lenting Sebagian 0 < e < 1
- Tidak Lenting Sama Sekali e = 0

7.4.1. Tumbukan lenting sempurna


Tumbukan antara dua buah benda dikatakan lenting sempurna apabila jumlah energi kinetik
benda sebelum dan sesudah tumbukan tetap, sehingga nilai koefisien restitusi sama dengan 1
(e= 1). Sehingga pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan momentum dan
hukum kekekalan energi kinetik, persamaan yang digunakan adalah :
 v '  v1 
m1. v1  m2 . v2  m1. v1'  m2 . v2' dan 1   2 1 
 v2  v1  ……… (7.9)

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 7.7 Tumbukan lenting sempurna
Contoh soal 4:
Sebuah mobil mainan bermassa 1 kg mula-mula bergerak ke kanan dengan laju 10
m/s. Mobil mainan tersebut menabrak mobil kedua yang bermassa 1,5 kg yang bergerak
dengan kecepatan 5 m/s. Berapakah kecepatan mobil ,ainan ini jika tumbukan dianggap
lenting sempurna?
Diketahui: m1 = 1 kg m2 = 1,5 kg
v1 = 10 m/s v2 = 5 m/s
Ditanya: v1’= ….?
v2’= ….?
Jawab:
 v'  v' 
1   1 2   5  v1'  v2' .....(i )
 10  5 
1.10  1,5.5  1.v1'  1,5.v2'
10  7,5  v1'  1,5.v2'
17,5  v1'  1,5.v2' ......... (ii )
Menggunakan persamaan (i) dan (ii):
5  v1'  v2'
17,5  v1'  1,5.v2'  5  v1'  v2'
22,5  0  2,5.v2' 5  v1'  9
22,5  2,5.v2' v1'  9  5
v2'  9 m/s  v1'  4 m/s

7.4.2. Tumbukan lenting sebagian


Ketika kita menjatuhkan sebuah bola karet dari ketinggian tertentu di atas lantai, maka bola
akan memantul. Setelah mencapai titik tertinggi, bola aka jatuh lagi dan memantul lagi
setelah mengenai lantai. Begitu seterusnya hingga bola akhirnya berhenti. Hal yang perlu kita
perhatikan adalah ketinggian maksimal yang dicapai pada setiap tahap pemantulan selalu
berbeda. Pada pemantulan pertama, bola mencapai titik tertinggi yang lebih rendah dari
pantulan pertama begitu seterusnya.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Kenyataan ini memberikan arti bahwa kecepatan bola sebelum menumbuk lantai lebih besar
dari kecepatan bola setelah tumbukan. Sehingga koefisien restitusi pada kejadian ini berkisar
antara nol sampai satu (0< e < 1). Tumbukan seperti ini disebut tumbukan lenting sebagian
atau tumbukan elastis sebagian.
Pada jenis tumbukan ini berlaku Hukum Kekekalan momentum dan tidak berlaku hokum
kekekalan energi kinetik karena terjadi perubahan nilai Ek. Nilai koefisien restitusi adalah
pecahan (0 < e < 1 ).
1 1  1 1 
Ek   m1v12  m2 v22    m1v1'2  m2 v2'2 
2 2  2 2  ……… (7.26)

Gambar 7.8 Tumbukan lenting sebagian


Pada tumbukan yang terjadi pada benda yang jatuh dari ketinggian h meter:

v A  2 gh , v sebagai v lantai, yaitu 0 (baik v maupun v ’), sehingga:


B B B B

v A'  v B' v A' 2 gh'


e  e  e
v A  vB vA (2 gh)

h'
e
h ……... (7.27)

Contoh soal 5:
Sebuah bola tenis dilepas dari ketinggian 200 m. Jatuh mengenai lantai hingga elastis
sebagian. Hitunglah tinggi pemantulan pertama yang dapat oleh bola tenis! (e=0,2)
Diketahui: h1 = 200 m
e = 0,2
Ditanya: h2 =…..?
Jawab:
h2
e 
h1
h2
0,2 
200
h
0,04  2
200
h2  0,04 . 200  8m
Jadi tinggi bola setelah memantul adalah 8 m.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


7.4.3. Tumbukan tidak lenting sama sekali
Tumbukan tidak elastis sama sekali terjadi apabila dua benda setelah tumbukan menjadi satu
dan bergerak bersama-sama. Contoh sederhana dari tumbukan tidak elsatis sama sekali adalah
tumbukan dua bola yang akhirnya bergabung menjadi satu yang akhirnya bergerak bersama
dengan kecepatan yang sama pula. Kejadian ini dapat dijelaskan dengan hukum kekekalan
momentum.
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, berlaku persamaan:
 v '  v1 
0   2 1 
 v2  v1 
1 1  1 1 
Ek   m1v12  m2 v22    m1v1'2  m2 v2'2 
2 2  2 2 
Dimana: v1’=v2’

Gambar 7.9 Tumbukan tidak lenting sama sekali

Contoh soal 6:
Sebuah gerbong kereta api 15.000 kg yang berjalan dengan kecepatan 16 m/s menumbuk
gerbang serupa lain yang sedang berhenti. Jika kedua gerbong tersebut tersambung akibat dari
tumbukan, tentukan:
a. Kecepatan sambungan kereta tersebut?
b. Berapa energi kinetik awal yang hilang?
Diketahui: m1 = 15.000 kg,
m2 = 15.000 kg,
v1 = 16 m/s
v2 = 0 m/s.
Ditanyakan: a. v?
b. EK yang hilang (energi kinetik yang berubah menjadi energi lain)?
Jawab:

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Gambar 7.10 Skema gambar tumbukan kereta

Jawab:
m1 . v1  m2 . v2  m1 . v1'  m2 . v2'
a. Hk Kekekalan momentum:
Karena tumbukan tidak lenting sama sekali maka:
m1 . v1  m2 . v2   m1  m2 . v
15000.16  0  15000  15000  v
15000.16
v  8 m/s
30000

b. Energi kinetik sebelum tumbukan:

1
Ek sebelum  .15000.16  0
2

2
Ek sebelum  1,92.10 6 J

Energi setelah tumbukan

1 1
E k setelah  m1 . v' 21  m2 . v' 22
2 2
1
  m1  m2  v 2
2
1
 15000  15000 .8 2
2
 0,96 .10 6 J

Energi yang dirubah menjadi bentuk lain adalah:

Ek  Ek setelah  Ek sebelum


 1,92 .10 6  0,96 .10 6  J
 0,96 J

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


BAB VIII. KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

8.1. Kesetimbangan Benda

Kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana momentum benda tegar sama dengan nol.
Artinya jika awalnya benda tegar tersebut diam, maka ia akan tetap diam. Namun jika awalnya
benda tegar tersebut bergerak dengan kecepatan konstan, maka ia akan tetap bergerak dengan
kecepatan konstan.

Sedangkan benda tegar sendiri adalah benda yang bentuknya (geometrinya) akan selalu tetap
sekalipun dikenakan gaya. Jadi sekalipun dia bergerak translasi atau rotasi bentuknya tidak
akan berubah, contohnya meja, kursi, bola, dll.
Jenis-jenis Kesetimbangan Benda Tegar
Secara umum kesetimbangan benda tegar dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni
kesetimbangan dinamis (benda yang bergerak baik secara translasi/linear ataupun secara
angular dan kesetimbangan statis (benda yang betul-betul diam).
Kesetimbangan statis itu sendiri dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Kesetimbangan stabil, terjadi apabila suatu benda diberikan gaya maka posisinya akan
berubah. Namun bila gaya tersebut dihilangkan maka posisinya akan kembali ke titik
semula.
2. Kesetimbangan labil (tidak stabil), terjadi apabila suatu benda diberikan gaya maka
posisinya akan berubah. Namun bila gaya tersebut dihilangkan maka posisinya tidak
akan kembali ke titik semula.
Contoh kesetimbangan stabil: kelereng di dasar mangkok ½ lingkaran. Ketika kelerang diberi
gangguan (gaya) sehingga posisinya menjadi naik, namun ketika gaya tersebut dihilangkan
maka posisi kelereng akan kembali ke dasar mangkok.

Sumber gambar: Dwi. S. Palupi, dkk. 2009

Sedangkan contoh kesetimbangan labil: kelereng yang diam di puncak mangkok ½ lingkaran
yang terbalik. Ketika kelereng diberi gangguan sedikit, maka ia akan jatuh ke bawah, dan tidak
akan kembali ke posisi semula.

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Sumber gambar: Dwi. S. Palupi, dkk. 2009

Contoh kesetimbangan netral: kelereng yang ada di atas lantai. Ketika kelereng diberi
gangguan, maka posisinya akan bergeser. Namun titik beratnya tidak akan berpindah secara
vertikal.

Sumber gambar: Bambang Haryadi 2009

8.2. KESEIMBANGAN PARTIKEL


Suatu partikel dikatakan seimbang jika “Resultan gaya yang bekerja pada partikel tersebut sama
dengan nol”, atau :

F  0
Untuk partikel yang dipengaruhi gaya-gaya sebidang pada bidang xoy, maka syarat
keseimbangan benda dapat ditulis :

Fx  0 dan Fy  0

Fx  resultan gaya pada komponen sumbu x


Fy  resultan gaya pada komponen sumbu y

Pada kasus-kasus tertentu keseimbangan partikel dapat diselesaikan dengan sistem


keseimbangan 3 gaya

1. Apabila ada tiga buah gaya yang seimbang, maka resultan dari dua buah gaya akan sama
besar dan berlawanan arah dengan gaya yang lain.
2. Hasil bagi setiap besar gaya dengan sinus sudut diseberangnya selalu bernilai sama.

F1
R

F2 F3
F1 F F
 2  3
sin  sin  sin 

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


Contoh Soal :
Dari gambar berikut tentukan gaya tegang tali T1 dan T2, jika sistem dalam keadaan seimbang !

37 53
T2
T1

50 N
Penyelesaian :

37 53

T1 T2

w = 50 N

T1 T
 2  w
sin  sin  sin 
T1 w

sin 143 o sin 90 o
T1
 50
o
cos 53 sin 90 o
T1 = 50. 0,6 = 30 N
T2 w

sin 127 o sin 90 o
T2 = 50. 0,8 = 40 N

8.3. KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Benda tegar adalah suatu benda yang tidak mengalami perubahan bentuk ketika diberikan gaya
luar.

1. Momen gaya.
adalah efek putar dari sebuah gaya terhadap suatu sumbu putar.
Besar momen gaya merupakan hasil kali gaya dengan jarak dari sumbu putar, secara
matematis dapat ditulis :

 = F.d
 =momen gaya ( N.m )
F =gaya ( N )
d =jarak sumbu putar terhadap garis keja gaya (m).

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


2. Koordinat titik tangkap gaya resultan
Dari gambar di bawah, misalkan pada bidang datar xoy terdapat 2 gaya yaitu F1 dan F2
maing-masing bertitik tangkap (x1 , y1) dan (x2 , y2) maka resultan gaya R bertitik tangkap di
Z (x , y). secara matematis :

Momen gaya resultan = ∑ momen gaya


Momen gaya terhadap sumbu x :
F1x .y 1  F2 x .y 2
y
R x .y  F1x .y 1  F2 x .y 2 Rx
F1x .y 1  F2 x .y 2
y
F1x  F2 x

Momen gaya terhadap sumbu y :


R y .x  F1y .x 1  F2 y .x 2
F1y .x 1  F2 y .x 2
x
Ry
F1y .x 1  F2 y .x 2
x
F1y  F2 y

Contoh Soal :
F3 = 8 N
y
F1 = 4 N

X (cm)
-2 0 1 4

F2 = 3 N

Dari gambar di atas tentukan resultan dan letak titik tangkap gaya resultannya.
Penyelesaian :
Reseultan gaya R = F1y + F2y + F3y
R = 4 + (-3) + 8
=9N
Koordinat titik tangkap resultan :
F1y .x 1  F2 y .x 2  F3 y .x 3
x
F1y  F2 y  F3 y
4.(2)  (3).1  8.4
x
4  (3)  8
x  21  7 cm
9 3

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


8.4. Syarat-syarat keseimbangan benda.
Syarat agar benda tegar seimbang, resultan gaya dan resultan momen gaya terhadap titik
sembarang sama dengan nol, atau ditulis :

F  0 dan   0
Untuk benda yang terletak pada bidang datar xoy maka, syarat keseimbangan benda dapat
ditulis :
Fx  0, Fy  0 dan   0

Jika jumlah gaya yang mempengaruhi ada 3, maka benda seimbang jika ketiga gaya
tersebut melalui satu titik tertentu.
Contoh-contoh konstruksi keseimbangan benda karena pengaruh 3 gaya :

N N
B B
FA
FA
W
W
A A
A = kasar, B = licin A = kasar, B = licin

FB FB

B B
FA FA

W
W
A A
A = kasar, B = kasar A = kasar, B = kasar

tali FB
B tali
B
FA T

W A
A = engsel W A
B = engsel

Apabila pada sistem keseimbangan benda tegar terdapat sebuah titik tumpu tetap maka
ambillah titik tetap tersebut sebagi pusat momen gaya.

Contoh Soal :
1. Batang AB disandarkan pada dinding licin dan lantai kasar dengan sudut
kemiringan 60 terhadap lantai, jika panjang batang 4 m dan berat batang w pada saat
batang tepat akan tergelincir maka koefisien gesekan antara batang dengan lantai
adalah ... .
Penyelesaian :
Kita pilih titik A sebagai pusat momen gaya.

B D
NB
Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5

N
w A
A
fA

A = 0
NB.AD – w.AC = 0
1
NB.AB sin  – w. 2 AB cos  = 0
1
NB.sin 60 = w. 2 cos 60
1
1 2
w. 1 3.w
2 1 3
NB = 2 = 6 ...... (1)

Fx = 0 Fy = 0
NB – fA = 0 NA – w = 0
NB = fA ...... (2) NA = w ...... (3)

Dari persamaan (2) dan (3) diperoleh :


NB = fA = .NA = .w ..... (4)
Persamaan (4) substitusikan ke persama-an (1).
1 3.w 1 3
.w = 6 = 6

2. Sebuah batang AB homogen panjang 3 m, bermassa 4 kg dipasang seperti


gambar, jika batang dalam keadaan seimbang tentukan :
a. gaya tegang tali
b. gaya engsel

4m

engs
A 3 m B el

Penyelesaian :
D C

T cos T
V 4m

A B
T sin H
w

Matrikaulasi Fisika-Prodi Teknik Sipil Undana-2019 Hal 5


a. untuk menghitung gaya tegang tali, pusat momen gaya pilih titik B yang merupakan
titik tetapnya.
B = 0
1
w. 2 AB – T cos .AB = 0
1 4
40. 2 = T. 5 T = 25 N
b. untuk menghitung gaya engsel, gunakan syarat keseimbangan Fx = 0 dan Fy = 0:
Fx = 0
T sin  – H = 0
3
25. 5 =H H = 15 N.
Fy = 0
T cos  + V – w = 0
4
25. 5 + V – 40 = 0 V = 20 N.
maka gaya engsel :
2 2
FB = H  V
2 2
= 15  20
= 25 N.

8.5. Syarat kesetimbangan dan Momen gaya


Benda dikatakan berada dalam kesetimbangan apabila :
- Benda itu sebagai satu keseluruhan tetap diam atau bergerak menurut garis lurus
dengan kecepatan konstan
- Benda itu tidak berotasi sama sekali atau berotasi dengan kecepatan tetap

Apabila benda dalam kesetimbangan maka resultan dari semua gaya yang bekerja pada benda
tersebut sama dengan nol. Artinya :

 Fx = 0 dan  Fy = 0

dimana Fx adalah komponen-komponen gaya pada sumbu X


dimana Fy adalah komponen-komponen gaya pada sumbu Y

F  Fx2  Fy2
Resultan vektornya :
Fy
tg 
Sedangkan arahnya : Fx
Momen gaya : perkalian antara besarnya gaya dengan lengan dari gaya tersebut : M = F. l
F1

l F2

Suatu benda dikatakan dalam keadaan setimbang sempurna bila


 F = 0 dan  M = 0
disini M adalah momen gaya F terhadap titk sembarang O.
Jika gaya : F = Fx i + Fy j+ Fz k

Vector posisi titik tangkap gaya : r = x i + y j+ z k


Dan momen gaya : M = Mx i + My j+ Mz k

i j k
x y z
Fx Fy Fz
Maka : M = r x F =
= (Fz . y – Fy. z) i+ (Fx . z – Fz. x).j+(Fy . x – Fx. y).k
disini : Mx = (Fz . y – Fy. z)
My = (Fx . z – Fz. x)
Mz = (Fy . x – Fx. y)

rxF
Besar momen gaya M adalah : M = = Fr sin  = F.l

Efek gaya F1 ialah rotasi berlawanan arah putaran jarum jam terhadap sumbu putar di
O, biasanya diberi tanda positif, sedangkan efek gaya F2 ialah rotasi searah dengan
jarum jam dan diberi tanda negatif

Satuan momen gaya adalah Newton – meter (N-m) atau (lb-ft)


Jika garis gaya F1 dan F2 sejajar dan tidak berimpit seperti gambar dibawah ini, maka
pasangan gaya tersebut dinamakan kopel, contoh umum sebuah kopel adalah gaya-
gaya pada jarum kompas didalam medan magnet bumi. Pada kutub utara dan selatan
jarum itu bekerja gaya yang sama besar, yang satu mengarah ke utara dan yang satu
mengarah ke selatan
F1
l

F2
Momen resultan dari kopel terhadap titik sembarang O adalah :
C = M = r1xF + r2x(-F)
= (r1 - r2) F
=rxF
Dengan demikian kopel C adalah sebuah vector yang tegak lurus bidang melalui dua
gaya tersebut
Besar momen Kopel C = rxF = r F sin  = F.l

Sebuah benda yang padanya bekerja sebuah kopel hanya dapat dalam keadaan
seimbang bila ada kopel lain yang bekerja pada benda tersebut yang besarnya sama
dan berlawanan arah.

Contoh :
Tentukanlah momen gaya F = 6 N yang bekerja pada sebuah benda F membentuk sudut 30 0
dengan sumbu x dan r = 4,5 m membentuk sudut 500 dengan x
Jawab :  = x.Fy – y.Fx
x = r cos 500 = 0,289 m
y = r sin 500 = 0,345 m
Fx = F cos 300 = 5,196 N
Fy = F sin 300 = 3 N
Maka  = x.Fy – y.Fx = 0,289 .3 – 0,345 . 5,196
= - 0,925 N
persamaan garis kerja : - 0,925 = 3x –5,196y
8.6. Gaya-gaya sebidang
Gaya-gaya sebidang terletak dalam satu bidang datar, suatu sistem yang berpotongan terdiri
dari gaya-gaya yang berpotongan di suatu titik yang disebut tititk perpotongan. Suatu sitem
sejajar terdiri dari gaya-gaya yang berpotongan di titik tak berhingga. Suatu titik berpotongan
dan tidak sejajar terdiri dari gaya-gaya yang tidak berpotongan mungkin sebuah gaya yang
melalui titik perpotongan dan tidak sejajar.
Gaya-gaya berpotongan : gaya-gaya yang garis kerjanya berpotongan di suatu titik.
Resultan R dari gaya-gaya yang berpotongan mungkin sebuah gaya yang melalui titik
perpotongan atau nol.

R  ( FX ) 2  (  FY ) 2
Besar vektor resultannya adalah :
 FY
tg  x 
Dengan arah :
 FX
Sebuah benda berada dalam keadaan setimbang jika dibawah pengaruh gaya-gaya yang
berpotongan, maka :
- Benda itu diam dan tetap diam (disebut keadaan kesetimbang statik
- Benda itu bergerak dengan vektor kecepatan yang tetap (disebut kesetimbangan
translasi)

Syarat kesetimbangan : R = F = 0 atau FX = FY = 0

Gaya – gaya paralel : gaya - gaya yang berpotongan di sutu titik tak berhingga. Resultan gaya –
gaya sejajar mempunyai arah yang sama dengan arah dengan arah gaya – gaya itu dan
besarnya sama dengan jumlah besar gaya – gaya tadi. Gaya resultan ini mungkin :
- sebuah gaya R yang sejajar dengan sistem
- suatu kopel
- nol
Jika sitem paralel ini sejajar dengan sumbu Y maka : R = F dan R . x = M0 disini x
 M0
x
adalah jarak tegak lurus dari pusat momen O ke resultan R dan besarnya : F =
x1.F1  x2 .F2  x3 .F3  ........  X n .Fn
F1  F2  F3  ...........  Fn
Jika F = 0, kopel resultan jika ada besarnya sama dengan : C   M 0  R.x

Gaya – gaya yang tidak berpotongan dan tidak sejajar adalah gaya – gaya yang garis
kerjanya tidak berpotongan di satu titik dan tidak sejajar.

Gaya resultan sistem mungkin :

- gaya tunggal R
- suatu kopel dalam bidang sitem atau bidang sejajar
- nol
 FY
tg  x 
Secara aljabar : R  ( FX )  (  FY ) dan
2 2
 FX

Disini x adalah sudut antara resultan R dengan sumbu x positif.

Garis kerja gaya resultan R di peroleh dari persamaan : R . a = M0

Disini a adalah jarak tegak lurus pusat momen O terhadap gaya resultan R .

Sitem gaya yang bekerja pada benda tegar pada umumnya sitem tidak berpotongan dan tidak
sejajar. Syarat kesetimbangan benda tegar di bawah pengaruh gaya – gaya bidang adalah : F
= 0 atau FX = FY = Fz 0 dan M0 = 0

8.7. Pusat Massa

Pada sistem benda titik tiap anggota sistem mempunyai massa, maka massa dari
sitem benda titik adalah jumlah dari massa – massa anggota sistem dan letak dari
massa total ini adalah pada pusat massanya. Pusat massa adalah titik tangkap dari
resultan gaya – gaya berat pada setiap anggota sistem, yang jumlah momen gayanya
terhadap titik tangkap ini (pusat massa ) sama dengan nol. Dikatakan juga bahwa
pusat massa adalah sebuah titik pada sitem benda titik yang bila dikerjakan gaya luar
akan mengakibatkan benda bergerak translasi murni. Setiap benda titik mengalami
gaya tarik bumi dengan gaya w = mg disebut gaya berat, arah gaya ini menuju pusat
bumi, gaya ini akan berpotongan di tempat yang jauh sekali, arahnya dapat dikatakan
sejajar.

Jadi :
wsistem = mg
 mi .g.ri  mi .ri
rpm 
 mi .g =  mi
atau ditulis menurut komponen-komponennya :
 mi .xi
x pm 
 mi
 mi . yi
y pm 
 mi
 mi .zi
z pm 
 mi
(xpm, ypm, zpm), adalah koordinat dari pusat massa
d d  mi .ri
v pm  rpm 
Perhatikan : dt dt  mi
d
mi ( ri )
dt (mi .vi )
=  mi  mi
d d  mi .vi
a pm  v pm  ( )
dt dt  mi
d
mi ( vi )
dt (mi .ai )
=  mi  mi
lim 
 m  0
 mi   dm
untuk benda rigid : i 1

yang terdiri dari banyak sekali titik-titik massa. Jadi koordinat titik massa benda rigid :
x.dm y.dm z.dm
x pm   y pm   z pm  
dm , dm , dm
dm = .dv atau dm = .dA, atau dm = .dl
jika :  = massa persatuan volume (v)
 = massa persatuan luas (A)
 = massa persatuan panjang (l)

jadi kordinat titik pusat massa juga dapat ditulis sebagai berikut :
x.dv x.dA x.dl
x pm   x pm   x pm  
v atau A atau l
y.dv y.dA y.dl
y pm   y pm   y pm  
v atau A atau l
z.dv z.dA z.dl
z pm  z pm   z pm  
v atau A atau l

Jika benda rigid yang homogen mempunyai bentuk simetri, pusat massa akan berimpit
dengan pusat simetrinya, misalnya bola, parallel epipedum(balok), kubus, dan lain-
lain.Jika benda rigid yang homogen mempunyai sumbu simetri misalnya kerucut,
silinder, maka pusat massanya akan berada pada sumbu simetrinya.

Contoh :
Tentukanlah letak titik pusat massa dari system benda titik yang terdiri dari m 1 = 5 kg
pada (0,0), m2 = 30 kg pada (15,20), m3 = 20 kg pada (30,0) dan m 4 = 15 kg pada (-
15,10), dalam cm

Jawab :
m=mi = (5+30+20+15) = 70 kg
 mi .xi (5.0)  (30.15)  (20.30)  (15.  15)
x pm  
 mi 70 = 11,8 cm
 mi . yi (5.0)  (30.20)  (20.0)  (15.10)
y pm  
 mi = 70 = 10,7 cm
jadi titik pusat massanya adalah : (11,8 . 10,7)

8.8. Titik Berat


Titik berat adalah titik-titik yang dilalui oleh garis kerja dari resultan gaya berat sitem benda
titik, berarti merupakan titik potong dari garis kerja gaya berat bila letak dari sitem ini berubah –
ubah. Misal benda rigid seperti gambar dibawah ini :

tali

01

t
Sebuah benda rigid digantung dengan pusat 0, maka garis vertikal melalui 0 adalah
tempat kedudukan titik berat benda. Jika digantung pada tempat yang beralainan maka
akan mempunyai titik berat yang berbeda.
Koordinat titik berat benda dirumuskan sebagai :

 wi .xi  mi .g.xi  mi .xi


xz 
 wi =  mi =  mi
dengan cara yangs sama didapat untuk titik yang lain :
 mi . yi  mi .zi
yz  zz 
 mi ,  mi
untuk benda rigid beralaku :

xz    y.dw z  z.dw
x.dw
yz  
 ,  dw ,  dw
z
dw
Titik berat dan titik pusat massa mempunyai koordinat yang sama, berati titik ini berimpit. Hal ini
benar bila benda atau system berada dekat dengan permukaan bumi. Untuk benda-benda yang
jauh dari permukaan bumi titik berat letaknya berubah, lebih dekat ke arah bumi dari pada pusat
massa, yang selalu tetap letaknya dimana pun benda itu berada.

Menentukan titik berat suatu benda dapat menggunakan koordinat titik tangkap gaya
resultan.
y
(x1 , y1)
y1
Zo(xo , yo)
y
y2 (x2 , y2)
w1
w w2

x1 x x2 x
dari gambar diatas koordinat titik berat benda dapat dihitung menggunakan persamaan :
w 1 .x 1  w 2 .x 2 w .y  w 2 .y 2
xo  yo  1 1
w1  w 2 ; w1  w 2

Karena w = m.g, jika diketahui massa benda maka persamaannya menjadi :


m1 .x 1  m 2 .x 2 m .y  m 2 .y 2
xo  yo  1 1
m1  m 2 ; m1  m 2

Titik berat benda homogen berbentuk luasan ( dua dimensi ) :


A 1 .x 1  A 2 .x 2 A .y  A 2 .y 2
xo  yo  1 1
A1  A 2 ; A1  A 2

Titik berat benda homogen berbentuk garis ( satu dimensi ) :


1 .x 1  2 .x 2  .y  2 .y 2
xo  yo  1 1
1   2 ; 1   2

Titik berat benda-benda homogen yang bentuknya teratur dapat dilihat pada buku Terpadu
Fisika 3A, tabel 5.2a hal. 141 dan table 5.3 hal. 143.

LATIHAN SOAL
Contoh Soal :
Sebuah bidang nampak seperti gambar disamping. Tentukan letak titik
berat benda gabungan diukur dari alasnya.

1 cm

3 cm

1 cm
1 cm
3 cm

Penyelesaian :

Benda kita bagi menjadi dua bagian dan masing-masing bagian ditentukan titik berat-nya
kemudian baru dihitung titik berat resultannya. Dari gambar koordinat titik berat A1 (1,5 ; 2,5)
dan A2 (1,5 ; 0,5).

y
1
A 1 .y 1  A 2 .y 2 A
cm
yo  1
A1  A 2
3.2,5  3.0,5 3
yo 
33 cm
yo  9  1,5 cm 1
6 cm
A2 1
cm x
3
cm
1. Jenis keseimbangan

a b c
a. Keseimbangan stabil (mantap)
Jika benda diubah sedikit dari kedudukan seimbang semula kemudian dilepaskan,
benda akan kembali ke tempat kedudukan seimbang semula. Keseimbangan ini ditandai
jika kedudukan diubah sedikit titik beratnya naik (gambar a).

b. Keseimbangan Labil (goyah)


Jika benda diubah sedikit dari kedudukan seimbang semula kemudian dilepaskan,
benda tidak akan kembali ke tempat kedudukan seimbang semula, melainkan akan
terus jatuh hingga tercapai keseimbangan baru. Keseimbangan ini ditandai jika
kedudukan diubah sedikit titik beratnya turun (gambar b).
c. Keseimbangan indeferen (sembarang = normal = netral)
Jika benda diubah sedikit dari kedudukan seimbang semula kemudian dilepaskan,
benda tetap seimbang, jadi memperoleh keseimbangan baru. Keseimbangan ini ditandai
jika kedudukan diubah sedikit titik beratnya tidak naik dan tidak turun (gambar c).

2. Menggeser dan Mengguling


Suatu benda mula-mula diam dan seimbang stabil. Jika benda dipengaruhi gaya luar, maka
benda tersebut akan mempunyai 4 ke-mungkinan, yaitu :
 Tetap diam,  F = 0,   = 0.
 Menggeser,  F ≠ 0,   = 0.
 Mengguling,  F = 0,   ≠ 0.
 Menggeser dan mengguling,  F ≠ 0,   ≠ 0.
Perhatikan gambar berikut :

(1) N (2) N
d F1
h

f
w w

(3) N (4) N
Fmaks
d’ F2 d”
h h

fmaks f P
w w

Keterangan :
Gambar (1). Menyatakan gambar untuk benda diam dan dalam keadaan stabil. Pada
keadaan ini gaya yang bekerja adalah gaya berat dan gaya normal dan keduanya
mempunyai garis kerja yang berimpit.
Gambar (2). Benda ditarik dengan gaya F1, pada saat ini N bergeser searah dengan F 1
sejauh d dan pada saat itu pula timbul gaya gesek yang besarnya sama dengan gaya tarik (
f = F1 ). Dalam keadaan ini benda masih diam, dan berlaku F = 0, (Fx = 0, Fy = 0),   =
0.
Gambar (3). Gaya F diperbesar lagi, dan N bergeser sejauh d’ ( d’ > d ) hingga suatu saat F 2
= fs maks, pada saat ini benda dikatakan tepat akan bergerak. Jika F2 diperbesar terus
sehingga F2 > fs maks, maka benda dapat me-lakukan gerak translasi dan berlaku F ≠ 0,  =
0. Keadaan ini disebut menggeser.
Gambar (4). Kemudian gaya berangsur-angsur diperbesar terus sehingga titik tangkap gaya
normal N tepat ditepi benda ( titik P ). Dalam keadaan ini perpindahan N merupakan
perpindahan yang maksimum, dan gaya F disebut gaya maksimum ( Fmaks ), sehingga benda
dalam keadaan labil dan dapat berotasi, maka berlaku F = 0,  ≠ 0. Peristiwa ini
dinamakan mengguling.
Contoh Soal :
Sebuah kubus pejal dengan panjang rusuk 40 cm dan beratnya 200 N berada dalam
keadaan seimbang stabil diatas meja yang mempunyai koefisien gesekan 0,5. Jika kubus
ditarik dengan gaya F pada jarak 10 cm dari bidang alas, tentukan pergeseran gaya normal
N kubus pada saat tepat akan bergeser.

Penyelesaian :
Benda tepat akan N
bergeser berlaku : d
 F = 0, F
h
 Fy = 0
N–w=0 f P
N = w = 200 N w

 Fx = 0 F – fs = 0
F = fs = s.N
F = 0,5.200 = 100 N

Untuk menghitung d kita gunakan  = 0, dengan titik P sebagai pusat momen gaya dan
yang menimbulkan momen gaya adalah gaya F dan berat kubus w.
Fh – wd = 0
100.0,1 – 200.d = 0
d = 0,05 m = 5 cm.
BAB IX. FLUIDA STATIS DAN DINAMIS

9.1. Pengertian Fluida

Fluida merupakan zat alir, yaitu zat dalam keadaan bisa mengalir. Yang termasuk fluida
adalah zat cair dan gas. Fluida dalam fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu fluida statis dan
dinamis.Yang kita maksud dengan fluida disini adalah suatu bentuk materi yang mudah
mengalir misalnya zat cair dan gas. Sifat kemudahan mengalir dan kemampuan untuk
menyesuaikan dengan tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida dengan
zat benda tegar.

Meskipun demikian hukum-hukum yang berlaku pada dua sistem ini tidak berbeda. Pada
bagian ini kita akan meninjau fluida dalam keadaan tidak mengalir, contohnya air di dalam suatu
wadah atau air di danau/waduk.

9.2. Besaran pada fluida statis

Aspek pertama yang kita dapati ketika kita berada dalam suatu fluida (zat cair) yaitu tekanan.
Kita merasakan ada tekanan pada tubuh kita yang berada di dalam zat cair.

9.2.1. Tekanan

Pengertian tekanan akan mudah kita pahami setelah kita menjawab pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini. Mengapa pisau yang tajam lebih mudah memotong dari pada
pisau yang tumpul? Mengapa paku yang runcing lebih mudah menancap kedalam benda
dibandingkan paku yang kurang runcing? Pertanyaan diatas sangat berhubungan dengan
konsep tekanan.
Konsep tekanan identik dengan gaya, gaya selalu menyertai pengertian tekanan.
Tekanan yang besar dihasilkan dari gaya yang besar pula, sebaliknya tekanan yang kecil
dihasilkan dari gaya yang kecil. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tekanan
sebanding dengan gaya. Mari kita lihat orang memukul paku sebagai contoh. Orang
menancapkan paku dengan gaya yang besar menghasilkan paku yang menancap lebih
dalam dibandingkan dengan gaya yang kecil.

Pengertian tekanan tidak cukup sampai disini. Terdapat perbedaan hasil tancapan paku bila
paku runcing dan paku tumpul. Paku runcing menancap lebih dalam dari pada paku yang tumpul
walaupun dipukul dengan gaya yang sama besar. Dari sini terlihat bahwa luas permukaan yang
terkena gaya berpengaruh terhadap tekanan. Luas permukaan yang sempit/kecil menghasilkan
tekanan yang lebih besar daripada luas permukaan yang lebar. Artinya tekanan berbanding terbalik
dengan luas permukaan.
Penjelasan di atas memberikan bukti yang sangat nyata pada pengertian tekanan. Jadi,
tekanan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas.
Pengertian tekanan ini digunakan secara luas dan lebih khusus lagi untuk Fluida. Satuan
untuk tekanan dapat diperoleh dari rumus di atas yaitu 1 Newton/m 2 atau disebut dengan pascal.
Jadi 1 N/m2=1 Pa (pascal). Bila suatu cairan diberi tekanan dari luar, tekanan ini akan menekan ke
seluruh bagian cairan dengan sama prinsip ini dikenal sebagai hukum Pascal.

F
P=
A

9.2.2. Tekanan dalam Fluida


Misalkan kita sedang berendam di dalam air, apa yang kita rasakan? Seolah-olah air
menekan seluruh tubuh kita yang bersentuhan dengan air. Tekanan ini semakin besar
apabila kita masuk lebih dalam ke dalam air. Fenomena apa yang ada dibalik peristiwa
ini? Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa fluida memberikan tekanan terhadap
benda yang berada di dalamnya. Pengertian ini diperluas menjadi tekanan pada fluida
tergantung pada ketebalannya atau lebih tepatnya kedalamannya.
Udara/atmosfer terdiri dari gas-gas yang juga merupakan bentuk dari fluida. Maka
udara juga akan memiliki tekanan seperti definisi di atas. Tekanan udara kita anggap
sama untuk ketinggian tertentu di atas bumi namun untuk ketinggian yang sangat tinggi di
atas permukaan bumi besarnya menjadi berbeda. Hal ini dapat dilakukan karena udara
kita anggap kerapatannya kecil sehingga untuk titik-titik yang tidak terlalu jauh perbedaan
ketinggiannya bisa dianggap sama.
Tekanan di dalam fluida disebut tekanan hidrostatis (Ph). Tekanan hidrostatis
didefinisikan sebagai tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh berat zat cair gaya
gravitasi menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah. Makin tinggi
zat cair dalam wadah, maka semakin berat zat cair itu. Sehingga makin besar tekanan
yang dikerjakan
9.2.3. Massa Jenis
Fluida memiliki bentuk dan ukuran yang berubah-ubah tergantung dengan wadah
tempat fluida berada. Namun ada satu besaran dari fluida yang dapat mencirikan suatu
jenis fluida dan membedakannya dengan fluida yang lain. Misalnya apa perbedaan cairan
air dan cairan minyak tanah selain dari baunya. Sifat yang membedakan fluida satu
dengan yang lainnya dinamakan dengan massa jenis. Massa jenis tidak hanya berlaku
pada fluida saja, tapi berlaku juga pada semua benda tak terkecuali benda tegar. Namun,
pengertian massa jenis akan sangat berguna untuk membedakan fluida satu dengan yang
lainnya karena bentuk fluida yang tidak tentu.
Massa jenis berhubungan dengan kerapatan benda tersebut. Kita ambil contoh; suatu
ruangan yang diisi oleh orang. Sepuluh orang menempati ruang kecil dikatakan lebih
rapat dibandingkan dengan sepuluh orang yang menempati ruangan yang besar. Contoh
ini membuktikan bahwa kerapatan berbanding terbalik dengan volume (isi) ruang.
Kerapatan yang besar dihasilkan dari ruang yang kecil (sempit) dan kerapatan kecil
didapat dari ruang yang besar. Kemudian kerapatan juga sebanding dengan jumlah
materi yang ada di dalam ruang atau massa benda.
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa
jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki
volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis
lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik
(kg·m-3).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa
jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

dengan

ρ adalah massa jenis,


m adalah massa,
V adalah volume.
 Satuan massa jenis dalam 'CGS [centi-gram-sekon]' adalah: gram per sentimeter
kubik (g/cm3). 1 g/cm3=1000 kg/m3
 Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3
 Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk
menghitung, maka massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2
menghitung massa jenis, atau yang dinamakan 'Massa Jenis Relatif'
 Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama
 Contoh Massa Jenis Beberapa Material (1 kg = 1000 gr)

Tabel Massa Jenis

Material ρ dalam kg/m3 Catatan


Interstellar 10-25 − 10-15 Assuming 90% H, 10% He; variable T
medium
Atmosfer 1.2 Pada permukaan laut
Bumi
Aerogel 1−2
Styrofoam 30 − 120 From
Gabus 220 − 260 From
Air 1000 Pada kondisi standar untuk suhu dan tekanan
Plastik 850 − 1400 Untuk polipropilena dan PETE/PVC
Bumi 5515.3 Rata-rata keseluruhan
Tembaga 8920 − 8960 Mendekati suhu ruangan
Timah 11340 Mendekati suhu ruangan
Inti Perut ~13000 As listed in bumi
Bumi
Uranium 19100 Mendekati suhu ruangan
Iridium 22500 Mendekati suhu ruangan
Inti Matahari ~150000
Inti Atom ~3 × 1017 As listed in neutron star
Neutron star 8.4 × 1016 − 1 × 1018
Black hole 4 × 1017 Mean density inside the Schwarzschild
radius of an earth-mass black hole
(theoretical)

Nama zat ρ dalam kg/m3 ρ dalam gr/cm3


Air (4 derajat Celcius) 1.000 kg/m3 1 gr/cm3
Alkohol 800 kg/m3 0,8 gr/cm3
Air raksa 13.600 kg/m3 13,6 gr/cm3
Aluminium 2.700 kg/m3 2,7 gr/cm3
Besi 7.900 kg/m3 7,9 gr/cm3
Emas 19.300 kg/m3 19,3 gr/cm3
Kuningan 8.400 kg/m3 8,4 gr/cm3
Perak 10.500 kg/m3 10,5 gr/cm3
Platina 21.450 kg/m3 21,45 gr/cm3
Seng 7.140 kg/m3 7,14 gr/cm3
Udara (27 derajat Celcius) 1,2 kg/m3 0,0012 gr/cm3
Es 920 kg/m3 0,92 gr/cm3
9.2.4. Hukum- hukum dasar fluida statis
A. Hukum Utama Hidrostatika
Apabila suatu wadah dilubangi di dua sisi yang berbeda dengan ketinggian yang sama dari
dasar wadah, maka air akan memancar dari ke kedua lubang tersebut dengan jarak yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa pada kedalaman yang sama tekanan air sama besar.
Disamping itu kita juga sudah mengetaahui bahwa tekanan hidrostatis di dalam suatu zat cair
pada ke dalaman yang sama memiliki nilai yang sama.Berkaitan dengan hal tersebut, dalam
fluida statik terdapat sebuah hukum yang menyatakan tekanan hidrostatis pada titik – titik di
dalam zat cair yang disebut dengan Hukum Utama Hidrostatis.
Hukum Utama hidrostatis menyatakan bahwa :
“Tekanan hidrostatis suatu zat cair hanya bergatung pada tinggi kolom zat cair
(h), massa jenis zat cair (r) dan percepatan grafitasi (g), tidak bergantung pada
bentuk dan ukuran bejana”, perhatikan gambar berikut :

Gambar : tiga buah bejana berbeda bentuk berisi zat cair yang sama dengan
ketinggian   yang sama memiliki tekanan hidrostatis yang sama besar pada tiap
bejana.Kelima bejana di atas di isi dengan air yang sama dengan ketinggian yang sama.
Tekanan hidrostatis pada tiap dasar bejana sama besar, sedangkan berat zat cair pada
tiap bejana berbeda.
Sebuah tabung berbentuk U berisi minyak dan dan air seperti tampak pada gambar di
bawah.
Titik A dan titik B berada pada satu bidang datar dan dalam satu jenis zat cair.
Berdasarkan hukum utama hidrostatis maka kedua titik tersebut memiliki tekanan yang
sama, sehingga
PA  PB
 Oil g h A   Air g hB
h
 Oil  B  Air
hA
Keterangan :
 air = Massa jenis air
 oil = Massa jenis minyak
hB = Tinggi Kolam air
hA = Tinggi Kolam minyak

Contoh soal :

1. Perhatikanlah gambar bejana di samping Jika diketahui massa jenis minyak 0,8 g/cm3,
massa jenis raksa 13,6 g/cm3, dan massa jenis air 1 g/cm3, tentukanlah perbedaan
tinggi permukaan antara minyak dan air.

Jawab

Diketahui: ρ m = 0,8 g/cm3, ρ r = 13,6, dan ρ air = 1 g/cm3.

Air dan minyak batas terendahnya sama sehingga diperoleh persamaan berikut

ρa ha = ρm hm

Jadi, perbedaan tinggi permukaan minyak dan air = 15 cm – 12 cm = 3 cm.

2. Sebuah pipa berbentuk U salah satu kakinya diisi dengan raksa, sedang salah satu
kakinya diisi dengan alkohol. Apabila lajur alkohol tingginya 20 cm dan selisih tinggi
permukaan raksa dengan permukaan alkohol adalah 18,84 cm, berapakah massa jenis
alkohol , jika massa jenis raksa 13,6 gr/cm3
3. Sebuah pipa U diisi air dan minyak seperti terlihat pada gambar. Tinggi h A = 5 cm dan
tinggi hB 3 cm. Bila massa jenis air 103 kg/m3 . Berapakah massa jenis minyak.

B. Hukum Pascal

Tekanan fluida statis zat cair  yang diberikan di dalam  ruang tertutup diteruskan
sama besar ke segala arah. Pernyataan ini dikenal dengan nama Hukum
Pascal.Berdasarkan hukum  ini diperoleh prinsip bahwa dengan gaya yang kecil dapat
menghasilkan  suatu gaya yang lebih besar. Penerapan hukum Pascal dalam suatu alat,
misalnya dongkrak hidrolik, dapat dijelaskan melalui analisis seperti terlihat pada Gambar.
PKeluar  PMasuk
FKeluar FMasuk

AKeluar AMasuk
FKeluar AKeluar

FMasuk AMasuk

Apabila pengisap 1 ditekan dengan gaya F1, maka zat cair menekan ke atas dengan
gaya pA1. Tekanan ini akan diteruskan ke penghisap 2 yang besarnya pA2. Karena
tekanannya sama ke segala arah, maka didapatkan persamaan sebagai berikut. Cara
kerja pada pengangkat mobil dengan menggunakan fluida dirasa kurang efisien.Biasanya
cuci mobil menerapkan sisitem hyropneumatic. yaitu tenaga angin yang dirubah menjadi
tenaga dorongan pada piston hydrolic.

Penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari


1). Dongkrak hidrolik

Prinsip kerja

Prinsipkerjadongkrakhidrolik adalah dengan memanfaatkan hukumPascal. Dongkrak


hidrolik terdiri dari dua tabung yang berhubungan yang memiliki diameter yang
berbeda ukurannya. Masing-masing ditutup dan diisi air. Dengan menaik turunkan
piston, maka tekanan pada tabung pertama akan dipindahkan ke tabung kedua
sehingga dapat mengangkat beban yang berat. definisi dongkrak hidrolik adalah jenis
pesawat dengan prinsip hukum pascal yang berguna untuk memperingan kerja.
Dongkrak ini merupakan system bejana berhubungan (2 tabung) yang berbeda luas
penampangnya. Dengan menaik turunkan piston, maka tekanan pada tabung pertama
akan dipindahkan ke tabung kedua sehingga dapat mengangkat beban yang berat.

2). Tensimeter atau sfigmomanometer

Prinsip kerja:

Cairan yang tekanannya akan diukur harus memiliki berat jenis yang lebih rendah
dibanding cairan manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur tekanan darah
dipilih air raksa sebagai cairan manometrik karena air raksa memiliki berat jenis
yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah. Berikut skema pengukuran
tekanan menggunakan manometer. Tekanan dalam fluida statis adalah sama pada
setiap tingkat horisontal (ketinggian) yang sama sehingga: Untuk lengan tangan kiri
manometer Untuk lengan tangan kanan manometer Karena disini kita mengukur
tekanan tolok (gauge pressure), kita dapat menghilangkan PAtmosfer sehingga Dari
persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan pada A sama dengan
tekanan cairan manometrik pada ketinggian h2 dikurangi tekanan cairan yang
diukur pada ketinggian h1. Dalam kasus alat pengukur tekanan darah yang
menggunakan air raksa, berarti tekanan darah dapat diukur dengan menghitung
berat jenis air raksa dikali gravitasi dan ketinggian air raksa kemudian dikurangi
berat jenis darah dikalikan gravitasi dan ketinggian darah.

3). Rem hidrolik

Prinsip kerja:

Pada rem hidrolik terdapat pipa-pipa hidrolik yang berisi cairan berupaminyak rem.
Pada ujung-ujung pipa ini terdapat piston penggerak yaitu pistonpedal dan piston
cakram. Pipa dan piston inilah yang memegang peranan pentingdimana konsep dan
sterukturnya telah didesain sedemikian rupa sehingga sesuaidengan hukum pascal,
dengan tujuan menghasilkan daya cengkram yang besardari penginjakan pedal rem
yang tidak terlalu dalam.

Penyesuaian terhadap hukum pascal yang dumaksud adalah dengan mendesain


agar pipa pada pedal remlebih kecil daripada pipa yang terhubung dengen piston
cakram. Saat pedal rem diinjak pedal yang terhubung dengan booster rem
akanmendorong piston pedal dalam sehingga minyak rem yang berada pada pipa
akanmendapatkan tekanan. Tekanan yang didapat dari pedal akan diteruskan ke
segalaarah di permukaan pipa termasuk ujung-ujung pipa yang terhubung dengan
piston cakram. Saat pedal rem diinjak pedal yang terhubung dengan booster rem
akanmendorong piston pedal dalam sehingga minyak rem yang berada pada pipa
akan mendapatkan tekanan. Tekanan yang didapat dari pedal akan diteruskan ke
segalaarah di permukaan pipa termasuk ujung-ujung pipa yang terhubung dengan
pistoncakram.

Karena luas permukaan piston cakram lebih besar daripada piston pedalmaka gaya
yang tadinya digunakan untuk menginjak pedal rem akan diteruskanke piston
cakram yang terhubung dengan kanvas rem dengan jauh lebih besarsehingga gaya
untuk mencengkram cakram akan lebih besar pula. Cakram yang besinggungan
dengan kanvas rem akan menghasilkan gaya gesek, dan gaya gesekadalah gaya
yang bernilai negative maka dari itu cakram yang ikut berputarbersama roda
semakin lama perputarannya akan semakin pelan, dan inilah yangdisebut dengan
proses pengereman. Selain itu karena diameter dari cakram yanglebih lebar juga
ikut membantu proses pengereman. Hal itulah yang menyebabkansystem kerja rem
cakram hidrolik lebih efektif daripada rem konvensional (remtromol)
4). Pompa hidrolik
Prinsip kerja:
Pompa hidrolik menggunakan kinetik energi dari cairan yang dipompakan pada
suatu kolom dan energi tersebut diberikan pukulan yang tiba-tiba menjadi energi
yang berbentuk lain (energi tekan). Pompa ini berfungsi untuk mentransfer energi
mekanik menjadi energi hidrolik. Pompa hidrolik bekerja dengan cara menghisap oli
dari tangki hidrolik dan mendorongnya kedalam sistem hidrolik dalam bentuk aliran
(flow). Aliran ini yang dimanfaatkan dengan cara merubahnya menjadi tekanan.
Tekanan dihasilkan dengan cara menghambat aliran oli dalam sistem hidrolik.
Hambatan ini dapat disebabkan oleh orifice, silinder, motor hidrolik, dan aktuator.
Pompa hidrolik yang biasa digunakan ada dua macam yaitu positive dan
nonpositive displacement pump (Aziz, 2009). Ada dua macam peralatan yang
biasanya digunakan dalam merubah energi hidrolik menjadi energi mekanik yaitu
motor hidrolik dan aktuator. Motor hidrolik mentransfer energi hidrolik menjadi energi
mekanik dengan cara memanfaatkan aliran oli dalam sistem merubahnya menjadi
energi putaran yang dimanfaatkan untuk menggerakan roda, transmisi, pompa dan
lain-lain
5). Alat press hidrolik
Prinsip kerja:
Press hidrolik tergantung pada prinsip Pascal : yang tekanan seluruh sistem tertutup
adalah konstan. Salah satu bagian dari sistem adalah piston bertindak sebagai
pompa, dengan kekuatan mekanik sederhana yang bekerja pada luas penampang
kecil, bagian lain adalah piston dengan luas yang lebih besar yang menghasilkan
kekuatan mekanis Sejalan besar. Hanya berdiameter kecil pipa (yang lebih mudah
menolak tekanan) diperlukan jika pompa dipisahkan dari silinder tekan.
Hukum Pascal: Tekanan pada fluida terbatas ditransmisikan berkurang dan
bertindak dengan kekuatan yang sama pada bidang yang sama dan pada 90 derajat
ke dinding kontainer.
Sebuah cairan, seperti minyak , dipindahkan ketika piston baik didorong ke dalam.
Piston kecil, untuk jarak tertentu gerakan, memindahkan jumlah yang lebih kecil dari
volume yang dari piston besar, yang sebanding dengan rasio area kepala piston.
Oleh karena itu, piston kecil harus dipindahkan jarak besar untuk mendapatkan
piston besar untuk bergerak secara signifikan. Jarak piston besar akan bergerak
adalah jarak yang piston kecil akan dipindahkan dibagi dengan rasio bidang kepala
piston. Ini adalah bagaimana energi, dalam bentuk kerja dalam hal ini, adalah kekal
dan Hukum Konservasi Energi puas. Pekerjaan kali kekuatan jarak, dan karena
kekuatan meningkat pada piston lebih besar, jarak kekuatan diterapkan atas harus
berkurang.
Cairan bertekanan digunakan, jika tidak dihasilkan secara lokal oleh tangan atau
pompa mekanis bertenaga, dapat diperoleh dengan membuka katup yang
terhubung ke akumulator hidrolik atau pompa terus berjalan tekanan yang diatur
oleh katup buang. Bila diinginkan untuk menghasilkan kekuatan yang lebih dari
tekanan yang tersedia akan memungkinkan, atau menggunakan lebih kecil, lebih
tinggi tekanan silinder untuk menghemat ukuran dan berat, sebuah intensifier
hidrolik dapat digunakan untuk meningkatkan tekanan yang bekerja pada silinder
tekan.
Ketika tekanan pada silinder tekan dilepaskan (cairan kembali ke reservoir), gaya
dibuat dalam pers dikurangi menjadi nilai yang rendah (yang tergantung pada
gesekan segel silinder itu. Piston utama tidak menarik kembali ke aslinya posisi
kecuali sebuah mekanisme tambahan digunakan.

C. Hukum Archimedes

"Sebuah benda yang sebagian atau seluruhnya tercelup di dalam suatu zat cair /
fluida ditekan ke atas dengan suatu gaya yang besarnya setara dengan berat zat cair /
fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut".

Gaya tersebut disebut Gaya tekan ke atas ( Fa )

1. Gaya Tekan ke Atas


FA   Zat Cair .g. V Benda

Adanya gaya tekan ke atas menyebabkan adanya berat semu benda di dalam air, berat
benda di dalam air ( Wa ) = berat benda di udara  ( Wu ) - Fa.

Wa  Wu  Fa
Wa  m . g

Adanya gaya tekan ke atas juga menyebabkan suatu benda dapat mengalami 3 kondisi
yang berbeda :

Mengapung, melayang dan tenggelam


bila diketahui massa jenis benda dan zat cairnya kondisi benda di dalam air juga dapat
ditentukan :

 mengapung :  massa jenis benda < massa jenis zat cair


 melayang    :  massa jenis benda = massa jenis zat cair 
 tenggelam   :  massa jenis benda > massa jenis zat cair  

Contoh soal:

Suatu logam berbentuk balok diukur beratnya dengan neraca pegas menunjukkan berat =
200 N. Kemudian ketika dimasukkan ke dalam bejana yang berisi minyak dan diukur
kembali beratnya menunjukkan berat = 180 N. Jika Massa jenis minyak = 800 kg.m-3 dan
percepatan grafitasinya = 10 m.s-2. Hitunglah massa jenis logam tersebut..!

Diketahui :

Berat di udara = Wu = 200 N


Berat di cairan = Wa = 180 N
Massa jenis minyak = 800 kg.m-3

percepatan grafitasi = g = 10 m.s-2.

mula2 kita cari dahulu massa logam tersebut :

Wu  m Logam . g
Wu 200
m Logam    20 Kg
g 10
kemudian dicari besar gaya tekan ( Fa ) ke atas saat balok logam dimasukkan ke dalam
minyak :
Fa  Wu  Wa  200  180  20 N
dengan diketahui nilai Fa kita cari volume logam tersebut dengan rumus :
Fa   Minyak . g . V Logam
20  800.10. VLogam
VLogam  2,5.10 3 m 3 .
dengan diketahui massa dan volume logam maka massa jenis logam tersebut dapat dicari
:
m Logam 20
 Logam  -3
 8000 Kg. m 3
VLogam 2,5.10

2. Benda Terapung di atas air

VTercelup x  Fluida
 Benda 
VTotal

Penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari


1). Hidrometer

Hidrometer merupakan alat untuk mengukur berat jenis atau massa jeniszat cair. Jika
hidrometer dicelupkan ke dalam zat cair, sebagian alat tersebut akan tenggelam. Makin besar
massa jenis zat cair, Makin sedikit bagian hidrometer yang tenggelam. Hidrometer banyak
digunakan untuk mengetahui besar kandungan air pada bir atau susu.

Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Supaya tabung kaca terapungtegak dalam zat cair bagian
bawah tabung dibebani dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih
besar supaya volume zatcair yang dipindahkan hydrometer lebih besar. Dengan demikian,
dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan hidrometer dapat mengapung di dalamzat cair.
Tangkai tabung kaca hidrometer didesain supaya perubahan kecil dalamberat benda yang
dipindahkan (sama artinya dengan perubahan kecil dalam massa jenis zat cair) menghasilkan
perubahan besar pada kedalaman tangki yang tercelup di dalam zat cair. Artinya perbedaan
bacaan pada skala untukberbagai jenis zat cair menjadi lebih jelas.

2). Jembatan Ponton

Jembatan ponton adalah kumpulan drum-drum kosong yang berjajar sehingga menyerupai
jembatan. Jembatan ponton merupakan jembatan yang dibuat berdasarkan prinsip benda
terapung. Drumdrum tersebut harus tertutup rapat sehingga tidak ada air yang masuk ke
dalamnya. Jembatan ponton digunakan untuk keperluan darurat. Apabila air pasang, jembatan
naik. Jika air surut, makajembatan turun. Jadi, tinggi rendahnya jembatan ponton mengikuti
pasang surutnya air

3). Kapal Laut

Pada saat kalian meletakkan sepotong besi pada bejana berisi air, besi akan
tenggelam. Namun, mengapa kapal laut yang massanya sangat besartidak tenggelam?
Bagaimana konsep fisika dapat menjelaskannya? Agarkapal laut tidak tenggelam badan
kapal harus dibuat berongga. hal ini bertujuan agar volume air laut yang dipindahkan
oleh badan kapal menjadi lebih besar. Berdasarkan persamaan besarnya gaya apung
sebanding dengan volume zat cair yang dipindahkan, sehingg gaya apungnya menjadi
sangat besar. Gaya apung inilah yang mampu melawan berat kapal, sehingga kapal
tetap dapat mengapung di permukaan laut.

4). Kapal Selam dan Galangan Kapal

Pada dasarnya prinsip kerja kapal selam dan galangan kapal sama. Jika kapal akan
menyelam, maka air laut dimasukkan ke dalam ruang cadangan sehingga berat kapal
bertambah. Pengaturan banyak sedikitnya air laut yang dimasukkan, menyebabkan
kapal selam dapat menyelam pada kedalaman yang dikehendaki. Jika akan
mengapung, maka air laut dikeluarkan dari ruang cadangan. Berdasarkan konsep
tekanan hidrostastis, kapal selam mempunyai batasan tertentu dalam menyelam. Jika
kapal menyelam terlalu dalam, maka kapal bisa hancur karena tekanan hidrostatisnya
terlalu besar. Untuk memperbaiki kerusakan kapal bagian bawah, digunakan galangan
kapal. Jika kapal akan diperbaiki, galangan kapal ditenggelamkan dan kapal
dimasukkan. Setelah itu galangan diapungkan. Galangan ditenggelamkan dan
diapungkan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan air laut pada ruang
cadangan.

D. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan memungkinkan nyamuk berdiri di atas air

Pernahkah kamu melihat sebuah jarum terapung diatas air? Atau kamu pasti pernah
melihat ada nyamuk atau serangga lain dapat berdiri diatas air. Fenomena ini erat
kaitannya dengan penjelasan tentang tegangan permukaan yang akan dibahas pada
bagian ini. Di lain pihak, kita juga mungkin pernah menemui kejadian berupa air dari tanah
yang merembes naik ke atas tembok sehingga tembok menjadi basah. Kejadian ini dalam
fisika dikenal dengan peristiwa kapilaritas yang akan dijelaskan juga pada bagian ini.

Mari kita amati sebatang jarum yang kita buat terapung di permukaan air sebagai
benda yang mengalami tegangan permukaan. Tegangan permukaan disebabkan oleh
interaksi molekul-molekul zat cair dipermukaan zat cair. Di bagian dalam cairan sebuah
molekul dikelilingi oleh molekul lain disekitarnya, tetapi di permukaan cairan tidak ada
molekul lain dibagian atas molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan timbulnya gaya
pemulih yang menarik molekul apabila molekul itu dinaikan menjauhi permukaan, oleh
molekul yang ada di bagian bawah permukaan cairan. Sebaliknya jika molekul di
permukaan cairan ditekan, dalam hal ini diberi jarum, molekul bagian bawah permukaan
akan memberikan gaya pemulih yang arahnya ke atas, sehingga gaya pemulih ke atas ini
dapat menopang jarum tetap di permukaan air tanpa tenggelam.

Tegangan permukaan dilihat dari interaksi molekul benda dan zat cair

Gaya ke atas untuk menopang jarum agar tidak tenggelam merupakan perkalian
koefisien tegangan permukaan dengan dua kali panjang jarum. Panjang jarum disini
adalah permukaan yang bersentuhan dengan zat cair.

Gaya yang diperlukan untuk mengangkat jarum adalah gaya ke atas dijumlah gaya
berat jarum (mg). Tegangan permukaan (y) adalah besar gaya (F) yang dialami pada
permukaan zat cair persatuan panjang (l)

y = F / 2l

Penerapan tegangan permukaan dalam kehidupan sehari-hari:

1. mencuci dengan air panas jauh lebih bersih dibandingkan dengan air yang bersuhu
normal

2. antiseptik yang dipakai untuk mengobati luka,selain dapat mengobati luka juga dapat
membasahi seluruh luka.
E. Kapilaritas

Meniskus air menyebabkan peristiwa kapilaritas

Kapilaritas disebabkan oleh interaksi molekul-molekul di dalam zat cair. Di dalam zat
cair molekul-molekulnya dapat mengalami gaya adhesi dan kohesi. Gaya kohesi adalah
tarik-menarik antara molekul-molekul di dalam suatu zat cair sedangkan gaya adhesi
adalah tarik menarik antara molekul dengan molekul lain yang tidak sejenis, yaitu bahan
wadah di mana zat cair berada. Apabila adhesi lebih besar dari kohesi seperti pada air
dengan permukaan gelas, air akan berinteraksi kuat dengan permukaan gelas sehingga
air membasahi kaca dan juga permukaan atas cairan akan melengkung (cekung).
Keadaan ini dapat menyebabkan cairan dapat naik ke atas oleh tegangan permukaan
yang arahnya keatas sampai batas keseimbangan gaya ke atas dengan gaya berat cairan
tercapai. Jadi air dapat naik keatas dalam suatu pipa kecil yang biasa disebut pipa kapiler.
Inilah yang terjadi pada saat air naik dari tanah ke atas melalui tembok.

Air dapat merembes ke atas melalui retakan tembok sehingga membasahi tembok.

Satu contoh kapilaritas


Gejala alam kapilaritas ini memungkinkan kita menghitung tinggi kenaikan air dalam
suatu pipa kapiler berbentuk silinder/tabung dengan jari-jari r.

V. Viskositas

Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu
fluida saat mengalir. Pada pembahasan sebelumnya, Anda telah mengetahui bahwa
fluida ideal tidak memiliki viskositas. Dalam kenyataannya, fluida yang ada dalam
kehidupan sehari-hari adalah fluida sejati. Oleh karena itu, bahasan mengenai viskositas
hanya akan Anda temukan pada fluida sejati, yaitu fluida yang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut.

a. Dapat dimampatkan (kompresibel);

b. Mengalami gesekan saat mengalir (memiliki viskositas);

c. Alirannya turbulen.

Zat cair dan gas memiliki viskositas, hanya saja zat cair lebih kental (viscous) daripada
gas. Dalam penggunaan sehari-hari, viskositas dikenal sebagai ukuran ketahanan oli
untuk mengalir dalam mesin kendaraan. Viskositas oli didefinisikan dengan nomor SAE’S
(Society of Automotive Engineer’s). Contoh pada sebuah pelumas tertulis

Klasifikasi service minyak pelumas ini dikembangkan oleh API (American Petroleum
Institute) yang menunjukkan karakteristik service minyak pelumas dari skala terendah
(SA) sampai skala tertinggi (SJ) untuk mesin-mesin berbahan bakar bensin.
Koefisien viskositas fluida η , didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan luncur
(F/A) dengan kecepatan perubahan regangan luncur (v/l). Secara matematis,
persamaannya ditulis sebagai berikut.

Nilai viskositas setiap fluida berbeda menurut jenis material tempat fluida tersebut
mengalir. Nilai viskositas beberapa fluida tertentu dapat Anda pelajari pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2 Harga Viskositas Berdasarkan Eksperimen


Fluida Viskositas
Uap Air 100°C 0,125 cP
Air 99°C 0,2848 cP
Light Machine Oil 20°C 102 cP
50–100 cP, 65
Motor Oil SAE 10
cP
Motor Oil SAE 20 125 cP
Motor Oil SAE 30 150–200 cP
Sirop Cokelat pada
25.000 cP
20°C
Kecap pada 20°C 50.000 cP
Keterangan: Poiseuille dan Poise adalah satuan viskositas dinamis, juga disebut
viskositas absolut. 1 Poiseulle (PI) = 10 Poise (P) = 1.000 cP

Benda yang bergerak dalam fluida kental mengalami gaya gesek yang besarnya
dinyatakan dengan persamaan
Untuk benda berbentuk bola, k = 6r (perhitungan laboratorium) sehingga, Diperoleh

Persamaan (7–27) dikenal sebagai Hukum Stokes.

Jika sebuah benda berbentuk bola (kelereng) jatuh bebas dalam suatu fluida kental,
kecepatannya akan bertambah karena pengaruh gravitasi Bumi hingga mencapai suatu
kecepatan terbesar yang tetap. Kecepatan terbesar yang tetap tersebut dinamakan
kecepatan terminal. Pada saat kecepatan terminal tercapai, berlaku keadaan

Pada benda berbentuk bola, volumenya vb = 4/3 πr3 sehingga diperoleh persamaan

dengan: vt = kecepatan terminal (m/s),


Ff = gaya gesek (N),
FA = gaya ke atas (N),
ρb = massa jenis bola (kg/m2), dan
ρf = massa jenis fluida (kg/m3).
9.3. ALIRAN FLUIDA
Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu :
 Aliran laminar / stasioner / streamline.
 Aliran turbulen
Suatu aliran dikatakan laminar / stasioner / streamline bila :
Setiap partikel yang melalui titik tertentu selalu mempunyai lintasan (garis arus) yang
tertentu pula.
Partikel-partikel yang pada suatu saat tiba di K akan mengikuti lintasan yang terlukis pada
gambar di bawah ini. Demikian partikel-partikel yang suatu saat tiba di L dan M.
Kecepatan setiap partikel yang melalui titik tertentu selalu sama. Misalkan setiap partikel yang
melalui K selalu mempunyai kecepatan vK.
Aliran yang tidak memenuhi sifat-sifat di atas disebut : ALIRAN TURBULEN.

Pembahasan dalam bab ini di batasi pada fluida ideal, yaitu fluida yang imkompresibel dan
bergerak tanpa mengalami gesekan dan pada aliran stasioner.

9.3.1 DEBIT ALIRAN.

Fluida mengalir dengan kecepatan tertentu, misalnya v meter per detik. Penampang tabung alir
seperti terlihat pada gambar di atas berpenampang A, maka yang dimaksud dengan DEBIT
FLUIDA adalah volume fluida yang mengalir persatuan waktu melalui suatu pipa dengan luas
penampang A dan dengan kecepatan v.

Vol
Q = t atau Q = A . v

Q = debit fluida dalam satuan SI m3/det


Vol = volume fluida (m3)
A = luas penampang tabung alir (m2)
v = kecepatan alir fluida ( m/det )
9.3.2. PERSAMAN KONTINUITAS.

Perhatikan tabung alir a-c di bawah ini. A1 adalah penampang lintang tabung alir di a.
A2 = penampang lintang di c. v1 = kecepatan alir fluida di a, v2 =
kecepatan alir fluida di c

V2
A2
c d

a v b
1
h2
A1

h1
Gambar : Pipa alir

Partikel – partikel yang semula di a, dalam waktu t detik berpindah di b, demikian pula partikel
yang semula di c berpindah di d. Apabila t sangat kecil, maka jarak a-b sangat kecil, sehingga
luas penampang di a dan b boleh dianggap sama, yaitu A1. Demikian pula jarak c-d sangat
kecil, sehingga luas penampang di c dan di d dapat dianggap sama, yaitu A2. Banyaknya fluida
yang masuk ke tabung alir dalam waktu t detik adalah :
.A1.v1. t dan dalam waktu yang sama sejumlah fluida meninggalkan tabung alir sebanyak
.A2.v2. t. Jumlah ini tentulah sama dengan jumlah fluida yang masuk ke tabung alir sehingga:
.A1.v1. t = .A2.v2. t

Jadi : A1.v1 = A2.v2

Persamaan ini disebut : Persamaan KONTINUITAS

A.v yang merupakan debit fluida sepanjang tabung alir selalu konstan (tetap sama nilainya),
walaupun A dan v masing-masing berbeda dai tempat yang satu ke tempat yang lain. Maka
disimpulkan :
Q = A1.v1 = A2.v2 = konstan

9.3.4. HUKUM BERNOULLI.

Hukum Bernoulli merupakan persamaan pokok hidrodinamika untuk fluida mengalir dengan
arus streamline. Di sini berlaku hubungan antara tekanan, kecepatan alir dan tinggi tempat
dalam satu garis lurus. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perhatikan gambar tabung alir a-c pada gambar. Jika tekanan P1 tekaopan pada penampang
A1, dari fluida di sebelah kirinya, maka gaya yang dilakukan terhadap penampang di a adalah
P1.A1, sedangkan penampang di c mendapat gaya dari fluida dikanannya sebesar P2.A2, di
mana P2 adalah tekanan terhadap penampang di c ke kiri. Dalam waktu t detik dapat dianggap
bahwa penampang a tergeser sejauh v1. t dan penampang c tergeser sejauh v2. t ke kanan.
Jadi usaha yang dilakukan terhadap a adalah : P1.A1.v1. t sedangkan usaha yang dilakukan
pada c sebesar : - P2.A2.v2. t
Jadi usaha total yang dilakukan gaya-gaya tersebut besarnya :

Wtot = (P1.A1.v1 - P2.A2.v2) t

Dalam waktu t detik fluida dalam tabung alir a-b bergeser ke c-d dan mendapat tambahan
energi sebesar :

Emek = Ek + Ep


Emek = ( ½ m . v22 – ½ m. v12) + (mgh2 – mgh1)
= ½ m (v22 – v12) + mg (h2 – h1)

Keterangan :
m = massa fluida dalam a-b = massa fluida dalam c-d.
h2-h1 = beda tinggi fluida c-d dan a-b

Karena m menunjukkan massa fluida di a-b dan c-d yang sama besarnya, maka m dapat
dinyatakan :
m = .A1.v1. t = .A2.v2. t

Menurut Hukum kekekalan Energi haruslah :

Wtot = Emek
Dari persamaan-persaman di atas dapat dirumuskan persaman :

m m
P1  + ½ m.v12 + mgh1 = P2  + ½ m.v22 + mgh2
Suku-suku persamaan ini memperlihatkan dimensi USAHA.

m
Dengan membagi kedua ruas dengan  maka di dapat persamaan :
P1 + ½ .v12 +  g h1 = P2 + ½ .v22 +  g h2
Suku-suku persamaan di atas memperlihatkan dimensi TEKANAN.

Keterangan :
P1 dan P2 = tekanan yang dialami oleh fluida
v1 dan v2 = kecepatan alir fluida
h1 dan h2 = tinggi tempat dalam satu garis lurus
 = Massa jenis fluida
g = percepatan grafitasI

9.3.5. GAYA ANGKAT SAYAP PESAWAT TERBANG.


Kita akan membahas gaya angkat pada sayap pesawat terbang dengan menggunakan
persamaan BERNOULLI. Untuk itu, kita anggap bentuk sayap pesawat terbang sedemikian
rupa sehingga garis arus aliran udara yang melalui sayap adalah tetap (streamline)

Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih tajam dan sisi
bagian yang atas lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya. Bentuk ini menyebabkan
aliran udara di bagian atas lebih besar daripada di bagian bawah (v2 > v1).
Dari persamaan Bernoulli kita dapatkan :

P1 + ½ .v12 +  g h1 = P2 + ½ .v22 +  g h2

Ketinggian kedua sayap dapat dianggap sama (h1 = h2), sehingga  g h1 =  g h2.
Dan persamaan di atas dapat ditulis :
P1 + ½ .v12 = P2 + ½ .v22
P1 – P2 = ½ .v22 - ½ .v12
P1 – P2 = ½ (v22 – v12)

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa v2 > v1 kita dapatkan P1 > P2 untuk luas
penampang sayap F1 = P1 . A dan F2 = P2 . A dan kita dapatkan bahwa F1 > F2. Beda gaya
pada bagian bawah dan bagian atas (F1 – F2) menghasilkan gaya angkat pada pesawat
terbang. Jadi, gaya angkat pesawat terbang dirumuskan sebagai :

F1 – F2 = ½  A(v22 – v12)

Dengan  = massa jenis udara (kg/m3)

LATIHAN SOAL
Soal No. 1
Ahmad mengisi ember yang memiliki kapasitas 20 liter dengan air dari sebuah kran seperti
gambar berikut! 

Jika luas penampang kran dengan diameter D2 adalah 2 cm2 dan kecepatan aliran air di kran
adalah 10 m/s tentukan:
a) Debit air
b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember
Pembahasan
Data :
A2 = 2 cm2 = 2 x 10−4 m2
v2 = 10 m/s

a) Debit air
Q = A2v2 = (2 x 10−4)(10) 
Q = 2 x 10−3 m3/s 
b) Waktu yang diperlukan untuk mengisi ember
Data :
V = 20 liter = 20 x 10−3 m3
Q = 2 x 10−3 m3/s 
t = V / Q 
t = ( 20 x 10−3 m3)/(2 x 10−3 m3/s )
t = 10 sekon

Soal No. 2
Pipa saluran air bawah tanah memiliki bentuk seperti gambar berikut! 

Jika luas penampang pipa besar adalah 5 m2 , luas penampang pipa kecil adalah 2 m2 dan
kecepatan aliran air pada pipa besar adalah 15 m/s, tentukan kecepatan air saat mengalir pada
pipa kecil!
MATERI PROGRAM MATRIKULASI
FISIKA DASAR

DISUSUN OLEH
TIM PROGRAM MATRIKULASI FISIKA DASAR
PRODI TEKNIK SIPIL

1. Wilhelmus Bunganaen. ST., MT (NIP. 19670625 199802 1 001)


2. John Hendrik Frans, ST., MT (NIP. 19750602 200112 1 002)
3. Rosmiyati Bella, ST., MT (NIP. 19761111 200501 2 001)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu melimpahkan
Rahmat serta berkatnya sehingga team penyusun materi matrikulasi Fisika dapat menyusun dan
menyelesaikan modul Program Pembekalan Matrikulasi Fisika Dasar ini tepat pada waktunya.
Modul Program Pembekalan Fisika Dasar ini berisikan materi-materi tentang dasar fisika dasar
yang akan sangat membantu mahasiswa dalam menempuh perkuliahan di Prodi Teknik Sipil
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang.
Bahan-bahan penyusun Modul Program Pembekalan Fisika Dasar ini pemulis peroleh dari
beberapa referensi buku tentang Fisika Dasar. Penulis menyadari bahwa modul ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya modul ini di masa yang akan datang.

Kupang, Juli 2019

Team Matrikulasi Fisika


Prodi Teknik Sipil
DAFTAR ISI
BAB I. FISIKA DAN PENGUKURAN.........................................................................................................................1
1.1. ARTI FISIKA................................................................................................................................................1
1.2. CABANG – CABANG FISIKA...................................................................................................................2
1.3. HUBUNGAN FISIKA DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAIN............................................................2
1.4. BESARAN....................................................................................................................................................3
Jenis-jenis besaran..................................................................................................................................................3
1.5. SATUAN.......................................................................................................................................................6
1.5.1. Satuan Sistem Internasional.................................................................................................................7
1.5.2. Awalan dalam SI..................................................................................................................................8
1.5.3. Alat Ukur..............................................................................................................................................9
1.5.4. Konversi Satuan..................................................................................................................................13
1.6. Pengukuran Besaran Turunan.....................................................................................................................15
1.6.1. Luas....................................................................................................................................................15
1.6.2. Volume...............................................................................................................................................16
LATIHAN.................................................................................................................................................................17
RANGKUMAN........................................................................................................................................................17
SOAL – SOAL LATIHAN.......................................................................................................................................18
BAB II. PENYUSUNAN DAN PENGUARAIAN VEKTOR................................................................................20
2.1. Pengertian Vektor..............................................................................................................................................20
2.2. Besaran Vektor dan Skalar..........................................................................................................................20
2.3. Penulisan Notasi Vektor..............................................................................................................................20
2.3.1. Melukiskan Penjumlahan dan Pengurangan vektor...........................................................................21
2.3.2. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor dalam satu bidang datar.......................................................22
2.3.3. Metode jajaran genjang......................................................................................................................22
2.3.4. Menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor.....................................................................................23
2.3.5. Arah Vektor Resultan.................................................................................................................................24
2.3.6. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor........................................................................................25
BAB III. KINEMATIKA GERAK LURUS.................................................................................................................31
3.1. Gerak Benda................................................................................................................................................31
3.2. Acuan, Kedudukan, Jarak dan Perpindahan................................................................................................31
3.2.1. Titik Acuan.........................................................................................................................................31
3.2.2. Kedudukan..........................................................................................................................................32
3.2.3. Jarak....................................................................................................................................................33
3.2.4. Perpindahan........................................................................................................................................33
3.3. Gerak Lurus Beraturan (GLB)................................................................................................................34
3.3.1. GRAFIK GERAK LURUS BERATURAN (GLB)...........................................................................35
1. Grafik Kecepatan terhadap Waktu (v-t)......................................................................................................35
2. Grafik Kedudukan terhadap Waktu (x-t).....................................................................................................36
3.3.2. Aplikasi dari GLB..............................................................................................................................37
LATIHAN 1..........................................................................................................................................................38
3.4. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)...................................................................................................39
3.4.1. Penurunan Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)............................................................40
3.4.2. Aplikasi GLBB dalam kehidupan sehari-hari....................................................................................43
Latihan Soal..........................................................................................................................................................44
3.4.3. GRAFIK GLBB..................................................................................................................................46
1. Grafik percepatan terhadap waktu...............................................................................................................46
2. Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk Percepatan Positif................................................................46
3. Grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) untuk Perlambatan (Percepatan Negatif)......................................48
4. Grafik Kedudukan Terhadap Waktu (x-t)...................................................................................................48
3.5. Gerak Vertikal.............................................................................................................................................50
3.5.1. Gerak vertikal ke bawah.....................................................................................................................50
3.5.2. Gerak Vertikal Ke atas.......................................................................................................................52
3.5.3. Aplikasi gerak vertikal dalam kehidupan sehari-hari.........................................................................53
LATIHAN SOAL.....................................................................................................................................................53
BAB IV. DINAMIKA DAN HUKUM NEWTON......................................................................................................56
4.1. Hukum Newton..................................................................................................................................................56
4.2. GERAK DAN GAYA.......................................................................................................................................57
4.2.1. HUKUM I NEWTON......................................................................................................................57
3.2.1. HUKUM II NEWTON.....................................................................................................................58
3.2.2. HUKUM III NEWTON....................................................................................................................61
3.2.3. GERAK BENDA YANG DIHUBUNGKAN DENGAN KATROL.................................................62
3.2.4. BENDA BERGERAK PADA BIDANG MIRING............................................................................63
BAB V. USAHA DAN ENERGI................................................................................................................................64
5.1. KONSEP ENERGI............................................................................................................................................64
5.2. ENERGI KINETIK DAN KERJA.....................................................................................................................64
5.3. KERJA YANG DILAKUKAN OLEH GAYA YANG BERUBAH.................................................................67
5.4. KERJA DAN ENERGI DALAM TIGA DIMENSI..........................................................................................68
5.5. KERJA DAN ENERGI UNTUK SISTEM BENDA TITIK : ENERGI POTENSIAL....................................68
U....................................................................................................................................................................................71
4.6. HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK...............................................................................................71
4.7. Terapan Hukum Kekekalan Energi Mekanik....................................................................................................71
4.8. TEOREMA KERJA - ENERGI YANG UMUM..............................................................................................77
5.10. DAYA..............................................................................................................................................................82
BAB VI. GERAK MELINGKAR................................................................................................................................83
6.1. Gerak Melingkar Beraturan.........................................................................................................................83
6.1.1. Periode dan Frekuensi........................................................................................................................84
6.1.2. Kecepatan Anguler dan Kecepatan Tangensial..........................................................................................84
6.1.3. Percepatan Anguler dan Percepatan Tangensial.................................................................................86
LATIHAN 1..............................................................................................................................................................86
6.2. Percepatan Sentripetal.................................................................................................................................87
6.3. Hubungan Antara Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Melingkar Beraturan (GMB).............................88
6.4. Sistem Gerak Melingkar pada Susunan Roda............................................................................................89
6.4.1. Sistem Persinggungan Langsung................................................................................................................89
6.4.2. Sistem Serantai atau Setali..........................................................................................................................89
6.4.3. Sistem Sesumbu ( Co-Axle )..............................................................................................................90
LATIHAN 2..............................................................................................................................................................90
6.5. Gaya sentripetal...........................................................................................................................................91
6.6. Gerak Melingkar Berubah Beraturan..........................................................................................................93
BAB VII. MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN.........................................................................................96
7.1. Momentum.........................................................................................................................................................96
LATIHAN 1..............................................................................................................................................................97
7.2. IMPULS.............................................................................................................................................................98
LATIHAN.............................................................................................................................................................98
Contoh Soal 1:.......................................................................................................................................................98
Contoh soal 2:.......................................................................................................................................................99
Contoh soal 3:.....................................................................................................................................................100
7.3. KEKEKALAN MOMENTUM.......................................................................................................................101
7.4. TUMBUKAN..................................................................................................................................................102
7.4.1. Tumbukan lenting sempurna.....................................................................................................................102
Contoh soal 4:.....................................................................................................................................................103
7.4.2. Tumbukan lenting sebagian......................................................................................................................103
Contoh soal 5:.....................................................................................................................................................104
7.4.3. Tumbukan tidak lenting sama sekali................................................................................................105
Contoh soal 6:.....................................................................................................................................................105
BAB VIII. KESETIMBANGAN BENDA TEGAR...................................................................................................107
8.1. Kesetimbangan Benda.....................................................................................................................................107
Jenis-jenis Kesetimbangan Benda Tegar............................................................................................................107
8.2. KESEIMBANGAN PARTIKEL...............................................................................................................108
8.3. KESEIMBANGAN BENDA TEGAR......................................................................................................109
1. Momen gaya..............................................................................................................................................109
2. Koordinat titik tangkap gaya resultan.......................................................................................................110
8.4. Syarat-syarat keseimbangan benda...........................................................................................................111
8.5. Syarat kesetimbangan dan Momen gaya...................................................................................................113
8.6. Gaya-gaya sebidang..................................................................................................................................116
8.7. Pusat Massa......................................................................................................................................................117
8.8. Titik Berat........................................................................................................................................................119
LATIHAN SOAL...................................................................................................................................................121
Contoh Soal :.......................................................................................................................................................121
BAB IX. FLUIDA STATIS DAN DINAMIS............................................................................................................124
9.1. Pengertian Fluida.............................................................................................................................................124
9.2. Besaran pada fluida statis.................................................................................................................................124
9.2.1. Tekanan.....................................................................................................................................................124
9.2.2. Tekanan dalam Fluida...............................................................................................................................125
9.2.3. Massa Jenis...............................................................................................................................................127
9.2.4. Hukum- hukum dasar fluida statis...............................................................................................................129
A. Hukum Utama Hidrostatika...........................................................................................................................129
B. Hukum Pascal.................................................................................................................................................131
Penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari......................................................................................131
1). Dongkrak hidrolik........................................................................................................................................131
2). Tensimeter atau sfigmomanometer.............................................................................................................132
3). Rem hidrolik.................................................................................................................................................132
4). Pompa hidrolik.............................................................................................................................................133
5). Alat press hidrolik.......................................................................................................................................134
C. Hukum Archimedes........................................................................................................................................135
1. Gaya Tekan ke Atas..................................................................................................................................135
Contoh soal:.......................................................................................................................................................136
2. Benda Terapung di atas air........................................................................................................................137
Penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari......................................................................................137
1). Hidrometer.....................................................................................................................................................137
2). Jembatan Ponton............................................................................................................................................137
3). Kapal Laut.....................................................................................................................................................138
4). Kapal Selam dan Galangan Kapal.................................................................................................................138
D. Tegangan Permukaan.........................................................................................................................................139
E. Kapilaritas...........................................................................................................................................................141
V. Viskositas...........................................................................................................................................................142
9.3. ALIRAN FLUIDA...........................................................................................................................................145
9.3.1 DEBIT ALIRAN............................................................................................................................................145
9.3.2. PERSAMAN KONTINUITAS.....................................................................................................................146
9.3.4. HUKUM BERNOULLI................................................................................................................................147
9.3.5. GAYA ANGKAT SAYAP PESAWAT TERBANG...................................................................................148
LATIHAN SOAL....................................................................................................................................................149

Anda mungkin juga menyukai