Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang
berhubungan dengan pengetahuan baik yang bermanfaat maupun yang tidak
bermanfaat. Namun hal tersebut tidak kita sadari bagaimana cara mengembangkan
peristiwa-peristiwa yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Salah satu dari ilmu
pengetahuan tersebut adalah ilmu fisiska, dimana ilmu fisika tersebut sangat
bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari dalam melakukan suatu aktivitas, contoh
ilmu fisika yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan usaha manusia untuk
mempelajari gejala alam. Setelah gejala alam diketahui, maka dipikirkan bagaimana
cara pemanfaatannya di dunia nyata atau kehidupan sehari-hari , kajian ilmu fisika
sangat sering muncul dalam terjadinya suatu peristiwa, misalnya sebuah mobil yang
melakukan pengereman dan lain-lain, memindahkan sebuah barang/benda ketempat
lain. Peristiwa-peristiwa ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan bagi kita jika
kita kaitkan dengan ilmu fisika.
Disini kita akan membahas bagaimana caranya kita menerapkan pertanyaan-
pertanyaan yang ada dipkiran kita dengan mempelajari materi-materi fisika. Dalam
makalah ini kami akan menjelaskan tentang perbedaan besaran pokok dan besaran
turunan beserta satuan dan dimensinya serta memprediksi dimensi suatu besaran
melakukan analisis, dan melakukan penjumlahan dan perkalian vektor dan
menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ilmu fisika dikenal adanya besaran dan satuan. Besaran merupakan
sesuatu yang dapat diukur dan memiliki nilai dan satuan merupakan salah satu
komponen basaran yang menjadi standar dari suatu besaran . Ditinjau dari cara
memperolehnya besaran digolongkan menjadi 2, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya didefinisikan atau
ditetapkan terlebih dahulu, yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada besara lain.
Ada 7 besaran pokok antara lain massa, panjang, waktu, suhu, intensitas cahaya, kuat
arus dan jumlah zat. Sedangkan besaran turunan didapat dari hasil menurunkan
besaran pokok. Jika dilihat dari nilai dan arahnya, besaran dibedaka menjadi 2, yaitu
besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang hanya
memiliki nilai tanpa memiliki arah. Contoh dari besaran skalar adalah massa, waktu,

1
panjang dan masih banyak lagi. Sedangkan besaran vektor adalah besaran yang
memiliki nilai dan arah.
Untuk lebih menambah pemahaman kita tentang besaran pokok, besaran
turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi maupun besaran vektor dan besaran
skalar, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan berbagai kajian-kajian tentang
besaran pokok, besaran turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi, besaran vektor
dan besaran skalar lebih lanjut. Kajian-kajian yang dijelaskan diantaranya pengertian
besaran pokok dan besaran turunan, menjelaskan penerapan satuan besaran pokok dan
besaran turunan dalam SI, cara menentukan dimensi dan pengertian analisis dimensi,
pengertian skalar dan vektor, operasi vektor, resultan vektor dengan metode jajar
genjang, resultan vektor dengan metoda poligon, resultan vektor dengan metode
analisis. Selain dari semua itu, kami juga akan menjelaskan tentang perkalian titik
(dot), perkalian silang (cross) dan sifat-sifatnya, dan juga penerapan perkalian skalar
dan silang dalam fisika.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa rumusan masalah yang
dapat paparkan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud besaran pokok, besaran turunan dan contoh-contohnya?
2. Bagaimana cara menerapkan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam SI?
3. Bagaimana caranya menentukan dimensi suatu besaran pokok dan turunan dan apa
yang dimaksud dengan analisis dimensi dalam fisika?
4. Apa pengertian skalar dan vektor, dan bagaimana cara mempresentasikan vektor ?
5. Apa saja jenis operasi vektor, resultan vektor dan metodenya ?
6. Apa saja jenis dari perkalian vektor ?
7. Bagaimana menerapkan konsep perkalian skalar dan perkalian silang dalam
pemecahan masalah sehari-hari ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah diatas sesuai dengan rumusan masalah di atas
sebagai berikut:
1. Mampu membandingakan besaran pokok, besaran turunan dan contoh-
contohnya.
2. Kita bisa menerapkan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam SI.

2
3. Mampu menentukan dimensi suatu besaran pokok dan turunan dan kita juga bisa
mengetahui pengertian dari analisis dimensi dalam fisika.
4. Mampu mendeskripsikan tentang pengertian skalar dan vektor dan menjelaskan
cara menyatakan (merepresentasikan) vektor
5. Mampu menjelaskan tentang operasi – operasi pada vektor, resultan vektor dan
metodenya
6. Mampu menjelaskan tentang jenis perkalian vektor
7. Mampu menerapkan konsep perkalian skalar dan perkalian silang dalam
pemecahan masalah sehari-hari.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Penulis
Dalam penulisan makalah ini manfaat yang kami dapat bagi penulis yaitu
memberikan banyak pengalaman dalam penyusunan makalah ini dan juga bisa
memberikan informasi tentang besaran pokok dan besaran turunan, dan bisa
menjelaskan tentang skalar dan vektor serta hal – hal yang berkaitan dengan vektor.
2. Bagi Pembaca
Manfaat bagi pembaca yang membaca makalah ini adalah mendapat informasi
tentang besaran pokok, besaran turunan dan penjelasan tentang skalar dan vektor serta
hal – hal yang berkaitan dengan vektor.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Besaran Pokok dan Besaran Turunan

Besaran fisis yaitu segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka. Besaran fisis digunakan untuk menyatakan hukum-hukum fisika, misalnya:
panjang, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas cahaya, dan banyak
lagi yang lain. Ada banyak besaran fisis, kadang-kadang saling bergantung satu
dengan lainnya, sehingga pengaturannya menjadi sulit, misalnya saja laju (speed)
adalah perbandingan antara panjang dan waktu. Yang harus kita lakukan adalah
memilih sejumlah kecil besaran fisis sebagai besaran pokok. Besaran-besaran fisis
lainnya dapat diturunkan dari besaran pokok.

Besaran fisis dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih
dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran yang lain. Ada tujuh besaran pokok
dalam fisika, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Besaran pokok Satuan Simbol satuan

panjang Meter m

massa Kilogram kg

waktu Sekon s

kuat arus listrik Ampere A

suhu Kelvin K

jumlah zat Mol mol

intesitas cahaya Candela cd

Tabel 1.1 Besaran pokok dan satuannya

Dalam menurunkan satuan besaran turunan Anda harus mengetahui definisi


fisis dari besaran tersebut. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari

4
besaran-besaran pokok. Berikut contoh beberapa besaran turunan dalam fisika dapat
ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Besaran turunan Rumus Satuan

luas panjang ∙ lebar m2

panjang ∙ lebar ∙
volume m3
tinggi

massa
massa jenis kg m-3
volume
pepindahan
kecepatan m s-1
waktu
kecepatan
percepatan m s-2
waktu
gaya massa ∙ percepatan kg m s-2 = newton (N)

usaha dan energi gaya ∙ perpindahan kg m2 s-2 = joule (J)

gaya
tekanan kg m-1s-2 = pascal (Pa)
luas
energi
daya kg m2 s-3 = watt (W)
waktu
impuls dan
gaya ∙ waktu kg m s-1 = N s
momentum

Tabel 1.2 Besaran turunan, rumus dan satuannya

2.2 Sistem Satuan Internasional


Sebelum adanya standar internasional, hampir setiap negara menetapkan
sistem satuannya sendiri. Sebagai contoh, satuan panjang di negara Indonesia adalah
hasta dan jengkal, di Inggris dikenal inci dan feet (kaki), dan di Perancis digunakan
meter. Penggunaan bermacam-macam satuan untuk suatu besaran ini menimbulkan
kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya bermacam-macam alat ukur
yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kesukaran kedua adalah kerumitan
konversi dari satuan ke satuan lainnya, misalnya dari jengkal ke kaki. Ini disebabkan
tidak adanya keteraturan yang mengatur konversi satuan-satuan tersebut.

5
Konferensi Umum mengenai Berat dan Ukuran ke-14 (1971), berdasarkan
hasil-hasil pertemuan sebelumnya dan hasil-hasil panitia internasional, menetapkan
tujuh besaran sebagai dasar. Ketujuh besaran ini merupakan dasar bagi Sistem Satuan
Internasional, biasanya disingkat SI, dari bahasa Prancis “Le Systeme International
d’Unites.”
Banyak contoh-contoh satuan turunan SI, seperti kecepatan, gaya, hambatan
listrik, dan sebagainya. Sebagai contoh, satuan SI untuk gaya disebut newton
(disingkat N), yang dalam satuan dasar SI didefinisikan sebagai
1 N = 1 m ∙ kg/s2

Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 5.

Akibat adanya kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan sistem satuan


yang berbeda, maka muncul gagasan untuk menggunakan hanya satu jenis satuan saja
untuk besaran-besaran dalam ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Suatu perjanjian
internasional telah menetapkan satuan internasional (International System of Units)
disingkat satuan SI. Satuan SI ini diambil dari sistem metrik yang telah digunakan di
Prancis setelah revolusi tahun 1789. Karena ada tujuh besaran pokok, maka juga ada
tujuh satuan pokok dalam SI, yaitu: meter (m), kilogram (kg), sekon (s), ampere (A),
kelvin (K), candela (cd), dan mol (mol).

2.3 Dimensi suatu Besaran Pokok, Besaran Turunan dan Analisis Dimensi
Dimensi suatu besaran menujukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-
besaran pokok. Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu
(ditulis huruf besar), dan atau diberi kurung persegi. Sebagai contoh, dimensi dari
besaran massa ditulis M atau [M]. Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh
rumus besaran turunan tersebut jika dinyatakan dalam besaran-besaran pokok.
Sebagai contoh, dimensi dari besaran percepatan yang didefinisikan sebagai hasil bagi
dari kecepatan dan waktu adalah sebagai berikut :

[ kecepatan ] [ L ]
[ percepatan ] = = 2
[ waktu ] [ T ] = [L][T]-2
Adapun cara-cara menentukan dimensi besaran turunan dari dimensi besaran
pokok yaitu :

Besaran Turunan Definisi Simbol Dimensi

6
Volume (V) p∙ l ∙t [L][L][L] [L]3

m [M ]
Massa jenis (ρ) [M][L]-3
Massa per volume ( V ) [ L]3

s [ L]
Kecepatan (v) [L][T]-1
Perpindahan per waktu t [T ]

v [L]
Percepatan (a) [L][T]-2
Kecepatan per waktu t [T ]2
Tabel 1.4. Menentukan dimensi besaran turunan dari dimensi besaran pokok

Analisis dimensi dalam fisika adalah alat konseptual yang sering diterapkan
dalam fisika, dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran fisis
yang berbeda-beda. Adapun tiga manfaat dimensi dalam fisika, sebagai berikut.
1. Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisis setara atau tidak. Dua
besaran fisis yang hanya setara jika keduanya memiliki dimensi yang sama dan
keduanya termasuk besaran skalar atau keduanya termasuk besaran vektor.
2. Dapat digunakan untuk menetukan persamaan yang pasti atau mungkin benar.
3. Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis jika
kesebandingan besaran fisis tersebut dengan besaran fisis lainnya diketahui.

2.4 Pengertian Skalar , Vektor dan Representasi Vektor


Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua
kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran‐besaran seperti
massa, jarak, waktu dan volume, termasuk besaran skalar, yakni besaran yang hanya
memiliki besar atau nilai saja tetapi tidak memiliki arah. Sedangkan besaran seperti
perpindahan, kecepatan, percepatan dan gaya termasuk besaran vektor, yaitu besaran
yang memiliki besar (atau nilai) dan juga memiliki arah. Dalam besaran vektor kita
hanya mementingkan atau memfokuskan hanya pada nilai suatu besarannya tetapi kita
juga akan memperhatikan arah dari besaran vektor tersebut. Beberapa contoh besaran
vektor misalnya perpindahan, gaya dan lain-lain. Jika kita menyatakan perpindahan
selalu disertai arah, cara menyatakan atau menggambarkan vektor ada 3 cara, yaitu
dengan diagram vektor, notasi huruf dan notasi analitis.
1. Cara pertama yaitu dengan diagram vektor, vektor dapat digambarkan dengan
anak panah.

7
A B

Gambar 1.1 Vektor AB digambarkan


dalam diagram vektor

1. Besar dan arah vektor dapat kita lihat atau dapat digambarkan melalui diagram
vektor. Misalkan diagram vektor di atas, kita dapat melihat besar dan arah vektor A
dan B, panjang dari anak panah dapat kita lihat sebagai besar atau nilai vektornya
misalnya panjang anak panahnya 1 meter, sedangkan arah dari vektor tersebut
dapat kita lihat dari arah kepala anak panah pada diagram vektor.
2. Cara yang kedua adalah dengan notasi huruf. Ada beberapa aturan dalam penulisan
vektor menggunakan huruf. Vektor dapat ditulis dengan huruf kapital yang dicetak
tebal, huruf kecil yang dicetak tebal, dan dalam penulisan sehari-hari biasanya
ditulis dengan menambahkan anak panah di atas huruf yang menyatakan vektor.

Sebagai contohnya vektor AB, dapat ditulis AB, ab, ataupun ´


AB dan

ab .
Vector AB memiliki arti atau dapat diartikan bahwa arah vektornya dari vektor A
ke vektor B.
3. Cara yang ketiga adalah dengan notasi analitis. Notasi ini digunakan untuk
menganalisa vektor tanpa menggunakan gambar atau diagram. Contoh : vektor a
dapat dinyatakan dalam komponen – komponen sebagai berikut :

y
y
ay
ay
ax x
a
az
z
x
ax

Gambar 1.2 Menggambarkan vektor dengan cara notasi analitis

8
Lebih mudah jika menyatakan vektor menggunakan vektor satuan dalam
arah sepanjang sumbu – sumbu koordinat yang dipilih. Dalam koordinat siku – siku
biasanya digunakan lambang khusus i, j dan k untuk menyatakan vektor satuan dalam
arah sumbu x, y dan z positif berturut – turut.

Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, antara lain :


1. Dua vektor dikatakan sama jika arah dan besarnya sama

A B
Gambar 1.3 Vektor yang sama

Jika vektor dinyatakan seperti gambar di atas, maka dapat dikatakan A = B

2. Dua vektor dikatakan tidak sama jika :


a. Dua vektor besarnya sama tetapi arahnya berbeda
B
A

Gambar 1.4 vektor dengan arah yang berbeda

b. Dua vektor yang besarnya tidak sama tetapi memiliki arah yang sama

A B
Gambar 1.5 vektor dengan besar yang berbeda

c. Dua vektor yang besar dan arahya berbeda

A B

Gambar 1.6 vektor dengan arah dan besar yang berbeda

9
2.5 Operasi Vektor, Resultan Vektor dan Metodenya
Dalam kehidupan sehari-hari, besaran – besaran baik besaran skalar maupun
vektor juga sering dilibatkan dalam operasi hitung baik penjumlahan, pengurangan
dan perkalian. Untuk besaran-besaran skalar dalam operasi hitung mengikuti kaidah
berhitung biasa. Sedangkan untuk besaran vektor dalam operasi hitung mengikuti
kaidah-kaidah berhitung yang berbeda dengan kaidah berhitung besaran scalar
sehingga memerlukan pembahasan tersendiri yang biasanya terangkum dalam kajian
analisis vektor.
Dalam vektor, ada beberapa operasi-operasi atau cara-cara yang dapat
digunakan dalam menentukan nilai dari sebuah vektor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Operasi Penjumlahan dan pengurangan

A B

Gambar 1.7 Vektor A dan B

Diberikan 2 buah vektor seperti pada gambar. Tentukan hasil A + B = … ?


Dalam penjumlahan vektor tanda “+” dalam penjumlahan vektor memilki arti
dilanjutkan, jadi jika A + B berarti vektor A dilanjutkan oleh vektor B
seperti pada gambar dibawah kita dapat lihat bahwa vector A diteruskan oleh vector B
sehingga hasilnya adalah garis panjang yang berwarna merah.

A+
Gambar 1.8 Vektor A + B

Untuk pengurangan vektor tanda “-“ berarti berlawanan arah misalnya vektor
A-B, dapat kita kurangi atau hitung seperti pada gambar dibawah ini.

− B

A- A
B

Gambar 1.9 Vektor A - B

10
Dalam operasi vektor ini berlaku beberapa hukum, antara lain :
a. Hukum Komutatif

B
A
A A+B=B+A (1.1)
B
Gambar 1.10

b. Hukum Asosiatif
Kedua hukum ini menyatakan bahwa bagaimanapun urutan atau
pengelompokan vektor dalam penjumlahan, hasilnya akan sama.

A C

Gambar 1.11

(A+B)+C=A+(B+C) (1.2)

2. Resultan vektor dan metode mencari resultan


Resultan merupakan hasil penjumlahan dari beberapa vektor. Dalam
menentukan resultan dari suatu vector dapat menggunakan beberapa cara atau metode
antara lain metode jajar genjang, metode segi banyak atau poligon dan metode
analitik.
a. Metode Jajar genjang
Dalam metode jajar genjang resultan vektornya dinyatakan oleh diagonal jajar
genjang yang dibentuk oleh dua vector tersebut. Misalkan diberikan dua vector A dan
B seperti pada gambar di bawah,

Gambar 1.12 11
A
B

Dalam menentukan resultan vector AB diatas dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1. Titik pangkal vektor B diletakkan berhimpit dengan vektor A
2. Gambar jajar genjang dengan P dan Q sebagai sisinya, lalu tarik garis
diagonalnya

D C
Q R
α α
A
P B
Gambar 1.13 Metode Jajargenjang

Besar R dapat ditentukan dengan cara :


AB
¿
¿
BC (1.3)
¿
¿
2
AC =¿
AB
¿
¿
BC (1.4)
¿
¿
¿¿
(1.5)

12
2 2 2
AC =( AB ) +(BC ) +2( AB)( BC )cos α
Dimana diketahui :
AB = P
BC = AD = AC = R
Sehingga persamaan (1.5) dapat ditulis menjadi
2 2 2
R =P +Q +2( P)(Q )cos α
(1.6)

R= √ P2 +Q2 +2 ( P )( Q ) cos α
(1.7)

Catatan :
1. Jika vektor P dan Q searah, maka α = 00 dan R = √ P 2+Q2 +2 ( P ) ( Q ) (1.8)
2. Jika vektor P dan Q berlawanan arah, maka α = 1800 dan
R= √ P2 +Q2−2 ( P ) (Q ) (1.9)
3. Jika vektor P dan Q saling tegak lurus, maka α = 90 0 dan R = √ P 2+Q2
(1.10)

b. Metode Segi Banyak (Poligon)


Menghitung nilai resultan juga dapat dilakukan dengan metode polygon (segi
banyak). Metode poligon adalah cara meresultankan vektor dengan cara menggambar.
Salah satu vektor sebagai acuan dan vektor lain disambungkan dengan pangkal tepat
pada ujung vektor sebelumnya. Resultan vektornya dapat dibentuk dengan
menggambar anak panah dari pangkal awal hingga ujung akhir. (Sri Handayani : 42)
Pada suatu keadaan tertentu metode polygon dapat mempermudah
penyelesaian perhitungan resultan vektor.
Gambar :

F
H
E G

Gambar 1.14 Beberapa vektor

13
Jika akan mencari resultannya maka digambar terlebih dahulu

F
E G

H
R
Gambar 1.15 Metode Poligon

c. Metode Analitik
Jika pada satu titik bekerja lebih dari 1 vektor, maka untuk mencari
resultannya dapat digunakan metode analitik (uraian). Dalam metode ini, vektor akan
diproyeksikan ke dalam komponen-komponennya dalam suatu system kordinat
tertentu. Vektor-vektor tersebut dapat doproyeksikan pada 2 arah (sumbu x dan sumbu
y). Vektor-vektor yang sejajar dapat dihitung resultannya dengan cara dijumlahkan
atau dikurangkan. 2 resultan pada arah sejajar pasti saling tegak lurus, sehingga
resultan akhirnya dapat ditentukan dengan dalil phytagoras
bar :

F1 y

F1

F2 ⃗
F2 y
β α

F2x ⃗
F1x
Gambar 1.16 Metode Analitik

Resultan proyeksi-proyeksi gaya yang searah memenuhi persamaan berikut :

∑ F X =F 1 X −F2 X
(1.11)
∑ F Y =F1 Y + F2 Y (1.12)

dimana :

14
1 X=¿
F1 cos θ
F¿
(1.13)
2 X=¿
F2 cos θ (1.14)
F¿
F1y = F1 sin θ (1.15)
2 y=¿
F2 sin θ (1.16)
F¿
Resultan gaya – gaya tersebut dapat memenuhi persamaan berikut :

R= √ F 1 X 2+ F2 Y 2
(1.17)

tg θ=
∑ FY
∑ FX (1.18)
Dengan : R: besar resultan gaya
θ : sudut FR terhadap sumbu x

2.6 Perkalian Vektor


Di atas telah dijelaskan mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan
vektor, sekarang akan dijabarkan mengenai operasi perkalian vektor. Operasi
perkalian vektor ada 2 jenis, yaitu perkalian skalar dengan vektor dan perkalian vektor
dengan vektor. Perkalian vektor dengan vektor terdiri dari perkalian titik (dot product)
dan perkalian silang (cross product).
1. Perkalian Skalar dengan Vektor
Perkalian ini berarti mengalikan bilangan biasa (skalar) dengan vektor. Hasil
perkalian ini adalah vektor baru. Notasi penulisan perkalian ini adalah :

B = kA
(1.19)
Vektor B memiliki besar k kali vektor A. jika nilai k positif (+) maka vektor B
akan memiliki arah yang sama dengan vektor A. namun jika k bernilai negative maka
vektor B berlawanan arah dengan vektor A.
2. Perkalain Vektor dengan Vektor
ada 2 jenis perkalain ini, yaitu
a. Perkalain tititk/dot (•)

15
Perkalian titik 2 buah vektor, A dan B dapat dituliskan A • B . 2 buah vektor
yang dioperasikan dengan perkalian titik menghasilkan bilangan biasa (skalar)

θ
B

Gambar 1.17

A•B = AB cos θ (1.20)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perkalian titik, antara
lain :
 Dalam perkalian titik berlaku hukum komutatif
A•B = B•A (1.21)
(perklaian dot tidak memperhatikan urutan)
 Perkalian titik juga memenuhi hukum distributif
A•(B+C) = A•B + A•C (1.22)

 Jika vektor A dan B saling tegak lurus (θ = 900) maka

A•B = 0 (1.23)

 Jika kedua vektor memiliki arah yang sama (searah) θ = 0, maka

A•B = AB (1.24)

Jika A=B akan diperoleh

A•A = A2 atau B•B = B2 (1.25)


 Jika θ = 1800 maka vektor A dan B akan berlawanan arah
A•B = −AB (1.26)
b. Perkalian silang/cross (×)
Dengan notasi A×B (dibaca A cross B), perkalian silang 2 vektor ini
menghasilkan sebuah vektor baru. Vektor hasil perkalian ini dapat digambarkan
sebagai sebuah vektor yang tegak lurus terhadap masing-masing vektor tersebut.
Hal – hal penting yang harus diingat dalam perkalian silang, antara lain :

16
 Perkalain silang bersifat anti komutatif
A × B = −B × A (1.27)
 Sudut yang dibentuk vektor A dan B 900 (tegak lurus) maka
│A × B│= AB (1.28)
 Jika vektor A dan B segaris dengan θ = 0 0 ataupun θ = 1800 (searah ataupun
berlawanan) maka
│A × B│= 0 (1.29)
2.7 Penerapan Perkalian Vektor
Setelah mengetahui teori tentang perkalian vektor, sekarang kita akan
menerapkan operasi perkalian tersebut dalam perumusan – perumusan fisika.
1. Penerapan Perkalian Titik (Dot)
Beberapa contoh penerapan perkalian titik dalam fisika antara lain dalam
mencari besarnya usaha. Seperti yang telah diketahui bersama rumus untuk
menentukan besarnya usaha yang dilakukan saat sebuah benda dikenai gaya dan
benda tersebut mengalami perubahan posisi adalah W = F • s = F (cos θ) • s. Dimana
W adalah usaha, F adalah gaya yang bekerja pada benda dan s adalah jarak yang
ditempuh benda setelah/selama dikenai gaya.
F

θ s

Gambar 1.19
Hasil dari perkalian ini (usaha) merupakan bilangan skalar (bilangan biasa)
tanpa arah. Contoh lain dari penerapan perkalian titik ini adalah saat menghitung fluks
listrik.
2. Penerapan Perkalian Silang (Cross)
Masih ingatkah dengan momen gaya ? momen gaya dirumuskan τ = F × r.
dimana τ adalah momen gaya, F adalah vektor gaya dan r adalah vektor posisi.
Momen gaya ini merupakan besaran vektor karena setelah dioperasikan, momen gaya
selain memiliki nilai juga memiliki arah.

O
θ

17
Gambar 1.20

Titik O merupakan poros, jika batang tersebut ditarik dengan gaya F, maka
batang akan bergerak searah jarum jam. Sehingga momen gaya termasuk salah satu
contoh penerapan perkalian silang (cross). Adapun contoh lain yaitu Gaya Lorentz.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan yang dapat ditarik adalah
sebagai berikut :
1. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih
dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran yang lain. Sedangkan besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran-besaran pokok.
2. Untuk penyamaan persepsi pengukuran di seluruh dunia, diciptakan suatu
standar satuan yang disebut dengan satuan Sistem Internasional yang dapat
dikonversi ke dalam satuan yang berlaku di negara masing-masing. Misalnya
satuan panjang secara internasional adalah meter, dapat dikonversi ke dalam
satuan inchi, kaki, mil, dan lain-lain.
3. Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-
besaran pokoknya.
4. Kegunaan analisis dimensi yaitu; (a) mengungkapkan kesetaraan beberapa
besaran yang secara sepintas tampak berbeda, misalnya energi kinetik, energi

18
potensial, dan usaha; (b) menentukan satuan dari besaran turunan dengan cara
analisis dimensional.
5. Analisis dimensional adalah suatu cara untuk menentukan satuan dari suatu
besaran turunan, dengan cara memperhatikan dimensi besaran tersebut.
6. Besaran skalar artinya besaran yang tidak memiliki arah.
7. Besaran vektor merupakan besaran yang selain memiliki nilai juga memiliki
arah.
2. Ada 3 cara untuk merepresentasikan vektor, yaitu
a. Diagram vektor
b. Notasi huruf
c. Notasi analitis
3. Ada beberapa metode untuk mencari nilai resultan vektor, antara lain :
a. Metode jajar genjang

R= √ P2 +Q2 +2 ( P )( Q ) cos α

b. Metode segi banyak (polygon)

c. Metode analitik (uraian)


2 2
F R =∑ F X + ∑ F Y
2

4. Perkalian vektor terdiri dari 2 jenis yaitu :


a. Perkalian Titik (dot) yang menghasilkan bilangan skalar (bilangan biasa)
b. Perkalian Silang (cross) yang menghasilkan besaran vektor baru.

3.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan yaitu diharapkan kepada peserta didik agar
dapat lebih mengerti dan memahami tentang besaran pokok, besaran turunan, satuan
SI, dimensi, analisis dimensi, skalar dan vektor, agar nantinya mampu menjabarkan
apa itu besaran pokok, besaran turunan, skalar, vektor dan semua hal – hal yang
berkaitan dengan besaran-besaran yang ada di fisika.

19
DAFTAR PUSTAKA

www.ensiklopedia.com

www.google.com

Halliday,Resnick.1999.Fisika Jilid I.Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga


Giancoli, D.C.1998. Fisika Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Modul Fisika Dasar 1
Sri Handayani, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: CV
Adi Perkasa
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: CV Teguh Karya

20

Anda mungkin juga menyukai