Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Pengukuran Besaran,Kinematika,dan Dinamika”

Dosen Pengampu :
LAILI RAHMI, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 7

1. Hanisa Rahmadini (206910401)


2. Harli Nadia Jufri (206910031)
3. Suci Nurfatihah (206910671)

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Prodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Konsep Dasar IPA SD yang berjudul “Pengukuran besaran,pokok dan satuannya.”

Shalawat beriring salam tak lupa pula kita hantarkan kepangkuan Nabi Muhammad
SAW Yang telah membawa risalah islam dan merubah peradaban manusia dari jaman jahili-
yah menuju ke peradaban yang islamiah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan
tentang “ Pengukuran besaran,pokok dan satuannya.” Ucapan terima kasih kami haturkan
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya han-
ya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para penulis pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Pekanbaru,16 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 2
PETA KONSEP ...................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
A. Besaran pokok dan satuannya ...................................................................................... 4
B. Hubungan antara pengukuran dan ketidakpastian ....................................................... 4
C. Menentukan kecepatan ................................................................................................ 6
D. Menentukan percepatan ............................................................................................... 7
E. Pengertian Hukum Newton I,II, dan III ...................................................................... 8
F. Usaha ......................................................................................................................... 10
G. Pesawat Sederhana..................................................................................................... 14
BAB III .................................................................................................................................... 19
PENUTUP ............................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 19
B. Saran .......................................................................................................................... 19
GLOSARIUM ........................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanpa kita sadari, setiap hari kita menggunakan alat ukur sebagai alat untukmemper-
mudah pekerjaan maupun untuk mempermudah aktivitas kita. Alat ukur yangdigunakan da-
lam kehidupan sehari-hari yang sering kita temui adalah alat ukur dari besaranpokok.
Berbagai macam alat ukur dari besaran pokok inilah yang mempermudah kita mengetahui
berapa hasil dari pengukuran yang didapat. dalam yang sering kita temui dan kita gunakan,
dari 7 besaran pokok yang ditetapkan dalam satuan internasional berupapanjang, suhu, mas-
sa, waktu, kuat arus listrik, intensitas cahaya dan jumlah. Jadi besaran pokok yang sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari ialah panjang, suhu, massa, waktu dan kuat arus listrik.

Dalam bahasan mekanika gerak suatu benda dispesifikasi menjadi dua rantin bahasan
yakni kinematika serta dinamika.Kinematika menjabarkan mengenai gerakan benda tanpa
mengaitkan apa penyebab benda tersebut bergerak. Sedangkan dinamika mengulas mengenai
gerakan benda dengan menghubungkan apa yang menyebabkan benda tersebut bergerak. jadi
dalam mengulas tentang gerakan suatu benda dapatdilakukan den!an dua pendekatan yakni
pendekatan kinematika atau dinamika. Menelaah tentang gerakan suatu benda dapat mem-
berikan inoformasi penting masalah benda tersebut apa lagi benda yang menjadi objek adalah
benda dinamis. Misalnya dengan mempelajari gerakan pesawat atau tractor kita dapat menge-
tahui kecepatannya. Dan dengan data tersebut kita dapat menghitung berapa waktu serta ja-
rak tempuh pesawat atau traktor tersebut. Jadi dengan mempelajari gerakan suatu benda kita
dapat memetakan semua informasi yang berhubungan dengan gerakan benda tersebut salah
satunya ialah kecepatan benda.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan apa itu besaran pokok dan satuannya?


2. Menjelaskan apa itu hubungan antara pengukuran dan ketidak pastian?
3. Menjelaskan dan menentukan Kecepatan?
4. Menjelaskan dan menentukan Percepatan ?
5. Menjelaskan apa itu hukum I,II,III Newton ?

1
6. Menjelaskan apa itu usaha?
7. Menjelaskan apa itu Pesawat sederhana?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui apa itu besaran pokok dan satuannya
2. Untuk Mengetahui apa itu pengukuran dan ketidakpastian
3. Untuk Mengetahui bagaimana menentukan Kecepatab
4. Untuk Mengetahui bagaimana menentukan percepatan
5. Untuk Mengetahui apa itu hukum I,II,III, Newton
6. Untuk Mengetahui Apa itu Pengertian usaha
7. Untuk Memgetahui apa itu pengertian Pesawat Mahasisw

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Besaran pokok dan satuannya

Besaran pokok adalah besaran yang menjadi dasar untuk menetapkan besaran yang
lain. Besaran pokok merupakan segala sesuatu yang dapat di ukur dengan alat ukur yang
dinyatakan dengan nilai dan satuan. Contoh nya panjang dengan meter sebagai satuann-
ya,massa dengan kilogram sebagai satuannya, dan masih banyak lagi yang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari.

Besaran Pokok Satuan SI Singkatan


simbol Alat Ukur Dim
Nama Besaran Simbol Besaran Sat nama
satuan
Panjang E Meter M Mistar (L)
Massa M Kilogram kg Neraca (M)
Waktu T Sekon S Stopwatch (T)
Suhu T Kelvin K Termometer ( )
Kuat arus I Ampere A amperemeter (I)
Jumlah mole- Mencari mol
N Mole mol (N)
kul zat tersebut
Intensitas ca-
I Candela col Fotometer (J)
haya
Table 1 Besaran Pokok

Pada penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok menurut para ahli menetapkan
satuan SI untuk besaran-besaran pokok, yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan
nilai untuk tiap satuan tersebut. Berapa nilai satu kilogram tersebut? Berapa panjangkah satu
meter? Berapa lamakah satu sekon? Penetapan ini pun ditentukan dalam Konferensi Umum
Berat dan Ukuran para ahli seluruh dunia.

B. Hubungan antara pengukuran dan ketidakpastian

Ketika kita ingin mengetahui volum balok maka sering kita ukur panjang, lebar, dan
tinggi. Volume adalah perkalian dari tiga besaran tersebut. Masing-masing besaran yang
diukur sudah membawa kedidakpastian. Akibatnya ketidakpastian tersebut merambat ke nilai
volume yang diperleh. Jika ketikanparsian pengkuran panjang, lebat dan tinggi masing-
masing 0,5 mm, berapakah ketidakpastian volume yang dihasilkan? Dan yang lebih sulit lagi,
3
jika ketidakpastian pengukuran panjang, lebat, dan tinggi menghasilkan ketidakpastian yang
berbeda, berapakah ketidakpastian volume yang kita hitung? Misalnya pengukuran panjang
dan lebar memiliki ketidakpastian 0,5 mm (diukur dengan mistar), sedangkan tinggi memiliki
ketidakpastian 0,05 mm (dikur dengan jangka sorong). Berapakah ketidakpastian volume?

Jika suatu besaran diperoleh dari hasil operasi besaran lain maka kita dapat menulis be-
saran tersebut sebagai fungsi besaran-besaran penyusunnya,atau

f (x, y, z) (1.1)

di mana f adalah besaran baru, dan z, y, z adalah besaran-besaran penyusun besaran f.

Sebagai contoh volume dapat ditulis senagai f (x, y, z) = xyz di mana f adalah volum, x adalah
panjang, y adalah lebar, dan z adalah tinggi. Jika pengukuran x, y, dan z menghasilkan ketid-
akpastian Δx, Δy, dan Δz maka berapakah Δf?

Untuk menacari Δf kita gunakan aturan diferensial berikut ini

dimana

Ketidakpastian yang dilaporkan didefinisikan sebagai nilai sisi kanan terbesar. Nilai
sisi kanan terbesar kalau semua suku positif. Jadi kita definsikan ketidakpastian f sebagai

4
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Dengan demikian sangat sulit
untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Oleh sebab itu, se-
tiap pengukuran harus dilaporkan dengan ketidakpastiannya. Ketidakpastian dibedakan men-
jadi dua,yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif.

Jadi hubungan antara pengukuran dan ketidakpastian bahwa tidak akan pernah ada
pengukuran yang menghasilkan nilai yang ersis sama dengan yang seharusnya. Pengukuran
pasti menghasilkan kesalahan. Kesalahan yang dihasilkan bisa muncul karena keterbatasan
ketelitian alat ukur, faktor lingkungan, atau kesalahan dalam melakukan pengukuran.

C. Menentukan kecepatan
Kecepatan adalah suatu besaran vektor yang menunjukkan seberapa cepat suatu benda
dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.Besaran vektor pada kecepatan disebut
juga dengan kelajuan. Didalam ilmu fisika kelajuan dinyatakan dalam satuan meter persekon
(m/s) atau ms−1.

Yang menjadi acuan dari kecepatan adalah perubahan posisi benda dari titik A ke titik
B dan seberapa cepat perpindahan tersebut dinyatakan dalam besaran vektor. Besaran vektor
adalah suatu besaran yang mempunyai nilai maupun arah. Maksudnya penentuan nilai pada
besaran tersebut bedasarkan oleh arah. Dalam besaran vektor nilai dan arah menjadi dua in-
formasi yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lain

Contoh dari besaran vektor adalah perpindahan, gaya, kecepatan, medan listrik, mo-
mentum, dan lain sebagainya.Dalam menghitung besaran vektor nilai pada vektor mengikuti
arah suatu benda bergerak atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Rumus Kecepatan sebagai berikut.

Secara umum

Keterangan:
v = kecepatan (m/s)
s = jarak (m)
t = waktu (s)

5
a) Kecepatan Rata-Rata

Keterangan:
v rata-rata = kecepatan rata-rata (m/s)
∆s = perubahan jarak (m)
∆t = selang waktu (s)

b) Kecepatan Sesaat

Keterangan:
v sesaat = kecepatan sesaat (m/s)
∆s = perubahan jarak (m)
∆t = selang waktu (s)

D. Menentukan percepatan

Percepatan adalah perubahan kecepatan pada suatu benda yang terjadi pada satuan wak-
tu tertentu. Didalam bahasa inggris percepatan disebut dengan akselerasi. Adanya percepatan
pada suatu objek atau benda dapat disebabkan oleh adanya gaya yang bekerja pada suatu ob-
jek atau benda tersebut. Sehingga dapat diketahui bahwa benda yang dikenai oleh gaya maka
akan terjadi percepatan.

Rumus Percepatan sebagai berikut.

1.Secara umum

Keterangan:
a = percepatan (m/s2)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)

6
2. Percepatan Rata-Rata

Keterangan:
a rata-rata = percepatan rata-rata (m/s2)
∆v = perubahan kecepatan (m/s)
∆t = selang waktu (s)

3.Percepatan Sesaat

Keterangan:
a sesaat = percepatan sesaat (m/s2)
∆v = perubahan kecepatan (m)
∆t = interval waktu (s)

Perbedaan dari kecepatan kecepatan terletak pada pengertian dan fungsi dari keduanya.
Dimana pengertian kecepatan adalah suatu besaran vektor yang ditenukan berdasarkan cepat-
nya sebuah benda menempuh suatu jarak. Sedangkan pengertian percepatan adalah peru-
bahan kecepatan yang terjadi pada waktu tertentu.

Perbedaan dari sisi fungsi adalah dimana fungsi dari kecepatan adalah menentukan
seberapa cepat suatu benda melaju pada jarak tertentu, dan diukur dengan berdasarkan be-
saran vektor. Sedangkan percepatan berfungsi untuk merubah kecepatan pada suatu objek
atau benda yang sedang bergerak.

E. Pengertian Hukum Newton I,II, dan III

1. Hukum Newton I

“Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus


beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya”

�=0

Hukum Newton I menyatakan, apabila resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
sama dengan nol, benda yang awalnya diam akan selamanya diam. Sementara benda yang
awalnya bergerak lurus beraturan juga akan selamanya lurus beraturan dalam kecepatan tetap.

7
Hukum Newton I lantas disebut pula Hukum Kelembaman. Rumus Hukum Kelembaman:
∑F = 0 atau Resultan Gaya (kg m/s2)

Bentuk dari momen inersia beragam seperti momen inersia linear, momen inersia mas-
sa, momen inersia polar atau kutub. Besaran tegangan-tegangan pada bahan seperti tegangan
lengung dan tegangan puntir, menghitungnya berdasarkan momen inersia.

Contoh Hukum Newton I adalah saat naik mobil yang bergerak cepat lalu direm, maka
penumpang otomatis terdorong ke depan. Contoh lain yaitu ketika mobil berjalan pelan lalu
digas mendadak maka penumpang di dalamnya terdorong ke arah belakang. Kemudian, se-
buah koin yang ditaruh di atas kain lalu kain itu ditarik cepat dan koin tetap berada di tem-
patnya, juga menerapkan Hukum Newton I.

2. Hukum Newton II

“Perubahan dari gerak selalu berbanding lurus terhadap gaya yang dihasilkan
atau bekerja, dan memiliki arah yang sama dengan garis normal dari titik
singgung gaya benda”


�=

Hukum Newton II menyatakan, percepatan sebuah benda akan berbanding lurus dengan
gaya total yang bekerja padanya serta berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan
akan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Melalui hukum ini, gaya benda
menjadi semakin besar ketika mendapatkan dorongan gaya searah laju arah benda tersebut.
Sebaliknya, jika diberikan gaya berlawanan (gaya tolak) melawan gaya benda itu, laju gaya
akan melambat atau mengecil karena terjadi perubahan kecepatan dan perubahan laju. Besar
kecilnya perlambatan atau percepatan yang diberikan pada benda maka memengaruhi arah
gerak benda.

Rumus Hukum Newton II: F = m.a, dengan "F" adalah gaya (N), "m" adalah massa benda
(kg), dan "a" adalah percepatan (m/s2).

Contoh Hukum Newton II yaitu :

8
Terlihat pada waktu melempar batu secara vertikal ke atas. Awalnya batu melaju konstan ke
atas, lalu melambat dan berhenti akibat adanya gaya gravitasi. Batu tersebut selanjutnya turun
ke Bumi dengan kecepatan dari massa batu ditambah gaya gravitasi yang mempercepatnya.

3. Hukum Newton III


“Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah:
atau gaya dari dua benda pada satu sama lain selalu sama besar dan berla-
wanan arah”

����� = �������

Hukum Newton III menyatakan, tiap aksi akan menimbulkan sebuah reaksi. Apabila
suatu benda memberi gaya pada benda lain, benda yang mendapat gaya itu akan memberikan
gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi arahnya akan
berlawanan.

Dari hukum ini diketahui tiap aksi berkonsekuensi memunculkan reaksi, atau bisa
dikatakan ada sebab dan akibat. Pemberian gaya sebab, menghasilkan gaya akibat. Gaya aksi
reaksi bekerja saling berlawanan dan bekerja pada benda yang berbeda-beda

Rumus Hukum Newton III ada tiga jenis yaitu:

 Rumus gaya gesek: Fg = u x N, dengan Fg = gaya gesek (N), u = koefisien gesekan,


dan N = Gaya normal (N).
 Rumus gaya berat: w = m x g, dengan w = Gaya berat (N), m = massa benda (kg), dan
g = gravitasi Bumi (m/s2)
 Rumus berat sejenis: s = p x g, dengan s = berat jenis (N/m3),p = massa jenis (kg/m3),
dan g = berat benda (N).

Contoh penerapan Hukum Newton 3 bisa dilihat saat memukul paku memakai palu. Palu ada-
lah gaya aksi dan gaya dari paku merupakan gaya reaksi dari pemukulan melalui palu.

F. Usaha
Kata “usaha” atau “kerja” memiliki berbagai arti dalam percakapan sehari-hari. Na-
mun dalam fisika, usaha memiliki arti khusus, untuk memaparkan bagaimana dikerahkannya
gaya pada benda, hingga benda berpindah.Usaha dalam fisika adalah besarnya energi atau
gaya yang diberikan untuk memindahkan atau menggerakkan suatu benda atau objek.

9
Gambar 1 Seseorang menarik peti di lantai. Usaha yang dilakukan oleh gaya F adalah W = F s cos θ

Usaha yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya tetap,F, (baik besar maupun
arahnya) didefinisikan sebagai hasil kali besar perpindahan,s, dengan komponen gaya yang
sejajar dengan perpindahan itu.

Dalam bentuk persamaan, kita dapat menulis W = F.s Dengan F adalah komponen F
yang sejajar dengan perpindahan benda, s. Secara umum, kita dapattulis rumus usaha seperti
berikut.

W = F.s

Dengan F adalah komponen F yang sejajar dengan perpindahan benda, s. Secara umum, kita
dapat menulis

W = F s cos θ ................................................................................................ (1)

dengan θ adalah sudut antara arah gaya dengan perpindahan. Faktor cos θ pada Pers. (1)
dapat Anda peroleh dengan memperhatikan Gambar 1.

Usaha hanya mempunyai besar; karena tidak mempunyai arah seperti besaran vektor,
usaha lebih mudah diterapkan dalam persoalan sehari-hari.Gaya dan jarak adalah besaran
vektor. Sesuai dengan aturan yang berlaku, apabila perkalian dot antar vektor maka akan
dihasilkan besaran skalar. Maka dari itu, usaha adalah besaran skalar.

1. Hubungan Usaha dengan Energi

Selain menggunakan rumus usaha yang ada di atas, sebenarnya lo juga bisa mendapatkan
besaran usaha dengan menggunakan besaran perubahan energi. Bisa perubahan energi
potensial ataupun energi kinetik.

2. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

10
Apabila benda di angkat dan mengalami perubahan posisi/jarak (perpindahan), maka be-
saran usaha yang dihasilkan adalah senilai dengan perubahan energi potensial yang ter-
jadi
Ep= m.g.h

Keterangan:
W = Usaha
m = massa
g = nilai gravitasi
h = ketinggian

3. Hubungan Usaha dengan Energi Kinetik

Apabila benda mengalami perubahan kelajuan, maka besaran usaha bisa didapatkan dari
nilai perubahan energi kinetik yang terjadi pada benda

Ek=

Keterangan:
W = Usaha
m = massa
v = kecepatan

4. Hubungan Usaha dengan Sudut


Selain menggunakan rumus-rumus usaha yang ada di atas. Kerap kali bakal nemuin ka-
sus di mana ada benda yang dikenai gaya namun ada sudut di antara gaya dan jarak.

5. Usaha pada Bidang Datar


Walaupun benda berada bidang datar, namun kadang gaya yang diberikan tidak selalu lu-
rus, itu artinya akan ada sudut yang terbentuk di anatara gaya.

Rumus: W=(F cos ) s


=Fs cos

6. Usaha pada Bidang Miring

11
Apabila benda berada pada bidang miring, maka sudah jelas akan ada sudut yang terbentuk di
antara gaya.

Rumus: W=(mg sin ) s


= mgs sin

Berikut Contoh Soal dan Pembahasannya.

1. Sebuah meja ditarik dengan tali dengan arah 60 derajat dan membutuhkan gaya 60
Newton. Tentukan usaha yang diperlukan untuk menarik kardus tersebut jika kardus
bergerak sejauh 10 meter!

Pembahasan:
W = 60.10.cos60
W = 60.10.0.5
W = 300 Joule

Jadi, usaha yang diperlukan untuk menarik kardus tersebut adalah sebesar 300 Joule.

2. Dua barista memindahkan sebuah benda sejauh 10 meter. Jika orang pertama men-
dorong benda tersebut dengan gaya 200 Newton dan orang ke dua dengan gaya 400
Newton. Berapa usahanya?

Pembahasan:
W1 = 200.10 = 2000
W2 = 400.10 = 4000
Wtotal = W1+W2 = 2000+4000
Wtotal = 6000 Joule

Jadi, usaha total yang diberikan adalah sebesar 6000 Joule.

3. Benda bermassa 2 kg jatuh bebas dari ketinggian 4 meter. Jika percepatan gravitasi 20
Rumus Usaha dalam Fisika Beserta Pengertian, Jenis-jenis, Contoh Soal tentukan
usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada benda tersebut!

Pembahasan:

12
Arah gaya gravitasi atau gaya berat (w) adalah vertikal ke bawah, arah perpindahan
(s) benda juga vertikal ke bawah sehingga gaya gravitasi searah dengan perpindahan
benda.

W = F.s = w.h = m.g.h


W = (2)(20)(4) = 160 Joule

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada benda tersebut adalah sebesar
160 Joule.
4. Sebuah benda bermassa 20 kg bergerak dengan kecepatan 40 m/s. Dengan menga-
baikan gaya gesek yang ada pada benda. Tentukan perubahan energi kinetik jika ke-
cepatan benda menjadi 60 m/s!

Pembahasan:
W = 0,5.20.400
W = 4000 Joule

Jadi, perubahan energi kinetik yang terjadi adalah sebesar 4000 Joule.

G. Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, dan
susunannya sederhana. Pesawat sederhana terdiri atas beberapa jenis. Mengutip buku
Mengenal Alam Sekitar (Depdiknas 2009), macam-macam enis pesawat sederhana terdiri
dari tuas, katrol, bidang miring, serta roda dan poros.

Jenis - jenis pesawat sederhana tersebut beserta contohnya

1. Tuas

Tuas atau pengungkit adalah alat yang dipakai untuk membantu memudahkan pekerjaan,
seperti memindahkan benda berat.Tuas dapat berupa batang kayu, bambu, atau besi.
Penggunaan tuas memerlukan penumpu(fulkrum) yang bisa berupa batu atau benda keras
lainnya.Satu penumpu harus diletakkan di antara dua ujung batang tuas, sehingga alat
pengungkit dapat memudahkan pekerjaaan memindahkan benda dan adanya gaya yang bi-
asa disebut dengan kuasa.

Tuas dapat dibedakan menjadi tiga bentuk:

13
 Pertama, tuas dengan titik tumpu di antara titik kuasa dan titik beban. Tuas ini disebut
juga denga tuas jenis I. Contohnya yaitu jungkat-jungkit, pembuka tutup botol, dan
pencabut paku.

 Kedua, tuas dengan titik beban di antara titik tumpu dan titk kuasa. Ini disebut dengan
tuas jenis II. Contohnya adalah pemecah kemiri dan kereta roda satu.

 Ketiga, tuas dengan titik kuasa di antara titik tumpu dan titik beban. Ini disebut pula tu-
as jenis III. Contoh alatnya yaitu pinset, sekop dan penjepit roti.

Keterangan:
Titik kuasa beban
tumpu

Figure 2 : Rumus Tuas

2. Katrol

Katrol merupakan roda yang bisa berputar pada porosnya. Penggunaannya dipadukan
dengan tali dan dipakai untuk mengangkat benda.Semakin banyak digunakan katrol untuk
mengangkat benda, maka jumlah gaya yang dikeluarkan semakin kecil.

14
Katrol dapat dibedakan menjadi tiga bentuk

 Katrol tetap yang tidak akan berubah tempat pada saat digunakan. Alat diletakkan pada
suatu tempat dan diam sewaktu digunakan. Contohnya yaitu pada katrol sumur timba.

 Katrol bergerak yang akan berpindah tempat saat digunakan. Alat jenis ini dibuat
dengan cara mengaitkan salah satu ujung tali di suatu tempat, lalu beban dikaitkan pada
katrol.Katrol itu lalu diletakkan pada tali. Ketika semua terpasang, ujung tali ditarik un-
tuk mengangkat benda. Katrol yang ditempeli beban akan ikut bergerak atau berpindah
tempat. Contoh alat jenis katrol bergerak bisa dilihat pada kereta gantung.

 Katrol majemuk(kombinasi) yang menjadi gabungan dari katrol tetap dan katrol berge-
rak. Jumlah katrolnya lebih dari satu. Contoh katrol majemuk bisa dilihat pada alat
derek mobil.

15
3. Bidang miring

Bidang miring merupakan jenis pesawat sederhana yang berupa papan datar yang dipasang
secara miring untuk memudahkan pekerjaan memindahkan benda ke tempat lebih tinggi.

Prinsip bidang miring terlihat pada pembuatan jalan di pegunungan yang berkelok-kelok.
Jalan berkelok-kelok mempunyai lintasan lebih panjang, tapi gaya yang diperlukan untuk
sampai bagian atas lebih kecil daripada saat jalan dibangun dengan trek lurus.

Beberapa alat yang memanfaatkan prindip bidang miring yaitu pisau, gunting, dan sekrup.

4. Roda dan poros


Roda berporos adalah roda yang dihubungan dengan poros. Saat roda berputar, maka po-
ros ikut memutar. Poros tersebut dapat dihubungkan dengan peralatan.Contoh
penggunaannya adalah selot pintu rumah. Agar pintu dapat dibuka, maka pegangannya
mesti diputar sehingga memutar selot. Pada selot pintu, gagang selot bertindak sebagai
roda. Prinsip roda dan poros dapat dilihat pula pada engkol sepeda dan setir mobil.
Penggunaan roda memudahkan manusia dalam pekerjaannya.

16
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dengan yang namanya alat
ukur.Alat ukur dibutuhkan dan digunakan setiap hari untuk mempermudah pekerjaan manu-
sia.Berbagai macam alat ukur pun beragam dan sesuai fungsinya masing-masing. Alat ukur
yangsering digunakan dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari merupakan alat ukur dari-
besaran pokok berupa panjang, massa, suhu, waktu dan kuat arus.

Kinematika merupakan salah satu bahasan fisika yang mengulas gerakan benda tanpa
menghubunkan penyebab benda tersebut bergerak. Ruang lingkup kinematika meliputi jarak,
perpindahan,kecepatan,kelajuan,percepatandan gerak lurus beraturan serta gerak lurus beru-
bah beraturan

B. Saran
Untuk mempermudah pekerjaan ataupun untuk mengetahui hasil besaran, makadibu-
tuhkan alat ukur. Namun dalam memilih alat ukur sebaiknya kita menyesuaikan alatukur
yang akan digunakan dengan benda objek yang akan diukur.

Dengan adanya pembahasan kinematika serta penerapannya dalamkehidupan di-


harapkan ada tindak lanjut dalam penerapan kinematikaselanjutnya. Semikian yang dapat
kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya kerenaterbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukanatau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

18
GLOSARIUM

Beban : Berat benda

Besaran : Segala sesuatu yang dapat di ukur dan dapat dihitung menggunakan instru-
men pengukuran

Fulkrum : Titik tumpu

Gaya : Dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak

Interval : Jangka waktu antara awal sampai akhir pada suatu kejadian tertentu

Kuasa : Tempat diberikannya gaya

Lengan beban : Jarak antara titik tumpu dengan titik beban

Lengan kuasa : Jarak antara titik tumpu dengan titik kuasa

Massa : Ukuran jumlah materi dalam suatu benda

Satuan : Pembanding yang digunakan dalam pengukuran suatu besaran

Titik tumpu : Titik tempat alat itu bertumpu

Titik kuasa : Titik tempat gaya/kuasa yang diberikan

Turunan : Suatu perhitungan terhadap perubahan nilai fungsi kerena perubahan nilai
input

Vektor : Besaran yang memiliki besaran dan arah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mikrajuddin Abdullah . (2016) . Fisika Dasar 1 . Bandung

Ni Ketut Lasmi. (2013). Erlangga Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta

DR. Eka Cahya Prima, S.Pd., M. T . (2020). Modul Belajar Mandiri

Hariyanto. (2012). Erlangga Sains untuk SD Kelas V. Jakarta

Drs. R. Soetarno, Ak. (2001). Rangkuman Ilmu Pengetahuan Alam SD. Semarang

20

Anda mungkin juga menyukai