Anda di halaman 1dari 114

BESARAN FISIKA, DIMENSI DAN SATUAN

A. PENDAHULUAN

Alasan mempelajari Fisika, yaitu :


1. Fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar dari ilmu pengetahuan.
Segala disiplin ilmu memanfaatkan ide-ide dari fisika, mulai dari ahli
kimia yang mempelajari struktur molekul sampai ahli paleontologi
yang merekonstruksi bagaimana binatang purba dinosaurus berjalan.
2. Fisika merupakan dasar dari semua ilmu rekayasa dan teknologi, misal
untuk merancang sebuah pesawat harus mengerti hukum-hukum
dasar fisika.
3. Belajar fisika adalah suatu petualangan. Ilmu ini begitu menantang,
kadang membuat frustasi, sewaktu-waktu menyakitkan, seringkali
bermanfaat dan memberikan kepuasan batin. Pengertian tentang
dunia fisika pada saat ini dibangun di atas pondasi yang diletakkan
oleh ilmuwan-ilmuwan besar seperti Galileo, Newton, Maxwell dan
Einstein dan lain-lain. Pengaruh mereka telah berkembang jauh
melewati batas ilmu fisika itu sendiri dan mempengaruhi secara
mendalam cara hidup dan berpikir manusia pada saat ini, sehingga
sekarang ini dapat merasakan kesenangan dengan temuan-temuan
ilmuwan tersebut dan dapat menggunakan fisika untuk menyelesaikan
persoalan praktis serta memperoleh wawasan tentang fenomena
kehidupan sehari-hari.

B. HAKEKAT FISIKA

Fisika adalah ilmu eksperimental (percobaan).Fisikawan mengamati


fenomena alam dan berusaha menemukan pola dan prinsip yang
menghubungkan fenomena-fenomena tersebut.Pola ini disebut dengan Teori
Fisika dan ketika benar-benar terbukti dan digunakan secara luas disebut
dengan Hukum (Prinsip) Fisika.
Perkembangan teori fisika merupakan proses dua arah yang dimulai
dan diakhiri dengan pengamatan atau percobaan. Fisika bukan sekedar
kumpulan fakta dan prinsip, tetapi fisika adalah proses yang membawa pada
prinsip-prinsip umum yang mendeskripsikan tentang perilaku dunia fisik. Jadi
tidak ada teori akhir yang dianggap benar untuk selamanya, akan selalu ada
kemungkinan pengamatan baru yang memberikan bukti baru sehingga
sebuah teori harus diperbaharui atau dibuang bila ditemukan gejala-gejala
tidak konsisten, tidak akan pernah dapat membuktikan bahwa suatu teori
selalu benar. Teori Fisika memiliki suatu Rentang Keberlakuan (Range of
Validity) yaitu hanya berlaku pada obyek, situasi, kondisi dan lingkungan
tertentu,
sehingga
diluar
rentang
tersebut
teori
tidak
dapat
berlaku.Seringkali suatu perkembangan baru dalam fisika memperluas
rentang keberlakuan suatu prinsip atau teori fisika.Sebagai contoh yaitu Teori
Galileo Galilei (1564-1642) tentang percobaan menjatuhkan obyek ringan

(bulu) dan obyek berat (peluru meriam) dari menara miring Pisa, langkah
induktif untuk menyimpulkan suatu prinsip atau teori bahwa percepatan dari
sebuah obyek yang jatuh tidak tergantung pada beratnya. Kedua benda
tentu saja tidak jatuh dengan laju yang sama, ini tidak berarti bahwa teori
Galileo Galilei salah, hanya tidak lengkap, kalau bulu dan peluru meriam
dijatuhkan dalam ruang hampa untuk menghilangkan pengaruh udara
keduanya akan jatuh dengan laju yang sama. Analisis Galileo tentang benda
yang jatuh telah jauh diperluas setengah abad kemudian dengan Hukum
Gerak dan Hukum Gravitasi Newton.
C. MODEL IDEAL
Model adalah versi sederhana dari sebuah sistem fisika yang terlalu
rumit untuk dianalisis keseluruhan detailnya (untuk menyatakan replika skala
kecil). Contoh untuk menganalisis sebuah bola yang dilempar ke udara; bola
tidak benar-benar bulat dan tidak benar-benar tegar, tetapi berlapis-lapis dan
berotasi ketika bergerak melewati udara, angin dan udara mempengaruhi
gerak, bumi berotasi di bawahnya, berat sedikit berubah seiring berubahnya
jarak bola ke pusat bumi, dan lain-lain. Kalau akan dianalisis terlalu rumit
dan sulit dilakukan, maka perlu disederhanakan, misal dengan mengabaikan
ukuran dan bentuk bola dengan menganggap sebagai obyek (partikel),
dengan mengabaikan gesekan udara dengan membuat bola bergerak dalam
ruang hampa, melupakan rotasi bumi, menganggap beratnya konstan,
sehingga masalahnya jadi sederhana untuk dianalisis.
Untuk membuat model ideal harus diperhatikan aspek-aspek yang
paling penting (esensial) dari sistem tersebut dan mengabaikan yang lainnya
tetapi tidak terlalu banyak. Dari contoh di atas maka bila pengaruh gravitasi
diabaikan, maka model akan meramalkan sebuah bola yang dilempar ke
atas, bola itu akan bergerak sepanjang garis lurus dan menghilang ke ruang
angkasa. Ramalan Galileo Galilei tentang benda jatuh mengacu pada model
ideal dengan mengabaikan pengaruh hambatan udara, model ini bekerja
dengan baik untuk peluru meriam tetapi tidak untuk sehelai bulu.
D. BESARAN, DIMENSI DAN SATUAN
Fisika adalah ilmu eksperimen (percobaan), sehingga diperlukan
pengukuran dan untuk menyatakan hasil pengukuran biasanya digunakan
bilangan.Setiap bilangan yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena fisika secara kuantitatif disebut Besaran Fisika (Physical
Quantity). Contoh : dua besaran fisika yang mendeskripsikan orang adalah
berat dan tinggi. Banyak besaran fisika yang begitu mendasar sehingga tidak
bisa mendefinisikan hanya dengan mendeskripsikan berdasarkan cara
pengukurannya. Definisi yang berdasarkan cara pengukuran saja disebut
definisi operasional. Contoh : mengukur jarak dengan mistar, mengukur
selang waktu dengan stopwatch, laju rata-rata suatu benda yang bergerak
sebagai jarak yang ditempuh (diukur dengan mistar) dibagi dengan waktu
perjalanan (diukur dengan stopwatch).

Besaran Fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan


besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah
ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh
besaran pokok, yaitu : panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus listrik,
intensitas cahaya dan jumlah zat. Besaran turunan adalah besaran yang
diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok.Misalnya, luas yang
dirumuskan sebagai panjang x lebar termasuk besaran turunan karena luas
diturunkan dari dua besaran panjang. Demikian juga volume dirumuskan
sebagai panjang x lebar x tinggi termasuk besaran turunan karena volume
diturunkan dari tiga besaran panjang. Besaran skalar adalah besaran yang
hanya memiliki besar (nilai) saja, misal : panjang, massa, dan waktu.
Besaran vektor adalah besaran yang memiliki besar (nilai) dan juga arah,
misal : gaya, kecepatan dan percepatan.
Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari
besaran-besaran pokok dan dinyatakan dengan lambang huruf tertentu serta
ditulis dengan huruf besar dan diberi kurung pesegi (dengan alasan praktis
tanda kurung persegi biasanya dihilangkan. Sedang dimensi suatu besaran
turunan ditentukan oleh rumus besaran turunan tersebut jika dinyatakan
dalam besaran-besaran pokok. Dua besaran atau lebih hanya dapat
dijumlahkan atau dikurangkan jika besaran-besaran tersebut mempunyai
dimensi yang sama.
Contoh:
Lintasan suatu partikel dinyatakan dengan x = A + Bt + Ct2. Dalam
persamaan ini x menunjukkan perpindahan (jarak yang ditempuh) dan t
adalah waktu. Tentukan dimensi dan satuan SI dari A, B dan C. Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut ada caranya (strategi), dimensi ruas
kanan persamaan harus sama dengan ruas kiri yakni dimensi perpindahan
( L ), karena ruas kanan merupakan penjumlahan dari tiga besaran maka
ketiganya hanya dapat dijumlahkan jika memiliki dimensi yang sama yaitu
dimensi perpindahan ( L ), sehingga penyelesaiannya adalah sebagai
berikut :
x = A + Bt + Ct2
Dimensi x = L dan dimensi t = T, sehingga :
L = ( A ) + ( B ) T + ( C ) T2
Sesuai dengan prinsip penjumlahan, maka dari persamaan di atas diperoleh :
(A)=L
(B)T=L
( B ) = L/T = L T -1
( C ) T2 = L
( C ) = L/T2 = L T -2
Bila dimensi besaran sudah ditentukan, maka satuan SI dari besaran
tersebut dengan mudah dapat ditetapkan dengan memasukkan satuansatuan SI untuk setiap dimensi (meter untuk L, sekon untuk T).

Dimensi A = L, maka satuannya adalah m.


Dimensi B = L T -1, maka satuannya adalah m s-1.
Dimensi C = L T -2, maka satuannya adalah m s-2.
Analisis dimensi dalam fisika ada manfaatnya, yaitu :
1. Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisika setara atau
tidak. Dua besaran fisika hanya setara jika keduanya memiliki dimensi
yang sama dan keduanya termasuk besaran skalar atau keduanya
termasuk besaran vektor.
2. Dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau
mungkin benar.
3. Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisika
jika kesebandingan besaran fisika tersebut dengan besaran-besaran
fisika lainnya diketahui.
Tabel 1. Besaran pokok, satuan dan dimensinya
Besaran pokok
Satuan
Singkatan
Panjang
meter
m
Massa
kilogram
kg
Waktu
sekon
s
Kuat Arus listrik
ampere
A
Suhu
kelvin
K
Intensitas
kandela
cd
cahaya
Jumlah zat
mol
mol

Dimensi
L
M
T
I

N
J

Tabel 2. Contoh besaran turunan, dimensi dan satuannya


Besaran
Rumus
Dimensi
Satuan dan
turunan
singkatannya
Luas
panjang x lebar
L2
m2
Volume
panjang x lebar
L3
m3
x tinggi
Massa jenis
massa/volume
M L-3
kg m-3
-1
Kecepatan
perpindahan/wa
LT
m s-1
ktu
Percepatan
kecapatan/wakt
L T -2
m s-2
u
Gaya
massa x
M L T -2
kg m s-2 =
percepatan
newton (N)
2
-2
Usaha dan
gaya x
ML T
kg m2 s-2 = joule
energi
perpindahan
(J)
-1
-2
Tekanan
gaya/luas
ML T
kg m-1 s-2 =
pascal (Pa)
2
-3
Daya
usaha/waktu
ML T
kg m2 s-3 = watt

Impuls dan
momentum
Momen

gaya x waktu

MLT

-1

gaya x lengan

M L2 T

-2

(W)
kg m s-1 = N s
kg m2 s-2

Jika mengukur suatu besaran, maka selalu membandingkan terhadap


suatu acuan standar. Bila sebuah balok kayu memiliki panjang 4,5 meter,
artinya bahwa panjang balok kayu tersebut adalah 4,5 kali panjang suatu
batang meteran, yang panjangnya didefinisikan sebagai 1 meter. Standar
seperti disebut sebagai satuan (unit) besaran. Meter adalah satuan jarak,
sekon (detik) adalah satuan waktu dan kilogram adalah standar satuan
massa. Jadi kalau menggunakan suatu bilangan untuk mendeskripsikan
suatu besaran fisika harus selalu menuliskan satuan yang dipakai, misal
mendeskripsikan suatu jarak dengan hanya menulis 4,75 tidak
memberikan arti apa-apa.
Sistem satuan yang digunakan para ilmuwan dan insinyur di seluruh
dunia disebut sistem metrik, tetapi sejak tahun 1960 disebut sebagai
Sistem Internasional (International System) atau SI (singkatan dari bahasa
Perancis, Systeme International). Ada sistem satuan lain yaitu Sistem
British hanya digunakan di Ingris, Amerika dan beberapa negara lainnya.
Satuan British secara legal didefinisikan dalam satuan SI, seperti : panjang 1
inchi = 2,54 cm (tepat), gaya 1 pund (lb) = 4,448221615260 N (Newton,
tepat). Sistem British dalam fisika hanya dipakai untuk mekanika dan
termodinamika.

E. KONSISTENSI DAN KONVERSI SATUAN


Persamaan untuk menggambarkan hubungan antara besaran-besaran
fisika direpresentasikan dengan simbul-simbul matematik yang menyatakan
sebuah bilangan dan sebuah satuan. Contoh : d menyatakan suatu jarak
sejauh 15 meter (m), t menyatakan selang waktu sepanjang 5 sekon (s,
detik) dan v menyatakan laju sebesar 3 m/s.
Persamaan harus selalu konsisten dalam dimensi (dimensionally
consistent), dua besaran bisa dijumlahkan atau disamakan jika besaranbesaran tersebut mempunyai satuan yang sama. Contoh : jika sebuah benda
bergerak dengan laju konstan v sejauh d dalam waktu t, maka besaranbesaran tersebut dihubungkan dengan persamaan :
d = v.t
Jika d diukur dalam meter, maka hasil perkalian vt juga harus dinyatakan
dalam meter. Dengan mernggunakan contoh bilangan-bilangan di atas, maka
dapat dituliskan :
10 m = ( 2 m/s )( 5 s )

F. KETIDAKPASTIAN
Dalam pengukuran suatu besaran selalu memiliki ketidakpastian.
Dengan memilih instrumen yang tepat dan melakukan pengukuran secara
cermat serta membaca hasil pengukuran dengan cara yang benar, tetapi
sebagai manusia dan alat ukur sebagai buatan manusia tidak mungkin
sempurna, sehingga selalu ada kesalahan (galat, error) dalam pengukuran,
baik yang dilakukan oleh manusia maupun alat ukur.
Sebagai contoh bila mengukur ketebalan sampul subuah buku dengan
mengunakan mistar biasa (penggaris), hasil pengukuran hanya dapat
diandalkan kebenarannya sampai pada milimeter terdekat, misal 3 mm.
Pernyataan hasil pengukuran ini sebagai 3,00 mm adalah suatu kesalahan,
karena keterbatasan alat ukur yang digunakan. Jadi tidak dapat mengatakan
bahwa ketebalan sampul buku 3,00 mm, 2, 75 mm, atau 3,13 mm. Jika
mengunakan alat ukur jangka sorong dapat mengukur sampai dua digit
dibelakang koma (satuan mm) atau yang lebih teliti lagi mikrometer sekrup
dapat mengukur tiga digit dibelakang koma (satuan mm), maka hasil
pengukuran akan lebih teliti. Perbedaan antara dua hail pengkuran (misal
mistar dengan mikrometer sekrup) ini adalah pada kesalahan yang
disebabkan adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebut. Pengukuruan
dengan mikrometer sekrup mempunyai ketidakpastian yang lebih kecil.
Ketidakpastian
disebabkan
oleh
adanya
kesalahan
dalam
pengukuran. Kesalahan (galat, error) adalah penyimpangan nilai yang
diukur dari nilai benar (x0). Ada tiga macam kesalahan, yaitu : (1) kesalahan
umum (keteledoran), (2) kesalahan acak, dan (3) kesalahan sistematis.
Kesalahan umum (keteledoran) umumnya disebabkan oleh
keterbatasan pengamat, diantaranya kekurangterampilan memakai alat
ukur, terutama untuk alat ukur canggih yang melibatkan banyak komponen
yang harus diukur, atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala kecil.
Kesalahan acak (random error) disebabkan adanya fluktuasifluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran. Contoh fluktuasifluktuasi halus yang disebabkan oleh gerak Brown molekul udara, fluktuasi
tegangan listrik PLN atau baterai, landasan yang bergetar dan bising.
Kesalahan acak menghasilkan simpangan yang tidak dapat diprediksi
terhadap nilai benar (x0), sehingga tiap bacaan mempunyai peluang untuk
berada di atas atau di bawah nilai benar. Kesalahan acak tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara mengambil rata-rata dari
semua bacaan hasil pengukuran. Pada saat sekumpulan bacaan mempunyai
kesalahan acak kecil, yaitu bacaan-bacaan ini dipencar dekat dengan nilai
rata-rata, maka pengukuran adalah presisi (tepat). Sebaliknya jika bacaan
mempunyai kesalahan acak besar, yaitu bacaan-bacaan dipencar jauh dari
nilai rata-rata, maka pengukuran adalah tidak presisi (tidak tepat).
Contoh : suatu arloji digital murah yang menunjukkan waktu 10:35:47 AM
sangat presisi (bahwa waktu dinyatakan sampai satuan sekon), tetapi jika
arloji bekerja beberapa menit terlambat maka waktu yang ditunjukkan
sangat tidak akurat.

Kesalahan sistematis menyebabkan kumpulan acak bacaan hasil


pengukuran didistribusi secara konsisten di sekitar rata-rata yang cukup
berbeda dengan nilai benar.Kesalahan sistematis dapat diprediksi dan
dihilangkan. Dalam pengukuran kesalahan sistematis dapat disebabkan
oleh :
1. Kesalahan kalibrasi, yaitu kesalahan pembubuhan nilai pada garis
skala pada saat pembuatannya. Hal ini dapat mengakibatkan
pembacaan terlalu besar atau terlalu kecil sepanjang seluruh skala.
Kesalahan ini diatasi dengan mengkalibrasi ulang instrumen terhadap
instrumen standar.
2. Kesalahan titik nol, seperti titik nol skala tidak berimpit dengan titik
nol jarum penunjuk atau kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke
nol sebelum melakukan pengukuran. Kesalahan ini diatasi dengan
melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran.
3. Kasalahan komponen lain, seperti melemahnya pegas yang
digunakan atau terjadi gesekan antara jarum dengan bidang skala.
4. Kesalahan arah pandang membaca nilai skala bila ada jarak antara
jarum dan garis-garis skala.
Penentuan nilai rata-rata tidak mengurangi kesalahan sistematis, karena itu
penyebab kesalahan ini harus dapat diketahui dan kemudian dihilangkan.
Pada saat sekumpulan bacaan hasil pengukuran mempunyai kesalahan
sistematis kecil, maka pengukuran adalah akurat. Jika kesalahan sistematis
besar, maka pengukuran adalah tidak akurat. Jadi akurasi dari nilai terukur
yaitu seberapa dekat nilai terukur itu terhadap nilai sebenarnya, biasanya
dengan menuliskan bilangan diikuti simbol , dan bilangan kedua yang
menyatakan ketidakpastian pengukuran. Contoh diameter sebuah batang
baja dituliskan sebagai 56,47 0,02 mm, ini artinya nilai sebenarnya tidak
mungkin kurang dari 56,45 mm atau lebih dari 56,49 mm.

TUGAS PEKERJAAN RUMAH

1. Dengan analisis dimensi, buktikan bahwa usaha dan energi


adalah dua besaran skalar yang setara !
2. Dengan analisis dimensi, selidikilah, apakah persamaan
persamaan berikut ini salah atau mungkin benar ?
(a) v2 = v02 + 2 a s

(b) = v / T

Keterangan :
v = kecepatan akhir
v0 = kecepatan awal
a = percepatan
s = perpindahan (jarak yang ditempuh)
= panjang gelombang
T = periode (waktu)

3. Jika gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola dengan jari-

jari r yang bergerak dengan kelajuan (kecepatan) v di dalam


sejenis zat cair kental dirumuskan sebagai F = k r v, dengan k
adalah suatu konstanta. Dengan analisis dimensi, tentukan
dimensi dan satuan k !

VEKTOR DAN SKALAR


Vektor adalah besaran yang memiliki arah dan besar (nilai). Secara grafis
suatu vektor dinyatakan dengan sebuah anak panah yang panjangnya anak
panah tertentu dengan arah panah tertentu pula. Secara analitis suatu
vektor dinyatakan dengan sebuah huruf besar dalam abjad dengan diberi
anak panah kecil di atas huruf itu, atau dengan huruf besar yang tebal,
misalnya A dan besarnya vektor A dinyatakan dengan A.

A
A
l

Karakteristik besaran vektor :


1. Mempunyai titik tangkap/titik awal (misal : P)
2. Mempunyai garis kerja (misal : l)
3. Mempunyai arah (misal : A)
4. Mempunyai besar/nilai (misal : A)

5. Mempunyai satuan (misal : untuk gaya yaitu Newton = N).


Skalar adalah besaran yang yang hanya memiliki besar (nilai) saja. Skalar
dinyatakan dengan huruf kecil dalam abjad. Operasi hitung skalar mengikuti
aturan-aturan yang berlaku dalam operasi hitung aljabar, sedangkan operasi
hitung vektor dengan aturan-aturan tersendiri yang meliputi penjumlahan
vektor, pengurangan vektor dan perkalian vektor.
Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai besar (nilai) satuan. Jika A
adalah vektor dengan besar yang tidak sama dengan nol, maka :
A
---------- = vektor satuan dari vektor A
A
Suatu vektor dapat diuraikan menurut sistem sumbu bidang atau sistem
sumbu ruang. Bila diuraikan menurut sistem sumbu ruang, maka sistem
sumbu ruang itu bisanya sumbu yang saling tegak lurus terhadap sumbu
sesamanya.Komponen dari vektor satuan yang berada di sumbu X diberi
notasi i, yang berada di sumbu Y diberi notasi j dan yang berada di sumbu Z
diberi notasi k. Ketiga satuan vektor tersebut (yaitu i, j, k) dinamakan vektor
satuan rektanguler, sehingga digunakan sistem koordinat rektanguler.
Komponen dari suatu vektor A menurut sistem sumbu ruang yang berkaitan
dengan sistem rektanguler itu biasanya berawal dari titik O yang merupakan
titik pertemuan ketiga sumbu rektanguler. Jika (A 1, A2, A3) merupakan
koordinat rektanguler dari titik O, maka vektor A1i, A2j dan A3k masingmasing dinamakan komponen rektanguler dari vektor A dalam arah sumbu
X, Y dan Z.
Resultante (R) dari komponen rektanguler vektor A merupakan vektor A
sedemikian rupa sehingga memenuhi persamaan :
A = A1i + A2j + A3k
Dan besarnya vektor dalam pernyataan komponen rektanguler, yaitu :
A = A12 + A22 + A32
Operasi hitung vektor dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Operasi hitung penjumlahan vektor
Bila diketahui vektor A dan vektor B yang sebidang dengan arah yang
berlainan.
Resultante vektor A dan vektor B sebagai jumlah vektor A dan vektor B
yaitu vektor C yang dibentuk dengan menempatkan titik asal vektor B
pada titik terminal vektor A, kemudian menghubungkan titik asal vektor A

dengan titik terminal vektor B. Resultante ini dinyatakan sebagai vektor C


= A + B.
A

B
C=A+B
Setiap vektor dapat dipindah-pindahkan (digeser) pada garis sepanjang
garis kerja vektor tersebut.
Macam-macam hukum yang berlaku dalam operasi hitung
penjumlahan vektor
Jika diketahui vektor A, vektor B, vektor C, skalar m dan skalar n, maka
berlaku hukum, yaitu :
a. A + B = B + A hukum komutatif
b. A + ( B +
penjumlahan

C )

( A +

B )

hukum asosiatif untuk

c. m A = A m hukum asosiatif untuk perkalian


d. m ( n A ) = ( n m ) A hukum asosiatif untuk perkalian
e. ( m + n ) A = m A + n A hukum distributif
f. m ( A + B ) = m A + m B hukum distributif
2. Operasi hitung pengurangan vektor
Dalam hal ini dinyatakan sebagai vektor C = A B yaitu C = A + ( B )
3. Operasi hitung perkalian vektor
Dalam hal ini ada tiga macam operasi hitung perkalian vektor, yaitu :
a) Perkalian skalar atau perkalian dot atau perkalian titik
Hasil perkalian skalar antara vektor A dan vektor B dinyatakan dengan :
A . B = | A | | B | cos ( 0< < )

Hasil perkalian dot ini berupa skalar.


Keterangan : = sudut apit antara vektor A dan vektor B
b) Perkalian silang atau perkalian kros
Perkalian silang antara vektor A dan vektor B dinyatakan dengan :
A B = A B sin .u

( 0 << )

Keterangan :u adalah vektor satuan yang menunjukkan arah dari


perkalian vektor A dan vektor B.
c) Perkalian tripel
c.1. Perkalian tripel yang hasilnya skalar
Jika diketahui tiga buah vektor, yaitu vektor A, vektor B dan vektor
C, maka hasil perkalian tripel ini dapat dinyatakan dengan :
A1 A2 A3
A .( BC ) =

B1 B2 B3
C 1 C2 C3

Hasil perkalian ini merupakan sisi dari suatu parallepipedum dengan


vektor A, vektor B dan vektor C sebagai sisi parallepipedum
tersebut. Dalam hal ini berlaku :
A.(BC) = B.(CA) = C.(AB)
c.2. Perkalian tripel yang hasilnya vektor
Jika diketahui vektor A, vektor B dan vektor C, maka hasil perkalian
tripel dari ketiga vektor tersebut dapat dinyatakan dengan :
A (B C) = (A.C)B = (A.B)C
Bermacam rumus yang berlaku dalam operasi hitung perkalian vektor
adalah sebagai berikut :
1. Perkalian titik atau perkalian dot
a) Berlaku bahwa i .i = j .j = k .k = 1
i .j = j . k = k .i = 0

b) Jika vektor A = A1i + A2j + A3k


Vector B = B1i + B2j + b3k
maka : A . B = A1 B1 + A2 B2 + A3 B3
A . A = A2 = A12 + A22 + A32
c) Bila A . B = 0, maka vektor A atau vektor B masing-masing tidak
berarti vektor nol, tetapi dalam hal ini bahwa vektor A dan vektor B
itu saling tegak lurus satu sama lain.
2. Perkalian silang atau perkalian kros
a) Berlaku bahwa i i = j j = k k = 0
i j = k , j k = i , k i = j

b) Jika vektor A = A1i + A2j + A3k


Vector B = B1i + B2j + B3k
maka berlaku bahwa :
i
AB =

A1

A2

A3

B1

B2

B3

yaitu merupakan luas suatu parallelogram dengan sisi vektor A dan


vektor B.
c) Bila berlaku A B = 0, sedangkan vektor A dan vektor B masingmasing bukan vektor nol, maka vektor A dan vektor B itu adalah
saling sejajar.

DINAMIKA
A. HUKUM NEWTON
Hukum Newton menyatakan bahwa :
I.

Setiap benda akan tetap dalam keadaan diam atau gerak lurus
beraturan,
kecuali bila pada benda itu bekerja suatu gaya.

II.

Aksi yang ditimbulkan oleh


mengakibatkan

gaya

terhadap

suatu

benda

yang

benda memperoleh percepatan yang dinyatakan sebagai F = k m a.


III.

Adanya aksi akan


kesetimbangan.

diimbangi

oleh

benda

sehingga

terjadi

Perlawanan benda terhadap aksi disebut reaksi yang dinyatakan


dengan Faksi
= - Freaksi.

Hukum kedua Newton di atas, yaitu F = k m a, merupakan dasar


pembahasan semua persoalan dinamika. Dengan kata lain bahwa dinamika
membahas tentang gaya dan gerak partikel atau gerak benda. Dari F = k m
a itu terkandung empat besaran, yaitu gaya, massa, panjang dan waktu.
B. BERAT DAN MASSA
Berat benda yaitu besarnya gaya yang bekerja pada benda karena adanya
tarikan gravitasi bumi. Berat benda tergantung lokasi benda itu berada,
sebuah gaya gravitasi bumi itu berbeda-beda besarnya di tiap-tiap lokasi.
Massa benda itu merupakan berat benda yang tidak terpengaruh oleh gaya
gravitasi bumi, artinya massa suatu benda itu selalu tetap disembarang
lokasi (dimana pun) benda itu berada di muka bumi.
Gaya suatu benda dinyatakan dengan w = m g, dimana m adalah massa
benda dan g adalah gaya gravitasi bumi.
C. G A Y A
Gaya adalah sesuatu yang menarik atau mendorong sebuah benda. Gaya
merupakan vektor. Bila sebuah gaya itu tidak setimbang bekerja pada
sebuah benda, maka benda itu memperoleh percepatan sesuai dengan arah
gaya itu bekerja. Gaya yang tidak setimbang yang bekerja pada suatu benda
itu sebanding dengan massa dan percepatan yang disebabkan gaya yang
berubah-ubah itu.
Bila gaya yang bekerja pada sebuah benda yang bergerak arahnya sama
dengan arah gerak benda dikatakan dikatakan bahwa gaya itu memberi
percepatan. Sebaliknya bila arah gaya itu berlawanan dengan arah gerak
benda dikatakan bahwa gaya itu memberi perlambatan.
D. KOPPEL GAYA
Dua buah gaya yang besarnya sama tetapi arahnya saling berlawanan dan
kedua gaya itu tidak bekerja pada suatu garis gaya akan membentuk sebuah
koppel gaya. Sebuah Koppel gaya menimbulkan gerak rotasi. Koppel gaya
diberi tanda positif kalau arah rotasinya sesuai sesuai arah perputaran jarum
jam, dan diberi tanda negatif kalau rotasinya berlawanan dengan arah
perputaran jarum jam.
Moment sebuah koppel gaya yaitu hasil kali antara salah satu besar gaya
dengan jarak tegak lurus (lengan gaya) antara kedua gaya yang membentuk
koppel gaya tersebut.

Rotasi
F

F1

koppel

koppel

koppel

B
a

F2

c
l

koppel

Moment = +( F x lengan gaya a )


Moment = ( F x lengan gaya b )
(F2 x c)

Moment koppel = +(F 1 x c) = +

E. GAYA GESEKAN
Sebuah benda yang bergerak pada suatu permukaan datar biasanya akan
mendapat gaya perlawanan terhadap gaya gerak benda itu. Gaya
perlawanan ini ditimbulkan oleh permukaan datar dan dinamakan gaya
gesekan. Ada dua macam gaya gesekan (Fg), yaitu :
1. Gaya gesekan kinetik (Fgk)
Koefisien gesekan kinetik k merupakan perbandingan antara gaya yang
diperlukan untuk kesetimbangan kinetik dengan gaya normal (N) yang
menekan dua permukaan bersama-sama.
Gaya normal (N) yaitu gaya tekan yang timbul antara dua permukaan
singgung dari benda-benda yang bergesekan.
Hubungan antara gaya gesekan statik (F gk), koefisien gesekan kinetik (k)
dan gaya normalnya (N) dapat dinyatakan sebagai Fgk = k N.

F
Fgk

w=mg
2. Gaya gesekan statik (Fgs)
Koefisien gesekan statik s merupakan perbandingan antara gaya gesekan
statik maksimum dengan gaya normalnya (N).
Gaya gesekan statik umumnya lebih besar dari gaya gesekan kinetik,
sehingga koefisien gesekan statik lebih besar dari koefisien gesekan
kinetik. Hubungan antara gaya gesekan statik (Fgs), koefisien gesekan
statik (s) dan gaya normalnya (N) dapat dinyatakan sebagai Fgs<s N.
Pada umumnya gaya antara dua benda yang bergesekan itu adalah :
a. Sebanding dengan gaya normal
b. Tidak tergantung luas permukaan persinggungan
c. Tidak tergantung kecepatan relatif.

F.GAYA GRAVITASI
Hukum gravitasi menyatakan bahwa gaya antara dua benda yang bermassa
m1 dan m2 dengan jarak r adalah gaya tarik menarik sepanjang garis
penghubung kedua benda itu dan besarnya adalah :

m1 m2
F
=
G
. (1)
r2

-------------

..

dimana G adalah tetapan gravitasi. Pada umumnya orang beranggapan


bahwa percepatan gravitasi g adalah suatu tetapan. Jika dalam persamaan
(1) dimisalkan bahwa m1 = mB yaitu massa bumi, dan m2 adalah massa
benda, maka gaya tarik oleh bumi terhadap benda adalah :
mB m2
F
=
G
.. (2)

-------------

r2
Gaya tarik ini merupakan berat benda. Sebagai reaksi terhadap berat benda,
maka bumi ditarik benda dengan gaya yang sama (Hukum Newton ketiga,
aksi = reaksi). Oleh karena massa itu terlalu besar, maka percepatan yang
dialami tidak besar. Menurut Hukum Newton kedua bahwa gaya tarik bumi
akan menyebabkan percepatan g menurut hubungan F = m g, sehingga
percepatan gravitasi g dapat dinyatakan yaitu F = m g atau :
F

G mB m1

g
=
. (3)

---------m

G mB

---------------

r2m

r2

------------

pada persamaan (3) karena m1 = m sehingga m1 dan m dapat dihapuskan.


Perubahan g dapat ditentukan sebagai berikut :
Misalkan perubahan ketinggian dinyatakan dengan dr, yaitu perubahan kecil
pada jarak ke pusat bumi. Bila jarak r berubah dengan dr, maka perubahan
yang terjadi pada g dihitung dengan persamaan (3), yaitu :

2 G mB

dg = --------------- dr = 2 ----- dr
r3

dg

dr

atau

-------- = 2 -----g

GERAK PADA GARIS LURUS


A. PENDAHULUAN
PELAJARAN FISIKA

MEKANIKA
Yaitu pelajaran yang berhubungan dengan gaya, bahan dan gerak.
Tujuan akhir adalah mengembangkan metode umum untuk menerangkan
gerak.

KINEMATIKA
Yaitu bagian dari mekanika yang menerangkan tentang gerak.

DINAMIKA
Yaitu mempelajari hubungan antara gerak dan penyebabnya.
B. PERPINDAHAN, WAKTU DAN KECEPATAN RATA-RATA
Kecepatan dan percepatan adalah besaran vektor, yang mempunyai besar
(nilai) dan arah. Untuk mempelajari gerak diperlukan sistem koordinat untuk
menerangkan posisi suatu benda, misalkan dipilih sumbu x sebagai koordinat
dari sistem untuk meletakkan posisi benda sepanjang garis lurus dengan titik
asal O adalah sebagai garis awal. Jadi dengan cara ini benda dianggap
sebagai sebuah partikel.
Sebagai contoh diambil seseorang yang mengendarai sebuah mobil
(dianggap sebagai sebuah partikel) sepanjang lintasan lurus, misal ujung
depan mobil sebagai posisinya.
P1
0
x1

P2
x

x2 x1 = x
x2
START

FINISH

Gambar 1. Posisi-posisi mobil sedan pada dua saat selama perjalanannya


Posisi bagian ujung muka benda (misal : mobil sedan) artinya posisi dari
partikel diberikan oleh koordinat x yang berubah terhadap waktu selama
benda itu bergerak. Cara yang digunakan untuk menerangkan gerak benda
adalah dengan mengamati perubahan nilai x dalam selang waktu, misal :
1,0 sekon (s) setelah start ujung depan mobil sedan berada pada titik P 1,
yakni 19 m dari titik awal, dan 4,0 sekon (s) setelah start mobil sedan berada
pada titik P2, yakni 277 m dari titik awal. Jadi jarak yang ditempuh mobil
sedan adalah 277 m 19 m = 258 m selama selang waktu (4,0 s 1,0 s) =
3,0 s. Definisi kecepatan rata-rata (average velocity) mobil sedan selama
selang waktu tersebut sebagai besaran vektor yang komponen x-nya adalah
perubahan x dibagi dengan selang waktu = (258 m)/(3,0 s) = 86 m/s. Secara
umum kecepatan rata-rata tergantung pada selang waktu yang dipilih. Untuk
selang waktu 3,0 s sebelum mobil sedan dijalankan, kecepatan rata-rata
akan sama dengan nol, karena mobil sedan akan diam di garis start, dan
akan mempunyai perpindahan nol.

Konsep umum kecepatan rata-rata, pada saat t 1 mobil pada titik P1 dengan
koordinat x1, dan pada saat t2 pada titik P2 dengan koordinat x2. Perpindahan
mobil sedan selama selang waktu dari t1 ke t2 adalah vektor dari P1 ke P2
dengan komponen x adalah (x2 x1) dan komponen y dan z sama dengan
nol. Komponen x dari perpindahan mobil sedan tidak lain adalah perubahan
dalam koordinat x, dan secara singkat ditulis :
x
=
x2

(1)

x1

Huruf Yunani (delta) menunjukkan perubahan besaran, dihitung dengan


mengurangkan nilai awal dan nilai akhir ( x bukan hasil kali dari dan x,
adalah simbol yang berarti perubahan besaran x). Kemudian selang waktu
dari t1 ke t2 sebagai t = t2 t1. Jadi x dan t selalu berarti nilai akhir
dikurangi nilai awal, tidak pernah kebalikannya.
Definisi komponen x dari kecepatan rata-rata dengan lebih persis lagi yaitu
komponen x dari perpindahan x dibagi selang waktu t selama perpindahan
terjadi. Besaran ini dilambangkan dengan huruf v dengan subskrip rt untuk
menandakan nilai rata-rata :
x2 x1
x
vrt
=
-------------. (2)
t2 t1
t

------

Persamaan (2) adalah persamaan kecepatan rata-rata untuk gerak


sepanjang garis lurus.
Jadi untuk contoh di atas, x1 = 19 m, x2 = 277 m, t1 = 1,0 s dan t2 = 4,0 s,
sehingga dari persamaan (2) dihasilkan :
x2 x1
277 m 19 m
258 m
vrt = ------------- = -------------------- = ----------- = 86 m/s
t2 t1
4,0 s 1,0 s
3,0 s
Kecepatan rata-rata mobil sedan adalah positif, artinya selama selang waktu,
koordinat x bertambah dan mobil sedan bergerak pada arah x positif (ke
arah kanan, seperti pada contoh gambar 1 di atas).
Jika partikel bergerak ke arah x negatif selama suatu selang waktu,
kecepatan rata-rata untuk selang waktu tersebut akan negatif. Contoh : misal
sebuah truk bergerak ke kiri sepanjang lintasan, truk berada di x 1 = 277 m
pada saat t1 = 16,0 s dan berada di x 2 = 19 m pada saat t2 = 25,0 s,
sehingga x = (19 m 277 m) = 258 m dan t = (25,0 s 16,0 s ) = 9,0 s,
dan komponen dari kecepatan rata-rata adalah v rt = x/t = ( 258 m)/
(9,0 s) = 29 m/s.

P2

P1

x
x2

x2 x1 = x
x1

FINISH

START

Gambar 2. Posisi truk pada dua waktu selang pergerakannya titik P1 dan P2
mengacu pada gerak mobil.
Kapan saja x positif dan bertambah atau x negatif dan semakin tidak negatif
(menuju ke kanan), partikel bergerak ke arah x positif dan v rt positif (gambar
1). Jika x positif dan berkurang atau x negatif dan menjadi semakin negatif,
partikel bergerak ke arah x negatif dan vrt negatif (gambar 2).
ATENSI : Jangan sampai tergoda mengambil kesimpulan bahwa kecepatan
rata-rata positif pasti menyatakan gerak ke kanan seperti pada gambar 1,
dan kecepatan rata-rata negatif pasti menyatakan gerak ke kiri seperti pada
gambar 2 ! Kesimpulan tersebut memang benar hanya jika arah x positif ke
kanan, seperti gambar 1 dan gambar 2. Tentu saja dapat dipilih arah x positif
ke kiri, dengan menentukan titik asal pada titik akhir (finish), dengan
demikian mobil sedan akan mempunyai kecepatan rata-rata negatif, dan truk
akan mempunyai kecepatan rata-rata positif.
C. KECEPATAN SESAAT (INSTANTANEOUS VELOCITY)
Perlu diketahui bahwa kata sesaat mempunyai definisi yang berbeda secara
fisika dan bahasa sehari-hari. Dalam bahasa sehari-hari sesaat bisa berarti
selang waktu yang sangat pendek, tetapi dalam fisika tidak ada durasi sama
sekali, ini mengacu pada satu nilai tunggal dari waktu.
Untuk mencari kecepatan sesaat pada mobil sedan (gambar 1) pada titik P 1,
dengan membayangkan titik P2 digeser semakin lama semakin mendekati
titik P1, kemudian dihitung kecepatan rata-rata v rt = x/t terhadap
perpindahan dan selang waktu yang semakin pendek tersebut. x dan t
kedua-duanya menjadi sangat kecil, tetapi rasio antara keduanya tidak selalu
menjadi kecil. Dalam bahasa kalkulus limit dari x/t untuk t mendekati nol
disebut sebagai turunan (derivative) dari x terhadap t dan ditulis sebagai
dx/dt. Kecepatan sesaat adalah limit dari kecepatan rata-rata untuk
selang waktu mendekati nol; kecepatan sesaat sama dengan
besarnya perubahan sesaat dari posisi terhadap waktu. Untuk
kecepatan sesaat, gerak pada garis lurus digunakan vector v tanpa
subskrip :
x
dx
v
=
lim
. (3)
t
dt
t 0

-------

--------

Selang waktu t selalu diasumsikan positif, sehingga v mempunyai tanda


aljabar yang sama dengan x. Jika sumbu x positif mengarah ke kanan
(gambar 1), nilai positif v menandakan bahwa x bertambah tinggi dan
gerakan mengarah ke kanan; nilai negatif dari v menandakan x berkurang
dan gerakan mengarah ke kiri. Benda dapat mempunyai x positif dan v
negatif atau sebaliknya, x menyatakan dimana benda tersebut, sedang v
menyatakan bagaimana benda bergerak.
Kecepatan sesaat sama seperti kecepatan rata-rata adalah besaran vector.
Persamaan (3) mendefinisikan komponen x kecepatan sesaat yang dapat
positif dan negatif. Dalam gerak pada garis lurus, semua komponen lain
kecepatan sesaat adalah nol, dan v cukup disebut sebagai kecepatan sesaat
saja. Ketika digunakan kata kecepatan (velocity), selalu diartikan sebagai
kecepatan sesaat, bukan kecepatan rata-rata.
Kecepatan dan laju dapat digunakan bergantian dalam bahasa sehari-hari,
tetapi keduanya mempunyai definisi sendiri-sendiri dalam fisika. Istilah laju
(speed) untuk menunjukkan jarak yang ditempuh dibagi waktu, apakah itu
laju rata-rata ataupun laju sesaat. Laju sesaat mengukur berapa cepat
sebuah partikel bergerak, sedangkan kecepatan sesaat mengukur seberapa
cepat dan ke arah mana partikel bergerak. Contoh : sebuah partikel
mempunyai kecepatan sesaat v = 25 m/s dan partikel kedua dengan v =
25 m/s bergerak pada arah yang berlawanan pada laju sesaat yang sama 25
m/s. Laju sesaat adalah besar dari kecepatan sesaat, sehingga laju sesaat
tidak pernah negatif. Laju rata-rata bukan besar dari kecepatan rata-rata.
Contoh : pada tahun 1994 Alexander Popov menciptakan rekor renang jarak
100,0 m dalam waktu 48,21 s, laju rata-ratanya adalah (100,0 m)/(48,21 s) =
2,074 m/s, tetapi karena berenang dua kali panjang kolam 50 m, start dan
finish pada titik yang sama, menghasilkan total perpindahan nol dan
kecepatan rata-rata nol untuk usahanya. Laju rata-rata dan laju sesaat
adalah besaran skalar, karena keduanya tidak mengandung informasi
tentang arah.
Contoh Soal :
Seekor harimau siap melompat dalam suatu penyergapan 20 m sebelah
timur persembunyian pengamat. Pada saat t = 0 harimau menyerang seekor
kijang tepat pada 50 m sebelah timur pengamat. Harimau berlari
disepanjang garis lurus. Hasil analisis dari rekaman kamera video
sesudahnya memperlihatkan bahwa pada 2,0 s pertama dari penyerangan,
koordinat harimau x berubah terhadap waktu mengikuti persamaan x = 20 m
+ (5,0 m/s2)t2. (Ingat bahwa satuan untuk 20 dan 5,0 harus seperti yang
terlihat agar dimensi persamaan konsisten). Pertanyaan : (a) Hitung
perpindahan harimau dalam selang waktu antara t 1 = 1,0 s dan t2 = 2,0 s.
(b) Hitung kecepatan rata-rata selama selang waktu yang sama. (c) Hitung
kecepatan sesaat pada saat t1 = 1,0 s dengan mengambil t = 0,1 s, t =

0,01 s dan t = 0,001 s. (d) Turunkan persamaan umum untuk kecepatan


sesaat sebagai fungsi dari waktu dan dari persamaan tersebut hitung v pada
t1 = 1,0 s dan t2 = 2,0 s.
Penyelesaian :
Pengamat
kijang

Harimau
t0 = 0

0
x

t1 = 1,0 s
x0

t2 = 2,0 s
x1

x2

20 m
50 m
Gambar 3. Posisi harimau dalam menyergap kijang
(a) Pada waktu t1 = 1,0 s posisi harimau di x1 adalah x1 = 20 m + (5,0
m/s2)t2 =
20 m + (5,0 m/s2)(1,0 s)2 = 25 m
Pada waktu t2 = 2,0 s posisi x2 yaitu x2 = 20 m + (5,0 m/s2)t2 = 20 m +
(5,0 m/s2)(2,0 s)2 = 40 m
Perpindahan selama selang waktu tersebut adalah :
x = x2 x1 = 40 m 25 m = 15 m
(b) Kecepatan rata-rata selama selang waktu tersebut adalah :
x2 x1
40 m 25 m
15 m
vrt = ------------- = ------------------ = --------- = 15 m/s
t2 t1
2,0 s 1,0 s
1,0 s
Dengan t = 0,1 s selang waktu antara t1 = 1,0 s dan t2 = 1,1 s
Pada saat t2, posisinya adalah :
x2 = 20 m + (5,0 m/s2)(1,1 s)2 = 20 m + 6,05 m = 26,05 m
Kecepatan rata-rata selama selang waktu tersebut adalah :
x2 x1
26,05 m 25 m
vrt = ------------- = ---------------------- = 10,5 m/s
t2 t1
1,1 s 1,0 s

Dengan pola yang sama (analog) dalam mencari kecepatan rata-rata (v rt)
untuk selang waktu (t) = 0,01 s dan selang waktu (t) = 0,001 s, maka
hasilnya adalah 10,05 m/s dan 10,005 m/s. Bila diambil t makin kecil,
maka kecepatan rata-rata (vrt) makin mendekati 10,0 m/s, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecepatan sesaat pada t = 1,0 s adalah 10,0 m/s.
(d) Kecepatan sesaat sebagai fungsi waktu dengan cara mengambil turunan
dari persamaan tersebut untuk x terhadap t. Untuk setiap n turunan dari
tn adalah ntn-1, sehingga turunan dari t2 adalah 2t, sehingga :
dx
v = ------- = (5,0 m/s2)(2t) = (10,0 m/s2)t
dt
Pada saat t = 1,0 s, maka v = (10,0 m/s 2)(1,0 s) = 10,0 m/s seperti hasil
yang diperoleh pada soal (c). Pada saat t = 2,0 s, maka v = (10,0 m/s 2)
(2,0 s) = 20 m/s.
D. PERCEPATAN RATA-RATA DAN PERCEPATAN SESAAT
Ketika kecepatan dari benda yang bergerak berubah terhadap waktu, maka
dikatakan bahwa benda tersebut mempunyai percepatan. Sama halnya
seperti pada kecepatan yang menggambarkan laju perubahan posisi
terhadap waktu, maka percepatan menggambarkan laju perubahan
kecepatan terhadap waktu. Kecepatan dan percepatan adalah besaran
vektor. Pada gerak garis lurus satu-satunya komponen bukan nolnya terletak
di sepanjang sumbu dimana gerak tersebut terjadi.
Pada saat t1 partikel berada pada titik P1 dan mempunyai komponen x dari
kecepatan (sesaat) v1, dan pada waktu berikutnya t2 partikel tersebut berada
pada titik P2 dan mempunyai komponen x dari kecepatan (sesaat) v 2, maka
komponen x dari perubahan kecepatan ditunjukkan oleh nilai v = v 2 v1
selama selang waktu t = t 2 t1. Definisi percepatan rata-rata (average
acceleration) art dari partikel saat partikel tersebut bergerak dari titik P 1 ke
titik P2 sebagai besaran vector yang komponen x-nya adalah v, perubahan
komponen x dari kecepatan dibagi selang waktu t :
v2 v1
v
art
=
-----------. (4)
t2 t1
t

-------

Jika kecepatan dalam meter per sekon dan waktu dalam sekon, maka
percepatan rata-rata adalah dalam meter per sekon per sekon atau (m/s)/s
dan biasa ditulis dalam m/s2. Perlu diingat bahwa kecepatan
menggambarkan laju dan arah gerak benda pada setiap saat, sedang
percepatan menggambarkan bagaimana laju dan arah gerak tersebut
berubah terhadap waktu.

Definisi percepatan sesaat (instantaneous acceleration) mengikuti prosedur


yang sama dengan yang digunakan untuk mendefinisikan kecepatan sesaat.
Misal mobil balap memasuki lintasan garis lurus, mencapai titik P 1 pada saat
t1 bergerak dengan kecepatan v1, kemudian melewati titik P2 dekat garis
finish pada saat t2 dengan kecepatan v2.
v1
0

P1

v2
P2

Gambar 4. Posisi mobil balap pada dua titik di lintasan lurus


Untuk mendefinisikan percepatan sesaat pada titik P 1, maka diambil titik
kedua P2 pada gambar 4 bergerak mendekat dan makin dekat dengan titik
pertama P1, sehingga percepatan rata-rata dihitung pada selang waktu yang
makin lama makin kecil. Percepatan sesaat adalah limit dari
percepatan rata-rata pada saat selang waktu mendekati nol. Dalam
bahasa kalkulus, percepatan sesaat sama dengan laju perubahan sesaat dari
kecepatan terhadap waktu.
v

dv
a
=
lim
(5)
t
dt
t 0

------

------

Persamaan (5) sesungguhnya adalah definisi dari komponen x vector


percepatan, pada gerak di garis lurus, semua komponen lain dari vector ini
adalah nol. Percepatan sesaat memainkan peranan yang sangat penting
dalam hukum mekanika. Untuk seterusnya kata percepatan akan selalu
mengartikannya sebagai percepatan sesaat, bukan percepatan rata-rata.
Contoh Soal :
Misal kecepatan v dari mobil pada gambar 4 pada setiap saat diberikan oleh
persamaan v = 60 m/s + (0,50 m/s3)t2(Ingat untuk angka 60 dan 0,50 harus
seperti terlihat agar dimensi persamaan konsisten).
Pertanyaan :
(a) Hitung perubahan kecepatan mobil pada selang waktu antara t 1 = 1,0
s dan t2 = 3,0 s.
(b)Hitung percepatan rata-rata pada selang waktu tersebut.
(c) Hitung percepatan sesaat pada waktu t1 = 1,0 s dengan mengambil t
pertama 0,1 s, lalu 0,01 s dan kemudian 0,001 s.

(d)Turunkan persamaan untuk percepatan sesaat pada setiap saat dan


gunakanlah untuk menghitung percepatan pada t = 1,0 s dan t = 3,0 s.
Penyelesaian :
(a) Pertama dihitung kecepatan di setiap saat dengan mensubstitusikan
nilai t ke dalam persamaan.
Pada t1 = 1,0 s, maka v1 = 60,0 m/s + (0,50 m/s3)(1,0 s)2 = 60,5 m/s
Pada t2 = 3,0 s, maka v2 = 60,0 m/s + (0,50 m/s3)(3,0 s)2 = 64,5 m/s
Perubahan kecepatan v = v2 v1 = 64,5 m/s 60,5 m/s = 4,0 m/s
Selang waktunya adalah t = 3,0 s 1,0 s = 2,0 s
(b)Percepatan rata-rata selama selang waktu tersebut adalah :
v
v2 v1
4,0 m/s
art = ----- = ----------- = ----------- = 2,0 m/s2
t
t2 t1
2,0 s
Selama selang waktu dari t1 = 1,0 s dan t2 = 3,0 s, kecepatan dan
percepatan rata-rata mempunyai tanda aljabar yang sama (pada kasus
ini positif) dan laju mobil naik.
(c) Jika t = 0,1 s, maka t2 = 1,1 s dan v2 = 60 m/s + (0,50 m/s3)(1,1 s)2 =
60,605 m/s
v = v2 v1 = 60,605 m/s 60,5 m/s = 0,105 m/s
v

0,105 m/s

art = ----- = --------------- = 1,05 m/s2


t

0,1 s

Dengan cara yang sama (analog) untuk t = 0,01 s dan t = 0,001 s,


maka hasilnya adalah art = 1,005 m/s2 dan art = 1,0005 m/s2. Jika t
diambil makin kecil, maka percepatan rata-rata mendekati 1,0 m/s 2,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa percepatan sesaat pada t =
1,0 s adalah 1,0 m/s2.

(d)Percepatan rata-rata adalah a = dv/dt, turunan dari sebuah konstanta


adalah nol, dan turunan dari t2 adalah 2t, sehingga dengan
menggunakan ini dipeoleh :
dv

a = ------ = ----- 60,0 m/s + (0,5 m/s 3)(t2) = (0,50 m/s3)(2t) = (1,0
m/s3)t
dt

dt

Ketika t = 1,0 s, maka a = (1,0 m/s3)(1,0 s) = 1,0 m/s2


Ketika t = 3,0 s, maka a = (1,0 m/s3)(3,0 s) = 3,0 m/s2
Jadi tidak ada satupun dari nilai-nilai ini yang sama dengan percepatan
rata-rata yang diperoleh pada soal bagian (b). Percepatan sesaat dari
mobil ini berubah dari waktu ke waktu, dan para insinyur otomotif
sering menyebut laju perubahan percepatan terhadap waktu ini
sebagai sebagai sentakan.
Istilah perlambatan kadangkala digunakan untuk pengurangan laju, karena
hal ini dapat berarti a yang positif atau negatif, tergantung pada tanda dari
v. Percepatan benda dapat dilihat dari grafik posisi benda (x) terhadap waktu
a = dv/dt dan v = dx/dt, maka a dapat ditulis :

dv
d
a = ------- = ------

dx
-----

(6)
dt

dt

dt

d2x
= -------- .
dt2

E. GERAK DENGAN PERCEPATAN KONSTAN


Kecepatan berubah dengan laju yang sama selama gerak pada garis lurus,
ini adalah hal yang khusus tapi sering terjadi di alam. Contoh : benda jatuh
mempunyai percepatan konstan jika efek dari udara dianggap tidak penting,
juga dapat terjadi pada benda yang meluncur pada tempat yang miring atau
di sepanjang permukaan horizontal yang kasar, juga terjadi dalam teknologi
yakni ketika jet tempur yang dilontarkan dari kapal induk, dan lain-lain.

Gambar 5. Grafik hubungan percepatan-waktu (a t) untuk gerak pada garis


lurus dengan percepatan konstan positif a.
v
at
v
v0
v0
0

Gambar 6. Grafik hubungan kecepatan waktu (v-t) untuk gerak pada garis
lurus dengan percepatan konstan positif a. Kecepatan awal v0 juga positif.
Gambar 5 dan gambar 6 memperlihatkan gerak pada garis lurus dengan
percepatan konstan positif a dalam bentuk grafik. Oleh karena percepatan a
konstan, grafik hubungan a-t (grafik percepatan terhadap waktu) pada
gambar 5 berupa garis lurus horizontal, sedang pada gambar 6 grafik
kecepatan terhadap waktu mempunyai kemiringan yang konstan karena
percepatan konstan sehingga grafik hubungan v-t juga berupa garis lurus.
Pada waktu percepatan konstan, persamaan untuk posisi x dan kecepatan v
sebagai fungsi dari waktu dengan mudah dapat diturunkan. Dalam
persamaan (4) untuk percepatan rata-rata dapat diganti dengan percepatan
(sesaat) konstan a, sehingga diperoleh :
v2 v1

a
=
(7)
t2 t1

------------

Kemudian diambil t1 = 0 dan t2 pada setiap sebarang waktu berikutnya t,


digunakan simbol v0 untuk kecepatan awal pada t = 0, kecepatan pada
waktu berikutnya t adalah v, maka persamaan (7) menjadi :
v v0
a
=
---------. ( 8)
t 0

atau

v0

at

Persamaan (8) di atas dapat diinterpretasikan sebagai :


a. Percepatan a adalah laju perubahan kecepatan yang konstan, artinya
perubahan kecepatan per satuan waktu. Suku at adalah hasil kali
antara perubahan kecepatan per satuan waktu yaitu a dan selang
waktu t, sehingga suku ini sama dengan perubahan total kecepatan
dari waktu awal t = 0 ke waktu berikutnya t. Kecepatan v pada setiap
waktu t sama dengan kecepatan awal v0 (pada t = 0) ditambah
perubahan kecepatan at (seperti pada gambar 6).
b. Perubahan kecepatan partikel v v 0 antara t = 0 dengan waktu
berikutnya t sama dengan luas daerah di bawah grafik a-t antara
kedua waktu tersebut. Pada gambar 5, daerah di bawah grafik
percepatan terhadap waktu diperlihatkan sebagai persegi panjang
dengan sisi vertikal a dan sisi horizontal t, luas dari persegi panjang ini
sama dengan at dan dalam persamaan (8) sama dengan perubahan
kecepatan v v0.
Persamaan untuk posisi x dari partikel yang bergerak dengan percepatan
konstan dapat diturunkan dari dua rumus yang berbeda untuk kecepatan
rata-rata vrt selama selang waktu dari t = 0 ke setiap waktu berikutnya t.
Rumus pertama diambil dari definisi v rt persamaan (2) yang tetap berlaku
terlepas percepatan konstan maupun tidak. Posisi pada saat t = 0 sebagai
posisi awal dituliskan sebagai x0, posisi pada saat berikutnya t ditulis x.
Untuk selang waktu t = t 0 dan perpindahan untuk selang waktu tersebut
x = x x0, sehingga persamaan (2) memberikan :
x x0
vrt
=
. (9)

-----------

t
Dapat juga diperoleh rumus kedua untuk vrt yang berlaku hanya ketika
percepatan konstan, sehingga grafik v-t adalah sebuah garis lurus (seperti
gambar 6) dan perubahan kecepatannya konstan. Kecepatan rata-rata
selama setiap selang waktu tidak lain merupakan rata-rata aritmatika dari
kecepatan-kecepatan pada saat awal dan akhir selang. Untuk selang waktu 0
sampai t, maka :
v0 + v
vrt
=
. (10)
2

----------------

Dengan percepatan konstan, kecepatan v pada setiap saat t juga diberikan


oleh persamaan (8). Dengan memasukkan persamaan untuk v tersebut ke
persamaan (10) diperoleh vrt untuk percepatan konstan :
vrt
=
(v0 + v0 + at)
. (11)

v0 + at

Persamaan (9) dan persamaan (11) disamakan, hasilnya disederhanakan


yaitu :
x x0
v0 + at = ------------t

atau

x
=
x0
+
(12)

v0t

at2

Persamaan (8) dan persamaan (12) apakah konsistensi dengan asumsi


percepatan konstan dapat diperiksa dengan cara menurunkan persamaan
(12), diperoleh :
dx
v = ------- = v0 + at
dt

ini adalah persamaan (8)

Kemudian persamaan (8) didiferensiasikan lagi, sehingga diperoleh :


dv
d
------- = ------ v0 + at = a
dt
dt

Jadi persamaan (8) dan persamaan (12) konsistensi dengan asumsi


percepatan konstan
Hubungan antara posisi, kecepatan dan percepatan yang tidak melibatkan
waktu akan sangat berguna pada banyak persoalan. Pertama-tama
diselesaikan dulu persamaan (8) untuk t, kemudian hasilnya disubstitusikan
ke persamaan (12) dan disederhanakan :
v v0
t = -----------,
a

2
v v0
v v0
x = x0 + v0 ---------- + a --------a
a
Suku x0 dipindahkan ke sisi kiri dan seluruhnya dikalikan dengan 2a,
sehingga didapat :

2a ( x x0) = ( 2v0v 2v02 ) + ( v2 2v0v + v02)


Kemudian disederhanakan diperoleh v2 untuk percepatan konstan :
v2
=
v 02
+
(13)

2a

x0

Ada satu lagi hubungan yang sangat bermanfaat dengan menyamakan dua
persamaan untuk vrt, yaitu persamaan (9) dan persamaan (10) :
x x0
v0 + v
-------------- = ------------t
2
Kemudian mengalikan seluruhnya dengan t, sehingga diperoleh :
v0 + v
x

x0
=
.. (14)
2

---------------

Persaman (14) tidak mengandung percepatan a, tetapi persamaan ini


seringkali berguna ketika a konstan tetapi nilainya tidak diketahui.
Persamaan (8), (12), (13) dan (14) adalah persamaan gerak dengan
percepatan konstan. Dengan menggunakan persamaan-persamaan tersebut,

setiap permasalahan kinematika yang melibatkan gerak garis lurus dari


sebuah partikel dengan percepatan konstan dapat diselesaikan.
Contoh Soal :
Seorang pemuda mengendari sepeda motor menuju ke arah timur melalui
kota Klaten dan mempercepat laju motornya setelah melewati sebuah rambu
penunjuk jalan yang menandai batas kota tersebut. Percepatannya konstan
sebesar 4,0 m/s2. Pada saat t = 0, ia berada 5,0 m sebelah timur rambu
penunjuk jalan, bergerak ke timur pada 15 m/s.
Pertanyaan :
(a) Carilah posisi dan kecepatannya pada saat t = 2,0 s.
(b) Dimanakah pengendara motor ketika kecepatannya 25 m/s.
Penyelesaian :
Rambu penunjuk jalan diambil sebagai titik asal koordinat (x = 0), dan
memilih sumbu x positif kearah timur. Pada waktu awal t = 0 posisi adalah x 0
= 5,0 m, dan kecepatan awal adalah v 0 = 15 m/s. Percepatan konstannya
adalah a = 4,0 m/s2.
a = 4,0 m/s2
v0 = 15 m/s
0

x0, t0

x, t

v
x (timur)

(a) Nilai-nilai yang tidak diketahui adalah posisi x dan kecepatan v pada
waktu berikutnya t = 2,0 s. Posisi ditentukan dengan menggunakan
persamaan (12) yang akan menghasilkan posisi x sebagai fungsi waktu
:
x = x0 + v0t + at2
= 5,0 m + (15 m/s)(2,0 s) + (4,0 m/s2)(2,0 s)2 = 43 m
Persamaan (8) juga dapat digunakan yang memberikan kecepatan v
sebagai fungsi waktu :
v = v0 + at
= 15 m/s + (4,0 m/s2)(2,0 s) = 23 m/s
Apakah hasil-hasil tersebut masuk akal ? Sepeda motor dipercepat dari
15 m/s (sekitar 34 mil/jam atau 54 km/jam) menjadi 23 m/s (sekitar 51

mil/jam atau 83 km/jam) dalam 2,0 sekon sewaktu menempuh jarak


(43,0 m 5,0 m) = 38 m (sekitar 125 ft). Hal ini adalah percepatan
yang sangat tinggi, hanya dapat dilakukan oleh sepeda motor yang
mempunyai kinerja tinggi.
(b)Ingin diketahui nilai x ketika v = 25 m/s. Dari jawaban (a) dapat dilihat
bahwa hal ini terjadi ketika pada waktu yang lebih besar dari 2,0 s dan
pada titik yang lebih jauh dari 43 m dari rambu penunjuk jalan. Dari
persaman (13) :
v2 = v02 + 2a ( x x0)
v2 v02
x = x0 + -------------2a
Dengan menyelesaikan untuk nilai x dan memasukkan nilai yang
diketahui, sehingga diperoleh :
(25 m/s)2 (15 m/s)2
x = 5,0 m + ------------------------------ = 55 m
2 (4,0 m/s2)
Alternatif lain persamaan (8) juga dapat digunakan untuk mencari
waktu ketika v = 25 m/s :
v = v0 + at, maka :
v v0

25 m/s 15 m/s

t = ------------- = ------------------------- = 2,5 s


a

4,0 m/s

Kemudian dari persamaan (12) diperoleh :


x = x0 + v0t + at2
= 5,0 m + (15 m/s)(2,5 s) + (4,0 m/s2)(2,5 s)2
= 55 m
Hasil ini juga masuk akal.

F. MENENTUKAN KECEPATAN DAN POSISI DENGAN INTEGRAL


a

art

t1

t2

Gambar 7. Daerah di bawah grafik a-t antara waktu t1 dan t2 sama dengan
perubahan kecepatan v2 v1, yang terjadi antara kedua waktu tersebut.

Gambar 7 adalah grafik dari percepatan terhadap waktu untuk benda yang
percepatannya tidak konstan tetapi bertambah terhadap waktu. Dari
persamaan (4) perubahan kecepatan v selama t adalah :
v = art t
Perubahan kecepatan total selama setiap selang (dari t 1 ke t2) adalah jumlah
dari perubahan-perubahan kecepatan v dalam selang waktu kecil.
Perubahan kecepatan total dinyatakan secara grafis oleh total luas daerah
dibawah kurva a-t antara garis vertikal t1 dan t2.
Dalam limit, semua t menjadi sangat kecil dan jumlahnya menjadi sangat
banyak, nilai dari art untuk selang dari setiap waktu t ke t + t mendekati
percepatan sesaat a pada waktu t. Dalam limit ini luas daerah di bawah
kurva a-t adalah integral dari a (yang secara umum adalah fungsi t) dari t 1 ke
t2. Jika v1 adalah kecepatan dari benda pada waktu t 1 dan v2 adalah
kecepatan pada waktu t2, maka :
v2

t2

v2

v1
=
. (15)
v1

t1

dv

dt

Perubahan kecepatan v adalah integral dari percepatan a terhadap waktu.


Dengan cara yang sama dengan kurva dari kecepatan terhadap waktu, v
secara umum adalah fungsi t. Jika x 1 adalah posisi benda pada waktu t1 dan
x2 adalah posisi benda pada waktu t 2, berdasarkan persamaan (2)
perpindahan x selama selang waktu yang kecil t sama dengan v rtt, vrt
adalah kecepatan rata-rata selama t. Perpindahan total x 2 x1 selama
selang waktu t2 t1 yaitu :
x2

t2

x2

x1
=

(16)
x1

dx

dt

t1

Perubahan posisi x atau perpindahan adalah integral waktu dari kecepatan v.


Secara grafis perpindahan antara t1 dan t2 adalah luas daerah di bawah
kurva a-t antara kedua waktu tersebut (sama dengan v yang didapat dari
persamaan (8)).
Jika t1 = 0 dan t2 adalah setiap waktu sesudahnya t, dan jika x 0 dan v0
berturut-turut adalah posisi dan kecepatan pada waktu t = 0, maka
persamaan (15) dan (16) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
t
v
=
v0
+
. (17)

dt

dt

t
x
=
x0
+
. (18)
0

Disini x dan v adalah posisi dan kecepatan pada waktu t. Jika percepatan a
diketahui sebagai fungsi waktu dan kecepatan v 0 diketahui, maka persamaan
(17) dapat digunakan untuk mencari kecepatan v pada setiap waktu, dengan

kata lain mencari v sebagai fungsi waktu. Bila fungsi ini sudah diketahui dan
mendapatkan posisi awal x0, maka persamaan (18) dapat digunakan untuk
mencari posisi x pada setiap waktu.

Contoh soal :
Gunakanlah persamaan (17) dan (18) untuk mencari v dan x sebagai fungsi
waktu dalam kasus dengan percepatan konstan. Bandingkan hasilnya
persamaan kecepatan konstan v = v 0 + at dari persamaan (8) dan x = x 0 +
v0t + at2 dari persamaan (12) tanpa menggunakan integral !
Penyelesaian :
Dari persamaan (17) kecepatan diperoleh dengan :

v = v0 + a dt = v0 + a dt = v0 + at
0

Sebelumnya dapat mengeluarkan a dari persamaan integral karena a bernilai


konstan, sehingga hasil yang diperoleh identik dengan persamaan (8) seperti
yang seharusnya terjadi. Substitusikan persamaan untuk v ke dalam
persamaan (18) diperoleh :

x = x0 + v dt = x0 + (v0 + at) dt
0

Oleh karena v0 dan a adalah konstanta, sehingga keduanya dapat


dikeluarkan dari integral :

x = x0 + v0 dt + a t dt = x0 + v0t + at2
0

Hasil tersebut sama dengan persamaan (12). Persamaan untuk v dan x,


persamaan (17) dan (18) yang dikembangkan untuk menghadapi kasus
dengan percepatan tergantung pada waktu (percepatan tidak konstan),
dapat digunakan sama baiknya ketika percepatan konstan.

PENGGUNAAN HUKUM-HUKUM NEWTON


A.

HUKUM PERTAMA
KESETIMBANGAN

NEWTON

PARTIKEL-PARTIKEL

DALAM

Prinsip fisika yang penting dari hukum pertama Newton adalah bila sebuah
benda tetap dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan
dalam suatu kerangka acuan inersia, maka jumlah vektor dari gaya-gaya
yang bekerja padanya (resultante gaya) haruslah nol.

F
=
0
(partikel
(1)

dalam

kesetimbangan)

Biasa digunakan dalam bentuk komponennya, yaitu :


Fx = 0, Fy = 0 (partikel dalam kesetimbangan) ....
(2)

Strategi penyelesaian soal kesetimbangan sebuah partikel :


1. Buatlah sketsa sederhana dari situasi fisisnya, menunjukkan dimensi
dan sudut-sudutnya.
2. Pilih benda tertentu yang berada dalam kesetimbangan dan gambar
diagram benda bebasnya. Untuk hal ini akan ditinjau benda tersebut
sebagai sebuah partikel yang dinyatakan dengan sebuah titik besar.
Pada diagram benda bebas tersebut, benda-benda lain yang
berinteraksi dengannya jangan dilibatkan, seperti permukaan tempat
benda itu tergantung, atau tarikan tali pada benda tersebut.
3. Rasakan/pikirkan apa yang berinteraksi dengan benda tersebut dengan
cara menyentuhnya atau dengan cara lainnya. Gambarlah vektor gaya
untuk masing-masing interaksi tersebut pada diagram benda
bebasnya. Jika sudut dari gaya yang diberikan diketahui, gambarlah
sudutnya dengan tepat dan berilah lambang. Permukaan yang
bersentuhan dengan benda memberikan sebuah gaya normal yang
tegak lurus dengan permukaan dan gaya gesekan yang searah dengan
permukaan. Perlu diingat bahwa seutas tambang atau rantai tidaklah
mampu mendorong benda, tetapi hanya mampu menarik dalam arah
panjangnya. Jangan lupa menyertakan berat benda, kecuali dalam
kasus dimana benda mempunyai massa yang dapat diabaikan
sehingga berat benda juga diabaikan. Jika massa diberikan, gunakan
persamaan w = mg untuk menentukan beratnya. Tandailah masingmasing gaya dengan sebuah simbul yang menyatakan besar gaya
tersebut berikut nilai numeriknya jika diberikan. Pikirkan, benda lain
apa saja yang menyebabkan gaya tersebut ? untuk masing-masing
gaya.
4. Jangan tunjukkan dalam diagram benda-benda tersebut semua gaya
yang diberikan oleh benda tersebut pada benda lainnya. Persamaan (!)
dan (2) hanyalah melibatkan gaya-gaya yang bekerja pada benda
tersebut.
5. Pilih sumbu-sumbu koordinat dan nyatakan masing-masing gaya yang
bekerja pada benda dalam komponen-komponennyasepanjang sumbusumbu ini. Buatlah garis yang bergelombang melalui setiap vektor
gaya yang telah diuraikan menjadi komponen-komponennya agar tidak
menghitung dua kali.
6. Tentukan jumlah aljabar dari seluruh komponen-komponen gaya dalam
arah x sama dengan nol. Dalam suatu persamaan yang terpisah
tentukan jumlah aljabar dari seluruh komponen-komponen gaya dalam
arah y sama dengan nol. (Jangan pernah menjumlahkan komponenkomponen x dan y dalam suatu persamaan tunggal). Selesaikan
persamaan-persamaan tersebut untuk mencari besaran-besaran yang
tidak diketahui, yang mungkin berupa gaya, komponen-komponen,
atau sudut-sudut.
7. Jika terdapat dua atau lebih benda, ulangi langkah 2 sampai dengan 6
untuk setiap benda. Jika benda-benda berinteraksi satu sama lain,

gunakan hukum ketiga Newton untuk menghubungkan gaya-gaya yang


dikerahkan benda-benda ini terhadap satu sama lain. Perlu dicari
persamaan sebanyak nilai-nilai yang tidak diketahui, selesaikan
persamaan-persamaan ini untuk menentukan nilai-nilai yang tidak
diketahui tersebut. (Bagian ini adalah pelajaran aljabar, bukan fisika,
tetapi itu merupakan langkah yang penting).
Contoh 1. Kesetimbangan satu dimensi.
Sebuah benda tergantung di langit-langit sebuah ruangan pada ujung bawah
tali tambang (Gambar (a)). Berat benda itu 500 N dan berat tali tambang
100 N. Analisislah gaya-gaya pada benda dan pada tali tambang.
Penyelesaian :

TC pada R
WR = 100 N

TR pada G
x

Wg

aksi
reaksi

WR
WG = 500 N
WG

(a)

(b)

TR

pada G

(c)

FR pada C
(d)

Gambar (b) merupakan diagaram benda bebas dari benda tersebut. Gayagaya yang bekerja padanya adalah gaya berat (W G = 500 N) dan gaya
tegangan ke atas yang diberikan oleh tali tambang pada benda tersebut
sebesar TR pada G (gaya yang dikerahkan oleh tali tambang pada benda). Disini
tidak menyertakan gaya ke bawah yang dikerahkan benda pada tali tambang
karena gaya tersebut bukan merupakan gaya yang bekerja pada benda itu.
Ambil sumbu y dalam arah tegak lurus ke atas dan sumbu x dalam arah
mendatar, tidak terdapat komponen-komponen gaya dalam arah x. Tali
menarik ke atas (dalam arah y positif), dan komponen y gayanya hanyalah
besaran TR pada G, suatu besaran yang positif (skalar), tetapi beratnya bekerja
dalam arah y negatif, dan komponen y-nya adalah negatif dari besarnya (-W G
= - 500 N). Jumlah aljabar dari komponen-komponen y adalah T R pada G + (-WG),
dan dari kondisi kesetimbangan persamaan (2) dapat diperoleh :
Fy = TR pada G + (-WG) = 0
TR pada G = WG = 500 N

Tegangan pada ujung bawah tali tambang sama dengan berat benda
tersebut.
Kedua gaya yang bekerja pada benda mempunyai besar yang sama 500 N
dengan arah yang berlawanan, tetapi kedua gaya itu bukan pasangan aksi
reaksi, alasannya adalah bahwa berat dan gaya tegangan tali tambang,
gambar (b), keduanya bekerja pada benda, padahal gaya-gaya aksi dan
reaksi selalu bekerja pada benda-benda yang berlainan. Kedua gaya ini sama
besar tetapi arahnya berlawanan karena hukum pertama Newton ( Fy = 0),
bukan karena hukum ketiga Newton. Berat benda merupakan gaya tarik (ke
bawah) oleh bumi pada benda. Gaya reaksinya adalah gaya tarik pada bumi
oleh benda yang besarnya sama namun arahnya berlawanan (ke atas). Gaya
ini bekerja pada bumi bukan pada benda, oleh karena itu tidak tampak pada
diagram benda bebas untuk benda.
Gambar (c) menunjukkan diagram benda bebas untuk tali. Reaksi terhadap
gaya ke atas sebesar 500 N yang diberikan oleh tali tambang pada benda
adalah gaya ke bawah yang diberikan benda pada tali tambang. Sesuai
dengan hukum ketiga Newton, besarnya TG pada R dari gaya ke bawah ini juga
sebesar 500 N. Gaya-gaya lain yang bekerja pada tali adalah beratnya
sendiri (100N) dan gaya ke atas (TC pada R) yang diberikan oleh langit-langit
pada ujung atas tali tambang. Komponen y dari gaya yang bekerja pada
ujung atas tali tambang adalah + TC pada R, komponen gaya dalam arah y yang
bekerja pada ujung bawah tali T G pada R = - 500 N, dan komponen berat
dalam arah y adalah WR = - 100 N. Untuk tali persamaan kondisi
kesetimbangan Fy = 0 memberikan :
Fy = TC pada R + (-TR pada G) + (-WR) = 0
TC pada R = TG pada R + WR = 500 N + 100 N = 600 N
Contoh 2. Kesetimbangan dua dimensi.
Sebuah benda mesin mobil dengan berat w tergantung pada sebuah rantai
yang terhubung dengan dua rantai lain di titik O, satu dari kedua rantai itu
dipasang di langit-langit dan rantai lainnya dipasang di dinding. Carilah
tegangan-tegangan pada ketiga rantai itu dengan asumsi bahwa berat w
diketahui, dan berat masing-masing rantai diabaikan (sangat kecil bila
dibanding dengan berat mesin mobil).
Penyelesaian :
y

60

T3

T1

T3 sin 60

T3

T2

O
T1

60

x T2
O
w

x
T3 cos 60

T1

w
(a)

(b)

(c)

Gambar (b) adalah diagram benda bebas dari mesin. Dua buah gaya yang
bekerja pada mesin adalah beratnya dan gaya ke atas yang diberikan oleh
rantai vertikal, dapat disimpulkan bahwa T 1 = w. Rantai-rantai horizontal dan
miring tidak memberikan gaya pada mesin, karena tidak menyentuh mesin,
tetapi memberikan gaya pada ring dimana ketiga rantai tersambung. Oleh
karena itu ring ditinjau sebagai sebuah partikel yang berada dalam
kesetimbangan, yang beratnya sendiri dapat diabaikan.
Gambar (c) adalah diagram benda bebas untuk ring. T 1, T2 dan T3 merupakan
besar dari gaya-gaya tersebut, arahnya ditentukan oleh vektor pada diagram
itu. Suatu sistem sumbu koordinat x-y juga ditunjukkan, dan gaya yang
besarnya T3 telah diuraikan menjadi komponen-komponen x dan y-nya.
Rantai vertikal memberikan gaya-gaya dengan besar yang sama T 1 pada
kedua ujung-ujungnya, ke atas pada mesin di gambar (b) dan ke bawah pada
ring dalam gambar (c), hal ini disebabkan berat dari rantai dapat diabaikan.
Dengan menggunakan kondisi-kondisi kesetimbangan untuk ring, maka
persamaan untuk komponen x dan y ditulis secara terpisah. (komponenkomponen x dan y tidak pernah dijumlahkan bersama-sama dalam sebuah
persamaan).
Fx = 0; T3 cos 60 + (-T2) = 0
Fy = 0; T3 sin 60 + (-T1) = 0
karena T1 = w, persamaan kedua dapat ditulis ulang sebagai :
T1
w
T3 = ------------- = ----------- = 1,155 w
sin 60
sin 60
Hasil T3 dapat digunakan pada persamaan pertama :

cos 60
T2 = T3 cos 60 = w ------------- = 0,577 w
Sin 60
Dengan demikian ketiga tegangan tersebut dapat dinyatakan sebagai
kelipatan dari berat mesin w, yang diasumsikan diketahui, sehingga :
T1 = w
T2 = 0,577 w
T3 = 1,155 w
Jika berat mesin adalah w = 2200 N, maka ;
T1 = 2200 N
T2 = (0,577)(2200 N) = 1270 N
T3 = (1,155)(2200 N) = 2540 N
Rantai yang dipasangkan ke langit-langit memberikan sebuah gaya pada ring
yang besarnya T3, yang lebih besar dari pada berat mesin. Komponen
vertikal dari gaya ini sama dengan T1 sehingga sama dengan w, tetapi jika
gaya ini juga mempunyai sebuah komponen horizontal, maka besar T 3
haruslah lebih besar daripada w, karena rantai menyentuh langit-langit akan
mengalami tegangan terbesar dan menjadi rantai yang paling rentan putus.

B. HUKUM KEDUA NEWTON : DINAMIKA PARTIKEL


Prinsip fisika yang penting dalam hukum kedua Newton adalah pada bendabenda yang sedang melakukan percepatan sehingga tidak berada dalam
keadaan kesetimbangan. Dalam kasus ini gaya total yang bekerja pada
benda tersebut tidaklah nol, tetapi sama dengan massa benda dikali dengan
percepatannya :
F = ma (hukum kedua Newton) .
(3)
Biasanya menggunakan hubungan ini dalam bentuk komponen :
Fx = max, Fy = may (hukum kedua Newton)
(4)

Perlu ditekankan bahwa besaran ma bukanlah sebuah gaya, besaran ini


bukan merupakan suatu tarikan atau dorongan yang diberikan oleh apapun
di dalam lingkungan benda tersebut. Semua yang dikatakan dalam
persamaan (3) dan (4) adalah bahwa percepatan a sebanding dengan gaya
total F. Ketika menggambar diagram benda bebas untuk sebuah benda
yang tidak berada dalam keadaan setimbang, harus dipastikan bahwa tidak
pernah menyertakan gaya ma
karena gaya semacam itu tidak ada
(besaran ma bukanlah sebuah gaya dan tidak boleh dimasukkan ke dalam
diagram benda bebas). Kadang-kadang vektor percepatan a akan digambar
bersama-sama disamping diagram benda bebasnya, percepatan tidak
pernah akan digambar dengan ekornya menyentuh benda itu (suatu posisi
yang sengaja dicadangkan untuk gaya-gaya yang bekerja pada benda
tersebut).
Strategi penyelesaian soal dinamika partikel :
1. Buat sketsa situasi fisisnya, kemudian identifikasi satu dari beberapa
benda bergerak dimana pada benda-benda tersebut akan diterapkan
hukum kedua Newton.
2. Gambar diagram benda bebas untuk masing-masing benda yang
dipilih, jangan lupa sertakan semua gaya yang bekerja pada benda
tersebut, tetapi harus berhati-hati untuk tidak menyertakan satu
gayapun yang diberikan oleh benda tersebut pada benda lainnya.
Jangan pernah menyertakan besaran ma di dalam diagram benda
bebas, besaran tersebut bukan gaya ! Tandai besar setiap gaya dengan
suatu simbol aljabar berikut harga-harga numeriknya jika diberikan,
biasanya salah satu dari gaya-gaya tersebut adalah berat benda, yang
terbaik adalah menandainya sebagai w = mg, jika nilai numerik dari
massa diberikan maka beratnya dapat dihitung.
3. Tunjukkan secara eksplisit sumbu-sumbu koordinat dalam diagram
benda bebas itu, dan kemudian tentukan komponen-komponen
gayanya
dengan
acuan
sumbu-sumbu
tersebut.
Jika
arah
percepatannya diketahui, maka tindakan terbaik adalah mengambil
arah itu sebagai sebagai satu dari sumbu-sumbu koordinatnya. Ketika
menyatakan suatu gaya dalam komponen-komponennya, buatlah
sebuah garis bergelombang melalui vektor gaya asal komponennya
agar tidak menghitung dua kali. Bila terdapat dua atau lebih benda,
gunakan sistem sumbu koordinat secara terpisah untuk semua benda,
tidak harus menggunakan sistem koordinat yang sama untuk seluruh
benda tersebut. Dalam persamaan-persamaan untuk setiap benda,
tanda-tanda dari setiap komponen-komponen tersebut harus konsisten
dengan sumbu-sumbu yang telah dipilih untuk benda tersebut.
4. Tulis persamaan-persamaan untuk hukum kedua Newton (persamaan
4), menggunakan persamaan yang terpisah untuk setiap komponen.
5. Jika yang terlibat lebih dari satu benda, maka ulangi langkah 2 sampai
dengan 4 untuk setiap benda, mungkin saja terdapat hubungan antara
gerakan dari benda-benda tersebut, sebagai contoh : benda-benda itu

mungkin saja dihubungkan oleh sebuah tali. Nyatakan semua


hubungan tersebut dalam bentuk aljabar sebagai hubungan-hubungan
antara percepatan-percepatan dari benda-benda yang berbeda
tersebut, kemudian selesaikan persamaan-persamaan tersebut untuk
mencari besaran-besaran yang ingin diketahui.
6. Kemuadian cek nilai-nilai khusus atau kasus-kasus kuantitas yang
ekstrim, dan bandingkan hasil-hasilnya dengan perkiraan, apakah
hasilnya masuk akal ?
Contoh 1. Percepatan satu dimensi. Sebuah perahu es berada dalam
keadaan diam pada suatu permukaan datar yang licin. Berapakah gaya
horizontal F yang harus diberikan (disepanjang arah runnernya) agar perahu
es tersebut pada akhir 4,0 s mempunyai kecepatan 6,0 m/s (22km/jam, atau
13 mil/jam) ? Bila diketahui massa perahu es dan pengemudinya adalah 200
kg.
Penyelesaian :
Gaya-gaya yang bekerja pada perahu es dan pengemudinya adalah gaya
berat, gaya normal yang diberikan oleh permukaan dan gaya horizontal F.
y

w = mg
Gambar sebelah kanan menunjukkan sebuah diagram benda bebas dan
sebuah sistem koordinat. Gaya yang tidak diketahui tersebut dapat dicari
dengan
menggunakan
persamaan
4,
dimulai
dengan
mencari
percepatannya. Komponen y dari percepatan sama dengan nol, kemudian
dapat diperoleh komponen x percepatan dari data-data kecepatannya. Gayagaya tersebut seluruhnya konstan sehingga a x juga tetap, sehingga dapat
digunakan salah satu dari persamaan gerak dengan percepatan tetap, yaitu
v = v0 + at, karena perahu es bergerak mulai dari keadaan diam, maka :
v v0
6,0 m/s 0 m/s
ax = --------------- = -------------------------- = 1,5 m/s2
t
4,0 s

Jumlah dari komponen-komponen x dari gaya tersebut adalah Fx = F, dan


hukum kedua Newton memberikan Fx = F = max, sehingga :
F = (200 kg) (1,5 m/s2) = 300 kg.m/s2 = 300 N (sekitar 75 lb dalam sistem
British).
Untuk mendapatkan F tidak memerlukan komponen-komponen y, tetapi
komponen-komponen y digunakan untuk mendapatkan gaya normal :
ay = 0
Fy = + (- mg) = may = 0,
= w = mg = (200 kg) (9,8 m/s2) = 1960 kg.m/s2 = 1960 N (sekitar 440 lb).
Besarnya gaya normal dalam situasi ini sama dengan berat perahu es dan
pengemudinya karena percepatan vertikalnya nol, permukaannya horizontal
dan gaya-gaya ini saja yang merupakan gaya-gaya vertikal yang bekerja.
Contoh 2. Andaikan dalam situasi contoh 1 gerakan perahu es dilawan oleh
suatu gaya gesekan horizontal yang konstan dengan besar 100 N. Sekarang
berapakah gaya F yang harus diberikan pada perahu es agar dalam waktu
4,0 s perahu ini mempunyai kecepatan 6,0 m/s.
y

w = mg
Penyelesaian :
Percepatannya sama seperti sebelumnya, a x = 1,5 m/s2. Diagram benda
bebas ditunjukkan dalam gambar di atas, bedanya dengan diagram benda
bebas pada contoh 1 adalah dengan adanya penambahan gaya gesekan f
(ingat besar gaya ini f = 100 N, merupakan suatu besaran yang positif, tetapi
komponennya dalam arah x adalah negatif, sama dengan f atau -100 N.
Sekarang hukum kedua Newton memberikan :
Fx = F + (- f) = max,
F = max +f = (200 kg) (1,5 m/s2) + (100 N) = (300 kg.m/s2) + (100 N)
= (300 N) + (100 N) = 400 N
Jadi diperlukan 100 N untuk mengatasi gesekan dan 300 N lagi untuk
memberikan percepatan yang dibutuhkan kepada perahu es tersebut.

Contoh 3.Tegangan pada sebuah kabel elevator (Lif). Massa total sebuah
elevator berikut bebannya adalah 800 kg. Elevator ini awalnya bergerak ke
bawah dengan kecepatan 10,0 m/s, kemudian elevator diberi percepatan
yang tetap sehingga berhenti setelah menempuh jarak 25,0 m. Carilah
tegangan T pada kabel penahannya pada waktu elevator itu sedang menuju
ke keadaan diam.
Penyelesaian :
y

T
ay
x

w = mg

Gaya-gaya yang bekerja pada elevator (Lif) hanyalah berat elevator dan
gaya tegangan dari kabel. Vektor percepatannya seperti pada gambar
sebelah kanan di atas, digambar di luar karena vektor ini bukan merupakan
gaya. Digunakan persamaan 4 untuk mencari T, dengan pertama-tama dicari
percepatannya. Cara yang paling mudah untuk mencarinya adalah dengan
menggunakan rumus percepatan tetap v 2 = v02 + 2ay (y y0). Dengan
mengambil sumbu y ke atas berharga positif, maka v 0 = - 10,0 m/s, v = 0,
dan y y0 = 25,0 m. Dengan demikian :
v2 v02
(0)2 (- 10,0 m/s)2
ay = ---------------- = ------------------------------ = + 2,00 m/s2
2(y y0)
2 (25,0 m)
Perlu diingat bahwa arah kecepatannya ke bawah dan percepatannya ke
atas, bersesuaian dengan gerakan ke bawah dengan kecepatan yang
berkurang.
Dengan menggunakan hukum kedua Newton, maka ;
Fy = T + (- w) = may,
T = w + may = mg + may = m (g + ay)

= (800 kg) (9,80 m/s2 + 2,00 m/s2) = 9440 kg.m/s2 = 9440 N


Tegangan tersebut harus 1600 N lebih besar (= 9440 N 7840 N) dari pada
beratnya (w = mg = 800 kg x 9,80 m/s 2 = 7840 N) agar elevator berhenti
pada jarak yang diinginkan.
Contoh 4. Percepatan menuruni bukit. Sebuah toboggan (sejenis kereta
luncur salju) yang ditumpangi para pelajar yang sedang berlibur (berat total
w ) meluncur menuruni suatu lereng yang tertutup salju. Sudut kemiringan
() lereng tersebut tetap dan toboggan memiliki permukaan yang begitu licin
sehingga dapat meluncur praktis tanpa gesekan. Berapakah percepatan dari
toboggan tersebut ?
Penyelesaian :
y

w sin

w cos

x
w = mg

Gaya-gaya yang bekerja pada toboggan tersebut hanya berat w dan gaya
normal yang diberikan oleh bukit tersebut. Diambil sumbu-sumbu yang
paralel dan tegak lurus dengan permukaan bukit tersebut dan diuraikan
menjadi komponen-komponen x dan y, w x = w sin dan wy = w cos .
Komponen x dari berat adalah w sin .
Hukum kedua Newton dalam arah x dengan demikian memberikan :
Fx = w sin = max, dan karena w = mg, maka ax = g sin
Dalam hasil akhirnya massa tidak muncul, ini berarti semua toboggan, tidak
peduli berapapun massa atau jumlah penumpangnya, akan meluncur
menuruni suatu bukit tanpa gesekan dengan percepatan sebesar g sin . Jika
bidangnya horizontal, maka = 0 dan ax = 0 (toboggan tidak bertambah
cepat), sehingga jika bidangnya vertikal, = 90 dan ax = g (toboggan jatuh
bebas). Untuk mencari percepatan tidak memerlukan komponen y.

Komponen-komponen ini akan digunakan untuk mencari gaya normal yang


diberikan oleh permukaan pada toboggan, diketahui bahwa a y = 0, sehingga
Fy = 0 dan = mg cos .
Gaya normal tersebut tidak sama dengan berat toboggan (Yang perlu diingat
yaitu jangan pernah mengasumsikan secara otomatis bahwa gaya normal
sama dengan berat).

C. PENGGUNAAN HUKUM KETIGA NEWTON : GERAK


Gaya yang bekerja pada benda selalu merupakan hasil interaksi
dengan benda lain, sehingga gaya selalu berpasangan. Sebagai contoh :
ketika menendang bola gaya dari kaki meluncurkan bola dalam lintasan
peluru tetapi pada kaki juga terasa ada gaya yang menekan, jika menendang
batu besar, sakit yang dirasakan adalah pengaruh gaya yang diberikan batu
besar tersebut pada kaki.
Pada masing-masing kasus gaya yang diberikan pada benda
berlawanan arah dengan gaya yang diberikan benda tersebut Ketika dua
benda bersentuhan, maka dua buah gaya yang diberikan satu sama lain
selalu memiliki besar yang sama dan arah yang berlawanan.
A

B
FB pada A

FA pada B

Pada gambar di atas, FA pada B adalah gaya yang diberikan tongkat (stik) A
pada bola B, dan FB pada A adalah gaya yang diberikan oleh bola B pada
tongkat (stik) A. Pernyataan matematis untuk hukum ketiga Newton adalah
FA
=
FB
pada
B
.. (5)

pada

..

Dapat diungkapkan dalam kalimat :


Jika benda A memberikan gaya pada benda B (aksi), maka benda B
akan memberikan gaya pada benda A (reaksi). Kedua gaya ini memiliki
besar yang sama tetapi arah yang berlawanan. Kedua gaya ini bekerja
pada benda yang berbeda.
Pernyataan aksi dan reaksi merupakan dua gaya yang berlawanan, kadangkadang dihubungkan sebagai pasangan aksi reaksi (action-reaction pair). Ini
bukan berarti menerapkan semua hubungan sebab akibat, dapat dianggap

bahwa sebuah gaya sebagai aksi dan gaya yang lain sebagai reaksi.
Dalam istilah sederhana gaya-gaya tersebut dapat dikatakan sama dan
berlawanan, yang berarti bahwa gaya-gaya tersebut memiliki besar yang
sama dengan arah yang berlawanan.
Contoh 1. Bila mobil saudara mengalami kerusakan mesin. Saudara mulai
mendorong mobil ke bengkel terdekat, ketika mobil itu mulai bergerak,
bagaimana gaya yang saudara berikan ke mobil dibandingkan dengan gaya
yang diberikan mobil kepada saudara ? Bagaimana perbandingan gaya itu
ketika saudara mendorong dengan laju konstan ?
Penyelesaian :
Pada masing-masing kasus, gaya yang saudara berikan ke mobil sama besar
dengan gaya yang diberikan mobil ke saudara, tetapi berlawanan arah.
Saudara memang harus mendorong mobil kuat-kuat untuk membuat mobil
bergerak.

BERAT DAN MASSA

Berat dari sebuah benda lebih dikenal sebagai gaya. Berat adalah besarnya
gaya yang bekerja pada benda karena adanya tarikan gravitasi bumi (gaya
tarik gravitasi bumi pada benda). Berat benda tergantung pada lokasi benda
itu berada, sebab gaya gravitasi bumi itu berbeda-beda besarnya di tiap-tiap
lokasi.
Massa menunjukkan sifat inersia dari benda. Massa benda merupakan berat
benda yang tidak dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, artinya massa suatu
benda itu selalu tetap di semua tempat benda itu berada di muka bumi.
Lebih besar massa, lebih besar gaya yang dibutuhkan untuk menimbulkan
percepatan yang diinginkan, hal ini ditunjukkan dalam hukum kedua Newton
F = ma.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa benda-benda yang
memiliki massa yang besar juga memiliki berat yang besar. Sebuah batu
yang besar sangat susah untuk dilemparkan karena massanya yang besar,
dan susah untuk diangkat dari tanah karena beratnya yang besar. Di
permukaan bulan batu akan susah untuk dilempar ke arah mendatar, tetapi
akan mudah untuk diangkat. Apakah yang secara tepat dapat
menghubungkan antara massa dan berat ? Jawabannya ya kembali ke
hukum kedua Newton, benda yang jatuh bebas memiliki sebuah percepatan
g, dan karena hukum kedua Newton, sebuah gaya harus bekerja untuk
menghasilkan percepatan. Jika sebuah benda 1 kg jatuh dengan percepatan
9,8 m/s2, gaya yang dibutuhkan besarnya adalah :
F = ma = (1 kg) (9,8 m/s2) = 9,8 kg.m/s2 = 9,8 N
Tetapi gaya yang menyebabkan benda mendapatkan percepatan ke bawah
adalah tarikan gravitasi dari bumi, yaitu berat benda. Setiap orang yang
dekat dengan permukaan bumi yang memiliki massa 1 kg pasti memiliki 9,8
N untuk mendapatkan percepatan seperti pada benda jatuh bebas. Secara
umum sebuah benda dengan massa m pasti memiliki berat yang besarnya
w, yaitu :
w = m g (berat untuk sebuah benda dengan massa m) ...
(1)
Berat sebuah benda adalah sebuah gaya, sebuah besaran vektor, dan
persamaan (1) dapat ditulis sebagai persamaan vektor :
w
=
m
g
(2)
Perlu diingat bahwa g adalah besar dari g, percepatan dari gravitasi, jadi g
selalu bernilai positif, sesuai definisinya. Dengan demikian w, seperti pada
persamaan (1) adalah besar dari berat dan selalu positif.

Sangat penting untuk dipahami bahwa berat sebuah benda berlaku pada
benda sepanjang waktu, meskipun sedang jatuh bebas atau tidak. Sebagai
contoh ketika pot bunga 10 kg tergantung pada seutas rantai, pot dalam
keadaan kesetimbangan dan percepatannya adalah nol, tetapi beratnya
seperti pada persamaan (2), tetap menariknya ke bawah. Pada kasus ini tali
menarik pot ke atas, menghasilkan sebuah gaya ke atas. Jumlah vektor
gaya-gaya adalah nol, dan pot dalam kesetimbangan.
Catatan : Konsep massa memainkan dua aturan yang berbeda dalam
mekanika. Berat benda (gaya gravitasi yang bekerja pada benda) sebanding
dengan massa, dapat disebut dengan sifat yang berhubungan dengan
gravitasi sebagai massa gravitasi. Pada bagian lain dapat disebut sifat
inersia yang ada pada hukum kedua Newton sebagai massa inersia.
Walaupun dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan dengan ketelitian
yang lebih baik dari seper 1012 yang membuktikan bahwa kedua besaran
tersebut memang sama.
Contoh 1. Sebuah mobil bermassa 1,96 x 10 4 N yang sedang berjalan dalam
arah x positif, berhenti tiba-tiba, komponen x gaya total yang bekerja pada
mobil itu adalah 1,5 x 10 4 N, percapatan gravitasi 9,80 m/s 2. Berapa
percepatannya ?
Penyelesaian :
Oleh karena Newton adalah satuan gaya, maka 1,96 x 10 4 N merupakan
berat, bukan massa mobil, sehingga massa mobil m adalah :
w
1,96 x 104 N
1,96 x 104 kg.m/s2
m = ----- = ---------------------- = -------------------------- = 2.000 kg
g
9,80 m/s2
9,80 m/s2
Kemudian Fx = m ax, memberikan :
Fx
- 1,50 x 104 N
- 1,50 x 104 kg.m/s2
ax = --------- = ----------------------- = ---------------------------- = - 7,5 m/s 2
m
2.000 kg
2.000 kg
Percepatan ax dapat ditulis sebagai 0,77 g (= - 0,77 x 9,80 m/s 2 = - 0,75
m/s2). Perhatikan juga bahwa 0,77 juga merupakan rasio (hasil bagi) dari
1,5 x 104 N (komponen x dari gaya total) dengan 1,96 x 104 N.

GAYA DAN INTERAKSINYA


Dalam bahasa sehari-hari gaya (force) berarti tarikan atau dorongan. Jadi
gaya adalah sesuatu yang menarik atau mendorong sebuah benda. Konsep
gaya memberikan gambaran kuantitatif tentang interaksi antara dua benda
atau antara benda dengan lingkungannya. Bila sebuah mobil yang
mengalami kerusakan mesin (macet) didorong, maka mobil tersebut
mendapat gaya dorong. Sebuah lokomotif memberikan gaya tarik atau
dorong pada gerbong kereta api dan lain-lain.
Bila sebuah gaya melibatkan kontak langsung antara dua buah benda
disebut dengan gaya kontak (contact force). Yang termasuk gaya kontak
adalah dorongan atau tarikan yang dilakukan oleh tangan manusia, gaya
pada sebuah tali yang menarik sebuah balok yang terikat pada balok
tersebut, dan gaya gesekan yang dikerahkan oleh tanah kepada seorang
pemain baseball yang meluncur ke posisinya. Juga terdapat gaya-gaya yang
dinamakan gaya jarak jauh (long range contact), yang tetap bekerja
meskipun benda-benda tersebut terpisah oleh ruang yang kosong. Gaya
jarak jauh yang sering dijumpai adalah ketika bermain dengan sepasang
magnet, gravitasi bumi, gravitasi matahari yang memberikan gaya tarik
terhadap bumi meskipun keduanya terpisah sejauh 150 juta kilometer
sehingga bumi tetap pada orbitnya. Gaya tarik gravitasi oleh bumi terhadap
sebuah benda dinamakan berat (weight) dari benda tersebut.
Gaya adalah besaran vektor, maka untuk menggambarkan sebuah gaya
perlu menggambarkan arah gaya yang bekerja dan menentukan besarnya,
yaitu besaran yang menggambarkan seberapa banyak atau seberapa
kuat gaya tersebut mendorong atau menarik. Satuan Internasional (SI)
untuk besar dari gaya adalah Newton, disingkat N.
Instrumen yang biasa digunakan untuk mengukur gaya-gaya adalah neraca
pegas. Neraca pegas ini terdiri dari sebuah kumparan pegas, yang terdapat
dalam bejana yang terlindung, dengan sebuah penunjuk skala yang
terhubung ke ujung lainnya. Ketika gaya-gaya diberikan pada ujung pegas,
pegas tersebut akan meregang, besarnya regangan tergantung pada gaya.
Penunjuk skala dapat dibuat dan mengkalibrasinya dengan menggunakan
sejumlah benda-benda yang serupa dengan berat masing-masing tepat 1 N.
Bila sebanyak dua, tiga, atau lebih dari benda ini diberikan secara
bersamaan dari keadaan setimbang, gaya total regangan pegas adalah 2 N,
3 N, dan seterusnya, kemudian diberikan tanda yang sesuai dengan posisi
penunjuk skala 2 N, 3 N, dan seterusnya, dan kemudian instrumen dapat

digunakan untuk mengukur sebuah gaya yang tidak diketahui. Dapat juga
dibuat instrumen serupa yang mengukur dorongan selain tarikan.
Contoh 1. Meluncurkan sebuah kotak di sepanjang lantai dengan
menerapkan sebuah gaya dari tarikan sebuah tali atau dorongan sebuah
tongkat.
10 N
30

30

(a)
10 N

30

30

(b)
Pada setiap kasus digambarkan sebuah vektor untuk mewakili gaya yang
diterapkan. Angka yang tercantum menunjukkan besar dan arah gaya, dan
panjang panah (digambar dengan skala tertentu, misal : 1 cm = 10 N) juga
memperlihatkan besar vektornya.
Contoh 2. Ketika dua gaya F1 dan F2 pada saat yang sama di titik A suatu
benda,
memperlihatkan bahwa pengaruh dari gerak benda adalah sama dengan
pengaruh dari gaya tunggal R sama dengan penjumlahan vektor dari gayagaya asal : R = F1 + F2. Lebih umumnya bila beberapa gaya diterapkan pada
satu titik di permukaan sebuah benda, pengaruhnya akan sama dengan
sebuah gaya yang merupakan penjumlahan dari vektor gaya-gayanya.
Prinsip penting ini kemudian dinamakan sebagai superposisi gaya-gaya
(superposition of force).
F2
R

A
F1

Contoh 3. Sebuah balok batu ditarik dengan tali pada bidang miring.
y
F
x
Fy
Fx
O

Fx dan Fy adalah komponen-komponen F yang sejajar dan tegak lurus


terhadap kemiringan permukaan bidang miring. Perlu mencari jumlah vektor
(resultan) dari semua gaya-gaya yang beraksi pada sebuah benda (balok
batu) dan menamakannya gaya total (net force) yang beraksi pada benda.
Jika gaya-gaya diberi label F1, F2, F3, dan seterusnya, penjumlahan tersebut
disingkat menjadi :
R
=
F1
+
F2
+
F3
+
. (1)

F dibaca sebagai jumlah vektor gaya-gaya atau gaya total. Komponen


dari persamaan (1) di atas merupakan pasangan dari persamaan komponen :
Rx
=

Fx
,
Ry
=
. (2)

Fy

Fx adalah jumlah komponen x dan seterusnya. Masing-masing komponen


dapat bernilai positif atau negatif, maka harus diperhatikan tandanya ketika
melakukan penjumlahan dari persamaan (2).
Bila memiliki Rx dan Ry, maka dapat dicari besar dan arah dari gaya total R =
F yang bekerja pada benda. Besarnya adalah :
R = Rx2 + Ry2
Dan besarnya sudut antara R dan sumbu x positif dapat dicari dengan
hubungan tan = Ry/Rx. Komponen-komponen Rx dan Ry mungkin bernilai

positif, negatif, atau nol, dan sudut berada disekitar empat kuadran
tersebut.
Pada soal-soal tiga dimensi, gaya-gaya yang mengandung komponen z,
maka ditambahkan persamaan Rz = Fz kedalam persamaan (2). Besarnya
gaya total adalah :
R = Rx2 + Ry2 + Rz2
Contoh soal 1. Superposisi gaya-gaya. Tiga orang pelanggan sebuah toko
sedang bertengkar memperebutkan sebuah mantel yang sedang diobral.
Ketiganya masing-masing memberikan gaya horizontal pada mantel seperti
diperlihatkan pada gambar, mantel terletak di titik asal. Tentukan komponen
x dan y dari gaya total pada mantel, dan tentukan besar dan arah dari gaya
total.
y
300 N
200 N
45

30

x
53

155 N

Penyelesaian :
Ini adalah soal penjumlahan vektor, dan diselesaikan dengan metode
komponen. Sudut antara gaya-gaya F1, F2, dan F3 terhadap aksis sumbu x
positif adalah 1 = 30, 2 = 180 - 45 = 135, dan 3 = 180 + 53 = 233.
Komponen x dan y dari ketiga gaya tersebut adalah ;
F1x
F1y
F2x
F2y
F3x
F3y

=
=
=
=
=
=

(200
(200
(300
(300
(155
(155

N)
N)
N)
N)
N)
N)

cos 30 = 173 N
sin 30 =100 N
cos 135 = - 212 N
sin 135 = 212 N
cos 233 = - 93 N
sin 233 = - 124 N

Dari persamaan (2) gaya total R = F memiliki komponen-komponen :


Rx = Fx = F1x + F2x + F3x = 173 N + (- 212 N) + (-93 N) = - 132 N

Ry = Fy = F1y + F2y + F3y = 100 N + 212 N +(- 124 N) = 188 N


Gaya total memiliki komponen x negatif dan sebuah komponen y positif, jadi
gaya akan mengarah ke kiri dan ke atas (pada kuadran kedua dari gambar).
Besar gaya total R = F adalah :
R = Rx2 + Ry2 = (- 132 N)2 + (188 N)2 = 230 N
Untuk mencari sudut antara gaya total dengan sumbu x positif, digunakan
hubungan tan = Ry/Rx atau :
Ry
(188 N)
= arc tan -------- = arc tan ------------- = arc tan (- 1,42)
Rx
(- 132 N)
Dua jawaban yang mungkin adalah = - 55 atau = - 55 + 180 = 125.
Oleh karena gaya total berada pada kuadran kedua, seperti telah dikatakan
di atas, maka jawaban yang benar adalah = 125

KOPPEL GAYA
Dua buah gaya yang besarnya sama tetapi arahnya saling berlawanan dan
kedua gaya itu tidak bekerja pada suatu garis gaya akan membentuk
sebuah koppel gaya.
Momen sebuah koppel gaya yaitu hasil kali antara salah satu besar gaya
dengan jarak tegak lurus antara kedua gaya yang membentuk koppel gaya
tersebut. Koppel gaya diberi tanda positif kalau arah rotasinya sesuai arah
perputaran jarum jam, dan diberi tanda negatif kalau rotasunya berlawanan
dengan arah perputaran jarum jam. Sebuah gaya akan menimbulkan gerak
rotasi.
F
M+
A

MB

d1

d2

Momen sebuah koppel gaya F terhadap titik A (MA) = + (gaya x lengan gaya)
= + (F x d1)
Momen sebuah koppel gaya F terhadap titik B (MB) = - (gaya x lengan gaya)
= - (F x d2)

GAYA-GAYA GESEKAN
Setiap kali dua benda berinteraksi akibat kontak langsung (sentuhan) dari
permukaan-permukaannya, maka gaya-gaya interaksinya disebut sebagai
gaya-gaya kontak. Gaya normal dan gaya gesek merupakan gaya kontak.
Pokok pembicaraan dalam bagian ini adalah gesekan, yang merupakan salah
satu gaya penting dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Oli pada
mesin mobil mengurangi gesekan antara komponen-komponen yang
bergerak, tetapi tanpa adanya gesekan antara ban dengan jalan maka mobil
sulit dikemudikan atau sulit untuk membelok. Hambatan udara, gaya
gesekan yang diberikan udara pada benda yang sedang bergerak melaluinya
dapat mengakibatkan penggunaan bahan bakar yang lebih boros dari mobil
tersebut, tetapi membuat parasut berfungsi, dan lain-lain.
Ketika suatu benda diam atau meluncur pada suatu permukaan selalu dapat
menyatakan gaya kontak yang diberikan oleh permukaan pada benda
tersebut dalam komponen-komponen gaya yang tegak lurus dan sejajar
dengan permukaan tersebut. Komponen vektor yang tegak lurus disebut
dengan gaya normal, dilambangkan oleh . Komponen vektor yang sejajar
dengan permukaan adalah gaya gesekan (friction force), dilambangkan
oleh f. Berdasarkan definisi dan f selalu saling tegak lurus. Digunakannya
simbul-simbul untuk besaran-besaran ini untuk menekankan peran khusus
dari besaran-besaran ini dalam mempresentasikan gaya kontak. Jika
permukaannya tanpa friksi, maka gaya kontaknya memiliki hanya sebuah
gaya normal, f adalah nol. (Permukaan tanpa gesekan merupakan suatu
bentuk idealisasi yang tak mungkin tercapai, tetapi dapat menganggap
suatu permukaan sebagai tanpa gesekan jika efek gesekannya sangat kecil).
Arah dari gaya gesekan selalu berlawanan dengan arah gerakan relatif dari
kedua permukaan.

Jenis gesekan yang bekerja ketika sebuah benda meluncur di atas suatu
permukaan disebut gaya gesekan kinetik (kinetic friction force) fk. Sifat
kinetik dan subskrip k mengingatkan bahwa kedua permukaan sedang
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Besarnya gaya gesekan kinetik
biasanya meningkat ketika gaya normalnya meningkat. Gaya yang
diperlukan untuk mendorong sebuah kotak yang penuh dengan buku-buku
lebih besar dari pada gaya untuk mendorong kotak yang sama tetapi kosong.
Prinsip ini juga digunakan pada sistem rem mobil, bila pedal rem ditekan
semakin keras, akan dihasilkan efek pengereman yang semakin besar pada
cakram rem yang sedang berputar. Dalam banyak kasus, biasanya gaya
gesekan kinetik fk diperoleh secara eksperimental sebagai kurang lebih
sebanding besarnya dari gaya normalnya.
Dalam kasus-kasus seperti ini dapat ditulis :
fk = k (besar gaya gesekan kinetik) ..
. (1)
k (diucapkan mu sun k) adalah suatu konstanta yang disebut koefisien
gesekan kinetik (coefficient of kinetic friction). Permukaan yang lebih licin
akan mempunyai koefisien gesekan kinetik yang lebih kecil. k karena
merupakan hasil bagi kedua besar gaya, maka merupakan sebuah bilangan
murni tanpa satuan.
Perlu diingat, bahwa gaya gesekan dan gaya normal selalu tegak lurus.
Persamaan (1) di atas bukan suatu persamaan vektor , tetapi suatu relasi
skalar antara besar dari kedua gaya yang saling tegak lurus tersebut.
Gaya-gaya gesekan dapat juga bekerja ketika tidak terdapat gerak relatif.
Jika meluncurkan sebuah kotak yang berisi buku-buku di atas lantai, kotak itu
mungkin saja tidak bergerak sama sekali karena lantai memberikan suatu
gaya gesekan yang besarnya sama dengan arah yang berlawanan pada
kotak. Gaya ini disebut gaya gesekan statik (static friction force) fs. Dalam
gambar (a) kotak yang diam dalam keadaan setimbang akibat dari beratnya
sendiri w, dan gaya normal ke atas yang diberikan lantai pada kotak
besarnya sama dengan berat kotak tersebut. Pada gambar (b), misal pada
kotak tersebut diikatkan seutas tali, dan tegangan T pada tali berangsurangsur diperbesar. Pada awalnya kotak tetap diam karena ketika tegangan T
bertambah, gaya gesekan statik juga bertambah (masih sama dengan
besarnya T). Pada suatu ketika T menjadi lebih besar dibandingkan dengan
gaya gesekan statik maksimum fs yang diberikan permukaan. Kemudian
kotak tersebut hilang kesetimbangan (tegangan T mampu memutuskan
ikatan-ikatan antar molekul di permukaan kotak dan lantai) dan mulai
meluncur.

(tidak meluncur)

T
fs

w
fs<s

(a)
(b)
Pada gambar (c) adalah diagram gaya ketika T berada pada nilai kritisnya.
Jika T melampaui nilai ini, kotak tidak lagi berada dalam keadaan setimbang.
Untuk sepasang permukaan-permukaan tertentu yang diberikan, niali
maksimum dari fs bergantung pada gaya normalnya. Dalam banyak kasus
nilai maksimum (fs) maks, mendekati sebanding dengan , disebut faktor s
(dibaca mu sub s) sebagai koefisien gesekan statik (coefficient of static
friction). Dalai situasi tertentu gaya gesekan statik aktual dapat mempunyai
besar berapapun antara nol (bila tidak terdapat gaya lain yang sejajar
dengan permukaan) dan nilai maksimumnya yang diberikan oleh s. Dalam
lambang :
fs s (besar gaya gesekan statik)
(2)
Seperti persamaan (1), pertidaksamaan ini merupakan hubungan antara
magnitudo , bukan hubungan vektor. Tanda sama dengan hanya berlaku
ketika gaya yang diterapkan T sejajar dengan permukaannya, telah
mencapai nilai kritisnya di mana pada nilai ini gerakan akan dimulai. Ketika T
lebih kecil dari nilai ini (gambar b) maka tanda tidak sama dengan berlaku.
Jika demikian harus menggunakan kondisi-kondisi kesetimbangan ( F = 0)
untuk mencari fs. Jika tidak terdapat gaya terapan (T = 0) seperti gambar (a),
maka tidak terdapat gaya gesekan statik (fs = 0).
(baru akan meluncur)

(sedang meluncur)

T
fs

T
fk

w
fs = s

w
fk = k

(c)

(d)

Pada gambar (d), segera setelah kotak mulai meluncur gaya gesekan
biasanya mulai berkurang, , lebih mudah untuk mempertahankan kotak
tersebut agar tetap bergerak daripada membuat agar kotak tersebut mulai
bergerak. Oleh karena itu koefisien gesekan kinetik biasanya lebih kecil dari
pada koefisien gesekan statik untuk semua jenis pasangan permukaan
(seperti tabel 1).
Tabel 1. Koefisien Gesekan
Bahan
Statik s
Kinetik k
Baja pada baja
0,74
0,57
Alumunium pada baja
0,61
0,47
Tembaga pada baja
0,53
0,36
Kuningan pada baja
0,51
0,44
Seng pada besi cor
0,85
0,21
Tembaga pada besi cor
1,05
0,29
Kaca pada kaca
0,94
0,40
Tembaga pada kaca
0,68
0,53
Teflon pada teflon
0,04
0,04
Teflon pada baja
0,04
0,04
Karet pada beton (kering)
1,00
0,80
Karet pada beton (basah)
0,30
0,25
Contoh Soal 1. Gesekan dalam gerak horizontal. Sebuah perusahaan
pengiriman baru saja menurunkan sebuah peti kayu 500 N yang penuh berisi
peralatan olah raga di trotoar jalan menuju rumah Agung. Kemudian Agung
berusaha dengan sekuat tenaga agar peti tersebut mulai dapat bergerak
menuju pintu depan rumah dengan sebuah gaya horizontal yang besarnya
230 N. Begitu peti tersebut hilang kesetimbangan dan mulai bergerak,
Agung dapat membuatnya tetap bergerak pada kecepatan tetap cukup
dengan gaya sebesar 200 N. Berapakah koefisien gesekan statik dan
koefisien gesekan kinetiknya ?
Penyelesaian :
y

(fs)maks

T= 230 N fk
x

w = 500 N
(a)

(b)

T = 200 N
x

w = 500 N
(c)

Keterangan gambar :
(a) menarik sebuah peti dengan gaya horizontal
(b) diagram benda bebas untuk peti pada saat peti mulai bergerak
(c) diagram benda bebas untuk peti yang bergerak dengan kecepatan
konstan
Keadaan diam atau keadaan bergerak dengan kecepatan tetap keduaduanya merupakan kondisi kesetimbangan, sehingga akan digunakan
persamaan partikel dalam kesetimbangan (hukum pertama Newton), yaitu
Fx = 0, Fy = 0. Sesaat sebelum peti kayu mulai bergerak, gaya gesekan
statik mempunyai nilai gaya gesekannya maksimum (f s)maks = s. Diagram
gayanya ditunjukkan dalam gambar (b), maka akan diperoleh :
Fx = T + (- (fs)maks) = 230 N (fs)maks = 0
Fy = + (- w) = - 500 N = 0

(fs)maks = 230 N
= 500 N

(fs)maks = s (gerakan akan dimulai)


(fs)maks
230 N
s = -------------- = ------------ = 0,46

500 N
Setelah peti kayu mulai bergerak, gaya-gaya yang bekerja padanya adalah
seperti yang ditunjukkan dalam gambar (c), sehingga diperoleh :
Fx = T + (- fk) = 200 N fk = 0

fk = 200 N

Fy = + (- w) = - 500 N = 0

= 500 N

(fk)
200 N
k = --------- = ---------- = 0,40

500 N
Contoh Soal 2. Berapakah gaya gesekan jika peti kayu yang diam pada
permukaan trotoar jalan dalam contoh soal 1. diberi sebuah gaya horizontal
sebesar 50 N ?
Penyelesaian :
Dari kondisi kesetimbangan diperoleh :
Fx = T + (- fs) = 50 N fs = 0

fs = 50 N

Contoh Soal 3. Andaikan peti kayu dalam contoh soal 1. gambar (a)
tersebut diikat dengan seutas tali dan ditarik dengan sudut kemiringan 30
di atas permukaan horizontal. Berapakah gaya yang harus diberikan agar
peti kayu tetap bergerak dengan kecepatan konstan ? Bandingkan dengan
menarik peti kayu tersebut dalam arah mendatar, apakah lebih ringan atau
lebih berat. Asumsikan bahwa w = 500 N dan k = 0,40.
y

T
T sin 30
30

fk

30

x
T cos 30

w = 500 N

(a)

(b)

Keterangan gambar :
(a) menarik sebuah peti dengan sebuah gaya yang diterapkan dengan
suatu sudut yang mengarah ke atas.
(b) Diagram benda bebas untuk peti yang bergerak dengan kecepatan
konstan
Penyelesaian :
Gambar (b) adalah diagram benda bebas menunjukkan gaya-gaya yang
bekerja pada peti kayu. Gaya gesekan kinetiknya masih sama dengan k,
tetapi sekarang besar gaya normal tidak sama dengan besarnya berat peti

kayu. Gaya yang diberikan tali mempunyai satu komponen vertikal


tambahan yang cenderung untuk mengangkat peti tersebut lepas dari
permukaan trotoar jalan. Oleh karena kecepatannya konstan, peti kayu
berada dalam keadaan setimbang, sehingga :
Fx = T cos 30 + (- fk) = T cos 30 - 0,40 = 0
Fy = T sin 30 + + (-500 N) = 0
Ini adalah dua persamaan simultan dengan dua besaran yang tidak diketahui
T dan . Penyelesaiannya dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu
besaran yang tidak diketahui tersebut mencari nilai satu besaran lainnya.
Terdapat banyak cara untuk melakukan ini, salah satunya dengan cara
menyusun kembali persamaan yang kedua ke dalam bentuk :
= 500 N - T sin 30
Kemudian substitusikan kembali persamaan untuk mencari nilai ini ke
dalam persamaan pertama :
T cos 30 - 0,40 (500 N T sin 30) = 0
Akhirnya selesaikan persamaan ini untuk memperoleh T, kemudian
substitusikan hasilnya kembali ke dalam salah satu dari persamaanpersamaan asalnya untuk mencari . Hasil-hasilnya adalah :
T (0,8660) 0,40 (500 N T (0,5000) = 0
0,8660 T - 200 N + 0,20 T = 0
1,0660 T = 200 N

T = 187,6 N = 188 N

= 500 N 188 N (0,5000) = 500 N 94 N = 406 N


Gesekan Gelinding :
Jauh lebih mudah menggerakkan sebuah lemari dokumen yang berisi penuh
melintasi lantai datar dengan menggunakan kereta roda dibandingkan
dengan mendorongnya sendiri. Seberapa lebih mudahkah itu ? Dapat
didefinisikan suatu koefisien gesekan gelinding (coefficient of rolling
friction) r, yang merupakan gaya horizontal yang diperlukan untuk
memperoleh laju tetap pada suatu permukaan datar dibagi dengan
gaya normal ke atas yang diberikan oleh permukaan tersebut. Para
insinyur di bidang transportasi menyebut r sebagai hambatan bidang
(tractive resistance). Harga-harga tipikal dari r untuk roda-roda besi pada

rel besi adalah 0,002 0,003 dan untuk ban-ban karet pada beton adalah
0,01 0,02. Hal ini menunjukkan salah satu alasan mengapa kereta api pada
rel besi secara umum bahan bakarnya lebih efisien dibandingkan truk-truk
jalan raya.
Contoh Soal 1. Gerak dengan gesekan gelinding. Sebuah mobil memiliki
berat sekitar 12.000 N (Satuan British sekitar 2700 lb). Jika koefisien gesekan
gelinding r = 0,01, berapakah gaya horizontal yang harus diberikan untuk
meluncurkan mobil tersebut dengan laju konstan pada suatu jalan yang
rata ? Hambatan udara diabaikan.
Penyelesaian :
Gaya normal sama dengan berat w, karena permukaan jalannya horizontal
dan tidak terdapat gaya-gaya vertikal lainnya. Dari definisi r, gaya gesekan
gelinding fr adalah :
fr = r = = (0,010)(12.000 N) = 120 N (sekitar 27 lb)
Dari hukum pertama Newton, sebuah gaya ke depan dengan besar 120 N
diperlukan untuk menjaga agar mobil bergerak dengan laju yang tetap.
Pada contoh soal 1. Gerakan dalam gerak horizontal pada peti kayu. Jika
perusahaan pengantar membawa peti kayu 500 N dengan sebuah lori beroda
karet dengan r = 0,02, maka gaya yang diperlukan agar peti kayu terus
bergerak pada laju konstan hanya sebesar fr = r = 0,02 (500 N) = 10 N.

GAYA GRAVITASI
Gravitasi adalah salah satu dari empat kelas interaksi yang terjadi di alam
(1). interaksi gravitasi berat, gerak planet-planet mengelilingi matahari,
gerak jatuh bebas; (2). interaksi elektromagnetik gaya listrik, gaya
magnet; (3). interaksi kuat (gaya nuklir) menjaga inti-inti sebuah atom
tetap berkumpul bersama, neutron bermuatan netral, proton bermuatan
positif; (4). interaksi lemah sangat penting dalam interaksi-interaksi
antar partikel-partikel dasar, keberadaan suatu bentuk radioaktif umum yang
disebut peluruhan , sebuah neutron dalam inti radioaktif diubah menjadi
proton yang mengusir sebuah elektron dan sebuah partikel tidak bermassa
yang disebut antineutrino).
Selama penelitian tentang gerak dari planet dan bulan, Newton menemukan
karakter dasar dari gaya tarik gravitasi antara dua benda. Bersamaan
dengan ketiga hukumnya tentang gerak, Newton mempublikasikan hukum
gravitasi (law of gravitation) pada tahun 1687. Hukum gravitasi berbunyi
sebagai berikut :

Setiap partikel dari bahan di alam semesta menarik setiap


partikel lain dengan gaya yang berbanding lurus dengan hasil
kali massa-massa partikel dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak di antara partikel-partikel tersebut
Hukum di atas kalau diterjemahkan ke dalam sebuah persamaan, diperoleh :
G m1 m2
Fg = -------------(1)

(hukum gravitasi) ...

r2

Keterangan :
Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel
m1 dan m2 adalah massa masing-masing partikel
r adalah jarak antara kedua partikel
G adalah konstanta fisika dasar yang disebut konstanta gravitasi
(gravitational constant). Nilai numerik untuk G tergantung pada sistem
satuan yang digunakan.

m1
Fg
Fg
r

m2

Perhatian : Simbul g dan G hampir sama, sering kali arti kedua besaran
gravitasi yang menggunakan kedua simbul tersebut jadi membingungkan.
Huruf kecil g adalah percepatan yang tergantung pada gravitasi, yang
berhubungan dengan berat w dari sebuah benda dengan massanya m, yaitu
w = m g. Nilai g berbeda untuk tempat yang berbeda di permukaan bumi
dan pada permukaan planet yang berbeda. Sebaliknya huruf G berhubungan
dengan gaya gravitasi antara dua benda akibat massa dan jarak di antara
keduanya. G disebut konstanta universal sebab mempunyai nilai yang sama
untuk setiap dua benda, tidak peduli letaknya dalam ruang angkasa.
Gaya gravitasi selalu bekerja sepanjang garis yang menghubungkan dua
buah partikel dan membentuk pasangan aksi-reaksi. Walaupun massa kedua
partikel berbeda, kedua gaya interaksinya mempunyai besar yang sama.
Gaya tarik yang dikeluarkan badan manusia yang bekerja pada bumi akan
mempunyai besar yang sama seperti gaya bumi yang bekerja pada badan
manusia. Ketika seseorang jatuh dari papan luncur ke dalam kolam renang,

bumi akan naik menyongsong orang tersebut (Apakah pernah saudara


memperhatikan atau mengamati ini ? Massa bumi jauh lebih besar dari
massa tubuh manusia dengan faktor sekitar 1023, sehingga percepatannya
hanya 10-23 dari percepatan tubuh manusia).
Hukum gravitasi telah menyatakan bentuk interaksi antara dua partikel. Hal
ini menjadikan interaksi gravitasi dari setiap dua benda yang mempunyai
distribusi massa bola simetris (bola pejal atau kulit bola) adalah sama jika
dikumpulkan semua massa pada pusatnya, seperti pada gambar sebagai
berikut :
R1
m1

m1

Fg

Fg
r

Fg

r
Fg

m2

m2
R2

(a)
(b)
Jadi bila bumi dianggap sebagai bola simetris dengan massa m B, maka gaya
yang dikeluarkannya pada sebuah partikel atau benda bola simetris dengan
massa m, dengan jarak r di antara kedua pusatnya adalah :
G mB m
Fg
=
. (2)
r2

--------------

yang memberikan informasi bahwa benda terletak di luar bumi.


Pada titik di dalam bumi keadaannya berbeda. Jika dapat mengebor sebuah
lubang ke pusat bumi dan mengukur gaya gravitasi pada benda dengan
kedalaman berbeda-beda, akan mendapatkan bahwa makin mendekati pusat
bumi gaya makin berkurang, dan bukan bertambah dengan faktor sebesar
1/r2. Ketika benda memasuki bagian dalam bumi (atau benda bola lainnya),

sebagian dari massa bumi berada pada sisi benda yang berlawanan dari
pusat dan memberikan tarikan pada arah yang berlawanan. Tepat di pusat
bumi, gaya gravitasi bumi pada benda adalah nol.
Benda simetris berbentuk bola adalah kasus penting, karena bulan, planetplanet, dan bintang cenderung untuk berbentuk bola. Oleh karena semua
partikel dalam benda secara gravitasi saling tarik menarik satu sama lain,
partikel cenderung bergerak untuk meminimumkan jarak antar partikel.
Sebagai hasilnya, benda secara alamiah cenderung diasumsikan berbentuk
bola, seperti tanah liat yang dibentuk menjadi sebuah bola jika ditekan
dengan gaya yang sama pada semua sisinya. Efek ini sangat berkurang pada
benda-benda angkasa yang bermassa kecil karena gaya tarik gravitasinya
kecil, dan benda-benda tersebut cenderung tidak berbentuk bola (contoh :
asteroid).
MENENTUKAN NILAI G DENGAN NERACA TORSI CAVENDISH
cermin
laser
m1
Fg
m2

skala

m2
Fg
m1
Untuk menentukan nilai konstanta gravitasi G, harus mengukur gaya
gravitasi antara dua benda yang diketahui massanya m 1 dan m2 dengan
jarak r yang diketahui. Gaya ini sangat kecil untuk benda-benda yang terlalu
kecil untuk dapat dibawa ke dalam laboratorium, tetapi gaya gravitasi dapat
diukur dengan alat yang disebut neraca torsi, yang digunakan oleh Sir
Henry Cavendish pada tahun 1798 untuk menentukan G.
Versi modern dari neraca torsi Cavendish seperti pada gambar, batang pejal
kecil yang berbentuk kebalikan huruf T ditunjang oleh serat kuarsa vertikal
yang sangat tipis, dua bola kecil masing-masing bermassa m 1 menempel
pada ujung jarum horizontal dari T. Jika membawa dua bola besar masingmasing bermassa m2 ke posisi seperti pada gambar, gaya gravitasi akan
memutar T melalui sudut yang kecil. Untuk mengukur sudut ini diberi
seberkas sinar pada cermin yang terikat pada T, pantulan berkas cahaya

mengenai sebuah skala, dan ketika T berputar, berkas pantulan bergerak


sepanjang skala.
Sesudah mengkalibrasi neraca Cavendish, dapat mengukur gaya gravitasi
dan menentukan G. Nilai yang diperoleh (dalam satuan SI) adalah :
G = 6,67259(85) x 10-11 N.m2/kg2
Dengan tiga angka signifikan, maka G = 6,67 x 10-11 N.m2/kg2, karena 1 N
= 1 kg.m/s2 satuan G dapat juga dinyatakan (dalam satuan dasar SI) sebagai
m3/(kg.s2).
Gaya gravitasi digabungkan secara vektor. Jika satu dari dua massa
memberikan gaya gravitasi kepada yang ketiga, gaya total pada massa
ketiga adalah jumlah vektor dari masing-masing gaya dari kedua massa
awal, menggambar seperti ini biasa disebut dengan superposisi gaya-gaya.
Contoh Soal 1. Menghitung gaya gravitasi. Massa m1 dari sebuah bola kecil
pada neraca Cavendish adalah 0,0100 kg, massa m 2 dari sebuah bola besar
adalah 0,500 kg, dan jarak pusat ke pusat antara setiap bola besar dan bola
kecil terdekat adalah 0,0500 m. Carilah gaya gravitasi F g pada setiap bola
dengan bola lain yang paling dekat darinya.
Penyelesaian :
G mB m
Dengan menggunakan persamaan Fg = --------------, maka :
r2
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(0,0100 kg)(0,500 kg)
Fg = ------------------------------------------------------------- = 1,33 x 10 -10 N
(0,0500 m)2
Ini adalah gaya yang sangat kecil. Ingat : dua benda mengalami gaya
dengan besar yang sama walaupun massa keduanya sangat jauh berbeda !
Contoh Soal 2. Superposisi dari gaya-gaya gravitasi. Tiga bola diatur pada
ujung-ujung segitiga dengan sudut 45 (seperti pada gambar). Carilah besar
dan arah dari gaya gravitasi total yang bekerja pada bola kecil oleh kedua
bola besar.
y
0,500 kg

0,200 m
F1
0,0100 kg
O

F2
0,200 m

x
0,500 kg

Penyelesaian :
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(0,500 kg)(0,0100 kg)
F1 = ------------------------------------------------------------ = 4,17 x 10 -12 N
(0,200 m)2 + (0,200 m)2
Besar gaya F2 akibat massa bola besar yang di bawah adalah :
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(0,500 kg)(0,0100 kg)
F2 = ----------------------------------------------------------- = 8,34 x 10-12 N
(0,200 m)2
Komponen x dan y dari gaya-gaya tersebut adalah :
F1x = (4,17 x 10-12 N)(cos 45) = 2,95 x 10-12 N
F1y = (4,17 x 10-12 N)(sin 45) = 2,95 x 10-12 N
F2x = 8,34 x 10-12 N
F2y = 0
Komponen-komponen dari gaya total pada massa bola kecil adalah :
Fx = F1x + F2x = (2,95 x 10-12 N) + (8,34 x 10-12 N) = 11,3 x 10-12 N
Fy = F1y + F2y = (2,95 x 10-12 N) + 0 = 2,95 x 10-12 N
Besar dari gaya-gaya tersebut adalah :
F = Fx2 + Fy2 = (11,3 x 10-12 N)2 + (2,95 x 10-12 N)2 = 1,17 x 10-11 N
Dan arahnya relatif terhadap sumbu x adalah :

Fy
2,95 x 10-12 N
= arc tan -------- = arc tan -------------------- = 14,6
Fx
11,3 x 10-12 N

BERAT
Definisi berat dari sebuah benda (seperti materi kuliah terdahulu) sebagai
gaya tarik gravitasi yang diberikan oleh bumi pada benda. Definisi tersebut
sekarang dapat diperluas, yakni berat dari sebuah benda adalah gaya
gravitasi total yang bekerja pada sebuah benda yang disebabkan
oleh semua benda lain di alam semesta.
Jika benda dekat dengan permukaan bumi, maka seluruh gaya gravitasi yang
lain dapat diabaikan dan mengasumsikan berat sebagai akibat gaya tarik
gravitasi semata. Pada permukaan bulan dapat diasumsikan bahwa berat
sebuah benda adalah akibat gaya tarik gravitasi bulan, dan seterusnya.
Jika bumi dianggap sebagai benda berbentuk bola simetris dengan jari-jari R B
dan massa mB, maka berat w dari benda kecil bermassa m pada permukaan
bumi (berjarak RB dari pusatnya) adalah :
G mB m
w=
Fg
=
-------------.. (3)
RB2

Telah diketahui bahwa berat w dari sebuah benda adalah gaya yang
menyebabkan percepatan g dari benda jatuh bebas, jadi dengan hukum
kedua Newton w = m g, menyamakan ini dengan persamaan (3) di atas dan
membaginya dengan m sehingga diperoleh :
G mB m
w = m g = ------------RB2
G mB
g = ------------ (percepatan akibat gravitasi pada permukaan bumi) ..
(4)

RB2

Percepatan akibat gravitasi g tidak tergantung pada massa m dari benda,


karena m tidak digunakan dalam persamaan (4).
Semua besaran dalam persamaan (4) dapat diukur kecuali m B, jadi hubungan
ini memungkinkan untuk menghitung massa dari bumi. Untuk menghitung
mB dalam persamaan (4) digunakan R = 6380 km = 6,38 x 10 6 m dan g =
9,80 m/s2 sehingga diperoleh :
g RB2
(9,80 m/s2)(6,38 x 106 m)2
mB = ----------- = ------------------------------------- = 5,98 x 10 24 kg
G
6,67 x 10-11 N.m2/kg2
Nilai mB tersebut sangat dekat dengan nilai yang didapat saat ini yakni 5,974
x 1024 kg. Ketika Cavendish mengukur G, menghitung massa bumi dengan
cara ini.
Pada sebuah titik di atas permukaan bumi dengan jarak r dari pusat bumi
(pada jarak r RB di atas permukaan bumi), berat dari sebuah benda
didapatkan dari persamaan (3) di atas dengan R B digantikan oleh r, sehingga
:
G mB m
w = Fg = -------------- .
(5)

r2

Jadi berat sebuah benda berkurang secara berkebalikan dengan kuadrat


jaraknya dari pusat bumi.
Contoh Soal 1. Bila saudara terlibat dalam perancangan misi penerbangan
manusia ke permukaan planet Mars, yang mempunyai jari jari R M = 3,40 x
106 m dan massa mM = 6,42 x 1023 kg. Berat di bumi dari alat pendarat Mars
adalah 39.200 N. Hitung beratnya Fg dan percepatannya gM sebagai akibat
gravitasi Mars : a) 6,0 x 106 m di atas permukaan Mars (pada jarak dimana
terletak orbit bulan Mars (Phobos), b) pada permukaan Mars. Efek gravitasi
akibat bulan dari planet Mars yang sangat kecil diabaikan.
Penyelesaian :
a) Dalam persamaan (5) mB diganti dengan mM. Nilai G adalah sama di setiap
tempat di alam semesta, ini adalah sebuah konstanta fisika dasar. Jarak r
dari pusat Mars adalah :
r = (6,0 x 106 m) + RM = (6,0 x 106 m) + (3,40 x 106 m) = 9,40 x 106 m

Massa m dari pendarat adalah w di bumi dibagi dengan percepatan gravitasi


g di bumi :
w
39.200 N
m = ------- = ---------------- = 4.000 kg
g
9,8 m/s2
Massa sama dimanapun pendarat itu berada, baik pendarat itu di bumi, di
Mars, atau diantaranya. Dari persamaan (5) :
G mM m
Fg = ---------------r2
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(6,42 x 1023 kg)(4.000 kg)
= ----------------------------------------------------------------(9,40 x 106 m)2
= 1.940 N
Persamaan yang diakibatkan oleh gravitasi Mars pada titik ini adalah :
Fg
1.940 N
gM = ---------- = ------------- = 0,48 m/s2
m
4.000 kg
Hal ini juga merupakan percepatan yang dialami Phobos dalam orbitnya, 6,0
x 106 m di atas permukaan Mars.
b) Untuk mencari Fg dan gM pada permukaan planet Mars, maka perhitungan
di atas diulangi, mengganti r = 9,4 x 106 m dengan RM = 3,40 x 106 m.
G mM m
(6,67 x 10-11 N.m2/kg2)(6,42 x 1023 kg)(4.000 kg)
Fg = -------------- = ---------------------------------------------------------------RM2
(3,40 x 106 m)2
= 14.817 N
Fg
14.817 N
gM = ---------- = -------------- = 3,70 m/s2
m
4.000 kg
Alternatif lainnya, karena Fg dan gM berbanding terbalik dengan 1/r2 (pada
setiap titik di luar planet), sehingga dapat mengalikan hasil dari a) dengan
faktor :
9,4 x 106 m

-----------------3,40 x 106 m

Catatan :
Untuk berat telah menggunakan kenyataan bahwa bumi ini homogen. Untuk
memperlihatkan bahwa bumi tidak homogen dengan menghitung densitas
rata-rata per satuan volume dari bumi. Jika diasumsikan bahwa bumi benarbenar bulat, maka volumenya adalah :
VB = 4/3 RB3 = 4/3 (6,38 x 106 m)3 = 1,09 x 1021 m3
Densitas rata-rata (huruf Yunani rho) dari bumi adalah massa total dibagi
dengan volume total :
mB
5,97 x 1024 kg
= ------- = --------------------- = 5.500 kg/m3 = 5,5 g/cm3
VB
1,09 x 1021 m3
Untuk perbandingan, densitas air adalah 1.000 kg/m 3 = 1,00 g/cm3. Jika
homogen, maka boleh mengharapkan bahwa densitas dari batuan dekat
permukaan bumi mempunyai nilai sama, tetapi pada kenyataannya densitas
dari permukaan batu bekuan gunung api (granit atau gneiss) adalah sekitar
3.000 kg/m3 = 3,00 g/cm3, densitas batuan basaltik sekitar 5.000 kg/m 3 =
5,00 g/cm3. Jadi bumi adalah tidak homogen, sehingga densitas rata-rata
sebesar 5.500 kg/m3 = 5,5 g/cm3. Berdasarkan model geofisika dari bagian
dalam bumi, maka densitas maksimum pada pusat bumi adalah sekitar
13.000 kg/m3 = 13,00 g/cm3.

KERJA DAN ENERGI KINETIK

Konsep energi berakar pada prinsip kekekalan energi. Energi adalah besaran
yang dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Sebagai contoh dalam mesin mobil, energi
kimia yang disimpan dalam bahan bakar yang sebagian diubah menjadi
energi gerak mobil dan sebagian lagi menjadi energi termal; dalam oven
microwave, energi elektromagnetik yang diperoleh dari PLN diubah menjadi
energi termal dari makanan yang dimasak. Dalam proses ini dan proses-

proses lainnya, energi total (jumlah semua energi) yang hadir dalam semua
bentuk tetap sama. Tidak pernah ditemukan adanya pengecualian.
Konsep energi ini untuk mempelajari tentang fenomena fisik yang sangat
luas. Dengan konsep ini akan memahami mengapa baju tebal dapat menjaga
tubuh tetap hangat, mengapa bagian lampu kilat dari sebuah kamera dapat
menghasilkan kilatan cahaya, dan arti dari persamaan Einstein yang terkenal
E = m c2.
KERJA (USAHA)
Benda yang bergerak dengan perpindahan sebesar s disepanjang garis lurus
(untuk saat ini diasumsikan bahwa semua benda dianggap sebagai sebuah
partikel sehingga dapat mengabaikan setiap gerak rotasi atau perubahan
dalam bentuk benda), gaya konstan sebesar F bekerja pada benda tersebut
dalam arah yang sama dengan arah perpindahan (seperti pada gambar).
Definisi kerja (work) W yang dilakukan oleh gaya konstan F yang bekerja
pada kondisi tersebut adalah :
F
x
s
W = F s (gaya konstan dalam arah perpindahan gasris lurus) .
(1)
Kerja yang dikenakan pada benda akan lebih besar jika salah satu dari antara
gaya atau perpindahan s lebih besar.
Perhatian : Jangan salah membedakan antara W (kerja) dengan w (berat),
meskipun simbulnya hampir sama, kerja dan berat adalah besaran yang
berbeda.
Satuan kerja dalam SI adalah Joule (disingkat J, dilafalkan juwl dan
dinamakan demikian untuk menghormati ahli fisika Inggris abad 19 James
Prescott Joule). Dari persamaan (1) dapat dilihat bahwa dalam sistem satuan
apapun, satuan kerja adalah satuan gaya dikalikan dengan satuan jarak.
Dalam satuan SI, satuan gaya adalah Newton (N) dan satuan jarak adalah
meter (m), sehingga satu Joule sama dengan satu Newton meter (N.m).
Dalam sistem British (Inggris) satuan gaya adalah pound (lb), satuan jarak
adalah foot, dan satuan kerja adalah foot pound (ft.lb). Konversinya 1 J =
0,7376 ft.lb atau 1 ft.lb = 1,356 J.

Contoh Soal 1. Kerja yang dilakukan sebuah gaya dalam arah gerak. Anton
mencoba membuat Vivi terkesan dengan mobil barunya, akan tetapi
mesinnya mati di tengah persimpangan. Sementara Vivi menyetir, Anton
mendorong mobilnya 19 m untuk keluar dari persimpangan. Jika dia
mendorong searah dengan arah gerak mobil dengan gaya konstan 210 N
(sekitar 47 lb), berapa kerja yang dilakukannya pada mobil tersebut ?
Penyelesaian :
Dari persamaan (1) :
W = F s = (210 N)(19 m) = 4,0 x 103 N.m = 4,0 x 103 J
Dalam contoh soal di atas Anton mendorong mobil searah dengan tujuan
kepergiannya. Bagaimana jika dia mendorong dengan sudut terhadap
perpindahan mobilnya (ilustrasi gambar).
F

F cos

Hanya komponen gaya yang searah dengan arah gerak mobil, 210 cos saja
yang berpengaruh terhadap mobil. Gaya ini harus bekerja pada mobil
sehingga mobil tersebut bergerak sepanjang s, tidak dalam arah F. Yang
diperhatikan hanya pada kerja yang dilakukan Anton, jadi hanya meninjau
gaya yang dilakukan. Ketika gayaF dan perpindahan s mempunyai arah yang
berbeda, diambil komponen F dalam arah perpindahan s, dan didefinisikan
kerja sebagai hasil dari komponen ini dan besar perpindahan.Komponen F
dalam arah s adalah F cos , sehingga :
W = F s cos (gaya konstan, perpindahan garis lurus)
(2)
Diasumsikan bahwa F dan konstan selama perpindahan. Jika = 0, maka F
dan s dalam arah yang sama, maka cos = 1 dan kembali ke persamaan (1).
Persamaan (2) mempunyai bentuk hasil kali skalar dari dua vektor (Ingat :
A . B = AB cos ), sehingga dapat ditinjau kembali definisi di atas dan
persamaan (2) dapat ditulis :
W = F . s (gaya konstan, perpindahan garis lurus) ...
(3)

Penting untuk dipahami bahwa kerja adalah besaran skalar, meskipun


dihitung dengan menggunakan dua besaran vektor (gaya dan perpindahan).
Suatu gaya 5 N ke arah timur yang bekerja pada sebuah benda yang
bergerak 6 m ke arah timur melakukan kerja yang tepat sama dengan kerja
yang dilakukan oleh gaya 5 N ke arah utara yang bekerja pada sebuah benda
yang bergerak 6 m ke arah utara.
Penting untuk disadari juga bahwa kerja dapat bernilai positif, negatif, atau
nol. Hal ini merupakan cara yang sangat mendasar bahwa kerja dalam fisika
didefinisikan berbeda dengan definisi kerja sehari-hari. Pada saat kerja
mempunyai sebuah komponen dalam arah yang sama dengan perpindahan
( antara 0 dan 90, cos dalam persamaan (2) adalah positif dan kerja W
adalah positif, seperti pada gambar (a).
F
F

F cos s
F cos

F
(a)

(b)

(c)

Pada saat gaya mempunyai sebuah komponen yang berlawanan dengan


perpindahan ( antara 90 dan 180), cos adalah negatif dan kerja W
adalah negatif, seperti pada gambar (b). Pada saat gaya tegak lurus
terhadap perpindahan, = 90 dan kerja yang dilakukan oleh gaya adalah
nol, seperti pada gambar (c).
Kerja negatif secara umum terjadi ketika suatu benda mengerjakan kerja
negatif pada benda kedua, benda kedua mengerjakan sejumlah kerja positif
yang sama pada benda pertama (Ingat : hukum ketiga Newton tentang
gerak, aksi = reaksi).
Perhatian : Kerja yang dilakukan pada benda tertentu oleh sebuah gaya
tertentu, maka jangan pernah lupa menentukan dengan tepat gaya apa yang
memberikan kerja. Saat seseorang mengangkat buku, maka orang tersebut
melakukan gaya ke atas pada buku tersebut dan perpindahan buku adalah
ke atas, sehingga kerja yang dilakukan oleh gaya angkat pada buku adalah

positif. Akan tetapi kerja yang dilakukan oleh gaya gravitasi (berat) pada
buku yang diangkat adalah negatif, karena gaya gravitasi berarah ke bawah
berlawanan dengan perpindahan ke atas.
Bagaimana menghitung kerja ketika lebih dari satu buah gaya yang bekerja
pada sebuah benda ? Salah satu cara adalah menggunakan persamaan (2)
atau (3) untuk menghitung kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya
secara terpisah. Kerja adalah besaran skalar, maka kerja total W tot yang
dilakukan pada benda tersebut oleh semua gaya adalah jumlah aljabar dari
semua besaran kerja yang dilakukan oleh masing-masing gaya. Cara lain
untuk menemukan kerja total Wtot adalah menghitung jumlah vektor-vektor
gaya (yaitu gaya total) dan kemudian menggunakan penjumlahan vektor ini
sebagai F dalam persamaan (2) atau (3).
Contoh Soal 2. Kerja yang dilakukan oleh lebih satu buah gaya. Sutrisno
memasang traktornya dengan kereta (bak) luncur yang dimuati dengan kayu
bakar dan menariknya sejauh 20 m sepanjang tanah padat. Berat total dari
kereta luncur dan beban adalah 14.700 N. Traktor tersebut memberikan gaya
konstan 5.000 N pada sudut 36,9 di atas horizontal. Terdapat gaya gesekan
3.500 N yang berlawanan dengan arah gerak. Carilah kerja yang dilakukan
oleh masing-masing gaya yang bekerja pada kereta (bak) luncur dan kerja
total yang dilakukan oleh semua gaya.

Penyelesaian :
y

FT = 5.000 N
= 3.500 N

36,9

w = 14.700 N

Kerjakan bagian yang paling mudah terdahulu. Kerja W w yang dilakukan oleh
berat adalah nol karena arahnya tegak lurus terhadap perpindahan. (Sudut
antara gaya gravitasi dan perpindahan 90, dan harga cosinus sudut adalah
nol). Untuk alasan yang sama kerja W yang dilakukan oleh gaya normal juga
nol, sehingga Ww = W = 0. (Untuk berbagai kasus, gaya normal tidak sama
besar dengan berat).
Yang tersisa adalah gaya FT yang dilakukan oleh traktor dan gaya gesek f.
Dari persamaan (2) kerja WT yang dilakukan oleh traktor adalah
WT = FT cos . s = (5.000 N)(0,800) . (20 m) = 80.000 N.m = 80 kJ
Gaya gesek berlawanan dengan perpindahan, sehingga untuk gaya ini =
180 dan cos = - 1. Kerja Wf yang dilakukan oleh gaya gesek adalah :
W = cos 180 . s = (3.500 N)(- 1) . (20 m) = - 70.000 N.m = - 70 kJ
Kerja total Wtot yang dilakukan pada kereta (bak) luncur oleh semua gaya
merupakan penjumlahan aljabar dari kerja yang dilakukan oleh masingmasing gaya, yaitu :
Wtot = Ww + W + WT + W = 0 + 0 + 80 kJ + (- 70 kJ) = 10 kJ
Dalam pendekatan dengan cara lain, terlebih dahulu menentukan jumlah
vektor semua gaya (total gaya) dan kemudian menggunakannya untuk
menghitung kerja total. Penjumlahan vektor paling mudah dicari dengan
menggunakan komponen-komponennya, yaitu :
Fx = FT cos + (- ) = (5.000 N) cos 36,9 - 3.500 N
= (5.000 N)(0,800) 3.500 N = 4.000 N 3.500 N = 500 N
Fy = FT sin + + (- w) = (5.000 N) sin 36,9 + - 14.700 N
Persamaan Fy sebenarnya tidak diperlukan, karena komponen gaya y tegak
lurus terhadap perpindahan, sehingga tidak terdapat kerja. Disamping itu
tidak terdapat komponen y dari percepatan, sehingga bagaimanapun Fy
harus nol. Kerja total dengan demikian adalah kerja yang dilakukan oleh
komponen x total, yaitu :
Wtot = (F) . s = ( Fx) . s = (500 N)(20 m) = 10.000 N.m = 10 kJ

Jadi hasilnya sama yang ditemukan dengan cara menghitung kerja yang
dilakukan oleh masing-masing gaya secara terpisah.
KERJA DAN ENERGI KINETIK
Kerja total yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya-gaya luar berkaitan
dengan perpindahan benda atau dengan kata lain berkaitan dengan
perubahan-perubahan posisinya. Akan tetapi kerja total juga berkaitan
dengan perubahan laju benda. Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan
bermacam contoh tentang sebuah balok yang meluncur pada sebuah meja
licin. Gaya yang bekerja pada balok adalah berat w, gaya normal , dan
gaya F yang diberikan pada benda.

w
w
w
(a)
(b)
(c)
(d)
Pada gambar (a) gaya total pada balok berada dalam arah geraknya. Dari
hukum kedua Newton ini berarti laju balok meningkat. Dari persamaan (1) ini
juga berarti kerja total Wtot yang dilakukan pada balok adalah positif. Kerja
total juga positif dalam gambar (b), tetapi hanya komponen F cos saja yang
mempunyai andil terhadap Wtot. Balok kembali bertambah cepat, dan
komponen gaya yang sama F cos ini yang menyebabkan percepatan. Pada
gambar (c) kerja total adalah negatif, karena gaya total berlawanan dengan
perpindahan, dalam kasus ini balok makin lambat. Dalam gambar (d) gaya
total adalah nol, sehingga laju balok tetap sama dan kerja total yang
dilakukan pada balok adalah nol. Dapat diambil kesimpulan bahwa saat
sebuah partikel mengalami perpindahan, partikel tersebut bertambah cepat
jika Wtot> 0, makin lambat jika Wtot< 0, dan lajunya tetap sama jika Wtot = 0.
Jika sebuah partikel dengan massa m yang bergerak disepanjang sumbu x di
bawah kerja gaya total konstan dengan besar F yang arahnya terletak
disepanjang sumbu x positif (seperti pada gambar di bawah ini).

F
x
s
Percepatan partikel tersebut konstan dan didapatkan dari hukum kedua
Newton, F = m a. Misalkan laju berubah dari v 1 ke v2 ketika partikel
melakukan perpindahan s = x2 x1 dari titik x1 ke titik x2. Dengan
menggunakan persamaan percepatan konstan, v 2 = v02 + 2 a (x x0) dan
mengganti v0 dengan v1, v dengan v2 dan (x x0) dengan s, maka diperoleh :
v2 2 = v1 2 + 2 a s
v22 v12
a = ---------------2s
Jika persamaan di atas dikalikan dengan m dan mengganti m.a dengan gaya
total F, maka diperoleh :
v22 v12
F = m a = m ---------------2s
Kemudian dikalikan s, sehingga :
F
s
=

m
v 22

.. (4)

v 12

Hasil kali F s adalah kerja yang dilakukan oleh gaya total F dan akibatnya
sama dengan kerja total Wtot yang dilakukan oleh semua gaya yang bekerja
pada partikel. Besaran mv2 dinamakan energi kinetik (kinetic energy) K
dari partikel :
K = m v2 (definisi energi kinetik) .
(5)
Seperti halnya kerja, energi kinetik partikel adalah besaran skalar, energi itu
bergantung hanya pada massa dan laju partikel, tidak pada arah. Sebuah
mobil (dilihat sebagai sebuah partikel) mempunyai energi kinetik yang sama
ketika melaju ke utara pada 10 m/s dengan ketika melaju ke timur pada 10
m/s. Energi kinetik tidak pernah negatif, dan akan nol hanya jika partikel
berhenti.

Persamaan (4) diinterpretasikan dalam kerja dan energi kinetik. Suku


pertama pada sisi kanan persamaan (4) adalah K 2 = m v22, energi kinetik
akhir partikel (yaitu setelah perpindahan), suku kedua pada sisi kanan
persamaan (4) adalah energi kinetik awal K1 = m v12, dan selisih antara
keduanya adalah perubahan energi kinetik, sehingga persamaan (4)
menyatakan bahwa kerja dilakukan oleh gaya total pada partikel sama
dengan perubahan energi kinetik partikel. Hasilnya adalah teorema
kerja-energi (work-energy theorem).
Wtot = K2 K1 = K (teorema kerjaenergi) .
(6)
Teorema kerja-energi sesuai dengan contoh pada gambar balok meluncur
pada sebuah meja licin di atas. Saat W tot positif, K2 lebih besar dari K1, energi
kinetik meningkat, dan partikel melaju semakin cepat pada akhir
perpindahan dibanding pada permulaan. Saat Wtot negatif, energi kinetik
menurun, dan lajunya lebih lambat setelah perpindahan. Saat W tot = 0,
energi kinetik awal dan akhir K 1 dan K2 adalah sama dan lajunya tidak
berubah. Jadi teorema kerja-energi dengan sendirinya memberitahu hanya
tentang perubahan laju, bukan kecepatan, karena energi kinetik tidak
membawa informasi tentang arah gerakan.
Dari persamaan (4) atau (6), energi kinetik dan kerja harus mempunyai
satuan yang sama. Oleh karena itu Joule adalah satuan SI untuk keduanya
(dan untuk semua bentuk energi). Untuk pembuktian, satuan SI besaran K =
m v2 mempunyai satuan kg.(m/s)2 atau kg.m2/s2, ingat bahwa 1 N = 1
kg.m/s2, sehingga :
1 J = 1 N . m = 1 (kg .m/s2) . m = 1 kg . m2/s2.
Dalam satuan Inggris (British) energi kinetik dan kerja dinyatakan dalam :
1 ft . lb = 1 ft . slug . ft/s2 = 1 slug . ft2/s2.
Catatan : Dalam menurunkan teorema kerja-energi berdasar pada hukum
Newton, sehingga penggunaannya dalam semua kerangka inersia. Laju
untuk menghitung energi kinetik dan jarak untuk menghitung kerja dalam
kerangka inersia. Teorema kerja-energi berlaku umum.
Strategi Penyelesaian Soal :
1. Pilih posisi awal dan akhir benda, dan gambarkan diagram benda
bebas yang menunjukkan semua gaya yang bekerja pada benda.
Tuliskan gaya-gaya, dan hitung kerja yang dilakukan oleh masingmasing gaya. Dalam berbagai kasus, satu atau lebih gaya yang

mungkin diketahui, tuliskan gaya yang tidak dikenal dengan simbul


aljabar, pastikan untuk memeriksa tanda-tanda. Saat sebuah gaya
mempunyai komponen dalam arah yang sama dengan perpindahan
maka kerja adalah positif, saat komponen berlawanan dengan
perpindahan maka kerja menjadi negatif, saat gaya dan perpindahan
tegak lurus maka kerja adalah nol.
2. Tambahkan sejumlah kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya yang
terpisah untuk mendapatkan kerja total. Sekali lagi hati-hati dengan
tanda-tanda. Kadang-kadang lebih mudah untuk menghitung jumlah
vektor gaya-gaya (gaya total) terlebih dahulu dan kemudian mencari
kerja yang dilakukan oleh gaya total.
3. Tulis simbul untuk energi kinetik awal dan akhir dengan K1 dan K2. Jika
besaran seperti v1 dan v2 tidak diketahui, nyatakan dalam hubungan
yang sesuai dengan simbul aljabar. Ketika menghitung energi-energi
kinetik, pastikan menggunakan massa benda, bukan berat.
4. Gunakan hubungan Wtot = K2 K1 = K, masukkan hasil dari
langkah-langkah di atas, selesaikan untuk memperolehsemua variabel
yang dibutuhkan. Ingat bahwa energi kinetik tidak pernah negatif, jika
menemukan K negatif berarti terjadi kesalahan, mungkin menuar
subskrip 1 dengan 2 atau membuat kesalahan tanda dalam salah satu
perhitungan.
Contoh Soal 1. Pada penggerak sebuah tiang pancang kepala palu baja
dengan massa 200 kg di angkat 3,00 m di atas puncak vertikal balok yang
akan digerakkan (dimasukkan) ke dalam tanah. Palu tersebut dijatuhkan
mengenai balok 7,4 cm masuk lebih jauh ke dalam tanah. Rantai vertikal
yang menyertai kepala palu melakukan gaya gesekan konstan 60 N pada
kepala palu. Gunakan teorema kerja-energi untuk mencari : a) laju kepala
palu tersebut sesaat setelah menghantam balok, dan b) gaya rata-rata
kepala palu yang bekerja pada balok. Pengaruh udara diabaikan.
Penyelesaian :
y

= 60 N
v
3,00 m

= 60 N
x

7,4 cm

(a)

w=mg

w=mg

(b)

(c)

Gambar (b) adalah diagram benda bebas yang menunjukkan gaya vertikal
pada kepala palu yang jatuh. Oleh karena perpindahan vertikal, semua jenis
gaya horizontal yang ada tidak akan melakukan kerja (ingat gaya tegak lurus
perpindahan, = 90, kerja nol).
a) Titik 1 sebagai posisi awal kepala palu, titik 2 sebagai tempat kepala palu
menghantam balok. Gaya-gaya vertikal adalah gaya berat ke bawah w = m
g = (200 kg)(9,80 m/s2) = 1.960 N dan gaya gesek ke atas = 60 N,
sehingga gaya total ke arah bawah adalah w = 1.960 N 60 N = 1.900 N.
Perpindahan kepala palu dari dari titik 1 ke titik 2 adalah ke bawah dan sama
dengan s12 = 3,00 m. Kerja total yang dilakukan pada kepala palu tersebut
bergerak dari titik 1 ke titik 2 adalah :
Wtot = (w ) s12 = (1.900 N)(3,00 m) = 5.700 N.m = 5.700 J
Pada titik 1 kepala palu diam, sehingga energi kinetik awal K 1 adalah nol.
Persamaan (6) memberikan :
Wtot = K2 K1 = m v22 0
2 Wtot
2 (5.700 J)
v2 = ------------- = ------------------ = 7,55 m/s
m
200 kg
Ini adalah laju kepala palu pada titik 2 sesaat menghantam balok.
b) Pada titik 3 kepala palu akhirnya berhenti, maka K 3 = 0. Seperti pada
gambar (c) sekarang terdapat penambahan gaya, gaya normal ke atas
yang dilakukan balok pada kepala palu selama penambahan perpindahan ke
bawah s23 = 7,4 cm = 0,074 m. Gaya ini sebenarnya berubah-ubah sampai
kepala palu akhirnya berhenti, tetapi demi kemudahan diperlakukan
sebagai sebuah konstanta, hasil untuk tersebut kemudian akan menjadi
nilai rata-rata dari gaya ke atas selama gerak. Kerja total yang dilakukan
pada kepala palu selama perpindahan 7,4 cm = 0,074 m adalah :
Wtot = (w - ) s23
Ini sama dengan perubahan energi kinetik K 3 K2, yang negatif karena energi
kinetik kepala menurun, sehingga :

(w - ) s23 = K3 K2
(K3 K2)
(0 J 5.700 J)
= w ---------------- = 1960 N 60 N - --------------------- = 79.000 N
s23
0,074 m
Gaya yang dikeluarkan kepala palu pada balok selama bagian dari
pergerakan ini, gaya reaksi yang sama dan berlawanan arah sebesar 79.000
N (sekitar 9 ton) ke bawah lebih dari 40 kali berat kepala palu.
Perubahan total energi kinetik kepala palu selama seluruh proses adalah nol,
gaya total yang relatif kecil melakukan kerja positif untuk jarak yang jauh,
dan kemudian gaya total yang jauh lebih besar melakukan kerja negatif
untuk jarak yang lebih pendek.
Hal yang sama terjadi jika menjalankan mobil dengan laju yang semakin
meningkat dan kemudian mengemudikannya ke arah tembok batu. Gaya
yang sangat besar diperlukan untuk mengurangi energi kinetik menjadi nol
pada jarak yang pendek adalah yang menyebabkan kerusakan pada mobil
termasuk pada pengemudinya.
ARTI ENERGI KINETIK
Pada contoh soal 1. memberi wawasan tentang arti fisika dari energi kinetik.
Kepala palu dijatuhkan dari keadaan diam, dan energi kinetiknya saat
menghantam balok sama dengan kerja total yang dilakukan padanya sampai
pada titik tersebut oleh gaya total. Hasil ini benar secara umum : untuk
mempercepat partikel dengan massa m dari keadaan diam (energi kinetik
nol) hingga mencapai laju v, kerja total yang dilakukan padanya harus sama
dengan perubahan energi kinetik dari nol ke K = mv2, yaitu :
Wtot = K 0 = K
Jadi, energi kinetik partikel sama dengan kerja total yang dilakukan
untuk mempercepat partikel tersebut dari keadaan diam ke laju
tertentu. Definisi K = mv 2 dari persamaan (5) tidak terpilih secara acak,
persamaan ini adalah satu-satunya definisi yang sesuai dengan pengertian
energi kinetik.
Dalam bagian kedua contoh soal 1. energi kinetik kepala palu digunakan
untuk melakukan kerja pada balok dan memukulnya ke dalam tanah. Ini
memberikan penafsiran lain tentang energi kinetik : energi kinetik
partikel sama dengan kerja total yang dapat dilakukan partikel
dalam prosesnya sampai berhenti. Oleh karena sebab inilah mengapa
pemain baseball (kasti dan sejenisnya) menarik tangannya dan lengannya
saat menangkap bola yang melayang. Saat bola berhenti, bola tersebut
melakukan sejumlah kerja (gaya kali jarak) pada tangan pemain baseball
yang sama dengan energi kinetiknya awal bola. Dengan menarik kembali

tangannya, pemain baseball tersebut memperbesar jarak dimana gaya


bekerja dan meminimumkan gaya yang bekerja pada tangannya.
KERJA DAN ENERGI KINETIK DENGAN GAYA YANG BERUBAH-UBAH
Gerak pada garis lurus dengan suatu gaya yang diarahkan sepanjang garis,
tetapi dengan komponen x dari F yang mungkin berubah seiring benda
bergerak. Sebagai contoh sebuah kereta api yang bergerak pada rel lurus
dimana masinis terus menerus mengubah tata letak klep penutupnya atau
secara konstan melakukan pengereman. Andaikan sebuah partikel bergerak
sepanjang sumbu x dari titik x1 ke x2. Penentuan kerja yang dilakukan oleh
gaya ini yaitu dengan membagi perpindahan total ke dalam segmen-segmen
kecil xa, xb dan seterusnya. Kerja yang dilakukan gaya selama segmen
xa sebagai gaya rata-rata Fa dalam segmen itu dikalikan dengan
perpindahan xa. Hal ini juga dilakukan untuk segmen-segmen yang lain dan
kemudian menambahkan hasilnya untuk semua segmen. Kerja yang
dilakukan oleh gaya untuk perpindahan total dari x 1 ke x2 kurang lebih
adalah :
W = Fa xa + Fb xb + ..
Pada saat jumlah segmen-segmen menjadi sangat besar dan lebar masingmasing segmen menjadi sangat kecil, jumlah ini menjadi (dalam limit)
integral F dari x1 ke x2 :
x2
W = F dx (komponen x gaya yang berubah-ubah, pada perpindahan garis lurus) .
(7)
x1
Fx

x1

x2
x2 x1
(a)

y
Ff
Fe

Fd
Fc
Fb
Fa

xa
xc
xe
xb
xd
xf
x2 x1

(b)
Catatan : bahwa Fa xa mewakili luas bidang vertikal pertama dalam (b) dan
integral dalam persamaan (7) mewakili luas di bawah kurva dalam gambar
(a) antara x1 dan x2. Pada grafik gaya sebagai fungsi posisi, kerja total yang
dilakukan oleh gaya diwakili oleh luas di bawah kurva antara posisi awal dan
posisi akhir. Pengertian lain dari persamaan (7) adalah bahwa kerja W sama
dengan gaya rata-rata yang bekerja sepanjang keseluruhan perpindahan
dikalikan dengan perpindahan.
Persamaan (7) juga dapat digunakan jika F, komponen x dari gaya, konstan.
Dalam kasus itu F dapat dikeluarkan dari integral :
x2
W = F dx = F dx = F (x2 x1)
x1
x1
X2

(x2 x1) = s adalah perpindahan total partikel. Dalam kasus gaya konstan F,
persamaan (7) mengatakan bahwa W = F s, sesuai dengan persamaan (1).
Pengertian kerja sebagai luas di bawah kurva F sebagai fungsi x juga berlaku
bagi gaya konstan, W = F s adalah luas segiempat dengan tinggi F dan lebar
s, seperti gambar berikut ini :
Fx
F

x1

x2
x2 x1

Pada pegas yang teregang, agar pegas tetap meregang melampaui panjang
awalnya sejarak x, maka harus menerapkan gaya dengan besar F pada
masing-masing ujungnya, seperti gambar berikut ini :
x
F

Jika pemanjangan x tidak terlalu besar, maka ditemukan bahwa F berbanding


lurus dengan x, sehingga :
F=kx

(gaya yang dibutuhkan untuk meregangkan pegas) ...

(8)
k adalah konstanta yang disebut dengan konstanta gaya (force constant atau
konstanta pegas) dari pegas. Persamaan (8) menunjukkan bahwa satuan k
adalah gaya dibagi dengan jarak, N/m dalam satuan SI, lb/ft dalam satuan
Inggris. Sebagai contoh sebuah mainan pegas (seperti Slinky) mempunyai
konstanta gaya (k) adalah 1 N/m, untuk pegas yang jauh lebih kaku seperti
pada suspensi mobil, k adalah 105 N/m. Hasil pengamatan dengan
pemanjangan berbanding lurus dengan gaya untuk pemanjangan yang tidak
terlalu besar dilakukan oleh Robert Hooke pada tahun 1678 dan dikenal
sebagai hukum Hooke (sebenarnya tidak seharusnya disebut sebagai
hukum, hanya pernyataan tentang suatu piranti yang khusus, bukan
hukum alam yang mendasar). Pegas asli tidak selalu mengikuti persamaan
(8) secara persis, tetapi persamaan ini tetap merupakan model ideal yang
berguna.
Untuk meregangkan sebuah pegas harus melakukan kerja, dengan
menerapkan gaya yang sama dan berlawanan pada ujung-ujung pegas dan
meningkatkan gaya-gaya tersebut secara bertahap. Ujung sebelah kiri
ditahan agar tidak bergerak, jadi gaya yang diterapkan pada ujung ini tidak
melakukan kerja, sedang gaya pada ujung yang bergerak memang
melakukan kerja.
F
F = kx

kx
x
0

Gambar di atas adalah grafik F sebagai fungsi x, pemanjangan pegas. Kerja


yang dilakukan oleh F saat pemanjangan berlangsung dari nol ke nilai
maksimum X adalah :
X
X
W
=

F
dx
=

.. (9)
0
0

kx

dx

kx2

Hasil ini juga dapat diperoleh dengan secara grafis. Luas segitiga dari
gambar yang diarsir mewakili kerja total yang dilakukan oleh gaya, sama
dengan setengah hasil kali alas dan tinggi, atau :
W = (x)(k x) = kx2
Persamaan ini juga menyatakan bahwa kerja adalah gaya rata-rata kx/2
dikalikan dengan perpindahan total x. Juga dapat dilihat bahwa kerja total
sebanding dengan kuadrat perpanjangan akhir x. Untuk meregangkan pegas
ideal sebesar 2 cm, harus melakukan empat kali kerja yang dibutuhkan
untuk meregangkan pegas 1 cm.
Persamaan (9) mengasumsikan bahwa pegas pada awalnya tidak teregang.
Jika pada awalnya pegas telah teregang sepanjang jarak x 1, maka kerja yang
harus dilakukan untuk meregangkan pegas ke pemanjangan x 2 yang lebih
besar adalah :
x2
x2
W = F dx = kx dx = kx22 kx12 ..
(10)
x1

x1

Jika tersebut mempunyai jarak antar gulungannya ketika pegas tersebut


tidak teregang, maka pegas itu juga dapat ditekan, dan hukum Hooke juga
berlaku pada penekanan seperti halnya pada peregangan. Dalam kasus ini
gaya F dan perpindahan x memiliki arah seperti dalam gambar di bawah,
sehingga F dan x dalam persamaan (8) kedua-duanya akan negatif, karena F
dan x dibalik maka gaya tersebut kembali memiliki arah yang sama dengan
perpindahan dan kerja yang dilakukan oleh F kembali positif. Jadi kerja
totalnya tetap seperti diberikan persamaan (9) atau (10), bahkan saat X
negatif atau salah satu dari x1 dan x2 atau kedua-duanya negatif.

x
F

Contoh Soal. Seorang wanita dengan berat 600 N naik ke atas sebuah
timbangan yang berisi pegas kaku. Dalam kesetimbangan pegas tertekan 1,0
cm akibat berat wanita tersebut. Tentukan konstanta gaya pegas dan kerja
total yang dilakukan pada pegas tersebut selama penekanan.
Penyelesaian :

1,0 cm
+x
Dalam kesetimbangan gaya total pada wanita tersebut adalah nol, jadi berat
wanita itu dan gaya pegas yang bekerja padanya mempunyai besar yang
sama 600 N, tetapi pada arah yang berlawanan. Diambil nilai positif x yang
sesuai dengan arah pemanjangan (peregangan), sehingga pada
penimbangan yang terjadi adalah pegas ditekan sehingga x = 1,0 cm = - 0,
010 m, dan gaya yang diterapkan wanita tersebut pada pegas adalah F = 600 N. Dari persamaan (8) konstanta gaya k adalah :
F
- 600 N
k = -------- = ---------------- = 60.000 N/m
x
- 0,010 m
Maka dari persamaan (9) :

W = kx2 = (60.000 N/m)(- 0,010 m)2 = 3,0 N.m = 3,0 J


TEOREMA KERJA-ENERGI UNTUK GERAK GARIS LURUS DENGAN GAYA
BERUBAH
Teorema kerja-energi, Wtot = K2 K1, untuk kasus khusus gerak garis lurus
dengan gaya total konstan. Sekarang dapat dibuktikan bahwa teorema kerjaenergi ini benar bahkan saat gaya berubah terhadap posisi. Sebuah partikel
yang mengalami perpindahan x saat dikenai gaya total dengan komponen x
dari F, yang sekarang dibiarkan berubah. Seperti pada gambar (a)
perpindahan total x dibagi ke dalam segmen-segmen kecil x, dengan
menerapkan teorema kerja-energi. Dari persamaan (6) pada tiap segmen
karena nilai F dalam tiap segmen kecil mendekati konstan. Perubahan energi
kinetik dalam segmen xa sama dengan kerja Fa xa, demikian seterusnya.
Perubahan total energi kinetik adalah jumlah dari perubahan-perubahan
dalam masing-masing segmen, sehingga sama dengan kerja total yang
dilakukan pada partikel selama seluruh perpindahan. Jadi W tot = K berlaku
untuk gaya-gaya yang berubah-ubah seperti halnya untuk gaya-gaya
konstan.
Berikut ini adalah penurunan lain dari teorema kerja-energi untuk gaya yang
mungkin berubah terhadap posisi. Penurunan tersebut melibatkan
perubahan variabel dari x ke v dalam integral kerja. Sebagai permulaan
dicatat bahwa percepatan a dari partikel dapat dinyatakan dalam berbagai
cara, menggunakan a = dv/dt, v = dx/dt, dan aturan rantai untuk
memperoleh turunan ;
dv
dv
dx
dv
a = ------- = ------- ------- = v ------ ....
(11)
dt

dx

dt

dx

Dengan menggunakan hasil di atas, maka persamaan (7) memberitahu


bahwa kerja total yang dilakukan oleh gaya total F adalah :
Wtot

x2
x2
x2
dv
= F dx = ma dx = mv ------ dx ..

(12)
x1

x1

x1

dx

Sekarang (dv/dx)dx adalah perubahan kecepatan dv selama perpindahan dx,


maka dalam persamaan (12) dv dapat diganti dengan (dv/dx)dx. Ini
mengubah variabel integrasi dari x menjadi v, sehingga batas dari x 1 dan x2

diubah menjadi kecepatan v1 dan v2 pada titik-titik tersebut, sehingga


menghasilkan :
v2
Wtot = mv dv
v1
Integaral v dv tidak lain adalah v2/2, dengan mengganti batas atas dan batas
bawah, maka akhirnya didapatkan :
Wtot = mv22 mv12 = K2 K1 = K ..
(13)
Ini adalah hasil yang sama seperti pada persamaan (6), tetapi tanpa asumsi
bahwa gaya total F konstan. Teorema kerja-energi berlaku bahkan saat F
berubah selama perpindahan.
Contoh Soal. Sebuah glider rel udara dengan massa 0,100 kg terikat pada
ujung rel udara horizontal oleh sebuah pegas dengan konstanta gaya 20,0
N/m. Pada mulanya pegas tidak teregang dan glider bergerak pada 1,50 m/s
ke kanan. Tentukan perpindahan maksimum d dimana glider bergerak ke
kanan, a) jika rel udara disetel sehingga tidak ada gesekan, dan b) jika rel
udara dimatikan sehingga terdapat gesekan kinetik dengan koefisien k =
0,47.
Penyelesaian :
y

m
v1
Fpegas

Fpegas

fk

w = mg
(a)

(b)

w = mg
(c)

Gambar (b) dan (c) berturut-turut menunjukkan diagram benda bebas untuk
glider tanpa dan dengan gesekan. Gaya yang diberikan oleh pegas tidak
konstan, sehingga tidak dapat menggunakan persamaan untuk percepatan
konstan, tetapi dengan menggunakan teorema kerja-energi.

a) Glider bergerak hanya secara horizontal, sehingga hanya gaya pegas


horizontal saja yang melakukan kerja. Ketika glider bergerak sejauh d
ke kanan, glider meregangkan pegas sejauh d dan melakukan
sejumlah kerja pada pegas sebesar kd 2. Pegas melakukan sejumlah
kerja pada glider sebesar negatif nilai ini, atau 1/2kd 2. Pegas
meregang sampai glider sesaat berhenti, jadi energi kinetik akhir
glider adalah nol. Energi kinetik awal glider adalah mv 12. Dengan
menggunakan teorema kerja-energi, diperoleh :
kd2 = 0 mv12
jadi jarak perpindahan glider adalah :
m
0,100 kg
d = v1 ----- = (1,50 m/s) ---------------- = 0,106 m = 10,6 cm
k
20,0 N/m
Pegas yang teregang menarik glider kembali ke kiri, jadi glider berhenti
sesaat.
b) Jika rel udara dimatikan, maka harus memasukkan kerja yang
dilakukan oleh gaya konstan dari gesekan kinetik. Gaya normal
memiliki besar yang sama dengan berat glider, karena rel horizontal
dan tidak ada gaya vertikal lain. Besar gaya gesek kinetiknya adalah f k
= k = k w = k mg. Gaya gesek diarahkan berlawanan dengan
perpindahan, jadi kerja yang dilakukan oleh gesekan adalah :
Wgesek = fk d cos 180 = - fk d = - k mgd
Kerja total adalah jumlah dari W tot dan kerja yang dilakukan oleh pegas, -
kd2, maka :
k mgd kd2 = 0 mv12 = - (0,0100 kg)(1,50 m/s)2,
(10,0 N/m) d2 + (0,46 N) d (0,113 N.m) = 0
Ini adalah persamaan kuadrat untuk d, maka penyelesaiannya adalah :

- (0,416 N) (0,461 N)2 4 (10,0 N/m)(- 0,113 N.m)


d = -----------------------------------------------------------------------2 (10,0 N/m)
= 0,086 m atau 0,132 m
Telah digunakan d sebagai simbul untuk perpindahan positif, jadi hanya nilai
positif d yang masuk akal, sehingga dengan adanya gesekan glider bergerak
sejauh d = 0,086 m = 8,6 cm.
Dengan adanya gesekan, glider menempuh jarak yang lebih pendek dan
pegas kurang meregang. Sekali lagi glider berhenti sesaat, dan sekali lagi
gaya pegas menarik glider ke kiri, bergerak atau tidaknya glider bergantung
pada seberapa besar gaya gesek statisnya.

TEOREMA KERJA-ENERGI UNTUK GERAK SEPANJANG KURVA


Definisi kerja dapat digeneralisasi lebih lanjut untuk memasukkan gaya yang
berubah dalam arah seperti juga besarnya, dan perpindahan yang terletak
disepanjang lintasan melengkung. Jika sebuah partikel bergerak dari titik P 1
ke P2 sepanjang lengkungan, seperti gambar (a) sebagai berikut :

P2

F
P1

dl
(a)
FI

P2

P1

dl

FII = F cos
(b)

Bagian kurva antara kedua titik ini dibagi menjadi sejumlah perpindahan
vektor yang sangat kecil, dan disebut salah salah satunya dengan dl.
Masing-masing dl adalah garis singgung dari lintasan pada posisinya. Ambil
F sebagai gaya pada titik tertentu sepanjang lintasan dan ambil sebagai
sudut antara F dan dl pada titik ini, maka elemen kecil dari dW yang
dilakukan pada partikel selama perpindahan dl dapat dituliskan sebagai :
dW = F cos dl = FII dl = F . dl
FII = F cos adalah komponen F yang arahnya paralel terhadap dl pada
gambar (b). Kerja total yang dilakukan oleh F pada partikel ketika bergerak
dari P1 ke P2 adalah :
P2

P2

P2

W = F cos dl = FII dl = F . dl (kerja pada lintasan lengkung).


(14)
P1

P1

P1

Persamaan (6) adalah benar bahkan dengan gaya yang berubah-ubah dan
perpindahan sepanjang lintasan lengkung. Gaya F pada dasarnya konstan
pada semua segmen dl yang sangat kecil dari lintasan, sehingga teorema
kerja-energi dapat diterapkan untuk gerak garis lurus terhadap segmen itu.
Dengan demikian perubahan energi kinetikpartikel K pada segmen tersebut
sama dengan kerja dW = F II dl = F . dl yang dilakukan pada partikel.
Penambahan semua besaran kerja yang sangat kecil ini dari semua segmen
sepanjang keseluruhan lintasan menghasilkan kerja total yang dilakukan.
Persamaan (14) dan ini sama dengan perubahan total energi kinetik pada
keseluruhan lintasan, jadi Wtot = K = K2 K1 benar secara umum, seperti
apapun lintasannya dan apapun karakter dari gaya. (Ini dapat dibuktikan

dengan menggunakan langkah-langkah seperti persamaan (11) sampai


dengan (13)).
Catatan : bahwa hanya komponen gaya total yang sejajar dengan lintasan F II
yang bekerja pada partikel, sehingga hanya komponen ini yang dapat
mengubah laju dan energi kinetik partikel. Komponen yang tegak lurus
terhadap lintasan FI = F sin , tidak memiliki efek terhadap laju partikel,
namun hanya mengubah arah partikel.
Integral dalam persamaan (14) disebut integral garis. Untuik menghitung
integral ini dalam masalah yang khusus dibutuhkan berbagai jenis deskripsi
yang lebih rinci dari lintasandan bagaimana F berubah sepanjang lintasan.

Contoh Soal. Pada sebuah acara piknik keluarga di kawasan Kaliurang,


saudara ditunjuk untuk mendorong Coki sepupu saudara yang rewel dan
menjengkelkan di sebuah ayunan. Berat sepupu saudara adalah w, panjang
rantai R dan saudara mendorong Coki sampai rantai membuat sudut
terhadap garis vertikal. Untuk melakukan ini saudara mengerahkan berbagai
gaya horizontal F yang dimulai dari nol dan bertambah sedikit demi sedikit
sampai cukup besar sehingga Coki dan ayunan bergerak sangat pelan dan
hampir mendekati keadaan setimbang. Berapa total kerja yang dilakukan
pada Coki oleh semua gaya ? Berapa kerja yang dilakukan oleh tegangan T
dalam rantai ? Berapa kerja yang saudara lakukan dengan memberikan gaya
F ? Berat tali dan tempat duduk ayunan diabaikan !
Penyelesaian :

dl
F

T cos

T sin

w
(a)

(b)

Diagram benda bebas diperlihatkan pada gambar (b). Tegangan pada kedua
rantai telah diganti dengan sebuah tegangan tunggal T. Coki berada dalam
keadaan setimbang di setiap titik, maka gaya total yang bekerja padanya
adalah nol dan total kerja yang dilakukan padanya oleh semua gaya adalah
nol. Pada setiap titik selama gerakan tersebut gaya rantai pada Coki tegak
lurus terhadap tiap dl, sehingga sudut antara gaya rantai dan perpindahan
selalu 90, karena itu kerja yang dilakukan tegangan rantai adalah nol.
Untuk menghitung kerja yang dilakukan oleh F, maka harus tahu
perubahannya terhadap sudut . Coki berada dalam keadaan setimbang
pada setiap titiknya, sehingga dari Fx = 0 diperoleh :
Fx = F + ( T sin ) = 0,
dan dari Fy = 0 diperoleh :
Fy = T cos + ( w) = 0
Dengan menghilangkan T dari dua persamaan di atas, maka diperoleh :
F = w tan
Titik dimana F diterapkan berayun melalui lengkungan s. Panjang
lengkungan s sama dengan jari-jari R lintasan lingkaran dikalikan dengan
panjang (dalam radius), sehingga s = R, karena itu perpindahan
(pergeseran ) dl yang berkaitan dengan perpindahan kecil dari sudut d
memiliki besar dl = ds = R d. Kerja yang dilakukan oleh F adalah :
W = F.dl = F cos ds
Sekarang semuanya dinyatakan dalam perubahan sudut :

W = (w tan ) cos (R d) = wR sin d = wR (1 cos )


0

Jika = 0, tidak ada perpindahan, dalam hal ini cos = 1 dan W = 0, seperti
yang diperkirakan. Jika = 90, maka cos = 0 dan W = wR. Jika demikian
kerja yang saudara lakukan sama dengan seolah-olah saudara mengangkat
Coki langsung ke atas dengan jarak R dengan sebuah gaya yang sama
dengan beratnya w. Sebenarnya besaran R(1 cos ) adalah kenaikan
ketinggiannya dari atas tanah selama perpindahan, jadi untuk setiap nilai
dari kerja yang dilakukan oleh gaya F adalah perubahan ketinggian
dikalikan dengan berat. (Ini merupakan contoh umum).

DAYA
Definisi dari kerja tidak mengambil acuan terhadap jalannya waktu. Jika
mengangkat barbel seberat 400 N melalui jarak vertikal 0,5 m dengan
kecepatan konstan, maka kerja yang dilakukan adalah (400 N)(0,5 m) = 200
N.m = 200 J, tidak peduli akan menghabiskan waktu 1 detik, 1 jam, atau 1
tahun untuk melakukan hal itu. Ingin tahu seberapa cepat kerja dilakukan,
hal ini digambarkan dalam bentuk daya. Dalam percakapan sehari-hari kata
daya sering diartikan sebagai energi atau gaya. Dalam fisika
digunakan definisi yang lebih presisi, daya (power) adalah laju waktu
dimana kerja dilakukan. Seperti kerja dan energi, daya adalah besaran
skalar.
Ketika jumlah kerja W dilakukan selama selang waktu t, kerja rata-rata
yang dilakukan per satuan waktu atau daya rata-rata (average power) Prt
didefinisikan sebagai :
W
Prt = --------- (daya rata-rata) ..
(15)
t
Laju kerja yang dilakukan mungkin saja tidak konstan. Bahkan ketika laju
tersebut berubah-ubah, dapat didefinisikan daya sesaat (instantaneous
power) P sebagai limit dari hasil bagi dalam persamaan (15) pada saat t
mendekati nol :
P =

lim

W
dW
------- = -------- (daya sesaat) ..

(16)
t 0

dt

Satuan SI dari daya adalah watt (W), diambil dari nama penemu Inggris,
James Watt. Satu Watt sama dengan satu Joule/sekon ( 1 W = 1 J/s), satu
kilowatt (1 kW = 103 W), satu megawatt (1 MW = 106 W). Dalam sistem
Inggris kerja dinyatakan dalam foot-pound (ft-lb), dan satuan daya adalah

foot.pound/sekon
(ft.lb/s).
Satuan
yang
lebih
besar
disebut
horsepower/tenaga kuda (hp) juga digunakan. (1 hp = 550 ft.lb/s = 33.000
ft.lb/min). Konversinya 1 hp = 746 W = 0,746 kW atau 1 hp sama dengan
kira-kira kilowatt.
Watt adalah satuan yang biasa digunakan untuk daya listrik; bola lampu 100
W mengkonversi 100 J energi listrik ke dalam bentuk cahaya dan panas tiap
detik, tetapi tidak ada sifat listrik tertentu tentang watt atau kilowatt.
Satuan daya dapat digunakan untuk mendefinisikan satuan baru dari kerja
atau energi. Kilowatt-hour (kWh) adalah satuan komersial yang umum pada
energi listrik. Satu kilowatt-hour adalah kerja total yang dilakukan dalam satu
jam (3.600 sekon) ketika dayanya sebesar 1 kilowatt (10 3 J/s), sehingga 1
kWh = (103 J/s)( 3.600 s) = 3,6 x 106 J = 3,6 mJ. Jadi kilowatt-hour adalah
satuan kerja atau energi, bukan daya.
Dalam mekanika juga dapat dinyatakan daya dalam bentuk gaya dan
kecepatan. Seandainya sebuah gaya F dikenakan pada sebuah benda pada
waktu benda tersebut mengalami perpindahan vektor s. Jika Fs adalah
komponen dari F yang menyinggung lintasan (partikel terhadap s), maka
kerja yang dilakukan oleh gaya adalah W = Fs s dan daya rata-rata
adalah :
FII s
s
Prt = ------------ = FII -------- = FII vrt

(17)
t

Daya sesaat P adalah limit dari persamaan (17) pada saat t 0 :


P
=
FII
(18)

v adalah besar dari kecepatan sesaat. Persamaan (18) juga dapat dinyatakan
dalam bentuk perkalian skalar :
P = F . v(laju sesaat ketika F melakukan kerja pada sebuah partikel)
...........(19)
Contoh Soal. Tiap mesin dari kedua mesin jet pesawat Boeing 767
menghasilkan sebuah daya dorong (sebuah gaya ke depan pada pesawat)
sebesar 197.000 N (sekitar 44.300 lb). Ketika pesawat itu terbang pada laju
250 m/s (900 km/jam atau kira-kira 560 mph), berapa tenaga kuda yang
dihasilkan tiap mesin ?
Penyelesaian :

Gaya berada dalam arah yang sama dengan kecepatan, sehingga F = F II.
Dari persaman (18) :
P = FII v = F v = ( 1,97 x 105 N) (250 m/s) = 4,93 x 107 W
1 hp
= (4,93 x 107 W) ------------- = 66.000 hp
746 W

DAYA OTOMOTIF (KASUS MENGENAI HUBUNGAN ENERGI)


Daya yang dibutuhkan oleh sebuah mobil bensin adalah contoh penting dan
praktis dari konsep-konsep di atas. Seandainya jalan datar dan licin serta
hambatan udara tidak ada, maka tidak akan dibutuhkan mesin bagi sebuah
mobil. Namun mengemudi di jalan tanpa gesekan bisa jadi merupakan
sebuah masalah. Dalam dunia nyata sebuah mobil yang bergerak tanpa
mesin akan melambat karena gaya-gaya yang menghambat gerakannya.
Fungsi mesin adalah menyediakan daya secara terus menerus untuk
mengatasi hambatan, sehingga untuk mengetahui berapa banyak daya yang
dibutuhkan mesin mobil harus menganalisis gaya yang bekerja pada mobil.
Ada dua gaya yang melawan gerak mobil, yaitu gesekan gelinding (rolling)
dan hambatan udara. Gesekan gelinding berdasarkan r. Sebuah nilai umum
r untuk ban yang penuh berisi angin pada aspal kasar adalah 0,015. Sebagai
contoh sebuah mobil Porsche 911 Carrera memiliki massa (m) = 1.251 kg
dan berat (w) = 1.251 kg x 9,80 m/s 2 = 12.260 kg.m/s2 = 12.260 N, sehingga
gaya hambat dari gesekan gelinding pada sebuah jalan datar (dimana gaya
normal = w = mg) adalah :
Fgelinding = r = (0,015) (12.260 N) = 180 N
Gaya ini hampir tak bergantung pada laju mobil.
Gaya oleh hambatan udara Fudara kira-kira sebanding dengan kuadrat lajunya
dan dapat dinyatakan dengan persamaan :
Fudara
=

. (20)

CApv2

A adalah daerah bayang-bayang mobil (di lihat dari depan), p adalah


densitas udara (kira-kira 1,2 kg/m3 pada permukaan laut pada suhu standar),
v adalah laju mobil, dan C adalah kostanta tak berdimensi yang disebut
dengan koefisien hambatan udara yang bergantung pada bentuk benda
yang bergerak. Nilai khas dari C untuk mobil berkisar dari 0,35 sampai 0,50.

Untuk mobil Porsche 911 Carrera, C = 0,38 dan A = 1,77 m 2, sehingga gaya
hambat udara adalah :
Fudara = CApv2 = (0,38) (1,77 m2) (1,2 kg/m3) v2
= (0,40 N . s2/m2) v2
Untuk laju di daerah pemukiman , dimana v = 10 m/s (36 km/jam, atau kirakira 22 mph), gaya hambatan udara kira-kira :
Fudara = (0,40 N . s2/m2) (10 m/s)2 = 40 N
Pada laju sedang 15 m/s (54 km/jam atau 34 mph), Fudara adalah 60 N dan laju
di jalan raya 30 m/s (110 km/jam atau 67 mph) adalah 360 N. Jadi pada laju
rendah, hambatan udara kurang penting dibanding gesekan gelinding, pada
laju sedang keduanya sebanding, dan pada laju di jalan raya hambatan
udara mendominasi.
Untuk mengemudi di jalan yang rata dengan laju konstan, jumlah F gelinding dan
Fudara harus tepat seimbang dengan gaya ke depan F ke depan yang diberikan
oleh roda mobil. (Roda mobil mendorong ke belakang pada aspal, dan aspal
mendorong mobil ke depan). Daya yang dipakai hanyalah gaya maju
dikalikan dengan laju v. Untuk mobil Porsche 911 Carrera daya yang
dibutuhkan untuk laju konstan v adalah :
P = Fke depan v = (Fgelinding + Fudara) v = 180 N + (0,40 N . s2/m2) v2 v
Untuk tiga laju yang telah disebutkan di atas, maka dapat dilakukan
perhitungan untuk mencari hasil sebagai berikut :
v (m/s)
10
15
30

Fgelinding (N)
180
180
180

Fudara (N)
40
60
360

Fke depan (N)


220
270
540

P (kW)
2,2
4,1
16

P (hp)
2,9
5,5
22

Berapa banyak bahan bakar yang dipakai mesin untuk menyediakan daya ini
? Pembakaran 1 liter bensin melepaskan energi kira-kira 3,5 x 10 7 J, tetapi
tidak semuanya diubah menjadi kerja yang bermanfaat. Hukum
termodinamika menentukan batas dasar pada efisiensi pengubahan panas
menjadi kerja. Dalam sebuah jenis mesin mobil, kira-kira 65 % dari panas
yang dilepaskan dari pembakaran bensin dibuang ke dalam sistem pendingin
dan pembuangan. Sekitar 20 % lainnya diubah menjadi kerja yang bukan
untuk menggerakkan mobil, termasuk kerja yang dilakukan untuk melawan
gesekan sepanjang perjalanan dan menjalankan peralatan tambahan seperti
air-conditioner (AC) dan power steering, sehingga yang tertinggal sekitar 15

% energi untuk melakukan kerja melawan gesekan roda dan hambatan


udara. Jadi energi tersedia per liter bensin menjadi :
(0,15) (3,5 x 107 J/liter) = 5,3 x 106 J/liter

(21)
Sebagai ilustrasi pada pemakaian bahan bakar untuk laju 15 m/s, daya yang
dibutuhkan 4,1 kW = 4.100 J/s, dalam satu jam (3.600 s) energi total yang
dibutuhkan adalah :
(4.100 J/s)(3.600s) = 1,5 x 107 J
dan selama waktu itu mobil bergerak sejauh :
(15 m/s)(3.600 s) = 5,4 x 104 m = 54 km
Dari persamaan (21) banyaknya bahan bakar yang digunakan dalam satu
jam untuk menempuh jarak 54 km dengan laju 15 m/s, adalah :
1,5 x 107 J
---------------------- = 2,6 liter
5,3 x 106 J/liter
Bensin sejumlah itu menjalankan mobil sejauh 54 km, sehingga jarak yang
ditempuh per liter bahan bakar adalah (54 km)/(2,6 liter) = 19 km/liter atau
45 mil/galon. (Jadi pada pembuatan mobil perancangannya harus
memperhatikan faktor aerodinamis sehingga efisien dalam penggunaan
bahan bakarnya).
Daya yang dibutuhkan untuk berjalan dengan laju konstan 15 m/s pada
permukaan yang rata adalah 4,1 kW, tetapi daya yang dibutuhkan untuk
percepatan dan pendakian bukit mungkin saja lebih besar. Mobil Porsche 911
Carrera dalam promosinya dikatakan mampu bergerak dari 0 sampai 60 mph
(27 m/s) dalam 6,1 s, maka energi akhirnya menjadi :
K = m v2 = (1.251 kg)(27 m/s)2 = 4,6 x 105 J
Daya tambahan rata-rata yang dibutuhkan untuk percepatan tersebut adalah
:
4,6 x 105 J
Prt = -------------------- = 7,5 x 104 W = 75 kW = 100 hp
6,1 s
Percepatan yang tinggi ini membutuhkan kira-kira 18 kali daya laju konstan
15 m/s (tidak termasuk daya untuk mengatasi gesekan jalan). Sebagai

contoh untuk mobil Porsche 911 Carrera dipromosikan memiliki tenaga kuda
maksimum 214 hp pada laju mesin 5.900 rpm.
Bagaimana untuk mendaki bukit ? Sebuah tanjakan 5 %, kira-kira ditemukan
hampir semua jalan raya, meningkat 5 meter tiap 100 m jarak horizontal.
Sebuah mobil bergerak dengan laju 30 m/s ke atas sebuah tanjakan 5 %
mendapatkan kenaikan tinggi dengan perubahan laju (0,05)(30 m/s) = 1,5
m/s. Mobil Porsche 911 Carrera beratnya (w) = 12.260 N, sehingga untuk
mengangkatnya dengan perubahan ini memerlukan daya :
P = F v = (12.260 N) (1,5 m/s) = 1,8 x 104 J/s = 18 kW = 24 hp
Daya total yang dibutuhkan adalah sebesar ini ditambah 16 kW yang
dibutuhkan untuk menjaga laju 30 m/s pada jalan rata, yaitu ;
Ptot = 18 kW + 16 kW = 34 kW = 46 hp
Sebagai perbandingan, seorang pria dengan berat (w) = 70 kg
membutuhkan kira-kira 2,0 x 10 5 J energi (dilepaskan dari makanan) untuk
berjalan 1 km dengan laju 5 km/jam = 1,4 m/s. Jika 3,5 x 10 7 J energi yang di
dapat dari 1 liter bensin, entah bagaimana dapat tersedia juga untuk tubuh
pria tersebut, maka pria tersebut dapat melakukan perjalanan (3,5 x 10 7 J)/
(2,0 x 105 J/km) = 170 km. Jumlah yang sama dari energi ini dapat
mendorong mobil hanya sejauh 19 km. Perjalanan dengan menggunakan
mobil 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan berjalan kaki (15 m/s banding
1,4 m/s). Jadi laju dan kenyamanan perjalanan dengan menggunakan mobil
hanya dapat tercapai dengan biaya konsumsi penambahan pemakaian
energi yang jauh lebih besar !

ENERGI POTENSIAL DAN KEKEKALAN ENERGI


PENDAHULUAN

Energi kinetik dalam konsepnya terkait dengan gerakan suatu benda pada
suatu sistem, meningkat dalam jumlah yang sama dengan kerja yang
dilakukan. Sedangkan pendekatan baru dalam konsep energi potensial yaitu
bahwa energi terkait dengan posisi (letak) suatu sistem dan bukan dengan
gerak sistem tersebut. Dalam berbagai kasus jumlah antara energi kinetik
dan energi potensial suatu sistem (dinamakan sistem energi mekanik total
dari sistem tersebut) adalah konstan selama sistem tersebut melakukan
pergerakan. Hal ini yang akan menuntun pernyataan umum mengenai
kekekalan energi, yang merupakan salah satu prinsip yang paling
fundamental dan paling luas jangkauannya dalam semua bidang ilmu
pengetahuan.

ENERGI POTENSIAL GRAVITASI

Sebagai gambaran : ketika melakukan sebuah ayunan yang memberikan


energi kinetik padanya, dan kemudian membiarkannya mengayun sendiri ke
depan dan ke belakang. Sesaat akan berhenti ketika mencapai titik tertinggi
(akhir) ayunan ke depan atau ke belakang, artinya ayunan tidak memiliki
energi kinetik; tetapi akan mendapatkan kembali energi kinetiknya pada saat
melewati titik terendah dari ayunannya. Dari contoh tersebut tampak bahwa
pada titik tertinggi energi disimpan menjadi bentuk energi yang lain,
sebanding dengan ketinggiannya dari atas tanah, dan untuk selanjutnya
diubah kembali menjadi energi kinetik pada saat menuju titik terendah.
Gambaran tersebut menjelaskan energi yang berhubungan dengan posisi
benda pada suatu sistem, ketika naik sampai titik tertinggi terdapat potensi
untuk kerja yang dilakukan padanya oleh gaya gravitasi. Energi yang
berhubungan dengan posisi dinamakan energi potensial (potential
energy). Energi potensial yang berhubungan dengan berat dan ketinggian
suatu benda relatif terhadap tanah disebut energi potensial gravitasi.
Flain
Flain
w=mg
y2

y1
y2

y1

w=mg
0

1.(a) perpindahan vertikal ke bawah


atas

1.(b) perpindahan vertikal ke

Pada gambar dimisalkan ada sebuah benda bermassa m bergerak sepanjang


sumbu y (vertikal), gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah berat,
sebesar w = m g, dan gaya-gaya lainnya yang mungkin muncul (dinamakan
jumlah vektor = resultante dari gaya-gaya lain yang muncul) sebagai Flain.
Diasumsikan bahwa benda cukup dekat dengan permukaan bumi, sehingga
berat benda akan konstan. Kemudian akan dicari kerja yang dilakukan gaya
berat ketika sebuah benda jatuh dari ketinggian y 1 di atas titik asal ke
ketinggian y2 yang lebih rendah, gambar 1.(a) Gaya berat dan perpindahan
benda pada arah yang sama, sehingga kerja W grav yang bekerja pada benda
oleh gaya berat merupakan kerja positif :
Wgrav = F s = w (y1 y2) = mgy1 mgy2 ....
(1)
Persamaan (1) juga memberikan hasil yang benar ketika benda bergerak
naik dan y2 lebih besar dari y1, gambar 1.(b) Dalam kasus tersebut y1 y2
negatif dan Wgrav negatif, karena gaya berat dan perpindahan berlawanan
arah. Persamaan (1) memperlihatkan bahwa Wgrav dapat dinyatakan dalam
besaran mgy pada awal dan akhir perpindahan. Besaran ini merupakan
perkalian gaya berat mg dengan ketinggian y di atas titik pusat koordinat, ini
dinamakan energi potensial gravitasi (gravitational potential energy
= U) :
U
=
mgy
(energi
(2)

potensial

gravitasi)

Nilai awalnya adalah U1 = mgy1 dan nilai akhirnya adalah U2 = mgy2.


Perubahan U adalah pengurangan nilai akhir dengan nilai awal atau U = U 2
U1. Kerja Wgrav yang dikerjakan oleh gaya gravitasi selama perpindahan dari
y1 ke y2 dapat dinyatakan sebagai berikut :
Wgrav = U1 U2 = (U2 U1) = U
(3)
Tanda negatif di depan U merupakan hal penting, ketika benda bergerak
naik, y akan semakin besar, kerja yang dilakukan gaya gravitasi akan
negatif, maka energi potensial gravitasi akan bertambah (U > 0).
Sebaliknya ketika benda bergerak turun, y akan berkurang, gaya gravitasi
akan melakukan kerja positif, maka energi potensial gravitasi akan
berkurang (U < 0). Seperti ditunjukkan persamaan (3), maka satuan energi
potensial adalah Joule (J), satuan ini sama dengan satuan kerja.

Atensi : Energi potensial gravitasi merupakan sifat bersama antara benda


dan bumi. Energi potensial gravitasi akan bertambah jika bumi tetap dan
ketinggian benda semakin nyata, energi potensial juga dapat bertambah jika
benda dalam keadaan diam di luar angkasa dan bumi bergeser menjauh dari
benda. Perhatikan bahwa persamaan U = mgy, melibatkan karakteristik
benda (dengan massa m) dan bumi (nilai g) !

KEKEKALAN ENERGI MEKANIK (GAYA GRAVITASI SAJA)


Diasumsikan hanya gaya berat yang bekerja pada suatu benda, sehingga Flain
= 0. Benda tersebut kemudian jatuh bebas tanpa hambatan udara, dan
dapat bergerak ke bawah atau ke atas. Dianggap laju benda pada titik y 1
adalah v1 dan pada y2 adalah v2. Teorema kerja energi menyatakan bahwa
kerja total yang dilakukan pada sebuah benda sama dengan perubahan
energi kinetik benda tersebut, Wtot = K = K2 K1. Jika hanya gaya gravitasi
yang bekerja pada benda, maka dari persamaan (3), W tot = Wgrav = U = U1
U2. Dengan menyamakan kedua persamaan maka diperoleh :
K = U atau K2 K1 = U1 U2
yang dapat dituliskan sebagai :
K1 + U1 = K2 +U2 (hanya gaya gravitasi yang bekerja) .
(4)
atau :
mv12 + mgy1 = mv22 + mgy2 (hanya gaya gravitasi yang
bekerja)......(5)
Penjumlahan K + U dari energi kinetik dan potensial didefinisikan sebagai E,
energi mekanik total (total mechanical energy) dari sistem. Yang
dimaksud sistem adalah benda bermassa m dan bumi dihitung mg jadi
satu, karena energi potensial gravitasi U adalah sifat bersama benda dan
bumi. Dengan demikian E1 = K1 + U1 adalah energi mekanik total pada y 1
dan E2 = K2 + U2 adalah energi mekanik total pada y 2. Persamaan (4)
menyatakan bahwa jika berat benda adalah satu-satunya gaya yang
melakukan kerja padanya, maka E1 = E2. Oleh karena itu E bernilai konstan,
yang berarti bahwa nilai energi mekanik total pada y 1 dan y2 sama. Akan
tetapi karena posisi y1 dan y2 merupakan dua titik yang berbeda selama
pergerakan benda, maka energi mekanik total E akan bernilai sama untuk
semua titik selama gerak :

E = K + U = konstan (hanya gaya gravitasi yang bekerja)


Besaran yang selalu memberikan nilai sama dinamakan besaran yang kekal.
Ketika hanya gaya gravitasi yang bekerja, maka energi mekanik total akan
konstan, jadi energi tersebut kekal. Hal tersebut di atas merupakan contoh
kekekalan energi mekanik.
Ilustrasi : Pada waktu melempar bola ke udara, makanya semakin ke atas
akan semakin kecil karena energi kinetik yang dimiliki bola diubah menjadi
energi potenasial, K < 0 dan U > 0. Pada saat turun, energi potensial
diubah kembali menjadi energi kinetik dan laju bola akan kembali
membesar, K > 0 dan U < 0). Energi mekanik total (energi kinetik +
energi potensial) tetap sama di setiap titik pada lintasan, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada gaya lain yang mempengaruhi bola selain
gaya gravitasi (dengan asumsi bahwa hambatan udara diabaikan). Jadi
memang benar bahwa gaya gravitasi bekerja pada suatu benda yang
bergerak naik ataupun turun, tetapi tidak perlu menghitung kerja tersebut
secara langsung, cukup menjaga perubahan dalam nilai U.
Catatan : Satu hal yang penting tentang energi potensial gravitasi adalah
tidak pentingnya ketinggian yang digunakan sebagai koordinat asal (y = 0).
Jika digeser titik asal untuk y maka nilai y 1 dan y2 keduanya berubah, tetapi
perbedaan y2 y1 tetap sama. Dengan akibat meskipun nilai U 1 dan U2
bergantung pada letak titik asal, perbedaan U2 U1 = mg (y2 y1) tetap
sama. Besaran yang penting secara fisik bukanlah nilai U pada suatu titik,
akan tetapi perbedaan U di antara dua titik, sehingga dapat didefinisikan U
agar bernilai nol di sembarang titik yang dipilih tanpa mempengaruhi situasi
fisiknya.
Contoh Soal1. : Mencari ketinggian bola baseball dengan kekekalan energi.
Jika bola baseball 0,145 kg dilempar ke udara ke atas dengan kecepatan
awal 20,0 m/s. Hitung ketinggian bola tersebut dengan menggunakan
persamaan kekekalan energi, jika hambatan udara diabaikan dan gravitasi
bumi 9,80 m/s2.
Penyelesaian :

Nol
v2 = 0

y2
E

v1 = 20,0 m/s
Nol
m = 0,145 kg

y1
E

Gambar di atas : Setelah bola baseball meninggalkan tangan, satu-satunya


gaya yang bekerja pada bola hanyalah beratnya (hambatan udara
diabaikan), sehingga energi mekanik E = K + U akan kekal. (Grafik batang
energi menunjukkan nilai E, K dan U saat y1 = 0 dan y2.
Digunakan persamaan (4) K1 + U1 = K2 + U2. Titik asal diambil saat bola
meninggalkan tangan (pada titik 1), y1 = 0 dan energi potensial U1 = mgy1 =
0, pada titik y1 tersebut diketahui v1 = 20,0 m/s. Akan dicari ketinggian y 2
(pada titik 2), saat bola akan berhenti dan kembali jatuh ke tanah, pada titik
y2 tersebut v2 = 0 dan energi kinetik K2 = mv22 = 0. Oleh karena U 1 = 0
dan K2 = 0, maka K1 = U2.
Dari grafik batang menunjukkan bahwa energi kinetik dari bola pada titik 1
diubah seluruhnya menjadi energi potensial gravitasi pada titik 2. Energi
kinetik K1 pada titik 1 adalah :
K1 = mv12 = (0,145 kg)(20,0 m/s)2 = 29,0 Kg.m2/s2 = 29,0 J
Nilai K1 ini sama dengan energi potensial gravitasi U 2 = mgy2 pada titik 2,
maka :
U2
29,0 kg.m2/s2
y2 = -------- = ----------------------------- = 20,4 m
mg
(0,145 kg)(9,80 m/s2)
Dapat juga menyelesaikan persamaan K1 = U2 secara aljabar untuk y2 :
mv12 = mgy2
v12
(20,0 m)2
y2 = ---------- = ----------------- = 20,4 m
2g
2(9,80 m/s2)

Dari perhitungan di atas terlihat bahwa massa bola akan saling


menghilangkan, ini sesuai dengan yang sudah dipelajari di depan, yaitu
bahwa benda yang mengalami jatuh bebas tidak tergantung pada massanya.
Dalam menyelesaikan perhitungan di atas titik asal yang diambil adalah titik
1, sehingga y1 = 0 dan U1 = 0. Bagaimana kalau dipilh titik asal yang
berbeda ? Misal : diambil titik asal 5,0 m di atas titik 1, maka y 1 = 5,0 m.
Dengan demikian energi mekanik total pada titik 1 terdiri dari sebagian
energi kinetik dan sebagian energi potensial, sedangkan di titik 2 hanya
terdiri dari energi potensial. Jika bekerja berdasarkan titik asal tersebut,
maka akan diperoleh y2 = 25,4 m, yang berada 20,4 m di atas titik 1. Jadi
untuk setiap persoalan, terserah dalam memilih tinggi acuan dengan U = 0.

EFEK DARI GAYA-GAYA LAIN


Pada gambar 1.(a) dan 1.(b) ketika gaya-gaya lain selain gaya berat bekerja
pada suatu benda, maka Flain tidak nol. Pada kasus mesin pemancang balok
beton, gaya yang bekerja pada kabel pengangkat palu dan gesekan dengan
rel pemandu vertikal merupakan contoh yang mungkin termasuk ke dalam
Flain. Kerja gravitasi Wgrav masih diberikan oleh persamaan (3), tetapi kerja
total Wtot merupakan penjumlahan dari Wgrav dan kerja yang dilakukan oleh
Flain. Kerja tambahan ini disebut sebagai W lain, sehingga kerja total yang
dilakukan oleh seluruh gaya dinyatakan dalam Wtot = Wgrav + Wlain. Dengan
menyamakan persamaan ini dengan perubahan energi kinetik, maka akan
memperoleh :
Wtot
=
Wgrav
+
Wlain
(6)

K2

K1

Dari persamaan (3), Wgrav = U1 U2, sehingga :


U1 U2 + Wlain = K2 K1
yang kemudian dapat disusun menjadi persamaan :
K1 + U1 + Wlain = K2 + U2 (ada gaya lain selain gaya gravitasi)
(7)

sehingga pada akhirnya dengan menggunakan persamaan yang tepat untuk


berbagai energi diperoleh :
mv12 + mgy1 + Wlain = mv22 + mgy2
(ada gaya lain
selain
gravitasi)
(8)
Jadi arti dari persamaan (7) dan (8) adalah kerja yang dilakukan oleh seluruh
gaya, selain gaya gravitasi, sama dengan perubahan energi mekanik total E
= K + U suatu sistem, dengan U merupakan energi potensial gravitasi. Ketika
Wlain positif maka E akan meningkat dan K 2 + U2 akan lebih besar dari K 1 +
U1, sedangkan jika Wlain negatif maka E akan mengecil. Untuk kasus khusus
dengan tidak ada gaya lain selain gaya berat yang melakukan kerja, W lain =
0, energi mekanik total akan konstan dan kembali ke persamaan (4) atau (5).

STRATEGI PENYELESAIAN SOAL-SOAL ENERGI MEKANIK


1. Tentukan soalnya, apakah harus dipecahkan dengan metode energi,
dengan menggunakan F = ma secara langsung atau dengan
kombinasinya. Pendekatan energi berguna secara khusus ketika soal
melibatkan gerak dengan gaya yang berubah, gerakan sepanjang
lintasan kurva atau keduanya. Jika melibatkan soal waktu, pendekatan
energi umumnya bukan merupakan pilihan yang terbaik, karena
pendekatan ini tidak melibatkan waktu secara langsung.
2. Ketika menggunakan pendekatan energi, tentukan keadaan awal dan
akhir (posisi dan kecepatan) dari sistem yang ditinjau. Gunakan
subskrip 1 untuk menyatakan keadaan awal dan subskrip 2 untuk
menyatakan keadaan akhir. Hal ini akan membantu dalam
penggambaran sketsa yang menunjukkan keadaan awal dan akhir
sistem.
3. Definisikan koordinat sistem, khususnya ketinggian pada y = 0.
Gunakan koordinat ini untuk menghitung energi potensial gravitasi.
Persamaan (2) mengasumsikan arah positif untuk nilai y adalah ke
atas, disarankan untuk tetap konsisten menggunakan pilihan ini.
4. Tentukan energi kinetik dan energi potensial pada keadaan awal dan
akhir, yang diberi simbol K1, K2, U1 dan U2. Secara umum sebagian dari
variabel-variabel tersebut diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui.
Gunakan simbul aljabar untuk koordinat atau kecepatan yang tidak
diketahui.
5. Kenali semua gaya selain gaya gravitasi yang melakukan kerja.
Penggunaan diagram benda bebas akan sangat berguna. Carilah kerja

Wlain yang dilakukan oleh gaya-gaya lain (selain gaya berat/gravitasi).


Jika berbagai besaran tidak diketahui, berikan simbol aljabar pada gaya
tersebut.
6. Hubungkan energi kinetik, energi potensial, dan kerja Wlain yang
dilakukan oleh gaya lain selain gaya berat (gravitasi) dengan
menggunakan persamaan (7). Jika tidak terdapat kerja selain gaya
berat, persamaan (7) akan menjadi persamaan (4). Penggambaran
grafik batang akan sangat membantu untuk menunjukkan nilai awal
dan akhir dari K, U dan E = K + U, kemudian barulah cari berbagai
kuantitas yang diminta.
7. Perlu diingat, bahwa kerja yang dilakukan setiap gaya harus
dinyatakan dalam U1 U2 = U, atau dalam Wlain, tetapi jangan
pernah dinyatakan dalam keduanya. Jika kerja gravitasi dimasukkan ke
dalam U, jangan dimasukkan lagi ke dalam Wlain.
Contoh Soal 2. : Kerja dan energi saat melempar bola baseball. Dalam
contoh soal 1. dianggap tangan bergerak sampai ketinggian 0,50 m ketika
melempar bola, yang meninggalkan tangan dengan kecepatan 20,0 m/s.
Hambatan udara diabaikan. (a) Dengan mengasumsikan tangan memberikan
gaya ke atas yang konstan pada bola, carilah besar gaya tersebut, (b)
Carilah laju bola pada titik 15,0 m di atas titik saat bola meninggalkan
tangan.
Penyelesaian :

v3

y3 = 15,0 m
E

v2 = 20,0 m/s

y2 = 0 m

0,50 m
Nol
v1 = 0

y1 =0,50 m

(a)
y
F

x
w
(b)
Gambar 2. (a) Bola yang dilempar vertikal ke atas, (b) Diagram benda bebas
untuk saat gaya F ditimbulkan oleh tangan yang melakukan kerja W lain pada
bola. Gaya F dan gaya gravitasi keduanya bekerja antara y 1 dan y2. Dari y2
ke y3 hanya gaya gravitasi yang bekerja pada bola.
a) Digunakan persamaan (8) untuk mencari W lain, kerja yang dilakukan oleh
gaya ke atas F yang ditimbulkan oleh tangan pada saat melempar bola,
sehingga besar F dapat ditentukan. Titik 1 merupakan titik saat tangan mulai
bergerak dan titik 2 merupakan titik saat bola meninggalkan tangan. Dengan
koordinat sistem yang sama seperti pada contoh soal 1, diperoleh y 1 =
0,50 m dan y2 = 0 m, maka :
K1 = 0

U1 = mgy1 = (0,145 kg)(9,80 m/s2)( 0,50 m) = 0,71 J

K2 = mv22 = (0,145 kg)(20,0 m/s)2 = 29,0 J

U2 = mgy2 = (0,145 kg)(9,80 m/s2)(0 m) = 0 J

Energi potensial awal U1 bernilai negatif karena kondisi awal bola berada di
bawah titik awal. Berdasarkan persamaan (7) :

K1 + U1 + Wlain = K2 + U2

maka :
Wlain = (K2 K1) + (U2 U1) = (29,0 J 0 J) + (0 J ( 0,71 J) = 29,71 J
Energi kinetik bola sebesar K2 K1 = 29,0 J 0 J = 29,0 J , demikian juga
energi potensial akan naik sebesar U2 U1 = 0 J ( 0,71 J) = 0,71 J,
jumlahnya adalah E2 E1 yang merupakan perubahan energi mekanik total,
yang sama dengan Wlain.
Diasumsikan gaya ke atas F yang diberikan tangan memiliki nilai yang
konstan, kerja Wlain yang dilakukan oleh gaya ini setara dengan besar gaya F
dikalikan dengan jarak (perpindahan) ke atas y2 y1 posisi gaya itu bekerja :
Wlain = F(y2 y1)
Wlain
29,71 J
F = --------------- = ----------- = 59 N
y2 y 1
0,50 m

Nilai tersebut 40 kali lebih besar dari berat bola.

b) Jika titik 3 berada pada ketinggian 15,0 m, maka y 3 = 15,0 m dan akan
dicari laju v3 di titik ini. Pada ketinggian antara titik 2 dan 3, energi mekanik
total kekal, gaya yang berasal dari tangan tidak lagi bekerja, jadi W lain = 0.
Energi kinetik pada titik 3 dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (4) :

K2 + U2 = K3 + U3

U3 = mgy3 = (0,145 kg)(9,80 m/s2)(15,0 m) = 21,3 J

K3 = (K2 + U2) U3 = (29,0 J + 0 J) 21,3 J = 7,7 J

Karena K3 = mv32, dengan v3 adalah komponen y dari kecepatan bola pada


titik 3, maka diperoleh :

2K3
2(7,7 J)
v3 = ---------- = ------------- = 10,0 m/s
m
0,145 kg

Tanda negatif atau positif menandakan bahwa bola melewati titik 3 dua kali,
pertama pada saat naik dan terakhir pada saat turun. Energi mekanik total E
konstan dan sama dengan 29,0 J pada saat bola jatuh bebas, sedangkan
energi potensial pada titik 3 yaitu U 3 = 21,3 J nilainya sama meskipun bola
dalam keadaan naik ataupun turun. Dengan demikian pada titik 3 energi
kinetik bola K3 dan lajunya tidak bergantung pada arah pergerakan bola.
Kecepatan bola bernilai positif (+ 10,0 m/s) ketika bola bergerak naik,
sedangkan kecepatan bola bernilai negatif ( 10,0 m/s) ketika bola bergerak
turun, laju saat naik maupun turun tidak berbeda yaitu sebesar 10,0 m/s.

Anda mungkin juga menyukai