A. PENDAHULUAN
Alasan mempelajari Fisika, yaitu :
1. Fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar dari ilmu pengetahuan. Segala
disiplin ilmu memanfaatkan ide-ide dari fisika, mulai dari ahli kimia yang
mempelajari struktur molekul sampai ahli paleontologi yang merekonstruksi
bagaimana binatang purba dinosaurus berjalan.
2. Fisika merupakan dasar dari semua ilmu rekayasa dan teknologi, misal untuk
merancang sebuah pesawat harus mengerti hukum-hukum dasar fisika.
3. Belajar fisika adalah suatu petualangan. Ilmu ini begitu menantang, kadang
membuat frustasi, sewaktu-waktu menyakitkan, seringkali bermanfaat dan
memberikan kepuasan batin. Pengertian tentang dunia fisika pada saat ini
dibangun di atas pondasi yang diletakkan oleh ilmuwan-ilmuwan besar seperti
Galileo, Newton, Maxwell dan Einstein dan lain-lain. Pengaruh mereka telah
berkembang jauh melewati batas ilmu fisika itu sendiri dan mempengaruhi
secara mendalam cara hidup dan berpikir manusia pada saat ini, sehingga
sekarang ini dapat merasakan kesenangan dengan temuan-temuan ilmuwan
tersebut dan dapat menggunakan fisika untuk menyelesaikan persoalan praktis
serta memperoleh wawasan tentang fenomena kehidupan sehari-hari.
B. HAKEKAT FISIKA
Fisika adalah ilmu eksperimental (percobaan).Fisikawan mengamati fenomena
alam dan berusaha menemukan pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena-
fenomena tersebut.Pola ini disebut dengan Teori Fisika dan ketika benar-benar terbukti
dan digunakan secara luas disebut dengan Hukum (Prinsip) Fisika.
Perkembangan teori fisika merupakan proses dua arah yang dimulai dan diakhiri
dengan pengamatan atau percobaan. Fisika bukan sekedar kumpulan fakta dan prinsip,
tetapi fisika adalah proses yang membawa pada prinsip-prinsip umum yang
mendeskripsikan tentang perilaku dunia fisik. Jadi tidak ada teori akhir yang dianggap
benar untuk selamanya, akan selalu ada kemungkinan pengamatan baru yang
memberikan bukti baru sehingga sebuah teori harus diperbaharui atau dibuang bila
ditemukan gejala-gejala tidak konsisten, tidak akan pernah dapat membuktikan bahwa
suatu teori selalu benar. Teori Fisika memiliki suatu Rentang Keberlakuan (Range of
Validity) yaitu hanya berlaku pada obyek, situasi, kondisi dan lingkungan tertentu,
sehingga diluar rentang tersebut teori tidak dapat berlaku.Seringkali suatu
perkembangan baru dalam fisika memperluas rentang keberlakuan suatu prinsip atau
teori fisika.Sebagai contoh yaitu Teori Galileo Galilei (1564-1642) tentang percobaan
menjatuhkan obyek ringan (bulu) dan obyek berat (peluru meriam) dari menara miring
Pisa, langkah induktif untuk menyimpulkan suatu prinsip atau teori bahwa percepatan
dari sebuah obyek yang jatuh tidak tergantung pada beratnya. Kedua benda tentu saja
tidak jatuh dengan laju yang sama, ini tidak berarti bahwa teori Galileo Galilei salah,
hanya tidak lengkap, kalau bulu dan peluru meriam dijatuhkan dalam ruang hampa
untuk menghilangkan pengaruh udara keduanya akan jatuh dengan laju yang sama.
Analisis Galileo tentang benda yang jatuh telah jauh diperluas setengah abad kemudian
dengan Hukum Gerak dan Hukum Gravitasi Newton.
C. MODEL IDEAL
Model adalah versi sederhana dari sebuah sistem fisika yang terlalu rumit untuk
dianalisis keseluruhan detailnya (untuk menyatakan replika skala kecil). Contoh untuk
menganalisis sebuah bola yang dilempar ke udara; bola tidak benar-benar bulat dan
tidak benar-benar tegar, tetapi berlapis-lapis dan berotasi ketika bergerak melewati
udara, angin dan udara mempengaruhi gerak, bumi berotasi di bawahnya, berat sedikit
berubah seiring berubahnya jarak bola ke pusat bumi, dan lain-lain. Kalau akan
dianalisis terlalu rumit dan sulit dilakukan, maka perlu disederhanakan, misal dengan
mengabaikan ukuran dan bentuk bola dengan menganggap sebagai obyek (partikel),
dengan mengabaikan gesekan udara dengan membuat bola bergerak dalam ruang
hampa, melupakan rotasi bumi, menganggap beratnya konstan, sehingga masalahnya
jadi sederhana untuk dianalisis.
Untuk membuat model ideal harus diperhatikan aspek-aspek yang paling penting
(esensial) dari sistem tersebut dan mengabaikan yang lainnya tetapi tidak terlalu
banyak. Dari contoh di atas maka bila pengaruh gravitasi diabaikan, maka model akan
meramalkan sebuah bola yang dilempar ke atas, bola itu akan bergerak sepanjang garis
lurus dan menghilang ke ruang angkasa. Ramalan Galileo Galilei tentang benda jatuh
mengacu pada model ideal dengan mengabaikan pengaruh hambatan udara, model ini
bekerja dengan baik untuk peluru meriam tetapi tidak untuk sehelai bulu.
Contoh:
Lintasan suatu partikel dinyatakan dengan x = A + Bt + Ct2. Dalam persamaan ini x
menunjukkan perpindahan (jarak yang ditempuh) dan t adalah waktu. Tentukan
dimensi dan satuan SI dari A, B dan C. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut ada
caranya (strategi), dimensi ruas kanan persamaan harus sama dengan ruas kiri yakni
dimensi perpindahan ( L ), karena ruas kanan merupakan penjumlahan dari tiga
besaran maka ketiganya hanya dapat dijumlahkan jika memiliki dimensi yang sama
yaitu dimensi perpindahan ( L ), sehingga penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
x = A + Bt + Ct2
Dimensi x = L dan dimensi t = T, sehingga :
L = ( A ) + ( B ) T + ( C ) T2
Sesuai dengan prinsip penjumlahan, maka dari persamaan di atas diperoleh :
(A)=L
(B)T=L ( B ) = L/T = L T -1
2
(C)T =L ( C ) = L/T2 = L T -2
Bila dimensi besaran sudah ditentukan, maka satuan SI dari besaran tersebut dengan
mudah dapat ditetapkan dengan memasukkan satuan-satuan SI untuk setiap dimensi
(meter untuk L, sekon untuk T).
Dimensi A = L, maka satuannya adalah m.
Dimensi B = L T -1, maka satuannya adalah m s-1.
Dimensi C = L T -2, maka satuannya adalah m s-2.
Analisis dimensi dalam fisika ada manfaatnya, yaitu :
1. Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisika setara atau tidak. Dua
besaran fisika hanya setara jika keduanya memiliki dimensi yang sama dan
keduanya termasuk besaran skalar atau keduanya termasuk besaran vektor.
2. Dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin
benar.
3. Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisika jika
kesebandingan besaran fisika tersebut dengan besaran-besaran fisika lainnya
diketahui.
Tabel 1. Besaran pokok, satuan dan dimensinya
Besaran pokok Satuan Singkatan Dimensi
Panjang meter m L
Massa kilogram kg M
Waktu sekon s T
Kuat Arus listrik ampere A I
Suhu kelvin K
Intensitas cahaya kandela cd N
Jumlah zat mol mol J
d = v.t
Jika d diukur dalam meter, maka hasil perkalian vt juga harus dinyatakan dalam meter.
Dengan mernggunakan contoh bilangan-bilangan di atas, maka dapat dituliskan :
10 m = ( 2 m/s )( 5 s )
F. KETIDAKPASTIAN
Dalam pengukuran suatu besaran selalu memiliki ketidakpastian. Dengan
memilih instrumen yang tepat dan melakukan pengukuran secara cermat serta
membaca hasil pengukuran dengan cara yang benar, tetapi sebagai manusia dan alat
ukur sebagai buatan manusia tidak mungkin sempurna, sehingga selalu ada kesalahan
(galat, error) dalam pengukuran, baik yang dilakukan oleh manusia maupun alat ukur.
Sebagai contoh bila mengukur ketebalan sampul subuah buku dengan
mengunakan mistar biasa (penggaris), hasil pengukuran hanya dapat diandalkan
kebenarannya sampai pada milimeter terdekat, misal 3 mm. Pernyataan hasil
pengukuran ini sebagai 3,00 mm adalah suatu kesalahan, karena keterbatasan alat ukur
yang digunakan. Jadi tidak dapat mengatakan bahwa ketebalan sampul buku 3,00 mm,
2, 75 mm, atau 3,13 mm. Jika mengunakan alat ukur jangka sorong dapat mengukur
sampai dua digit dibelakang koma (satuan mm) atau yang lebih teliti lagi mikrometer
sekrup dapat mengukur tiga digit dibelakang koma (satuan mm), maka hasil
pengukuran akan lebih teliti. Perbedaan antara dua hail pengkuran (misal mistar
dengan mikrometer sekrup) ini adalah pada kesalahan yang disebabkan adanya
ketidakpastian dalam pengukuran tersebut. Pengukuruan dengan mikrometer sekrup
mempunyai ketidakpastian yang lebih kecil.
Ketidakpastian disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengukuran.
Kesalahan (galat, error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar (x 0).
Ada tiga macam kesalahan, yaitu : (1) kesalahan umum (keteledoran), (2) kesalahan
acak, dan (3) kesalahan sistematis.
Kesalahan umum (keteledoran) umumnya disebabkan oleh keterbatasan
pengamat, diantaranya kekurangterampilan memakai alat ukur, terutama untuk alat
ukur canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diukur, atau kekeliruan
dalam melakukan pembacaan skala kecil.
Kesalahan acak (random error) disebabkan adanya fluktuasi-fluktuasi yang
halus pada kondisi-kondisi pengukuran. Contoh fluktuasi-fluktuasi halus yang
disebabkan oleh gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau baterai,
landasan yang bergetar dan bising. Kesalahan acak menghasilkan simpangan yang
tidak dapat diprediksi terhadap nilai benar (x 0), sehingga tiap bacaan mempunyai
peluang untuk berada di atas atau di bawah nilai benar. Kesalahan acak tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara mengambil rata-rata dari semua bacaan
hasil pengukuran. Pada saat sekumpulan bacaan mempunyai kesalahan acak kecil, yaitu
bacaan-bacaan ini dipencar dekat dengan nilai rata-rata, maka pengukuran adalah
presisi (tepat). Sebaliknya jika bacaan mempunyai kesalahan acak besar, yaitu
bacaan-bacaan dipencar jauh dari nilai rata-rata, maka pengukuran adalah tidak
presisi (tidak tepat). Contoh : suatu arloji digital murah yang menunjukkan waktu
10:35:47 AM sangat presisi (bahwa waktu dinyatakan sampai satuan sekon), tetapi jika
arloji bekerja beberapa menit terlambat maka waktu yang ditunjukkan sangat tidak
akurat.
Kesalahan sistematis menyebabkan kumpulan acak bacaan hasil pengukuran
didistribusi secara konsisten di sekitar rata-rata yang cukup berbeda dengan nilai
benar.Kesalahan sistematis dapat diprediksi dan dihilangkan. Dalam pengukuran
kesalahan sistematis dapat disebabkan oleh :
1. Kesalahan kalibrasi, yaitu kesalahan pembubuhan nilai pada garis skala pada
saat pembuatannya. Hal ini dapat mengakibatkan pembacaan terlalu besar atau
terlalu kecil sepanjang seluruh skala. Kesalahan ini diatasi dengan mengkalibrasi
ulang instrumen terhadap instrumen standar.
2. Kesalahan titik nol, seperti titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum
penunjuk atau kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke nol sebelum
melakukan pengukuran. Kesalahan ini diatasi dengan melakukan koreksi pada
penulisan hasil pengukuran.
3. Kasalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas yang digunakan atau
terjadi gesekan antara jarum dengan bidang skala.
4. Kesalahan arah pandang membaca nilai skala bila ada jarak antara jarum dan
garis-garis skala.
Penentuan nilai rata-rata tidak mengurangi kesalahan sistematis, karena itu penyebab
kesalahan ini harus dapat diketahui dan kemudian dihilangkan. Pada saat sekumpulan
bacaan hasil pengukuran mempunyai kesalahan sistematis kecil, maka pengukuran
adalah akurat. Jika kesalahan sistematis besar, maka pengukuran adalah tidak
akurat. Jadi akurasi dari nilai terukur yaitu seberapa dekat nilai terukur itu terhadap
nilai sebenarnya, biasanya dengan menuliskan bilangan diikuti simbol , dan bilangan
kedua yang menyatakan ketidakpastian pengukuran. Contoh diameter sebuah batang
baja dituliskan sebagai 56,47 0,02 mm, ini artinya nilai sebenarnya tidak mungkin
kurang dari 56,45 mm atau lebih dari 56,49 mm.
TUGAS PEKERJAAN RUMAH
1. Dengan analisis dimensi, buktikan bahwa usaha dan energi adalah dua
besaran skalar yang setara !
Keterangan :
v = kecepatan akhir
v0 = kecepatan awal
a = percepatan
s = perpindahan (jarak yang ditempuh)
= panjang gelombang
T = periode (waktu)
3. Jika gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola dengan jari-jari r
yang bergerak dengan kelajuan (kecepatan) v di dalam sejenis zat cair
kental dirumuskan sebagai F = k r v, dengan k adalah suatu
konstanta. Dengan analisis dimensi, tentukan dimensi dan satuan k !
VEKTOR DAN SKALAR
Vektor adalah besaran yang memiliki arah dan besar (nilai). Secara grafis suatu vektor
dinyatakan dengan sebuah anak panah yang panjangnya anak panah tertentu dengan
arah panah tertentu pula. Secara analitis suatu vektor dinyatakan dengan sebuah huruf
besar dalam abjad dengan diberi anak panah kecil di atas huruf itu, atau dengan huruf
besar yang tebal, misalnya A dan besarnya vektor A dinyatakan dengan A.
P A
A
l
Skalar adalah besaran yang yang hanya memiliki besar (nilai) saja. Skalar dinyatakan
dengan huruf kecil dalam abjad. Operasi hitung skalar mengikuti aturan-aturan yang
berlaku dalam operasi hitung aljabar, sedangkan operasi hitung vektor dengan aturan-
aturan tersendiri yang meliputi penjumlahan vektor, pengurangan vektor dan perkalian
vektor.
Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai besar (nilai) satuan. Jika A adalah vektor
dengan besar yang tidak sama dengan nol, maka :
A
---------- = vektor satuan dari vektor A
A
Suatu vektor dapat diuraikan menurut sistem sumbu bidang atau sistem sumbu ruang.
Bila diuraikan menurut sistem sumbu ruang, maka sistem sumbu ruang itu bisanya
sumbu yang saling tegak lurus terhadap sumbu sesamanya.Komponen dari vektor
satuan yang berada di sumbu X diberi notasi i, yang berada di sumbu Y diberi notasi j
dan yang berada di sumbu Z diberi notasi k. Ketiga satuan vektor tersebut (yaitu i, j, k)
dinamakan vektor satuan rektanguler, sehingga digunakan sistem koordinat
rektanguler.
Komponen dari suatu vektor A menurut sistem sumbu ruang yang berkaitan dengan
sistem rektanguler itu biasanya berawal dari titik O yang merupakan titik pertemuan
ketiga sumbu rektanguler. Jika (A1, A2, A3) merupakan koordinat rektanguler dari titik O,
maka vektor A1i, A2j dan A3k masing-masing dinamakan komponen rektanguler dari
vektor A dalam arah sumbu X, Y dan Z.
B
C=A+B
Setiap vektor dapat dipindah-pindahkan (digeser) pada garis sepanjang garis kerja
vektor tersebut.
Macam-macam hukum yang berlaku dalam operasi hitung penjumlahan
vektor
Jika diketahui vektor A, vektor B, vektor C, skalar m dan skalar n, maka berlaku
hukum, yaitu :
a. A + B = B + A hukum komutatif
e. ( m + n ) A = m A + n A hukum distributif
f. m ( A + B ) = m A + m B hukum distributif
A Х B = A B sin φ .u ( 0 <φ<π )
Keterangan :u adalah vektor satuan yang menunjukkan arah dari perkalian vektor
A dan vektor B.
c) Perkalian tripel
Jika diketahui tiga buah vektor, yaitu vektor A, vektor B dan vektor C, maka
hasil perkalian tripel ini dapat dinyatakan dengan :
A1 A 2 A 3
A .( BХC ) = B1 B 2 B 3
C1 C 2 C 3
Hasil perkalian ini merupakan sisi dari suatu parallepipedum dengan vektor A,
vektor B dan vektor C sebagai sisi parallepipedum tersebut. Dalam hal ini
berlaku :
Jika diketahui vektor A, vektor B dan vektor C, maka hasil perkalian tripel
dari ketiga vektor tersebut dapat dinyatakan dengan :
A Х (B Х C) = (A.C)B = (A.B)C
Bermacam rumus yang berlaku dalam operasi hitung perkalian vektor adalah
sebagai berikut :
a) Berlaku bahwa i .i = j .j = k .k = 1
i .j = j . k = k .i = 0
maka : A . B = A1 B1 + A2 B2 + A3 B3
a) Berlaku bahwa i Х i = j Х j = k Х k = 0
i Х j = k , j Х k = i , k Х i = j
b) Jika vektor A = A1i + A2j + A3k
i j k
AХB = A1 A2 A3
B1 B2 B3
yaitu merupakan luas suatu parallelogram dengan sisi vektor A dan vektor B.
A. HUKUM NEWTON
Hukum Newton menyatakan bahwa :
I. Setiap benda akan tetap dalam keadaan diam atau gerak lurus
beraturan,
II. Aksi yang ditimbulkan oleh gaya terhadap suatu benda yang mengakibatkan
III. Adanya aksi akan diimbangi oleh benda sehingga terjadi kesetimbangan.
Perlawanan benda terhadap aksi disebut reaksi yang dinyatakan dengan Faksi
= - Freaksi.
Berat benda yaitu besarnya gaya yang bekerja pada benda karena adanya tarikan
gravitasi bumi. Berat benda tergantung lokasi benda itu berada, sebuah gaya gravitasi
bumi itu berbeda-beda besarnya di tiap-tiap lokasi.
Massa benda itu merupakan berat benda yang tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi
bumi, artinya massa suatu benda itu selalu tetap disembarang lokasi (dimana pun)
benda itu berada di muka bumi.
Gaya suatu benda dinyatakan dengan w = m g, dimana m adalah massa benda dan g
adalah gaya gravitasi bumi.
C. G A Y A
Gaya adalah sesuatu yang menarik atau mendorong sebuah benda. Gaya merupakan
vektor. Bila sebuah gaya itu tidak setimbang bekerja pada sebuah benda, maka benda
itu memperoleh percepatan sesuai dengan arah gaya itu bekerja. Gaya yang tidak
setimbang yang bekerja pada suatu benda itu sebanding dengan massa dan percepatan
yang disebabkan gaya yang berubah-ubah itu.
Bila gaya yang bekerja pada sebuah benda yang bergerak arahnya sama dengan arah
gerak benda dikatakan dikatakan bahwa gaya itu memberi percepatan. Sebaliknya bila
arah gaya itu berlawanan dengan arah gerak benda dikatakan bahwa gaya itu memberi
perlambatan.
D. KOPPEL GAYA
Dua buah gaya yang besarnya sama tetapi arahnya saling berlawanan dan kedua gaya
itu tidak bekerja pada suatu garis gaya akan membentuk sebuah koppel gaya. Sebuah
Koppel gaya menimbulkan gerak rotasi. Koppel gaya diberi tanda positif kalau arah
rotasinya sesuai sesuai arah perputaran jarum jam, dan diberi tanda negatif kalau
rotasinya berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.
Moment sebuah koppel gaya yaitu hasil kali antara salah satu besar gaya dengan jarak
tegak lurus (lengan gaya) antara kedua gaya yang membentuk koppel gaya tersebut.
Rotasi
F F1
A B A B
a b F2 c
l koppel
Sebuah benda yang bergerak pada suatu permukaan datar biasanya akan mendapat
gaya perlawanan terhadap gaya gerak benda itu. Gaya perlawanan ini ditimbulkan oleh
permukaan datar dan dinamakan gaya gesekan. Ada dua macam gaya gesekan (F g),
yaitu :
F
Fgk
w=mg
Pada umumnya gaya antara dua benda yang bergesekan itu adalah :
a. Sebanding dengan gaya normal
Hukum gravitasi menyatakan bahwa gaya antara dua benda yang bermassa m 1 dan m2
dengan jarak r adalah gaya tarik menarik sepanjang garis penghubung kedua benda itu
dan besarnya adalah :
m 1 m2
r2
m B m2
r2
Gaya tarik ini merupakan berat benda. Sebagai reaksi terhadap berat benda, maka
bumi ditarik benda dengan gaya yang sama (Hukum Newton ketiga, aksi = reaksi).
Oleh karena massa itu terlalu besar, maka percepatan yang dialami tidak besar.
Menurut Hukum Newton kedua bahwa gaya tarik bumi akan menyebabkan percepatan
g menurut hubungan F = m g, sehingga percepatan gravitasi g dapat dinyatakan yaitu
F = m g atau :
F G m B m1 G mB
m r2m r2
2 G mB g
r3 r
dg dr
-------- = − 2 ------
g r
GERAK PADA GARIS LURUS
A. PENDAHULUAN
PELAJARAN FISIKA
MEKANIKA
Yaitu pelajaran yang berhubungan dengan gaya, bahan dan gerak.
Tujuan akhir adalah mengembangkan metode umum untuk menerangkan gerak.
KINEMATIKA
Yaitu bagian dari mekanika yang menerangkan tentang gerak.
DINAMIKA
Yaitu mempelajari hubungan antara gerak dan penyebabnya.
P1 x P2
0 x
x1 x2 ̶ x1 = ∆x
x2
START FINISH
∆x = x2 ̶ x1 …………………………………………………………………………… (1)
Definisi komponen x dari kecepatan rata-rata dengan lebih persis lagi yaitu komponen x
dari perpindahan ∆x dibagi selang waktu ∆t selama perpindahan terjadi. Besaran ini
dilambangkan dengan huruf v dengan subskrip “rt” untuk menandakan nilai rata-rata :
x2 ̶ x1 ∆x
vrt = -------------- = ------ ………………………………………………. (2)
t 2 ̶ t1 ∆t
Persamaan (2) adalah persamaan kecepatan rata-rata untuk gerak sepanjang garis
lurus.
Jadi untuk contoh di atas, x1 = 19 m, x2 = 277 m, t1 = 1,0 s dan t2 = 4,0 s, sehingga
dari persamaan (2) dihasilkan :
x2 ̶ x 1 277 m ̶ 19 m 258 m
vrt = ------------- = -------------------- = ----------- = 86 m/s
t 2 ̶ t1 4,0 s ̶ 1,0 s 3,0 s
Kecepatan rata-rata mobil sedan adalah positif, artinya selama selang waktu, koordinat
x bertambah dan mobil sedan bergerak pada arah x positif (ke arah kanan, seperti pada
contoh gambar 1 di atas).
Jika partikel bergerak ke arah x negatif selama suatu selang waktu, kecepatan rata-rata
untuk selang waktu tersebut akan negatif. Contoh : misal sebuah truk bergerak ke kiri
sepanjang lintasan, truk berada di x1 = 277 m pada saat t1 = 16,0 s dan berada di x2 =
19 m pada saat t2 = 25,0 s, sehingga ∆x = (19 m ̶ 277 m) = ̶ 258 m dan ∆t = (25,0 s
̶ 16,0 s ) = 9,0 s, dan komponen dari kecepatan rata-rata adalah v rt = ∆x/∆t = ( ̶
258 m)/(9,0 s) = ̶ 29 m/s.
P2 ∆x P1
0 x
x2 x2 ̶ x1 = ∆x
x1
FINISH START
Gambar 2. Posisi truk pada dua waktu selang pergerakannya titik P 1 dan P2 mengacu
pada gerak mobil.
Kapan saja x positif dan bertambah atau x negatif dan semakin tidak negatif (menuju
ke kanan), partikel bergerak ke arah x positif dan v rt positif (gambar 1). Jika x positif
dan berkurang atau x negatif dan menjadi semakin negatif, partikel bergerak ke arah x
negatif dan vrt negatif (gambar 2).
∆x dx
v = lim ------- = -------- …………………………………………………. (3)
∆t 0 ∆t dt
Selang waktu ∆t selalu diasumsikan positif, sehingga v mempunyai tanda aljabar yang
sama dengan ∆x. Jika sumbu x positif mengarah ke kanan (gambar 1), nilai positif v
menandakan bahwa x bertambah tinggi dan gerakan mengarah ke kanan; nilai negatif
dari v menandakan x berkurang dan gerakan mengarah ke kiri. Benda dapat
mempunyai x positif dan v negatif atau sebaliknya, x menyatakan dimana benda
tersebut, sedang v menyatakan bagaimana benda bergerak.
Kecepatan sesaat sama seperti kecepatan rata-rata adalah besaran vector. Persamaan
(3) mendefinisikan komponen x kecepatan sesaat yang dapat positif dan negatif. Dalam
gerak pada garis lurus, semua komponen lain kecepatan sesaat adalah nol, dan v cukup
disebut sebagai kecepatan sesaat saja. Ketika digunakan kata “kecepatan” (velocity),
selalu diartikan sebagai kecepatan sesaat, bukan kecepatan rata-rata.
Kecepatan dan laju dapat digunakan bergantian dalam bahasa sehari-hari, tetapi
keduanya mempunyai definisi sendiri-sendiri dalam fisika. Istilah laju (speed) untuk
menunjukkan jarak yang ditempuh dibagi waktu, apakah itu laju rata-rata ataupun laju
sesaat. Laju sesaat mengukur berapa cepat sebuah partikel bergerak , sedangkan
kecepatan sesaat mengukur seberapa cepat dan ke arah mana partikel bergerak.
Contoh : sebuah partikel mempunyai kecepatan sesaat v = 25 m/s dan partikel kedua
dengan v = ̶ 25 m/s bergerak pada arah yang berlawanan pada laju sesaat yang sama
25 m/s. Laju sesaat adalah besar dari kecepatan sesaat, sehingga laju sesaat tidak
pernah negatif. Laju rata-rata bukan besar dari kecepatan rata-rata . Contoh : pada
tahun 1994 Alexander Popov menciptakan rekor renang jarak 100,0 m dalam waktu
48,21 s, laju rata-ratanya adalah (100,0 m)/(48,21 s) = 2,074 m/s, tetapi karena
berenang dua kali panjang kolam 50 m, start dan finish pada titik yang sama,
menghasilkan total perpindahan nol dan kecepatan rata-rata nol untuk usahanya. Laju
rata-rata dan laju sesaat adalah besaran skalar, karena keduanya tidak mengandung
informasi tentang arah.
Contoh Soal :
Seekor harimau siap melompat dalam suatu penyergapan 20 m sebelah timur
persembunyian pengamat. Pada saat t = 0 harimau menyerang seekor kijang tepat
pada 50 m sebelah timur pengamat. Harimau berlari disepanjang garis lurus. Hasil
analisis dari rekaman kamera video sesudahnya memperlihatkan bahwa pada 2,0 s
pertama dari penyerangan, koordinat harimau x berubah terhadap waktu mengikuti
persamaan x = 20 m + (5,0 m/s2)t2. (Ingat bahwa satuan untuk 20 dan 5,0 harus
seperti yang terlihat agar dimensi persamaan konsisten). Pertanyaan : (a) Hitung
perpindahan harimau dalam selang waktu antara t 1 = 1,0 s dan t2 = 2,0 s. (b) Hitung
kecepatan rata-rata selama selang waktu yang sama. (c) Hitung kecepatan sesaat pada
saat t1 = 1,0 s dengan mengambil ∆t = 0,1 s, ∆t = 0,01 s dan ∆t = 0,001 s. (d)
Turunkan persamaan umum untuk kecepatan sesaat sebagai fungsi dari waktu dan dari
persamaan tersebut hitung v pada t1 = 1,0 s dan t2 = 2,0 s.
Penyelesaian :
Pengamat Harimau kijang
t0 = 0 t1 = 1,0 s t2 = 2,0 s
0 x0 x1 x2 x
20 m
50 m
∆x = x2 ̶ x1 = 40 m ̶ 25 m = 15 m
x2 ̶ x1 40 m ̶ 25 m 15 m
vrt = ------------- = ------------------ = --------- = 15 m/s
t 2 ̶ t1 2,0 s ̶ 1,0 s 1,0 s
(d) Kecepatan sesaat sebagai fungsi waktu dengan cara mengambil turunan dari
persamaan tersebut untuk x terhadap t. Untuk setiap n turunan dari t n adalah ntn-1,
sehingga turunan dari t2 adalah 2t, sehingga :
dx
v = ------- = (5,0 m/s2)(2t) = (10,0 m/s2)t
dt
Pada saat t = 1,0 s, maka v = (10,0 m/s 2)(1,0 s) = 10,0 m/s seperti hasil yang
diperoleh pada soal (c). Pada saat t = 2,0 s, maka v = (10,0 m/s 2)(2,0 s) = 20
m/s.
Pada saat t1 partikel berada pada titik P1 dan mempunyai komponen x dari kecepatan
(sesaat) v1, dan pada waktu berikutnya t2 partikel tersebut berada pada titik P2 dan
mempunyai komponen x dari kecepatan (sesaat) v 2, maka komponen x dari perubahan
kecepatan ditunjukkan oleh nilai ∆v = v 2 ̶ v1 selama selang waktu ∆t = t 2 ̶ t1. Definisi
percepatan rata-rata (average acceleration) art dari partikel saat partikel tersebut
bergerak dari titik P1 ke titik P2 sebagai besaran vector yang komponen x-nya adalah
∆v, perubahan komponen x dari kecepatan dibagi selang waktu ∆t :
v 2 ̶ v1 ∆v
art = ------------ = ------- ………………………………………………. (4)
t 2 ̶ t1 ∆t
Jika kecepatan dalam meter per sekon dan waktu dalam sekon, maka percepatan rata-
rata adalah dalam meter per sekon per sekon atau (m/s)/s dan biasa ditulis dalam m/s 2.
Perlu diingat bahwa kecepatan menggambarkan laju dan arah gerak benda pada setiap
saat, sedang percepatan menggambarkan bagaimana laju dan arah gerak tersebut
berubah terhadap waktu.
Definisi percepatan sesaat (instantaneous acceleration) mengikuti prosedur yang sama
dengan yang digunakan untuk mendefinisikan kecepatan sesaat. Misal mobil balap
memasuki lintasan garis lurus, mencapai titik P 1 pada saat t1 bergerak dengan
kecepatan v1, kemudian melewati titik P2 dekat garis finish pada saat t2 dengan
kecepatan v2.
v1 v2
0 P1 P2 x
Untuk mendefinisikan percepatan sesaat pada titik P 1, maka diambil titik kedua P 2 pada
gambar 4 bergerak mendekat dan makin dekat dengan titik pertama P 1, sehingga
percepatan rata-rata dihitung pada selang waktu yang makin lama makin kecil.
Percepatan sesaat adalah limit dari percepatan rata-rata pada saat selang waktu
mendekati nol. Dalam bahasa kalkulus, percepatan sesaat sama dengan laju perubahan
sesaat dari kecepatan terhadap waktu.
∆v dv
a = lim ------ = ------ ………………………………………………… (5)
∆t 0 ∆t dt
Persamaan (5) sesungguhnya adalah definisi dari komponen x vector percepatan, pada
gerak di garis lurus, semua komponen lain dari vector ini adalah nol. Percepatan sesaat
memainkan peranan yang sangat penting dalam hukum mekanika. Untuk seterusnya
kata “percepatan” akan selalu mengartikannya sebagai percepatan sesaat, bukan
percepatan rata-rata.
Contoh Soal :
Misal kecepatan v dari mobil pada gambar 4 pada setiap saat diberikan oleh persamaan
v = 60 m/s + (0,50 m/s 3)t2(Ingat untuk angka 60 dan 0,50 harus seperti terlihat agar
dimensi persamaan konsisten).
Pertanyaan :
(a) Hitung perubahan kecepatan mobil pada selang waktu antara t 1 = 1,0 s dan t2 =
3,0 s.
(c) Hitung percepatan sesaat pada waktu t1 = 1,0 s dengan mengambil ∆t pertama
0,1 s, lalu 0,01 s dan kemudian 0,001 s.
(d) Turunkan persamaan untuk percepatan sesaat pada setiap saat dan gunakanlah
untuk menghitung percepatan pada t = 1,0 s dan t = 3,0 s.
Penyelesaian :
(a) Pertama dihitung kecepatan di setiap saat dengan mensubstitusikan nilai t ke
dalam persamaan.
Pada t1 = 1,0 s, maka v1 = 60,0 m/s + (0,50 m/s3)(1,0 s)2 = 60,5 m/s
Pada t2 = 3,0 s, maka v2 = 60,0 m/s + (0,50 m/s3)(3,0 s)2 = 64,5 m/s
∆v v 2 ̶ v1 4,0 m/s
art = ----- = ----------- = ----------- = 2,0 m/s 2
∆t t 2 ̶ t1 2,0 s
Selama selang waktu dari t1 = 1,0 s dan t2 = 3,0 s, kecepatan dan percepatan
rata-rata mempunyai tanda aljabar yang sama (pada kasus ini positif) dan laju
mobil naik.
(c) Jika ∆t = 0,1 s, maka t2 = 1,1 s dan v2 = 60 m/s + (0,50 m/s3)(1,1 s)2 = 60,605
m/s
∆v 0,105 m/s
∆t 0,1 s
Dengan cara yang sama (analog) untuk ∆t = 0,01 s dan ∆t = 0,001 s, maka
hasilnya adalah art = 1,005 m/s2 dan art = 1,0005 m/s2. Jika ∆t diambil makin
kecil, maka percepatan rata-rata mendekati 1,0 m/s 2, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa percepatan sesaat pada t = 1,0 s adalah 1,0 m/s2.
(d) Percepatan rata-rata adalah a = dv/dt, turunan dari sebuah konstanta adalah
nol, dan turunan dari t2 adalah 2t, sehingga dengan menggunakan ini dipeoleh :
dv d
a = ------ = ----- 60,0 m/s + (0,5 m/s3)(t2) = (0,50 m/s3)(2t) = (1,0 m/s3)t
dt dt
Jadi tidak ada satupun dari nilai-nilai ini yang sama dengan percepatan rata-rata
yang diperoleh pada soal bagian (b). Percepatan sesaat dari mobil ini berubah
dari waktu ke waktu, dan para insinyur otomotif sering menyebut laju perubahan
percepatan terhadap waktu ini sebagai sebagai ”sentakan”.
Istilah perlambatan kadangkala digunakan untuk pengurangan laju, karena hal ini dapat
berarti a yang positif atau negatif, tergantung pada tanda dari v. Percepatan benda
dapat dilihat dari grafik posisi benda (x) terhadap waktu a = dv/dt dan v = dx/dt, maka
a dapat ditulis :
dv d dx d2x
a = ------- = ------ ----- = -------- ………………………. (6)
dt dt dt dt2
0 t t
at
v
v0
v0
0 t t
Gambar 6. Grafik hubungan kecepatan – waktu (v-t) untuk gerak pada garis lurus
dengan percepatan konstan positif a. Kecepatan awal v 0 juga positif.
Gambar 5 dan gambar 6 memperlihatkan gerak pada garis lurus dengan percepatan
konstan positif a dalam bentuk grafik. Oleh karena percepatan a konstan, grafik
hubungan a-t (grafik percepatan terhadap waktu) pada gambar 5 berupa garis lurus
horizontal, sedang pada gambar 6 grafik kecepatan terhadap waktu mempunyai
kemiringan yang konstan karena percepatan konstan sehingga grafik hubungan v-t juga
berupa garis lurus.
Pada waktu percepatan konstan, persamaan untuk posisi x dan kecepatan v sebagai
fungsi dari waktu dengan mudah dapat diturunkan. Dalam persamaan (4) untuk
percepatan rata-rata dapat diganti dengan percepatan (sesaat) konstan a, sehingga
diperoleh :
v 2 ̶ v1
a = ------------ …………………………………………………………………… (7)
t 2 ̶ t1
Kemudian diambil t1 = 0 dan t2 pada setiap sebarang waktu berikutnya t, digunakan
simbol v0 untuk kecepatan awal pada t = 0, kecepatan pada waktu berikutnya t adalah
v, maka persamaan (7) menjadi :
v ̶ v0
a = ---------- atau v = v0 + at ……………………………. ( 8)
t ̶ 0
Persamaan untuk posisi x dari partikel yang bergerak dengan percepatan konstan dapat
diturunkan dari dua rumus yang berbeda untuk kecepatan rata-rata v rt selama selang
waktu dari t = 0 ke setiap waktu berikutnya t. Rumus pertama diambil dari definisi v rt
persamaan (2) yang tetap berlaku terlepas percepatan konstan maupun tidak. Posisi
pada saat t = 0 sebagai posisi awal dituliskan sebagai x 0, posisi pada saat berikutnya t
ditulis x. Untuk selang waktu ∆t = t – 0 dan perpindahan untuk selang waktu tersebut
∆x = x ̶ x0, sehingga persamaan (2) memberikan :
x ̶ x0
vrt = ----------- …………………………………………………………………. (9)
t
Dapat juga diperoleh rumus kedua untuk v rt yang berlaku hanya ketika percepatan
konstan, sehingga grafik v-t adalah sebuah garis lurus (seperti gambar 6) dan
perubahan kecepatannya konstan. Kecepatan rata-rata selama setiap selang waktu
tidak lain merupakan rata-rata aritmatika dari kecepatan-kecepatan pada saat awal dan
akhir selang. Untuk selang waktu 0 sampai t, maka :
v0 + v
vrt = ---------------- …………………………………………………………. (10)
2
Dengan percepatan konstan, kecepatan v pada setiap saat t juga diberikan oleh
persamaan (8). Dengan memasukkan persamaan untuk v tersebut ke persamaan (10)
diperoleh vrt untuk percepatan konstan :
x ̶ x0
v0 + ½ at = ------------- atau
t
Persamaan (8) dan persamaan (12) apakah konsistensi dengan asumsi percepatan
konstan dapat diperiksa dengan cara menurunkan persamaan (12), diperoleh :
dx
v = ------- = v0 + at ini adalah persamaan (8)
dt
dv d
------- = ------ v0 + at = a
dt dt
Jadi persamaan (8) dan persamaan (12) konsistensi dengan asumsi percepatan konstan
Hubungan antara posisi, kecepatan dan percepatan yang tidak melibatkan waktu akan
sangat berguna pada banyak persoalan. Pertama-tama diselesaikan dulu persamaan (8)
untuk t, kemudian hasilnya disubstitusikan ke persamaan (12) dan disederhanakan :
v ̶ v0
t = -----------,
a
2
v ̶ v0 v ̶ v0
x = x0 + v 0 ---------- + ½a ---------
a a
Suku x0 dipindahkan ke sisi kiri dan seluruhnya dikalikan dengan 2a, sehingga didapat :
Ada satu lagi hubungan yang sangat bermanfaat dengan menyamakan dua persamaan
untuk vrt, yaitu persamaan (9) dan persamaan (10) :
x ̶ x0 v0 + v
-------------- = -------------
t 2
v0 + v
x ̶ x0 = --------------- t ……………………………………………….. (14)
2
Contoh Soal :
Seorang pemuda mengendari sepeda motor menuju ke arah timur melalui kota Klaten
dan mempercepat laju motornya setelah melewati sebuah rambu penunjuk jalan yang
menandai batas kota tersebut. Percepatannya konstan sebesar 4,0 m/s 2. Pada saat t =
0, ia berada 5,0 m sebelah timur rambu penunjuk jalan, bergerak ke timur pada 15
m/s.
Pertanyaan :
(a) Carilah posisi dan kecepatannya pada saat t = 2,0 s.
Penyelesaian :
Rambu penunjuk jalan diambil sebagai titik asal koordinat (x = 0), dan memilih sumbu
x positif kearah timur. Pada waktu awal t = 0 posisi adalah x 0 = 5,0 m, dan kecepatan
awal adalah v0 = 15 m/s. Percepatan konstannya adalah a = 4,0 m/s 2.
a = 4,0 m/s2
v0 = 15 m/s v
0 x0, t0 x x (timur)
(a) Nilai-nilai yang tidak diketahui adalah posisi x dan kecepatan v pada waktu
berikutnya t = 2,0 s. Posisi ditentukan dengan menggunakan persamaan (12)
yang akan menghasilkan posisi x sebagai fungsi waktu :
x = x0 + v0t + ½ at2
v = v0 + at
Apakah hasil-hasil tersebut masuk akal ? Sepeda motor dipercepat dari 15 m/s
(sekitar 34 mil/jam atau 54 km/jam) menjadi 23 m/s (sekitar 51 mil/jam atau 83
km/jam) dalam 2,0 sekon sewaktu menempuh jarak (43,0 m – 5,0 m) = 38 m
(sekitar 125 ft). Hal ini adalah percepatan yang sangat tinggi, hanya dapat
dilakukan oleh sepeda motor yang mempunyai kinerja tinggi.
(b) Ingin diketahui nilai x ketika v = 25 m/s. Dari jawaban (a) dapat dilihat bahwa
hal ini terjadi ketika pada waktu yang lebih besar dari 2,0 s dan pada titik yang
lebih jauh dari 43 m dari rambu penunjuk jalan. Dari persaman (13) :
v2 = v02 + 2a ( x – x0)
v2 ̶ v02
x = x0 + --------------
2a
x = 5,0 m + ------------------------------ = 55 m
2 (4,0 m/s2)
Alternatif lain persamaan (8) juga dapat digunakan untuk mencari waktu ketika v
= 25 m/s :
v = v0 + at, maka :
v ̶ v0 25 m/s ̶ 15 m/s
a 4,0 m/s
x = x0 + v0t + ½ at2
= 55 m
art
0 t1 ∆t t2 t
Gambar 7. Daerah di bawah grafik a-t antara waktu t1 dan t2 sama dengan perubahan
kecepatan v2 – v1, yang terjadi antara kedua waktu tersebut.
Gambar 7 adalah grafik dari percepatan terhadap waktu untuk benda yang
percepatannya tidak konstan tetapi bertambah terhadap waktu. Dari persamaan (4)
perubahan kecepatan ∆v selama ∆t adalah :
∆v = art ∆t
Perubahan kecepatan total selama setiap selang (dari t 1 ke t2) adalah jumlah dari
perubahan-perubahan kecepatan ∆v dalam selang waktu kecil. Perubahan kecepatan
total dinyatakan secara grafis oleh total luas daerah dibawah kurva a-t antara garis
vertikal t1 dan t2.
Dalam limit, semua ∆t menjadi sangat kecil dan jumlahnya menjadi sangat banyak, nilai
dari art untuk selang dari setiap waktu t ke t + ∆t mendekati percepatan sesaat a pada
waktu t. Dalam limit ini luas daerah di bawah kurva a-t adalah integral dari a (yang
secara umum adalah fungsi t) dari t 1 ke t2. Jika v1 adalah kecepatan dari benda pada
waktu t1 dan v2 adalah kecepatan pada waktu t2, maka :
v2 t2
v2 ̶ v1 = ∫ dv = ∫ a dt …………………………………………………. (15)
v1 t1
Dengan cara yang sama dengan kurva dari kecepatan terhadap waktu, v secara umum
adalah fungsi t. Jika x1 adalah posisi benda pada waktu t1 dan x2 adalah posisi benda
pada waktu t2, berdasarkan persamaan (2) perpindahan ∆x selama selang waktu yang
kecil ∆t sama dengan vrt∆t, vrt adalah kecepatan rata-rata selama ∆t. Perpindahan total
x2 – x1 selama selang waktu t2 – t1 yaitu :
x2 t2
x2 ̶ x1 = ∫ dx = ∫ v dt …………………………………………………… (16)
x1 t1
Perubahan posisi x atau perpindahan adalah integral waktu dari kecepatan v. Secara
grafis perpindahan antara t1 dan t2 adalah luas daerah di bawah kurva a-t antara kedua
waktu tersebut (sama dengan v yang didapat dari persamaan (8)).
Jika t1 = 0 dan t2 adalah setiap waktu sesudahnya t, dan jika x 0 dan v0 berturut-turut
adalah posisi dan kecepatan pada waktu t = 0, maka persamaan (15) dan (16) dapat
ditulis kembali sebagai berikut :
t
v = v0 + ∫ a dt ……………………………………………………………. (17)
x = x0 + ∫ v dt ……………………………………………………………. (18)
Disini x dan v adalah posisi dan kecepatan pada waktu t. Jika percepatan a diketahui
sebagai fungsi waktu dan kecepatan v0 diketahui, maka persamaan (17) dapat
digunakan untuk mencari kecepatan v pada setiap waktu, dengan kata lain mencari v
sebagai fungsi waktu. Bila fungsi ini sudah diketahui dan mendapatkan posisi awal x 0,
maka persamaan (18) dapat digunakan untuk mencari posisi x pada setiap waktu.
Contoh soal :
Gunakanlah persamaan (17) dan (18) untuk mencari v dan x sebagai fungsi waktu
dalam kasus dengan percepatan konstan. Bandingkan hasilnya persamaan kecepatan
konstan v = v0 + at dari persamaan (8) dan x = x 0 + v0t + ½ at2 dari persamaan (12)
tanpa menggunakan integral !
Penyelesaian :
t t
v = v0 + ∫ a dt = v0 + a ∫ dt = v0 + at
0 0
Sebelumnya dapat mengeluarkan a dari persamaan integral karena a bernilai konstan,
sehingga hasil yang diperoleh identik dengan persamaan (8) seperti yang seharusnya
terjadi. Substitusikan persamaan untuk v ke dalam persamaan (18) diperoleh :
t t
x = x0 + ∫ v dt = x0 + ∫ (v0 + at) dt
0 0
Oleh karena v0 dan a adalah konstanta, sehingga keduanya dapat dikeluarkan dari
integral :
t t
x = x0 + v0 ∫ dt + a ∫ t dt = x0 + v0t + ½ at2
0 0
Hasil tersebut sama dengan persamaan (12). Persamaan untuk v dan x, persamaan
(17) dan (18) yang dikembangkan untuk menghadapi kasus dengan percepatan
tergantung pada waktu (percepatan tidak konstan), dapat digunakan sama baiknya
ketika percepatan konstan.
PENGGUNAAN HUKUM-HUKUM NEWTON
Prinsip fisika yang penting dari hukum pertama Newton adalah bila sebuah benda tetap
dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan dalam suatu kerangka
acuan inersia, maka jumlah vektor dari gaya-gaya yang bekerja padanya (resultante
gaya) haruslah nol.
Penyelesaian : y y y
TC pada R
WR = 100 N TR pada G
aksi
x reaksi x x
Wg WR
WG = 500 N
WG TR pada G FR pada C
Fy = TR pada G + (-WG) = 0
TR pada G = WG = 500 N
Tegangan pada ujung bawah tali tambang sama dengan berat benda tersebut.
Kedua gaya yang bekerja pada benda mempunyai besar yang sama 500 N dengan arah
yang berlawanan, tetapi kedua gaya itu bukan pasangan aksi reaksi, alasannya adalah
bahwa berat dan gaya tegangan tali tambang, gambar (b), keduanya bekerja pada
benda, padahal gaya-gaya aksi dan reaksi selalu bekerja pada benda-benda yang
berlainan. Kedua gaya ini sama besar tetapi arahnya berlawanan karena hukum
pertama Newton ( Fy = 0), bukan karena hukum ketiga Newton. Berat benda
merupakan gaya tarik (ke bawah) oleh bumi pada benda. Gaya reaksinya adalah gaya
tarik pada bumi oleh benda yang besarnya sama namun arahnya berlawanan (ke atas).
Gaya ini bekerja pada bumi bukan pada benda, oleh karena itu tidak tampak pada
diagram benda bebas untuk benda.
Gambar (c) menunjukkan diagram benda bebas untuk tali. Reaksi terhadap gaya ke
atas sebesar 500 N yang diberikan oleh tali tambang pada benda adalah gaya ke bawah
yang diberikan benda pada tali tambang. Sesuai dengan hukum ketiga Newton,
besarnya TG pada R dari gaya ke bawah ini juga sebesar 500 N. Gaya-gaya lain yang
bekerja pada tali adalah beratnya sendiri (100N) dan gaya ke atas (T C pada R) yang
diberikan oleh langit-langit pada ujung atas tali tambang. Komponen y dari gaya yang
bekerja pada ujung atas tali tambang adalah + T C pada R, komponen gaya dalam arah y
yang bekerja pada ujung bawah tali – T G pada R = - 500 N, dan komponen berat dalam
arah y adalah – WR = - 100 N. Untuk tali persamaan kondisi kesetimbangan Fy = 0
memberikan :
Penyelesaian :
y y
60
T3 T1 T3 sin 60 T3
T2 O
60
T1 x T2 x
O T3 cos 60
w T1
w
Gambar (b) adalah diagram benda bebas dari mesin. Dua buah gaya yang bekerja pada
mesin adalah beratnya dan gaya ke atas yang diberikan oleh rantai vertikal, dapat
disimpulkan bahwa T1 = w. Rantai-rantai horizontal dan miring tidak memberikan gaya
pada mesin, karena tidak menyentuh mesin, tetapi memberikan gaya pada ring dimana
ketiga rantai tersambung. Oleh karena itu ring ditinjau sebagai sebuah partikel yang
berada dalam kesetimbangan, yang beratnya sendiri dapat diabaikan.
Gambar (c) adalah diagram benda bebas untuk ring. T 1, T2 dan T3 merupakan besar
dari gaya-gaya tersebut, arahnya ditentukan oleh vektor pada diagram itu. Suatu sistem
sumbu koordinat x-y juga ditunjukkan, dan gaya yang besarnya T 3 telah diuraikan
menjadi komponen-komponen x dan y-nya. Rantai vertikal memberikan gaya-gaya
dengan besar yang sama T1 pada kedua ujung-ujungnya, ke atas pada mesin di gambar
(b) dan ke bawah pada ring dalam gambar (c), hal ini disebabkan berat dari rantai
dapat diabaikan.
Dengan menggunakan kondisi-kondisi kesetimbangan untuk ring, maka persamaan
untuk komponen x dan y ditulis secara terpisah. (komponen-komponen x dan y tidak
pernah dijumlahkan bersama-sama dalam sebuah persamaan).
T1 w
T3 = ------------- = ----------- = 1,155 w
sin 60 sin 60
cos 60
T2 = T3 cos 60 = w ------------- = 0,577 w
Sin 60
Dengan demikian ketiga tegangan tersebut dapat dinyatakan sebagai kelipatan dari
berat mesin w, yang diasumsikan diketahui, sehingga :
T1 = w
T2 = 0,577 w
T3 = 1,155 w
T1 = 2200 N
T2 = (0,577)(2200 N) = 1270 N
T3 = (1,155)(2200 N) = 2540 N
Rantai yang dipasangkan ke langit-langit memberikan sebuah gaya pada ring yang
besarnya T3, yang lebih besar dari pada berat mesin. Komponen vertikal dari gaya ini
sama dengan T1 sehingga sama dengan w, tetapi jika gaya ini juga mempunyai sebuah
komponen horizontal, maka besar T3 haruslah lebih besar daripada w, karena rantai
menyentuh langit-langit akan mengalami tegangan terbesar dan menjadi rantai yang
paling rentan putus.
B. HUKUM KEDUA NEWTON : DINAMIKA PARTIKEL
Prinsip fisika yang penting dalam hukum kedua Newton adalah pada benda-benda yang
sedang melakukan percepatan sehingga tidak berada dalam keadaan kesetimbangan.
Dalam kasus ini gaya total yang bekerja pada benda tersebut tidaklah nol, tetapi sama
dengan massa benda dikali dengan percepatannya :
Perlu ditekankan bahwa besaran ma bukanlah sebuah gaya, besaran ini bukan
merupakan suatu tarikan atau dorongan yang diberikan oleh apapun di dalam
lingkungan benda tersebut. Semua yang dikatakan dalam persamaan (3) dan (4) adalah
bahwa percepatan a sebanding dengan gaya total F. Ketika menggambar diagram
benda bebas untuk sebuah benda yang tidak berada dalam keadaan setimbang, harus
dipastikan bahwa tidak pernah menyertakan “gaya ma” karena gaya semacam itu
tidak ada (besaran ma bukanlah sebuah gaya dan tidak boleh dimasukkan ke dalam
diagram benda bebas). Kadang-kadang vektor percepatan a akan digambar bersama-
sama disamping diagram benda bebasnya, percepatan tidak pernah akan digambar
dengan ekornya menyentuh benda itu (suatu posisi yang sengaja dicadangkan untuk
gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut).
Contoh 1. Percepatan satu dimensi. Sebuah perahu es berada dalam keadaan diam
pada suatu permukaan datar yang licin. Berapakah gaya horizontal F yang harus
diberikan (disepanjang arah runnernya) agar perahu es tersebut pada akhir 4,0 s
mempunyai kecepatan 6,0 m/s (22km/jam, atau 13 mil/jam) ? Bila diketahui massa
perahu es dan pengemudinya adalah 200 kg.
Penyelesaian :
Gaya-gaya yang bekerja pada perahu es dan pengemudinya adalah gaya berat, gaya
normal yang diberikan oleh permukaan dan gaya horizontal F.
F x
w = mg
Gambar sebelah kanan menunjukkan sebuah diagram benda bebas dan sebuah sistem
koordinat. Gaya yang tidak diketahui tersebut dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 4, dimulai dengan mencari percepatannya. Komponen y dari percepatan
sama dengan nol, kemudian dapat diperoleh komponen x percepatan dari data-data
kecepatannya. Gaya-gaya tersebut seluruhnya konstan sehingga a x juga tetap, sehingga
dapat digunakan salah satu dari persamaan gerak dengan percepatan tetap, yaitu v =
v0 + at, karena perahu es bergerak mulai dari keadaan diam, maka :
F = (200 kg) (1,5 m/s2) = 300 kg.m/s2 = 300 N (sekitar 75 lb dalam sistem British).
ay = 0
Fy = + (- mg) = may = 0,
= w = mg = (200 kg) (9,8 m/s2) = 1960 kg.m/s2 = 1960 N (sekitar 440 lb).
Besarnya gaya normal dalam situasi ini sama dengan berat perahu es dan
pengemudinya karena percepatan vertikalnya nol, permukaannya horizontal dan gaya-
gaya ini saja yang merupakan gaya-gaya vertikal yang bekerja.
Contoh 2. Andaikan dalam situasi contoh 1 gerakan perahu es dilawan oleh suatu gaya
gesekan horizontal yang konstan dengan besar 100 N. Sekarang berapakah gaya F
yang harus diberikan pada perahu es agar dalam waktu 4,0 s perahu ini mempunyai
kecepatan 6,0 m/s.
y
f F x
w = mg
Penyelesaian :
Percepatannya sama seperti sebelumnya, ax = 1,5 m/s2. Diagram benda bebas
ditunjukkan dalam gambar di atas, bedanya dengan diagram benda bebas pada contoh
1 adalah dengan adanya penambahan gaya gesekan f (ingat besar gaya ini f = 100 N,
merupakan suatu besaran yang positif, tetapi komponennya dalam arah x adalah
negatif, sama dengan – f atau -100 N. Sekarang hukum kedua Newton memberikan :
Fx = F + (- f) = max,
F = max +f = (200 kg) (1,5 m/s2) + (100 N) = (300 kg.m/s2) + (100 N)
= (300 N) + (100 N) = 400 N
Jadi diperlukan 100 N untuk mengatasi gesekan dan 300 N lagi untuk memberikan
percepatan yang dibutuhkan kepada perahu es tersebut.
Contoh 3.Tegangan pada sebuah kabel elevator (Lif). Massa total sebuah elevator
berikut bebannya adalah 800 kg. Elevator ini awalnya bergerak ke bawah dengan
kecepatan 10,0 m/s, kemudian elevator diberi percepatan yang tetap sehingga berhenti
setelah menempuh jarak 25,0 m. Carilah tegangan T pada kabel penahannya pada
waktu elevator itu sedang menuju ke keadaan diam.
Penyelesaian :
y
ay
w = mg
Gaya-gaya yang bekerja pada elevator (Lif) hanyalah berat levator dan gaya tegangan
dari kabel. Vektor percepatannya seperti pada gambar sebelah kanan di atas, digambar
di luar karena vektor ini bukan merupakan gaya. Digunakan persamaan 4 untuk
mencari T, dengan pertama-tama dicari percepatannya. Cara yang paling mudah untuk
mencarinya adalah dengan menggunakan rumus percepatan tetap v 2 = v02 + 2ay (y –
y0). Dengan mengambil sumbu y ke atas berharga positif, maka v 0 = - 10,0 m/s, v = 0,
dan y – y0 = 25,0 m. Dengan demikian :
Fy = T + (- w) = may,
T = w + may = mg + may = m (g + ay)
= (800 kg) (9,80 m/s2 + 2,00 m/s2) = 9440 kg.m/s2 = 9440 N
Tegangan tersebut harus 1600 N lebih besar (= 9440 N – 7840 N) dari pada beratnya
(w = mg = 800 kg x 9,80 m/s 2 = 7840 N) agar elevator berhenti pada jarak yang
diinginkan.
Contoh 4. Percepatan menuruni bukit. Sebuah toboggan (sejenis kereta luncur salju)
yang ditumpangi para pelajar yang sedang berlibur (berat total w ) meluncur menuruni
suatu lereng yang tertutup salju. Sudut kemiringan () lereng tersebut tetap dan
toboggan memiliki permukaan yang begitu licin sehingga dapat meluncur praktis tanpa
gesekan. Berapakah percepatan dari toboggan tersebut ?
Penyelesaian :
y
w sin
w cos x
w = mg
Gaya-gaya yang bekerja pada toboggan tersebut hanya berat w dan gaya normal
yang diberikan oleh bukit tersebut. Diambil sumbu-sumbu yang paralel dan tegak lurus
dengan permukaan bukit tersebut dan diuraikan menjadi komponen-komponen x dan y,
wx = w sin dan wy = w cos . Komponen x dari berat adalah w sin .
Hukum kedua Newton dalam arah x dengan demikian memberikan :
Dalam hasil akhirnya massa tidak muncul, ini berarti semua toboggan, tidak peduli
berapapun massa atau jumlah penumpangnya, akan meluncur menuruni suatu bukit
tanpa gesekan dengan percepatan sebesar g sin . Jika bidangnya horizontal, maka
= 0 dan ax = 0 (toboggan tidak bertambah cepat), sehingga jika bidangnya vertikal,
= 90 dan ax = g (toboggan jatuh bebas). Untuk mencari percepatan tidak memerlukan
komponen y. Komponen-komponen ini akan digunakan untuk mencari gaya normal
yang diberikan oleh permukaan pada toboggan, diketahui bahwa a y = 0, sehingga Fy
= 0 dan = mg cos .
Gaya normal tersebut tidak sama dengan berat toboggan (Yang perlu diingat yaitu
jangan pernah mengasumsikan secara otomatis bahwa gaya normal sama dengan
berat).
B
FB pada A FA pada B
Pada gambar di atas, FA pada B adalah gaya yang diberikan tongkat (stik) A pada bola B,
dan FB pada A adalah gaya yang diberikan oleh bola B pada tongkat (stik) A. Pernyataan
matematis untuk hukum ketiga Newton adalah
Contoh 1. Bila mobil saudara mengalami kerusakan mesin. Saudara mulai mendorong
mobil ke bengkel terdekat, ketika mobil itu mulai bergerak, bagaimana gaya yang
saudara berikan ke mobil dibandingkan dengan gaya yang diberikan mobil kepada
saudara ? Bagaimana perbandingan gaya itu ketika saudara mendorong dengan laju
konstan ?
Penyelesaian :
Pada masing-masing kasus, gaya yang saudara berikan ke mobil sama besar dengan
gaya yang diberikan mobil ke saudara, tetapi berlawanan arah. Saudara memang harus
mendorong mobil kuat-kuat untuk membuat mobil bergerak.
BERAT DAN MASSA
Berat dari sebuah benda lebih dikenal sebagai gaya. Berat adalah besarnya gaya yang
bekerja pada benda karena adanya tarikan gravitasi bumi (gaya tarik gravitasi bumi
pada benda). Berat benda tergantung pada lokasi benda itu berada, sebab gaya
gravitasi bumi itu berbeda-beda besarnya di tiap-tiap lokasi.
Massa menunjukkan sifat inersia dari benda. Massa benda merupakan berat benda
yang tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, artinya massa suatu benda itu selalu
tetap di semua tempat benda itu berada di muka bumi. Lebih besar massa, lebih besar
gaya yang dibutuhkan untuk menimbulkan percepatan yang diinginkan, hal ini
ditunjukkan dalam hukum kedua Newton F = ma.
Berat sebuah benda adalah sebuah gaya, sebuah besaran vektor, dan persamaan (1)
dapat ditulis sebagai persamaan vektor :
w = m g ……………………………………………………………………………………… (2)
Perlu diingat bahwa g adalah besar dari g, percepatan dari gravitasi, jadi g selalu
bernilai positif, sesuai definisinya. Dengan demikian w, seperti pada persamaan (1)
adalah besar dari berat dan selalu positif.
Sangat penting untuk dipahami bahwa berat sebuah benda berlaku pada benda
sepanjang waktu, meskipun sedang jatuh bebas atau tidak. Sebagai contoh ketika
pot bunga 10 kg tergantung pada seutas rantai, pot dalam keadaan kesetimbangan dan
percepatannya adalah nol, tetapi beratnya seperti pada persamaan (2), tetap
menariknya ke bawah. Pada kasus ini tali menarik pot ke atas, menghasilkan sebuah
gaya ke atas. Jumlah vektor gaya-gaya adalah nol, dan pot dalam kesetimbangan.
Catatan : Konsep massa memainkan dua aturan yang berbeda dalam mekanika. Berat
benda (gaya gravitasi yang bekerja pada benda) sebanding dengan massa, dapat
disebut dengan sifat yang berhubungan dengan gravitasi sebagai massa gravitasi.
Pada bagian lain dapat disebut sifat inersia yang ada pada hukum kedua Newton
sebagai massa inersia. Walaupun dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan
dengan ketelitian yang lebih baik dari seper 10 12 yang membuktikan bahwa kedua
besaran tersebut memang sama.
Contoh 1. Sebuah mobil bermassa 1,96 x 10 4 N yang sedang berjalan dalam arah x
positif, berhenti tiba-tiba, komponen x gaya total yang bekerja pada mobil itu adalah –
1,5 x 104 N, percapatan gravitasi 9,80 m/s2. Berapa percepatannya ?
Penyelesaian :
Oleh karena Newton adalah satuan gaya, maka 1,96 x 10 4 N merupakan berat, bukan
massa mobil, sehingga massa mobil m adalah :
Percepatan ax dapat ditulis sebagai – 0,77 g (= - 0,77 x 9,80 m/s 2 = - 0,75 m/s2).
Perhatikan juga bahwa – 0,77 juga merupakan rasio (hasil bagi) dari – 1,5 x 10 4 N
(komponen x dari gaya total) dengan 1,96 x 104 N.
GAYA DAN INTERAKSINYA
Dalam bahasa sehari-hari gaya (force) berarti tarikan atau dorongan. Jadi gaya adalah
sesuatu yang menarik atau mendorong sebuah benda. Konsep gaya memberikan
gambaran kuantitatif tentang interaksi antara dua benda atau antara benda dengan
lingkungannya. Bila sebuah mobil yang mengalami kerusakan mesin (macet) didorong,
maka mobil tersebut mendapat gaya dorong. Sebuah lokomotif memberikan gaya tarik
atau dorong pada gerbong kereta api dan lain-lain.
Bila sebuah gaya melibatkan kontak langsung antara dua buah benda disebut dengan
gaya kontak (contact force). Yang termasuk gaya kontak adalah dorongan atau
tarikan yang dilakukan oleh tangan manusia, gaya pada sebuah tali yang menarik
sebuah balok yang terikat pada balok tersebut, dan gaya gesekan yang dikerahkan oleh
tanah kepada seorang pemain baseball yang meluncur ke posisinya. Juga terdapat
gaya-gaya yang dinamakan gaya jarak jauh (long range contact), yang tetap
bekerja meskipun benda-benda tersebut terpisah oleh ruang yang kosong. Gaya jarak
jauh yang sering dijumpai adalah ketika bermain dengan sepasang magnet, gravitasi
bumi, gravitasi matahari yang memberikan gaya tarik terhadap bumi meskipun
keduanya terpisah sejauh 150 juta kilometer sehingga bumi tetap pada orbitnya. Gaya
tarik gravitasi oleh bumi terhadap sebuah benda dinamakan berat (weight) dari
benda tersebut.
Gaya adalah besaran vektor, maka untuk menggambarkan sebuah gaya perlu
menggambarkan arah gaya yang bekerja dan menentukan besarnya, yaitu besaran
yang menggambarkan “seberapa banyak” atau “seberapa kuat” gaya tersebut
mendorong atau menarik. Satuan Internasional (SI) untuk besar dari gaya adalah
Newton, disingkat N.
Instrumen yang biasa digunakan untuk mengukur gaya-gaya adalah neraca pegas.
Neraca pegas ini terdiri dari sebuah kumparan pegas, yang terdapat dalam bejana yang
terlindung, dengan sebuah penunjuk skala yang terhubung ke ujung lainnya. Ketika
gaya-gaya diberikan pada ujung pegas, pegas tersebut akan meregang, besarnya
regangan tergantung pada gaya. Penunjuk skala dapat dibuat dan mengkalibrasinya
dengan menggunakan sejumlah benda-benda yang serupa dengan berat masing-
masing tepat 1 N. Bila sebanyak dua, tiga, atau lebih dari benda ini diberikan secara
bersamaan dari keadaan setimbang, gaya total regangan pegas adalah 2 N, 3 N, dan
seterusnya, kemudian diberikan tanda yang sesuai dengan posisi penunjuk skala 2 N, 3
N, dan seterusnya, dan kemudian instrumen dapat digunakan untuk mengukur sebuah
gaya yang tidak diketahui. Dapat juga dibuat instrumen serupa yang mengukur
dorongan selain tarikan.
30 30 5
(a)
10 N
30 5 30
(b)
Pada setiap kasus digambarkan sebuah vektor untuk mewakili gaya yang diterapkan.
Angka yang tercantum menunjukkan besar dan arah gaya, dan panjang panah
(digambar dengan skala tertentu, misal : 1 cm = 10 N) juga memperlihatkan besar
vektornya.
Contoh 2. Ketika dua gaya F1 dan F2 pada saat yang sama di titik A suatu benda,
memperlihatkan bahwa pengaruh dari gerak benda adalah sama dengan pengaruh dari
gaya tunggal R sama dengan penjumlahan vektor dari gaya-gaya asal : R = F1 + F2.
Lebih umumnya bila beberapa gaya diterapkan pada satu titik di permukaan sebuah
benda, pengaruhnya akan sama dengan sebuah gaya yang merupakan penjumlahan
dari vektor gaya-gayanya. Prinsip penting ini kemudian dinamakan sebagai superposisi
gaya-gaya (superposition of force).
F2
R
A
F1
Contoh 3. Sebuah balok batu ditarik dengan tali pada bidang miring.
y
F
x
Fy
Fx
R = F1 + F2 + F3 + … = F ………………………………………………………. (1)
F dibaca sebagai jumlah “vektor gaya-gaya” atau “gaya total”. Komponen dari
persamaan (1) di atas merupakan pasangan dari persamaan komponen :
Rx = Fx , Ry = Fy ……………………………………………………………………. (2)
Bila memiliki Rx dan Ry, maka dapat dicari besar dan arah dari gaya total R = F yang
bekerja pada benda. Besarnya adalah :
R = Rx2 + Ry2
Dan besarnya sudut antara R dan sumbu x positif dapat dicari dengan hubungan tan
= Ry/Rx. Komponen-komponen Rx dan Ry mungkin bernilai positif, negatif, atau nol,
dan sudut berada disekitar empat kuadran tersebut.
Pada soal-soal tiga dimensi, gaya-gaya yang mengandung komponen z, maka
ditambahkan persamaan Rz = Fz kedalam persamaan (2). Besarnya gaya total
adalah :
Contoh soal 1. Superposisi gaya-gaya. Tiga orang pelanggan sebuah toko sedang
bertengkar memperebutkan sebuah mantel yang sedang diobral. Ketiganya masing-
masing memberikan gaya horizontal pada mantel seperti diperlihatkan pada gambar,
mantel terletak di titik asal. Tentukan komponen x dan y dari gaya total pada mantel,
dan tentukan besar dan arah dari gaya total.
y
300 N
200 N
45 30
x
53
155 N
Penyelesaian :
Ini adalah soal penjumlahan vektor, dan diselesaikan dengan metode komponen. Sudut
antara gaya-gaya F1, F2, dan F3 terhadap aksis sumbu x positif adalah 1 = 30, 2 =
180 - 45 = 135, dan 3 = 180 + 53 = 233. Komponen x dan y dari ketiga gaya
tersebut adalah ;
Gaya total memiliki komponen x negatif dan sebuah komponen y positif, jadi gaya akan
mengarah ke kiri dan ke atas (pada kuadran kedua dari gambar).
Besar gaya total R = F adalah :
Untuk mencari sudut antara gaya total dengan sumbu x positif, digunakan hubungan
tan = Ry/Rx atau :
Ry (188 N)
= arc tan -------- = arc tan ------------- = arc tan (- 1,42)
Rx (- 132 N)
Dua jawaban yang mungkin adalah = - 55 atau = - 55 + 180 = 125. Oleh
karena gaya total berada pada kuadran kedua, seperti telah dikatakan di atas, maka
jawaban yang benar adalah = 125
KOPPEL GAYA
Dua buah gaya yang besarnya sama tetapi arahnya saling berlawanan dan kedua gaya
itu tidak bekerja pada suatu garis gaya akan membentuk sebuah koppel gaya.
Momen sebuah koppel gaya yaitu hasil kali antara salah satu besar gaya dengan jarak
tegak lurus antara kedua gaya yang membentuk koppel gaya tersebut. Koppel gaya
diberi tanda positif kalau arah rotasinya sesuai arah perputaran jarum jam, dan diberi
tanda negatif kalau rotasunya berlawanan dengan arah perputaran jarum jam. Sebuah
gaya akan menimbulkan gerak rotasi.
M+ M-
A B
d1 d2
Momen sebuah koppel gaya F terhadap titik A (MA) = + (gaya x lengan gaya)
= + (F x d1)
Momen sebuah koppel gaya F terhadap titik B (MB) = - (gaya x lengan gaya)
= - (F x d2)
GAYA-GAYA GESEKAN
Setiap kali dua benda berinteraksi akibat kontak langsung (sentuhan) dari permukaan-
permukaannya, maka gaya-gaya interaksinya disebut sebagai gaya-gaya kontak. Gaya
normal dan gaya kontak gesek merupakan gaya kontak.
Pokok pembicaraan dalam bagian ini adalah gesekan, yang merupakan salah satu gaya
penting dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Oli pada mesin mobil mengurangi
gesekan antara komponen-komponen yang bergerak, tetapi tanpa adanya gesekan
antara ban dengan jalan maka mobil sulit dikemudikan atau sulit untuk membelok.
Hambatan udara, gaya gesekan yang diberikan udara pada benda yang sedang
bergerak melaluinya dapat mengakibatkan penggunaan bahan bakar yang lebih boros
dari mobil tersebut, tetapi membuat parasut berfungsi, dan lain-lain.
Ketika suatu benda diam atau meluncur pada suatu permukaan selalu dapat
menyatakan gaya kontak yang diberikan oleh permukaan pada benda tersebut dalam
komponen-komponen gaya yang tegak lurus dan sejajar dengan permukaan tersebut.
Komponen vektor yang tegak lurus disebut dengan gaya normal, dilambangkan oleh .
Komponen vektor yang sejajar dengan permukaan adalah gaya gesekan (friction
force), dilambangkan oleh f. Berdasarkan definisi dan f selalu saling tegak lurus.
Digunakannya simbul-simbul untuk besaran-besaran ini untuk menekankan peran
khusus dari besaran-besaran ini dalam mempresentasikan gaya kontak. Jika
permukaanny tanpa friksi, maka gaya kontaknya memiliki hanya sebuah gaya normal, f
adalah nol. (Permukaan tanpa gesekan merupakan suatu bentuk idealisasi yang tak
mungkin tercapai, tetapi dapat menganggap suatu permukaan sebagai tanpa gesekan
jika efek gesekannya sangat kecil). Arah dari gaya gesekan selalu berlawanan dengan
arah gerakan relatif dari kedua permukaan.
Jenis gesekan yang bekerja ketika sebuah benda meluncur di atas suatu permukaan
disebut gaya gesekan kinetik (kinetic friction force) fk. Sifat “kinetik” dan subskrip “k”
mengingatkan bahwa kedua permukaan sedang bergerak relatif terhadap satu sama
lain. Besarnya gaya gesekan kinetik biasanya meningkat ketika gaya normalnya
meningkat. Gaya yang diperlukan untuk mendorong sebuah kotak yang penuh dengan
buku-buku lebih besar dari pada gaya untuk mendorong kotak yang sama tetapi
kosong. Prinsip ini juga digunakan pada sistem rem mobil, bila pedal rem ditekan
semakin keras, akan dihasilkan efek pengereman yang semakin besar pada cakram rem
yang sedang berputar. Dalam banyak kasus, biasanya gaya gesekan kinetik fk diperoleh
secara eksperimental sebagai kurang lebih sebanding besarnya dari gaya normalnya.
Perlu diingat, bahwa gaya gesekan dan gaya normal selalu tegak lurus. Persamaan (1)
di atas bukan suatu persamaan vektor , tetapi suatu relasi skalar antara besar dari
kedua gaya yang saling tegak lurus tersebut.
Gaya-gaya gesekan dapat juga bekerja ketika tidak terdapat gerak relatif. Jika
meluncurkan sebuah kotak yang berisi buku-buku di atas lantai, kotak itu mungkin saja
tidak bergerak sama sekali karena lantai memberikan suatu gaya gesekan yang
besarnya sama dengan arah yang berlawanan pada kotak. Gaya ini disebut gaya
gesekan statik (static friction force) fs. Dalam gambar (a) kotak yang diam dalam
keadaan setimbang akibat dari beratnya sendiri w, dan gaya normal ke atas yang
diberikan lantai pada kotak besarnya sama dengan berat kotak tersebut. Pada gambar
(b), misal pada kotak tersebut diikatkan seutas tali, dan tegangan T pada tali
berangsur-angsur diperbesar. Pada awalnya kotak tetap diam karena ketika tegangan T
bertambah, gaya gesekan statik juga bertambah (masih sama dengan besarnya T).
Pada suatu ketika T menjadi lebih besar dibandingkan dengan gaya gesekan statik
maksimum fs yang diberikan permukaan. Kemudian kotak tersebut “hilang
kesetimbangan” (tegangan T mampu memutuskan ikatan-ikatan antar molekul di
permukaan kotak dan lantai) dan mulai meluncur.
(tidak meluncur)
T
fs
w w
f s<s
(a) (b)
Pada gambar (c) adalah diagram gaya ketika T berada pada nilai kritisnya. Jika T
melampaui nilai ini, kotak tidak lagi berada dalam keadaan setimbang. Untuk sepasang
permukaan-permukaan tertentu yang diberikan, niali maksimum dari f s bergantung
pada gaya normalnya. Dalam banyak kasus nilai maksimum (f s) maks, mendekati
sebanding dengan , disebut faktor s (dibaca “mu sub s”) sebagai koefisien
gesekan statik (coefficient of static friction). Dalai situasi tertentu gaya gesekan statik
aktual dapat mempunyai besar berapapun antara nol (bila tidak terdapat gaya lain yang
sejajar dengan permukaan) dan nilai maksimumnya yang diberikan oleh s. Dalam
lambang :
T T
fs fk
w w
fs = s fk = k
(c) (d)
Pada gambar (d), segera setelah kotak mulai meluncur gaya gesekan biasanya mulai
berkurang, , lebih mudah untuk mempertahankan kotak tersebut agar tetap bergerak
daripada membuat agar kotak tersebut mulai bergerak. Oleh karena itu koefisien
gesekan kinetik biasanya lebih kecil dari pada koefisien gesekan statik untuk semua
jenis pasangan permukaan (seperti tabel 1).
Contoh Soal 1. Gesekan dalam gerak horizontal. Sebuah perusahaan pengiriman baru
saja menurunkan sebuah peti kayu 500 N yang penuh berisi peralatan olah raga di
trotoar jalan menuju rumah Agung. Kemudian Agung berusaha dengan sekuat tenaga
agar peti tersebut mulai dapat bergerak menuju pintu depan rumah dengan sebuah
gaya horizontal yang besarnya 230 N. Begitu peti tersebut “hilang kesetimbangan” dan
mulai bergerak, Agung dapat membuatnya tetap bergerak pada kecepatan tetap cukup
dengan gaya sebesar 200 N. Berapakah koefisien gesekan statik dan koefisien gesekan
kinetiknya ?
Penyelesaian :
y y
w = 500 N w = 500 N
(a) (b) (c)
Keterangan gambar :
(a) menarik sebuah peti dengan gaya horizontal
(b) diagram benda bebas untuk peti pada saat peti mulai bergerak
(c) diagram benda bebas untuk peti yang bergerak dengan kecepatan konstan
Fy = + (- w) = - 500 N = 0 = 500 N
(fs)maks 230 N
s = -------------- = ------------ = 0,46
500 N
Setelah peti kayu mulai bergerak, gaya-gaya yang bekerja padanya adalah seperti yang
ditunjukkan dalam gambar (c), sehingga diperoleh :
Fy = + (- w) = - 500 N = 0 = 500 N
(fk) 200 N
k = --------- = ---------- = 0,40
500 N
Contoh Soal 2. Berapakah gaya gesekan jika peti kayu yang diam pada permukaan
trotoar jalan dalam contoh soal 1. diberi sebuah gaya horizontal sebesar 50 N ?
Penyelesaian :
Dari kondisi kesetimbangan diperoleh :
Fx = T + (- fs) = 50 N – fs = 0 fs = 50 N
Contoh Soal 3. Andaikan peti kayu dalam contoh soal 1. gambar (a) tersebut diikat
dengan seutas tali dan ditarik dengan sudut kemiringan 30 di atas permukaan
horizontal. Berapakah gaya yang harus diberikan agar peti kayu tetap bergerak dengan
kecepatan konstan ? Bandingkan dengan menarik peti kayu tersebut dalam arah
mendatar, apakah lebih ringan atau lebih berat. Asumsikan bahwa w = 500 N dan k =
0,40.
T
T sin 30
30
fk 30 x
T cos 30
w = 500 N
(a) (b)
Keterangan gambar :
(a) menarik sebuah peti dengan sebuah gaya yang diterapkan dengan suatu sudut
yang mengarah ke atas.
(b) Diagram benda bebas untuk peti yang bergerak dengan kecepatan konstan
Penyelesaian :
Gambar (b) adalah diagram benda bebas menunjukkan gaya-gaya yang bekerja pada
peti kayu. Gaya gesekan kinetiknya masih sama dengan k, tetapi sekarang besar
gaya normal tidak sama dengan besarnya berat peti kayu. Gaya yang diberikan tali
mempunyai satu komponen vertikal tambahan yang cenderung untuk mengangkat peti
tersebut lepas dari permukaan trotoar jalan. Oleh karena kecepatannya konstan, peti
kayu berada dalam keadaan setimbang, sehingga :
Ini adalah dua persamaan simultan dengan dua besaran yang tidak diketahui T dan .
Penyelesaiannya dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu besaran yang tidak
diketahui tersebut mencari nilai satu besaran lainnya. Terdapat banyak cara untuk
melakukan ini, salah satunya dengan cara menyusun kembali persamaan yang kedua ke
dalam bentuk :
= 500 N - T sin 30
Gesekan Gelinding :
Jauh lebih mudah menggerakkan sebuah lemari dokumen yang berisi penuh melintasi
lantai datar dengan menggunakan kereta roda dibandingkan dengan mendorongnya
sendiri. Seberapa lebih mudahkah itu ? Dapat didefinisikan suatu koefisien gesekan
gelinding (coefficient of rolling friction) r, yang merupakan gaya horizontal
yang diperlukan untuk memperoleh laju tetap pada suatu permukaan datar
dibagi dengan gaya normal ke atas yang diberikan oleh permukaan tersebut.
Para insinyur di bidang transportasi menyebut r sebagai hambatan bidang (tractive
resistance). Harga-harga tipikal dari r untuk roda-roda besi pada rel besi adalah
0,002 – 0,003 dan untuk ban-ban karet pada beton adalah 0,01 – 0,02. Hal ini
menunjukkan salah satu alasan mengapa kereta api pada rel besi secara umum bahan
bakarnya lebih efisien dibandingkan truk-truk jalan raya.
Contoh Soal 1. Gerak dengan gesekan gelinding. Sebuah mobil memiliki berat sekitar
12.000 N (Satuan British sekitar 2700 lb). Jika koefisien gesekan gelinding r = 0,01,
berapakah gaya horizontal yang harus diberikan untuk meluncurkan mobil tersebut
dengan laju konstan pada suatu jalan yang rata ? Hambatan udara diabaikan.
Penyelesaian :
Gaya normal sama dengan berat w, karena permukaan jalannya horizontal dan tidak
terdapat gaya-gaya vertikal lainnya. Dari definisi r, gaya gesekan gelinding fr adalah :
Pada contoh soal 1. Gerakan dalam gerak horizontal pada peti kayu. Jika perusahaan
pengantar membawa peti kayu 500 N dengan sebuah lori beroda karet dengan r =
0,02, maka gaya yang diperlukan agar peti kayu terus bergerak pada laju konstan
hanya sebesar fr = r = 0,02 (500 N) = 10 N.
GAYA GRAVITASI
Gravitasi adalah salah satu dari empat kelas interaksi yang terjadi di alam (1).
interaksi gravitasi berat, gerak planet-planet mengelilingi matahari, gerak jatuh
bebas; (2). interaksi elektromagnetik gaya listrik, gaya magnet; (3). interaksi
kuat (gaya nuklir) menjaga inti-inti sebuah atom tetap berkumpul bersama,
neutron bermuatan netral, proton bermuatan positif; (4). interaksi lemah sangat
penting dalam interaksi-interaksi antar partikel-partikel dasar, keberadaan suatu bentuk
radioaktif umum yang disebut peluruhan , sebuah neutron dalam inti radioaktif diubah
menjadi proton yang mengusir sebuah elektron dan sebuah partikel tidak bermassa
yang disebut antineutrino).
Selama penelitian tentang gerak dari planet dan bulan, Newton menemukan karakter
dasar dari gaya tarik gravitasi antara dua benda. Bersamaan dengan ketiga hukumnya
tentang gerak, Newton mempublikasikan hukum gravitasi (law of gravitation) pada
tahun 1687. Hukum gravitasi berbunyi sebagai berikut :
G m 1 m2
Fg = -------------- (hukum gravitasi) ……………………………………………... (1)
r2
Keterangan :
Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel
m1 dan m2 adalah massa masing-masing partikel
r adalah jarak antara kedua partikel
G adalah konstanta fisika dasar yang disebut konstanta gravitasi (gravitational
constant). Nilai numerik untuk G tergantung pada sistem satuan yang digunakan.
m1
Fg
Fg
r m2
Perhatian : Simbul g dan G hampir sama, sering kali arti kedua besaran gravitasi yang
menggunakan kedua simbul tersebut jadi membingungkan. Huruf kecil g adalah
percepatan yang tergantung pada gravitasi, yang berhubungan dengan berat w dari
sebuah benda dengan massanya m, yaitu w = m g. Nilai g berbeda untuk tempat yang
berbeda di permukaan bumi dan pada permukaan planet yang berbeda. Sebaliknya
huruf G berhubungan dengan gaya gravitasi antara dua benda akibat massa dan jarak
di antara keduanya. G disebut konstanta universal sebab mempunyai nilai yang sama
untuk setiap dua benda, tidak peduli letaknya dalam ruang angkasa.
Gaya gravitasi selalu bekerja sepanjang garis yang menghubungkan dua buah partikel
dan membentuk pasangan aksi-reaksi. Walaupun massa kedua partikel berbeda, kedua
gaya interaksinya mempunyai besar yang sama.
Gaya tarik yang dikeluarkan badan manusia yang bekerja pada bumi akan mempunyai
besar yang sama seperti gaya bumi yang bekerja pada badan manusia. Ketika
seseorang jatuh dari papan luncur ke dalam kolam renang, bumi akan naik
menyongsong orang tersebut (Apakah pernah saudara memperhatikan atau mengamati
ini ? Massa bumi jauh lebih besar dari massa tubuh manusia dengan faktor sekitar 10 23,
sehingga percepatannya hanya 10-23 dari percepatan tubuh manusia).
Hukum gravitasi telah menyatakan bentuk interaksi antara dua partikel. Hal ini
menjadikan interaksi gravitasi dari setiap dua benda yang mempunyai distribusi massa
bola simetris (bola pejal atau kulit bola) adalah sama jika dikumpulkan semua massa
pada pusatnya, seperti pada gambar sebagai berikut :
R1
m1 m1
Fg Fg
r r
Fg Fg
m2 m2
R2
(a) (b)
Jadi bila bumi dianggap sebagai bola simetris dengan massa m B, maka gaya yang
dikeluarkannya pada sebuah partikel atau benda bola simetris dengan massa m,
dengan jarak r di antara kedua pusatnya adalah :
G mB m
Fg = -------------- …………………………………………………………………………. (2)
r2
Pada titik di dalam bumi keadaannya berbeda. Jika dapat mengebor sebuah lubang ke
pusat bumi dan mengukur gaya gravitasi pada benda dengan kedalaman berbeda-beda,
akan mendapatkan bahwa makin mendekati pusat bumi gaya makin berkurang, dan
bukan bertambah dengan faktor sebesar 1/r 2. Ketika benda memasuki bagian dalam
bumi (atau benda bola lainnya), sebagian dari massa bumi berada pada sisi benda yang
berlawanan dari pusat dan memberikan tarikan pada arah yang berlawanan. Tepat di
pusat bumi, gaya gravitasi bumi pada benda adalah nol.
Benda simetris berbentuk bola adalah kasus penting, karena bulan, planet-planet, dan
bintang cenderung untuk berbentuk bola. Oleh karena semua partikel dalam benda
secara gravitasi saling tarik menarik satu sama lain, partikel cenderung bergerak untuk
meminimumkan jarak antar partikel. Sebagai hasilnya, benda secara alamiah cenderung
diasumsikan berbentuk bola, seperti tanah liat yang dibentuk menjadi sebuah bola jika
ditekan dengan gaya yang sama pada semua sisinya. Efek ini sangat berkurang pada
benda-benda angkasa yang bermassa kecil karena gaya tarik gravitasinya kecil, dan
benda-benda tersebut cenderung tidak berbentuk bola (contoh : asteroid).
cermin
laser
m1
Fg
m2 skala
m2
Fg
m1
Untuk menentukan nilai konstanta gravitasi G, harus mengukur gaya gravitasi antara
dua benda yang diketahui massanya m 1 dan m2 dengan jarak r yang diketahui. Gaya ini
sangat kecil untuk benda-benda yang terlalu kecil untuk dapat dibawa ke dalam
laboratorium, tetapi gaya gravitasi dapat diukur dengan alat yang disebut neraca
torsi, yang digunakan oleh Sir Henry Cavendish pada tahun 1798 untuk menentukan G.
Versi modern dari neraca torsi Cavendish seperti pada gambar, batang pejal kecil yang
berbentuk kebalikan huruf T ditunjang oleh serat kuarsa vertikal yang sangat tipis, dua
bola kecil masing-masing bermassa m1 menempel pada ujung jarum horizontal dari T.
Jika membawa dua bola besar masing-masing bermassa m2 ke posisi seperti pada
gambar, gaya gravitasi akan memutar T melalui sudut yang kecil. Untuk mengukur
sudut ini diberi seberkas sinar pada cermin yang terikat pada T, pantulan berkas cahaya
mengenai sebuah skala, dan ketika T berputar, berkas pantulan bergerak sepanjang
skala.
Contoh Soal 1. Menghitung gaya gravitasi. Massa m1 dari sebuah bola kecil pada
neraca Cavendish adalah 0,0100 kg, massa m 2 dari sebuah bola besar adalah 0,500 kg,
dan jarak pusat ke pusat antara setiap bola besar dan bola kecil terdekat adalah 0,0500
m. Carilah gaya gravitasi Fg pada setiap bola dengan bola lain yang paling dekat
darinya.
Penyelesaian :
G mB m
Dengan menggunakan persamaan Fg = --------------, maka :
r2
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(0,0100 kg)(0,500 kg)
Fg = ------------------------------------------------------------- = 1,33 x 10 -10 N
(0,0500 m)2
Ini adalah gaya yang sangat kecil. Ingat : dua benda mengalami gaya dengan besar
yang sama walaupun massa keduanya sangat jauh berbeda !
Contoh Soal 2. Superposisi dari gaya-gaya gravitasi. Tiga bola diatur pada ujung-
ujung segitiga dengan sudut 45 (seperti pada gambar). Carilah besar dan arah dari
gaya gravitasi total yang bekerja pada bola kecil oleh kedua bola besar.
y
0,500 kg
0,200 m
F1 F
0,0100 kg F2 x
O
0,200 m 0,500 kg
Penyelesaian :
F2y = 0
F = Fx2 + Fy2 = (11,3 x 10-12 N)2 + (2,95 x 10-12 N)2 = 1,17 x 10-11 N
Fy 2,95 x 10-12 N
= arc tan -------- = arc tan -------------------- = 14,6
Fx 11,3 x 10-12 N
BERAT
Definisi berat dari sebuah benda (seperti materi kuliah terdahulu) sebagai gaya tarik
gravitasi yang diberikan oleh bumi pada benda. Definisi tersebut sekarang dapat
diperluas, yakni berat dari sebuah benda adalah gaya gravitasi total yang
bekerja pada sebuah benda yang disebabkan oleh semua benda lain di alam
semesta.
Jika benda dekat dengan permukaan bumi, maka seluruh gaya gravitasi yang lain dapat
diabaikan dan mengasumsikan berat sebagai akibat gaya tarik gravitasi semata. Pada
permukaan bulan dapat diasumsikan bahwa berat sebuah benda adalah akibat gaya
tarik gravitasi bulan, dan seterusnya.
Jika bumi dianggap sebagai benda berbentuk bola simetris dengan jari-jari R B dan
massa mB, maka berat w dari benda kecil bermassa m pada permukaan bumi (berjarak
RB dari pusatnya) adalah :
G mB m
w= Fg = -------------- ………………………….……………………………………….. (3)
RB2
Telah diketahui bahwa berat w dari sebuah benda adalah gaya yang menyebabkan
percepatan g dari benda jatuh bebas, jadi dengan hukum kedua Newton w = m g,
menyamakan ini dengan persamaan (3) di atas dan membaginya dengan m sehingga
diperoleh :
G mB m
w = m g = -------------
RB2
G mB
g = ------------ (percepatan akibat gravitasi pada permukaan bumi) ….. (4)
RB2
Percepatan akibat gravitasi g tidak tergantung pada massa m dari benda, karena m
tidak digunakan dalam persamaan (4).
Semua besaran dalam persamaan (4) dapat diukur kecuali m B, jadi hubungan ini
memungkinkan untuk menghitung massa dari bumi. Untuk menghitung m B dalam
persamaan (4) digunakan R = 6380 km = 6,38 x 10 6 m dan g = 9,80 m/s 2 sehingga
diperoleh :
Nilai mB tersebut sangat dekat dengan nilai yang didapat saat ini yakni 5,974 x 10 24 kg.
Ketika Cavendish mengukur G, menghitung massa bumi dengan cara ini.
Pada sebuah titik di atas permukaan bumi dengan jarak r dari pusat bumi (pada jarak r
– RB di atas permukaan bumi), berat dari sebuah benda didapatkan dari persamaan (3)
di atas dengan RB digantikan oleh r, sehingga :
G mB m
w = Fg = -------------- ……………………………………………………………….… (5)
r2
Jadi berat sebuah benda berkurang secara berkebalikan dengan kuadrat jaraknya dari
pusat bumi.
Contoh Soal 1. Bila saudara terlibat dalam perancangan misi penerbangan manusia ke
permukaan planet Mars, yang mempunyai jari jari R M = 3,40 x 106 m dan massa mM =
6,42 x 1023 kg. Berat di bumi dari alat pendarat Mars adalah 39.200 N. Hitung beratnya
Fg dan percepatannya gM sebagai akibat gravitasi Mars : a) 6,0 x 10 6 m di atas
permukaan Mars (pada jarak dimana terletak orbit bulan Mars (Phobos), b) pada
permukaan Mars. Efek gravitasi akibat bulan dari planet Mars yang sangat kecil
diabaikan.
Penyelesaian :
a) Dalam persamaan (5) mB diganti dengan mM. Nilai G adalah sama di setiap tempat di
alam semesta, ini adalah sebuah konstanta fisika dasar. Jarak r dari pusat Mars adalah :
Massa m dari pendarat adalah w di bumi dibagi dengan percepatan gravitasi g di bumi :
w 39.200 N
m = ------- = ---------------- = 4.000 kg
g 9,8 m/s2
Massa sama dimanapun pendarat itu berada, baik pendarat itu di bumi, di Mars, atau
diantaranya. Dari persamaan (5) :
G mM m
Fg = ----------------
r2
= 1.940 N
Persamaan yang diakibatkan oleh gravitasi Mars pada titik ini adalah :
Fg 1.940 N
gM = ---------- = ------------- = 0,48 m/s2
m 4.000 kg
Hal ini juga merupakan percepatan yang dialami Phobos dalam orbitnya, 6,0 x 10 6 m di
atas permukaan Mars.
b) Untuk mencari Fg dan gM pada permukaan planet Mars, maka perhitungan di atas
diulangi, mengganti r = 9,4 x 106 m dengan RM = 3,40 x 106 m.
= 14.817 N
Fg 14.817 N
gM = ---------- = -------------- = 3,70 m/s2
m 4.000 kg
Alternatif lainnya, karena Fg dan gM berbanding terbalik dengan 1/r2 (pada setiap titik di
luar planet), sehingga dapat mengalikan hasil dari a) dengan faktor :
2
9,4 x 106 m
------------------
3,40 x 106 m
Catatan :
Untuk berat telah menggunakan kenyataan bahwa bumi ini homogen. Untuk
memperlihatkan bahwa bumi tidak homogen dengan menghitung densitas rata-rata per
satuan volume dari bumi. Jika diasumsikan bahwa bumi benar-benar bulat, maka
volumenya adalah :
Densitas rata-rata (huruf Yunani “rho”) dari bumi adalah massa total dibagi dengan
volume total :
mB 5,97 x 1024 kg
= ------- = --------------------- = 5.500 kg/m3 = 5,5 g/cm3
VB 1,09 x 1021 m3
Untuk perbandingan, densitas air adalah 1.000 kg/m 3 = 1,00 g/cm3. Jika homogen,
maka boleh mengharapkan bahwa densitas dari batuan dekat permukaan bumi
mempunyai nilai sama, tetapi pada kenyataannya densitas dari permukaan batu bekuan
gunung api (granit atau gneiss) adalah sekitar 3.000 kg/m 3 = 3,00 g/cm3, densitas
batuan basaltik sekitar 5.000 kg/m 3 = 5,00 g/cm3. Jadi bumi adalah tidak homogen,
sehingga densitas rata-rata sebesar 5.500 kg/m 3 = 5,5 g/cm3. Berdasarkan model
geofisika dari bagian dalam bumi, maka densitas maksimum pada pusat bumi adalah
sekitar 13.000 kg/m3 = 13,00 g/cm3.
Konsep energi berakar pada prinsip kekekalan energi. Energi adalah besaran yang
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Sebagai contoh dalam mesin mobil, energi kimia yang disimpan dalam
bahan bakar yang sebagian diubah menjadi energi gerak mobil dan sebagian lagi
menjadi energi termal; dalam oven microwave, energi elektromagnetik yang diperoleh
dari PLN diubah menjadi energi termal dari makanan yang dimasak. Dalam proses ini
dan proses-proses lainnya, energi total (jumlah semua energi) yang hadir dalam semua
bentuk tetap sama. Tidak pernah ditemukan adanya pengecualian.
Konsep energi ini untuk mempelajari tentang fenomena fisik yang sangat luas. Dengan
konsep ini akan memahami mengapa baju tebal dapat menjaga tubuh tetap hangat,
mengapa bagian lampu kilat dari sebuah kamera dapat menghasilkan kilatan cahaya,
dan arti dari persamaan Einstein yang terkenal E = m c2.
KERJA (USAHA)
Benda yang bergerak dengan perpindahan sebesar s disepanjang garis lurus (untuk
saat ini diasumsikan bahwa semua benda dianggap sebagai sebuah partikel sehingga
dapat mengabaikan setiap gerak rotasi atau perubahan dalam bentuk benda), gaya
konstan sebesar F bekerja pada benda tersebut dalam arah yang sama dengan arah
perpindahan (seperti pada gambar). Definisi kerja (work) W yang dilakukan oleh gaya
konstan F yang bekerja pada kondisi tersebut adalah :
x
s
Contoh Soal 1. Kerja yang dilakukan sebuah gaya dalam arah gerak. Anton mencoba
membuat Vivi terkesan dengan mobil barunya, akan tetapi mesinnya mati di tengah
persimpangan. Sementara Vivi menyetir, Anton mendorong mobilnya 19 m untuk keluar
dari persimpangan. Jika dia mendorong searah dengan arah gerak mobil dengan gaya
konstan 210 N (sekitar 47 lb), berapa kerja yang dilakukannya pada mobil tersebut ?
Penyelesaian :
Dari persamaan (1) :
Dalam contoh soal di atas Anton mendorong mobil searah dengan tujuan kepergiannya.
Bagaimana jika dia mendorong dengan sudut terhadap perpindahan mobilnya
(ilustrasi gambar).
F cos
s
Hanya komponen gaya yang searah dengan arah gerak mobil, 210 cos saja yang
berpengaruh terhadap mobil. Gaya ini harus bekerja pada mobil sehingga mobil
tersebut bergerak sepanjang s, tidak dalam arah F. Yang diperhatikan hanya pada kerja
yang dilakukan Anton, jadi hanya meninjau gaya yang dilakukan. Ketika gayaF dan
perpindahan s mempunyai arah yang berbeda, diambil komponen F dalam arah
perpindahan s, dan didefinisikan kerja sebagai hasil dari komponen ini dan besar
perpindahan.Komponen F dalam arah s adalah F cos , sehingga :
Penting untuk dipahami bahwa kerja adalah besaran skalar, meskipun dihitung dengan
menggunakan dua besaran vektor (gaya dan perpindahan). Suatu gaya 5 N ke arah
timur yang bekerja pada sebuah benda yang bergerak 6 m ke arah timur melakukan
kerja yang tepat sama dengan kerja yang dilakukan oleh gaya 5 N ke arah utara yang
bekerja pada sebuah benda yang bergerak 6 m ke arah utara.
Penting untuk disadari juga bahwa kerja dapat bernilai positif, negatif, atau nol. Hal ini
merupakan cara yang sangat mendasar bahwa kerja dalam fisika didefinisikan berbeda
dengan definisi kerja sehari-hari. Pada saat kerja mempunyai sebuah komponen dalam
arah yang sama dengan perpindahan ( antara 0 dan 90, cos dalam persamaan (2)
adalah positif dan kerja W adalah positif, seperti pada gambar (a).
F F
F F
F cos s F s
s F cos
Pada saat gaya mempunyai sebuah komponen yang berlawanan dengan perpindahan
( antara 90 dan 180), cos adalah negatif dan kerja W adalah negatif, seperti pada
gambar (b). Pada saat gaya tegak lurus terhadap perpindahan, = 90 dan kerja yang
dilakukan oleh gaya adalah nol, seperti pada gambar (c).
Kerja negatif secara umum terjadi ketika suatu benda mengerjakan kerja negatif pada
benda kedua, benda kedua mengerjakan sejumlah kerja positif yang sama pada benda
pertama (Ingat : hukum ketiga Newton tentang gerak, aksi = reaksi).
Perhatian : Kerja yang dilakukan pada benda tertentu oleh sebuah gaya tertentu,
maka jangan pernah lupa menentukan dengan tepat gaya apa yang memberikan kerja.
Saat seseorang mengangkat buku, maka orang tersebut melakukan gaya ke atas pada
buku tersebut dan perpindahan buku adalah ke atas, sehingga kerja yang dilakukan
oleh gaya angkat pada buku adalah positif. Akan tetapi kerja yang dilakukan oleh gaya
gravitasi (berat) pada buku yang diangkat adalah negatif, karena gaya gravitasi berarah
ke bawah berlawanan dengan perpindahan ke atas.
Bagaimana menghitung kerja ketika lebih dari satu buah gaya yang bekerja pada
sebuah benda ? Salah satu cara adalah menggunakan persamaan (2) atau (3) untuk
menghitung kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya secara terpisah. Kerja
adalah besaran skalar, maka kerja total W tot yang dilakukan pada benda tersebut oleh
semua gaya adalah jumlah aljabar dari semua besaran kerja yang dilakukan oleh
masing-masing gaya. Cara lain untuk menemukan kerja total W tot adalah menghitung
jumlah vektor-vektor gaya (yaitu gaya total) dan kemudian menggunakan penjumlahan
vektor ini sebagai F dalam persamaan (2) atau (3).
Contoh Soal 2. Kerja yang dilakukan oleh lebih satu buah gaya. Sutrisno memasang
traktornya dengan kereta (bak) luncur yang dimuati dengan kayu bakar dan
menariknya sejauh 20 m sepanjang tanah padat. Berat total dari kereta luncur dan
beban adalah 14.700 N. Traktor tersebut memberikan gaya konstan 5.000 N pada
sudut 36,9 di atas horizontal. Terdapat gaya gesekan 3.500 N yang berlawanan
dengan arah gerak. Carilah kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya yang bekerja
pada kereta (bak) luncur dan kerja total yang dilakukan oleh semua gaya.
Penyelesaian :
y
F T = 5.000 N
= 3.500 N 36,9 x
w = 14.700 N
Kerjakan bagian yang paling mudah terdahulu. Kerja W w yang dilakukan oleh berat
adalah nol karena arahnya tegak lurus terhadap perpindahan. (Sudut antara gaya
gravitasi dan perpindahan 90, dan harga cosinus sudut adalah nol). Untuk alasan yang
sama kerja W yang dilakukan oleh gaya normal juga nol, sehingga W w = W = 0.
(Untuk berbagai kasus, gaya normal tidak sama besar dengan berat).
Yang tersisa adalah gaya FT yang dilakukan oleh traktor dan gaya gesek f. Dari
persamaan (2) kerja WT yang dilakukan oleh traktor adalah
Gaya gesek berlawanan dengan perpindahan, sehingga untuk gaya ini = 180 dan
cos = - 1. Kerja Wf yang dilakukan oleh gaya gesek adalah :
Kerja total Wtot yang dilakukan pada kereta (bak) luncur oleh semua gaya merupakan
penjumlahan aljabar dari kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya, yaitu :
Wtot = Ww + W + WT + W = 0 + 0 + 80 kJ + (- 70 kJ) = 10 kJ
Dalam pendekatan dengan cara lain, terlebih dahulu menentukan jumlah vektor semua
gaya (total gaya) dan kemudian menggunakannya untuk menghitung kerja total.
Penjumlahan vektor paling mudah dicari dengan menggunakan komponen-
komponennya, yaitu :
Jadi hasilnya sama yang ditemukan dengan cara menghitung kerja yang dilakukan oleh
masing-masing gaya secara terpisah.
v v v v
F F
F F
w w w w
(a) (b) (c) (d)
Pada gambar (a) gaya total pada balok berada dalam arah geraknya. Dari hukum kedua
Newton ini berarti laju balok meningkat. Dari persamaan (1) ini juga berarti kerja total
Wtot yang dilakukan pada balok adalah positif. Kerja total juga positif dalam gambar (b),
tetapi hanya komponen F cos saja yang mempunyai andil terhadap W tot. Balok
kembali bertambah cepat, dan komponen gaya yang sama F cos ini yang
menyebabkan percepatan. Pada gambar (c) kerja total adalah negatif, karena gaya
total berlawanan dengan perpindahan, dalam kasus ini balok makin lambat. Dalam
gambar (d) gaya total adalah nol, sehingga laju balok tetap sama dan kerja total yang
dilakukan pada balok adalah nol. Dapat diambil kesimpulan bahwa saat sebuah partikel
mengalami perpindahan, partikel tersebut bertambah cepat jika W tot> 0, makin lambat
jika Wtot< 0, dan lajunya tetap sama jika Wtot = 0.
Jika sebuah partikel dengan massa m yang bergerak disepanjang sumbu x di bawah
kerja gaya total konstan dengan besar F yang arahnya terletak disepanjang sumbu x
positif (seperti pada gambar di bawah ini).
F
x
s
Percepatan partikel tersebut konstan dan didapatkan dari hukum kedua Newton, F = m
a. Misalkan laju berubah dari v 1 ke v2 ketika partikel melakukan perpindahan s = x 2 – x1
dari titik x1 ke titik x2. Dengan menggunakan persamaan percepatan konstan, v 2 = v02 +
2 a (x – x0) dan mengganti v0 dengan v1, v dengan v2 dan (x – x0) dengan s, maka
diperoleh :
v22 = v12 + 2 a s
v22 – v12
a = ----------------
2s
Jika persamaan di atas dikalikan dengan m dan mengganti m.a dengan gaya total F,
maka diperoleh :
v22 – v12
F = m a = m ----------------
2s
Hasil kali F s adalah kerja yang dilakukan oleh gaya total F dan akibatnya sama dengan
kerja total Wtot yang dilakukan oleh semua gaya yang bekerja pada partikel. Besaran
½ mv2 dinamakan energi kinetik (kinetic energy) K dari partikel :
Seperti halnya kerja, energi kinetik partikel adalah besaran skalar, energi itu
bergantung hanya pada massa dan laju partikel, tidak pada arah. Sebuah mobil (dilihat
sebagai sebuah partikel) mempunyai energi kinetik yang sama ketika melaju ke utara
pada 10 m/s dengan ketika melaju ke timur pada 10 m/s. Energi kinetik tidak pernah
negatif, dan akan nol hanya jika partikel berhenti.
Persamaan (4) diinterpretasikan dalam kerja dan energi kinetik. Suku pertama pada sisi
kanan persamaan (4) adalah K2 = ½ m v22, energi kinetik akhir partikel (yaitu setelah
perpindahan), suku kedua pada sisi kanan persamaan (4) adalah energi kinetik awal K 1
= ½ m v12, dan selisih antara keduanya adalah perubahan energi kinetik, sehingga
persamaan (4) menyatakan bahwa kerja dilakukan oleh gaya total pada partikel
sama dengan perubahan energi kinetik partikel. Hasilnya adalah teorema
kerja-energi (work-energy theorem).
Teorema kerja-energi sesuai dengan contoh pada gambar balok meluncur pada sebuah
meja licin di atas. Saat W tot positif, K2 lebih besar dari K1, energi kinetik meningkat, dan
partikel melaju semakin cepat pada akhir perpindahan dibanding pada permulaan. Saat
Wtot negatif, energi kinetik menurun, dan lajunya lebih lambat setelah perpindahan.
Saat Wtot = 0, energi kinetik awal dan akhir K 1 dan K2 adalah sama dan lajunya tidak
berubah. Jadi teorema kerja-energi dengan sendirinya memberitahu hanya tentang
perubahan laju, bukan kecepatan, karena energi kinetik tidak membawa informasi
tentang arah gerakan.
Dari persamaan (4) atau (6), energi kinetik dan kerja harus mempunyai satuan yang
sama. Oleh karena itu Joule adalah satuan SI untuk keduanya (dan untuk semua
bentuk energi). Untuk pembuktian, satuan SI besaran K = ½ m v 2 mempunyai satuan
kg.(m/s)2 atau kg.m2/s2, ingat bahwa 1 N = 1 kg.m/s2, sehingga :
Dalam satuan Inggris (British) energi kinetik dan kerja dinyatakan dalam :
1. Pilih posisi awal dan akhir benda, dan gambarkan diagram benda bebas yang
menunjukkan semua gaya yang bekerja pada benda. Tuliskan gaya-gaya, dan
hitung kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya. Dalam berbagai kasus,
satu atau lebih gaya yang mungkin diketahui, tuliskan gaya yang tidak dikenal
dengan simbul aljabar, pastikan untuk memeriksa tanda-tanda. Saat sebuah
gaya mempunyai komponen dalam arah yang sama dengan perpindahan maka
kerja adalah positif, saat komponen berlawanan dengan perpindahan maka kerja
menjadi negatif, saat gaya dan perpindahan tegak lurus maka kerja adalah nol.
2. Tambahkan sejumlah kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya yang terpisah untuk
mendapatkan kerja total. Sekali lagi hati-hati dengan tanda-tanda. Kadang-
kadang lebih mudah untuk menghitung jumlah vektor gaya-gaya (gaya total)
terlebih dahulu dan kemudian mencari kerja yang dilakukan oleh gaya total.
3. Tulis simbul untuk energi kinetik awal dan akhir dengan K1 dan K2. Jika besaran
seperti v1 dan v2 tidak diketahui, nyatakan dalam hubungan yang sesuai dengan
simbul aljabar. Ketika menghitung energi-energi kinetik, pastikan menggunakan
massa benda, bukan berat.
4. Gunakan hubungan Wtot = K2 – K1 = ∆ K, masukkan hasil dari langkah-langkah
di atas, selesaikan untuk memperolehsemua variabel yang dibutuhkan. Ingat
bahwa energi kinetik tidak pernah negatif, jika menemukan K negatif berarti
terjadi kesalahan, mungkin menuar subskrip 1 dengan 2 atau membuat
kesalahan tanda dalam salah satu perhitungan.
Contoh Soal 1. Pada penggerak sebuah tiang pancang kepala palu baja dengan massa
200 kg di angkat 3,00 m di atas puncak vertikal balok yang akan digerakkan
(dimasukkan) ke dalam tanah. Palu tersebut dijatuhkan mengenai balok 7,4 cm masuk
lebih jauh ke dalam tanah. Rantai vertikal yang menyertai kepala palu melakukan gaya
gesekan konstan 60 N pada kepala palu. Gunakan teorema kerja-energi untuk mencari :
a) laju kepala palu tersebut sesaat setelah menghantam balok, dan b) gaya rata-rata
kepala palu yang bekerja pada balok. Pengaruh udara diabaikan.
Penyelesaian :
y
y
ƒ = 60 N ƒ = 60 N
v x x
3,00 m
7,4 cm
w=mg w=mg
(a) (b) (c)
Gambar (b) adalah diagram benda bebas yang menunjukkan gaya vertikal pada kepala
palu yang jatuh. Oleh karena perpindahan vertikal, semua jenis gaya horizontal yang
ada tidak akan melakukan kerja (ingat gaya tegak lurus perpindahan, = 90, kerja
nol).
a) Titik 1 sebagai posisi awal kepala palu, titik 2 sebagai tempat kepala palu
menghantam balok. Gaya-gaya vertikal adalah gaya berat ke bawah w = m g = (200
kg)(9,80 m/s2) = 1.960 N dan gaya gesek ke atas ƒ = 60 N, sehingga gaya total ke
arah bawah adalah w – ƒ = 1.960 N – 60 N = 1.900 N. Perpindahan kepala palu dari
dari titik 1 ke titik 2 adalah ke bawah dan sama dengan s 12 = 3,00 m. Kerja total yang
dilakukan pada kepala palu tersebut bergerak dari titik 1 ke titik 2 adalah :
Wtot = K2 – K1 = ½ m v22 – 0
2 Wtot 2 (5.700 J)
v2 = ------------- = ------------------ = 7,55 m/s
m 200 kg
Ini adalah laju kepala palu pada titik 2 sesaat menghantam balok.
b) Pada titik 3 kepala palu akhirnya berhenti, maka K 3 = 0. Seperti pada gambar (c)
sekarang terdapat penambahan gaya, gaya normal ke atas yang dilakukan balok pada
kepala palu selama penambahan perpindahan ke bawah s 23 = 7,4 cm = 0,074 m. Gaya
ini sebenarnya berubah-ubah sampai kepala palu akhirnya berhenti, tetapi demi
kemudahan diperlakukan sebagai sebuah konstanta, hasil untuk tersebut kemudian
akan menjadi nilai rata-rata dari gaya ke atas selama gerak. Kerja total yang dilakukan
pada kepala palu selama perpindahan 7,4 cm = 0,074 m adalah :
Wtot = (w – ƒ - ) s23
Ini sama dengan perubahan energi kinetik K 3 – K2, yang negatif karena energi kinetik
kepala menurun, sehingga :
(w – ƒ - ) s23 = K3 – K2
Perubahan total energi kinetik kepala palu selama seluruh proses adalah nol, gaya total
yang relatif kecil melakukan kerja positif untuk jarak yang jauh, dan kemudian gaya
total yang jauh lebih besar melakukan kerja negatif untuk jarak yang lebih pendek.
Hal yang sama terjadi jika menjalankan mobil dengan laju yang semakin meningkat
dan kemudian mengemudikannya ke arah tembok batu. Gaya yang sangat besar
diperlukan untuk mengurangi energi kinetik menjadi nol pada jarak yang pendek adalah
yang menyebabkan kerusakan pada mobil termasuk pada pengemudinya.
Wtot = K – 0 = K
Jadi, energi kinetik partikel sama dengan kerja total yang dilakukan untuk
mempercepat partikel tersebut dari keadaan diam ke laju tertentu . Definisi K
= ½ mv2 dari persamaan (5) tidak terpilih secara acak, persamaan ini adalah satu-
satunya definisi yang sesuai dengan pengertian energi kinetik.
Dalam bagian kedua contoh soal 1. energi kinetik kepala palu digunakan untuk
melakukan kerja pada balok dan memukulnya ke dalam tanah. Ini memberikan
penafsiran lain tentang energi kinetik : energi kinetik partikel sama dengan kerja
total yang dapat dilakukan partikel dalam prosesnya sampai berhenti . Oleh
karena sebab inilah mengapa pemain baseball (kasti dan sejenisnya) menarik
tangannya dan lengannya saat menangkap bola yang melayang. Saat bola berhenti,
bola tersebut melakukan sejumlah kerja (gaya kali jarak) pada tangan pemain baseball
yang sama dengan energi kinetiknya awal bola. Dengan menarik kembali tangannya,
pemain baseball tersebut memperbesar jarak dimana gaya bekerja dan meminimumkan
gaya yang bekerja pada tangannya.
x2
W = ∫ F dx (komponen x gaya yang berubah-ubah, pada perpindahan garis lurus) ………. (7)
x1
Fx
0 x1 x2 x
x 2 – x1
(a)
y
Ff
Fe
Fd
Fc
Fb
Fa
(b)
Catatan : bahwa Fa Δxa mewakili luas bidang vertikal pertama dalam (b) dan integral
dalam persamaan (7) mewakili luas di bawah kurva dalam gambar (a) antara x 1 dan x2.
Pada grafik gaya sebagai fungsi posisi, kerja total yang dilakukan oleh gaya diwakili
oleh luas di bawah kurva antara posisi awal dan posisi akhir . Pengertian lain dari
persamaan (7) adalah bahwa kerja W sama dengan gaya rata-rata yang bekerja
sepanjang keseluruhan perpindahan dikalikan dengan perpindahan.
Persamaan (7) juga dapat digunakan jika F, komponen x dari gaya, konstan. Dalam
kasus itu F dapat dikeluarkan dari integral :
X2 x2
W = ∫ F dx = F ∫ dx = F (x2 – x1)
x1 x1
(x2 – x1) = s adalah perpindahan total partikel. Dalam kasus gaya konstan F, persamaan
(7) mengatakan bahwa W = F s, sesuai dengan persamaan (1). Pengertian kerja
sebagai luas di bawah kurva F sebagai fungsi x juga berlaku bagi gaya konstan, W = F
s adalah luas segiempat dengan tinggi F dan lebar s, seperti gambar berikut ini :
Fx
x
0 x1 x2
x 2 – x1
Pada pegas yang teregang, agar pegas tetap meregang melampaui panjang awalnya
sejarak x, maka harus menerapkan gaya dengan besar F pada masing-masing
ujungnya, seperti gambar berikut ini :
x
F F
Jika pemanjangan x tidak terlalu besar, maka ditemukan bahwa F berbanding lurus
dengan x, sehingga :
k adalah konstanta yang disebut dengan konstanta gaya (force constant atau konstanta
pegas) dari pegas. Persamaan (8) menunjukkan bahwa satuan k adalah gaya dibagi
dengan jarak, N/m dalam satuan SI, lb/ft dalam satuan Inggris. Sebagai contoh sebuah
mainan pegas (seperti Slinky) mempunyai konstanta gaya (k) adalah 1 N/m, untuk
pegas yang jauh lebih kaku seperti pada suspensi mobil, k adalah 10 5 N/m. Hasil
pengamatan dengan pemanjangan berbanding lurus dengan gaya untuk pemanjangan
yang tidak terlalu besar dilakukan oleh Robert Hooke pada tahun 1678 dan dikenal
sebagai hukum Hooke (sebenarnya tidak seharusnya disebut sebagai “hukum”, hanya
pernyataan tentang suatu piranti yang khusus, bukan hukum alam yang mendasar).
Pegas asli tidak selalu mengikuti persamaan (8) secara persis, tetapi persamaan ini
tetap merupakan model ideal yang berguna.
Untuk meregangkan sebuah pegas harus melakukan kerja, dengan menerapkan gaya
yang sama dan berlawanan pada ujung-ujung pegas dan meningkatkan gaya-gaya
tersebut secara bertahap. Ujung sebelah kiri ditahan agar tidak bergerak, jadi gaya
yang diterapkan pada ujung ini tidak melakukan kerja, sedang gaya pada ujung yang
bergerak memang melakukan kerja.
F = kx
kX
x
0 X
Gambar di atas adalah grafik F sebagai fungsi x, pemanjangan pegas. Kerja yang
dilakukan oleh F saat pemanjangan berlangsung dari nol ke nilai maksimum X adalah :
X X
W = ∫ F dx = ∫ kx dx = ½ kX2 …………………………………………………….. (9)
0 0
Hasil ini juga dapat diperoleh dengan secara grafis. Luas segitiga dari gambar yang
diarsir mewakili kerja total yang dilakukan oleh gaya, sama dengan setengah hasil kali
alas dan tinggi, atau :
W = ½ (X)(k X) = ½ kX2
Persamaan ini juga menyatakan bahwa kerja adalah gaya rata-rata kX/2 dikalikan
dengan perpindahan total X. Juga dapat dilihat bahwa kerja total sebanding dengan
kuadrat perpanjangan akhir X. Untuk meregangkan pegas ideal sebesar 2 cm, harus
melakukan empat kali kerja yang dibutuhkan untuk meregangkan pegas 1 cm.
Persamaan (9) mengasumsikan bahwa pegas pada awalnya tidak teregang. Jika pada
awalnya pegas telah teregang sepanjang jarak x1, maka kerja yang harus dilakukan
untuk meregangkan pegas ke pemanjangan x2 yang lebih besar adalah :
x2 x2
W = ∫ F dx = ∫ kx dx = ½ kx22 – ½ kx12 .……………………………………. (10)
x1 x1
Jika tersebut mempunyai jarak antar gulungannya ketika pegas tersebut tidak teregang,
maka pegas itu juga dapat ditekan, dan hukum Hooke juga berlaku pada penekanan
seperti halnya pada peregangan. Dalam kasus ini gaya F dan perpindahan x memiliki
arah seperti dalam gambar di bawah, sehingga F dan x dalam persamaan (8) kedua-
duanya akan negatif, karena F dan x dibalik maka gaya tersebut kembali memiliki arah
yang sama dengan perpindahan dan kerja yang dilakukan oleh F kembali positif. Jadi
kerja totalnya tetap seperti diberikan persamaan (9) atau (10), bahkan saat X negatif
atau salah satu dari x1 dan x2 atau kedua-duanya negatif.
F F
Contoh Soal. Seorang wanita dengan berat 600 N naik ke atas sebuah timbangan
yang berisi pegas kaku. Dalam kesetimbangan pegas tertekan 1,0 cm akibat berat
wanita tersebut. Tentukan konstanta gaya pegas dan kerja total yang dilakukan pada
pegas tersebut selama penekanan.
Penyelesaian :
1,0 cm
+x
Dalam kesetimbangan gaya total pada wanita tersebut adalah nol, jadi berat wanita itu
dan gaya pegas yang bekerja padanya mempunyai besar yang sama 600 N, tetapi pada
arah yang berlawanan. Diambil nilai positif x yang sesuai dengan arah pemanjangan
(peregangan), sehingga pada penimbangan yang terjadi adalah pegas ditekan sehingga
x = 1,0 cm = - 0, 010 m, dan gaya yang diterapkan wanita tersebut pada pegas
adalah F = - 600 N. Dari persamaan (8) konstanta gaya k adalah :
F - 600 N
k = -------- = ---------------- = 60.000 N/m
x - 0,010 m
Teorema kerja-energi, Wtot = K2 – K1, untuk kasus khusus gerak garis lurus dengan
gaya total konstan. Sekarang dapat dibuktikan bahwa teorema kerja-energi ini benar
bahkan saat gaya berubah terhadap posisi. Sebuah partikel yang mengalami
perpindahan x saat dikenai gaya total dengan komponen x dari F, yang sekarang
dibiarkan berubah. Seperti pada gambar (a) perpindahan total x dibagi ke dalam
segmen-segmen kecil Δx, dengan menerapkan teorema kerja-energi. Dari persamaan
(6) pada tiap segmen karena nilai F dalam tiap segmen kecil mendekati konstan.
Perubahan energi kinetik dalam segmen Δx a sama dengan kerja Fa Δxa, demikian
seterusnya. Perubahan total energi kinetik adalah jumlah dari perubahan-perubahan
dalam masing-masing segmen, sehingga sama dengan kerja total yang dilakukan pada
partikel selama seluruh perpindahan. Jadi W tot = ΔK berlaku untuk gaya-gaya yang
berubah-ubah seperti halnya untuk gaya-gaya konstan.
Berikut ini adalah penurunan lain dari teorema kerja-energi untuk gaya yang mungkin
berubah terhadap posisi. Penurunan tersebut melibatkan perubahan variabel dari x ke v
dalam integral kerja. Sebagai permulaan dicatat bahwa percepatan a dari partikel dapat
dinyatakan dalam berbagai cara, menggunakan a = dv/dt, v = dx/dt, dan aturan rantai
untuk memperoleh turunan ;
dv dv dx dv
a = ------- = ------- ------- = v ------ …..……………………………………….. (11)
dt dx dt dx
Dengan menggunakan hasil di atas, maka persamaan (7) memberitahu bahwa kerja
total yang dilakukan oleh gaya total F adalah :
x2 x2 x2 dv
Wtot = ∫ F dx = ∫ ma dx = ∫ mv ------ dx …………………………………..… (12)
x1 x1 x1 dx
v2
Wtot = ∫ mv dv
v1
Integaral v dv tidak lain adalah v 2/2, dengan mengganti batas atas dan batas bawah,
maka akhirnya didapatkan :
Ini adalah hasil yang sama seperti pada persamaan (6), tetapi tanpa asumsi bahwa
gaya total F konstan. Teorema kerja-energi berlaku bahkan saat F berubah selama
perpindahan.
Contoh Soal. Sebuah glider rel udara dengan massa 0,100 kg terikat pada ujung rel
udara horizontal oleh sebuah pegas dengan konstanta gaya 20,0 N/m. Pada mulanya
pegas tidak teregang dan glider bergerak pada 1,50 m/s ke kanan. Tentukan
perpindahan maksimum d dimana glider bergerak ke kanan, a) jika rel udara disetel
sehingga tidak ada gesekan, dan b) jika rel udara dimatikan sehingga terdapat gesekan
kinetik dengan koefisien k = 0,47.
Penyelesaian :
y y
k m
v1
Fpegas x Fpegas fk x
w = mg w = mg
Gambar (b) dan (c) berturut-turut menunjukkan diagram benda bebas untuk glider
tanpa dan dengan gesekan. Gaya yang diberikan oleh pegas tidak konstan, sehingga
tidak dapat menggunakan persamaan untuk percepatan konstan, tetapi dengan
menggunakan teorema kerja-energi.
a) Glider bergerak hanya secara horizontal, sehingga hanya gaya pegas horizontal
saja yang melakukan kerja. Ketika glider bergerak sejauh d ke kanan, glider
meregangkan pegas sejauh d dan melakukan sejumlah kerja pada pegas
sebesar ½ kd2. Pegas melakukan sejumlah kerja pada glider sebesar negatif nilai
ini, atau – 1/2kd2. Pegas meregang sampai glider sesaat berhenti, jadi energi
kinetik akhir glider adalah nol. Energi kinetik awal glider adalah ½ mv 12. Dengan
menggunakan teorema kerja-energi, diperoleh :
½ kd2 = 0 – ½ mv12
m 0,100 kg
d = v1 ----- = (1,50 m/s) ---------------- = 0,106 m = 10,6 cm
k 20,0 N/m
Pegas yang teregang menarik glider kembali ke kiri, jadi glider berhenti sesaat.
b) Jika rel udara dimatikan, maka harus memasukkan kerja yang dilakukan oleh
gaya konstan dari gesekan kinetik. Gaya normal memiliki besar yang sama
dengan berat glider, karena rel horizontal dan tidak ada gaya vertikal lain. Besar
gaya gesek kinetiknya adalah fk = k = k w = k mg. Gaya gesek diarahkan
berlawanan dengan perpindahan, jadi kerja yang dilakukan oleh gesekan
adalah :
Kerja total adalah jumlah dari Wtot dan kerja yang dilakukan oleh pegas, - ½ kd 2,
maka :
Telah digunakan d sebagai simbul untuk perpindahan positif, jadi hanya nilai positif d
yang masuk akal, sehingga dengan adanya gesekan glider bergerak sejauh d = 0,086
m = 8,6 cm.
Dengan adanya gesekan, glider menempuh jarak yang lebih pendek dan pegas kurang
meregang. Sekali lagi glider berhenti sesaat, dan sekali lagi gaya pegas menarik glider
ke kiri, bergerak atau tidaknya glider bergantung pada seberapa besar gaya gesek
statisnya.
TEOREMA KERJA-ENERGI UNTUK GERAK SEPANJANG KURVA
Definisi kerja dapat digeneralisasi lebih lanjut untuk memasukkan gaya yang berubah
dalam arah seperti juga besarnya, dan perpindahan yang terletak disepanjang lintasan
melengkung. Jika sebuah partikel bergerak dari titik P1 ke P2 sepanjang lengkungan,
seperti gambar (a) sebagai berikut :
P2
P1
dl
(a) P2
FI F
P1
dl FII = F cos
(b)
Bagian kurva antara kedua titik ini dibagi menjadi sejumlah perpindahan vektor yang
sangat kecil, dan disebut salah salah satunya dengan dl. Masing-masing dl adalah garis
singgung dari lintasan pada posisinya. Ambil F sebagai gaya pada titik tertentu
sepanjang lintasan dan ambil sebagai sudut antara F dan dl pada titik ini, maka
elemen kecil dari dW yang dilakukan pada partikel selama perpindahan dl dapat
dituliskan sebagai :
dW = F cos dl = FII dl = F . dl
FII = F cos adalah komponen F yang arahnya paralel terhadap dl pada gambar (b).
Kerja total yang dilakukan oleh F pada partikel ketika bergerak dari P 1 ke P2 adalah :
P2 P2 P2
W = ∫ F cos dl = ∫ FII dl =∫ F . dl (kerja pada lintasan lengkung)…. (14)
P1 P1 P1
Persamaan (6) adalah benar bahkan dengan gaya yang berubah-ubah dan perpindahan
sepanjang lintasan lengkung. Gaya F pada dasarnya konstan pada semua segmen dl
yang sangat kecil dari lintasan, sehingga teorema kerja-energi dapat diterapkan untuk
gerak garis lurus terhadap segmen itu. Dengan demikian perubahan energi
kinetikpartikel K pada segmen tersebut sama dengan kerja dW = F II dl = F . dl yang
dilakukan pada partikel. Penambahan semua besaran kerja yang sangat kecil ini dari
semua segmen sepanjang keseluruhan lintasan menghasilkan kerja total yang
dilakukan. Persamaan (14) dan ini sama dengan perubahan total energi kinetik pada
keseluruhan lintasan, jadi Wtot = ∆ K = K2 – K1 benar secara umum, seperti apapun
lintasannya dan apapun karakter dari gaya. (Ini dapat dibuktikan dengan menggunakan
langkah-langkah seperti persamaan (11) sampai dengan (13)).
Catatan : bahwa hanya komponen gaya total yang sejajar dengan lintasan F II yang
bekerja pada partikel, sehingga hanya komponen ini yang dapat mengubah laju dan
energi kinetik partikel. Komponen yang tegak lurus terhadap lintasan FI = F sin , tidak
memiliki efek terhadap laju partikel, namun hanya mengubah arah partikel.
Integral dalam persamaan (14) disebut integral garis. Untuik menghitung integral ini
dalam masalah yang khusus dibutuhkan berbagai jenis deskripsi yang lebih rinci dari
lintasandan bagaimana F berubah sepanjang lintasan.
Contoh Soal. Pada sebuah acara piknik keluarga di kawasan Kaliurang, saudara
ditunjuk untuk mendorong Coki sepupu saudara yang rewel dan menjengkelkan di
sebuah ayunan. Berat sepupu saudara adalah w, panjang rantai R dan saudara
mendorong Coki sampai rantai membuat sudut terhadap garis vertikal. Untuk
melakukan ini saudara mengerahkan berbagai gaya horizontal F yang dimulai dari nol
dan bertambah sedikit demi sedikit sampai cukup besar sehingga Coki dan ayunan
bergerak sangat pelan dan hampir mendekati keadaan setimbang. Berapa total kerja
yang dilakukan pada Coki oleh semua gaya ? Berapa kerja yang dilakukan oleh
tegangan T dalam rantai ? Berapa kerja yang saudara lakukan dengan memberikan
gaya F ? Berat tali dan tempat duduk ayunan diabaikan !
Penyelesaian :
y
R T T cos
dl
F
x
s T sin F
(a) (b)
Diagram benda bebas diperlihatkan pada gambar (b). Tegangan pada kedua rantai
telah diganti dengan sebuah tegangan tunggal T. Coki berada dalam keadaan
setimbang di setiap titik, maka gaya total yang bekerja padanya adalah nol dan total
kerja yang dilakukan padanya oleh semua gaya adalah nol. Pada setiap titik selama
gerakan tersebut gaya rantai pada Coki tegak lurus terhadap tiap dl, sehingga sudut
antara gaya rantai dan perpindahan selalu 90, karena itu kerja yang dilakukan
tegangan rantai adalah nol.
Untuk menghitung kerja yang dilakukan oleh F, maka harus tahu perubahannya
terhadap sudut . Coki berada dalam keadaan setimbang pada setiap titiknya, sehingga
dari Fx = 0 diperoleh :
Fx = F + ( T sin ) = 0,
Fy = T cos + ( w) = 0
Dengan menghilangkan T dari dua persamaan di atas, maka diperoleh :
F = w tan
W = ∫ F.dl = ∫ F cos ds
W = ∫ (w tan ) cos (R d) = wR∫ sin d = wR (1 – cos )
0 0
Jika = 0, tidak ada perpindahan, dalam hal ini cos = 1 dan W = 0, seperti yang
diperkirakan. Jika = 90, maka cos = 0 dan W = wR. Jika demikian kerja yang
saudara lakukan sama dengan seolah-olah saudara mengangkat Coki langsung ke atas
dengan jarak R dengan sebuah gaya yang sama dengan beratnya w. Sebenarnya
besaran R(1 cos ) adalah kenaikan ketinggiannya dari atas tanah selama
perpindahan, jadi untuk setiap nilai dari kerja yang dilakukan oleh gaya F adalah
perubahan ketinggian dikalikan dengan berat. (Ini merupakan contoh umum).
DAYA
Definisi dari kerja tidak mengambil acuan terhadap jalannya waktu. Jika mengangkat
barbel seberat 400 N melalui jarak vertikal 0,5 m dengan kecepatan konstan, maka
kerja yang dilakukan adalah (400 N)(0,5 m) = 200 N.m = 200 J, tidak peduli akan
menghabiskan waktu 1 detik, 1 jam, atau 1 tahun untuk melakukan hal itu. Ingin tahu
seberapa cepat kerja dilakukan, hal ini digambarkan dalam bentuk daya. Dalam
percakapan sehari-hari kata “daya” sering diartikan sebagai “energi” atau “gaya”.
Dalam fisika digunakan definisi yang lebih presisi, daya (power) adalah laju waktu
dimana kerja dilakukan. Seperti kerja dan energi, daya adalah besaran skalar.
Ketika jumlah kerja ΔW dilakukan selama selang waktu Δt, kerja rata-rata yang
dilakukan per satuan waktu atau daya rata-rata (average power) Prt didefinisikan
sebagai :
ΔW
Prt = --------- (daya rata-rata) …..………………………………………………… (15)
Δt
Laju kerja yang dilakukan mungkin saja tidak konstan. Bahkan ketika laju tersebut
berubah-ubah, dapat didefinisikan daya sesaat (instantaneous power) P sebagai limit
dari hasil bagi dalam persamaan (15) pada saat Δt mendekati nol :
ΔW dW
P = lim ------- = -------- (daya sesaat) ………………………………….. (16)
Δt 0 Δt dt
Satuan SI dari daya adalah watt (W), diambil dari nama penemu Inggris, James Watt.
Satu Watt sama dengan satu Joule/sekon ( 1 W = 1 J/s), satu kilowatt (1 kW = 10 3 W),
satu megawatt (1 MW = 106 W). Dalam sistem Inggris kerja dinyatakan dalam foot-
pound (ft-lb), dan satuan daya adalah foot.pound/sekon (ft.lb/s). Satuan yang lebih
besar disebut horsepower/tenaga kuda (hp) juga digunakan. (1 hp = 550 ft.lb/s =
33.000 ft.lb/min). Konversinya 1 hp = 746 W = 0,746 kW atau 1 hp sama dengan kira-
kira ¾ kilowatt.
Watt adalah satuan yang biasa digunakan untuk daya listrik; bola lampu 100 W
mengkonversi 100 J energi listrik ke dalam bentuk cahaya dan panas tiap detik, tetapi
tidak ada sifat listrik tertentu tentang watt atau kilowatt.
Satuan daya dapat digunakan untuk mendefinisikan satuan baru dari kerja atau energi.
Kilowatt-hour (kWh) adalah satuan komersial yang umum pada energi listrik. Satu
kilowatt-hour adalah kerja total yang dilakukan dalam satu jam (3.600 sekon) ketika
dayanya sebesar 1 kilowatt (10 3 J/s), sehingga 1 kWh = (10 3 J/s)( 3.600 s) = 3,6 x 10 6
J = 3,6 mJ. Jadi kilowatt-hour adalah satuan kerja atau energi, bukan daya.
Dalam mekanika juga dapat dinyatakan daya dalam bentuk gaya dan kecepatan.
Seandainya sebuah gaya F dikenakan pada sebuah benda pada waktu benda tersebut
mengalami perpindahan vektor Δs. Jika Fs adalah komponen dari F yang menyinggung
lintasan (partikel terhadap Δs), maka kerja yang dilakukan oleh gaya adalah ΔW = F s
Δs dan daya rata-rata adalah :
FII Δs Δs
Prt = ------------ = FII -------- = FII vrt …………………………………………… (17)
Δt Δt
v adalah besar dari kecepatan sesaat. Persamaan (18) juga dapat dinyatakan dalam
bentuk perkalian skalar :
Penyelesaian :
Gaya berada dalam arah yang sama dengan kecepatan, sehingga F = F II. Dari
persaman (18) :
1 hp
7
= (4,93 x 10 W) ------------- = 66.000 hp
746 W
Ada dua gaya yang melawan gerak mobil, yaitu gesekan gelinding (rolling) dan
hambatan udara. Gesekan gelinding berdasarkan r. Sebuah nilai umum r untuk ban
yang penuh berisi angin pada aspal kasar adalah 0,015. Sebagai contoh sebuah mobil
Porsche 911 Carrera memiliki massa (m) = 1.251 kg dan berat (w) = 1.251 kg x 9,80
m/s2 = 12.260 kg.m/s2 = 12.260 N, sehingga gaya hambat dari gesekan gelinding pada
sebuah jalan datar (dimana gaya normal = w = mg) adalah :
Gaya oleh hambatan udara Fudara kira-kira sebanding dengan kuadrat lajunya dan dapat
dinyatakan dengan persamaan :
Untuk laju di daerah pemukiman , dimana v = 10 m/s (36 km/jam, atau kira-kira 22
mph), gaya hambatan udara kira-kira :
Pada laju sedang 15 m/s (54 km/jam atau 34 mph), F udara adalah 60 N dan laju di jalan
raya 30 m/s (110 km/jam atau 67 mph) adalah 360 N. Jadi pada laju rendah, hambatan
udara kurang penting dibanding gesekan gelinding, pada laju sedang keduanya
sebanding, dan pada laju di jalan raya hambatan udara mendominasi.
Untuk mengemudi di jalan yang rata dengan laju konstan, jumlah F gelinding dan Fudara
harus tepat seimbang dengan gaya ke depan F ke depan yang diberikan oleh roda mobil.
(Roda mobil mendorong ke belakang pada aspal, dan aspal mendorong mobil ke
depan). Daya yang dipakai hanyalah gaya maju dikalikan dengan laju v. Untuk mobil
Porsche 911 Carrera daya yang dibutuhkan untuk laju konstan v adalah :
Untuk tiga laju yang telah disebutkan di atas, maka dapat dilakukan perhitungan untuk
mencari hasil sebagai berikut :
v (m/s) Fgelinding (N) Fudara (N) Fke depan (N) P (kW) P (hp)
10 180 40 220 2,2 2,9
15 180 60 270 4,1 5,5
30 180 360 540 16 22
Berapa banyak bahan bakar yang dipakai mesin untuk menyediakan daya ini ?
Pembakaran 1 liter bensin melepaskan energi kira-kira 3,5 x 10 7 J, tetapi tidak
semuanya diubah menjadi kerja yang bermanfaat. Hukum termodinamika menentukan
batas dasar pada efisiensi pengubahan panas menjadi kerja. Dalam sebuah jenis mesin
mobil, kira-kira 65 % dari panas yang dilepaskan dari pembakaran bensin dibuang ke
dalam sistem pendingin dan pembuangan. Sekitar 20 % lainnya diubah menjadi kerja
yang bukan untuk menggerakkan mobil, termasuk kerja yang dilakukan untuk melawan
gesekan sepanjang perjalanan dan menjalankan peralatan tambahan seperti air-
conditioner (AC) dan power steering, sehingga yang tertinggal sekitar 15 % energi
untuk melakukan kerja melawan gesekan roda dan hambatan udara. Jadi energi
tersedia per liter bensin menjadi :
Sebagai ilustrasi pada pemakaian bahan bakar untuk laju 15 m/s, daya yang
dibutuhkan 4,1 kW = 4.100 J/s, dalam satu jam (3.600 s) energi total yang dibutuhkan
adalah :
Dari persamaan (21) banyaknya bahan bakar yang digunakan dalam satu jam untuk
menempuh jarak 54 km dengan laju 15 m/s, adalah :
1,5 x 107 J
---------------------- = 2,6 liter
5,3 x 106 J/liter
Bensin sejumlah itu menjalankan mobil sejauh 54 km, sehingga jarak yang ditempuh
per liter bahan bakar adalah (54 km)/(2,6 liter) = 19 km/liter atau 45 mil/galon. (Jadi
pada pembuatan mobil perancangannya harus memperhatikan faktor aerodinamis
sehingga efisien dalam penggunaan bahan bakarnya).
Daya yang dibutuhkan untuk berjalan dengan laju konstan 15 m/s pada permukaan
yang rata adalah 4,1 kW, tetapi daya yang dibutuhkan untuk percepatan dan pendakian
bukit mungkin saja lebih besar. Mobil Porsche 911 Carrera dalam promosinya dikatakan
mampu bergerak dari 0 sampai 60 mph (27 m/s) dalam 6,1 s, maka energi akhirnya
menjadi :
4,6 x 105 J
Prt = -------------------- = 7,5 x 104 W = 75 kW = 100 hp
6,1 s
Percepatan yang tinggi ini membutuhkan kira-kira 18 kali daya laju konstan 15 m/s
(tidak termasuk daya untuk mengatasi gesekan jalan). Sebagai contoh untuk mobil
Porsche 911 Carrera dipromosikan memiliki tenaga kuda maksimum 214 hp pada laju
mesin 5.900 rpm.
Daya total yang dibutuhkan adalah sebesar ini ditambah 16 kW yang dibutuhkan untuk
menjaga laju 30 m/s pada jalan rata, yaitu ;
Ptot = 18 kW + 16 kW = 34 kW = 46 hp
PENDAHULUAN
Energi kinetik dalam konsepnya terkait dengan gerakan suatu benda pada suatu sistem,
meningkat dalam jumlah yang sama dengan kerja yang dilakukan. Sedangkan
pendekatan baru dalam konsep energi potensial yaitu bahwa energi terkait dengan
posisi (letak) suatu sistem dan bukan dengan gerak sistem tersebut. Dalam berbagai
kasus jumlah antara energi kinetik dan energi potensial suatu sistem (dinamakan sistem
energi mekanik total dari sistem tersebut) adalah konstan selama sistem tersebut
melakukan pergerakan. Hal ini yang akan menuntun pernyataan umum mengenai
kekekalan energi, yang merupakan salah satu prinsip yang paling fundamental dan
paling luas jangkauannya dalam semua bidang ilmu pengetahuan.
Flain
w=mg
y1 y2
y2 y1
w=mg
0 0
Persamaan (1) juga memberikan hasil yang benar ketika benda bergerak naik dan y 2
lebih besar dari y1, gambar 1.(b) Dalam kasus tersebut y 1 – y2 negatif dan Wgrav negatif,
karena gaya berat dan perpindahan berlawanan arah. Persamaan (1) memperlihatkan
bahwa Wgrav dapat dinyatakan dalam besaran mgy pada awal dan akhir perpindahan.
Besaran ini merupakan perkalian gaya berat mg dengan ketinggian y di atas titik pusat
koordinat, ini dinamakan energi potensial gravitasi (gravitational potential
energy = U) :
Nilai awalnya adalah U1 = mgy1 dan nilai akhirnya adalah U2 = mgy2. Perubahan U
adalah pengurangan nilai akhir dengan nilai awal atau ΔU = U 2 – U1. Kerja Wgrav yang
dikerjakan oleh gaya gravitasi selama perpindahan dari y 1 ke y2 dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Tanda negatif di depan ΔU merupakan hal penting, ketika benda bergerak naik, y akan
semakin besar, kerja yang dilakukan gaya gravitasi akan negatif, maka energi potensial
gravitasi akan bertambah (ΔU > 0). Sebaliknya ketika benda bergerak turun, y akan
berkurang, gaya gravitasi akan melakukan kerja positif, maka energi potensial gravitasi
akan berkurang (ΔU < 0). Seperti ditunjukkan persamaan (3), maka satuan energi
potensial adalah Joule (J), satuan ini sama dengan satuan kerja.
Atensi : Energi potensial gravitasi merupakan sifat bersama antara benda dan bumi.
Energi potensial gravitasi akan bertambah jika bumi tetap dan ketinggian benda
semakin nyata, energi potensial juga dapat bertambah jika benda dalam keadaan diam
di luar angkasa dan bumi bergeser menjauh dari benda. Perhatikan bahwa persamaan
U = mgy, melibatkan karakteristik benda (dengan massa m) dan bumi (nilai g) !
KEKEKALAN ENERGI MEKANIK (GAYA GRAVITASI SAJA)
Diasumsikan hanya gaya berat yang bekerja pada suatu benda, sehingga Flain = 0.
Benda tersebut kemudian jatuh bebas tanpa hambatan udara, dan dapat bergerak ke
bawah atau ke atas. Dianggap laju benda pada titik y 1 adalah v1 dan pada y2 adalah v2.
Teorema kerja energi menyatakan bahwa kerja total yang dilakukan pada sebuah
benda sama dengan perubahan energi kinetik benda tersebut, W tot = ΔK = K2 – K1. Jika
hanya gaya gravitasi yang bekerja pada benda, maka dari persamaan (3), W tot = Wgrav
= − ΔU = U1 – U2. Dengan menyamakan kedua persamaan maka diperoleh :
ΔK = − ΔU atau K2 – K1 = U1 – U2
atau :
Besaran yang selalu memberikan nilai sama dinamakan besaran yang kekal. Ketika
hanya gaya gravitasi yang bekerja , maka energi mekanik total akan konstan, jadi energi
tersebut kekal. Hal tersebut di atas merupakan contoh kekekalan energi mekanik.
Ilustrasi : Pada waktu melempar bola ke udara, makanya semakin ke atas akan
semakin kecil karena energi kinetik yang dimiliki bola diubah menjadi energi potenasial,
ΔK < 0 dan ΔU > 0. Pada saat turun, energi potensial diubah kembali menjadi energi
kinetik dan laju bola akan kembali membesar, ΔK > 0 dan ΔU < 0). Energi mekanik
total (energi kinetik + energi potensial) tetap sama di setiap titik pada lintasan, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada gaya lain yang mempengaruhi bola selain gaya gravitasi
(dengan asumsi bahwa hambatan udara diabaikan). Jadi memang benar bahwa gaya
gravitasi bekerja pada suatu benda yang bergerak naik ataupun turun, tetapi tidak
perlu menghitung kerja tersebut secara langsung, cukup menjaga perubahan dalam
nilai U.
Catatan : Satu hal yang penting tentang energi potensial gravitasi adalah tidak
pentingnya ketinggian yang digunakan sebagai koordinat asal (y = 0). Jika digeser titik
asal untuk y maka nilai y 1 dan y2 keduanya berubah, tetapi perbedaan y 2 – y1 tetap
sama. Dengan akibat meskipun nilai U 1 dan U2 bergantung pada letak titik asal,
perbedaan U2 – U1 = mg (y2 – y1) tetap sama. Besaran yang penting secara fisik
bukanlah nilai U pada suatu titik, akan tetapi perbedaan U di antara dua titik, sehingga
dapat didefinisikan U agar bernilai nol di sembarang titik yang dipilih tanpa
mempengaruhi situasi fisiknya.
Contoh Soal1. : Mencari ketinggian bola baseball dengan kekekalan energi. Jika bola
baseball 0,145 kg dilempar ke udara ke atas dengan kecepatan awal 20,0 m/s. Hitung
ketinggian bola tersebut dengan menggunakan persamaan kekekalan energi, jika
hambatan udara diabaikan dan gravitasi bumi 9,80 m/s 2.
Penyelesaian :
Nol
v2 = 0 y2
E K U
v1 = 20,0 m/s
Nol
m = 0,145 kg y1
E K U
Gambar di atas : Setelah bola baseball meninggalkan tangan, satu-satunya gaya yang
bekerja pada bola hanyalah beratnya (hambatan udara diabaikan), sehingga energi
mekanik E = K + U akan kekal. (Grafik batang energi menunjukkan nilai E, K dan U
saat y1 = 0 dan y2.
Digunakan persamaan (4) K1 + U1 = K2 + U2. Titik asal diambil saat bola meninggalkan
tangan (pada titik 1), y1 = 0 dan energi potensial U 1 = mgy1 = 0, pada titik y1 tersebut
diketahui v1 = 20,0 m/s. Akan dicari ketinggian y 2 (pada titik 2), saat bola akan berhenti
dan kembali jatuh ke tanah, pada titik y2 tersebut v2 = 0 dan energi kinetik K2 = ½ mv22
= 0. Oleh karena U1 = 0 dan K2 = 0, maka K1 = U2.
Dari grafik batang menunjukkan bahwa energi kinetik dari bola pada titik 1 diubah
seluruhnya menjadi energi potensial gravitasi pada titik 2. Energi kinetik K 1 pada titik 1
adalah :
Nilai K1 ini sama dengan energi potensial gravitasi U2 = mgy2 pada titik 2, maka :
U2 29,0 kg.m2/s2
y2 = -------- = ----------------------------- = 20,4 m
mg (0,145 kg)(9,80 m/s2)
½ mv12 = mgy2
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa massa bola akan saling menghilangkan, ini
sesuai dengan yang sudah dipelajari di depan, yaitu bahwa benda yang mengalami
jatuh bebas tidak tergantung pada massanya.
Dalam menyelesaikan perhitungan di atas titik asal yang diambil adalah titik 1, sehingga
y1 = 0 dan U1 = 0. Bagaimana kalau dipilh titik asal yang berbeda ? Misal : diambil titik
asal 5,0 m di atas titik 1, maka y 1 = 5,0 m. Dengan demikian energi mekanik total pada
titik 1 terdiri dari sebagian energi kinetik dan sebagian energi potensial, sedangkan di
titik 2 hanya terdiri dari energi potensial. Jika bekerja berdasarkan titik asal tersebut,
maka akan diperoleh y2 = 25,4 m, yang berada 20,4 m di atas titik 1. Jadi untuk setiap
persoalan, terserah dalam memilih tinggi acuan dengan U = 0.
EFEK DARI GAYA-GAYA LAIN
Pada gambar 1.(a) dan 1.(b) ketika gaya-gaya lain selain gaya berat bekerja pada suatu
benda, maka Flain tidak nol. Pada kasus mesin pemancang balok beton, gaya yang
bekerja pada kabel pengangkat palu dan gesekan dengan rel pemandu vertikal
merupakan contoh yang mungkin termasuk ke dalam Flain. Kerja gravitasi Wgrav masih
diberikan oleh persamaan (3), tetapi kerja total W tot merupakan penjumlahan dari Wgrav
dan kerja yang dilakukan oleh Flain. Kerja tambahan ini disebut sebagai W lain, sehingga
kerja total yang dilakukan oleh seluruh gaya dinyatakan dalam W tot = Wgrav + Wlain.
Dengan menyamakan persamaan ini dengan perubahan energi kinetik, maka akan
memperoleh :
U1 – U2 + Wlain = K2 – K1
sehingga pada akhirnya dengan menggunakan persamaan yang tepat untuk berbagai
energi diperoleh :
Jadi arti dari persamaan (7) dan (8) adalah kerja yang dilakukan oleh seluruh gaya,
selain gaya gravitasi, sama dengan perubahan energi mekanik total E = K + U suatu
sistem, dengan U merupakan energi potensial gravitasi. Ketika W lain positif maka E akan
meningkat dan K2 + U2 akan lebih besar dari K1 + U1, sedangkan jika Wlain negatif maka
E akan mengecil. Untuk kasus khusus dengan tidak ada gaya lain selain gaya berat
yang melakukan kerja, Wlain = 0, energi mekanik total akan konstan dan kembali ke
persamaan (4) atau (5).
Contoh Soal 2. : Kerja dan energi saat melempar bola baseball. Dalam contoh soal 1.
dianggap tangan bergerak sampai ketinggian 0,50 m ketika melempar bola, yang
meninggalkan tangan dengan kecepatan 20,0 m/s. Hambatan udara diabaikan. (a)
Dengan mengasumsikan tangan memberikan gaya ke atas yang konstan pada bola,
carilah besar gaya tersebut, (b) Carilah laju bola pada titik 15,0 m di atas titik saat bola
meninggalkan tangan.
Penyelesaian :
v3 y3 = 15,0 m
E K
v2 = 20,0 m/s
y2 = 0 m
E K
0,50 m
Nol
v1 = 0 y1 =−0,50 m
E K
(a)
y
x
w
(b)
Gambar 2. (a) Bola yang dilempar vertikal ke atas, (b) Diagram benda bebas untuk saat
gaya F ditimbulkan oleh tangan yang melakukan kerja W lain pada bola. Gaya F dan gaya
gravitasi keduanya bekerja antara y1 dan y2. Dari y2 ke y3 hanya gaya gravitasi yang
bekerja pada bola.
a) Digunakan persamaan (8) untuk mencari W lain, kerja yang dilakukan oleh gaya ke
atas F yang ditimbulkan oleh tangan pada saat melempar bola, sehingga besar F dapat
ditentukan. Titik 1 merupakan titik saat tangan mulai bergerak dan titik 2 merupakan
titik saat bola meninggalkan tangan. Dengan koordinat sistem yang sama seperti pada
contoh soal 1, diperoleh y1 = − 0,50 m dan y2 = 0 m, maka :
K1 = 0
Energi potensial awal U1 bernilai negatif karena kondisi awal bola berada di bawah titik
awal. Berdasarkan persamaan (7) :
K1 + U1 + Wlain = K2 + U2
maka :
Diasumsikan gaya ke atas F yang diberikan tangan memiliki nilai yang konstan, kerja
Wlain yang dilakukan oleh gaya ini setara dengan besar gaya F dikalikan dengan jarak
(perpindahan) ke atas y2 – y1 posisi gaya itu bekerja :
Wlain 29,71 J
F = --------------- = ----------- = 59 N
y 2 − y1 0,50 m
b) Jika titik 3 berada pada ketinggian 15,0 m, maka y 3 = 15,0 m dan akan dicari laju v3
di titik ini. Pada ketinggian antara titik 2 dan 3, energi mekanik total kekal, gaya yang
berasal dari tangan tidak lagi bekerja, jadi Wlain = 0. Energi kinetik pada titik 3 dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan (4) :
K2 + U2 = K 3 + U3
Karena K3 = ½ mv32, dengan v3 adalah komponen y dari kecepatan bola pada titik 3,
maka diperoleh :
2K3 2(7,7 J)
v3 = ± √ ---------- = √ ------------- = ± 10,0 m/s
m 0,145 kg
Tanda negatif atau positif menandakan bahwa bola melewati titik 3 dua kali, pertama
pada saat naik dan terakhir pada saat turun. Energi mekanik total E konstan dan sama
dengan 29,0 J pada saat bola jatuh bebas, sedangkan energi potensial pada titik 3 yaitu
U3 = 21,3 J nilainya sama meskipun bola dalam keadaan naik ataupun turun. Dengan
demikian pada titik 3 energi kinetik bola K3 dan lajunya tidak bergantung pada arah
pergerakan bola. Kecepatan bola bernilai positif (+ 10,0 m/s) ketika bola bergerak naik,
sedangkan kecepatan bola bernilai negatif (− 10,0 m/s) ketika bola bergerak turun, laju
saat naik maupun turun tidak berbeda yaitu sebesar 10,0 m/s.