A. PENDAHULUAN
B. HAKEKAT FISIKA
(bulu) dan obyek berat (peluru meriam) dari menara miring Pisa, langkah
induktif untuk menyimpulkan suatu prinsip atau teori bahwa percepatan dari
sebuah obyek yang jatuh tidak tergantung pada beratnya. Kedua benda
tentu saja tidak jatuh dengan laju yang sama, ini tidak berarti bahwa teori
Galileo Galilei salah, hanya tidak lengkap, kalau bulu dan peluru meriam
dijatuhkan dalam ruang hampa untuk menghilangkan pengaruh udara
keduanya akan jatuh dengan laju yang sama. Analisis Galileo tentang benda
yang jatuh telah jauh diperluas setengah abad kemudian dengan Hukum
Gerak dan Hukum Gravitasi Newton.
C. MODEL IDEAL
Model adalah versi sederhana dari sebuah sistem fisika yang terlalu
rumit untuk dianalisis keseluruhan detailnya (untuk menyatakan replika skala
kecil). Contoh untuk menganalisis sebuah bola yang dilempar ke udara; bola
tidak benar-benar bulat dan tidak benar-benar tegar, tetapi berlapis-lapis dan
berotasi ketika bergerak melewati udara, angin dan udara mempengaruhi
gerak, bumi berotasi di bawahnya, berat sedikit berubah seiring berubahnya
jarak bola ke pusat bumi, dan lain-lain. Kalau akan dianalisis terlalu rumit
dan sulit dilakukan, maka perlu disederhanakan, misal dengan mengabaikan
ukuran dan bentuk bola dengan menganggap sebagai obyek (partikel),
dengan mengabaikan gesekan udara dengan membuat bola bergerak dalam
ruang hampa, melupakan rotasi bumi, menganggap beratnya konstan,
sehingga masalahnya jadi sederhana untuk dianalisis.
Untuk membuat model ideal harus diperhatikan aspek-aspek yang
paling penting (esensial) dari sistem tersebut dan mengabaikan yang lainnya
tetapi tidak terlalu banyak. Dari contoh di atas maka bila pengaruh gravitasi
diabaikan, maka model akan meramalkan sebuah bola yang dilempar ke
atas, bola itu akan bergerak sepanjang garis lurus dan menghilang ke ruang
angkasa. Ramalan Galileo Galilei tentang benda jatuh mengacu pada model
ideal dengan mengabaikan pengaruh hambatan udara, model ini bekerja
dengan baik untuk peluru meriam tetapi tidak untuk sehelai bulu.
D. BESARAN, DIMENSI DAN SATUAN
Fisika adalah ilmu eksperimen (percobaan), sehingga diperlukan
pengukuran dan untuk menyatakan hasil pengukuran biasanya digunakan
bilangan.Setiap bilangan yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena fisika secara kuantitatif disebut Besaran Fisika (Physical
Quantity). Contoh : dua besaran fisika yang mendeskripsikan orang adalah
berat dan tinggi. Banyak besaran fisika yang begitu mendasar sehingga tidak
bisa mendefinisikan hanya dengan mendeskripsikan berdasarkan cara
pengukurannya. Definisi yang berdasarkan cara pengukuran saja disebut
definisi operasional. Contoh : mengukur jarak dengan mistar, mengukur
selang waktu dengan stopwatch, laju rata-rata suatu benda yang bergerak
sebagai jarak yang ditempuh (diukur dengan mistar) dibagi dengan waktu
perjalanan (diukur dengan stopwatch).
Dimensi
L
M
T
I
N
J
Impuls dan
momentum
Momen
gaya x waktu
MLT
-1
gaya x lengan
M L2 T
-2
(W)
kg m s-1 = N s
kg m2 s-2
F. KETIDAKPASTIAN
Dalam pengukuran suatu besaran selalu memiliki ketidakpastian.
Dengan memilih instrumen yang tepat dan melakukan pengukuran secara
cermat serta membaca hasil pengukuran dengan cara yang benar, tetapi
sebagai manusia dan alat ukur sebagai buatan manusia tidak mungkin
sempurna, sehingga selalu ada kesalahan (galat, error) dalam pengukuran,
baik yang dilakukan oleh manusia maupun alat ukur.
Sebagai contoh bila mengukur ketebalan sampul subuah buku dengan
mengunakan mistar biasa (penggaris), hasil pengukuran hanya dapat
diandalkan kebenarannya sampai pada milimeter terdekat, misal 3 mm.
Pernyataan hasil pengukuran ini sebagai 3,00 mm adalah suatu kesalahan,
karena keterbatasan alat ukur yang digunakan. Jadi tidak dapat mengatakan
bahwa ketebalan sampul buku 3,00 mm, 2, 75 mm, atau 3,13 mm. Jika
mengunakan alat ukur jangka sorong dapat mengukur sampai dua digit
dibelakang koma (satuan mm) atau yang lebih teliti lagi mikrometer sekrup
dapat mengukur tiga digit dibelakang koma (satuan mm), maka hasil
pengukuran akan lebih teliti. Perbedaan antara dua hail pengkuran (misal
mistar dengan mikrometer sekrup) ini adalah pada kesalahan yang
disebabkan adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebut. Pengukuruan
dengan mikrometer sekrup mempunyai ketidakpastian yang lebih kecil.
Ketidakpastian
disebabkan
oleh
adanya
kesalahan
dalam
pengukuran. Kesalahan (galat, error) adalah penyimpangan nilai yang
diukur dari nilai benar (x0). Ada tiga macam kesalahan, yaitu : (1) kesalahan
umum (keteledoran), (2) kesalahan acak, dan (3) kesalahan sistematis.
Kesalahan umum (keteledoran) umumnya disebabkan oleh
keterbatasan pengamat, diantaranya kekurangterampilan memakai alat
ukur, terutama untuk alat ukur canggih yang melibatkan banyak komponen
yang harus diukur, atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala kecil.
Kesalahan acak (random error) disebabkan adanya fluktuasifluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran. Contoh fluktuasifluktuasi halus yang disebabkan oleh gerak Brown molekul udara, fluktuasi
tegangan listrik PLN atau baterai, landasan yang bergetar dan bising.
Kesalahan acak menghasilkan simpangan yang tidak dapat diprediksi
terhadap nilai benar (x0), sehingga tiap bacaan mempunyai peluang untuk
berada di atas atau di bawah nilai benar. Kesalahan acak tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara mengambil rata-rata dari
semua bacaan hasil pengukuran. Pada saat sekumpulan bacaan mempunyai
kesalahan acak kecil, yaitu bacaan-bacaan ini dipencar dekat dengan nilai
rata-rata, maka pengukuran adalah presisi (tepat). Sebaliknya jika bacaan
mempunyai kesalahan acak besar, yaitu bacaan-bacaan dipencar jauh dari
nilai rata-rata, maka pengukuran adalah tidak presisi (tidak tepat).
Contoh : suatu arloji digital murah yang menunjukkan waktu 10:35:47 AM
sangat presisi (bahwa waktu dinyatakan sampai satuan sekon), tetapi jika
arloji bekerja beberapa menit terlambat maka waktu yang ditunjukkan
sangat tidak akurat.
(b) = v / T
Keterangan :
v = kecepatan akhir
v0 = kecepatan awal
a = percepatan
s = perpindahan (jarak yang ditempuh)
= panjang gelombang
T = periode (waktu)
3. Jika gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola dengan jari-
A
A
l
B
C=A+B
Setiap vektor dapat dipindah-pindahkan (digeser) pada garis sepanjang
garis kerja vektor tersebut.
Macam-macam hukum yang berlaku dalam operasi hitung
penjumlahan vektor
Jika diketahui vektor A, vektor B, vektor C, skalar m dan skalar n, maka
berlaku hukum, yaitu :
a. A + B = B + A hukum komutatif
b. A + ( B +
penjumlahan
C )
( A +
B )
( 0 << )
B1 B2 B3
C 1 C2 C3
A1
A2
A3
B1
B2
B3
DINAMIKA
A. HUKUM NEWTON
Hukum Newton menyatakan bahwa :
I.
Setiap benda akan tetap dalam keadaan diam atau gerak lurus
beraturan,
kecuali bila pada benda itu bekerja suatu gaya.
II.
gaya
terhadap
suatu
benda
yang
diimbangi
oleh
benda
sehingga
terjadi
Rotasi
F
F1
koppel
koppel
koppel
B
a
F2
c
l
koppel
E. GAYA GESEKAN
Sebuah benda yang bergerak pada suatu permukaan datar biasanya akan
mendapat gaya perlawanan terhadap gaya gerak benda itu. Gaya
perlawanan ini ditimbulkan oleh permukaan datar dan dinamakan gaya
gesekan. Ada dua macam gaya gesekan (Fg), yaitu :
1. Gaya gesekan kinetik (Fgk)
Koefisien gesekan kinetik k merupakan perbandingan antara gaya yang
diperlukan untuk kesetimbangan kinetik dengan gaya normal (N) yang
menekan dua permukaan bersama-sama.
Gaya normal (N) yaitu gaya tekan yang timbul antara dua permukaan
singgung dari benda-benda yang bergesekan.
Hubungan antara gaya gesekan statik (F gk), koefisien gesekan kinetik (k)
dan gaya normalnya (N) dapat dinyatakan sebagai Fgk = k N.
F
Fgk
w=mg
2. Gaya gesekan statik (Fgs)
Koefisien gesekan statik s merupakan perbandingan antara gaya gesekan
statik maksimum dengan gaya normalnya (N).
Gaya gesekan statik umumnya lebih besar dari gaya gesekan kinetik,
sehingga koefisien gesekan statik lebih besar dari koefisien gesekan
kinetik. Hubungan antara gaya gesekan statik (Fgs), koefisien gesekan
statik (s) dan gaya normalnya (N) dapat dinyatakan sebagai Fgs<s N.
Pada umumnya gaya antara dua benda yang bergesekan itu adalah :
a. Sebanding dengan gaya normal
b. Tidak tergantung luas permukaan persinggungan
c. Tidak tergantung kecepatan relatif.
F.GAYA GRAVITASI
Hukum gravitasi menyatakan bahwa gaya antara dua benda yang bermassa
m1 dan m2 dengan jarak r adalah gaya tarik menarik sepanjang garis
penghubung kedua benda itu dan besarnya adalah :
m1 m2
F
=
G
. (1)
r2
-------------
..
-------------
r2
Gaya tarik ini merupakan berat benda. Sebagai reaksi terhadap berat benda,
maka bumi ditarik benda dengan gaya yang sama (Hukum Newton ketiga,
aksi = reaksi). Oleh karena massa itu terlalu besar, maka percepatan yang
dialami tidak besar. Menurut Hukum Newton kedua bahwa gaya tarik bumi
akan menyebabkan percepatan g menurut hubungan F = m g, sehingga
percepatan gravitasi g dapat dinyatakan yaitu F = m g atau :
F
G mB m1
g
=
. (3)
---------m
G mB
---------------
r2m
r2
------------
2 G mB
dg = --------------- dr = 2 ----- dr
r3
dg
dr
atau
-------- = 2 -----g
MEKANIKA
Yaitu pelajaran yang berhubungan dengan gaya, bahan dan gerak.
Tujuan akhir adalah mengembangkan metode umum untuk menerangkan
gerak.
KINEMATIKA
Yaitu bagian dari mekanika yang menerangkan tentang gerak.
DINAMIKA
Yaitu mempelajari hubungan antara gerak dan penyebabnya.
B. PERPINDAHAN, WAKTU DAN KECEPATAN RATA-RATA
Kecepatan dan percepatan adalah besaran vektor, yang mempunyai besar
(nilai) dan arah. Untuk mempelajari gerak diperlukan sistem koordinat untuk
menerangkan posisi suatu benda, misalkan dipilih sumbu x sebagai koordinat
dari sistem untuk meletakkan posisi benda sepanjang garis lurus dengan titik
asal O adalah sebagai garis awal. Jadi dengan cara ini benda dianggap
sebagai sebuah partikel.
Sebagai contoh diambil seseorang yang mengendarai sebuah mobil
(dianggap sebagai sebuah partikel) sepanjang lintasan lurus, misal ujung
depan mobil sebagai posisinya.
P1
0
x1
P2
x
x2 x1 = x
x2
START
FINISH
Konsep umum kecepatan rata-rata, pada saat t 1 mobil pada titik P1 dengan
koordinat x1, dan pada saat t2 pada titik P2 dengan koordinat x2. Perpindahan
mobil sedan selama selang waktu dari t1 ke t2 adalah vektor dari P1 ke P2
dengan komponen x adalah (x2 x1) dan komponen y dan z sama dengan
nol. Komponen x dari perpindahan mobil sedan tidak lain adalah perubahan
dalam koordinat x, dan secara singkat ditulis :
x
=
x2
(1)
x1
------
P2
P1
x
x2
x2 x1 = x
x1
FINISH
START
Gambar 2. Posisi truk pada dua waktu selang pergerakannya titik P1 dan P2
mengacu pada gerak mobil.
Kapan saja x positif dan bertambah atau x negatif dan semakin tidak negatif
(menuju ke kanan), partikel bergerak ke arah x positif dan v rt positif (gambar
1). Jika x positif dan berkurang atau x negatif dan menjadi semakin negatif,
partikel bergerak ke arah x negatif dan vrt negatif (gambar 2).
ATENSI : Jangan sampai tergoda mengambil kesimpulan bahwa kecepatan
rata-rata positif pasti menyatakan gerak ke kanan seperti pada gambar 1,
dan kecepatan rata-rata negatif pasti menyatakan gerak ke kiri seperti pada
gambar 2 ! Kesimpulan tersebut memang benar hanya jika arah x positif ke
kanan, seperti gambar 1 dan gambar 2. Tentu saja dapat dipilih arah x positif
ke kiri, dengan menentukan titik asal pada titik akhir (finish), dengan
demikian mobil sedan akan mempunyai kecepatan rata-rata negatif, dan truk
akan mempunyai kecepatan rata-rata positif.
C. KECEPATAN SESAAT (INSTANTANEOUS VELOCITY)
Perlu diketahui bahwa kata sesaat mempunyai definisi yang berbeda secara
fisika dan bahasa sehari-hari. Dalam bahasa sehari-hari sesaat bisa berarti
selang waktu yang sangat pendek, tetapi dalam fisika tidak ada durasi sama
sekali, ini mengacu pada satu nilai tunggal dari waktu.
Untuk mencari kecepatan sesaat pada mobil sedan (gambar 1) pada titik P 1,
dengan membayangkan titik P2 digeser semakin lama semakin mendekati
titik P1, kemudian dihitung kecepatan rata-rata v rt = x/t terhadap
perpindahan dan selang waktu yang semakin pendek tersebut. x dan t
kedua-duanya menjadi sangat kecil, tetapi rasio antara keduanya tidak selalu
menjadi kecil. Dalam bahasa kalkulus limit dari x/t untuk t mendekati nol
disebut sebagai turunan (derivative) dari x terhadap t dan ditulis sebagai
dx/dt. Kecepatan sesaat adalah limit dari kecepatan rata-rata untuk
selang waktu mendekati nol; kecepatan sesaat sama dengan
besarnya perubahan sesaat dari posisi terhadap waktu. Untuk
kecepatan sesaat, gerak pada garis lurus digunakan vector v tanpa
subskrip :
x
dx
v
=
lim
. (3)
t
dt
t 0
-------
--------
Harimau
t0 = 0
0
x
t1 = 1,0 s
x0
t2 = 2,0 s
x1
x2
20 m
50 m
Gambar 3. Posisi harimau dalam menyergap kijang
(a) Pada waktu t1 = 1,0 s posisi harimau di x1 adalah x1 = 20 m + (5,0
m/s2)t2 =
20 m + (5,0 m/s2)(1,0 s)2 = 25 m
Pada waktu t2 = 2,0 s posisi x2 yaitu x2 = 20 m + (5,0 m/s2)t2 = 20 m +
(5,0 m/s2)(2,0 s)2 = 40 m
Perpindahan selama selang waktu tersebut adalah :
x = x2 x1 = 40 m 25 m = 15 m
(b) Kecepatan rata-rata selama selang waktu tersebut adalah :
x2 x1
40 m 25 m
15 m
vrt = ------------- = ------------------ = --------- = 15 m/s
t2 t1
2,0 s 1,0 s
1,0 s
Dengan t = 0,1 s selang waktu antara t1 = 1,0 s dan t2 = 1,1 s
Pada saat t2, posisinya adalah :
x2 = 20 m + (5,0 m/s2)(1,1 s)2 = 20 m + 6,05 m = 26,05 m
Kecepatan rata-rata selama selang waktu tersebut adalah :
x2 x1
26,05 m 25 m
vrt = ------------- = ---------------------- = 10,5 m/s
t2 t1
1,1 s 1,0 s
Dengan pola yang sama (analog) dalam mencari kecepatan rata-rata (v rt)
untuk selang waktu (t) = 0,01 s dan selang waktu (t) = 0,001 s, maka
hasilnya adalah 10,05 m/s dan 10,005 m/s. Bila diambil t makin kecil,
maka kecepatan rata-rata (vrt) makin mendekati 10,0 m/s, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecepatan sesaat pada t = 1,0 s adalah 10,0 m/s.
(d) Kecepatan sesaat sebagai fungsi waktu dengan cara mengambil turunan
dari persamaan tersebut untuk x terhadap t. Untuk setiap n turunan dari
tn adalah ntn-1, sehingga turunan dari t2 adalah 2t, sehingga :
dx
v = ------- = (5,0 m/s2)(2t) = (10,0 m/s2)t
dt
Pada saat t = 1,0 s, maka v = (10,0 m/s 2)(1,0 s) = 10,0 m/s seperti hasil
yang diperoleh pada soal (c). Pada saat t = 2,0 s, maka v = (10,0 m/s 2)
(2,0 s) = 20 m/s.
D. PERCEPATAN RATA-RATA DAN PERCEPATAN SESAAT
Ketika kecepatan dari benda yang bergerak berubah terhadap waktu, maka
dikatakan bahwa benda tersebut mempunyai percepatan. Sama halnya
seperti pada kecepatan yang menggambarkan laju perubahan posisi
terhadap waktu, maka percepatan menggambarkan laju perubahan
kecepatan terhadap waktu. Kecepatan dan percepatan adalah besaran
vektor. Pada gerak garis lurus satu-satunya komponen bukan nolnya terletak
di sepanjang sumbu dimana gerak tersebut terjadi.
Pada saat t1 partikel berada pada titik P1 dan mempunyai komponen x dari
kecepatan (sesaat) v1, dan pada waktu berikutnya t2 partikel tersebut berada
pada titik P2 dan mempunyai komponen x dari kecepatan (sesaat) v 2, maka
komponen x dari perubahan kecepatan ditunjukkan oleh nilai v = v 2 v1
selama selang waktu t = t 2 t1. Definisi percepatan rata-rata (average
acceleration) art dari partikel saat partikel tersebut bergerak dari titik P 1 ke
titik P2 sebagai besaran vector yang komponen x-nya adalah v, perubahan
komponen x dari kecepatan dibagi selang waktu t :
v2 v1
v
art
=
-----------. (4)
t2 t1
t
-------
Jika kecepatan dalam meter per sekon dan waktu dalam sekon, maka
percepatan rata-rata adalah dalam meter per sekon per sekon atau (m/s)/s
dan biasa ditulis dalam m/s2. Perlu diingat bahwa kecepatan
menggambarkan laju dan arah gerak benda pada setiap saat, sedang
percepatan menggambarkan bagaimana laju dan arah gerak tersebut
berubah terhadap waktu.
P1
v2
P2
dv
a
=
lim
(5)
t
dt
t 0
------
------
0,105 m/s
0,1 s
a = ------ = ----- 60,0 m/s + (0,5 m/s 3)(t2) = (0,50 m/s3)(2t) = (1,0
m/s3)t
dt
dt
dv
d
a = ------- = ------
dx
-----
(6)
dt
dt
dt
d2x
= -------- .
dt2
Gambar 6. Grafik hubungan kecepatan waktu (v-t) untuk gerak pada garis
lurus dengan percepatan konstan positif a. Kecepatan awal v0 juga positif.
Gambar 5 dan gambar 6 memperlihatkan gerak pada garis lurus dengan
percepatan konstan positif a dalam bentuk grafik. Oleh karena percepatan a
konstan, grafik hubungan a-t (grafik percepatan terhadap waktu) pada
gambar 5 berupa garis lurus horizontal, sedang pada gambar 6 grafik
kecepatan terhadap waktu mempunyai kemiringan yang konstan karena
percepatan konstan sehingga grafik hubungan v-t juga berupa garis lurus.
Pada waktu percepatan konstan, persamaan untuk posisi x dan kecepatan v
sebagai fungsi dari waktu dengan mudah dapat diturunkan. Dalam
persamaan (4) untuk percepatan rata-rata dapat diganti dengan percepatan
(sesaat) konstan a, sehingga diperoleh :
v2 v1
a
=
(7)
t2 t1
------------
atau
v0
at
-----------
t
Dapat juga diperoleh rumus kedua untuk vrt yang berlaku hanya ketika
percepatan konstan, sehingga grafik v-t adalah sebuah garis lurus (seperti
gambar 6) dan perubahan kecepatannya konstan. Kecepatan rata-rata
selama setiap selang waktu tidak lain merupakan rata-rata aritmatika dari
kecepatan-kecepatan pada saat awal dan akhir selang. Untuk selang waktu 0
sampai t, maka :
v0 + v
vrt
=
. (10)
2
----------------
v0 + at
atau
x
=
x0
+
(12)
v0t
at2
2
v v0
v v0
x = x0 + v0 ---------- + a --------a
a
Suku x0 dipindahkan ke sisi kiri dan seluruhnya dikalikan dengan 2a,
sehingga didapat :
2a
x0
Ada satu lagi hubungan yang sangat bermanfaat dengan menyamakan dua
persamaan untuk vrt, yaitu persamaan (9) dan persamaan (10) :
x x0
v0 + v
-------------- = ------------t
2
Kemudian mengalikan seluruhnya dengan t, sehingga diperoleh :
v0 + v
x
x0
=
.. (14)
2
---------------
x0, t0
x, t
v
x (timur)
(a) Nilai-nilai yang tidak diketahui adalah posisi x dan kecepatan v pada
waktu berikutnya t = 2,0 s. Posisi ditentukan dengan menggunakan
persamaan (12) yang akan menghasilkan posisi x sebagai fungsi waktu
:
x = x0 + v0t + at2
= 5,0 m + (15 m/s)(2,0 s) + (4,0 m/s2)(2,0 s)2 = 43 m
Persamaan (8) juga dapat digunakan yang memberikan kecepatan v
sebagai fungsi waktu :
v = v0 + at
= 15 m/s + (4,0 m/s2)(2,0 s) = 23 m/s
Apakah hasil-hasil tersebut masuk akal ? Sepeda motor dipercepat dari
15 m/s (sekitar 34 mil/jam atau 54 km/jam) menjadi 23 m/s (sekitar 51
25 m/s 15 m/s
4,0 m/s
art
t1
t2
Gambar 7. Daerah di bawah grafik a-t antara waktu t1 dan t2 sama dengan
perubahan kecepatan v2 v1, yang terjadi antara kedua waktu tersebut.
Gambar 7 adalah grafik dari percepatan terhadap waktu untuk benda yang
percepatannya tidak konstan tetapi bertambah terhadap waktu. Dari
persamaan (4) perubahan kecepatan v selama t adalah :
v = art t
Perubahan kecepatan total selama setiap selang (dari t 1 ke t2) adalah jumlah
dari perubahan-perubahan kecepatan v dalam selang waktu kecil.
Perubahan kecepatan total dinyatakan secara grafis oleh total luas daerah
dibawah kurva a-t antara garis vertikal t1 dan t2.
Dalam limit, semua t menjadi sangat kecil dan jumlahnya menjadi sangat
banyak, nilai dari art untuk selang dari setiap waktu t ke t + t mendekati
percepatan sesaat a pada waktu t. Dalam limit ini luas daerah di bawah
kurva a-t adalah integral dari a (yang secara umum adalah fungsi t) dari t 1 ke
t2. Jika v1 adalah kecepatan dari benda pada waktu t 1 dan v2 adalah
kecepatan pada waktu t2, maka :
v2
t2
v2
v1
=
. (15)
v1
t1
dv
dt
t2
x2
x1
=
(16)
x1
dx
dt
t1
dt
dt
t
x
=
x0
+
. (18)
0
Disini x dan v adalah posisi dan kecepatan pada waktu t. Jika percepatan a
diketahui sebagai fungsi waktu dan kecepatan v 0 diketahui, maka persamaan
(17) dapat digunakan untuk mencari kecepatan v pada setiap waktu, dengan
kata lain mencari v sebagai fungsi waktu. Bila fungsi ini sudah diketahui dan
mendapatkan posisi awal x0, maka persamaan (18) dapat digunakan untuk
mencari posisi x pada setiap waktu.
Contoh soal :
Gunakanlah persamaan (17) dan (18) untuk mencari v dan x sebagai fungsi
waktu dalam kasus dengan percepatan konstan. Bandingkan hasilnya
persamaan kecepatan konstan v = v 0 + at dari persamaan (8) dan x = x 0 +
v0t + at2 dari persamaan (12) tanpa menggunakan integral !
Penyelesaian :
Dari persamaan (17) kecepatan diperoleh dengan :
v = v0 + a dt = v0 + a dt = v0 + at
0
x = x0 + v dt = x0 + (v0 + at) dt
0
x = x0 + v0 dt + a t dt = x0 + v0t + at2
0
HUKUM PERTAMA
KESETIMBANGAN
NEWTON
PARTIKEL-PARTIKEL
DALAM
Prinsip fisika yang penting dari hukum pertama Newton adalah bila sebuah
benda tetap dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan
dalam suatu kerangka acuan inersia, maka jumlah vektor dari gaya-gaya
yang bekerja padanya (resultante gaya) haruslah nol.
F
=
0
(partikel
(1)
dalam
kesetimbangan)
TC pada R
WR = 100 N
TR pada G
x
Wg
aksi
reaksi
WR
WG = 500 N
WG
(a)
(b)
TR
pada G
(c)
FR pada C
(d)
Gambar (b) merupakan diagaram benda bebas dari benda tersebut. Gayagaya yang bekerja padanya adalah gaya berat (W G = 500 N) dan gaya
tegangan ke atas yang diberikan oleh tali tambang pada benda tersebut
sebesar TR pada G (gaya yang dikerahkan oleh tali tambang pada benda). Disini
tidak menyertakan gaya ke bawah yang dikerahkan benda pada tali tambang
karena gaya tersebut bukan merupakan gaya yang bekerja pada benda itu.
Ambil sumbu y dalam arah tegak lurus ke atas dan sumbu x dalam arah
mendatar, tidak terdapat komponen-komponen gaya dalam arah x. Tali
menarik ke atas (dalam arah y positif), dan komponen y gayanya hanyalah
besaran TR pada G, suatu besaran yang positif (skalar), tetapi beratnya bekerja
dalam arah y negatif, dan komponen y-nya adalah negatif dari besarnya (-W G
= - 500 N). Jumlah aljabar dari komponen-komponen y adalah T R pada G + (-WG),
dan dari kondisi kesetimbangan persamaan (2) dapat diperoleh :
Fy = TR pada G + (-WG) = 0
TR pada G = WG = 500 N
Tegangan pada ujung bawah tali tambang sama dengan berat benda
tersebut.
Kedua gaya yang bekerja pada benda mempunyai besar yang sama 500 N
dengan arah yang berlawanan, tetapi kedua gaya itu bukan pasangan aksi
reaksi, alasannya adalah bahwa berat dan gaya tegangan tali tambang,
gambar (b), keduanya bekerja pada benda, padahal gaya-gaya aksi dan
reaksi selalu bekerja pada benda-benda yang berlainan. Kedua gaya ini sama
besar tetapi arahnya berlawanan karena hukum pertama Newton ( Fy = 0),
bukan karena hukum ketiga Newton. Berat benda merupakan gaya tarik (ke
bawah) oleh bumi pada benda. Gaya reaksinya adalah gaya tarik pada bumi
oleh benda yang besarnya sama namun arahnya berlawanan (ke atas). Gaya
ini bekerja pada bumi bukan pada benda, oleh karena itu tidak tampak pada
diagram benda bebas untuk benda.
Gambar (c) menunjukkan diagram benda bebas untuk tali. Reaksi terhadap
gaya ke atas sebesar 500 N yang diberikan oleh tali tambang pada benda
adalah gaya ke bawah yang diberikan benda pada tali tambang. Sesuai
dengan hukum ketiga Newton, besarnya TG pada R dari gaya ke bawah ini juga
sebesar 500 N. Gaya-gaya lain yang bekerja pada tali adalah beratnya
sendiri (100N) dan gaya ke atas (TC pada R) yang diberikan oleh langit-langit
pada ujung atas tali tambang. Komponen y dari gaya yang bekerja pada
ujung atas tali tambang adalah + TC pada R, komponen gaya dalam arah y yang
bekerja pada ujung bawah tali T G pada R = - 500 N, dan komponen berat
dalam arah y adalah WR = - 100 N. Untuk tali persamaan kondisi
kesetimbangan Fy = 0 memberikan :
Fy = TC pada R + (-TR pada G) + (-WR) = 0
TC pada R = TG pada R + WR = 500 N + 100 N = 600 N
Contoh 2. Kesetimbangan dua dimensi.
Sebuah benda mesin mobil dengan berat w tergantung pada sebuah rantai
yang terhubung dengan dua rantai lain di titik O, satu dari kedua rantai itu
dipasang di langit-langit dan rantai lainnya dipasang di dinding. Carilah
tegangan-tegangan pada ketiga rantai itu dengan asumsi bahwa berat w
diketahui, dan berat masing-masing rantai diabaikan (sangat kecil bila
dibanding dengan berat mesin mobil).
Penyelesaian :
y
60
T3
T1
T3 sin 60
T3
T2
O
T1
60
x T2
O
w
x
T3 cos 60
T1
w
(a)
(b)
(c)
Gambar (b) adalah diagram benda bebas dari mesin. Dua buah gaya yang
bekerja pada mesin adalah beratnya dan gaya ke atas yang diberikan oleh
rantai vertikal, dapat disimpulkan bahwa T 1 = w. Rantai-rantai horizontal dan
miring tidak memberikan gaya pada mesin, karena tidak menyentuh mesin,
tetapi memberikan gaya pada ring dimana ketiga rantai tersambung. Oleh
karena itu ring ditinjau sebagai sebuah partikel yang berada dalam
kesetimbangan, yang beratnya sendiri dapat diabaikan.
Gambar (c) adalah diagram benda bebas untuk ring. T 1, T2 dan T3 merupakan
besar dari gaya-gaya tersebut, arahnya ditentukan oleh vektor pada diagram
itu. Suatu sistem sumbu koordinat x-y juga ditunjukkan, dan gaya yang
besarnya T3 telah diuraikan menjadi komponen-komponen x dan y-nya.
Rantai vertikal memberikan gaya-gaya dengan besar yang sama T 1 pada
kedua ujung-ujungnya, ke atas pada mesin di gambar (b) dan ke bawah pada
ring dalam gambar (c), hal ini disebabkan berat dari rantai dapat diabaikan.
Dengan menggunakan kondisi-kondisi kesetimbangan untuk ring, maka
persamaan untuk komponen x dan y ditulis secara terpisah. (komponenkomponen x dan y tidak pernah dijumlahkan bersama-sama dalam sebuah
persamaan).
Fx = 0; T3 cos 60 + (-T2) = 0
Fy = 0; T3 sin 60 + (-T1) = 0
karena T1 = w, persamaan kedua dapat ditulis ulang sebagai :
T1
w
T3 = ------------- = ----------- = 1,155 w
sin 60
sin 60
Hasil T3 dapat digunakan pada persamaan pertama :
cos 60
T2 = T3 cos 60 = w ------------- = 0,577 w
Sin 60
Dengan demikian ketiga tegangan tersebut dapat dinyatakan sebagai
kelipatan dari berat mesin w, yang diasumsikan diketahui, sehingga :
T1 = w
T2 = 0,577 w
T3 = 1,155 w
Jika berat mesin adalah w = 2200 N, maka ;
T1 = 2200 N
T2 = (0,577)(2200 N) = 1270 N
T3 = (1,155)(2200 N) = 2540 N
Rantai yang dipasangkan ke langit-langit memberikan sebuah gaya pada ring
yang besarnya T3, yang lebih besar dari pada berat mesin. Komponen
vertikal dari gaya ini sama dengan T1 sehingga sama dengan w, tetapi jika
gaya ini juga mempunyai sebuah komponen horizontal, maka besar T 3
haruslah lebih besar daripada w, karena rantai menyentuh langit-langit akan
mengalami tegangan terbesar dan menjadi rantai yang paling rentan putus.
w = mg
Gambar sebelah kanan menunjukkan sebuah diagram benda bebas dan
sebuah sistem koordinat. Gaya yang tidak diketahui tersebut dapat dicari
dengan
menggunakan
persamaan
4,
dimulai
dengan
mencari
percepatannya. Komponen y dari percepatan sama dengan nol, kemudian
dapat diperoleh komponen x percepatan dari data-data kecepatannya. Gayagaya tersebut seluruhnya konstan sehingga a x juga tetap, sehingga dapat
digunakan salah satu dari persamaan gerak dengan percepatan tetap, yaitu
v = v0 + at, karena perahu es bergerak mulai dari keadaan diam, maka :
v v0
6,0 m/s 0 m/s
ax = --------------- = -------------------------- = 1,5 m/s2
t
4,0 s
w = mg
Penyelesaian :
Percepatannya sama seperti sebelumnya, a x = 1,5 m/s2. Diagram benda
bebas ditunjukkan dalam gambar di atas, bedanya dengan diagram benda
bebas pada contoh 1 adalah dengan adanya penambahan gaya gesekan f
(ingat besar gaya ini f = 100 N, merupakan suatu besaran yang positif, tetapi
komponennya dalam arah x adalah negatif, sama dengan f atau -100 N.
Sekarang hukum kedua Newton memberikan :
Fx = F + (- f) = max,
F = max +f = (200 kg) (1,5 m/s2) + (100 N) = (300 kg.m/s2) + (100 N)
= (300 N) + (100 N) = 400 N
Jadi diperlukan 100 N untuk mengatasi gesekan dan 300 N lagi untuk
memberikan percepatan yang dibutuhkan kepada perahu es tersebut.
Contoh 3.Tegangan pada sebuah kabel elevator (Lif). Massa total sebuah
elevator berikut bebannya adalah 800 kg. Elevator ini awalnya bergerak ke
bawah dengan kecepatan 10,0 m/s, kemudian elevator diberi percepatan
yang tetap sehingga berhenti setelah menempuh jarak 25,0 m. Carilah
tegangan T pada kabel penahannya pada waktu elevator itu sedang menuju
ke keadaan diam.
Penyelesaian :
y
T
ay
x
w = mg
Gaya-gaya yang bekerja pada elevator (Lif) hanyalah berat elevator dan
gaya tegangan dari kabel. Vektor percepatannya seperti pada gambar
sebelah kanan di atas, digambar di luar karena vektor ini bukan merupakan
gaya. Digunakan persamaan 4 untuk mencari T, dengan pertama-tama dicari
percepatannya. Cara yang paling mudah untuk mencarinya adalah dengan
menggunakan rumus percepatan tetap v 2 = v02 + 2ay (y y0). Dengan
mengambil sumbu y ke atas berharga positif, maka v 0 = - 10,0 m/s, v = 0,
dan y y0 = 25,0 m. Dengan demikian :
v2 v02
(0)2 (- 10,0 m/s)2
ay = ---------------- = ------------------------------ = + 2,00 m/s2
2(y y0)
2 (25,0 m)
Perlu diingat bahwa arah kecepatannya ke bawah dan percepatannya ke
atas, bersesuaian dengan gerakan ke bawah dengan kecepatan yang
berkurang.
Dengan menggunakan hukum kedua Newton, maka ;
Fy = T + (- w) = may,
T = w + may = mg + may = m (g + ay)
w sin
w cos
x
w = mg
Gaya-gaya yang bekerja pada toboggan tersebut hanya berat w dan gaya
normal yang diberikan oleh bukit tersebut. Diambil sumbu-sumbu yang
paralel dan tegak lurus dengan permukaan bukit tersebut dan diuraikan
menjadi komponen-komponen x dan y, w x = w sin dan wy = w cos .
Komponen x dari berat adalah w sin .
Hukum kedua Newton dalam arah x dengan demikian memberikan :
Fx = w sin = max, dan karena w = mg, maka ax = g sin
Dalam hasil akhirnya massa tidak muncul, ini berarti semua toboggan, tidak
peduli berapapun massa atau jumlah penumpangnya, akan meluncur
menuruni suatu bukit tanpa gesekan dengan percepatan sebesar g sin . Jika
bidangnya horizontal, maka = 0 dan ax = 0 (toboggan tidak bertambah
cepat), sehingga jika bidangnya vertikal, = 90 dan ax = g (toboggan jatuh
bebas). Untuk mencari percepatan tidak memerlukan komponen y.
B
FB pada A
FA pada B
Pada gambar di atas, FA pada B adalah gaya yang diberikan tongkat (stik) A
pada bola B, dan FB pada A adalah gaya yang diberikan oleh bola B pada
tongkat (stik) A. Pernyataan matematis untuk hukum ketiga Newton adalah
FA
=
FB
pada
B
.. (5)
pada
..
bahwa sebuah gaya sebagai aksi dan gaya yang lain sebagai reaksi.
Dalam istilah sederhana gaya-gaya tersebut dapat dikatakan sama dan
berlawanan, yang berarti bahwa gaya-gaya tersebut memiliki besar yang
sama dengan arah yang berlawanan.
Contoh 1. Bila mobil saudara mengalami kerusakan mesin. Saudara mulai
mendorong mobil ke bengkel terdekat, ketika mobil itu mulai bergerak,
bagaimana gaya yang saudara berikan ke mobil dibandingkan dengan gaya
yang diberikan mobil kepada saudara ? Bagaimana perbandingan gaya itu
ketika saudara mendorong dengan laju konstan ?
Penyelesaian :
Pada masing-masing kasus, gaya yang saudara berikan ke mobil sama besar
dengan gaya yang diberikan mobil ke saudara, tetapi berlawanan arah.
Saudara memang harus mendorong mobil kuat-kuat untuk membuat mobil
bergerak.
Berat dari sebuah benda lebih dikenal sebagai gaya. Berat adalah besarnya
gaya yang bekerja pada benda karena adanya tarikan gravitasi bumi (gaya
tarik gravitasi bumi pada benda). Berat benda tergantung pada lokasi benda
itu berada, sebab gaya gravitasi bumi itu berbeda-beda besarnya di tiap-tiap
lokasi.
Massa menunjukkan sifat inersia dari benda. Massa benda merupakan berat
benda yang tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, artinya massa suatu
benda itu selalu tetap di semua tempat benda itu berada di muka bumi.
Lebih besar massa, lebih besar gaya yang dibutuhkan untuk menimbulkan
percepatan yang diinginkan, hal ini ditunjukkan dalam hukum kedua Newton
F = ma.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa benda-benda yang
memiliki massa yang besar juga memiliki berat yang besar. Sebuah batu
yang besar sangat susah untuk dilemparkan karena massanya yang besar,
dan susah untuk diangkat dari tanah karena beratnya yang besar. Di
permukaan bulan batu akan susah untuk dilempar ke arah mendatar, tetapi
akan mudah untuk diangkat. Apakah yang secara tepat dapat
menghubungkan antara massa dan berat ? Jawabannya ya kembali ke
hukum kedua Newton, benda yang jatuh bebas memiliki sebuah percepatan
g, dan karena hukum kedua Newton, sebuah gaya harus bekerja untuk
menghasilkan percepatan. Jika sebuah benda 1 kg jatuh dengan percepatan
9,8 m/s2, gaya yang dibutuhkan besarnya adalah :
F = ma = (1 kg) (9,8 m/s2) = 9,8 kg.m/s2 = 9,8 N
Tetapi gaya yang menyebabkan benda mendapatkan percepatan ke bawah
adalah tarikan gravitasi dari bumi, yaitu berat benda. Setiap orang yang
dekat dengan permukaan bumi yang memiliki massa 1 kg pasti memiliki 9,8
N untuk mendapatkan percepatan seperti pada benda jatuh bebas. Secara
umum sebuah benda dengan massa m pasti memiliki berat yang besarnya
w, yaitu :
w = m g (berat untuk sebuah benda dengan massa m) ...
(1)
Berat sebuah benda adalah sebuah gaya, sebuah besaran vektor, dan
persamaan (1) dapat ditulis sebagai persamaan vektor :
w
=
m
g
(2)
Perlu diingat bahwa g adalah besar dari g, percepatan dari gravitasi, jadi g
selalu bernilai positif, sesuai definisinya. Dengan demikian w, seperti pada
persamaan (1) adalah besar dari berat dan selalu positif.
Sangat penting untuk dipahami bahwa berat sebuah benda berlaku pada
benda sepanjang waktu, meskipun sedang jatuh bebas atau tidak. Sebagai
contoh ketika pot bunga 10 kg tergantung pada seutas rantai, pot dalam
keadaan kesetimbangan dan percepatannya adalah nol, tetapi beratnya
seperti pada persamaan (2), tetap menariknya ke bawah. Pada kasus ini tali
menarik pot ke atas, menghasilkan sebuah gaya ke atas. Jumlah vektor
gaya-gaya adalah nol, dan pot dalam kesetimbangan.
Catatan : Konsep massa memainkan dua aturan yang berbeda dalam
mekanika. Berat benda (gaya gravitasi yang bekerja pada benda) sebanding
dengan massa, dapat disebut dengan sifat yang berhubungan dengan
gravitasi sebagai massa gravitasi. Pada bagian lain dapat disebut sifat
inersia yang ada pada hukum kedua Newton sebagai massa inersia.
Walaupun dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan dengan ketelitian
yang lebih baik dari seper 1012 yang membuktikan bahwa kedua besaran
tersebut memang sama.
Contoh 1. Sebuah mobil bermassa 1,96 x 10 4 N yang sedang berjalan dalam
arah x positif, berhenti tiba-tiba, komponen x gaya total yang bekerja pada
mobil itu adalah 1,5 x 10 4 N, percapatan gravitasi 9,80 m/s 2. Berapa
percepatannya ?
Penyelesaian :
Oleh karena Newton adalah satuan gaya, maka 1,96 x 10 4 N merupakan
berat, bukan massa mobil, sehingga massa mobil m adalah :
w
1,96 x 104 N
1,96 x 104 kg.m/s2
m = ----- = ---------------------- = -------------------------- = 2.000 kg
g
9,80 m/s2
9,80 m/s2
Kemudian Fx = m ax, memberikan :
Fx
- 1,50 x 104 N
- 1,50 x 104 kg.m/s2
ax = --------- = ----------------------- = ---------------------------- = - 7,5 m/s 2
m
2.000 kg
2.000 kg
Percepatan ax dapat ditulis sebagai 0,77 g (= - 0,77 x 9,80 m/s 2 = - 0,75
m/s2). Perhatikan juga bahwa 0,77 juga merupakan rasio (hasil bagi) dari
1,5 x 104 N (komponen x dari gaya total) dengan 1,96 x 104 N.
digunakan untuk mengukur sebuah gaya yang tidak diketahui. Dapat juga
dibuat instrumen serupa yang mengukur dorongan selain tarikan.
Contoh 1. Meluncurkan sebuah kotak di sepanjang lantai dengan
menerapkan sebuah gaya dari tarikan sebuah tali atau dorongan sebuah
tongkat.
10 N
30
30
(a)
10 N
30
30
(b)
Pada setiap kasus digambarkan sebuah vektor untuk mewakili gaya yang
diterapkan. Angka yang tercantum menunjukkan besar dan arah gaya, dan
panjang panah (digambar dengan skala tertentu, misal : 1 cm = 10 N) juga
memperlihatkan besar vektornya.
Contoh 2. Ketika dua gaya F1 dan F2 pada saat yang sama di titik A suatu
benda,
memperlihatkan bahwa pengaruh dari gerak benda adalah sama dengan
pengaruh dari gaya tunggal R sama dengan penjumlahan vektor dari gayagaya asal : R = F1 + F2. Lebih umumnya bila beberapa gaya diterapkan pada
satu titik di permukaan sebuah benda, pengaruhnya akan sama dengan
sebuah gaya yang merupakan penjumlahan dari vektor gaya-gayanya.
Prinsip penting ini kemudian dinamakan sebagai superposisi gaya-gaya
(superposition of force).
F2
R
A
F1
Contoh 3. Sebuah balok batu ditarik dengan tali pada bidang miring.
y
F
x
Fy
Fx
O
Fx
,
Ry
=
. (2)
Fy
positif, negatif, atau nol, dan sudut berada disekitar empat kuadran
tersebut.
Pada soal-soal tiga dimensi, gaya-gaya yang mengandung komponen z,
maka ditambahkan persamaan Rz = Fz kedalam persamaan (2). Besarnya
gaya total adalah :
R = Rx2 + Ry2 + Rz2
Contoh soal 1. Superposisi gaya-gaya. Tiga orang pelanggan sebuah toko
sedang bertengkar memperebutkan sebuah mantel yang sedang diobral.
Ketiganya masing-masing memberikan gaya horizontal pada mantel seperti
diperlihatkan pada gambar, mantel terletak di titik asal. Tentukan komponen
x dan y dari gaya total pada mantel, dan tentukan besar dan arah dari gaya
total.
y
300 N
200 N
45
30
x
53
155 N
Penyelesaian :
Ini adalah soal penjumlahan vektor, dan diselesaikan dengan metode
komponen. Sudut antara gaya-gaya F1, F2, dan F3 terhadap aksis sumbu x
positif adalah 1 = 30, 2 = 180 - 45 = 135, dan 3 = 180 + 53 = 233.
Komponen x dan y dari ketiga gaya tersebut adalah ;
F1x
F1y
F2x
F2y
F3x
F3y
=
=
=
=
=
=
(200
(200
(300
(300
(155
(155
N)
N)
N)
N)
N)
N)
cos 30 = 173 N
sin 30 =100 N
cos 135 = - 212 N
sin 135 = 212 N
cos 233 = - 93 N
sin 233 = - 124 N
KOPPEL GAYA
Dua buah gaya yang besarnya sama tetapi arahnya saling berlawanan dan
kedua gaya itu tidak bekerja pada suatu garis gaya akan membentuk
sebuah koppel gaya.
Momen sebuah koppel gaya yaitu hasil kali antara salah satu besar gaya
dengan jarak tegak lurus antara kedua gaya yang membentuk koppel gaya
tersebut. Koppel gaya diberi tanda positif kalau arah rotasinya sesuai arah
perputaran jarum jam, dan diberi tanda negatif kalau rotasunya berlawanan
dengan arah perputaran jarum jam. Sebuah gaya akan menimbulkan gerak
rotasi.
F
M+
A
MB
d1
d2
Momen sebuah koppel gaya F terhadap titik A (MA) = + (gaya x lengan gaya)
= + (F x d1)
Momen sebuah koppel gaya F terhadap titik B (MB) = - (gaya x lengan gaya)
= - (F x d2)
GAYA-GAYA GESEKAN
Setiap kali dua benda berinteraksi akibat kontak langsung (sentuhan) dari
permukaan-permukaannya, maka gaya-gaya interaksinya disebut sebagai
gaya-gaya kontak. Gaya normal dan gaya gesek merupakan gaya kontak.
Pokok pembicaraan dalam bagian ini adalah gesekan, yang merupakan salah
satu gaya penting dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Oli pada
mesin mobil mengurangi gesekan antara komponen-komponen yang
bergerak, tetapi tanpa adanya gesekan antara ban dengan jalan maka mobil
sulit dikemudikan atau sulit untuk membelok. Hambatan udara, gaya
gesekan yang diberikan udara pada benda yang sedang bergerak melaluinya
dapat mengakibatkan penggunaan bahan bakar yang lebih boros dari mobil
tersebut, tetapi membuat parasut berfungsi, dan lain-lain.
Ketika suatu benda diam atau meluncur pada suatu permukaan selalu dapat
menyatakan gaya kontak yang diberikan oleh permukaan pada benda
tersebut dalam komponen-komponen gaya yang tegak lurus dan sejajar
dengan permukaan tersebut. Komponen vektor yang tegak lurus disebut
dengan gaya normal, dilambangkan oleh . Komponen vektor yang sejajar
dengan permukaan adalah gaya gesekan (friction force), dilambangkan
oleh f. Berdasarkan definisi dan f selalu saling tegak lurus. Digunakannya
simbul-simbul untuk besaran-besaran ini untuk menekankan peran khusus
dari besaran-besaran ini dalam mempresentasikan gaya kontak. Jika
permukaannya tanpa friksi, maka gaya kontaknya memiliki hanya sebuah
gaya normal, f adalah nol. (Permukaan tanpa gesekan merupakan suatu
bentuk idealisasi yang tak mungkin tercapai, tetapi dapat menganggap
suatu permukaan sebagai tanpa gesekan jika efek gesekannya sangat kecil).
Arah dari gaya gesekan selalu berlawanan dengan arah gerakan relatif dari
kedua permukaan.
Jenis gesekan yang bekerja ketika sebuah benda meluncur di atas suatu
permukaan disebut gaya gesekan kinetik (kinetic friction force) fk. Sifat
kinetik dan subskrip k mengingatkan bahwa kedua permukaan sedang
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Besarnya gaya gesekan kinetik
biasanya meningkat ketika gaya normalnya meningkat. Gaya yang
diperlukan untuk mendorong sebuah kotak yang penuh dengan buku-buku
lebih besar dari pada gaya untuk mendorong kotak yang sama tetapi kosong.
Prinsip ini juga digunakan pada sistem rem mobil, bila pedal rem ditekan
semakin keras, akan dihasilkan efek pengereman yang semakin besar pada
cakram rem yang sedang berputar. Dalam banyak kasus, biasanya gaya
gesekan kinetik fk diperoleh secara eksperimental sebagai kurang lebih
sebanding besarnya dari gaya normalnya.
Dalam kasus-kasus seperti ini dapat ditulis :
fk = k (besar gaya gesekan kinetik) ..
. (1)
k (diucapkan mu sun k) adalah suatu konstanta yang disebut koefisien
gesekan kinetik (coefficient of kinetic friction). Permukaan yang lebih licin
akan mempunyai koefisien gesekan kinetik yang lebih kecil. k karena
merupakan hasil bagi kedua besar gaya, maka merupakan sebuah bilangan
murni tanpa satuan.
Perlu diingat, bahwa gaya gesekan dan gaya normal selalu tegak lurus.
Persamaan (1) di atas bukan suatu persamaan vektor , tetapi suatu relasi
skalar antara besar dari kedua gaya yang saling tegak lurus tersebut.
Gaya-gaya gesekan dapat juga bekerja ketika tidak terdapat gerak relatif.
Jika meluncurkan sebuah kotak yang berisi buku-buku di atas lantai, kotak itu
mungkin saja tidak bergerak sama sekali karena lantai memberikan suatu
gaya gesekan yang besarnya sama dengan arah yang berlawanan pada
kotak. Gaya ini disebut gaya gesekan statik (static friction force) fs. Dalam
gambar (a) kotak yang diam dalam keadaan setimbang akibat dari beratnya
sendiri w, dan gaya normal ke atas yang diberikan lantai pada kotak
besarnya sama dengan berat kotak tersebut. Pada gambar (b), misal pada
kotak tersebut diikatkan seutas tali, dan tegangan T pada tali berangsurangsur diperbesar. Pada awalnya kotak tetap diam karena ketika tegangan T
bertambah, gaya gesekan statik juga bertambah (masih sama dengan
besarnya T). Pada suatu ketika T menjadi lebih besar dibandingkan dengan
gaya gesekan statik maksimum fs yang diberikan permukaan. Kemudian
kotak tersebut hilang kesetimbangan (tegangan T mampu memutuskan
ikatan-ikatan antar molekul di permukaan kotak dan lantai) dan mulai
meluncur.
(tidak meluncur)
T
fs
w
fs<s
(a)
(b)
Pada gambar (c) adalah diagram gaya ketika T berada pada nilai kritisnya.
Jika T melampaui nilai ini, kotak tidak lagi berada dalam keadaan setimbang.
Untuk sepasang permukaan-permukaan tertentu yang diberikan, niali
maksimum dari fs bergantung pada gaya normalnya. Dalam banyak kasus
nilai maksimum (fs) maks, mendekati sebanding dengan , disebut faktor s
(dibaca mu sub s) sebagai koefisien gesekan statik (coefficient of static
friction). Dalai situasi tertentu gaya gesekan statik aktual dapat mempunyai
besar berapapun antara nol (bila tidak terdapat gaya lain yang sejajar
dengan permukaan) dan nilai maksimumnya yang diberikan oleh s. Dalam
lambang :
fs s (besar gaya gesekan statik)
(2)
Seperti persamaan (1), pertidaksamaan ini merupakan hubungan antara
magnitudo , bukan hubungan vektor. Tanda sama dengan hanya berlaku
ketika gaya yang diterapkan T sejajar dengan permukaannya, telah
mencapai nilai kritisnya di mana pada nilai ini gerakan akan dimulai. Ketika T
lebih kecil dari nilai ini (gambar b) maka tanda tidak sama dengan berlaku.
Jika demikian harus menggunakan kondisi-kondisi kesetimbangan ( F = 0)
untuk mencari fs. Jika tidak terdapat gaya terapan (T = 0) seperti gambar (a),
maka tidak terdapat gaya gesekan statik (fs = 0).
(baru akan meluncur)
(sedang meluncur)
T
fs
T
fk
w
fs = s
w
fk = k
(c)
(d)
Pada gambar (d), segera setelah kotak mulai meluncur gaya gesekan
biasanya mulai berkurang, , lebih mudah untuk mempertahankan kotak
tersebut agar tetap bergerak daripada membuat agar kotak tersebut mulai
bergerak. Oleh karena itu koefisien gesekan kinetik biasanya lebih kecil dari
pada koefisien gesekan statik untuk semua jenis pasangan permukaan
(seperti tabel 1).
Tabel 1. Koefisien Gesekan
Bahan
Statik s
Kinetik k
Baja pada baja
0,74
0,57
Alumunium pada baja
0,61
0,47
Tembaga pada baja
0,53
0,36
Kuningan pada baja
0,51
0,44
Seng pada besi cor
0,85
0,21
Tembaga pada besi cor
1,05
0,29
Kaca pada kaca
0,94
0,40
Tembaga pada kaca
0,68
0,53
Teflon pada teflon
0,04
0,04
Teflon pada baja
0,04
0,04
Karet pada beton (kering)
1,00
0,80
Karet pada beton (basah)
0,30
0,25
Contoh Soal 1. Gesekan dalam gerak horizontal. Sebuah perusahaan
pengiriman baru saja menurunkan sebuah peti kayu 500 N yang penuh berisi
peralatan olah raga di trotoar jalan menuju rumah Agung. Kemudian Agung
berusaha dengan sekuat tenaga agar peti tersebut mulai dapat bergerak
menuju pintu depan rumah dengan sebuah gaya horizontal yang besarnya
230 N. Begitu peti tersebut hilang kesetimbangan dan mulai bergerak,
Agung dapat membuatnya tetap bergerak pada kecepatan tetap cukup
dengan gaya sebesar 200 N. Berapakah koefisien gesekan statik dan
koefisien gesekan kinetiknya ?
Penyelesaian :
y
(fs)maks
T= 230 N fk
x
w = 500 N
(a)
(b)
T = 200 N
x
w = 500 N
(c)
Keterangan gambar :
(a) menarik sebuah peti dengan gaya horizontal
(b) diagram benda bebas untuk peti pada saat peti mulai bergerak
(c) diagram benda bebas untuk peti yang bergerak dengan kecepatan
konstan
Keadaan diam atau keadaan bergerak dengan kecepatan tetap keduaduanya merupakan kondisi kesetimbangan, sehingga akan digunakan
persamaan partikel dalam kesetimbangan (hukum pertama Newton), yaitu
Fx = 0, Fy = 0. Sesaat sebelum peti kayu mulai bergerak, gaya gesekan
statik mempunyai nilai gaya gesekannya maksimum (f s)maks = s. Diagram
gayanya ditunjukkan dalam gambar (b), maka akan diperoleh :
Fx = T + (- (fs)maks) = 230 N (fs)maks = 0
Fy = + (- w) = - 500 N = 0
(fs)maks = 230 N
= 500 N
500 N
Setelah peti kayu mulai bergerak, gaya-gaya yang bekerja padanya adalah
seperti yang ditunjukkan dalam gambar (c), sehingga diperoleh :
Fx = T + (- fk) = 200 N fk = 0
fk = 200 N
Fy = + (- w) = - 500 N = 0
= 500 N
(fk)
200 N
k = --------- = ---------- = 0,40
500 N
Contoh Soal 2. Berapakah gaya gesekan jika peti kayu yang diam pada
permukaan trotoar jalan dalam contoh soal 1. diberi sebuah gaya horizontal
sebesar 50 N ?
Penyelesaian :
Dari kondisi kesetimbangan diperoleh :
Fx = T + (- fs) = 50 N fs = 0
fs = 50 N
Contoh Soal 3. Andaikan peti kayu dalam contoh soal 1. gambar (a)
tersebut diikat dengan seutas tali dan ditarik dengan sudut kemiringan 30
di atas permukaan horizontal. Berapakah gaya yang harus diberikan agar
peti kayu tetap bergerak dengan kecepatan konstan ? Bandingkan dengan
menarik peti kayu tersebut dalam arah mendatar, apakah lebih ringan atau
lebih berat. Asumsikan bahwa w = 500 N dan k = 0,40.
y
T
T sin 30
30
fk
30
x
T cos 30
w = 500 N
(a)
(b)
Keterangan gambar :
(a) menarik sebuah peti dengan sebuah gaya yang diterapkan dengan
suatu sudut yang mengarah ke atas.
(b) Diagram benda bebas untuk peti yang bergerak dengan kecepatan
konstan
Penyelesaian :
Gambar (b) adalah diagram benda bebas menunjukkan gaya-gaya yang
bekerja pada peti kayu. Gaya gesekan kinetiknya masih sama dengan k,
tetapi sekarang besar gaya normal tidak sama dengan besarnya berat peti
T = 187,6 N = 188 N
rel besi adalah 0,002 0,003 dan untuk ban-ban karet pada beton adalah
0,01 0,02. Hal ini menunjukkan salah satu alasan mengapa kereta api pada
rel besi secara umum bahan bakarnya lebih efisien dibandingkan truk-truk
jalan raya.
Contoh Soal 1. Gerak dengan gesekan gelinding. Sebuah mobil memiliki
berat sekitar 12.000 N (Satuan British sekitar 2700 lb). Jika koefisien gesekan
gelinding r = 0,01, berapakah gaya horizontal yang harus diberikan untuk
meluncurkan mobil tersebut dengan laju konstan pada suatu jalan yang
rata ? Hambatan udara diabaikan.
Penyelesaian :
Gaya normal sama dengan berat w, karena permukaan jalannya horizontal
dan tidak terdapat gaya-gaya vertikal lainnya. Dari definisi r, gaya gesekan
gelinding fr adalah :
fr = r = = (0,010)(12.000 N) = 120 N (sekitar 27 lb)
Dari hukum pertama Newton, sebuah gaya ke depan dengan besar 120 N
diperlukan untuk menjaga agar mobil bergerak dengan laju yang tetap.
Pada contoh soal 1. Gerakan dalam gerak horizontal pada peti kayu. Jika
perusahaan pengantar membawa peti kayu 500 N dengan sebuah lori beroda
karet dengan r = 0,02, maka gaya yang diperlukan agar peti kayu terus
bergerak pada laju konstan hanya sebesar fr = r = 0,02 (500 N) = 10 N.
GAYA GRAVITASI
Gravitasi adalah salah satu dari empat kelas interaksi yang terjadi di alam
(1). interaksi gravitasi berat, gerak planet-planet mengelilingi matahari,
gerak jatuh bebas; (2). interaksi elektromagnetik gaya listrik, gaya
magnet; (3). interaksi kuat (gaya nuklir) menjaga inti-inti sebuah atom
tetap berkumpul bersama, neutron bermuatan netral, proton bermuatan
positif; (4). interaksi lemah sangat penting dalam interaksi-interaksi
antar partikel-partikel dasar, keberadaan suatu bentuk radioaktif umum yang
disebut peluruhan , sebuah neutron dalam inti radioaktif diubah menjadi
proton yang mengusir sebuah elektron dan sebuah partikel tidak bermassa
yang disebut antineutrino).
Selama penelitian tentang gerak dari planet dan bulan, Newton menemukan
karakter dasar dari gaya tarik gravitasi antara dua benda. Bersamaan
dengan ketiga hukumnya tentang gerak, Newton mempublikasikan hukum
gravitasi (law of gravitation) pada tahun 1687. Hukum gravitasi berbunyi
sebagai berikut :
r2
Keterangan :
Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel
m1 dan m2 adalah massa masing-masing partikel
r adalah jarak antara kedua partikel
G adalah konstanta fisika dasar yang disebut konstanta gravitasi
(gravitational constant). Nilai numerik untuk G tergantung pada sistem
satuan yang digunakan.
m1
Fg
Fg
r
m2
Perhatian : Simbul g dan G hampir sama, sering kali arti kedua besaran
gravitasi yang menggunakan kedua simbul tersebut jadi membingungkan.
Huruf kecil g adalah percepatan yang tergantung pada gravitasi, yang
berhubungan dengan berat w dari sebuah benda dengan massanya m, yaitu
w = m g. Nilai g berbeda untuk tempat yang berbeda di permukaan bumi
dan pada permukaan planet yang berbeda. Sebaliknya huruf G berhubungan
dengan gaya gravitasi antara dua benda akibat massa dan jarak di antara
keduanya. G disebut konstanta universal sebab mempunyai nilai yang sama
untuk setiap dua benda, tidak peduli letaknya dalam ruang angkasa.
Gaya gravitasi selalu bekerja sepanjang garis yang menghubungkan dua
buah partikel dan membentuk pasangan aksi-reaksi. Walaupun massa kedua
partikel berbeda, kedua gaya interaksinya mempunyai besar yang sama.
Gaya tarik yang dikeluarkan badan manusia yang bekerja pada bumi akan
mempunyai besar yang sama seperti gaya bumi yang bekerja pada badan
manusia. Ketika seseorang jatuh dari papan luncur ke dalam kolam renang,
m1
Fg
Fg
r
Fg
r
Fg
m2
m2
R2
(a)
(b)
Jadi bila bumi dianggap sebagai bola simetris dengan massa m B, maka gaya
yang dikeluarkannya pada sebuah partikel atau benda bola simetris dengan
massa m, dengan jarak r di antara kedua pusatnya adalah :
G mB m
Fg
=
. (2)
r2
--------------
sebagian dari massa bumi berada pada sisi benda yang berlawanan dari
pusat dan memberikan tarikan pada arah yang berlawanan. Tepat di pusat
bumi, gaya gravitasi bumi pada benda adalah nol.
Benda simetris berbentuk bola adalah kasus penting, karena bulan, planetplanet, dan bintang cenderung untuk berbentuk bola. Oleh karena semua
partikel dalam benda secara gravitasi saling tarik menarik satu sama lain,
partikel cenderung bergerak untuk meminimumkan jarak antar partikel.
Sebagai hasilnya, benda secara alamiah cenderung diasumsikan berbentuk
bola, seperti tanah liat yang dibentuk menjadi sebuah bola jika ditekan
dengan gaya yang sama pada semua sisinya. Efek ini sangat berkurang pada
benda-benda angkasa yang bermassa kecil karena gaya tarik gravitasinya
kecil, dan benda-benda tersebut cenderung tidak berbentuk bola (contoh :
asteroid).
MENENTUKAN NILAI G DENGAN NERACA TORSI CAVENDISH
cermin
laser
m1
Fg
m2
skala
m2
Fg
m1
Untuk menentukan nilai konstanta gravitasi G, harus mengukur gaya
gravitasi antara dua benda yang diketahui massanya m 1 dan m2 dengan
jarak r yang diketahui. Gaya ini sangat kecil untuk benda-benda yang terlalu
kecil untuk dapat dibawa ke dalam laboratorium, tetapi gaya gravitasi dapat
diukur dengan alat yang disebut neraca torsi, yang digunakan oleh Sir
Henry Cavendish pada tahun 1798 untuk menentukan G.
Versi modern dari neraca torsi Cavendish seperti pada gambar, batang pejal
kecil yang berbentuk kebalikan huruf T ditunjang oleh serat kuarsa vertikal
yang sangat tipis, dua bola kecil masing-masing bermassa m 1 menempel
pada ujung jarum horizontal dari T. Jika membawa dua bola besar masingmasing bermassa m2 ke posisi seperti pada gambar, gaya gravitasi akan
memutar T melalui sudut yang kecil. Untuk mengukur sudut ini diberi
seberkas sinar pada cermin yang terikat pada T, pantulan berkas cahaya
0,200 m
F1
0,0100 kg
O
F2
0,200 m
x
0,500 kg
Penyelesaian :
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(0,500 kg)(0,0100 kg)
F1 = ------------------------------------------------------------ = 4,17 x 10 -12 N
(0,200 m)2 + (0,200 m)2
Besar gaya F2 akibat massa bola besar yang di bawah adalah :
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(0,500 kg)(0,0100 kg)
F2 = ----------------------------------------------------------- = 8,34 x 10-12 N
(0,200 m)2
Komponen x dan y dari gaya-gaya tersebut adalah :
F1x = (4,17 x 10-12 N)(cos 45) = 2,95 x 10-12 N
F1y = (4,17 x 10-12 N)(sin 45) = 2,95 x 10-12 N
F2x = 8,34 x 10-12 N
F2y = 0
Komponen-komponen dari gaya total pada massa bola kecil adalah :
Fx = F1x + F2x = (2,95 x 10-12 N) + (8,34 x 10-12 N) = 11,3 x 10-12 N
Fy = F1y + F2y = (2,95 x 10-12 N) + 0 = 2,95 x 10-12 N
Besar dari gaya-gaya tersebut adalah :
F = Fx2 + Fy2 = (11,3 x 10-12 N)2 + (2,95 x 10-12 N)2 = 1,17 x 10-11 N
Dan arahnya relatif terhadap sumbu x adalah :
Fy
2,95 x 10-12 N
= arc tan -------- = arc tan -------------------- = 14,6
Fx
11,3 x 10-12 N
BERAT
Definisi berat dari sebuah benda (seperti materi kuliah terdahulu) sebagai
gaya tarik gravitasi yang diberikan oleh bumi pada benda. Definisi tersebut
sekarang dapat diperluas, yakni berat dari sebuah benda adalah gaya
gravitasi total yang bekerja pada sebuah benda yang disebabkan
oleh semua benda lain di alam semesta.
Jika benda dekat dengan permukaan bumi, maka seluruh gaya gravitasi yang
lain dapat diabaikan dan mengasumsikan berat sebagai akibat gaya tarik
gravitasi semata. Pada permukaan bulan dapat diasumsikan bahwa berat
sebuah benda adalah akibat gaya tarik gravitasi bulan, dan seterusnya.
Jika bumi dianggap sebagai benda berbentuk bola simetris dengan jari-jari R B
dan massa mB, maka berat w dari benda kecil bermassa m pada permukaan
bumi (berjarak RB dari pusatnya) adalah :
G mB m
w=
Fg
=
-------------.. (3)
RB2
Telah diketahui bahwa berat w dari sebuah benda adalah gaya yang
menyebabkan percepatan g dari benda jatuh bebas, jadi dengan hukum
kedua Newton w = m g, menyamakan ini dengan persamaan (3) di atas dan
membaginya dengan m sehingga diperoleh :
G mB m
w = m g = ------------RB2
G mB
g = ------------ (percepatan akibat gravitasi pada permukaan bumi) ..
(4)
RB2
r2
-----------------3,40 x 106 m
Catatan :
Untuk berat telah menggunakan kenyataan bahwa bumi ini homogen. Untuk
memperlihatkan bahwa bumi tidak homogen dengan menghitung densitas
rata-rata per satuan volume dari bumi. Jika diasumsikan bahwa bumi benarbenar bulat, maka volumenya adalah :
VB = 4/3 RB3 = 4/3 (6,38 x 106 m)3 = 1,09 x 1021 m3
Densitas rata-rata (huruf Yunani rho) dari bumi adalah massa total dibagi
dengan volume total :
mB
5,97 x 1024 kg
= ------- = --------------------- = 5.500 kg/m3 = 5,5 g/cm3
VB
1,09 x 1021 m3
Untuk perbandingan, densitas air adalah 1.000 kg/m 3 = 1,00 g/cm3. Jika
homogen, maka boleh mengharapkan bahwa densitas dari batuan dekat
permukaan bumi mempunyai nilai sama, tetapi pada kenyataannya densitas
dari permukaan batu bekuan gunung api (granit atau gneiss) adalah sekitar
3.000 kg/m3 = 3,00 g/cm3, densitas batuan basaltik sekitar 5.000 kg/m 3 =
5,00 g/cm3. Jadi bumi adalah tidak homogen, sehingga densitas rata-rata
sebesar 5.500 kg/m3 = 5,5 g/cm3. Berdasarkan model geofisika dari bagian
dalam bumi, maka densitas maksimum pada pusat bumi adalah sekitar
13.000 kg/m3 = 13,00 g/cm3.
Konsep energi berakar pada prinsip kekekalan energi. Energi adalah besaran
yang dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Sebagai contoh dalam mesin mobil, energi
kimia yang disimpan dalam bahan bakar yang sebagian diubah menjadi
energi gerak mobil dan sebagian lagi menjadi energi termal; dalam oven
microwave, energi elektromagnetik yang diperoleh dari PLN diubah menjadi
energi termal dari makanan yang dimasak. Dalam proses ini dan proses-
proses lainnya, energi total (jumlah semua energi) yang hadir dalam semua
bentuk tetap sama. Tidak pernah ditemukan adanya pengecualian.
Konsep energi ini untuk mempelajari tentang fenomena fisik yang sangat
luas. Dengan konsep ini akan memahami mengapa baju tebal dapat menjaga
tubuh tetap hangat, mengapa bagian lampu kilat dari sebuah kamera dapat
menghasilkan kilatan cahaya, dan arti dari persamaan Einstein yang terkenal
E = m c2.
KERJA (USAHA)
Benda yang bergerak dengan perpindahan sebesar s disepanjang garis lurus
(untuk saat ini diasumsikan bahwa semua benda dianggap sebagai sebuah
partikel sehingga dapat mengabaikan setiap gerak rotasi atau perubahan
dalam bentuk benda), gaya konstan sebesar F bekerja pada benda tersebut
dalam arah yang sama dengan arah perpindahan (seperti pada gambar).
Definisi kerja (work) W yang dilakukan oleh gaya konstan F yang bekerja
pada kondisi tersebut adalah :
F
x
s
W = F s (gaya konstan dalam arah perpindahan gasris lurus) .
(1)
Kerja yang dikenakan pada benda akan lebih besar jika salah satu dari antara
gaya atau perpindahan s lebih besar.
Perhatian : Jangan salah membedakan antara W (kerja) dengan w (berat),
meskipun simbulnya hampir sama, kerja dan berat adalah besaran yang
berbeda.
Satuan kerja dalam SI adalah Joule (disingkat J, dilafalkan juwl dan
dinamakan demikian untuk menghormati ahli fisika Inggris abad 19 James
Prescott Joule). Dari persamaan (1) dapat dilihat bahwa dalam sistem satuan
apapun, satuan kerja adalah satuan gaya dikalikan dengan satuan jarak.
Dalam satuan SI, satuan gaya adalah Newton (N) dan satuan jarak adalah
meter (m), sehingga satu Joule sama dengan satu Newton meter (N.m).
Dalam sistem British (Inggris) satuan gaya adalah pound (lb), satuan jarak
adalah foot, dan satuan kerja adalah foot pound (ft.lb). Konversinya 1 J =
0,7376 ft.lb atau 1 ft.lb = 1,356 J.
Contoh Soal 1. Kerja yang dilakukan sebuah gaya dalam arah gerak. Anton
mencoba membuat Vivi terkesan dengan mobil barunya, akan tetapi
mesinnya mati di tengah persimpangan. Sementara Vivi menyetir, Anton
mendorong mobilnya 19 m untuk keluar dari persimpangan. Jika dia
mendorong searah dengan arah gerak mobil dengan gaya konstan 210 N
(sekitar 47 lb), berapa kerja yang dilakukannya pada mobil tersebut ?
Penyelesaian :
Dari persamaan (1) :
W = F s = (210 N)(19 m) = 4,0 x 103 N.m = 4,0 x 103 J
Dalam contoh soal di atas Anton mendorong mobil searah dengan tujuan
kepergiannya. Bagaimana jika dia mendorong dengan sudut terhadap
perpindahan mobilnya (ilustrasi gambar).
F
F cos
Hanya komponen gaya yang searah dengan arah gerak mobil, 210 cos saja
yang berpengaruh terhadap mobil. Gaya ini harus bekerja pada mobil
sehingga mobil tersebut bergerak sepanjang s, tidak dalam arah F. Yang
diperhatikan hanya pada kerja yang dilakukan Anton, jadi hanya meninjau
gaya yang dilakukan. Ketika gayaF dan perpindahan s mempunyai arah yang
berbeda, diambil komponen F dalam arah perpindahan s, dan didefinisikan
kerja sebagai hasil dari komponen ini dan besar perpindahan.Komponen F
dalam arah s adalah F cos , sehingga :
W = F s cos (gaya konstan, perpindahan garis lurus)
(2)
Diasumsikan bahwa F dan konstan selama perpindahan. Jika = 0, maka F
dan s dalam arah yang sama, maka cos = 1 dan kembali ke persamaan (1).
Persamaan (2) mempunyai bentuk hasil kali skalar dari dua vektor (Ingat :
A . B = AB cos ), sehingga dapat ditinjau kembali definisi di atas dan
persamaan (2) dapat ditulis :
W = F . s (gaya konstan, perpindahan garis lurus) ...
(3)
F cos s
F cos
F
(a)
(b)
(c)
positif. Akan tetapi kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi (berat) pada
buku yang diangkat adalah negatif, karena gaya gravitasi berarah ke bawah
berlawanan dengan perpindahan ke atas.
Bagaimana menghitung kerja ketika lebih dari satu buah gaya yang bekerja
pada sebuah benda ? Salah satu cara adalah menggunakan persamaan (2)
atau (3) untuk menghitung kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya
secara terpisah. Kerja adalah besaran skalar, maka kerja total W tot yang
dilakukan pada benda tersebut oleh semua gaya adalah jumlah aljabar dari
semua besaran kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya. Cara lain
untuk menemukan kerja total Wtot adalah menghitung jumlah vektor-vektor
gaya (yaitu gaya total) dan kemudian menggunakan penjumlahan vektor ini
sebagai F dalam persamaan (2) atau (3).
Contoh Soal 2. Kerja yang dilakukan oleh lebih satu buah gaya. Sutrisno
memasang traktornya dengan kereta (bak) luncur yang dimuati dengan kayu
bakar dan menariknya sejauh 20 m sepanjang tanah padat. Berat total dari
kereta luncur dan beban adalah 14.700 N. Traktor tersebut memberikan gaya
konstan 5.000 N pada sudut 36,9 di atas horizontal. Terdapat gaya gesekan
3.500 N yang berlawanan dengan arah gerak. Carilah kerja yang dilakukan
oleh masing-masing gaya yang bekerja pada kereta (bak) luncur dan kerja
total yang dilakukan oleh semua gaya.
Penyelesaian :
y
FT = 5.000 N
= 3.500 N
36,9
w = 14.700 N
Kerjakan bagian yang paling mudah terdahulu. Kerja W w yang dilakukan oleh
berat adalah nol karena arahnya tegak lurus terhadap perpindahan. (Sudut
antara gaya gravitasi dan perpindahan 90, dan harga cosinus sudut adalah
nol). Untuk alasan yang sama kerja W yang dilakukan oleh gaya normal juga
nol, sehingga Ww = W = 0. (Untuk berbagai kasus, gaya normal tidak sama
besar dengan berat).
Yang tersisa adalah gaya FT yang dilakukan oleh traktor dan gaya gesek f.
Dari persamaan (2) kerja WT yang dilakukan oleh traktor adalah
WT = FT cos . s = (5.000 N)(0,800) . (20 m) = 80.000 N.m = 80 kJ
Gaya gesek berlawanan dengan perpindahan, sehingga untuk gaya ini =
180 dan cos = - 1. Kerja Wf yang dilakukan oleh gaya gesek adalah :
W = cos 180 . s = (3.500 N)(- 1) . (20 m) = - 70.000 N.m = - 70 kJ
Kerja total Wtot yang dilakukan pada kereta (bak) luncur oleh semua gaya
merupakan penjumlahan aljabar dari kerja yang dilakukan oleh masingmasing gaya, yaitu :
Wtot = Ww + W + WT + W = 0 + 0 + 80 kJ + (- 70 kJ) = 10 kJ
Dalam pendekatan dengan cara lain, terlebih dahulu menentukan jumlah
vektor semua gaya (total gaya) dan kemudian menggunakannya untuk
menghitung kerja total. Penjumlahan vektor paling mudah dicari dengan
menggunakan komponen-komponennya, yaitu :
Fx = FT cos + (- ) = (5.000 N) cos 36,9 - 3.500 N
= (5.000 N)(0,800) 3.500 N = 4.000 N 3.500 N = 500 N
Fy = FT sin + + (- w) = (5.000 N) sin 36,9 + - 14.700 N
Persamaan Fy sebenarnya tidak diperlukan, karena komponen gaya y tegak
lurus terhadap perpindahan, sehingga tidak terdapat kerja. Disamping itu
tidak terdapat komponen y dari percepatan, sehingga bagaimanapun Fy
harus nol. Kerja total dengan demikian adalah kerja yang dilakukan oleh
komponen x total, yaitu :
Wtot = (F) . s = ( Fx) . s = (500 N)(20 m) = 10.000 N.m = 10 kJ
Jadi hasilnya sama yang ditemukan dengan cara menghitung kerja yang
dilakukan oleh masing-masing gaya secara terpisah.
KERJA DAN ENERGI KINETIK
Kerja total yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya-gaya luar berkaitan
dengan perpindahan benda atau dengan kata lain berkaitan dengan
perubahan-perubahan posisinya. Akan tetapi kerja total juga berkaitan
dengan perubahan laju benda. Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan
bermacam contoh tentang sebuah balok yang meluncur pada sebuah meja
licin. Gaya yang bekerja pada balok adalah berat w, gaya normal , dan
gaya F yang diberikan pada benda.
w
w
w
(a)
(b)
(c)
(d)
Pada gambar (a) gaya total pada balok berada dalam arah geraknya. Dari
hukum kedua Newton ini berarti laju balok meningkat. Dari persamaan (1) ini
juga berarti kerja total Wtot yang dilakukan pada balok adalah positif. Kerja
total juga positif dalam gambar (b), tetapi hanya komponen F cos saja yang
mempunyai andil terhadap Wtot. Balok kembali bertambah cepat, dan
komponen gaya yang sama F cos ini yang menyebabkan percepatan. Pada
gambar (c) kerja total adalah negatif, karena gaya total berlawanan dengan
perpindahan, dalam kasus ini balok makin lambat. Dalam gambar (d) gaya
total adalah nol, sehingga laju balok tetap sama dan kerja total yang
dilakukan pada balok adalah nol. Dapat diambil kesimpulan bahwa saat
sebuah partikel mengalami perpindahan, partikel tersebut bertambah cepat
jika Wtot> 0, makin lambat jika Wtot< 0, dan lajunya tetap sama jika Wtot = 0.
Jika sebuah partikel dengan massa m yang bergerak disepanjang sumbu x di
bawah kerja gaya total konstan dengan besar F yang arahnya terletak
disepanjang sumbu x positif (seperti pada gambar di bawah ini).
F
x
s
Percepatan partikel tersebut konstan dan didapatkan dari hukum kedua
Newton, F = m a. Misalkan laju berubah dari v 1 ke v2 ketika partikel
melakukan perpindahan s = x2 x1 dari titik x1 ke titik x2. Dengan
menggunakan persamaan percepatan konstan, v 2 = v02 + 2 a (x x0) dan
mengganti v0 dengan v1, v dengan v2 dan (x x0) dengan s, maka diperoleh :
v2 2 = v1 2 + 2 a s
v22 v12
a = ---------------2s
Jika persamaan di atas dikalikan dengan m dan mengganti m.a dengan gaya
total F, maka diperoleh :
v22 v12
F = m a = m ---------------2s
Kemudian dikalikan s, sehingga :
F
s
=
m
v 22
.. (4)
v 12
Hasil kali F s adalah kerja yang dilakukan oleh gaya total F dan akibatnya
sama dengan kerja total Wtot yang dilakukan oleh semua gaya yang bekerja
pada partikel. Besaran mv2 dinamakan energi kinetik (kinetic energy) K
dari partikel :
K = m v2 (definisi energi kinetik) .
(5)
Seperti halnya kerja, energi kinetik partikel adalah besaran skalar, energi itu
bergantung hanya pada massa dan laju partikel, tidak pada arah. Sebuah
mobil (dilihat sebagai sebuah partikel) mempunyai energi kinetik yang sama
ketika melaju ke utara pada 10 m/s dengan ketika melaju ke timur pada 10
m/s. Energi kinetik tidak pernah negatif, dan akan nol hanya jika partikel
berhenti.
= 60 N
v
3,00 m
= 60 N
x
7,4 cm
(a)
w=mg
w=mg
(b)
(c)
Gambar (b) adalah diagram benda bebas yang menunjukkan gaya vertikal
pada kepala palu yang jatuh. Oleh karena perpindahan vertikal, semua jenis
gaya horizontal yang ada tidak akan melakukan kerja (ingat gaya tegak lurus
perpindahan, = 90, kerja nol).
a) Titik 1 sebagai posisi awal kepala palu, titik 2 sebagai tempat kepala palu
menghantam balok. Gaya-gaya vertikal adalah gaya berat ke bawah w = m
g = (200 kg)(9,80 m/s2) = 1.960 N dan gaya gesek ke atas = 60 N,
sehingga gaya total ke arah bawah adalah w = 1.960 N 60 N = 1.900 N.
Perpindahan kepala palu dari dari titik 1 ke titik 2 adalah ke bawah dan sama
dengan s12 = 3,00 m. Kerja total yang dilakukan pada kepala palu tersebut
bergerak dari titik 1 ke titik 2 adalah :
Wtot = (w ) s12 = (1.900 N)(3,00 m) = 5.700 N.m = 5.700 J
Pada titik 1 kepala palu diam, sehingga energi kinetik awal K 1 adalah nol.
Persamaan (6) memberikan :
Wtot = K2 K1 = m v22 0
2 Wtot
2 (5.700 J)
v2 = ------------- = ------------------ = 7,55 m/s
m
200 kg
Ini adalah laju kepala palu pada titik 2 sesaat menghantam balok.
b) Pada titik 3 kepala palu akhirnya berhenti, maka K 3 = 0. Seperti pada
gambar (c) sekarang terdapat penambahan gaya, gaya normal ke atas
yang dilakukan balok pada kepala palu selama penambahan perpindahan ke
bawah s23 = 7,4 cm = 0,074 m. Gaya ini sebenarnya berubah-ubah sampai
kepala palu akhirnya berhenti, tetapi demi kemudahan diperlakukan
sebagai sebuah konstanta, hasil untuk tersebut kemudian akan menjadi
nilai rata-rata dari gaya ke atas selama gerak. Kerja total yang dilakukan
pada kepala palu selama perpindahan 7,4 cm = 0,074 m adalah :
Wtot = (w - ) s23
Ini sama dengan perubahan energi kinetik K 3 K2, yang negatif karena energi
kinetik kepala menurun, sehingga :
(w - ) s23 = K3 K2
(K3 K2)
(0 J 5.700 J)
= w ---------------- = 1960 N 60 N - --------------------- = 79.000 N
s23
0,074 m
Gaya yang dikeluarkan kepala palu pada balok selama bagian dari
pergerakan ini, gaya reaksi yang sama dan berlawanan arah sebesar 79.000
N (sekitar 9 ton) ke bawah lebih dari 40 kali berat kepala palu.
Perubahan total energi kinetik kepala palu selama seluruh proses adalah nol,
gaya total yang relatif kecil melakukan kerja positif untuk jarak yang jauh,
dan kemudian gaya total yang jauh lebih besar melakukan kerja negatif
untuk jarak yang lebih pendek.
Hal yang sama terjadi jika menjalankan mobil dengan laju yang semakin
meningkat dan kemudian mengemudikannya ke arah tembok batu. Gaya
yang sangat besar diperlukan untuk mengurangi energi kinetik menjadi nol
pada jarak yang pendek adalah yang menyebabkan kerusakan pada mobil
termasuk pada pengemudinya.
ARTI ENERGI KINETIK
Pada contoh soal 1. memberi wawasan tentang arti fisika dari energi kinetik.
Kepala palu dijatuhkan dari keadaan diam, dan energi kinetiknya saat
menghantam balok sama dengan kerja total yang dilakukan padanya sampai
pada titik tersebut oleh gaya total. Hasil ini benar secara umum : untuk
mempercepat partikel dengan massa m dari keadaan diam (energi kinetik
nol) hingga mencapai laju v, kerja total yang dilakukan padanya harus sama
dengan perubahan energi kinetik dari nol ke K = mv2, yaitu :
Wtot = K 0 = K
Jadi, energi kinetik partikel sama dengan kerja total yang dilakukan
untuk mempercepat partikel tersebut dari keadaan diam ke laju
tertentu. Definisi K = mv 2 dari persamaan (5) tidak terpilih secara acak,
persamaan ini adalah satu-satunya definisi yang sesuai dengan pengertian
energi kinetik.
Dalam bagian kedua contoh soal 1. energi kinetik kepala palu digunakan
untuk melakukan kerja pada balok dan memukulnya ke dalam tanah. Ini
memberikan penafsiran lain tentang energi kinetik : energi kinetik
partikel sama dengan kerja total yang dapat dilakukan partikel
dalam prosesnya sampai berhenti. Oleh karena sebab inilah mengapa
pemain baseball (kasti dan sejenisnya) menarik tangannya dan lengannya
saat menangkap bola yang melayang. Saat bola berhenti, bola tersebut
melakukan sejumlah kerja (gaya kali jarak) pada tangan pemain baseball
yang sama dengan energi kinetiknya awal bola. Dengan menarik kembali
x1
x2
x2 x1
(a)
y
Ff
Fe
Fd
Fc
Fb
Fa
xa
xc
xe
xb
xd
xf
x2 x1
(b)
Catatan : bahwa Fa xa mewakili luas bidang vertikal pertama dalam (b) dan
integral dalam persamaan (7) mewakili luas di bawah kurva dalam gambar
(a) antara x1 dan x2. Pada grafik gaya sebagai fungsi posisi, kerja total yang
dilakukan oleh gaya diwakili oleh luas di bawah kurva antara posisi awal dan
posisi akhir. Pengertian lain dari persamaan (7) adalah bahwa kerja W sama
dengan gaya rata-rata yang bekerja sepanjang keseluruhan perpindahan
dikalikan dengan perpindahan.
Persamaan (7) juga dapat digunakan jika F, komponen x dari gaya, konstan.
Dalam kasus itu F dapat dikeluarkan dari integral :
x2
W = F dx = F dx = F (x2 x1)
x1
x1
X2
(x2 x1) = s adalah perpindahan total partikel. Dalam kasus gaya konstan F,
persamaan (7) mengatakan bahwa W = F s, sesuai dengan persamaan (1).
Pengertian kerja sebagai luas di bawah kurva F sebagai fungsi x juga berlaku
bagi gaya konstan, W = F s adalah luas segiempat dengan tinggi F dan lebar
s, seperti gambar berikut ini :
Fx
F
x1
x2
x2 x1
Pada pegas yang teregang, agar pegas tetap meregang melampaui panjang
awalnya sejarak x, maka harus menerapkan gaya dengan besar F pada
masing-masing ujungnya, seperti gambar berikut ini :
x
F
(8)
k adalah konstanta yang disebut dengan konstanta gaya (force constant atau
konstanta pegas) dari pegas. Persamaan (8) menunjukkan bahwa satuan k
adalah gaya dibagi dengan jarak, N/m dalam satuan SI, lb/ft dalam satuan
Inggris. Sebagai contoh sebuah mainan pegas (seperti Slinky) mempunyai
konstanta gaya (k) adalah 1 N/m, untuk pegas yang jauh lebih kaku seperti
pada suspensi mobil, k adalah 105 N/m. Hasil pengamatan dengan
pemanjangan berbanding lurus dengan gaya untuk pemanjangan yang tidak
terlalu besar dilakukan oleh Robert Hooke pada tahun 1678 dan dikenal
sebagai hukum Hooke (sebenarnya tidak seharusnya disebut sebagai
hukum, hanya pernyataan tentang suatu piranti yang khusus, bukan
hukum alam yang mendasar). Pegas asli tidak selalu mengikuti persamaan
(8) secara persis, tetapi persamaan ini tetap merupakan model ideal yang
berguna.
Untuk meregangkan sebuah pegas harus melakukan kerja, dengan
menerapkan gaya yang sama dan berlawanan pada ujung-ujung pegas dan
meningkatkan gaya-gaya tersebut secara bertahap. Ujung sebelah kiri
ditahan agar tidak bergerak, jadi gaya yang diterapkan pada ujung ini tidak
melakukan kerja, sedang gaya pada ujung yang bergerak memang
melakukan kerja.
F
F = kx
kx
x
0
F
dx
=
.. (9)
0
0
kx
dx
kx2
Hasil ini juga dapat diperoleh dengan secara grafis. Luas segitiga dari
gambar yang diarsir mewakili kerja total yang dilakukan oleh gaya, sama
dengan setengah hasil kali alas dan tinggi, atau :
W = (x)(k x) = kx2
Persamaan ini juga menyatakan bahwa kerja adalah gaya rata-rata kx/2
dikalikan dengan perpindahan total x. Juga dapat dilihat bahwa kerja total
sebanding dengan kuadrat perpanjangan akhir x. Untuk meregangkan pegas
ideal sebesar 2 cm, harus melakukan empat kali kerja yang dibutuhkan
untuk meregangkan pegas 1 cm.
Persamaan (9) mengasumsikan bahwa pegas pada awalnya tidak teregang.
Jika pada awalnya pegas telah teregang sepanjang jarak x 1, maka kerja yang
harus dilakukan untuk meregangkan pegas ke pemanjangan x 2 yang lebih
besar adalah :
x2
x2
W = F dx = kx dx = kx22 kx12 ..
(10)
x1
x1
x
F
Contoh Soal. Seorang wanita dengan berat 600 N naik ke atas sebuah
timbangan yang berisi pegas kaku. Dalam kesetimbangan pegas tertekan 1,0
cm akibat berat wanita tersebut. Tentukan konstanta gaya pegas dan kerja
total yang dilakukan pada pegas tersebut selama penekanan.
Penyelesaian :
1,0 cm
+x
Dalam kesetimbangan gaya total pada wanita tersebut adalah nol, jadi berat
wanita itu dan gaya pegas yang bekerja padanya mempunyai besar yang
sama 600 N, tetapi pada arah yang berlawanan. Diambil nilai positif x yang
sesuai dengan arah pemanjangan (peregangan), sehingga pada
penimbangan yang terjadi adalah pegas ditekan sehingga x = 1,0 cm = - 0,
010 m, dan gaya yang diterapkan wanita tersebut pada pegas adalah F = 600 N. Dari persamaan (8) konstanta gaya k adalah :
F
- 600 N
k = -------- = ---------------- = 60.000 N/m
x
- 0,010 m
Maka dari persamaan (9) :
dx
dt
dx
x2
x2
x2
dv
= F dx = ma dx = mv ------ dx ..
(12)
x1
x1
x1
dx
m
v1
Fpegas
Fpegas
fk
w = mg
(a)
(b)
w = mg
(c)
Gambar (b) dan (c) berturut-turut menunjukkan diagram benda bebas untuk
glider tanpa dan dengan gesekan. Gaya yang diberikan oleh pegas tidak
konstan, sehingga tidak dapat menggunakan persamaan untuk percepatan
konstan, tetapi dengan menggunakan teorema kerja-energi.
P2
F
P1
dl
(a)
FI
P2
P1
dl
FII = F cos
(b)
Bagian kurva antara kedua titik ini dibagi menjadi sejumlah perpindahan
vektor yang sangat kecil, dan disebut salah salah satunya dengan dl.
Masing-masing dl adalah garis singgung dari lintasan pada posisinya. Ambil
F sebagai gaya pada titik tertentu sepanjang lintasan dan ambil sebagai
sudut antara F dan dl pada titik ini, maka elemen kecil dari dW yang
dilakukan pada partikel selama perpindahan dl dapat dituliskan sebagai :
dW = F cos dl = FII dl = F . dl
FII = F cos adalah komponen F yang arahnya paralel terhadap dl pada
gambar (b). Kerja total yang dilakukan oleh F pada partikel ketika bergerak
dari P1 ke P2 adalah :
P2
P2
P2
P1
P1
Persamaan (6) adalah benar bahkan dengan gaya yang berubah-ubah dan
perpindahan sepanjang lintasan lengkung. Gaya F pada dasarnya konstan
pada semua segmen dl yang sangat kecil dari lintasan, sehingga teorema
kerja-energi dapat diterapkan untuk gerak garis lurus terhadap segmen itu.
Dengan demikian perubahan energi kinetikpartikel K pada segmen tersebut
sama dengan kerja dW = F II dl = F . dl yang dilakukan pada partikel.
Penambahan semua besaran kerja yang sangat kecil ini dari semua segmen
sepanjang keseluruhan lintasan menghasilkan kerja total yang dilakukan.
Persamaan (14) dan ini sama dengan perubahan total energi kinetik pada
keseluruhan lintasan, jadi Wtot = K = K2 K1 benar secara umum, seperti
apapun lintasannya dan apapun karakter dari gaya. (Ini dapat dibuktikan
dl
F
T cos
T sin
w
(a)
(b)
Diagram benda bebas diperlihatkan pada gambar (b). Tegangan pada kedua
rantai telah diganti dengan sebuah tegangan tunggal T. Coki berada dalam
keadaan setimbang di setiap titik, maka gaya total yang bekerja padanya
adalah nol dan total kerja yang dilakukan padanya oleh semua gaya adalah
nol. Pada setiap titik selama gerakan tersebut gaya rantai pada Coki tegak
lurus terhadap tiap dl, sehingga sudut antara gaya rantai dan perpindahan
selalu 90, karena itu kerja yang dilakukan tegangan rantai adalah nol.
Untuk menghitung kerja yang dilakukan oleh F, maka harus tahu
perubahannya terhadap sudut . Coki berada dalam keadaan setimbang
pada setiap titiknya, sehingga dari Fx = 0 diperoleh :
Fx = F + ( T sin ) = 0,
dan dari Fy = 0 diperoleh :
Fy = T cos + ( w) = 0
Dengan menghilangkan T dari dua persamaan di atas, maka diperoleh :
F = w tan
Titik dimana F diterapkan berayun melalui lengkungan s. Panjang
lengkungan s sama dengan jari-jari R lintasan lingkaran dikalikan dengan
panjang (dalam radius), sehingga s = R, karena itu perpindahan
(pergeseran ) dl yang berkaitan dengan perpindahan kecil dari sudut d
memiliki besar dl = ds = R d. Kerja yang dilakukan oleh F adalah :
W = F.dl = F cos ds
Sekarang semuanya dinyatakan dalam perubahan sudut :
Jika = 0, tidak ada perpindahan, dalam hal ini cos = 1 dan W = 0, seperti
yang diperkirakan. Jika = 90, maka cos = 0 dan W = wR. Jika demikian
kerja yang saudara lakukan sama dengan seolah-olah saudara mengangkat
Coki langsung ke atas dengan jarak R dengan sebuah gaya yang sama
dengan beratnya w. Sebenarnya besaran R(1 cos ) adalah kenaikan
ketinggiannya dari atas tanah selama perpindahan, jadi untuk setiap nilai
dari kerja yang dilakukan oleh gaya F adalah perubahan ketinggian
dikalikan dengan berat. (Ini merupakan contoh umum).
DAYA
Definisi dari kerja tidak mengambil acuan terhadap jalannya waktu. Jika
mengangkat barbel seberat 400 N melalui jarak vertikal 0,5 m dengan
kecepatan konstan, maka kerja yang dilakukan adalah (400 N)(0,5 m) = 200
N.m = 200 J, tidak peduli akan menghabiskan waktu 1 detik, 1 jam, atau 1
tahun untuk melakukan hal itu. Ingin tahu seberapa cepat kerja dilakukan,
hal ini digambarkan dalam bentuk daya. Dalam percakapan sehari-hari kata
daya sering diartikan sebagai energi atau gaya. Dalam fisika
digunakan definisi yang lebih presisi, daya (power) adalah laju waktu
dimana kerja dilakukan. Seperti kerja dan energi, daya adalah besaran
skalar.
Ketika jumlah kerja W dilakukan selama selang waktu t, kerja rata-rata
yang dilakukan per satuan waktu atau daya rata-rata (average power) Prt
didefinisikan sebagai :
W
Prt = --------- (daya rata-rata) ..
(15)
t
Laju kerja yang dilakukan mungkin saja tidak konstan. Bahkan ketika laju
tersebut berubah-ubah, dapat didefinisikan daya sesaat (instantaneous
power) P sebagai limit dari hasil bagi dalam persamaan (15) pada saat t
mendekati nol :
P =
lim
W
dW
------- = -------- (daya sesaat) ..
(16)
t 0
dt
Satuan SI dari daya adalah watt (W), diambil dari nama penemu Inggris,
James Watt. Satu Watt sama dengan satu Joule/sekon ( 1 W = 1 J/s), satu
kilowatt (1 kW = 103 W), satu megawatt (1 MW = 106 W). Dalam sistem
Inggris kerja dinyatakan dalam foot-pound (ft-lb), dan satuan daya adalah
foot.pound/sekon
(ft.lb/s).
Satuan
yang
lebih
besar
disebut
horsepower/tenaga kuda (hp) juga digunakan. (1 hp = 550 ft.lb/s = 33.000
ft.lb/min). Konversinya 1 hp = 746 W = 0,746 kW atau 1 hp sama dengan
kira-kira kilowatt.
Watt adalah satuan yang biasa digunakan untuk daya listrik; bola lampu 100
W mengkonversi 100 J energi listrik ke dalam bentuk cahaya dan panas tiap
detik, tetapi tidak ada sifat listrik tertentu tentang watt atau kilowatt.
Satuan daya dapat digunakan untuk mendefinisikan satuan baru dari kerja
atau energi. Kilowatt-hour (kWh) adalah satuan komersial yang umum pada
energi listrik. Satu kilowatt-hour adalah kerja total yang dilakukan dalam satu
jam (3.600 sekon) ketika dayanya sebesar 1 kilowatt (10 3 J/s), sehingga 1
kWh = (103 J/s)( 3.600 s) = 3,6 x 106 J = 3,6 mJ. Jadi kilowatt-hour adalah
satuan kerja atau energi, bukan daya.
Dalam mekanika juga dapat dinyatakan daya dalam bentuk gaya dan
kecepatan. Seandainya sebuah gaya F dikenakan pada sebuah benda pada
waktu benda tersebut mengalami perpindahan vektor s. Jika Fs adalah
komponen dari F yang menyinggung lintasan (partikel terhadap s), maka
kerja yang dilakukan oleh gaya adalah W = Fs s dan daya rata-rata
adalah :
FII s
s
Prt = ------------ = FII -------- = FII vrt
(17)
t
v adalah besar dari kecepatan sesaat. Persamaan (18) juga dapat dinyatakan
dalam bentuk perkalian skalar :
P = F . v(laju sesaat ketika F melakukan kerja pada sebuah partikel)
...........(19)
Contoh Soal. Tiap mesin dari kedua mesin jet pesawat Boeing 767
menghasilkan sebuah daya dorong (sebuah gaya ke depan pada pesawat)
sebesar 197.000 N (sekitar 44.300 lb). Ketika pesawat itu terbang pada laju
250 m/s (900 km/jam atau kira-kira 560 mph), berapa tenaga kuda yang
dihasilkan tiap mesin ?
Penyelesaian :
Gaya berada dalam arah yang sama dengan kecepatan, sehingga F = F II.
Dari persaman (18) :
P = FII v = F v = ( 1,97 x 105 N) (250 m/s) = 4,93 x 107 W
1 hp
= (4,93 x 107 W) ------------- = 66.000 hp
746 W
. (20)
CApv2
Untuk mobil Porsche 911 Carrera, C = 0,38 dan A = 1,77 m 2, sehingga gaya
hambat udara adalah :
Fudara = CApv2 = (0,38) (1,77 m2) (1,2 kg/m3) v2
= (0,40 N . s2/m2) v2
Untuk laju di daerah pemukiman , dimana v = 10 m/s (36 km/jam, atau kirakira 22 mph), gaya hambatan udara kira-kira :
Fudara = (0,40 N . s2/m2) (10 m/s)2 = 40 N
Pada laju sedang 15 m/s (54 km/jam atau 34 mph), Fudara adalah 60 N dan laju
di jalan raya 30 m/s (110 km/jam atau 67 mph) adalah 360 N. Jadi pada laju
rendah, hambatan udara kurang penting dibanding gesekan gelinding, pada
laju sedang keduanya sebanding, dan pada laju di jalan raya hambatan
udara mendominasi.
Untuk mengemudi di jalan yang rata dengan laju konstan, jumlah F gelinding dan
Fudara harus tepat seimbang dengan gaya ke depan F ke depan yang diberikan
oleh roda mobil. (Roda mobil mendorong ke belakang pada aspal, dan aspal
mendorong mobil ke depan). Daya yang dipakai hanyalah gaya maju
dikalikan dengan laju v. Untuk mobil Porsche 911 Carrera daya yang
dibutuhkan untuk laju konstan v adalah :
P = Fke depan v = (Fgelinding + Fudara) v = 180 N + (0,40 N . s2/m2) v2 v
Untuk tiga laju yang telah disebutkan di atas, maka dapat dilakukan
perhitungan untuk mencari hasil sebagai berikut :
v (m/s)
10
15
30
Fgelinding (N)
180
180
180
Fudara (N)
40
60
360
P (kW)
2,2
4,1
16
P (hp)
2,9
5,5
22
Berapa banyak bahan bakar yang dipakai mesin untuk menyediakan daya ini
? Pembakaran 1 liter bensin melepaskan energi kira-kira 3,5 x 10 7 J, tetapi
tidak semuanya diubah menjadi kerja yang bermanfaat. Hukum
termodinamika menentukan batas dasar pada efisiensi pengubahan panas
menjadi kerja. Dalam sebuah jenis mesin mobil, kira-kira 65 % dari panas
yang dilepaskan dari pembakaran bensin dibuang ke dalam sistem pendingin
dan pembuangan. Sekitar 20 % lainnya diubah menjadi kerja yang bukan
untuk menggerakkan mobil, termasuk kerja yang dilakukan untuk melawan
gesekan sepanjang perjalanan dan menjalankan peralatan tambahan seperti
air-conditioner (AC) dan power steering, sehingga yang tertinggal sekitar 15
(21)
Sebagai ilustrasi pada pemakaian bahan bakar untuk laju 15 m/s, daya yang
dibutuhkan 4,1 kW = 4.100 J/s, dalam satu jam (3.600 s) energi total yang
dibutuhkan adalah :
(4.100 J/s)(3.600s) = 1,5 x 107 J
dan selama waktu itu mobil bergerak sejauh :
(15 m/s)(3.600 s) = 5,4 x 104 m = 54 km
Dari persamaan (21) banyaknya bahan bakar yang digunakan dalam satu
jam untuk menempuh jarak 54 km dengan laju 15 m/s, adalah :
1,5 x 107 J
---------------------- = 2,6 liter
5,3 x 106 J/liter
Bensin sejumlah itu menjalankan mobil sejauh 54 km, sehingga jarak yang
ditempuh per liter bahan bakar adalah (54 km)/(2,6 liter) = 19 km/liter atau
45 mil/galon. (Jadi pada pembuatan mobil perancangannya harus
memperhatikan faktor aerodinamis sehingga efisien dalam penggunaan
bahan bakarnya).
Daya yang dibutuhkan untuk berjalan dengan laju konstan 15 m/s pada
permukaan yang rata adalah 4,1 kW, tetapi daya yang dibutuhkan untuk
percepatan dan pendakian bukit mungkin saja lebih besar. Mobil Porsche 911
Carrera dalam promosinya dikatakan mampu bergerak dari 0 sampai 60 mph
(27 m/s) dalam 6,1 s, maka energi akhirnya menjadi :
K = m v2 = (1.251 kg)(27 m/s)2 = 4,6 x 105 J
Daya tambahan rata-rata yang dibutuhkan untuk percepatan tersebut adalah
:
4,6 x 105 J
Prt = -------------------- = 7,5 x 104 W = 75 kW = 100 hp
6,1 s
Percepatan yang tinggi ini membutuhkan kira-kira 18 kali daya laju konstan
15 m/s (tidak termasuk daya untuk mengatasi gesekan jalan). Sebagai
contoh untuk mobil Porsche 911 Carrera dipromosikan memiliki tenaga kuda
maksimum 214 hp pada laju mesin 5.900 rpm.
Bagaimana untuk mendaki bukit ? Sebuah tanjakan 5 %, kira-kira ditemukan
hampir semua jalan raya, meningkat 5 meter tiap 100 m jarak horizontal.
Sebuah mobil bergerak dengan laju 30 m/s ke atas sebuah tanjakan 5 %
mendapatkan kenaikan tinggi dengan perubahan laju (0,05)(30 m/s) = 1,5
m/s. Mobil Porsche 911 Carrera beratnya (w) = 12.260 N, sehingga untuk
mengangkatnya dengan perubahan ini memerlukan daya :
P = F v = (12.260 N) (1,5 m/s) = 1,8 x 104 J/s = 18 kW = 24 hp
Daya total yang dibutuhkan adalah sebesar ini ditambah 16 kW yang
dibutuhkan untuk menjaga laju 30 m/s pada jalan rata, yaitu ;
Ptot = 18 kW + 16 kW = 34 kW = 46 hp
Sebagai perbandingan, seorang pria dengan berat (w) = 70 kg
membutuhkan kira-kira 2,0 x 10 5 J energi (dilepaskan dari makanan) untuk
berjalan 1 km dengan laju 5 km/jam = 1,4 m/s. Jika 3,5 x 10 7 J energi yang di
dapat dari 1 liter bensin, entah bagaimana dapat tersedia juga untuk tubuh
pria tersebut, maka pria tersebut dapat melakukan perjalanan (3,5 x 10 7 J)/
(2,0 x 105 J/km) = 170 km. Jumlah yang sama dari energi ini dapat
mendorong mobil hanya sejauh 19 km. Perjalanan dengan menggunakan
mobil 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan berjalan kaki (15 m/s banding
1,4 m/s). Jadi laju dan kenyamanan perjalanan dengan menggunakan mobil
hanya dapat tercapai dengan biaya konsumsi penambahan pemakaian
energi yang jauh lebih besar !
Energi kinetik dalam konsepnya terkait dengan gerakan suatu benda pada
suatu sistem, meningkat dalam jumlah yang sama dengan kerja yang
dilakukan. Sedangkan pendekatan baru dalam konsep energi potensial yaitu
bahwa energi terkait dengan posisi (letak) suatu sistem dan bukan dengan
gerak sistem tersebut. Dalam berbagai kasus jumlah antara energi kinetik
dan energi potensial suatu sistem (dinamakan sistem energi mekanik total
dari sistem tersebut) adalah konstan selama sistem tersebut melakukan
pergerakan. Hal ini yang akan menuntun pernyataan umum mengenai
kekekalan energi, yang merupakan salah satu prinsip yang paling
fundamental dan paling luas jangkauannya dalam semua bidang ilmu
pengetahuan.
y1
y2
y1
w=mg
0
potensial
gravitasi)
Nol
v2 = 0
y2
E
v1 = 20,0 m/s
Nol
m = 0,145 kg
y1
E
K2
K1
v3
y3 = 15,0 m
E
v2 = 20,0 m/s
y2 = 0 m
0,50 m
Nol
v1 = 0
y1 =0,50 m
(a)
y
F
x
w
(b)
Gambar 2. (a) Bola yang dilempar vertikal ke atas, (b) Diagram benda bebas
untuk saat gaya F ditimbulkan oleh tangan yang melakukan kerja W lain pada
bola. Gaya F dan gaya gravitasi keduanya bekerja antara y 1 dan y2. Dari y2
ke y3 hanya gaya gravitasi yang bekerja pada bola.
a) Digunakan persamaan (8) untuk mencari W lain, kerja yang dilakukan oleh
gaya ke atas F yang ditimbulkan oleh tangan pada saat melempar bola,
sehingga besar F dapat ditentukan. Titik 1 merupakan titik saat tangan mulai
bergerak dan titik 2 merupakan titik saat bola meninggalkan tangan. Dengan
koordinat sistem yang sama seperti pada contoh soal 1, diperoleh y 1 =
0,50 m dan y2 = 0 m, maka :
K1 = 0
Energi potensial awal U1 bernilai negatif karena kondisi awal bola berada di
bawah titik awal. Berdasarkan persamaan (7) :
K1 + U1 + Wlain = K2 + U2
maka :
Wlain = (K2 K1) + (U2 U1) = (29,0 J 0 J) + (0 J ( 0,71 J) = 29,71 J
Energi kinetik bola sebesar K2 K1 = 29,0 J 0 J = 29,0 J , demikian juga
energi potensial akan naik sebesar U2 U1 = 0 J ( 0,71 J) = 0,71 J,
jumlahnya adalah E2 E1 yang merupakan perubahan energi mekanik total,
yang sama dengan Wlain.
Diasumsikan gaya ke atas F yang diberikan tangan memiliki nilai yang
konstan, kerja Wlain yang dilakukan oleh gaya ini setara dengan besar gaya F
dikalikan dengan jarak (perpindahan) ke atas y2 y1 posisi gaya itu bekerja :
Wlain = F(y2 y1)
Wlain
29,71 J
F = --------------- = ----------- = 59 N
y2 y 1
0,50 m
b) Jika titik 3 berada pada ketinggian 15,0 m, maka y 3 = 15,0 m dan akan
dicari laju v3 di titik ini. Pada ketinggian antara titik 2 dan 3, energi mekanik
total kekal, gaya yang berasal dari tangan tidak lagi bekerja, jadi W lain = 0.
Energi kinetik pada titik 3 dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (4) :
K2 + U2 = K3 + U3
2K3
2(7,7 J)
v3 = ---------- = ------------- = 10,0 m/s
m
0,145 kg
Tanda negatif atau positif menandakan bahwa bola melewati titik 3 dua kali,
pertama pada saat naik dan terakhir pada saat turun. Energi mekanik total E
konstan dan sama dengan 29,0 J pada saat bola jatuh bebas, sedangkan
energi potensial pada titik 3 yaitu U 3 = 21,3 J nilainya sama meskipun bola
dalam keadaan naik ataupun turun. Dengan demikian pada titik 3 energi
kinetik bola K3 dan lajunya tidak bergantung pada arah pergerakan bola.
Kecepatan bola bernilai positif (+ 10,0 m/s) ketika bola bergerak naik,
sedangkan kecepatan bola bernilai negatif ( 10,0 m/s) ketika bola bergerak
turun, laju saat naik maupun turun tidak berbeda yaitu sebesar 10,0 m/s.