Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Pengukuran besaran,kinematika,dan dinamika


Mata Kuliah: Konsep Dasar IPA SD

Dosen Pengampu: Laili Rahmi , S.Pd,.M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Devi Aryani (206910360)
Sindi Helmalia Umar (206910616)
Uffatul Faizah (206910467)
Yowanda Lutfita sari (206910059)

3D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPA SD yang berjudul “Pengukuran
besaran,pokok dan satuannya.”

Shalawat beriring salam tak lupa pula kita hantarkan kepangkuan Nabi
Muhammad SAW Yang telah membawa risalah islam dan merubah peradaban
manusia dari jaman jahiliyah menuju ke peradaban yang islamiah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta


menambah wawasan tentang “ Pengukuran besaran,pokok dan satuannya.”
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-rekan dan semua pihak yang
telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan


sarannya yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih
baik lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Karena kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para penulis pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Pekan baru, 16 Seotember 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Besaran pokok dan satuannya.........................................................................3

2.2 Hubungan antara pengukuran dan ketidak pastian..........................................4

2.3 Menentukan kecepatan....................................................................................5

2.1 Menentukan percepatan...................................................................................7

2.2 Menjelaskan hukum I,II,dan III Newton.........................................................8

2.3 Menjelaskan pengertian usaha.........................................................................10

3.1 Menjelasakan pengertian pesawat Mahasiswa................................................14

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

3.1 Kesimpulan......................................................................................................17

3.2 Saran................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanpa kita sadari, setiap hari kita menggunakan alat ukur sebagai alat
untukmempermudah pekerjaan maupun untuk mempermudah aktivitas kita. Alat
ukur yangdigunakan dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita temui adalah
alat ukur dari besaranpokok. Berbagai macam alat ukur dari besaran pokok inilah
yang mempermudah kita mengetahui berapa hasil dari pengukuran yang didapat.
dalam yang sering kita temui dan kita gunakan, dari 7 besaran pokok yang
ditetapkan dalam satuan internasional berupapanjang, suhu, massa, waktu, kuat
arus listrik, intensitas cahaya dan jumlah !at, untukdaerah di kabupaten situbondo
hanya " besaran pokok yang sering ditemui dalamkehidupan sehari-hari maupun
panjang, suhu, massa, waktu dan kuat arus listrik

Dalam bahasan mekanika gerak suatu benda dispesifikasi menjadi dua


rantin bahasan yakni kinematika serta dinamika.Kinematika menjabarkan
mengenai gerakan benda tanpa mengaitkan apa penyebab benda tersebut bergerak.
Sedangkan dinamika mengulas mengenai gerakan benda dengan menghubungkan
apa yang menyebabkan benda tersebut bergerak. jadi dalam mengulas tentang
gerakan suatu benda dapatdilakukan den!an dua pendekatan yakni pendekatan
kinematika atau dinamika. Menelaah tentang gerakan suatu benda dapat
memberikan inoformasi penting masalah benda tersebut apa lagi benda yang
menjadi objek adalah bendadinamis. Misalnya dengan mempelajari gerakan
pesawat atau tractor kita dapat mengetahui kecepatannya. Dan dengan data
tersebut kita dapat menghitung berapa waktu serta jarak tempuh pesawat atau
traktor tersebut. Jadi denganmempelajari gerakan suatu benda kita dapat
memetakan semua informasi yang berhubungan dengan gerakan benda tersebut
salah satunya ialah kecepatan benda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu besaran pokok dan satuannya?
2. Apa itu hubungan antara pengukuran dan ketidak pastian?

iv
3. Bagaimana menentukan Kecepatan?
4. Bagaimana menentukan Percepatan ?
5. Apa itu hukum I,II,III Newton ?
6. Apa itu pengertian usaha?
7. Apa itu Pengertian Pesawat Mahasiswa?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui apa itu besaran pokok dan satuannya
2. Untuk Mengetahui apa itu pengukuran dan ketidakpastian
3. Untuk Mengetahui bagaimana menentukan Kecepatab
4. Untuk Mengetahui bagaimana menentukan percepatan
5. Untuk Mengetahui apa itu hukum I,II,III, Newton
6. Untuk Mengetahui Apa itu Pengertian usaha
7. Untuk Memgetahui apa itu pengertian Pesawat Mahasiswa

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan besaran pokok dan satuannya


Besaran pokok adalah besaran yang menjadi dasar untuk menetapkan besaran
yang lain.

Besaran Pokok Satuan SI Singkatan

Nama Simbol Sat nama symbol sat Alat ukur Dim


Besaran Besaran
Panjang e Meter m mistar (L)
Massa M Kilogram kg neraca (M)
Waktu T Sekon s stopwatch (T)
Suhu T Kelvin k termometer (th)
Kuat arus I Ampere A Ampermeter (I)
Jumlah N Mole mol (N)
molekul
Intensitas I Candela col (J)
cahaya

Penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok


Setelah para ahli menetapkan satuan SI untuk besaran-besaran pokok, yang harus
dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai untuk tiap satuan tersebut. Berapa
nilai satu kilogram tersebut? Berapa panjangkah satu meter? Berapa lamakah satu
sekon? Penetapan ini pun ditentukan dalam Konferensi Umum Berat dan Ukuran
para ahli seluruh dunia. Khusus untuk satuan massa, panjang, dan waktu, nilai
satuan yang telah ditetapkan hingga saat ini
sebagai berikut.
2.2. Hubungan antara pengukuran dan ketidakpastian
Ketika kita ingin mengetahui volum balok maka sering kita ukur panjang,
lebar, dan tinggi. Volume adalah perkalian dari tiga besaran tersebut. Masing-
masing besaran yang diukur sudah membawa kedidakpastian. Akibatnya
ketidakpastian tersebut merambat ke nilai volume yang diperleh. Jika

vi
ketikanparsian pengkuran panjang, lebat dan tinggi masing-masing 0,5 mm,
berapakah ketidakpastian volume yang dihasilkan? Dan yang lebih sulit lagi, jika
ketidakpastian pengukuran panjang, lebat, dan tinggi menghasilkan ketidakpastian
yang berbeda, berapakah ketidakpastian volume yang kita hitung? Misalnya
pengukuran panjang dan lebar memiliki ketidakpastian 0,5 mm (diukur dengan
mistar), sedangkan tinggi memiliki ketidakpastian 0,05 mm (dikur dengan jangka
sorong). Berapakah ketidakpastian volume?

Jika suatu besaran diperoleh dari hasil operasi besaran lain maka kita
dapat menulis besaran tersebut sebagai fungsi besaran-besaran penyusunnya,atau
f (x, y, z)
(1.19)
di mana f adalah besaran baru, dan z, y, z adalah besaran-besaran penyusun
besaran f. Sebagai contoh volum dapat ditulis senagai f (x, y, z) = xyz di mana f
adalah volum, x adalah panjang, y adalah lebar, dan z adalah tinggi. Jika
pengukuran x, y, dan z menghasilkan ketidakpastian Δx, Δy, dan Δz maka
berapakah Δf?
Untuk menacari Δf kita gunakan aturan diferensial berikut ini

dimana

Ketidakpastian yang dilaporkan didefinisikan sebagai nilai sisi kanan terbesar.


Nilai sisi kanan terbesar kalau semua suku positif. Jadi kita definsikan

vii
ketidakpastian f sebagai

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Dengan demikian sangat


sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Oleh
sebab itu, setiap pengukuran harus dilaporkan dengan ketidakpastiannya.
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua,yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif.
Jadi hubungan antara pengukuran dan ketidakpastian bahwa tidak akan pernah ada
pengukuran yang menghasilkan nilai yang ersis sama dengan yang seharusnya.
Pengukuran pasti menghasilkan kesalahan. Kesalahan yang dihasilkan bisa
muncul karena keterbatasan ketelitian alat ukur, faktor lingkungan, atau kesalahan
dalam melakukan pengukuran.
2.3. Menentukan kecepatan

Kecepatan adalah suatu besaran vektor yang menunjukkan seberapa cepat


suatu benda dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.Besaran vektor
pada kecepatan disebut juga dengan kelajuan. Didalam ilmu fisika kelajuan
dinyatakan dalam satuan meter persekon (m/s) atau ms−1.

Yang menjadi acuan dari kecepatan adalah perubahan posisi benda dari
titik A ke titik B dan seberapa cepat perpindahan tersebut dinyatakan dalam
besaran vektor. Besaran vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai
maupun arah. Maksudnya penentuan nilai pada besaran tersebut bedasarkan oleh
arah. Dalam besaran vektor nilai dan arah menjadi dua informasi yang tidak dapat
dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lain

Contoh dari besaran vektor adalah perpindahan, gaya, kecepatan, medan


listrik, momentum, dan lain sebagainya.Dalam menghitung besaran vektor nilai

viii
pada vektor mengikuti arah suatu benda bergerak atau berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lainnya.

Rumus-Rumus Kecepatan

Secara umum

Keterangan:
v = kecepatan (m/s)
s = jarak (m)
t = waktu (s)

Kecepatan Rata-Rata

Keterangan:
v rata-rata = kecepatan rata-rata (m/s)
∆s = perubahan jarak (m)
∆t = selang waktu (s)

Kecepatan Sesaat

Keterangan:
v sesaat = kecepatan sesaat (m/s)
∆s = perubahan jarak (m)
∆t = selang waktu (s)

ix
2.4. Menentukan percepatan

Percepatan adalah perubahan kecepatan pada suatu benda yang terjadi


pada satuan waktu tertentu. Didalam bahasa inggris percepatan disebut dengan
akselerasi. Adanya percepatan pada suatu objek atau benda dapat disebabkan oleh
adanya gaya yang bekerja pada suatu objek atau benda tersebut. Sehingga dapat
diketahui bahwa benda yang dikenai oleh gaya maka akan terjadi percepatan.

Rumus-Rumus Percepatan

Secara Umum

Keterangan:
a = percepatan (m/s2)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)

Percepatan Rata-Rata

a rata-rata = percepatan rata-rata (m/s2)


∆v = perubahan kecepatan (m/s)
∆t = selang waktu (s)

Percepatan Sesaat

Keterangan:
a sesaat = percepatan sesaat (m/s2)
∆v = perubahan kecepatan (m)
∆t = interval waktu (s)

x
-Perbedaan Kecepatan dan Percepatan

Perbedaan dari kecepatan kecepatan terletak pada pengertian dan fungsi dari
keduanya.

Dimana pengertian kecepatan adalah suatu besaran vektor yang ditenukan


berdasarkan cepatnya sebuah benda menempuh suatu jarak. Sedangkan pengertian
percepatan adalah perubahan kecepatan yang terjadi pada waktu tertentu.

Perbedaan dari sisi fungsi adalah dimana fungsi dari kecepatan adalah
menentukan seberapa cepat suatu benda melaju pada jarak tertentu, dan diukur
dengan berdasarkan besaran vektor.

Sedangkan percepatan berfungsi untuk merubah kecepatan pada suatu objek atau
benda yang sedang bergerak.

2.5 Pengertian Hukum Newton1,2,3

a. Hukum Newton 1

Hukum Newton 1 menyatakan, apabila resultan gaya yang bekerja pada


suatu benda sama dengan nol, benda yang awalnya diam akan selamanya diam.
Sementara benda yang awalnya bergerak lurus beraturan juga akan selamanya
lurus beraturan dalam kecepatan tetap. Hukum Newton 1 lantas disebut pula
Hukum Kelembaman. Rumus Hukum Kelembaman: ∑F = 0 atau Resultan Gaya
(kg m/s2)

Bentuk dari momen inersia beragam seperti momen inersia linear, momen
inersia massa, momen inersia polar atau kutub. Besaran tegangan-tegangan pada
bahan seperti tegangan lengung dan tegangan puntir, menghitungnya berdasarkan
momen inersia.

Contoh Hukum Newton 1 adalah saat naik mobil yang bergerak cepat lalu
direm, maka penumpang otomatis terdorong ke depan. Contoh lain yaitu ketika
mobil berjalan pelan lalu digas mendadak maka penumpang di dalamnya
terdorong ke arah belakang. Kemudian, sebuah koin yang ditaruh di atas kain lalu

xi
kain itu ditarik cepat dan koin tetap berada di tempatnya, juga menerapkan
Hukum Newton 1.

b. Hukum Newton 2

Hukum Newton 2 menyatakan, percepatan sebuah benda akan berbanding


lurus dengan gaya total yang bekerja padanya serta berbanding terbalik dengan
massanya. Arah percepatan akan sama dengan arah gaya total yang bekerja
padanya.

Melalui hukum ini, gaya benda menjadi semakin besar ketika


mendapatkan dorongan gaya searah laju arah benda tersebut. Sebaliknya, jika
diberikan gaya berlawanan (gaya tolak) melawan gaya benda itu, laju gaya akan
melambat atau mengecil karena terjadi perubahan kecepatan dan perubahan laju.
Besar kecilnya perlambatan atau percepatan yang diberikan pada benda maka
memengaruhi arah gerak benda.

Rumus Hukum Newton 2: F = m.a, dengan "F" adalah gaya (N), "m" adalah
massa benda (kg), dan "a" adalah percepatan (m/s2).

Contoh Hukum Newton 2 yaitu terlihat pada waktu melempar batu secara vertikal
ke atas. Awalnya batu melaju konstan ke atas, lalu melambat dan berhenti akibat
adanya gaya gravitasi. Batu tersebut selanjutnya turun ke Bumi dengan kecepatan
dari massa batu ditambah gaya gravitasi yang mempercepatnya.

c. Hukum Newton 3

Hukum Newton 3 menyatakan, tiap aksi akan menimbulkan sebuah reaksi.


Apabila suatu benda memberi gaya pada benda lain, benda yang mendapat gaya
itu akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima dari
benda pertama, tetapi arahnya akan berlawanan.

Dari hukum ini diketahui tiap aksi berkonsekuensi memunculkan reaksi,


atau bisa dikatakan ada sebab dan akibat. Pemberian gaya sebab, menghasilkan

xii
gaya akibat. Gaya aksi reaksi bekerja saling berlawanan dan bekerja pada benda
yang berbeda-beda

 Rumus Hukum Newton 3 ada tiga jenis yaitu:

1. Rumus gaya gesek: Fg = u x N, dengan Fg = gaya gesek (N), u = koefisien


gesekan, dan N = Gaya normal (N).

2. Rumus gaya berat: w = m x g, dengan w = Gaya berat (N), m = massa benda


(kg), dan g = gravitasi Bumi (m/s2)

3. Rumus berat sejenis: s = p x g, dengan s = berat jenis (N/m3),p = massa jenis


(kg/m3), dan g = berat benda (N).

Contoh penerapan Hukum Newton 3 bisa dilihat saat memukul paku memakai
palu. Palu adalah gaya aksi dan gaya dari paku merupakan gaya reaksi dari
pemukulan melalui palu.

2.6. Pengertian Usaha

Usaha dalam fisika adalah besarnya energi atau gaya yang diberikan untuk
memindahkan atau menggerakkan suatu benda atau objek.

-Rumus Usaha

Usaha dinotasikan dengan W yang artinya adalah work dengan satuan


Joule. Joule adalah Newton tiap meternya. Cara mendapatkan besaran usaha
adalah dengan mengalikan gaya dengan jarak yang diakibatkan oleh gaya. Gaya
dinotasikan dengan F yang artinya adalah force dengan satuan Newton dan jarak
dinotasikan dengan s yang artinya adalah space dengan satuan meter. Rumus
usaha bisa dituliskan seperti ini:

Gaya dan jarak adalah besaran vektor. Sesuai dengan aturan yang berlaku, apabila
perkalian dot antar vektor maka akan dihasilkan besaran skalar. Maka dari itu,
usaha adalah besaran skalar.

1. Hubungan Usaha dengan Energi

xiii
Selain menggunakan rumus usaha yang ada di atas, sebenarnya lo juga bisa
mendapatkan besaran usaha dengan menggunakan besaran perubahan energi. Bisa
perubahan energi potensial ataupun energi kinetik.

2. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

Apabila benda di angkat dan mengalami perubahan posisi/jarak (perpindahan),


maka besaran usaha yang dihasilkan adalah senilai dengan perubahan energi
potensial yang terjadi

Keterangan:

W = Usaha

m = massa

g = nilai gravitasi

h = ketinggian

3. Hubungan Usaha dengan Energi Kinetik

Apabila benda mengalami perubahan kelajuan, maka besaran usaha bisa


didapatkan dari nilai perubahan energi kinetik yang terjadi pada benda

Keterangan:

W = Usaha

m = massa

v = kecepatan

4. Hubungan Usaha dengan Sudut

Selain menggunakan rumus-rumus usaha yang ada di atas. Kerap kali bakal
nemuin kasus di mana ada benda yang dikenai gaya namun ada sudut di antara
gaya dan jarak. Kalau nemuin kasus kayak yang tadi gue bilang, lobisa pake
rumus-rumus yang ada di bawah ini.

xiv
Usaha pada Bidang Datar

Walaupun benda berada bidang datar, namun kadang gaya yang diberikan tidak
selalu lurus, itu artinya akan ada sudut yang terbentuk di anatara gaya. Kalian bisa
pakai rumus ini kalau menemukan kasus tersebut

Keterangan:

W = Usaha

F = Gaya

s = jarak

7. Usaha pada Bidang Miring

Apabila benda berada pada bidang miring, maka sudah jelas akan ada sudut yang
terbentuk di antara gaya. Maka lo bisa banget pakai rumus yang ada di bawah ini.

Keterangan:

W = Usaha

m = massa

g = nilai gravitasi

s = jarak

Contoh Soal dan Pembahasannya

Sebuah meja ditarik dengan tali dengan arah 60 derajat dan membutuhkan gaya 60
Newton. Tentukan usaha yang diperlukan untuk menarik kardus tersebut jika
kardus bergerak sejauh 10 meter!

Pembahasan:

W = 60.10.cos60

W = 60.10.0.5

xv
W = 300 Joule

Jadi, usaha yang diperlukan untuk menarik kardus tersebut adalah sebesar 300
Joule.

Dua barista memindahkan sebuah benda sejauh 10 meter. Jika orang pertama
mendorong benda tersebut dengan gaya 200 Newton dan orang ke dua dengan
gaya 400 Newton. Berapa usahanya?

Pembahasan:

W1 = 200.10 = 2000

W2 = 400.10 = 4000

Wtotal = W1+W2 = 2000+4000

Wtotal = 6000 Joule

Jadi, usaha total yang diberikan adalah sebesar 6000 Joule.

Benda bermassa 2 kg jatuh bebas dari ketinggian 4 meter. Jika percepatan


gravitasi 20 Rumus Usaha dalam Fisika Beserta Pengertian, Jenis-jenis, Contoh
Soal tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada benda tersebut!

Pembahasan:

Arah gaya gravitasi atau gaya berat (w) adalah vertikal ke bawah, arah
perpindahan (s) benda juga vertikal ke bawah sehingga gaya gravitasi searah
dengan perpindahan benda.

W = F.s = w.h = m.g.h

W = (2)(20)(4) = 160 Joule

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada benda tersebut adalah sebesar
160 Joule.

xvi
Sebuah benda bermassa 20 kg bergerak dengan kecepatan 40 m/s. Dengan
mengabaikan gaya gesek yang ada pada benda. Tentukan perubahan energi kinetik
jika kecepatan benda menjadi 60 m/s!

Pembahasan:

W = 0,5.20.400

W = 4000 Joule

Jadi, perubahan energi kinetik yang terjadi adalah sebesar 4000 Joule.

1.7. Pengertian Pesawat Mahasiswa

pesawat sederhana adalah alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan manusia,
dan susunannya sederhana.

Pesawat sederhana terdiri atas beberapa jenis. Mengutip buku Mengenal Alam
Sekitar (Depdiknas 2009), macam-macam enis pesawat sederhana terdiri dari tuas,
katrol, bidang miring, serta roda dan poros.

Berikut penjelasan masing-masing dari jenis pesawat sederhana tersebut beserta


contohnya

1. Tuas

Tuas atau pengungkit adalah alat yang dipakai untuk membantu


memudahkan pekerjaan, seperti memindahkan benda berat.Tuas dapat berupa
batang kayu, bambu, atau besi. Penggunaan tuas memerlukan penumpu yang bisa
berupa batu atau benda keras lainnya.Satu penumpu harus diletakkan di antara dua
ujung batang tuas, sehingga alat pengungkit dapat memudahkan pekerjaaan
memindahkan benda. Tuas dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.

 Pertama, tuas dengan titik tumpu di antara titik kuasa dan titik beban. Tuas ini
disebut juga denga tuas jenis I. Contohnya yaitu juangkat-jungkit, pembuka
tutup botol, dan pencabut paku.

xvii
 Kedua, tuas dengan titik beban di antara titik tumpu dan titk kuasa. Ini disebut
dengan tuas jenis II. Contohnya adalah pemecah kemiri dan kereta roda satu.
 Ketiga, tuas dengan titik kuasa di antara titik tumpu dan titik beban. Ini disebut
pula tuas jenis III. Contoh alatnya yaitu pinset, sekop dan penjepit roti.

2. Katrol

Katrol merupakan roda yang bisa berputar pada porosnya. Penggunaannya


dipadukan dengan tali dan dipakai untuk mengangkat benda.Semakin banyak
digunakan katrol untuk mengangkat benda, maka jumlah gaya yang dikeluarkan
semakin kecil.

Selain itu, terdapat tiga jenis katrol yang selama ini kerap digunakan untuk
memudahkan urusan mengangkat barang.

 Pertama, katrol tetap yang tidak akan berubah tempat saat digunakan. Alat
diletakkan pada suatu tempat dan diam sewaktu digunakan. Contohnya yaitu
pada katrol sumur timba.
 Kedua, katrol bergerak yang akan berpindah tempat saat digunakan. Alat jenis
ini dibuat dengan cara mengaitkan salah satu ujung tali di suatu tempat, lalu
beban dikaitkan pada katrol.Katrol itu lalu diletakkan pada tali. Ketika semua
terpasang, ujung tali ditarik untuk mengangkat benda. Katrol yang ditempeli
beban akan ikut bergerak atau berpindah tempat. Contoh alat jenis katrol
bergerak bisa dilihat pada kereta gantung.
 Ketiga, katrol majemuk yang menjadi gabungan dari katrol tetap dan katrol
bergerak. Jumlah katrolnya lebih dari satu. Contoh katrol majemuk bisa dilihat
pada alat derek mobil.

3. Bidang miring

Bidang miring merupakan jenis pesawat sederhana yang berupa papan datar yang
dipasang secara miring untuk memudahkan pekerjaan memindahkan benda ke
tempat lebih tinggi.

xviii
Prinsip bidang miring terlihat pada pembuatan jalan di pegunungan yang
berkelok-kelok. Jalan berkelok-kelok mempunyai lintasan lebih panjang, tapi gaya
yang diperlukan untuk sampai bagian atas lebih kecil daripada saat jalan dibangun
dengan trek lurus.Beberapa alat yang memanfaatkan prindip bidang miring yaitu
pisau, gunting, dan sekrup.

4. Roda dan poros

Roda berporos adalah roda yang dihubungan dengan poros. Saat roda berputar,
maka poros ikut memutar. Poros tersebut dapat dihubungkan dengan peralatan.

Contoh penggunaannya adalah selot pintu rumah. Agar pintu dapat dibuka, maka
pegangannya mesti diputar sehingga memutar selot. Pada selot pintu, gagang selot
bertindak sebagai roda. Prinsip roda dan poros dapat dilihat pula pada engkol
sepeda dan setir mobil. Penggunaan roda memudahkan manusia dalam
pekerjaannya.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dengan yang namanya


alat ukur.Alat ukur dibutuhkan dan digunakan setiap hari untuk mempermudah
pekerjaan manusia.Berbagai macam alat ukur pun beragam dan sesuai fungsinya
masing-masing. Alat ukur yangsering digunakan dan ditemui dalam kehidupan

xix
sehari-hari merupakan alat ukur daribesaran pokok berupa panjang, massa, suhu,
waktu dan kuat arus.

Kinematika merupakan salah satu bahasan fisika yang mengulas gerakan


benda tanpa menghubunkan penyebab benda tersebut bergerak. Ruang lingkup
kinematika meliputi jarak, perpindahan,kecepatan,kelajuan,percepatandan gerak
lurus beraturan serta gerak lurus berubah beraturan

3.2. Saran

Untuk mempermudah pekerjaan ataupun untuk mengetahui hasil besaran,


makadibutuhkan alat ukur. Namun dalam memilih alat ukur sebaiknya kita
menyesuaikan alatukur yang akan digunakan dengan benda objek yang akan
diukur.

Dengan adanya pembahasan kinematika serta penerapannya


dalamkehidupan diharapkan ada tindak lanjut dalam penerapan
kinematikaselanjutnya. Semikian yang dapat kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya kerenaterbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukanatau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Mikrajuddin Abdullah . (2016) . Fisika Dasar 1 . Bandung

Ni Ketut Lasmi. (2013). Erlangga Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta

https://www.zenius.net/blog/rumus-usaha-dalam-fisika

https://cerdika.com/pesawat-sederhana/?amp

https://amp.tirto.id/pengertian-hukum-newton-1-2-3-bunyi-rumus-dan-

xx
xxi

Anda mungkin juga menyukai