Anda di halaman 1dari 167

DIKTAT KULIAH

STATIKA STRUKTUR

Disusun Oleh:
MA’RUF , ST., MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
BAB 1

PRINSIP UMUM DAN KONSEP DASAR MEKANIKA

1.1 MEKANIKA
Mekanika adalah cabang ilmu fisika yang berbicara tentang keadaan diam atau
gerk benda-benda yang mengalami kerja/aksi gaya. Mekanika dibagi lagi
menjadi tiga cabang yaitu; mekanika benda tegar, mekanika benda deformable
(dapat berubah bentuk), dan mekanika fluida.

Mekanika benda tegar dibagi lagi menjadi dua bidang; statika dan dinamika.
Statika berhubungan dengan benda-benda diam maupun bergerak yang
setimbang, sedangkan dinamika berhubungan dengan gerak benda-benda yang
dipercepat.

1.2 KONSEP DASAR


Sebelum memulai studi mekanika benda tegar, penting dipahami beberapa
konsep dan prinsip dasar dalam mekanika.
1. Panjang
Diperluan untuk menempatkan posisi suatu titik dalam ruang dan
menjelaskan ukuran sistem fisis.
2. Waktu
Suatu rentetan pergantian peristiwa-peristiwa.
3. Massa
Sifat materi yang kita dapat bandingkan aksi sebuah benda terhadap benda
lain.
4. Gaya
Umumnya gaya dipandang sebagai “dorongan” atau “tarikan” yang
dilakukan suatu benda terhadap benda lain. Gaya dikarekterisktikan secara
penuh oleh besar, arah dan titik kerjanya.

5. Idealisasi
Digunakan untuk menyederhanakan penerapan teori di dalam mekanika.

6. Partikel
Sesuatu yang memiliki massa namun ukurannya dapat diabaikan. Bila
sebuah benda diidealisasikan sebagai sebuah partikel, prinsip mekanika
akan tereduksi menjadi bentuk yang lebih sederhana , karena geometri
benda tidak dilibatkan.

7. Benda Tegar
Kombinasi sejumlah besar partikel dengan semua partikel berada pada
suatu jarak tetap terhadap satu sama lain baik sebelum maupun setelah
penerapan beban.

8. Gaya Terpusat
Efek pembebanan yang dianggap bekerja pada suatu titik pada sebuah
benda.

9. Tiga Hukum Gerak Newton


a. Hukum Pertama
“Sebuah partikel yang awalnya diam, atau sedang bergerak di garis
lurus dengan kecepatan tetap, akan tetap dalam keadaan ini kecuali
partikel dikenai suatu gaya tidak setimbang.”

b. Hukum Kedua
“Sebuah partikel yang dikenai gaya tidak setimbang F akan mengalami
percepatan a yang mempunyai arah yang sama dan besarnya
berbanding lurus dengan gaya. Secara matematis:
c. Hukum Ketiga
“Gaya mutual aksi dan reaksi antara dua partikel adalah setimbang,
berlawanan dan segaris.”
Aksi = –Reaksi

10. Hukum Gravitasi Newton


Secara matematis:

Dimana: F = gaya gravitasi antara dua partikel


G = konstanta gravitasi universal menurut bukti eksperimental
m1m2 = massa masing-masing partikel
r = jarak antara dua partikel

11. Berat
Setiap dua partikel atau benda memiliki gaya tarik (gravitasional) mutual
yang bekerja diantara mereka. Jika sebuah partikel/benda ditempatkan di
dekat/pada permukaan bumi, satu-satunya gaya gravitasional yang
besarnya cukup terasa adalah gaya antara bumi dan partikel. Gaya ini
disebut berat. Secara matematis:

Dengan mengambil g = G.m/r2

1.3 PROSEDUR ANALISIS UMUM


Cara paling efektif dalam mempelajari prinsip-prinsip mekanika adalah
penyeleasikan soal-soal. Agar berhasil melakukannya, penting untuk
menyajikan pekerjaan dalam suatu cara yang logis dan teratur seperti
disarankan tahap-tahap berikut:
1. Baca soal dengan teliti dan korelasikan situasi fisika sesungguhnya
dengan teori
2. Gambar semua diagram yang perlu dan tabulasikan data
3. Terapkan prinsip relevan, terutama dalam unsur matematika
4. Selesaikan persamaan yang perlu dengan aljabar sepraktis mungkin
5. Pelajari jawaban dengan penilaian teknis dan akal sehat
6. Setelah solusi lengkap, perhatikan ulang soal dan coba cara lain.
BAB II

VEKTOR GAYA

2.1 Vektor dan Skalar


Skalar adalah suatu yang di karakterisasikan oleh suatu bilagan positif atau
negative sedangkan massa , volume, dan panjang adalah besaran besaran scalar
yang sering di gunakan dalam statika
Vector adalah besaran yang memiliki besaran dan arah. Dalam statika besaran
yan paling seriang ditamukan adalah jarak, gaya, dan momen
Notasi vektor dengan huruf yang terdapat tanda panah d atasnya A besarannya
dinyatakan dengan |A| atau A saja. Di sini vector di andakan dengan huruf tebal
misalnya A digunakan untuk menandai vector “A”. Besaran yang bemuatan
positif di simbolkan dengan huruf miring A
2.2 OPERASI VEKTOR

Perkalian dan pembagian vektor dengan skalar .

Perkalian vektor A dengan skalar a menghasilkan aA, didefenisikan sebagai


sebuah vektor yang mempunyai besar [aA]. Tanda arah aA sama seperti A asal a
positif, berlawanan dengan A jika a negative. Akibatnya, negatif sebuah vektor
dibentuk dengan mengalihkan vektor dengan skalar ( -1 ). Pembagian sebuah
vektor oleh skalar dapat didefenisikan dengan menggunakan hukum – hukum
perkalian, karena A/a = (1/a)A, a = 0.

-A

Gambar 2.1
Penjumlahan vektor .

Dua vektor A dan B yang berjenis sama dapat di jumlahkan membentuk suatu
vektor “ resultan” R = A + B dengan menggunakan aturan parallelogram
(jajaran genjang). Untuk melakukannya A dan B digantungkan pada pangkal –
pangkalnya. Dan dapat menjumlahkan B dan A menggunakan konstruksi segi
tiga yang merupakan kasus khusus aturan jajaran ganjang dengan cara vektor B
di jumlahkan ke vektor A dalam cara “ke pangkal”, yaitu dengkal B. Dengan
membandingkan terlihat bahwa penjumlahan vektor berisi komutatif, dengan
kata lain, vektor – vektor dapat dijumlahkan dalam salah satu orde, yaitu :

R=A+B=B+A

Sebagai kasus khusus , jika dua vektor A dan B koliner ( segaris ), yaitu
keduanya mempunyai garis kerja yang sama, aturan jajaran genjang mereduksi
menjadi penjumlahan aljabar atau skalar R = A + B.

A R=A+B A B

B R=A+B

B (b) (c)

(a) R=B+A

B A

(d)
Pengurangan Vektor.

Selisih resultan antara dua vektor A dan B berjenis sama dapat dinyatakan
sebagai :

R` = A – B = A + (-B)

Pengurangn karena itu di definisikan sebagai kasus khusus penjumlahan,


sehingga aturan – aturan penjumlahan vektor juga berlaku pada pengurangan
vektor.

A -B

-B A A

Penguraian vektor.

Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua „‟ komponen‟‟ yang mempunyai


garis kerja diketahui dengan menggunakan aturan jajaran genjang. Komponen –
komponen yang berkerja sepanjang garis a dan b, orang memulainya pada kepala
B dan menarik garis yang sejajar terhadap a hingga memotong b. Dua komponen
A dan B kemudian digambarkan sedemikian rupa sehingga mereka ditarik dari
pangkal R ke titik – titik potong.

B A R B
2.3 Penjumlahan Vektor Gaya

Bukti eksperimental telah menunjukan bahwa gaya merupakan besaran vektor


karena ia mempunyai besar, arah dan tanda dua arah tertentu dan menjumlah
menurut aturan jajaran genjang. Dua masalah yang biasanya terdapat dalam
statika, salah satunya adalah pencarian gaya resultan dengan mengetahui
komponen-komponennya, dan menguraikan suatu gaya yang diketahui menjadi
dua komponennya.Seperti dijelaskan dalam bagian 2-2,kedua masalah ini
memerlukan penerapan aturan jajaran genjang.

Jika lebih dari dua yang akan di jumlahkan gaya penerapan aturan jajargan
genjang dapat dilakukan unhtuk memperoleh gaya resultan. Misal
bekerja pada titik O, gambar di bawah .Dengan memakai aturan jajaran genjang
untuk menjumlahkan lebih dari dua gaya , seperti ditunjukkan di sini sering kali
memerlukan perhitungan geometrid an trigonometri yang ekstensif untuk
menentukan nilai-nilai numeric untuk vesar dan arah resultan.Malahan,soal-soal
jenis ini dengan mudah diselesaikan dengan menggunakan “metode komponen-
persegi empat (rectangular)yang dijelaskan Bagian 2.4.
O

Prosedur analisis.

Aturan jajaran genjang. Buatlah suatu sketsa yang memperlihatkan


penjumlahan vektor dengan menggunakan aturan jajaran genjang. Ingatlah
bahwa jumlah total sudut – sudut ini adalah 360 derajat . Sudut – sudut yang tak
diketahui, bersama dengan besar gaya diketahui dan tak diketahui , harus diberi
label secara jelas pada sketsa ini.

Trigonometri. Dengan menggunakan trigonometri, dua sudut yang tidak


diketahui dapat ditentukan dapat ditentukan dari data yang diberikan pada
segitiga. Jika segitiga mengandung sudut 90 derajat hokum sinus atau hokum
kosinus dapat digunakan untuk penyelesaian.
Contoh berikut menampilkan metode ini
secara numeric
Hokum Sinus:

A b C
c a
B
Hukum cosinus:

Prosedur analisis.

Aturan jajaran genjang. Buatlah suatu sketsa yang memperlihatkan


penjumlahan vektor dengan menggunakan aturan jajaran genjang. Ingatlah bahwa
jumlah total sudut – sudut ini adalah 360 derajat . Sudut – sudut yang tak diketahui,
bersama dengan besar gaya diketahui dan tak diketahui , harus diberi label secara
jelas pada sketsa ini.

Trigonometri. Dengan menggunakan trigonometri, dua sudut yang tidak


diketahui dapat ditentukan dapat ditentukan dari data yang diberikan pada segitiga.
Jika segitiga mengandung sudut 90 derajat hokum sinus atau hokum kosinus dapat
digunakan untuk penyelesaian.
Contoh:

Sekrup kait (screew)dalam Gambar 2 -10@ mengalami dua gaya,F1 dan f2


Tentukan besar dan arah gaya resultan.

PENYELESAIAN
Gaya resultan di bentuk dari aturan jajaran genjang
Aturan Jajaran Genjang.Penjumlahan ditunjukan dalam Gambar2- 10b.Dua yang
tidak diketahui mempunyai besar FR dan sudut ᶿ (theta). Dari Gambar 2-10b,segitiga
vektor, Gambar 2-10c, disusun.

FR = √

FR = √

FR = 213 N

Trigonometri di tentukan dangan menngunakan hukum kosinus


Sudut 𝛉 di tentukan dengan menurapkan hukum sinus dengan menggunkan nilai
terhitung

𝛉= 39,8”

Jadi arah (phi) diukur dari horizontal adalah

𝜙= 39;8° + 15,0° = 54,8°

2.4Penjumlahan system gaya – gaya koplanar ( sebidang )

Bila resultan lebih dari dua gaya harus dicari, maka lebih mudah untuk
mencari komponen tiap – tiap gaya sepanjang sumbu yang telah ditetapkan julahkan
komponen – komponen ini secara aljabar, dan kemudian bentuk resultan, ketimbang ,
membentuk resultan gaya – gaya dengan penerapan aturan jajaran genjang secara
berturut – turut.

Namun dalam bagian ini akan menguraikan tiap tiap gaya menjadi komponen
komponen rektangularnya dan yang masing – masing berada sepanjang sumbu x
dan y seperti gambar di bawah. Meskipun sumbu yang di tunjukan horizontaldan
vertikal.
Meski begitu mereka dapat d miringkan kesembarang arah

(a)

Notasi Skalar. Karena sumbu x dan y telah menandakan arah positif dan
negative besar dan tanda arah komponen rectangular gaya dapat dinyatakan dengan
skalar aljabar. Misalnya, komponen-komponen F dalam Gambar 2-14a dapat
dinyatakan dengan skalar-skalar positif F, dan F, karena tanda arah mereka masing-
masing sepanjang sumbu x dan y positif. Dengan cara yang sama, komponen-
komponen F’ dalam Gambar 2-14b adalah Fx, dan –Fy. Disini komponen y ialah
negative, karena berarah sepanjang sumbu y negative. Penting diingat bahwa notasi
skalar ini hanya digunakan untuk tujuan-tujuan komputasional, bukan untuk sajian-
sajian grafis dalam gambar. Diseluruh teks, ujung anak panah vektor dalam setiap
gambar menunjukkan tanda arah vektor secara grafis; tanda-tanda aljabar tidak
digunakan untuk tujuan ini. Jadi, vektor-vektor dalam Gambar 2-14a dan 2-14b
ditandai dengan menggunakan notasi (vektor) huruf tebal. 1 Huruf miring ditulis dekat
anak panah vektor dalam gambar menunjukkan bedar vektor yang merupakan besaran
positif.
x

(b) F‟

Notasi vektor kartesian.

Juga mungkin menyatakan komponen – komponen gaya dalam vektor –


vektor satuan kartesian. Dengan melakukan metode aljabar vektor menjadi lebih
mudah dilakukan , dan kita akan melihat bahwa hal ini menjadi menguntungkan
untuk menyelesaikan soal – soal tiga dimensi. Dalam dua dimensi vektor – vektor
satan kartesian I dan j digunakan untuk menyatakan tiap – tiap arah sumbu x dan y.

F=
y

j F

Resultan gaya coplanar.

Salah satu dari dua motedo tersebut yang baru saja dijelaskan untuk
menyatakan komponen – komponen rectangular sebuah gaya dapat digunakan untuk
menentukan resultan beberapa gaya coplanar. Untuk melakukannya tiap – tiap gaya
pertama kali diuraikan menjadi komponen – komponen x dan y-nya dan kemudian
komponen – komponen bersangkutan dijumlahkan dengan menggunakan aljabar
skalar karena mereka kolinear ( segaris ).

Resultan vektor dengan demikian adalah

= + +

= + - + + +

=( + + )+( + - )

=( )I + ( )j
Contoh;

Tentukan komponen-komponen x dan y dari F1 dan F2 yang ditunjukkan dalam


Gambar 2-17a. Ungkapan tiap-tiap gaya sebagai vektor kartasian

PENYELESAIAN

Notasi skalar. Karena F1 bekerja sepanjang sumbu y negative, dan besar F1 100N,
komponen-komponen di tulis dalam bentuk skalar

F1x = 0, F1y = -100N Jawab

Atau secara alternative,

F1x = 0, F1y = 100N↓ Jawab

Dengan aturan jajaran genjang, F2 diurai menjadi komponen-komponen x dan y,


Gambar 2-17b. Besar komponen masing-masing ditentukan dengan trigonometri.
Karena F2x bekerja dalam arah –x dan F2y bekerja dalam +y, kita peroleh.

F2x = -200 sin 60o N = -173 N = 173 N ← Jawab

F2y = 200 cos 60o N = 100 N = 100 N Jawab

Notasi Vektor Kartesian. Setelah menghitung besar komponen-komponen F2. Gambar


2-17b, kita dapat mengungkapkan tiap-tiap gaya sebagai vektor Kartesian.

F1 = 0i + 100 N (-j) Jawab

= (-100j) N

Dan
F2= 200 sin60o N (-i) + 200cos 60o N (j) Jawab

= (-173i +100j) N

2.5 Vektor – vektor kartesian.

Operasi aljabar vektor , bila diterapkan untuk menyelesaikan soal – soal


dalam tiga dimensi, akan sangat tersederhana jika vektor pertama – tama dinyatakan
dalam bentuk vektor kartesian. Aplikasi – aplikasi serupa akan diilustrasikan untuk
vektor – vektor posisi dan momen dalam bagian – bagian terakhir teks.

System kordinat tangan kanan.

System kordinat tangan – tangan akan digunakan untuk menyusun teori


aljabar vektor yang mengikutinya. Suatu system kordinat rectangular atau kartesian
dikatakan system tangan kanan. Suatu system kordinat rectangular atau kartesia
dikatakan sistem tangan kanan jika ibu jari tangan kanan menunjuk dalam arah
sumbu z positif ketika menuju sumbuh y positif.

Komponen rektangular sebuah vektor

Sebuah vektor A boleh mempunyai satu dua, atau tiga komponen rectangular
sepanjang sumbu kordinat x, y, z bergantung pada bagaimana vektor berorientasi
relatif terhadap sumbu – sumbu. Umumnya, meskipun bila A diarahkan di dalam
oktan kerangka x, y, z.

Kemudiann oleh penerepan jajargenjang beraturan, vektor tersebut di uraikan


menjadi komponen- komponen sebagai A= A’+ A dan kemudian A’ = +

A, dinyatakan oleh penjumlahan vektor dari tiga komponen rektangularnya

A= + +
z

x A‟

Vektor satuan

Umunya, sebuah vektor satuan merupakan vektor yang mempunyai besar 1.


Juka A adalah sebuah vektor yang mempunyai besar A = 0, maka vektor satuan yang
mempunyai arah yang sama seprti A dinyatakan dengan

Dengan menulliskan kembali persamaan ini diperoleh A

A= A

Vektor satuan kartesian.


1
Dalam tiga dimensi, kumpulan vektor satuan artesian I, j, k digunakan masing
– masin untuk menyatakan arah sumbu – sumbu x, y, z. seperti dinyatakan dalam
bagian 2-4, tanda arah ( atau ujung arah panah) vektor – vektor ini akan dijelaskan
secara analitik dengan tanda arah positif atau negative.

Penyajian vektor kartesian

ɀ k

j y

Dengan menggunakan vektor – vektor satuan kartesian, tiga komponen vektor


persamaan 2-2 dapat ditulis dalam “ bentuk vektor kartesian “ karena komponen –
komponen tersebut berkerja dalam arah I,j dan k positif.

A= + +

Ada suatu keutungan tertentu menuliskan vektor – vektor dalam komponen –


kompone kartesiannya. Karena tiap – tiap komponen ini mempunyai bentuk sama
seperti persamaan 2-4, maka besar dan arah dari tiap – tiap vektor komponen akan
terpisah, dan akan ditunjukkan bahwa hal ini akan menyederhanakan operasi –
operasi aljabar vektro, terutama dalam tiga dimensi.
Besar vektor kartesian

Az K
Selalu mungkin untuk memperoleh besar
A
vektor A menyatakan vektor tersebut dalam

bentuk vektr kartesian. Dari segi tiga siku siku


berwarna, A = √ dari segi tiga siku siku
(berbayang) menggunakan persamaan ini di peroleh
A’= √
Ayj
Jadi besar A adalah samadengan akar kuadrat
positif dari penjumlahan kuadrat komponen-
Ax i
komponennya
Ay

A =√

Jadi besar A adalah sama dengan akar kuadrat positif dari penjumlahan kuadrat
komponen kopomponenya.

Arah vektor kartesian.

Orientasi vektor A ditentukan oleh sudut arah kordinat a (alfa),β ( beta ), dan
x ( gamma) diukur antar pangkal A dan sumbu – sumbu xy,z positif yang terletak
pada pangkal A. Perhatikan bahwa tanpa memandang dimana A berarah, tiap - tiap
sudut ini akan berada antara 0® dan 180 ®. …

Bilangan – bilangan ini cosines – cosines arah A. sekali dikethui sudut arah kordinat
α,β,x dapat segera ditetukan dari cosines invers.

Suatu cara mudah mendapatkan cosines arah A adalah membentuk suatu


vektor satuan dalam arah A, persamaan 2-3 jika A dinyatakan dalam benruk vektor
kartesian sebagai………( persamaan 2-5), kita peroleh……..dengan…….(persamaan
2-6) membandingkan dengan persamaa 2-7, terlihat bahwa komponen –
komponennya, dan ua mempunyai besar 1, maka dari persamaan 2-9 suatu hubungan
penting antara cosines arah dapat di formulasikan sebagai…..

Jika vektor A terletak dalam suatu oktan yang diketahui, persamaan ini dapat
digunakan untuk menentukan salah satu sudut arah koordinat jika dua yang lain
diketahui..

Akhirnya, jika besar dan arah sudut arah kordinat A ditentukan, maka A dapat
diungkapkan dalam bentuk vektor kartesian……..

2.6. Penjumlahan dan pengurangan vektor kartesian.

Operasi – operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dari dua vektor atau
lebih menjadi sangat tersederhanakan jika vektor dinyatakan menjadi komponen –
komponen kartesiannya. Pengurangan vektor, merupakan kasusu khusus penjmlahan
vektor, hanya memerluikan pengurangan skalar dari komponen – komponen
bersangkutan I,j,k dan baik A sep pemaupun B.

Sistem gaya setangkup. Konsep penjumlahan vektor di atas dapat di generelasikan


dan di terapkan pada sistem bergaya setangkup.

Resultan gaya merupakan merupakan penjumlahan vektor dari semua gaya dalam
sistem dan di tuliskan

Di sini

Contoh

Ungkapan gaya F yang ditunjukkan bekerja pada cantelan dalam Gambar 2-32a
sebagai sebuah vektor Kartesian.
PENYELESAIAN

Dalam kasus ini sudut 60o dan 30o yang menentukan arah F bukanlah sudut arah
kordinat, dengan dua penerapan berturutan aturan jajaran genjang ma F dapat di urai
menjadi komponen-kommponen x,y z-nya seperti ditunjukkan dalam Gambar 2-32b.
pertama-tama, dari segitiga berwarna,

F‟ = 4 cos 30okN +3,46kN

Fz = 4 sin30o kN = 3,00kN

Kemudian, dengan mengunakan F‟ dan segitiga berarsir (berbayangan),

Fx = 3,46 cos60o kN = 1,73kN

Fy = 3,46 sin60okN = 3,00kN

Jadi,

F = (1,73i +3,00j + 2,00k)kN Jawab

Sebagai sebuah latihan, tunjukkan besar F memang 4kN dan bahwa sudut arah
kordinat a = 64,3o

2.7. Vektor Posisi


Dalam bagian ini akan diperkenalkan konsep vektor posisi. Akan diperlihatkan dalam
Bagian 2-8 bahwa vektor ini penting dalam memformulasikan suatu vektor gaya
Kartesian yang berarah antara dua arah sembarang dalam ruang, dan kelak dalam Bab
4, kita akan memakainya untuk menemukan momen sebuah gaya.

Kordinat –Kordinat x, y, z. Diseluruh teks ini kita akan menggunakan sistem


kordinat tangan kanan untuk menunjukkan lokasi titik-titik didalam ruang. Lebih
lanjut, kita akan menggunakan konvensi yang telah digunakan dalam banyak buku-
buku teknik, dan bahwa disyaratkan sumbu z positif diarahkan ke atas (arah zenit)
sehingga merupakan ukuran tinggi sebuah benda atau ketinggian sebuah titik.
Sumbu-sumbu x dan y dengan demikian terletak pada bidang horizontal, Gambar 2-
35. Titik-titik dalam ruang ditempatkan relatif terhadap titik asal kordinat, O, dengan
pengukuran-pengukuran berturutan sepanjang sumbu-sumbu x, y, z. Misalnya, dalam
Gambar 2-35 kordinat titik A diperoleh dengan bermula dari titik O dan mengukur xA
= +4 m sepanjang sumbu x, yA = +2 m sepanjang sumbu y, dan zA = -6 m sepanjang
sumbu z. Jadi, A(4,2,-6). Dengan cara serupa, pengukuran-pengukuran sepanjang
sumbu x,y,z dari O ke B menghasilkan kordinat-kordinat B, yaitu B(0,2,0). Juga
perhatikan bahwa C(6,-4,1).

Vektor Posisi. Vektor posisi r didefinisikan sebagai suatu vektor tertentu yang
menempat suatu titik dalam ruang relatif terhadap titik lain. Misalnya, jika r
merentang (membentang) dari titik asal kordinat, O, ke titik P (x,y,z), gambar 2-36a,
maka r dapat dinyatakan dalam bentuk vektor Kartesian sebagai

r = xi + yj + zk

Terutama, perhatikan cara penjumlahan vektor kepala ke pangkal dari tiga komponen
menghasilkan vektor r, Gambar 2-36b. Dengan berawal pada titik asal O, orang
bergerak pada x dalam arah +i, kemudian y dalam arah +j dan akhirnya z dalam arah
+k untuk sampai pada titik P (x,y,z).
Dalam kasus yang lebih umum, vektor posisi dapat diarahkan dari titik A ke titik B
dalam ruang, Gambar 2-37a. Sebagaimana terlihat, vektor ini juga dinyatakan dengan
r. Namun, sebagai suatu hal konvensi, kita akan kadang-kadang menyatakan vektor
ini dengan dua subskrip untuk menunjukkan dari dan ke titik dimana dia diarahkan,
jadi r juga dapat dinyatakan sebagai rAB. Juga perhatikan bahwa rA dan rB dalam
Gambar 2-37a dinyatakan dengan hanya satu subskrip karena mereka membentang
dari titik asal kordinat.

Dari Gambar 2-37a, dengan penjumlahan vektor kepala ke pangkal, kita


mensyaratkan

rA + r = r B

Dengan menyelesaikannya untuk r dan menyatakan r, dan r, dalam bentuk vektor


Kartesian menghasilkan

r = rB – rA = (xBi + yBj + zBk) – (xAi + yAj + xAk)

atau

r = (xB – xA)i + (yB – yA)j + (zB – zA)k (2-3)

Jadi, komponen-komponen i,j,k dari vektor posisi r dapat dibentuk dengan


mengambil koordinat-koordinat pangkal vektor, A (xA, yA, zA) dan mengurangkan
mereka dari koordinat-koordinat kepala yang bersesuaian B (x B, yB, zB). Sekali lagi
perhatikan bagaimana penjumlahan kepala ke pangkal dari tiga komponen-komponen
ini menghasilkan r, yaitu bergerak dari A ke B, Gambar 2-37b, orang pertama kali
menjalani (xB – xA) dalam arah +i, kemudian (yB – yA) dalam arah +j, dan akhirnya (zB
– zA) dalam arah +k.

CONTOH SOAL 2.14


Sebuah karet pita elastik diacantolkan pada titik A dan B seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2-38a. Tentukan panjang dan arahnyadiukur dari A menuju B.

PENYELESAIAN

Kita pertama kali menetapkan vektor posisi dari A ke B. Gambar 2-38b.


Menurut persamaan 2-13, kordinat-kordinat pangkal A (1 m, 0, -3 m) dikurangkan
dengan kordinat-kordinat kepala B (-2 m, 2 m, 3 m), yang menghasilkan

r = (-2 m – 1 m)i + (2 m – 0)j + [(3 m – (-3 m)]k

= { -3i + 2j + 6k }

Seperti terlihat, tiga komponen r menyatakan arah dan jarak yang harus
dijalani sepanjang tiap-tiap sumbu agar bergerak dari A ke B, yaitu, sepanjang sumbu
x {-3i} m, sepanjang sumbu y {2j} m, dan akhirnya sepanjang sumbu z {6k} m.
Besar r menyatakan panjang pita karet

r=√ =7m Jawab

Dengan merumuskan vektor satuan dalam arah r, kita peroleh komponen-komponen


vektor. Satuan ini menghasilkan sudut arah kordinat

u= = i= j= k

= = 115 Jawab

= = 73,4 Jawab

= = 31,0 Jawab
Sudut-sudut ini diukur dari sumbu-sumbu positif suatu sistem kordinat terlokasi yang
ditempatkan pada pangkal r, titik A, seperti terlihat dalam Gambar 2-38c.

2.8 Vektor Gaya Yang Diarahkan Sepanjang Garis

Sungguh sering dalam soal-soal statika tiga dimensi, arah gaya ditentukan oleh dua
titik melalui mana garis kerjanya melintas. Situasi demikian ditunjukkan dalam
Gambar 2-39, dengan gaya F diarahkan sepanjang tali AB. Kita dapat memformulasi
F sebagai vektor Kartesian dengan menyadari bahwa dia mempunyai arah dan tanda
arah yang sama seperti vektor posisi r yang diarahkan dari A ke titik B pada tali.
Arah bersama ini dinyatakan oleh vektor satuan u = r / r. Jadi

F = Fu = F

Meskipun kita telah menyajikan F secara symbol dalam Gambar 2-39, perhatikan
bahwa dia punya satuan gaya, dan tidak seperti r, atau kodinat-kordinat x, y, z yang
mempunyai satuan panjang, F tidak dapat diskalakan sepanjang sumbu-sumbu
kordinat.

PROSEDUR ANALISIS

Bila F diarahkan sepanjang suatu garis yang membentang dari titik A ke titik B,
maka F dapat dinyatakan dalam bentuk vektor Kartesian sebagai berikut.

Vektor Posisi. Tentukan vektor posisi r yang diarahkan dari A ke B, dan hitung
besarnya r.
Vektor Satuan. Tentukan vektor satuan u = r / r yang menyatakan arah dan tanda
arah kedua r dan F.

Vektor Gaya. Tentukan F dengan menggabungkan besarna F dan arah u, yaitu F =


Fu.

Prosedur ini dideskripsikan secara numerik dalam soal-soal contoh.

CONTOH 2.15

Orang yang ditunjukkan dalam Gambar 2-40a menarik tali dengan suatu gaya
70 N. Sajikan gaya ini, bekerja pada penopang A, sebagai suatu vektor Kartesian dan
tentukan arahnya.

PENYELESAIAN

Gaya F dirunjukkan dalam Gambar 2-40b. Arah vektor ini, u, ditentukan dari
vector posisi r, yang membentang dari A ke B, Gambarkan 2-40b. Untuk
merumuskan F sebagai vektor Kartesian kita gunakan prosedur berikut.

Vektor Posisi. Kordinat-kordinat titik-titikakhir tali adalah A (0,0,7,5 m) dan B (3m, -


2m, 1,5m). Pembentukan vektor posisi dengan mengurangkan kordinat-kordinat x, y,
dan z dari A dari koordinat-koordinat x, y, z tidak B kita peroleh

r = (3 m – 0)i + (-2 m – 0)j + (1,5 m – 7,5 m)k

= {3i – 2j – 6k}

Tunjukkan pada Gambar 2-40a cara seseorang dapat menuliskan r secara langsung
dengan berjalan dari A {3i} m, kemudian {-2j} m, dan akhirnya {-6k} m untuk
sampai ke B.

Besar r, yang menyatakan panjang tali AB, ialah


Vektor Satuan. Dengan membentuk vektor satuan yang menyatakan arah

r=√ =7m

dan tanda arah r dan F diperoleh

u= = i- -

Vektor Gaya. Karena F mempunyai besar 70 N dan arah yang ditentukan

F = Fu = 70 N( i - - )

oleh u, maka

= {30i – 20j – 60k} N Jawab

Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2-40b, sudut arah kordinat diukur antara r (atau
F) dengan sumbu positif sistem kordinat terlokasi dengan titik asal ditempatkan di A.
Dari komponen-komponen vektor satuan

= = 64,6 Jawab

= = 107 Jawab

= = 149 Jawab
BAB III
KESETIMBANGAN PARTIKEL

3.1 KESETIMBANGAN PARTIKEL


Kesetimbangan partikel untuk suatu sistem gaya koplanar konkuren akan
dibahas terlebih dahulu.kemudian, dalam bagian terahir pembahasan ini akan
di tinjau soal-soal kesetimbangan yang melibatkan sistem gaya tiga dimensi
yang konkuren (setangkup).
Syarat kesetimbangan partikel
Untuk menjaga suatu keadaan kesetimbangan, maka perlu di penuhi hukum
gerak pertama newton,yng menyatakan bahwa jika gaya resultan yang
bekerja pada suatu partikel tersebut berada dalm keadan kesetimbangan.syarat
ini dapat di nyatakan secara matematik sebagai:
F=0
a F merupakan penjumlahan vektor semua gaya-gaya yang bekerja
pada partikel.

Diagram Benda Bebas


Dalam penyelesaian suatu kesetimbangan harus diperhiitungkan semua gaya
yang berkerja pada partikel, maka pentingnya menggambarkan suatu diagram
benda bebas sebelum menerapkan persamaan kesetimbangan terhadap
penyelesaian sebuah soal tidak dapat diabaikan.
Prosedur untuk menggambar diagram benda bebas:
langkah 1. Bayangkan partikel tersebut sedang terisolasi atau “dibebaskan
dari sekelilingnya”.gambar atau sketsa bentuk umumnya.
langkah 2. Tunjukkan pada sketsa ini semua gaya yang bekerja pada partikel.
Gaya-gaya ini dapat berupa gaya-gaya aktif, yang cenderung
membuat partikel bergerak,juga gaya-gaya reaktif yang akan
terjadi. Untuk memperhitungkan semua ini,mungkin membantu
untuk menyisiri batas partikel,dengan secara hati-hati
memperhatikan tiap-tiap gaya yang bekerja padanya.
langkah 3. gaya gaya yang diketahui harus diberi label dengan besar dan
arahnya yang benar. Besar suatu gaya ialah selalu positif sehingga
jika penyelesaianmenghasilkan skalar “negatif “,tanda minus
menyatakan bahwa kepala anak panah atau tanda arah gaya
berlawanan dengan yang pertama kali di asumsikan.

CONTOH SOAL;

45˚ C
B

Sebuah peti pada gambar diatas mempunyai berat 20N. gambarkan diagram
benda bebas peti tersebut, tali B, dan cincin pada B.
PENYELESAIAN;
Fa Gaya tali BA yang bekerj pada cincin
Fb Gaya cincin yang bekerja
pada tali

45˚ Fc B

b Gaya tali BC yang


bekerja pada cincin
D

Gaya tali BD yang Gaya peti yang


Fb bekerja pada cincin bekerja pada tali Fd
Gaya tali yang bekerja
Fd pada peti

20 N

3.2 Sistem Gaya Koplanar


Banyak soal kesetimbangan partikel melibatkan suatu sistem gaya koplanar.
agar persamaan vektor terpenuhi, kedua komponen x dan y harus sama
dengan nol, lain dari pada itu ƩF≠0. jadi kita mensyaratkan ;
ƩFx=0 ƩFy=0

Notasi skalar.karena masing–masing dari dua persamaan kesetimbangan


memerlukan penguraian komponen-komponen vektor sepanjang suatu sumbu
yang tertentu (x atau y), kita akan menggunakan notasi skalar untuk
menggambarkan komponen-komponen ketika menerapkan persamaan
persamaan ini.
Prosedur analisis.
Diagram benda bebas . Gambarlah diagram bebas partikel , semua gaya yang
diketahui dan tidak diketahui dan sudut sudut harus diberi label pada diagram.
tanda arah gaya yang mempunyai besar analisis tidak diketahui dapat di
asumsikan.
Persamaan kesetimbangan . tetapkan sumbu x dan y dalam sembarang arah
yang cocok dan terapkan dua persamaan kesetimbangan ;
ƩFx=0 ƩFy=0

CONTOH SOAL;
a Tentukan panjang yang di perlukan
untuk tali ac dalam gambar sehingga

30˚ c lampu 8 kg tergantung seperti dalam


b
posisi terlihat. Panjang pegas tak
renggang ab adalah l’ab=0.4 m, dan
pegas mempunyai kekuatan kab=300
N/m.

Penyelesaian;
Tac

30˚
Tbc

W=78,5 diagram benda bebas, lampu mempunyai


berat w 78,5 m.diagram benda bebas cincindi A di tunjukkan dalam gambar.
Persamaan kesetimbangan Ʃfx=0; tab-tac cos 30˚=0
Ʃfy=0; tac sin 30˚-78,5N=0
dengan menyelesaikannya,kita memperoleh:
Tac=157n
Tab=136n
Panjang peregangan pegas ab karenanya adalah
Tab=kab.sab; 136=300.sab
sab=0,453 m
Sehingga panjang regangan adalah lab=l’ab+sab=0,4+0,453 =0.853m
Jarak horizontal dari c ke b. Gambar mensyaratkan
2m=lac cos 30˚+0,085
Lac=1,32m
3.4 Sistem Gaya Tiga Dimensi

syarat kesetimbangan partikel adalah∑F=0, dan untuk sistem tiga dimensi


syarat kesetimbangannya adalah ∑Fx=0
∑Fy=0
∑Fz=0
Persamaan ini menyatakan penjumlahan aljabar komponen komponen
gaya x,y,z yang bekerja pada partikel.

PROSEDUR ANALISIS
Prosedur berikut memberikan suatu metode untuk menyelesaikan soal-soal
kesetimbangan gaya tiga dimensi.
Diagram benda bebas. gambarlah diagram benda bebas partikel dan beri label
semua gaya yang diketahui dan tak diketahui pada diagram
Persamaan kesetimbangan .terapkan sumbu kordinat x,y,z denagan titik asal
berada pada partikel dan terapkan persamaan-persamaan kesetimbangan .
CONTOH SOAL;
Z C Fc
4 3

A B Y
30˚

Fd

90 N

sebuah beban 90 N di gantung pada pengait yang ditunjukkan gambar.


beban ditahan oleh 2 kawat dan sebuah pegas yang berkonstanta k = 500N/m.
Tentukan gaya dalam kawat dan peregangan pegas pada kesetimbangan. Kawat
AD berada dalam bidang x-y dan kawat AC berada dalam x-z.

JAWAB;
tinjau Ʃfx=0; Fd sin 30˚-4/5Fc=0 (1)
Ʃfy=0 -Fd cos30˚+Fb=0 (2)
Ʃfz=0 3/5Fc – 90N=0 (3)

dengan menyelesaikan persamaan 3 untuk Fc, kemudian persamaan 1 untuk Fd,


dan akhirnya persamaan 2 untuk Fb,kita peroleh:

Fc=150N jawab
Fd=240N jawab
Fb=208N jawab

dengan demikian peregangan pegas karena itu adalah


Fb = ksab
208N = 500N/m(sab)
Sab = 0,416 jawab
4
RESULTAN SISTEM GAYA

Dalam Bab 3 telah ditunjukkan bahwa syarat bagi kesetimbangan partikel atau suatu sistem gaya
setangkup hanya memerlukan Lrahwa resultan system gayaharus sama dengan nol, yaitu ∑F=0.
Dalam Bab 5 akan diperlihatkan bahwa pembatasan seperti itu memang perlu namun tidak cukup
bagi kesetimbangan benda tegar. Karena sebuah benda mempunyai ukuran fisik.
suatu pembatasan lebih lanjut harus dilakukan terhadap ketidaksetangkupan sistem gaya yang
diberikan, dihadirkan suatu konsep momen. Sebuah momen cenderung untuk memutar benda,
dan kesetimbangan mensyaratkan benda untuk tidak berotasi.
Dalam bab ini suatu definisi formal sebuah momen akan diberikan dan cara-cara mencari momen
seluruh gaya di sehtar sebuah tilik, atau sumber juga akan membicarakan. Kita juga akan
menghadirkan metode untuk menentultan resultan sistem gaya tidak setangkup. Hal ini penting
karena penerapan persamaan untuk penyederhanaan sistem gaya serupa dengan penerapan
persamaan-persamaan kesetimbangan untuk benda tegar. Lebih lanjut, resultan sistem gaya akan
mempengaruhi keadaan kesetimbangan atau gerak benda tegar dalarn cara yang sama
sebagaimana system gaya, dan Karenanya kita dapat rnempelajari perilaku benda tegar dalam
cara yang iebih sederhana dengan menggunakan resultan-resultan.

4.1 Perkalian Silang (Cross)

Momen sebuah gaya akan dirumuskan dengan menggunakan vector Kartesian dalam bagian
berikut. Namun sebelum melakukannya pertama sekali kita perlu memperluas pengetahuan
tentang aljabar vektor dan mengenalkan metode perkalian silang dari multiplikasi vektor.

Perkalian silang dua vektor A dan B menghasilkan vektor C yang ditulis sebagai:

C=AxB

dan dibaca "C sama dengan A cross (kali silang) B."


Magnitudo (besar). magnitudo (besar) C didefinisikan sebagai
perkalian rnagnitudo (besar) A dan B dan sinus sudut 0 antara pangkal vector (0
.jadi C = AB sin

Arah. Vektor C mempunyai arah yang tegak lurus terhadap bidang yang mengandung A dan B
sedemikian arah C ditentukan dengan aturan tangankanan, ,vaitu dengan meiipat jari-jari tangan
kanan dari vektor A (melewati) ke vektor B, ibu jari kemudian menunjuk dalam arah C seperti
ditunjukan dalam Gambar 4- 1.
Dengan mengetahui kedua besar dan arah C, kita dapat menulis

C=AXB=(AB sin )uc

dengan skalar AB sin menyatakan besar (magnitudo) C dan vektor satuanu. menyatakan arah
C. Siku-siku Persamaan 4-1 dideskipsikan secara grafis dalam Gambar 4-2.
Hukum-hukum Operasi

1. Hukum komutatif tidak berlaku yartu:


AxB BxA
1{amun,
AxB= BxA
Ini ditunjukkan dalam Gambar 4-3 dengan menggunakan aturan tangan kanan. Perkalian silzurg
B x A menghasilkan suatu vektor yang bekerja dalam arah berlawanan dengan C; yaitu B x A -
C.

2. Perkalian dengan sebuah skalar:


AxB) = ( A) x B =A x ( B)= (A x B)
Sifat ini dengan mudah dapat ditunjukkan, karena besar vektor resultan (│ │=AB sin )
dan arahnya sama daiam masing-masing kasus.

3. Hukum distributif
Ax(B+D)=(AxB)+(AxD)
Penbuktian identitas ini ditinggalkan sebagai latihan (lihat Soal 4-l).Penting untuk dicatat bahwa
urutan yang benar perkalian silang harus diperhatikan, karena mereka tidak komulatif.
Forrnulasi Vektar Kartesian. Persama an 4-1 dapat digunakan untuk mencari perkalian
silang suatu pasangan vektor satuan Kartesian. Misalnya, untuk,mencari I x j, besar vektor
resultan adalah (i) (j) (sin 90 ) =
(1) (1) (1) = 1, dan arahnya ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan. Seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4-4, vektor resultan menunjuk dalam arah + k. Jadi I x j = (1) k.
Dengan cara yang sama,

Hasil-hasil ini tidak harus diingat; namun sebaiknya, harus dipaharni dengan jelas bagaimana
masing-masing diperoleh dengan menggunakan aturan tangan kanan dan defirrisi perkahan
silang Suatu skema sederhana yang ditunjukkan dalam Cambar 4-5 sangat n:einbantu untuk
rilendapatka'n trasii-h;sil yang serupa bila diperlukan, Jika lingkaran tersebut dibangun seperti
terlihat, maka "penyilangan (pengalian)" dua vektor satuan dalam cara berlawanan jarum jam
mengitari lingkaran menghasiikan vektor satuan ketiga positif; yakni k x i - j. Bergerak searah
jarum jam. suatu vektor satuan negatif akan diperoleh; yakni i x k =-j.
Perhatikan sekarang perkalian silang dua vektor umum A dan B yang dinyatakan dalam bentuk
vektor Kartasian. Kita peroleh

A x B = (AXI +,4Yj + AZk) x (Bi + Bj + Bk)


= AB(I X J) + AB(I X K)
+ AB(j xj) + AB ( j x k)
+ AB(k X i) + A B ( k x j) + AB ( k x k)

Dengan menyelesaikan operasi perkalian silang dan menggabungkan suku-suku


Diperoleh :

Persamaan ini dapat iuga ditulis dalam bentuk determinan yang lebih kompak
Sebagai :

Jadi untuk mencari perkalian silang dari dua vektor Kartesian sembarang A dan B, maka perlu
untuk memperluas determinan yang baris elemen pertamanya terdiri dari vektor-vektor satuan i,
j, dan k dan baris kedua dan ketiganya menyatakan komponen-kornponen x, y, z dari tiap-tiap
dua vektor A
dan B.
Determinan yang mempunyai tiga baris dan tiga kolom dapat diperluas dengan menggunakan
tiga minor, masing-masing dari mereka dikalikan dengan salah satu dari tiga suku dalam baris
pertama. Ada empat elemen dalam masing-masing minor, yaitu;

perkalian dua elemen yang dilalui anak panah miring ke bawah ke arah kanan (A11 A22)
kurang perkalian dua elemen yang dilalui anak panah miring ke bawah ke arah kiri (A12 A21).
Untuk determinan 3 x 3, seperti Persamaan 4-3. tiga minor dapat digenerasi menurut skema
berikut:
Dengan menjunrlahkan hasil-hasil tenebut dan memperhatikan bahwa elemen i harus
memasukkan tanda minus dihasilkan suatu bentuk terluaskan dari A x B yang diberikan oleh
Persamaan 4-2.

4-2.Momen Sebuah Gaya – Formulasi Skalar


Momen sebuah gaya di sekitar suatu titik atau sumbu memberikan ukuran kecendrungan gaya
untuk menyebabkan sebuah benda berotasi di sekitar titik atau sumbu tersebut. Misalnya,
pandang suatu gaya horizontal Fx yang bekerja tegak lurus terhadap gagang kunci Inggris dan
ditempatkan sejauh dy, dari titik O. Gambar 4-1a Terlihat bahwa gaya ini cenderung untuk
menyebabkan pipa berputar di sekitar sumbu z. Makin besar gaya atau panjang dy, makin besar
efek pemutaran. Kecendrungan rotasi ini disebabkan oleh Fx, kadang-kadang disebut dengan
torka. namun sangat sering disebut momen gaya atau momen (M0)z saja. Terutama perhatikan
bahwa sumbu momen (z) tegak lurus bidang (x-y) yang berbayang mengandung F dan d dan
bahwa sumbu ini berpotongan dengan bidang pada titik O. Sekarang penerapan- penerapan gaya
Fz pada kunci Inggris. Gambar 4-1b. Gaya ini tidak akan memutar pipa di sekitar sumbu z.
Malahan, dia cenderung memutarnya di sekitar sumbu x. Ingat di dalam
hati bahwa meskipun sesungguhnya tidak dimungkinkan Untuk "merotasi'' atau memutar pipa
dalam cara ini. Fz tetap menciptakan kecendrungan untuk rotasi dan dengan demikian momen
(Mo)x dihasilkan. Sebagaimana sebelumya, gaya dan jarak d benda pada bidang berbayang-
bayang (y-z) yang tegak lurus terhadap sumbu momen (x). Terakhir jika sebuah raya Fy
diterapkan pada kunci Inggris tersebut, Gambar 4-1c, tak ada momen yang dihasilkan di sekitar
titik O. Ketiadaan efek pemutaran ini muncul, karena garis kerja gaya melalui O dan karenanya
tak ada kecenderungan rotasi yang mungkin.

Magnitudo (besar).
Magnitudo Mo adalah:

Mo = Fd

Dengan d dinyatakan sebagai lengan momen atau jarak tegak lurus dari sumbu pada titik O
terhadap garis kerja. Satuan besar momen terdiri dari gaya kali jarak, yaitu N.m atau lb.ft.
Arah. Arah Mo akan ditentukan dengan menggunakan "aturan tangan kanan". Untuk
melakukan ini. jari jari tangan kanan dilipat sedemikian mereka mengikuti tanda arah rotasi,
yang akan terjadi jika gaya dapat berotasi di sekitar titik O. Gambar 4-2. ibu jari kemudian
menunjuk sepanjang sumbu momen sehingga dia memberikan arah dan tanda arah vektor
momen, yang berarah ke arah atas dan tegak lurus terhadap bidang berbayang yang mengandung
F dan d. Dengan definisi ini, momen Mo dapat dipandang sebagai vektor luncur
(sliding vektor) dan karena itu bekerja pada sembarang titik sepanjang sumbu momen.
Dalam tiga dimensi Mo didekskripsikan sebagai anak panah vektor dengan sebuah lingkaran
diatasnya untuk membedakannya dengan vektor gaya, Gambar 4-2. Suatu pandangan dua
dimensi diberikan dibawah gambar tersebut berlawan arah jarum jam yang menunjukan kerja F.
Ujung anak panah pada lingkaran ini digunakan untuk menunjukan tanda arah rotasi yang
disebabkan oleh F. Namun dengan menggunakan aturan tangan kanan disadari bahwa arah dan
tanda arah vektor momen dalam gambar 4-2 ditentukan oleh ibu jari yang menunjuk keluar
halaman karena jari-jari mengikuti arah lingkaran. Dalam dua dimensi kita akan sering
berhubungan dengan pencarian momen gaya “disekitar suatu titik” (O). momen selalu bekerja
disekitar suatu sumbu yang tegak lurus terhadap bidang yang mengandung F dan d, dan sumbu
ini berpotongan dengan bidang pada titik (O) tersebut.

Momen Resultan Sistem Gaya Koplanar


Jika suatu sistem gaya-gaya yang semuanya berada dalam bidang x-y, maka momen yang
dihasilkan oleh tiap-tiap gaya sekitar titik O akan diarahkan sepanjang sumbu z pada gambar 4-3.
Sebagai akibatnya, momen resultan MRO dari sistem dapat ditentukan dengan menjumlahkan
semua gaya-gaya secara aljabar, ke arah semua vektor momen adalah kolinear. Kita dapat
menulis penjumlahan vektor ini secara simbolik sebagai
RO =∑ d

4-3. Gaya – Formulasi Vektor


Momen gaya F sekitar titik O, atau sesungguhnya di sekitar surnbu momen
yang melalui O dan tegak lurus bidang yang mengandung O dan F, Gambar
4-13a, dapat juga dinyatakan dengan menggunakan perkalian silang vektor. Yaitu
Di sini r menyatakan vektor posisi yang ditarik dari O ke sembarang titik yang
berada pada garis kerja R Dia kini akan ditunjukkan bahwa rnemang momen
M0, ketika ditentukan oleh yang benar.perkalian silang ini. mempunyai besar dan arah yang
benar
Magnitudo. Magnitudo perkalian silang di atas didefinisikan dari
Persamaan 4-1 sebagai M* = r F sin . Di sini, sudut d diukur antara
pangkal-pangkal r dan F. Untuk menetapkan sudut ini, r harus diperlakukan
sebagai sebuah vektor dorang sehingga 6 dapat dibuat dengan
benar. Gambar 4-13b. Karena lengan momen d = r sinθ maka
M = rF sinθ=F(r sin θ) =Fd

yang sesuai dengan Persamaan 4-4.

Arah. Arah dan tanda arah Ma, dalam Persama an 4-6 ditentukan oleh aturan
tangan kanan ketika diterapkan pada perkalian silang. Jadi, dengan
mengembangkan r ke posisi garis putus-putus dan m 4-t3b. Perhatikan bahwa "peiingkaran
(pelipatan)" jari-jari tangan, seperti
lingkaran mengitari vektor momen, menunjukkan tanda arah rotasi yang ditirnbulkan
oleh gaya. Karena perkalian silang tidak kornutatif, maka penting
bahwa urutan yang benar dari r dan F diperhatikan dalam Persamaanelipat jari-jari tangan
kanan dari r mbnuju F t'’r kali silang F', ibu jari diarahkan ke arah atas atau
tegak iurus terhadap bidang yang meneandung r dan F dan ini adalah
dalam arah yang sama seperti M0, momen gaya di sekitar titik O, Gambar 4-t3b. Perhatikan
bahwa "peiingkaran (pelipatan)" jari-jari tangan, seperti
lingkaran mengitari vektor momen, menunjukkan tanda arah rotasi yang ditirnbulkan
oleh gaya. Karena perkalian silang tidak kornutatif, maka penting
bahwa urutan yang benar dari r dan F diperhatikan dalam Persamaan 4-6.

Transmibilitas Gaya. Pandang gaya F yang diterapkan pda titik A dalam gambar 4-14.
yang ditunjukkan oleh F di sekitar titik O adalah M = r x F, namun telah di tunjukan bahwa pada
akibatnya F dapat diterapkan pada titik B atau C dan momen M0=rb x F= rc x F yang sama akan
dapat dihitung . Sebagai akibatnya , F memiliki sifat-sifat satu vector lancar (sliding vector) dan
karenanya dapat bekerja pada titik sembarang garis kerjanya dan tetap menghasilkan momen
yang sama di sekitar titik O .Kita menyatakan F dalam hl ini sebagai yang “dapat di
transmisikan”, dan kita akan membicarakan hal ini lebih lanjut pada bagian 4-7.

Formulasi Vektor Kartesian, jika kita menetapkan sumbu-surrnbu kordinat x, y, z, maka vektor
posisi r dan gaya F dapat dlnyatakan sebagai vektor Kartesian, Gambar 44-15 dengan
menerapkan Persamaan 4-6 kita peroleh

Dengan rx,ry,rz menyatakan kmponen-komponen x,y, z dari vektor poslsl yang ditarik dari
t itik O kesembarang titik pada garis kerja gaya

Fx,Fy,Fz yang menyatakan komponen-komponen x, y, z dari 11ector gaya.

Jika determinan diperiuas, maka seperti Persamaan 4-2 diperoleh

M0=(ryFz-Rzfy)i-(rxFz-rzFx)j+(rxFy-ryFx)k

Pengertian fisis tiga komponen momen ini menjadi terbukti dengan mempelajari
Garnbar 4-15a. Sebagai contoh, komponen i dari M., ditentukan
dari momen-momen Fx, Fy, Fz di sekitar sumbu Terutama, perhatikan
bahwa F , tidak rnenimbulkan suatu momen atau kecenderungan untuk
menyebabkan putaran di sekrtar surnbu x

karena gaya ini sejajar dengan surnbu x. Garis kerja F melalui titik E, dan dengan besar momen
Fx, di sekitar titik A pada sumbu; adalah Oleh aturan tangan kanan karnponen ini bekerjaa pada
arah i negative deimikan juga, F- rnenyumbangkan suatu komponen rnomen ry,Fzi. jadi (M0)x =
(ryFz - rzFx ) seperti ditunjukkan dalam persamaan 4-8. Sebagai suatu latihan, tentukan
komponen-komponen j dan k dari M, dalarn cara ini, dan tunjukkan bahwa memiang bentuk
pengembangan detererminan. Persamaan 4-8, menyatakan momen F di sekitar titik O. Sekali
setelah tertentukan, perhaikan bahwa I1.4, akan selalu tegak iurus terhadap bidang berbayang-
bayang yang mengandung vektor-vektor r dan F, Gambar 4-15b Akan ditunjukkan daiam Contoh
4-5 bahwa komputasi mornen dengan menggunakan perkaiian silang rnempunyai keuntungan
nyata terhadap formulasi skalar ketika memecahkan soal-soal dalam tiga dimensi.Ini karena
umumnya lebih mudah untuk rnenetapkan vektor posisi r terhadap gaya. dan pada menentukan
jarak lengan momen d yang harus diarahkan tegak lurus terhadap garis kerja gaya

Momen Resultan Sistem Gaya. Momen resultan sistem gaya di sekitar titik O dapat ditentukan
dengan penjumlahan vektor yang diambil dari penerapan suksesif (berturut-turut) dari Persamaan
4-7. Resultan ini dapat ditulis secara simbolis sebagai

M = ∑( r x F )
Ditunjukkan dalam Gambar 4-16
Prinsip Momen

Suatu konsep yang sering digunakan dalarn mekanika adalah prinsip momen,
yang kadang-kadang dinyatakan sebagai teorema Varignon kwena pertama
kali dikembangkan oieh rnatematikawan Prancis Varignon (1654 - 1122).Dia,
menyatakan bahwa momen gaya di sekitar suatu titik sama dengan penjumlahan
momen-momen komponen gaya di sekitar titik tersebut. Pembuktian
hadir secara langsung dari hukum distributif perkalian silang vektor. Untuk
rnenunjukkan ini, tinjau gaya F dan dua komponennya, dengan F = F1 + F2
Gambar 4-19. Kita peroleh

M0 = r x F1 + r x F2 = r ( F1 +F2 ) = r xF

Konsep ini mempunyai aplikasi pentrng terhadap penyelesaian saal-soal


dan pernbuktian-pembuktian teorerna yang menyertainya, karena dia sering
lebih mudah untuk menentukan momen-momen komponen gaya dari pada
momen gaya itu sendiri.
4-5.Momen Gaya Mengitari Suatu Sumbu Tertentukan

Ingat bahwa bila momen gaya dihitung di sekitar suatu titik, rnomen dan
sumbunya selalu tegak lurus terhadap bidang yang mengandung gaya dan
lengan momen. Dalam beberapa soal cukup penting untuk mencari komponen-
komponen momen ini sepanjang suatu sumbu tertentukan yang rnelalui
titik tersebut.Untuk menyelesaikan soal ini baik analisis skalar maupun
vektor dapat digunakan.
Analisis Skalar. Sebagai suatu contoh numerik dari masalah ini, perhatikan
pipa yang ditata seperti dalam Gambar 4-22a., yang berada dalam
bidang horizontal dan dikenai suatu gaya vertikal F = 20 N yang diterapkan
pada titik A. Momen gaya ini di sekitar titik 0 mernpunyai besar Mo =
(20 N) (0,5 m) = 10 N.m dan arah yang ditentukan oleh aturan tangan
kanan, seperti ditunjukkan dalam Gambar 4-22a. Momen ini cenderung
untuk memutar pipa mengitari sumbu Ob. Namun, karena alasan-alasan
praktis mungkin periu untuk menentukan komponen M, di sekitar sumbu
y,My, karena komponen ini cenderung untuk melepaskan pipa dari penahan
di O. Dari gambar 4-22a, My mempunyai besar My= 7s (10 N"m) = 6 N.rn
dan tanda arah yang ditunjukkan oleh resolusi (penguraian) vektor.
Ketimbang melakukan proses dua tahap yang pertama kali harus mencari
rnomen gaya di sekitar titik O dan kemudian menguraikan momen sepanjang
sumbu y ini, maka juga dirnungkinkan untuk menyelesaikan masalah
ini secara langsung. Untuk melakukan demikian maka perlu ditentukan
jarak tegak lurus atau jarak lengan momen dari garis kerja gaya F ke sumbu
y. Dari Gambar 4-22a jarak ini adalah 0,3 m. Jadi besar momen gayadi sekitar
surnbu y sekali lagi adalah Mr, = (0,3) (20N) = 6 N.m, dan arahny-a
ditentukan oleh aturan tangan kanan seperti yang ditunjukkan.

Umumnya dengan demikian, seperti garis kerja gaya Y tegak lurus terhadap
sernbarang sumbu tertentukan αα, besar momen F di sekitar sumbu
tersebut dapat ditentukan dari persamaan

Ma = F da
Di sini di jarak tegak lurus atau terpendek dari garis kerja gaya ke surnbu.
Arahnya ditentukan dari ibu jari tangan kanan biia jari-jari dilipat menurut
arah rotasi begitu dihasilkan oleh gaya. Terutama, ingat bahwa gaya tidak
akan menyumbangkan momen di sekitar sumbu terspesifikasi jika garis
kerja gaya paralel terhadap sumbu atcu garis kerjanya melalui sumbu
tersebut.

Analisis Vekor. Penyelesaian dua tahap yang terdahulu yaitu pertama


kali mencari momen gaya di sekitar suatu titik pada sumbu dan kemudian
mencari komponen proyeksi momen di sekitar sumbu tersebut dapat juga
dilakukan dengan rnenggunakan suatu analisis vektor, Gambar 4-22b. Di
sini momen di sekitar suatu titik O pertama kali ditentukan dan M0 = ra x F
= (0,3i + 0,4j) x (-20k) = i-8i + 6j) N.m. Kornponen alau proyeksi momen
ini sepanjang sumbu y kemudian ditentukan dari perkalian titik (dot) (Bagian
2.9\.Karena vektor satuan untuk sumbu {atau garis) ini adalah u = j,
makaMy = Mo.u = (-8i+6j).j = 6 nNm. Hasil ini, tentu saja adalah yang
diharapkan, karena dia menyatakan komponen j Cari M0.
Analisls vektor yang dernikian inr terutama menguntungkan untuk
mencari rnomen gaya di sekitar suatu sumbu ketika komponen-komponen
gaya atau lengan-lengan rnomen yang berkaitan sulit untuk ditentukan.
Atas alasan ini, proses dua tahap di atas sekarang akan digeneralisasikan
dan diterapkan untuk benda bentuk sembarang. Untuk melakukan itu, perhatikan
benda dalam Gambar 4-23, yang dikenai gaya F yang bekerja pada
titik A. Di sini kita ingin rnenentukan efek F yang cenderung memutar
benda di sekitar sumbu aa'. Kecenderungan untuk merotasi ini diukur dengan
komponen momen Mo. Untuk menentukan Mo kita pertama menghitung
momen F
di sekitar setiap titik sembarang C yang berada pada surnbu ’ tersebut.
Dalam hal ini Mo dinyatakan dengan perkalian silang Mo = r x F,
dengan r diarahkan dari O ke A. Karena M0 bekerja sepanjang sumbu
momen bb', yang tegak lurus terhadap bidang yang mengandung r dan F,
komponen atau proyeksi Mo, pada sumbu αα' selanjutnya dinyatakan dengan
Mα. Besar M0 ditentukan dengan perkaiian titik, Mα= Mα cos θ = Mα Mα,
dengan uα, vektor satuan yang rnenyatakan arah sumbu aa'. menggabungkan
dua tahap ini sebagai pernyataan urnum, kita rnernperoleh Mα = (r x F) uα.
Karena perkalian titik komutatif, kita juga dapat rnenulis

Ma = ua . ( r x F )

Dalarn aljabar vektor. kombinasi perkalian dot dan siiang ini menghasilkan
suatu skalar Mα disebut perkalian skalar tripel. Diberikan bahwa sumbu-sumbu
x, y, z telah tertetapkan dan komponen-komponen Kartesian tiap-tiap
vektor dapat ditentukan. maka perkalian skalar tripel dapat dltulis
dalam bentuk determinan sebagai
Atau secara sederhana

Bila Mα dievalusi dari Persamaan 4- I l, dia akan menghasilkan suatu skalar


positif atau negatif. Tanda skalar ini menyatakan tanda arah Mα sepanjang
sumbu Mα . Jika dia positif. maka Ma akan mempunyai tanda arah yang sama
dengan uα, sebaliknya jika dia negatif, maka Mα akan bekerja berlawanan
dengan uα.
Sekali Mα ditentukan, kita dapat kernudian menyatakan Mα sebagai vektor
Kartesian, yaiiu

Ma =Maua = [u.(r x F)ua

Akhirnya, jika momen resultan dari serangkaian gaya harus dihitung di


sekitar suatu sumbu, maka komponen-kompcnen momen tiap-tiap sumbu
dijumlahkan bersama secara aljabar, karena tiap-tiap komponen berada sepanjang
sumbu yang sama, yaitr: besarnya adalah

MA = ∑[ua.(r.F)]ua.∑(r.F)

Contoh-contoh berikut mendeskripsikan aplikasi numerik dari konsep-konsep


di atas.

4.6 Momen Kopel

Sebuah kopel didefinisikan sebegai dua gaya paralel yang mernpunyai


besar yang sama, berarah berlawanan dan dipisahkan cleh suatu jarak tegak
lurus d, Gambar 4-26. Karena gaya resultan dari dua gaya ,yang menyusuri
kopel adaiah nol. satu-satunya efek sebuah kopel adalah untuk rnenghasiikan
suatu rotasi atau kecendenrngan rotasi dalam arah tertentukan
(khusus). Sebagai suatu contoh praktis, sebuah kopel dihasilkan pada roda
kernudi mobil ketika rnennbelokkan roda-roda.

Mornen yang dihasilkan oleh sebuah kopel, disebut momen kopel adalah
ekivalen dengan jumlah momen dari kedua gaya kopel, ditentukan di sekitar
setiap titik sembarang O di dalam ruang. Untuk menunjukkan ini. perhatikan
vektor posisi rα dan rb yang diarahkan dari S ke titik-ritik A dan B yang berada
pada garis kerja -F dan F, Gambar 4-27. Momen kopel dihitung di sekitar
O dengan demikian adalah

M = rA x (-F) + rB x (F)
= ( rB -rA) x F

OIeh aturan segitiga penjumlahan vektor, rα+rb = FB atau r = rB - rA.


Sehingga :
M=r xF

Hasil ini nnenunjukkan bahwa sebuah momen kopel adalah merupakan suatu
vektor bebss, yakni dia dapat bekerja pada sembarang titik, karena M bergantung
hanya pada vektor posisi yang diarahkan di antara gaya-gaya dan bukan
vektor-vektor posisi rA dan r". diarahkan dari titik O ke gaya-gaya Karena itu
konsep ini tidak sama dengan momen gaya yang memerlukan suatu titik
(atau surnbu) tetap di sekitar momen-momen yang ditentukan.
Formulasi Skalar. Momen kopel M, Gambar 4-28,didefinisikan sebagai
memiliki suatu besar

M = Fd

dengan F rnerupakan besar salah satu gaya dan d jarak tegak Iurus atau lengan
momen antara gaya-gaya. Arah dan tanda arah momen kopel ditentukan dengan
aturan tangan kanan, dengan ibu jari menunjukkan arah ketika jari-jari
dilipat dengan tanda arah rotasi yang disebabkan oleh kedua gaya. Dalam semua
kasus, M bekerja tegak lurus terhadap bidang yang mengandung gaya-gaya
ini.

Formuasi Vektor. Momen kopel dapat juga dinyatakan dengan perkaiian


silang vektor dengan menggunakan persamaan 4-13, yaitu

M=rxF

Penerapan persamaan ini dengan mudah diingat jika seseorang memikirkannya


, dengan memperlakukan momen kedua gaya di sekitar suatu titik
vang berada pada garis kerja salah satu gaya. Misalnya, jika mornen-momen.
diarnbil di sekitar titik A dalam Gambar 4-27 maka momen -F adalah
nol di sekitar titik ini dan momen F ditentukan dari Persamaan 4-15. Karena
itu, dalam formuiasi r dikali silang dengan gaya F terhadap mana dia diarahkan.

Kopel-Kopel Ekivalen. Dua kopel dikatakan ekivalen jika menghasilkan


momen yang sama. Karena momen dihasilkan oleh sebuah kopel selain
tegak lurus terhadap bidang yang mengandung gaya-gaya kopel, karena
itu penting bahwa gaya-gaya dari kopel-kopel yang sama berada masing-
masing dalam bidang yang sama atau daiam bidang-bidang yang
paralel terhadap satu sama lain. Dalam cara ini, arah masing-masing momen
kopel akan sama, yaitu tegak lurus terhadap bidang-bidang paralel.
Misalnya. dua kopel yang ditunjukkan dalam Gambar 4-29 adalah ekivalen.
Kopel yang satu dihasilkan oleh pasangan gaya-gaya 100 N yang dipisahkan
suatu jarak d = A,5 rn. dan yang lainnya dihasilkan oleh pasangan
gaya-gaya 200 N yang dipisahkan oleh jarak 0,25 m. Karena bidang-bidang
dimana gaya-gaya bekerja adalah paralel terhadap bidang x-y, maka momen
yang dihasilkan oleh kopel masing-rnasing dapat dinyatakan sebagai M
={50k}N.m.
Resultan Momen Kopel. Karena momen kopel merupakan vektor-vektor
bebas, maka mereka dapat diterapkan pada sembarang titik P pada
sebuah benda dan menjumlahnya secara vektorial. Sebagai contoh, dua
kopel yang bekerja pada bidang-bidang berbeda dari suatu benda tegak dalam Gambar 4-30c
dapat diganti dengan momen-momen kopel mereka yang
berkaitan M1 dan M2, Gambar 4-30b dan kemudian vektor-vektor bebas
ini dapat dipisahkan ke titik sembarang F dan menjumlahnya untuk mendapatkan
momen kopel resultan MR=M1 + M2 ditunjukkan da]am Garnbar
4-30c.
Jika ]ebih dari dua momen kopel bekerja pada benda kita dapat menggeneralisasi
konsep ini dan menulis resultan vektor sebagai

MR = ∑ ( r x F )
dengan momen kopel masing-masing dihitung menurut Persamaan 4-15.
Contoh-conloh berikut mendeskripsikan konsep-konsep ini secara numerik.
Umumnya, soal-soal yang diproyeksikan dalam dua dimensi harus diselesaikan
dengan menggunakan suatu anaiisis skalar, karena lengan-lengan momen
dan kompcnen-kornponen gaya mudah dihitung.

4.7 Pergerakan Gaya Pada Benda Tegar

Banyak masalah dalam statika, termasuk reduksi sistem gaya menjadi bentuk
yang paling sederhana mungkin, mensyaratkan untuk menggerakkan
suatu gaya dari satu titik ke titik iain pada sebuah benda tegar. Karena suatu
gaya cenderung untuk memindahkan (mentranslasi) dan merotasi sebuah
benda, maka menjadi penting bahwa dua efek “eksternal" ini tetap sama jika
gaya dipindahkan Cari satu titik ke titik iain pada benda. Dua kasus untuk
lokasi titik O terhadap mana gaya dipindahkan akan ditinjau sekarang.

Titik O Adalah Titik Kerja Gaya, misalnya benda tegar


yang ditunjukan dalam Garnbar 4-35a.yang dikenai suatu gaya F,yang diterapkan
pada titik A Untuk rnemindahkan gaya ke titik O tanpa mempengaruhi
ef'ek-efeir eksternal pada benda. Kita akan pertama kaii menerapkan
gaya-gaya yang sama narnun berlawanan F dan -F pada O, seperti ditunjukkan
dalam Gambar 4-35b. Dua gaya yang ditunjukkan oleh tanda garis
yang memotong mereka itu dapat dihilangkan, dengan tetap membiarkan
gaya pada titik O sebagaimana disyaratkan, Gambar 4-35e. Dengan menggunakan
prosedur pengkonstruksian ini, suatu sistem ekivalen telah dipertahankan
dl antara diagram, masing-masing, sebagaimana ditunjukkan oieh
tanda yang sama. Namun, perhatikan bahwa gaya secara sederhana telah
. "ditransmisikan" sepaniang garis kerjanya, dari titik A, Gambar 4-354, ke
titik O, Gambar,4-35c. Dengan kata lain. gaya dapat dipandang sebagai satu
vektor luncur (sliding vektor) karena dia dapat bekerja pada sembarang
titik O sepanjang garis kerjanya. Dalam bagian 4-3 kita menyatakan konsep sebagai prinip
transibilitas. Dia dapat dinyalakan secaraa formal
sebagai berikut: Gaya-gaya eksternai pada suatu benda tegar tetap tidak
berubah bila suatu gaya, yang bekerj pada suatu titik tertentu pada benda
tersebut, diterapkan pada titik lain yang berada pada garis kerja gaya
tersebut. Penting untuk disadari bahwa hanya efek-efek eksternal, seperti
gerak benda atau gaya-gaya yang diperlukan untuk menahan benda jika dalam
keadaan stasioner, tetap tidak berubah setelah F dipindahkan. Secara
pesii efek-efek internal bergantung pada di mana F ditempatkan. Misalnya.
Bila F bekerja pada A,gaya-gaya dalam benda mempunyai suatu
intensitas tinggi di sekitar A, sebaliknya perpindahan F menjauhi dan titik
ini akan menyebabkan gaya-gaya internal ini berkurang.
Titik O Adalah Pada Garis Kerja Gaya , Kasus ini ditunjukkan
dalam Gambar 4-36a. Dengan F dipindahkan ke titik O tanpa mempengaruhi
efek-efek eksternal pada benda. Dengan mengikuti prosedur yang sama
seperti sebelumnya. kita pertama menerapkan gaya yang sama tapi
berlawanan F dan -F pada titik C, Gambar 4-36b Di sini dua gaya ditunjukkan
oleh suatu tanda slash (garis) yang melewati mereka membentuk
suatu kopel yang mempunyai suatu momen ,yang tegak lurus terhadap F dan
didefinisikan oleh perkalian silang M = r x F. Karena momen kopel merupakan
suatu vektor bebas, dia dapat diterapkan pada sernbarang titik P pada
benda seperti ditujukkan dalarn Gambar 4-36c. Di samping momen kopel
ini, F kini bekerja pada titik C sepertl diinginkan.

Sebagai suatu ilustrasi fisis dua kasus di atas, perhatikan efek pada tangan
ketrka memegang ujung O tongkat yang beratnya dapat diabaikan.
Jika gaya vertikal F diterapkan pada ujung lain A dan tongkat dipegang dalam
posisi vertikal, Gamb ar 4-37a. maka hanya gaya yang dirasakan pada
genggarnan. tanpa memandang di mana F diterapkan sepanjang garis kerjanya
OA, Ini merupakan suatu konsekuensi prinsip transmisibilitas. Bila
tongkat dipegang dalam posisi horizontal, Gambar 4-37h,gaya di A mempunyai
efek menghasilkan suatu gaya yang menuju ke bawah pada pegangan
O dan suatu puntiran searah jarum jam Sebaliknya, efek-efek yang sama
ini dirasakan pada pegangan,jika gaya F diterapkan pada pegangan d
momen kopel M = Fd diterapkan terhadap tongkat.
4.8. Resultan Sebuah Gaya dan Sitem Kopel

Bila suatu benda tegar dlkenai suatu sistem gaya dan momen-momen
kopel, maka sering lebih sederhana untuk mengkaji efek-efek eksternal
pada benda dengan menggunakan resultan gaya dan momen kopel, ketimbang
sistem gaya dan momen kopel. Untuk menunjukkan bagaimana menyederhanakan
suatu sistem gaya dan momen kopel terhadap resultan-resultannya, perhaiikan benda tegar dalam
Gambar 4-39a. Sistem gaya dan momen kopel yang bekerja padanya akan disederhanakan
dengan menggerakkan gaya-gaya dan momen kopel ke titik sembarang 0. Dalam hal ini,momen
kopel M hanya dipindahkan belaka ke titik O, karena dia merupakan
sebuah vektor bebas. Gaya-gaya F1 dan F2 merupakan vektor luncur
(slidiing vector), dan karena O tidak terletak pada garis kerja gaya-gaya ini, masing-masing
harus dipindahkan ke O menurut prosedur vang dinyatakan
dalam Bagian 4.7. Misalnya biia F1 diterapkan pada O, suatu mornen kopel
bersangkutan M1 = r1 x F1, harus juga diterapkan pada benda, Gambar 4-39b. Dengan
penambahan vektor, sistem gaya dan momen kopel yang
ditunjukkan dalam Gambar 4-39b kini dapat direduksi menjadi suatu gaya
resultan ekivalen FR = F1 + F2 dan momen kopel resultan MRO = M + M1
besar rnaupun arah FR adalah tak bergantung pada tempat titik O, karena
mornen-rnomen M1, dan M2 dihitung menggunakan vektor posisi r1 dan r2.
Perhatikan juga bahwa MRO, merupakan suatu vektor bebas dan dapat bekerja
pada sembarang titik pada benda, meskipun titik O umumnya dipilih
sebasai titik aplikasinya.
PROSEDUR ANALISIS

Metode untuk menyederhanakan sembarang gaya dan sistem momen


kopel terhadap suatu gaya resultan yang bekerja pada titik O dan momen
kopel resultan di atas kini akan dinyatakan dalam istilah-istilah
yang umum.Untuk menerapkan metode ini adalah perlu sekali pertarna
menerapkan suatu sistem kordinat x, y, z.

Sistem Tiga Dimensi. Suatu anaiisis Kartesian secara umum digunakan


untuk menyelesaikan soal-soal yang meliputi gaya dan sistem kopel
tiga dimensi untuk mana komponen-komponen gaya dan lengan-lengan
momennya sulit untuk ditentukan.

Penjumlahan Gaya. Gaya resultan adalah ekivalen terhadap penjumlahan vector dari semua
gaya dalam satu system ; yaitu

FR = ∑F

Penjumlahan Momen. Momen kopel resultan adalah ekivalen terhadap


penjumlahan vektor dari semua momen kopel dalam sistem tambah
mornen di sekitar titik O dan semua gaya dalam sistem; yakni.

MRO = ∑M + ∑M0

Sistem Gaya Koplanar . Karena komponen-komponen gaya dan


lengan-lengan momen mudah ditentukan dalam dua dimensi. suatu
analisis skalar memberikan penyelesaian yang paling menyenanghan
terhadap soal-soal yang melibatkan sistem gaya koplanar. Dengan
menganggap bahwa gaya-gaya berada dalam bidang x-y dan momen-momen kopel tegak lurus
terhadap bidang ini (sepanjang sumbu z),
maka resultan-resultannya ditentukan sebagai berikut:

Penjumlahan Gaya. Gaya resultan FR adalah ekivalen terhadap


penjumlahan vektor dari dua kornponennya FRX dan FRY. Tiap-tiap komponen
diperotreh dari penjumlahan (aljabar) scalar dari komponen-komponen semua gaya dalam sistem
yang bekerja dalam arah sama:yakni,
FRx = ∑
FRy = ∑Fy

Penjumlahan Momen. Momen kopel resultan Mko, adalah tegak lurus terhadap
bidang yang mengandung gaya-gaya dan ekivalen terhadap penjumlahan
(aljabar) skalar dari semua momen kopel dalam sistem ditambah dengan
momen di sekitar titik O dari semua gaya dalam sistem; yakni,

MRO = ∑M + ∑Mo
Ketika menentukan momen gaya-gaya di sekitar O, umumnya lebih baik
menggunakan prinsip momen, yaitu menentukan momen komponen-komponen
tiap-tiap gaya ketimbang momen gaya itu sendiri.

Penting diingat bahwa. bila menerapkan setiap dari persamaan-persamaan


ini. perhatian harus diberikan pada tanda arah komponen gaya dan
momen-momen gaya. Jika mereka sepanjang sumbu-sumbu kordinat positif,
mereka menyatakan skalar-skalar posrtif: sebaiiknya jika komponen-komponen ini mempunyai
tanda arah sepaniang sumbu kordinat negatif.
rnereka merupakan skalar-skalar negatif. Dengan rnengikuti konvensi ini
suatu hasil yang positif, Misalnya, rnenunjukkan bahwa vektor resultan
mempunyai suatu tanda arah sepanjang sumbu kordinat positif.
Contoh berikut mendeskipsikan prosedur ini secara numerik.

4.9. Reduksi Lebih Lanjut Sebuah Gaya dan Sistem Kopel .

Penyederhanaan ke Suatu Gaya Resultan Tunggal.Kini tinjau


suatu kasus khusus untuk mana sistem gaya-gaya dan momen kopel bekerja pada sebuah benda
tegar, Gambar 4-41a. dirediuksi pada titik O menjadi
suatu gaya resuitan FR = ∑F dan momen kopel resultan MRO = M0,
yang mana tegalk lurus terhadap satu sama lain, Gambar 4-41b. Kapan saja
hal ini terjadi, kita selanjutnya dapat menyederhanakan gaya dan sistem
momen kopel dengan memidahkan FR ke titik lain P, yang terletak salah
satunya pada benda atau diliuar benda sedemikian hingga tak ada momen
kopel resultan yang harus diterapkan pada benda. Gambar 4-41c. Dengan
kata lain, jika gaya dan sistem momen kopel dalam Gambar 4-41c direduksi
menjadi suatu sistem resultan pada titik FR hanya resultan gaya yang akan
diterapkan pada benda tersebut. Garnbar 4-41c.

Lokasi titik P diukur dari titik O, selalu dapat ditentukan asalkan FR


dan MRO diketahui, Gambar 4-41b. Seperti ditunjukiran dalam Gambar 4-41c, P harus berada
pada surnbu bb, yang tegak lurus terhadap garis kerja
gaya F, dan sumbu Titik ini dipilih sedemikian bahwa jarak d memenuhi
persamaan skalar MRO = FR d atau d = MRO∕FR. Dengan FR telah tempatkan,
dia akan rnenghasllkan efek eksternal yang sama pada benda
seperti sistem gaya dan momen kopel dalam Gambar 4-41c, atau resultan-resultan gaya dan
momen kopel dalarn Gambar 4-41b. Kita menyatakan
gaya dan sistem momen kopel dalam Garnbar 4-41a sebagai sedang ekivalen
atau ekipolen (equipoilent) terhadap "sistem" gaya tunggal dalam
Gambar 4-41c, karena sistem masing-masing menghasiikan gaya resultan
dan momen resultan yang sama ketika digantlkan pada titik O.
Jika suatu sistem gaya salah satunya merupakan setangkup {konkuren),
koplanar, atau paralel, dia seialu dapat direduksi, seperti dalam kasus di
atas, menjadi suatu gaya resuitan tunggal FR yang bekerja melalui suatu titik
unik P. Ini karena dalam tiap-tiap dari kasus ini FR dan MRO akan selalu
tegak lurus satu sama lain bila sistem gaya disederhanakan pada sembarang
titik O.

Sisterm Gaya Konkruen. Suatu sistern gaya konkuren telah dibicarakan


secara detail dalam Bab 2. Jelaslah bahwa. semua gaya bekerja pada suatu
titik yang tak ada momen kopel resultan. sehingga titik P secara otomatis
tertentukan, Gambar 4-42.

Sistem Gaya Koplanar .Sistem gaya koplanar, yang mungkin meliputi


momen kopel yang diarahkan tegak lurus terhadap bidang gaya-gaya seperti
dituniukkan dalam Gambar 4-43a, dapat direduksi ke suatu gaya resultan
tunggal, karena bila tiap-tiap gaya dalam sistem dipindahkan ke sembarang
titik O pada bidang x-y, dia akan menghasiikan suatu mornen kopel yang
tegak lurus terhadap bidang, yaitu dalam arah ± k. Momen resultan MRO =
∑M + ∑r x F dengan demikian tegak lurus terhadap gaya resultan FR dapat
diposisikan pada suatu jarak d dari O agar menghasllkan momen MRO yang
sama ini di sekitar O, Gambar 4-43c.

Sistem Gaya Paralel. Sistem gaya paralel, yang dapat meliputi momen
kopel yang tegak lurus terhadap gaya-gaya, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 4-44a, dapat direduksi menjadi suatu gaya resultan tunggal, karena
Bila tiap-tiap gaya dipindahkan ke sembarang titik O dalam bidang x-y.
dia akan menghasilkan suatu momen kopel yang mernpunyai komponen-kornponen
hanya di sekitar sumbu x dan y. Momen resultan MRO = ∑M + ∑ r x F dengan demikian tegak
lurus terhadap gaya resultan FRO Gambar 4-44b; dan jadi FR dapat dipindahkan ke suatu titik
sejauh d sehingga dia menghasilkan momen yang sama di sekitar O.

PROSEDUR ANALISIS

Teknik yang digunakan unluk rnereduksi suatu sistem gaya koplanar ataupun
yang parairel imenjadi suatu gaya resultan tunggal mengikuti prosedur
umum yang dipaparkan dalam bagian terdahulu. Pertama kali rnenetapkan
suatu sisten kcrdinat x., y, z.Kemudian penyederhanaan mernerlukan dua
langkah berikut:

Penjumlahan Gaya. Gaya resultan F, sama dengan penjumlahan semua


gaya dari sistem, Gambar 4-4la dan 4-41c, yaitu

FR =∑F

Penjumlahan Momen. jarak d dan titik sembarang O ke garis keria FR


ditentukan dengan menyamakan momen FR di sekitar O, MRO, Gambar: 4-41c terhadap jumlah
momen di sekitar titik O dari semua momen kopel dan gaya dalam sistem ∑ Mo, Garnbar 4-4lc;
yaitu

MRO = ∑Mo

Sangat sering suatu analisis skalar dapat digunakan untuk menerapkan persamaan-persamaan ini.
karena komponen-komponen gaya dan lengan-lengan momen dengan mudah ditentukan baik
untuk sistem gaya coplanar mauupun yang paralel.

Reduksi ke suatu Putaran (pilinan). Dalam kasus umum. gaya dan


sistem momen kopel yang bekerja pada sebuah benda, Garnbar 4-39a, akan
mereduksi menjadi suatu gaya resultan tunggal FR dan momen kopel MRO pada
O yang tidak tegak lurus . Malahan, FR akan bekerja pada suatu sudut θ dari, Gambar 4-39c.
Namun. seperti ditunjukkan dalam Gambar 4-45b. MRO
dapat diurai menjadi dua komponen satu tegak lurus M1, dan yang lain parallel M , terhadap
garis kerja FR. Seperti dalam pembahasan sebelumnya, komponen
tegak lurus M dapat dieliminasl dengan menggerakkan FR ke titik P.
sepeiti ditunjukkan dalam Garnbar 4-45b, Titik ini berada pada sumbu bb,
mana tegak lurus pada baik MRO maupun FR. Untuk mempertahankan suatu
ekivaliensi beban. jarak pada O ke P adalah d= M∕Fr.Lebih lanjut. ketika FR
diterapkan pada P. momen FR cederung menyebabkan rotasi benda mengelilingi
O adalah dalam arah yang sama seperti M1 Gambar 4-.45c. Akhirnya
karena M1 merupakan suatu vektor bebas. makanya dapat digrerakkan ke P
sehingga dia kolinear (segaris) dengan FR Cambar 4-45c. Kombinasi gaya
kolinear dan momen kopel ini disebut pilinan atau putaran (sekrup). Sumbu
pilinan mempunyai garis kerja yang sama seperti gaya. Sehingga, pilinan cenderung
menyebabkan suatu translasi sepanjang sumbu dan rotasi di sekitar sumbu tersebut, Dengan
niembandingkan Gambar 4-45a dengan Gambar 4-45c.
terlihat bahwa suatu gaya umum dan sistem momen kopel yang bekerja pada
benda dapat direduksi menjadi suatu pilinan. Sumbu pilinan (puntiran) dan
titik dari mana sumbu ini melalui adalah unik dan selalu dapat ditentukan.
4.10. Reduksi Beban Terdistribusi Sederhana

Dalam banyak situasi suatu luasan permukaan yang sangat besar dari
sebuah benda dapat dikenai beban-beban terdistribusi seperti yang disebabkan
oleh angin, fluida, atau berat material yang ditahan di atas pennukaan
benda. Intensitas beban-beban ini pada tiap titik pada permukaan
didefinisikan sebagai tekanan p (gaya per satuan luas), yang dapat diukur
dalam satuan lb/ft2 atau pascal (Pa), dengan I Pa = 1 N/m2.
Dalarn bagian ini kita akan meninjau kasus paling umum dari suatu
beban tekanan terdistribusi, yang seragam sepanjang satu sumbu suatu
benda rektangular datar di atas mana beban diberikan. Sebuah contoh beban
demikian ditunjukkan daiam Gambar 4-51c. Arah intensitas beban tekanan
ditunjukkan dengan anak-anak panah yang ditunjukkan pada diagram intensitas
beban, Keseluruhan beban pada plat karena itu merupakan suatu sistem
gaya-gaya paralel, tak hingga jurnlahnya dan masing-masing bekerja pada
suatu luasan diierensial terpisah dari plat. Di sini fungsi beban, p = p(x) Pa,
Hanyalah merupakan suatu fungsi x karena tekanan adalah seragam sepan jang sumbu y. Jika
kita mengalikan p = p(x) dengan lebar a m dan plat, kita memperoleh W = {p(x) N/m2) am =
W(x) N/m. Fungsi beban ini, yang ditujukkan paa gambar 4-15b ,merupakan ukuran distribusi
beban sepanjang garis y=0 yang berada dalam bidang simetri beban.Sebagaimana terlihat, dia
diukur sebagai sebuah gaya per satuan panjang, ketimbang gaya per satuan luas. Sebagai
akibatnya, diagram intensitas beban untuk w = w(x) dapat dinyatakan oleh suatu sistem gaya-
gaya paralel koplanar. ditunjukkan dalam dua dimensi dalam Gambar 4-51b. Dengan
menggunakan metode-metode dari Bagian 4.9, sistem gaya-gava ini dapat disederhanakan
menjadi suatu gaya resultan tunggal FR dan lokasinya x tertentukan,
Gambar 4-5 1c.
Besar Gaya Resultan. Dari Persamaan 4-21 (FR = ∑F) besar FR
adalah ekivalen dengan jumlah semua gaya dalam sistem. Dalam hal ini
integrasi harus digunakan karena ada suatu jumlah tak hingga dari gaya-gaya
paralel dF yang beker;a sepanjang plat, Gambar 4-51b. Karena dF bekerja pada elemen panjang
dx, dan w(x) merupakan gaya per satuan panjang,
maka pada lokasi x, dF = w(x) dx = dA. Dengan kata lain, besar CF
ditentukan dari luas deferensial berwarna dA di bawah kurva beban. Untuk
seluruh panjang plat,

(4-23)
Jadi, besar gaya resultan adalah sama dengan luas total di bawah diagram beban W = W(x).
BAB V
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Dalam bab ini akan dibahas tentang konsep –konsep fundamental


kesetimbangan benda tegar , dimana kesetimbangan mensyaratkan adanya
kesetimbangan gaya – gaya,untuk mencegah benda bertranslasi dengan gerak
dipercepat, dan kesetimbangan momen – momen, untuk mencegah benda berotasi

5.1 Syarat Kesetimbangan Benda Tegar

Sebuah partikel berada dalam


kesetimbangan jika dia tetap diam atau bergerak
dengan kecepatan tetap, meninjau hal tersebut
dapat disyaratkan bahwa resultan gaya yang Gambar 5-1

bekerja pada partikel tersebut sama dengan nol Halaman 184


. suatu diagram benda bebas dari
sembarang partikel ke – i dari benda ditunjukan
dalam gambar 5-1b . terdapat 2 bentuk gaya
yang bekerja padanya. Gaya – gaya internal,
dinyatakan secara simbolik sebagai berikut :

Adalah gaya – gaya yang dilakukan oleh semua partikel lain pada partikel ke – i
dan menghasilkan resultan fi ,untuk penjumlahan ini tidak berlaku i = j karena
partikel ke- i tidak dapat melakukan gaya pada dirinya sendiri. Gaya eksternalnya
menyatakan antara lain efek dari gaya gravitasi, listrik, magnet, atau gaya – gaya
kontak antara partikel ke – i dengan benda/partikel yang berdekatan dan tidak
termasuk dalam benda. Jika partikel berada dalam kesetimbangan ∑ kemudian
dengan menerapkan hukum Newton pertama maka diperoleh :
Fi + fi = 0
Bila persamaan keseimbangan ini juga diterapkan pada tiap – tiap partikel lain
dari benda tersebut, maka persamaan serupa akan muncul dan jika semua
persamaan ini dijumlahkan secara vaktorial diperoleh :
∑ +∑ =0
Penjumlahan gaya – gaya internal tersebut jika diselesaikan akan sama dengan nol
karena gaya – gaya tersebut berupa gaya kolinier yang sama namun
berlawanan,huum Newton ketiga, sehingga hanya gaya eksternal yang akan tetap
ada,sehingga dapat ditulis sebagai

Dengan meninjau momen – momen gaya yang bekerja pada partikel ke – i
disekitar titik sembarang O,gambar 5-1b. dengan menggunakan persamaan
kesetimbangan partikel dan hukum distributive perkalian silang vector diperoleh :

ri x ( Fi + fi ) = ri x Fi + ri x fi = 0
Persamaan serupa dapat ditulis untuk partikel – partikel lain dari benda
dan menjumlahkan mereka semua secara vektorial,kita peroleh
∑ + ∑ =0
Dengan menggunakan notasi ∑ = ∑ kita dapat menulis
persamaan terdahulu sebagai
∑ =0
Jadi, persamaan kesetimbangan benda tegar dapat diringkas sebagai
berikut :

∑ =0

Persamaan ini mensyaratkan bahwa sebuah benda tegar akan berada dalam
kesetimbangan asalkan penjumlahan semua gaya eksternal yang bekerja pada
benda tersebut sama dengan nol dan jumlah momen – momen gaya eksternal
disekitar suatu titik juga sama dengan nol.

Andaikan suatu gaya tambahan F’ dibutuhkan untuk menahan benda


dalam kesetimbangan, akibatnya persamaan kesetimbangan menjadi

∑ =0
Dengan M’O momen F’ disekitar O.Karena ∑ ∑ = 0 Maka
ita mensyaratkan F’ = 0 ( Juga M’O = 0 ). Akibatnya, gaya tambahan F’ tidak
diperlukan untuk menahan benda, dank arena itu persamaan 5-1 juga syarat yang
cukup untuk kesetimbangan.

5.2 Diagram Benda Bebas

Diagram benda bebas merupakan sketsa bentuk garis – garis pada benda
yang menggambarkanya sebagai sedang “terisolasi” atau “bebas” dari
sekelilingnya, yaitu, suatu “benda bebas”.pada sketsa ini perlu untuk
memperlihatkan semua gaya dan momen kopel pada benda tersebut,sehingga efek
dari gaya maupun momen kopel yang bekerja pada benda tersebut dapat
diperhitungkan.
Adapun berbagai bentuk reaksi yang muncul pada penopang ( penahan )
dan titik – titik penopang antara benda yang dikenai system gaya coplanar.sebagai
aturan umum , jika sebuah penopang ( penahan ) mencegah translasi sebuah benda
dalam satu arah tertentu, maka sebuah gaya akan timbul pada benda tersebut
dalam arah itu.demikian pula jika rotasi dicegah,suatu momen kopel akan
diarahkan pada benda.
Karena sebuah benda tegar merupakan komposisi dari partikel – partikel
maka baik beban internal maupun beban eksternal dapat bekerja padanya. Namun
gaya internal tidak digambarkan dalam diagram ini karena gaya ini selalu dalam
bentuk gaya kolinier yang berlawanan arah sehingga efek total mereka terhadap
benda sama dengan nol.
Berat dan Pusat Gaya Berat ( Gravitasi ) apabila sebuah benda dikenai
suatu medan gravitasi maka masing – masing partikelnya mempunyai suatu berat
spesifik seperti hukum gravitasi Newton,jika kita menganggap bahwa ukuran
benda “kecil” dalam hubunganya dengan bumi, maka layak untuk meninjau gaya
–gaya parallel yang bekerja pada partikel – partikel yang terdapat di dalam batas
benda,sehingga system demikian dapat direduksi menjadi gaya resultan tunggal
yang bekerja melalui titik spesifik. Kita menyatakan resultan gaya ini sebagai
berat W benda, dan terhadap letak titik aplikasinya sebagai pusat gaya berat (
gravitasi ) G. Bila benda seragam atau terbuat dari material homogeny, pusat gaya
berat akan terletak pada pusat geometric atau sertroida benda,namun jika tidak
homogen maka pusat gaya beratnya akan diberikan.

PROSEDUR MENGGAMBAR BENDA BEBAS

1. Bayangkan benda terisolasi atau membuatnya “bebas” dari lingkungan dan


hubungan – hubunganya, den gambarkan ( sketsa ) bentuk garis – garisnya
2. Identifikasi gaya- gaya eksternal dan momen-momen kopel yang bekerja
pada benda. Mereka umumnya dijumpai sebagai ( 1 ) beban – beban yang
diterapkan ( 2 ) reaksi – reaksi yang terjadi pada penopang atau pada titik
kontakan dengan benda – benda lain ( 3 ) berat benda, untuk
memperhitungkan semua efek ini, akan membantu kalau menelusuri
seluruh batas, dengan secara seksama memeprhatikan masing – masing
gaya atau momen kopel yang bekerja padanya.
3. Tunjukkan dimensi benda yang perlu untuk menghitung momen – momen
gaya.gaya dan momen kopel yang diketahui harus diberi label dengan
besar dan arahnya yang benar. Huruf – huruf digunakan untuk menyataan
besar dan sudut arah dari gaya – gaya dan momen kopel yang tidak
diketahui.tetapkan suatu system koordinat x,y sehingga yang tidak
diketahui Ax , By ,dan lain – lain ini dapat diidentifikasi.
Contoh soal :

1. gambarkan diagram benda bebas untuk engkol ABC yang


ditunjukkan dalam gambar 5-6a
PENYELESAIAN :
Diagram benda bebas ditunjukkan dalam gambar
5-6b. pin penopang di B melakukan komponen –
komponen gaya Bx dan By pada engkol bel, masing –
masing mempunyai suatu garis kerja yang diketahui
namun besarnya tak diketahui.
Sambungan pada C melakukan suatu
gaya Fc yang bekerja dalam arah
sambungan dan mempunyai besar
yang tidak diketahui. Dimensi –
dimensi engkol juga dilabelkan pada
diagram benda bebas, karena
informasi ini akan berguna dalam
menghitung momen gaya – gaya. Sebagaimana biasanya, tanda arah tiga
gaya yang tidak diketahui telah diterka. Tanda arah yang benar akan
menjadi nyata setelah menyelesaikan persamaan – persamaan
kesetimbangan.
Meskipun bukan bagian dari soal ini, pandangan tiga dimensi
diagram benda bebas dari pin dan dua daun pin di B, ditunjukkan dalam
gambar 5-6c. karena daun
dipasang tetap pada tembok pada
tiap – tiap tembok; yaitu
B”xB”yM”B Reaksi – reaksi ini
ditunjukkan sama dalam besar dan
arah pada daun masing – masing karena kesimetrian beban dan geometri.
Perhatikan secara seksama bagaimana prinsip aksi-reaksi kolinier”sama
namun berlawanan”digunakan bila menerapkan gaya – gaya B’x dan B’y
pada tiap – tiap daun dan pin. Semua yang tak diketahui ini dapat
diperoleh dari persamaan-persamaan kesetimbangan setelah Bx dan By
diperoleh.

5.3 Persamaan Kesetimbangan


Pada bagian 5.1 telah disebutkan dua persamaan yang merupakan syarat
untuk kesetimbangan benda tegar, bila benda dikenai suatu
sistem gaya yang berada dalam bidang x-y ,maka gaya dapat
diurai menjadi komponen x dan y -nya,sehingga syarat
kesetimbangan dalam dua dimensi ialah :
∑ =0
(5–2)
∑ =0
∑ =0
Meskipun persamaan 5-2 paling sering digunakan
untuk menyelesaikan soal – soal kesetimbangan yang
melibatkan system gaya coplanar. Dua perangkat alternative
dari tiga persamaan kesetimbangan juga bias digunakan, salah
satu perangkat tersebut adalah
∑ =0
(5–3)
∑ =0
∑ =0
Bila menggunakan persamaan ini disyaratkan bahwa
titik – titik momen A dan momen B tidak terletak pada suatu
garis yang tegak lurus terhadap sumbu a.untuk membuktikan
bahwa persamaan 5-3 memberikan syarat-syarat
kesetimbangan, perhatikan diagram benda bebas suatu benda
berbentuk sembarang yang ditunjukkan dalam gambar 5-10a,beban pada diagram
benda bebas dapat diganti dengan suatu gaya resultan tunggal FR = ∑ ,yang
bekerja pada titik A, dan sebuah momen kopel resultan M RA = ∑ , Gambar 5-
10b. jika ∑ dipenuhi, maka juga harus bahwa MRA = 0. Lebih lanjut, agar
FR memenuhi ∑ = 0, dia harus tidak mempunyai komponen sepanjang sumbu
a,dan karena itu garis kerjanya harus tegak lurus terhadap sumbu a, Gambar 5-
10c. Akhirnya, jika disyaratkan bahwa ∑ = 0 , dengan B tidak terletak pada
garis kerja FR , maka FR = 0 , dan memang benda yang
ditunjukkan dalam gambar 5-10a harus berada dalam
kesetimbangan.
Perangkat kesetimbangan alternative yang kedua adalah :
∑ =0
∑ =0
∑ =0
Disini perlu bahwa titik A, B dan C tidak berada
pada garis yang sama. Untuk membuktikan bahwa persamaan – persamaan ini bila
terpenuhi akan menjamin kesetimbangan, pandang sekali lagi diagram benda
bebas dalam gambar 5-10c, jika ∑ = 0 terpenuhi maka ∑ =0,∑ =0
,∑ = 0 dipenuhi , jika garis kerja F melalui titik B seperti ditunjukkan, dan
akhirnya, jika kita mensyaratkan ∑ = 0 dengan C tidak terletak pada garis AB,
Gambar 5-10b, maka perlu juga bahwa FR = 0, dan benda dalam gambar 5-10a
harus dengan demikian berada dalam kesetimbangan.
PROSEDUR ANALISIS
Prosedur berikut memberikan suatu metode untuk menyelesaikan soal –
soal kesetimbangan gaya coplanar :
Diagram benda bebas . gambarkan diagram benda bebas dari benda seperti yang
dibicarakan dalam bagian 5.2 secara singkat, ini mensyaratkan perlunya
menunjukkan semua gaya eksternal dan momen – momen kopel yang bekerja
pada benda. Besar vector – vector ini harus dilabelkan dan arah mereka
dinyatakan relative terhadap suatu perangkat sumbu x , y tetap. Dimensi benda
yang diperlukan guna menghitung momen – momen gaya juga dimasukkan pada
diagram benda bebas. Identifikasi yang tidak diketahui. Tanda arah suatu gaya
atau momen kopel yang mempunyai besar tak diketahui namun dengan garis kerja
yang diketahui dapat diasumsikan ( diterka )
Persamaan Kesetimbangan. Dengan menggunakan sumbu x , y tetap, terapkan
persamaan kesetimbangan ∑ = 0 , ∑ = 0 , ∑ = 0 ( atau perangkat
alternative Persamaan 5-3 atau 5-4 ). Untuk menghindari harus menyelesaikan
persamaan secara simultan, terapkan persamaan momen ∑ = 0 disekitar suatu
titik ( 0 ) yang terletak pada perpotongan garis – garis kerja dari dua gaya yang tak
diketahui . dalam cara ini momen – momen dari yang tidak diketahui ini adalah
nol disekitar 0 , dan orang dapat mendapatkan suatu penyelesaian langsung untuk
yang tidak diketahui ketiga. Bila menerapkan persamaan gaya ∑ = 0 dan ∑
= 0, arahkan sumbu x dan y sepanjang garis – garis yang akan memberi
penguraian paling sederhana dari gaya – gaya menjadi komponen – komponen x
dan y nya. Jika penyelesaian persamaan kesetimbangan menghasilkan suatu scalar
negative untuk suatu gaya atau momen kopel tak diketahui, maka itu
menunjukkan bahwa tanda arah berlawanan dengan yang telah diasumsikan pada
diagram benda bebas.

5.4 Batang ( Perletakan ) Dua dan Tiga Gaya


Penyelesaian terhadap beberapa soal – soal
kesetimbangan dapat disederhanakan jika seseorang
mampu untuk mengenali batang – batang ( perletakan )
yang dikenai hanya dua atau tiga gaya.
Bila sebuah batang dikenai tak satu pun momen
kopel dan gaya – gaya yang diterapkan hanya pada dua
titik pada batang,maka batang tersebut disebut batang (
perletakan ) dua gaya. Sebuah contoh situasi ini
ditunjukkan gambar 5-18a. gaya – gaya di A dan B
pertama kali dijumlahkan untuk mendapatkan resultan mereka masing – masing
FA dan FB , Gambar 5-18b. dua gaya ini akan menjaga kesetimbangan gaya atau
translasional ( ∑ ) memberikan FA mempunyai besar sama dan berlawanan
arah terhadap FB . lebih lanjut, kesetimbangan momen atau rotasional ( ∑ =0)
Dipenuhi jika FA kolinier ( segaris ) dengan FB. sebagai akibatnya, garis kerja
kedua gaya diketahui, karena dia selalu melalui A dan B. jadi, hanya besar gaya
yang harus ditentukan atau dinyatakan
Jika sebuah batang ( perletakan ) dikenai hanya tiga gaya, bahwa gaya –
gaya tersebut harus berupa salah satunya konkruen ( setangkup) atau parallel jika
batang berada dalam kesetimbangan. Untuk menunjukan persyaratan
kesetangkupan ( konkurensi ),anggap benda dalam gambar 5-20a dan andaikan
bahwa setiap dua dari tiga gaya yang bekerja pada benda mempunyai garis kerja
yang memotong pada titik o. untuk memenuhi kesetimbangan momen disekitar o,
yakni ∑ = 0, gaya ketiga harus juga melalui o, yang dengan demikian
membuat system gaya konkuren, jika dua dari tiga gaya parallel, Gambar 5-20b.
titik konkurensi,o,dipandang berada di “takhingga” dan gaya ketiga harus parallel
dengan dua gaya yang lain untuk memotong di”titik” ini.

KESETIMBANGAN DALAM TIGA DIMENSI


5.5 Diagram Benda Bebas
Sebelum kita membuat diagram benda bebas perlu dibicarakan terlebih
dahulu reaksi – reaksi yang mungkin muncul pada penopang ( penahan ).Gaya –
gaya reaktif dan momen kopel yang bekerja pada berbagai bentuk penopang (
penahan ) dan sambungan ( koneksi ), ketika batang – batang ( perletakan )
dipandang dalam tiga dimensi, adalah diterapkan dalam table 5-2. Seperti dalam
kasus dua dimensional, sebuah gaya ditimbulkan oleh sebuah penopang yang
mengekang ( membatasi ) translasi dari batang perletakan yang tercantel (
tersambung ), sebaliknya sebuah momen kopel ditimbulkan ketika rotasi batang
yang tercantel dicegah. Misalnya, dalam table 5-2, sendi peluru ( ball-and-socket
joint ) (4) mencegah setiap translasi batang yang tersambung ( terhubung ); karena
itu sebuah gaya harus bekerja pada batang dititik persambungan. Gaya ini
mempunyai tiga komponen yang mempunyai besar yang tidak diketahui, F x , Fy ,
Fz, Asalkan komponen – komponen ini diketahui, kita dapat mendapat besar gaya,
F = √ √ √ dan orientasi gaya yang ditentukan oleh sudut arah
kordinat α, β, ×, persamaan 2-7. Karena batang yang terhubung dibolehkan
berputar secara bebas disekitar sembarang sumbu, tak ada momen kopel yang
ditahan oleh sendi peluru.
Harus diperhatikan bahwa penopang bantalan poros tunggal ( 5 ) dan ( 7 ),
pin tunggal ( 8 ), dan engsel tunggal ( 9 ) diperlihatkan untuk menopang baik gaya
maupun komponen – komponen momen gaya. Namun, jika penopang – penopang
ini digunakan dalam hubungan dengan bantalan poros, pin, atau engsel lain guna
menahan benda dalam kesetimbangan, dan menjadikan benda fisis
mempertahankan kekakuanya ketika dibebani dan penopang – penopang
disekutukan ( dijajarkan ) secara benar ketika terhubung ke suatu benda, maka
reaksi-reaksi gaya pada penopang-penopang ini secara sendirian mampu untuk
menopang benda. Dengan kata lain, momen – momen kopel menjadi redundan (
berlebihan ) dan boleh diabaikan pada diagram benda bebas. Alasan untuk ini
akan menjadi jelas setelah mempelajari contoh – contoh yang akan menyusul,
namun secara esensial momen – momen kopel tidak akan ditimbulkan ( muncul )
pada penopang – penopang ini karena rotasi benda dicegah oleh reaksi – reaksi
yang ditimbulkan pada penopang – penopang lain dan bukan oleh penopang
momen – momen kopel.
TABEL 5-2

Bentuk Hubungan ( koneksi ) rekasi Jumlah yang tidak diketahui


Satu yang tidak diketahui.
Reaksi adalah gaya yang
bekerja kearah luar

Satu yang tidak diketahui.


Reaksi adalah gaya yang
bekerja tegak lurus
permukaan pada titik
kontakan ( sentuhan )
Satu yang tidak diketahui.
Reaksi adalah gaya yang
bekerja tegak lurus terhadap
permukaan titik kontakan

Tiga yang tidak


diketahui.reaksi adalah tiga
komponen gaya rectangular

Bantalan poros jurnal tunggal


empat yang tidak diketahui.
Reaksi adalah dua komponen
gaya dan dua komponen
momen kopel yang bekerja
tegak lurus tehadap sumbu
Lima yang tidak diketahui.
Reaksi adalah dua komponen
gaya dan tiga komponen gaya
dan tiga komponen kopel

Lima yang tidak diketahui.


Reaksi adalah tiga komponen
gaya dan dua komponen
momen kopel

Lima yang tidak diketahui.


Reaksi adalah tiga komponen
gaya dan dua komponen
momen kopel.

Lima yang tidak diketahui.


Reaksi adalah tiga komponen
gaya dan dua komponen
momen kopel.

Enam yang tidak diketahui.


Reaksi adalah tiga komponen
gaya dan tiga komponen
momen kopel

DIAGRAM BENDA BEBAS. Prosedur umum untuk menentukan diagram


benda bebas dari suatu benda tegar telah diberikan dalam bagian 5.2. secara
esensial pertama kali dibutuhkan “pengisolasian” benda dengan menggambarkan
bentuk garis – garis gaya dan momen kopelnya. Ini diikuti dengan pelabelan yang
tepat dari semua gaya dan momen kopel dengan mengacu pada system koordinat
x, y, z yang telah ditetapkan. Sebagai aturan umum, komponen – komponen reaksi
yang mempunyai besar tidak diketahui akan ditunjukkan bekerja dalam diagram
benda bebas dalam tanda arah positif. Dalam cara ini, jika suatu nilai negative
yang diperoleh, maka mereka akan menunjukkan bahwa komponen-komponen
tersebut bekerja dalam arah koordinat negative.

5.6 PERSAMAAN KESETIMBANGAN

1. PROSEDUR ANALISIS

Prosedur berikut memberikan metode untuk menyelesaikan soal-soal


kesetimbangan tiga dimensi.Diagram benda bebas. Buatlah diagram benda bebas
benda. Pastikan bahwa anda telah measukkan semua gaya dan moen kopel yang
bekerja pada benda. Interaksi-interaksi ini biasanya disebabkan oleh bend-benda
yang diterapkan secara eksternal, gaya-gaya kontak yang dilakukan oleh benda
jika cukup signifikan dibanding dengan besar gaya-gaya terapan lainnya.
Tetapkan titik asal sumbu x, y, dan z pada titik yang menyenangkan, dan
oreientasikansumbu sedemikian ia paralel terhadap sebanyak mungkin gaya-gaya
dan momen-momen eksternal. Identifikasikan besaran yang tidak diketahui, dan
secara tunjukkan semua komponen tidak diketahui, mempunyai tanda arah positif
jika tanda arah tidak dapat ditentukan secara pasti. Dimensi benda yang
diperlukan bagi perhitungan momen gaya-gaya juga dimasukkan pada diagram
benda bebas.

Persamaan Kesetimbangan. Terapkan persamaan-persamaan kesetimbangan.


Dalam banyak kasus, soal-soal dapat diselesaikan dengan aplikasi langsung enam
persamaan skalar ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑ x = 0, ∑ y = 0, ∑ z = 0,
Persamaan 5-6, namun jika komponen-komponen gaya dan kengan momen
tampak sulit ditentukan, maka dianjurkan bahwa penyerlesaian dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan-persamaan vektor ∑ = 0, ∑ , = 0, Persamaan
5-5. Dalam setiap kasus, tidak diperlukan bahwa perangkat sumbu yang diplih
untuk penjumlahan gaya berimpit dengan perangkat sumbu yang dipilihuntuk
penjumlahan momen. Malahan, dianjurkan untuk memilih arah suatu sumbu bagi
penjumlahan momen sedemikian ia berpotongan dengan garis kerja dari
sebanyak mungkin gaya-gaya yang tidak diketahui. Momen-momen gaya yang
melalui titik-titik pada sumbu ini atau gaya-gaya yang paralel terhadap sumbu ini
dengan demikian akan menjadi nol. Lebih lanjut, sembarang perangkat tiga
sumbu yang tidak ortigonal dapat dipilih untuk penjumlahan gaya ataupun
momen. Dengan pemilihan sumbu yang tepat, maka menjadi mungkin untuk
menyelesaikan secara langsung besaran yang tidak diketahui, atau tidak
mereduksi perlunya menyelesaikan sejumlah besar persamaan-persamaan
simultan untuk yang tidak diketahui.

5.7. Pengendala ( Konstrain ) Benda Tegar


Untuk menjaga kesetimbangan benda tegar, maka tidak hanya sekedar
perlu dipenuhi persamaan – persamaan kesetimbangan tapi benda juga harus
ditahan ( dijaga ) atau dikendala ( dikungkung ) secara tepat oleh penahan –
penahanya. Beberapa benda dapat mempunyai penahan – penahan yang lebih dari
pada yang sekedar diperlukan untuk kesetimbangan, sebaliknya benda – benda
lain mungkin tidak mempunyai cukup penahan atau penahan – penahanya
munngkin tertata dalam suatu cara tertentu yang dapat menyebabkan benda
tersebut runtuh ( ambruk ). Tiap – tiap penyebab ini sekarang akan dibicarakan.
Ketika sebuah benda mempunyai penahan – penahan yang rendundan,
yaitu, lebih banyak penahan ( penopang ) daripada sekedar yang diperlukan untuk
menahannya dalam kesetimbangan, maka dia menjadi tidak terdeterminasi secara
static. Tidak
terdeterminasi secara
static bermakna
bahwa akan ada lebih
banyak beban –
beban tidak diketahui
pada benda dari pada
persamaan –
persamaan
kesetimbangan yang ada bagi penyelesaianya. Misalnya,soal dua dimensi, Gambar
5-23a, dan soal tiga dimensi, gambar 5-23, ditunjukkan bersama dengan diagram
– diagram benda bebasnya, adalah keduanya tidak terdeterminasi secara static
dikarenakan reaksi – reaksi penahan tambahan. Dalam kasus dua dimensi, ada
lima yang tidak diketahui, yaitu MA, Ax, Ay,By dan Cy dengan hanya tiga
persamaan kesetimbangan yang dapat ditulis ( ∑ = 0, ∑ = 0 dan ∑ = 0,
persamaan 5-2 ). Soal tiga dimensi mempunyai delapan yang tidak diketahui,
dengan hanya enam persamaan kesetimbangan yang dapat ditulis, Persamaan 5-6.
Persamaan tambahan yang diperlukan untuk memecahkan soal – soal yang tidak
terdeterminasi dari tipe yang ditunjukkan dalam gambar 5-23 secara umum
didapatkan dari syarat – syarat deformasi pada titik – titik penahan. Persamaan –
persamaan ini melibatkan sifat – sifat fisis benda yang dikaji dalam subyek –
subyek yang berkaitan dengan mekanika deformasi, seperti “mekanika bahan”
pengendala Tidak Tepat (Palsu). Dalam beberapa kasus, boleh jadi terdapat
banyak gayayang tidak diketahui pada benda sebanyak persamaan-persamaan
kesetimbangan; namun instabilitas benda dapat saja timbul karena pengendalaan
yang tidak tepat oleh penahan-penahan. Dalam kasus soal-soal tiga dimensi,
benda terkendala (terkungkung) secara tidak tepat jika reaksi-reaksi penahan
semua memotong sebuah sumbu bersama. Untuk soal dua dimensi, sumbu ini
tegak lurus terhadap bidang gaya-gaya dan karenanya tampil sebagai sebuah titik.
Sehingga, bila semua gaya reaktif konkuren (setangkup) pada titik ini, benda
terkendala secara tidak tepat, contoh kedua kasus diberikan dalam Gambar 5-24b,
tidak akan sama dengan nol, jadi rotasi sekitar sumbu x atau titik O akan terjadi3.
Lebih lanjut, dalam kedua kasus itu, menjadi tidak mungkin untuk menyelesaikan
secara lengkap untuk semua yang tidak diketahui, karena orang dapat menulis
sebuah persamaan momen yang tidak melibatkan satu pun reaksi-reaksi penahan
yang tidak diketahui, dan akibatnya, akan mereduksi jumlah persamaan
kesetimbangan yang ada sebesat satu.
Kemudian ketika pengendala tak tepat yang menimbulkan instabilitas
terjadi bila gaya-gaya reaktif semuanya parallel. Contoh-contoh dalam tiga dan
dua dimensinya ini ditunjukkan dalam gambar 5-25. Dalam kedua kasus,
penjumlahan gaya sepanjang sumbu x tidak akan sama dengan nol.
Dalam beberapa kasus, sebuah benda mungkin memiliki lebih sedikit gaya
– gaya reaktif dari pada persamaan – persamaan kesetimbangan yang harus
dipenuhi. Benda kemudian menjadi hanya terkendala secara parsial.
Pengendala yang tepat oleh sebab itu mensyaratkan bahwa (1) garis – garis
kerja gaya – gaya reaktif harus tidak memotong titik – titik pada sumbu secara
bersama – sama dan (2) gaya – gaya reaktif tidak harus semua parallel terhadap
satu sama lain. Bila jumlah gaya reaktif yang diperlukan untuk mengendala benda
yang tepat didalam pertanyaan adalah minimum, maka soal akan dapat
terdeterminasi secara static, sehingga persamaan – persamaan kesetimbangan
dapat digunakan untuk menentukan semua gaya reaktif.
Contoh 5.15

Suatu plat homogen yang


ditunjukkan dalam Gambar 5-27a
mempunyai massa 100kg dan dikenai gaya
dan momen kopel sepanjang pinggirnya.
Jika dia ditopang pada bidang horizontal
dengan sebuah roller di A, sebuah sendi
peluru di B, dan sebuah tali di C, tentukan
komponen reaksi pada penahan-penahan.

PENYELESAIAN (ANALISIS
SKALAR)

Diagram Benda Bebas. Terhadap lima


reaksi tidak diketahui yang bekerja pada
plat, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5-
27b. Tiap-tiap reaksi ini dianggap bekerja
dalamarah kordinat positif.

Persamaan Kesetimbangan. Karena geometri tiga dimensi lebih sederhana,


analisis skalar memberikan suatu penyelesaian langsung terhadap soal ini.
Penjumlahan gaya sepanjang tiap-tiap sumbu menghasilkan

∑ x =0 Bx = 0

∑ y =0 BY = 0

∑ z = 0; AZ + BZ + TC + 300 N – 981 N = 0

Ingat bahwa momen gaya disekitar suatu sumbu sama dengan perkalian
besar gaya dengan jarak tegak lurus (lengan momen) dari garis kerja gaya
terhadap sumbu. Tanda arah momen ditentukan oleh aturan tangan kanan. Jadi,
degan menjumlahkan momen-momen gaya pada diagram benda bebas, dengan
momen-momen positif bekerja sepanjang sumbu x atau y positif, kita peroleh

∑ x= 0; Tc (2m) – 981 N(1m) + Bz(2m) = 0 2

∑ y= 0;

300 N(1,5m) + 981 N(1,5m) – Bz(3m) – Az(3m) – 200 N.m = 0


3

Komponen-komponen gaya di B dapat dieleminasi jika sumbu x’, y’, z’ yang


digunakan. Kita peroleh
∑ x= 0; 981 N(1m) + 300 N(2m) – Az(2m) = 0
4

∑ y= 0

-300 N(1,5m) – 981 N(1,5) – 200 N.m + Tc(3m) = 0 5

Dengan menyelesaikan Persamaan 1 melalui 3 atau lebih enak dengan


Persamaan 1, 4 dan 5 diperoleh

Az = 790 N Bz = -217 N Tc = 707 N

Tanda menunjukkan bahwa Bz bekerja kearah bawah.

Perhatikan bahwa menyelesaikan soal ini tidak memerlukan penggunaan


jumlah momen diasekitar sumbu z. Plat terkendala secara parsial karena penahan-
penahan tidak akan mencegahnya berputar disekitar sumbu z jika suatu gaya
diterapkan terhadap dalam bidang x-y.
BAB 6
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka untuk mempelajari analisis struktur.
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami lebih dalam
analisis struktur.

1.3. Metode Penulisan


Makalah ini merupakan suatu karya tulis yang memerlukan studi secara tidak
langsung, yaitu menggunakan sumber buku yang kami dapat.

1
BAB II
ISI
ANALISIS STRUKTUR

Dalam bab ini kita akan menggunakan persamaan-persamaan kesetimbangan


untuk menganalisis struktur-struktur yang tersusun dari batang-batang perletakan
tersambung-pen. Analisi didasarkan pada prinsip-prinsip yang jika suatu struktur
berada dalam kesetimbangan. Dengan menerapkan persamaan-persamaan
kesetimbangan terhadap berbagai bagian penopang, rangka, atau mesin sederhana,
kita akan dapat menentukan semua gaya yang bekerja pada persambungan-
persambungan,

2.1 Penopang perletakan sederhana


Suatu penopang perletakan (trust) merupakan struktur yang tersusun dari batang-
batang pipih yang tergabung bersama pada titik-titik ujungnya. Batang-batang
tersebut lazim yang di gunakan dalam kontruksi yang terdiri dari topangan kayu
atau batang-batnag logam. Persambungan sendi biasanya di bentuk dengan cara
pembuatan atau pengelasan ujung-ujung batang perletakan suatu plat
persambungan bersama, di sebut plat topangan siku.

2
Topangan Perletakan Bidang Datar. Topangan perletakan bidang datar terletak pada suatu
bidang tunggal dan sering digunakan untuk menopang atap atau -jemhatan. Topangan
terletakan ABCDE yang ditunjukkan dalam Gambar 6_2a, merupakan contoh topangan
penyangga atap yang umum. Dalam gambar ini, beban atap diteruskan ke topangan pada
sendi-sendi sambungan dengan serangkaian balok lintang, seperti DD'. Karena beban
yang diberikan bekerja dalam bidang yang sama dengan topangan, Gambar 6-ib, analisis
gaya_gaya yang timbul dalam batang-batang topangan adalah dua dimensi ."

Asumsi desain. Untuk mendesain baik batang maupun persambungan sebuah


topangan, pertama kalinya perlu di tentukan gaya yang
akan timbul dalam tiap-tiap batang ketika topangan
tersebut di kenai beban tertentu. Oleh karena itu, dua
asumsi penting akan di buat:
1. semua beban di terapkan pada sendi. Dalam
banyak situasi, seperti pada topanagn jembatan
atau atap, asusmsi ini benar. Sering kali analsis
gaya berat batang di abaikan karena gaya-gaya
yang di topang oleh batang relatif lebih besar di
bandingkan dengan beratnya.
2. batang-batang digabungkan bersama dengan pen-
pen licin, dalam kasus yang di gunakan sendi

3
persambungan yang dibaut atau di la, asumsi ini memuaskanasalkan garis
pusat batang-batang yang bertautan konkuren.
Topangan sederhana
Untuk mencegah runtuh, bentuk topangan harus tegak
jelasnya bentuk empat batang ABCD dalam gambar 6-5
akan ambroh kecuali kalau sebuah diagonal misalnya
AC,ditambahkan sebagai penyangga. Bentuk paling
sederhana yang kuat atau stabil adalah segitiga. Sebagai
akibatnya ,sebuah topangan sederhana dikonstruksi
dengan cara memulainya dengan suatu elemen segitiga
(triangular) dasar, seperti ABC dalam Gambar 6-6, dan
menyambungkan dua batang (AD dan BD) untuk
membentuk suatu elemen tambahan. Jadi terlihat bahwa tiap elemen tambahan
dua batang ditempatkan pada topangan, jumlah senti untuk suatu topangan
sederhana akan bertambah satu.

2.2 Metode Sendi Persambungan

Jika sebuah topangan berada dalam kesetimbangan, maka tiap-tiap sendi


persambungannya harus berada juga daram kesetimbangan. Metode sendi
persambungan didasarkan pada kondisi ini, karena sendi berusaha rnemenuhi
syarat-syarat kesetimbangan terhadap gaya-gaya yang dilakukan pada pin (pen) di
setiap sendi persambungan topangan. Karena batang batang topangan seluruhnya
merupakan batang perletakan dua gaya lurus yang terletak dalam bidang yang
sama, maka sistem gaya yang bekerja pada masing-masing pin bersifat coplanar
dan konkuren. Sebagai akibatnya, kesetimbangan rotasional atau kesetimbangan
momen secara otomatis terpenuhi pada sendi persambungan (atau pin), dan hanya
perlu untuk memenuhi ∑Fx=0 dan ∑Fy=0 guna menjaga kesetimbangan
translasional atau kesetimbangan gaya.
Pada semua kasus, analisis harus bermula pada suatu sendi yang mempunyai
sedikitnya satu yang diketahui dan paling banyak dua gaya yang tidak diketahui,

4
seperti dalam gambar. Dalam cara ini, aplikasi ∑Fx=0 dan ∑Fy=0 menghasilkan
dua persamaan aljabar yang dapat diselesaikan untuk dua yang tidak diketahui.
Ketika menerapkan persamaan-persamaan ini, tanda arah yang benar dari gaya
batang yang tak diketahui dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari
dua metode yang mungkin.
1. Selalu anggap gaya-gaya batang tidak diketahui yang pada diagram benda
bebas sendi berada dalam regangan, yakni .”menarik” pin.jika hal ini
dilakukan maka penyelesaian numerik persamaan persimbangan akan
menghasilkan skalar-skalar positif untuk batang-batang yang mengalami
regangan dan scalar negative untuk batang yang mengalami kompresi.
2. Tanda arah yang benar dari gaya batang yang tak di ketahui, dalam banyak
kasus, dapat ditentukan “dengan peninjauan”.
2.2.1 Prosedur Analisis
Prosedur berikut memberikan suatu cara umum untuk meanalisis suatu topangan
mengunakan persambungan.
Batang Perletakan Nol-gaya
Analisis topangan menggunakan metode sendi akan sangat tersederhanakan jika
orang dapat menentukan pertama-tama batang-batang yang tak menahan beban.
Batang-batang perletakan nol-gaya ini digunakan untuk meningkatkan stabilitas
topangan selama kontroksi dan untuk memberikan topangan jika beban diterapkan
berubah.

5
Dengan demikian, jika tiga batang perletakan menbentuk sebuah sendi topangan
untuk dua dari batang perletakanya kolinear maka batang ketiga merupakan suatu
batang perletakan nol gaya asalkan tak ada gaya eksternal atau reabsi penopang
yang diterapkan pada sendi. Topangan yang ditunjukkan dalam Gambar dengan
demikian sesuai untuk menopang beban p.

6
2.3 Metode Bagian
Metode yang digunakan untuk meentukan beban-beban
yang bekerja dalam sebuah benda. Metode ini didasarkan
pada prinsip bahwa jika sebuah benda berada dalam
kesetimbangan, maka setiap bagian benda berada dalam
kesetimbangan. Untuk menerapkan metode ini, kita
melewatkan suatu pemisah imajiner yang melalui benda,
sehingga memotongnya menjadi dua bagian. Bila
diagram benda bebas salah satu bagian digambarkan,
maka beban yang bekerja pada bagian tersbut harus
dimasukan pada bagian tersebut harus dimasukan pada
diagram tersebut. Setelah itu, kemudian diterapkan
persmaan-persamaan kesetimbangan terhadap bagian
tersebut untuk menentukan beban pada bagian itu.

7
2.3.1 Prosedur Analisis
Prosedur berikut memberikann suatu cara untuk menerapkan metode bagian untuk
menentukan gaya-gaya dalam batang suatu topangan.
Diagram benda bebas. Buatlah suatu keputusan tentang cara “memotong” atau
membagi suatu topangan melalui suatu batang di mana gaya-gaya akan di
tentukan.
Persamaan kesetimbangan. Dalam hal ini, momen-momen harus di jumlah di
sekitar suatu titik yang berada pada perpotongan garis-garis kerja dua gaya yang
tidak di ketahui, sehingga gaya tak diketahui ketiga di tentukan secara langsaung
dari persamaan momen.

8
9
Metode Bagian (Partisi). Jika hanya beberapa gaya-Eaya batang yang akan
ditentukan, maka metode bagian (partisi) dapat digunakan. Bila suatu pembagi
imajiner melalui suatu topangan, dan topangan dipisahkan menjadi dua bagian,
sistem gaya yang bekerja pada salah saru bagian harus memenurut enam
persamaan kesetimbangan scalar: ∑Fx=0, ∑fy=0, ∑Fz=0, ∑My=0, ∑Mz=0.
Dengan pemilihan bagian dan sumbu yang tepat untuk menjumlahkan gaya dan
momen, maka banyak gaya batang tak diketahui pada topangan ruang dapat
dihitung secara langsung, dengan menggunakan suatu persamaan kesetimbangan
tunggal.

2.4 Rangka Mesin


Rangka dan mesin merupakan dua bentuk struktur lazim yang sering tersusun dari
batang-batang perletakan banyak gaya tersusun dari batang-batang yang dikenai
lebih dari dua gaya. Rangka umumnya stasioner dan digunakan untuk menahan
beban-beban, sebaliknya mesin mengandung bagian-bagian yang bergerak dan
dirancang untuk mengirim dan mempengaruhi efek-efek gaya.
Dalam hubungan ini, hal_hal penting berikut harus diperhatikan :
l. Isolasilah tiap-tiap bagian dengan menggambarkan bentuk-bentuk garis (gaya
dan momen)-nya. Kemudian tunjukkan semua gaya dan/atau momen kopel yang
bekerja pada bagian tersebut. pastikan untuk melabel atau mengidentifikasi
tiap_tiap gaya dan momen kopel yang diketahui dan tak diketahui dengan
mengacu pada system koordinat x, y yang tetap. Juga, tunjukkan setiap dimensi
yang digunakan untuk memperhitungkan momen. Sangat sering persamaan
persamaan kesetimbangan akan menjadi lebih mudah diterapkan jika gaya_gaya
disajikan dengan komponen-komponen rektangularnya. Biaslnya, tanda arah gaya
atau momen kopel tak diketahui dapat diasumsikan.
2' Identifikasi seinua batang-batang perletakan dua gaya di dalam struktur dan
nyatakan diagram benda bebasnya seperti rnemiliki dua gaya yang sama namun
berlawanan yang bekerja pada titik-titik aplikasi mereka masing-masing. Garis
kerja gaya_gaya ditentukan dengan garis yang menghubungkan dua titik dengan
gaya-gaya. Dengan mengetahui batang-batang perletakan dua gaya, kita dapat:

10
menghindari untuk menyeresaikan sejumlah persamaan kesetimbangan yang tidak
perlu.
3’. Gaya-gaya bersama terhadap sembarang dua batang berkontakan yang
bekerja dengan besar yang sama namun berlawanan tanda arah pada tiap=tiap
batang. Jika dua batang di perlukan sebagai sautu “sistem” batang berhubungan,
maka gaya-gaya ini merupakan gaya-gaya interval dan tidak di perlihatkan pada
diagram benda bebas system, namun jika diagram benda bebas dari tiap-tiap
batang perletakan digambarkan, maka gaya-gaya merupakan gaya-gaya
“eksternal” dan harus di tunjukkan pada masing-masing diagram benda bebas.

Persamaan kesetimbangan. Asalkan struktur tertopang secara benar dan miliki


tidak banyak penyangga atau batang dari yang diperlukan untuk mencegahnya
runtuh,maka gaya-gaya diketahui pada penopang-penopang dan hubungan-
hubungan dapat ditentukan dari persamaan kesetimbangan.Jika struktur terletak
dalam bidang x-y,maka untuk masing-masing diagram benda bebas yang
menggambarkan beban harus memenuhi hanya ∑ Fx = 0, ∑ Fy = 0 dan ∑ Mo = 0.

11
2.4.1 Prosedur Analisi
Prosedur analisis berikut memberikan suatu metode untuk reaksi-reaksi
menentukan gabungan rangka dan mesin (struktur) yang terdiri dari batang-batang
perletakan banyak gaya.
Diagram benda bebas. Gambarkan diagram benda bebas keseluruhan sftuktur,
sebagian struktur atau masing-masing dari batang-batang perletakannya. pilihan
harus dibuat sedemikian hingga membanwa kepada penyelesaian soal yang lebih
ringkas.
Persamaan kesetimbangan. Hitunglah jumlah total yang tidak diketahui untuk
memastikan bahwa suatu ilumiah ekivalen persamaan kesetimbangan yang
dituliskan untuk penyerasian. Ingat bahwa tiga persamaan kesetimbangan yang
dapat dituliskan untuk tiap-tiap benda tegar dapat dinyatakan dalam dua dimensi'
Sering kali, penyelesian untuk yang tidak diketahui akan menjadi mudah jika
dijumlahkan momen-momen yang disekitar suatu titik yang terletak pada
perpotongan garis_garis kerja sebanyak gaya-gaya yang tidak diketahui. Setelah
didapatkan penyelesaianya, berar yang tidak diketahui tersebut ditemukan
bertanda negatif berarti tanda arah gaya merupakan kebalikan yang ditunjukkan
pada diagram bebas.

12
BAB 7
GAYA-GAYA INTERNAL

7.1 Gaya-Gaya Internal Yang Timbul Dalam Batang-


Batang Struktur

Metode Bagian (Pemotongan) merupakan suatu penyelidikan terhadap beban-


beban yang bekerja di dalam batang yang di perlukan untuk mengimbangi beban
yang bekerja eksternal terhadapnya.
Z

Mz
v

Y
N
My
Mx

Dalam mekanika, terdapat gaya normal, gaya gesek dan momen. Dalam
gambar diatas, gaya normal (N) adalah gaya yang bekerja normal terhadap batang
pada bagian (belahan) terpotong, dan gaya yang bekerja searah garis singgung/
tangensial disebut gaya gesek (V), adapun gaya momen tersional(puntiran)
disimbolkan M

Contoh soal:

Batang dibuat tetap pada ujungnya dan dibebani seperti terlihat dalam gambar.
Tentukan gaya normal internal pada titik D dan C.

4 kN
D

C
12 kN
12 kN Nb 4 kN

16kN B D
12 kN
A
B C

A
8 kN Nc
A

PENYELESAIAN:

Reaksi penahan. Diagram benda bebas keseluruhan batang ditunjukkan dalam


gambar. Hanya gaya normal yang bekerja pada penahan tetap, karna beban-beban
dierapkan secara sistematis sepanjang sumbu batang.

=0 -16kN+12kN-4kN=0 = 8 kN

Diagram benda bebas. Gaya-gaya internal di B dan C akan dicari dengan


menggunakan diagram bendabebasbatang terpotong yang ditunjukan dalam gambar.
Terutama, segmen AB dan DC yang akan dipilih disini, karna memiliki jumlah gaya
yang paling sedikit.

Persamaan Kesetimbangan:

+↑£ = 0 8kN-Nb= 0 Nb= 8kN Segmen AB

+↑£ = 0 Nc-4kN=0 Nc= 4kN Segmen DC


7.2 Persamaan Diagram Geser dan Momen
Balok-balok (Beam) merupakan batang-batang structural yang dirancang
untuk menompang beban-beban yang diterapkan tegak lurus terhadap sumbu-
sumbunya.

Variasi V dan M sebagai fungsi posisi x sepanjang sumbu balok dapat


diperoleh dengan menggunakan metodee bagiann (pemotongan). Jika hasil-hasil
diplot, variasi grafik V danM sebagai fungsi x diistilhkan masing-masing sebagai
diagram geser dan diagram momen lengkung.

Umumnya fungsi-fungsi geser internal dan momen lengkung internal akan


berupa diskontinyu atau kemiringannya akan diskontinyu pada titik dimana beban
terdistribusi berubah atau dimana gaya-gaya terpusat atau momen kopel terpusat
diterapkan.

7. 3 Hubungan Antara Beban Terdistribusi , Gesekan, Dan Momen

↓↑£ = 0 V-W(x) Δx-(V+ΔV)= 0 ΔV= -W(x). Δx

+£ =0 -V.Δx-M+w(x).Δx[ ] +(M+ΔM)=0

ΔM= V.Δx-w(x).k

Diagram benda bebas untuk segmen kecil balok yang mempunyai panjan Δx.
Beban terdistribusi telah diganti oleh gaya resultan ΔF=w(x).Δx yang bekerja pada
suatu jarak fraksional k(Δx)dari ujung kanan , dengan 0<k<1.

Persamaan 7.3 menyatakan bahwa perubahan dalam gaya gesek antara titik
satu dengan yang lain sama dengan negative luas dibawah kurva beban terdistribusi
antara titik-titik ini.

=-w(x)

Kemiringan diagram geser=negative Intensif B.T


7.4 Kawat
Kawat fleksibel dan rantai biasa digunakan untuk menopang dan menyalurkan
beban dari satu batang (bagian) ke yang lain. Dalam aplikasi di bidang jembatan
gantung dan roda-roda trem listrik (trolley), berat kawat dapat diabaikan karena
terlalu kecil menurut perbandingan. Sedangkan pada aplikasi saluran transmisi dan
penopang antenna radio dan Derek, berat kawat menjadi bagian dari analisis struktur.

a. Kawat Dikenai Beban Terpusat


Bila kawat yang beratnya dapat diabaikan menahan beberapa beban
terpusat, maka kawat akan mengambil bentuk beberapa segmen garis lurus
masing-masing dikenai suatu gaya tensil konstan.

b. Kawat Dikenai Beban Terdistribusi


Lihat gambar! Pada kaat tersebit, dikenai gaya w = w(x) dalam arah x. Gaya
tensil dalam kawat berubah secara kontinu, baik besar maupun arah.
Perubahan ini dinyatakan dalam ΔT. Resultan gaya beban terdistribusi
dinyatakan dengan w = w(x.k.Δx), yang bekerja pada suatu jarak fraksional
k(Δx) dari titik O dengan 0 < k < 1. Dengan menetapkan persamaan
kesetimbangan diperoleh:

Pers. 7-4b-1 ⃗⃗ ∑
Pers. 7-4b-2 ∑

Pers. 7-4b-3 ∑

Membagi masing-masing persamaan dengan Δx dan megambil limit Δx → 0,


Δy → 0, Δθ → 0, dan ΔT → 0, diperoleh:

Pers. 7-4b-4
Pers. 7-4b-5
Pers. 7-4b-6
Mengintegrasi pers. 7-4b-4, diperoleh:

Pers. 7-4b-7

FH adalah komponen horizontal gaya tensil pada setiap titik sepanjang kawat.
Mengintegrasi Pers. 7-4b-5, diperoleh:

Pers. 7-4b-8 ∫

Membagi pers. 7-4b-7 dengan Pers. 7-4b-8, kemudian menggunakan Pers. 7-


4b-6, diperoleh:

Dengan melakukan integrasi untuk kedua kali diperoleh:

Pers. 7-4b-9 ∫ ∫

c. Kawat Dikenai Bebannya Sendiri


Bila berat kawat menjadi penting dalam analisis gaya, maka fungsi beban
sepanjang kawat menjadi fungsi panjang busur s ketimbang panjang proyeksi
x. Melalui penerapan pers. Kesetimbangan, akan diperoleh timbale balik yang
identik dengan pers. 7.4b-4 sampai pers. 7.4b-6, namun dx diganti ds.

pers. 7.4c-1

pers. 7.4c-2 ∫

untuk mengintegrasikan dengan pers. 7.4c-2, mka dy/dx diganti dengan dy/ds,
karena

Maka

Dengan demikian

√ ∫

Dengan memisahkan variable dan mengintegrasinya diperoleh:

pers. 7.4c-3 ∫
√ ∫
BAB VIII
GESEKAN

8.1 karakteristik gesekan kering

gesekan kering sering di sebut gesekan coulumb,karena karakteristiknya


dipelajari secara luas oleh c.a coulumb pada 1781.secara spesifik gesekan kering
terjadi antara permukaan permukaan kontakan benda-benda karena kejadian fluida
pelumas.
Teori gesekan kering. teori gesekan kering dapat di jelaskan dengan baik dengan
meninjau efek-efek epa yang disebabkan oleh tarikan pada suatu balok dengan
berat seragam W yang berada pada permukaan kasar. Tiap-tiap gaya reaktif
menyumbangkan suatu komponen friksional∆Fn dan komponen normal ∆Nn.
kesetimbangan. Agar analisis suatu objek sederhana,efek beban beban normal
dan friksional terdistribusi akan ditunjukkan oleh resultan resultan N dan F nya
yang dinyatakan pada diagran benda bebas suatu objek.

*disamping interaksi mekanik seperti yang dijelaskan disini, suatu pembicaraan


rinci tentang sifat sifat gaya-gaya gesekan harus juga memasukkan efek-efek
temperature,kerapatan,kelicinan,dan gaya tarik atonomik atau molekuler antara
permukaan-permukaan yang berkontakan.

1
Gerak ambang
W

FS

Pada gerak ambang berlaku persamaan;

*Fs=μsN

*Fk= μkN

Karakteristik gesekan kering. Aturan yang berlaku.


1. Gaya gesekan bekerja dalam arah tangen terhadap permukaan-permukaan
yang berkontakan dalam suatu arah yang berlawanan dengan gerak relatif
atau kecenderungan gerak dari satu permukaan terhadap yang lain.

2. Besar gaya gesekkan statik maksimum Fs, yang dapat ditimbulkan tak
bergantung dengan luas kontakan, asal tekanan normal tidak sangat rendah
ataupun cukup besar untuk berdeformasi hebat atau meretakkan
permukaan benda-enda yamg berkontakan

3. Besar gaya statik maksimum umumnya lebih besar dari pada besar gaya
gesekan kinetik untuk sembarang dua permukaan kontakan. Namun jika
salah satu benda bergerak dengan kecepatan sangat rendah terhadap

permukaan yang lain, Fk menjadi hampir sama dengan Fs yakni, μs= μk.

4. Bila gelinciran pada permukaan kontakan hampir terjadi, besar gaya


gesekan statik maksimun adalah berbanding lurus dengan besar gaya

normal,sedemikian Fs= μsN,

5. Bila gelinciran pada permukaan kontakan terjadi, besar gaya gesekan

kinetik sebanding dengan besar gaya normal,sedemikian Fk= μkN.

2
Sudut gesekan.

N
• ϴ

Fs=μsN

Sudut gesekan statik ɸs=tan-1 μs

Sudut gesekan kinetik ɸk=tan-1 μk

Sudut diam ϴs=tan-1 μs

8.2 MASALAH-MASALAH YANG MELIBATKAN GESEKAN KERING


Jenis-jenis masalah gesekan. Umumnya ada tiga jenis masalah mekanika
yang melibatkan gesek kering.

1.kesetimbangan. soal-soal dalam katagori ini secara tegas merupakan masalah


kesetimbangan yang mensyaratkan jumlah total yang tidak diketahui sama dengan
jumlah total persamaan kesetimbangan yang ada.

2.Gerak ambang pada semua titik. dalam hal ini jumlah total yang tidak
diketahui akan sama dengan jumlah total persamaan kesetimbangan yang tersedia

tambah jumlah total persamaan gesekan yang ada F= μsN.khususnya ,jika gerak

dalam keadaan ambang pada titik-ttik kontakan ,maka Fs= μsN; sebaliknya jika

benda menggelincir maka Fs= μkN.

3.Perobohan atau gerak ambang pada beberapa titik . disini jumlah total yang
tidak diketahui akan kurang dari jumlah persamaan kesetimbangan yang tersedia
tambah jumlah total persamaan gesekan atau persamaan kondisioanal (syarat)
untuk perobohan .

3
Persamaan keseimbangan versus persamaan gesekan.
Telah dinyatakan sebelumnya bahwa gaya gesekan selalu bekerja agar
supaya melawan gerak relatif atau menghambat gerak benda pada permukaan
kontaknya. Namun perlu diketahui bahwa kita dapat mengasumsikan tanda arah
gesekan dalam soal soal yang mensyaratkan F menjadi suatu “gaya

kesetimbangan” dan memenuhi pertidaksamaan F < μsN. Tanda arah yang benar

diketahui setelah menyelesaikan persamaan-persamaan kesetimbangan untuk

F.namun ,dalam kasus-kasus di mana persamaan gesekan F = μN digunakan

dalam penyelesaian soal keuntungan mengasumsikan tanda arah F menjadi tidak


berarti, karena persamaan gesekan hanya menghubungkan besar atau magnitudo-
magnitudo dari dua vektor tegak lurus.akibatnya ,F harus selalu ditunjukkan
bekerja dengan tanda arahnya yang tepat pada diagram benda bebas kapan saja
persamaan gesekan digunakan dalam penyelesaian soal.

Prosedur analisis

Diagram benda bebas.gambarkan diagram benda bebas yang diperlukan dan di


tentukan jumlah yang tidak di ketahui atau persamaan yang diperlukan untuk
penyelesaian yang lengkap. kecuali tidak dinyatakan dalam soal, tunjukkan selalu
gaya-gaya gesekan sebagai yang tidak di ketahui;yakni,jangan mengasumsikan

bahwa F= μN.

Persamaan gesekan dan kesetimbangan. Terapkan persamaan kesetimbangan


dan persamaan gesekan yang perlu (atau persamaan kondisional jika perobohan
terlibat) dan selesaikan yang tidak di ketahui.

4
CONTOH SOAL:

4m

8m

20N

o
Fb
x
Nb
balok homogen yang di tunjukkan pada gambar diatas, mempunyai berat
20 N dan diam pada bidang miring denbgan μs=0,55. Tentikansudut kemiringan
bidang terbesar, ϴ,sebelum balok bergerak.
Penyelesaian:
menerapkan persaman kesetimbangan di peroleh
∑Fx=0, 20 sinϴN-Fb=0 (1)
∑Fy=0, Nb-20cosϴN=0 (2)
∑Fz=0, 20 sin ϴN(4m)-20 cos ϴN(x) (3)
(gerak miring balok), ini memerlukan penggunaan persamaan gesekan
Fs= μsN; Fb=0.55Nb (4)
Dengan menyelesaikan persamaan 1 dan 4 menghasilkan
Nb=17.5 Fb=9,64 ϴ=28,8˚ x=2,2 m
Karena x=2.2m>2m,balok akan roboh sebelum menggelincir.
(robohnya balok). Ini mensyaratkan
X=2m (5)
Dengan menyelesaikan persamaan 1 dan 3 dengan menggunakan persamaan 5
diperoleh;
Nb=17,9N ϴ= 26,6˚ Fb=8,94N

5
8.3 baji

p
Baji merupakan suatu mesin sederhana yang sering digunakan untuk
mentrasformasi suatu gaya yang di terapkan kedalam gaya-gaya yang jauh lebih
besar, diarahkan pada sudut hampir siku-siku terhadap gaya yang di terapkan.juga
baji dapat di gunakan untuk memberikan pergeseran-pergeseran kecil atau
pengaturan - pengaturan terhadap beban-beban berat.

Contoh soal;
Batu seragam mempunyai massa 500kg dan ditahan dalam posisi horizontal
dengan menggunakan sebuah baji di B seperti ditunjukkan pada gambar. Jika

koefsien gesekan statiknya adalah μs= 0,3 pada permukaan yang berkontakan

dengan baji, tentukan gaya P yang diperlukan untuk memindahkan baji.apakah


baji mengunci diri? Asumsikan baha batu tidak tergelincir (selip) di A.

1m

B
A P

C

PENYELESAIAN Nb

0,3 Nb p
0,3 Nc
Nc

Dari diagram benda bebas batu,


∑Ma = 0; -0,4905m N (0,5) + (Nb cos 7˚ N) + (0,3Nb sin 7˚N)(1m)=0
Na= 2383,1 N

Dengan menggunakan hasil ini untuk baji, kita peroleh


∑Fx = 0,2383, 1 sin 7˚N – 0,3(2383,1 cos 7˚ N) + P - 0,3 Nc + P - 0,3Nc = 0

6
∑Fy=0; Nc-2383,1 cos 7˚N - 0,3(2383,1 sin 7˚N) = 0
Nc = 2452,5N
P = 1154,9N

Karena P positif, maka baji harus ditarik kelar. Jelasnya, jika P nol, baji
akan tetap ditempatnya dan gaya-gaya gesekan Fc dan Fb yang timbul pada titik-
titik kontakan akan memenuhi Fb < μsNb dan Fc < μsNc.
8.4. gaya-gaya gesekan pada sekrup

analisis Gesekan. Bila sebuah sekrup dikenai beban aksial besar,maka


gaya-gaya gesekan yang ditimbulkan pada ulir menjadi penting jika kita akan
menentukan momen M yang diperlukan untuk memutar sekrup.

Gerak sekrup naik.asal M cukup besar,sekrup( dan dengan demikian balok) salah
satunya dapat di bawa ke ambang gerak naik atau gerak dapat terjadi.
M=Wr tan (ϴ + ɸ )

Gerak sekrup turun (ϴ >ɸ ). Jika permukaan sekrup sangat licin, maka sekrup
dimungkinkan untuk berotasi turun jika besar, momen tereduksi menjadi,
katakan, M’ < M misalnya(bukan arah momennya)
M=Wr tan (ϴ - ɸ )

Sekrup mengunci diri. jika momen M (atau efeknya S ) dihilangkan, maka sekrup
akan tetap mengunci diri;yakni, dia akan menopang beban W dengan gaya gaya
gesekan sendiri asalkan ɸ > ϴ .

Gerak sekrup turun(ϴ < ɸ ).bila permukaan sekrup sangat besar, maka sekrup
tidak akan berotasi turun.malahan ,arah momen terapan harus dibalik agar
menyebabkan berat .
M”= Wr tan (ϴ - ɸ )

7
8.5 Gaya-Gaya Gesekan Pada Sabuk Datar

T2 ϴ
T1

Gerak ambang sabuk relatif terhadap permukaan

Analisis Gesekan.
Diagram benda bebas segmen sabuk yang berkontakan dengan permukaan
ditunjukkan seperti pada gambar. disini gaya normal N dan gaya gesekan F, yang
bekerja pada titik yang berbeda sepanjang sabuk,akan berubah berubah baik besar
maupun arahnya. Karena distribusi gaya yang tak diketahui ini, maka analisis soal
akan berlangsung pada basic dengan pertama kali mempelajari gaya-gaya yang
bekerja pada elemen diferensial sabuk. Untuk gaya gaya gesekan pada sabuk datar
μβ
mempunyai persamaan yaitu: T2=T1e

Dengan T2,T1 = tegangan sabuk

μ = koefisien gesekan statik atau kinetik antara sabuk dengan permukaan


kontakan.

β= sudut sabuk terhadap kontak permukaan diukur dalam radian .


e = 2,7,8.... basis logaritma natural.

8
Contoh soal;

B C
A

45˚

Tegangan maksimum yang dapat di timbulkan dalam sabuk yang di


tunjukkan dalam gambar adalah 500N. Jika kerekan di An bebas berputar dan
koefisien gesekan statik pada drum tetap B dan C adalah μs=0,25, tentukan masa
silinder terbesar yang dapat di angkat olek sabuk. Anggaplah bahwa gaya T yang
diterapkan pada ujung sabuk adalah diarahkan secara vertikal ke bawah, seperti
terlihat.
PENYELESAIAN;
T2=T1eμβ 500N = T1e0,25(3/4)π

T1=500/ e0,25(3/4)π
=277,4 N
Karena kerekakan di A bebas berputar,kesetimbangan mensyaratkan
bahwa tegangan dalam sabuk tetap sama pada kedua sisi kerekan.
Bagian sabuk yang melalui drum di C ditunjukkan dalam gambar.berat
W<277,4 N.karena T2=T1eμβ

277,4N = We0,25(3/4)π
W = 153,9 N
m= W/g; 153,9/9,81
m=15,7 kg jawab

9
8.6 Gaya-gaya gesekan pada bantalan poros,kolar,bantalan pivot, dan
piringan

Bantalan poros pivot (pivot bearing) dan bantalan poros kolar ( collar
bearring) paling umum digunakan dalam mesin untuk menahan suatu beban
aksial pada sumbu yang berputar.

Analisis Gesekan. M = μsP( )

Persamaan ini hanya berlaku untuk permukaan-permukaan bantalan poros yang di


kenai tekanan konstan. jika tekanan tidak seragam , variasi tekanan sebagai
fungsi luas bantalan harus di tentukan sebelum melakukan integrasi untuk
mendapat momen.

8.7 gaya-gaya gesekan pada bantalan poros jurnal

bila suatu sumbu atas roda dikenai beban lateral , maka suatu bantalan poros
jurnal paling umum digunakan sebagai penahan.bantalan-bantalan poros jurnal
berpelumas baik di perlukan dengan hukum mekanika fluida ,dimana kekentalan
lubrikan (pelumas),laju rotasi,dan besar jarak ruang antara sumbu dan bantalan
poros diperlukan untuk menentukan resistensi gesekan bantalan poros.
Analisis gesekan. rumus yang di gunakan
M = Rr sin ɸk
M ≈ Rr μk

10
8.8 resistansi gelindingan (rolling resistance)

w
Gerak

Nr
N

p Nd

jika sebuah silinder tegar berat W mnggelinding pada kecepatan konstan


sepanjang permukaan tegar(keras).maka gaya normal yang dilakukan oleh
permukaan pada silinder bekerja pada titik tangen kontakan.asaslkan silinder tidak
mengalami resistans gesekan dari udara ,maka gerak akan berlanjut untuk waktu
tidak terbatas.namun sesungguhnya tak ada material yang tegar sempurna, dan
karenanya reaksi permukaan pada silinder ter diri dari suatu distribusi tekanan
normal.

P=

Dengan P=GAYA PERGERAKAN


a=KOEFISIENRESISTANSI GELINDINGAN
jarak a diistilahkan sebagai koefisien resistansi gelinding,yang mempunyai
dimensi panjang.
*sesungguhnya, gaya deformasi Nd menyebabkan energi menjadi
tersimpan di dalam material begitu besarnya atau nilainya di tingkatkan,
sebaliknya gaya pemulihan Nr begitu besarnya menjadi berkurang, maka akan
membuat beberapa energi ini terlepas. sementara, energi yang tinggal atau sisa
adalah hilang karena digunakan untuk memanaskan permukaan ,dan jika berat
silinder sangat besar,maka dia bertanggung jawab atas deformasi permukaan
permanen. Kerja harus di lakukan oleh gaya horizontal P untuk mengejar
kehilangan ini.

11
Contoh soal;

98,1 N
100mm
98,1 cos 1.2˚N 98,1 SIN 1,2˚

O
ϴ 1,2˚

Bola baja 10 kg yang ditunjukkan dalan gambar diatas mempunyai jari-jari


100mm dan diam pada suatu bidang miring yang terbuat dari kayu . jika ϴ di
besarkan sedemikian sehingga bola akan mulai menggelinding menuruni bidang
miring dengan kecepatan konstan bila ϴ=1,2˚,tentukan koefisien resistansi
gelindingan.
PENYELESAIAN;
Seperti ditunjukkan diagram bebas, ketika bola mendapatkan gerak
ambang,reaksi normal N yang bekerja pada titik A ditentukan oleh domensi
a.dengan mengurai berat menjadi komponen komponen paralel dan tegak lurus
terhadap bidang miring, dan dengan menunjukkan momen-momen disekitar titik
A, makam di peroleh (dengan pendekatan )
∑Ma=0; 98,1 cos 1,2˚(a) – 98,1 sin 1,2˚(100) = 0
Setelah menyelesaikannya , kita peroleh
A = 2,1 mm

12
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan :

Friksi (gesekan) kering dapat didefinisikan sebagai gaya resistansi yang


bekerja pada benda yang mencegah atau menghambat gelinciran (luncuran)benda
relatif terhadap benda kedua atau permukaan dengan mana dia berkontakan.

disamping interaksi mekanika,suatu pembicaraan rinci tentang sifat-sifat


gaya-gaya gesekan harus juga memasukkan efek-efek temperature , kerapatan,
kelicinan, dan gaya tarik atonomik atau molekuler antara permukaan-permukaan
yang berkontakan gerak.

Terdapat masalah masalah yang melibatkan gesekan kering adalah


masalah kesetimbangan, gerak ambang pada suatu titik, dan perobohan atau gerak
ambang pada semua titik.

Prosedur analisis digunakan untuk menyelesaikan soal-soal mengenai


kesetimbangan partikel adalah menggambaran diagram bend bebas terlebih
dahulu dan menerapkan persamaan friksi(gesekan).

13
DAFTAR PUSTAKA

R.C. hibbeler,1998.mekanika teknik statika. Jakarta: penerbit Prenhalindo.


kanginan,marthen.2008. fisika antuk SMA kelas X. Jakarta: penerbit
Erlangga.
kanginan,marthen.2008.seribupena fisika antuk SMA kelas XI. Jakarta: penerbit
Erlangga.
kanginan,marthen.2008. fisika antuk SMA kelas XI. Jakarta: penerbit
Erlangga.
www.google.com
www.wikipedia.com

14
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH
STATISTIKA STRUKTUR
HMKB 216

Di susun oleh:

Kelvin Yangsen :H1F111017

Deni Setiadi :H1F111049

Adiin :H1F10735

Geni Catur Putra.D :H1F111057

Andi Cahyo Enelis :H1F111003

M. Abdorrahman Gani :H1F111036

Akhmad Syaiful Nuha :H1F111050

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
BANJARBARU

2012
BAB IX
PUSAT BERAT DAN SENTROIDA

Dalam bab ini kita akan membahas metode yang digunakan untuk menentukan
lokasi pusat berat dan pusat massa suatu sistem partikel – partikel diskrit, dan
kemudian kita akan mengembangkan aplikasinya terhadap benda – benda yang
berbentuk sembarang. Metode analisis yang sama juga akan digunakan untuk
menentukan pusat geometri, atau SENTROIDA, dan garis, luas dan volume.
Setelah Sentroida ditentukan, kemudian kita akan membahas cara mencari luasan
dan volume suatu permukaan benda putaran (revolusi) dan menentukan resultan –
resultan dari berbagai tipe beban – beban terdistribusi.

PUSAT BERAT DAN PUSAT MASSA UNTUK


SISTEM PARTIKEL
Pusat berat. Perhatikan sistem n partikel yang berdiam didalam suatu daerah
ruang seperti ditunjukkan dalam gambar 9-1. Berat partikel terdiri dari suatu
sistem gaya – gaya partikel yang dapat digantikan oleh suatu berat resultan
(ekivalen) tunggal dan suatu titik tertentu aplikasi tertentu. Titik ini disebut pusat
berat G. Untuk mendapatkan kordinat – kordinat x, y, z,nya, kita hsrus
menggunakan prinsip – prinsip yang dipaparkan dalam bagian 4.9. ini
mensyaratkan bahwa berat resultan akan sama dengan berat total semua n partikel,
yaitu..

WR = ∑W
Pusat massa. Untuk mempelajari soal-soal yang menyangkut gerak materi
dibawah pengaruh gaya. Yakni, dinamika, maka perlu untuk melokasikan
(menempatkan) suatu titik yang disebut pusat massa. Asalkan percepatan grapitasi
g untuk setiap partikel konstan, maka W = mg. Dengan mensubstitusi kedalam
persamaan 9-1 dan menghilangkan g dari pembilang dan penyebut diperoleh.

∑̃ ∑̃ ∑ ̃
̅ ̅ ̅
∑ ∑ ∑

Dengan membandingkannya, maka letak pusat berat berimpit dengan letak pusat
massa. Namun, ingat bahwa partikel-partikel mempunyai "berat" hanya bila di
bawah pengaruh gaya tarik gravitasi, sebaliknya pusal massa tak bergantung gaya
berat (gravitasi). Misalnya, tidak akan mempunyai makna untuk mendefinisikan
pusat berat sistem partikel yang menyatakan planet-planet sistem tata surya kita,
namun sementara itu pusat massa sistem ini penting.

Pusat Berat, Pusat Massa dan Sentroida Benda

Pusat Berat. Bila prinsip-prinsip yang digunakan untuk menentukan persamaan


9-l diterapkan pada suatu sistem partikel yang menyusun suatu benda tegar yang
mempunyai berat total W, maka akan didapatkan bentuk yang sama seperti
persamaan-persamaan tersebut kecuali bahwa tiap-tiap partikel yang terletak pada
̃ ̃ ̃ dipikirkan memiliki suatu berat diferensial dW, Gambar 9-2. Sebagai
akibatnya lebih diperlukan pengintregrasian ketimbang penjumlahan diskrit suku
suku. Persamaan-persamaan yang dimaksud adalah:

∫̃ ∫̃ ∫̃
̅ ̅ ̅
∫ ∫ ∫

Pusat Massa. Densitas (kerapatan) p, atau massa per satuan volume,


dihubungkan'dengan ƴ melalui persamaan ƴ = pg, dengan g percepatan gravitasi.
Dengan mensubstitusi hubungan ini ke dalam Persamaan 9-4 dan menghilangkan
g dari pembilang dan penyebut dihasilkan persamaan yang serupa (dengan p
menggantikan ƴ) yang dapat digunakan untuk menentukan pusat massa benda.

Sentroida, Sentroida rnerupakan titik yang menyatakan pusat geometrik sebuah


benda. Letaknya dapat ditentukan dengan rumus yang serupa dengan yang
digunakan untuk menentukan pusat berat benda atau pusal massa benda.
Khususnya, jika material yang menyusun sebuah benda itu Seragam atau
homogen, densitas, atau berat jenis akan konstan di seluruh benda, dan dengan
demikian suku ini akan dikeluarkan dari integral dan lenyap baik dalam
pembilang maupun penyebut Persamaan 9-4. Rumus-rumus tersebut menentukan
sentroida benda karena tidak bergantung berat benda dan bahkan hanya
bergantung pada geometri benda. Tiga kasus spesifik ini akan dibahas.

Volume. Jika sebuah benda dibagi-bagi meniadi elernen-elemen volume dV,


Gambar 9-3, maka letak sentroida c (x, y, z) volume benda dapat ditentukan
dengan menghitung "momen-momen" dari elemen–elemen tersebut di sekitar
sumbu kordinat. Rumus-rumus yang dirnaksud adalah.
PROSEDUR ANALISIS

prosedur berikut memberikan metode untuk menentukan pusat berat atau


sentroida sebuah benda atau bentuk menggunakan suatu integrasi tunggal.

Elemen Diferensial Pilihlah suatu sistem kordinatnya yang sesuai dan tentukan
sumbu-sumbu kordinat. Kemudian pilih elemen diferensial yang sesuai untuk
integrasi. Jika sumbu-sumbu x, y, z digunakan, rnaka garis-garis elemen
diferensial dL ini dinyatakan sebagai suatu segmen garis diferensial; untuk luasan
elemen dA umumnya merupakan sebuah persegi yang mempunyai panjang dan
lebar diferensial berhingga; dan untuk volume elemen dL dapat berupa kepingan
melingkar yang mempunyai jari-jari dan ketebalan diferensial berhingga, atau
sebuah cangkang (kulit) yang mempunyai panjang dan jari-jari berhingga dan
ketebalan diferensial. Tempatkan elemen sedemikian hingga dia memotong
batas bentuk pada titik sentbarang (x, y, z).

Ukuran dan Lengan Momen. Nyatakan panjang dL, luas dA, atau volume dV
dari elemen dalam hubungannya dengan kordinat yang digunakan untuk
menentukan batas bentuk. Tentukan kordinat atau lengan momen ̃ ̃ ̃ dari
sentroida atau pusat berat elemen.

pengintegrasian.Substitusi data yang dihitung di atas ke dalam persamaan-


persamaan yang sesuai (Persamaan 9-4 sarnpai 9-7) dan lakukan pengintegrasian2.
Perhatikan bahwa integrasi dapat diselesaikan hanya bila fungsi dalam integral
dinyatakan dalam variabel yang sama dengan ketebalan diferensial dari elemen.
Batas integral kemudian ditentukan dari dua lokasi ekstrim ketebalan diferensial
elemen, sehingga bila elemen-elemen "dijumlahkan" atau pengintegrasian
dilakukan, maka seluruh daerah tercakup.
2
Rumus-rumus integrasi diberikan dalam lampiran A.

Benda-benda Paduan (Komposit)


Suatu benda paduan terdiri dari sejumlah benda-benda berbentuk "lebih
sederhana" yang terhubung, yang dapat berupa persegi empat, segitiga, setengah
lingkaran, dan sebagainya. Benda tersebut sering kali dapat dipisah atau dibagi ke
dalam bagian-bagian paduannya (penyusunnya), dan asalkan berat dan letak pusat
berat dari masing-masing bagian tersebut diketahui, kita dapat meniadakan
(mengeliminasi) perlunya pengintegralan dalam menentukan pusat berat
keseluruhan benda. Metode untuk melakukannya memerlukan suatu penanganan
terhadap tiap-tiap bagian penyusun sebagai sebuah partikel dan mengikuti
prosedur yang diberikan dalam Bagian 9.1. Rumus-rumus yang analog dengan
Persamaan 9- l berlaku, karena kita harus rnemperhitungkan sejumlah berat yang
berhingga. Dengan menulis ulang rumus-rumus tersebut, kita peroleh:

(9-6)

Di sini
̅ ̅ ̅
̃ ̃ ̃
menyatakan kordinafkordinal pusat berat G dari benda paduan. menyatakan
kordinat - kordinat pusat berat G dari masing - masing bagian menyusunan benda.
∑ jumlah berat dasri semua bagian penyusunan benda, atau singkatnya berat
total benda. Bila benda mempunyai kerapatan atau berat jenis konstan, pusat
berat berimpit dengan sentroida benda. Sentroida untuk garis. luasan, dan volurne
penyusun dapat diperoleh dengan menggunakan hubungan yang analog dengan
Persamaan 9-8; tetapi, W masing-masing diganti dengan L, A, dan V Sentroida
untuk bentuk - bentuk garis, luas, cangkang dan volume yang lazim adalah
diberikan dalam tabel pada bagian dalam sampul belakang.

Prosedur analisis
Prosedur berikut memberikan suatu rnetoda untuk menentukan pusat berat benda
atau sentroida suatu benda geometri paduan yang digarnbarkan dengan sebuah
garis, luasan, atau volume.
Bagian-bagian Penyusun. Dengan menggunakan sebuah sketsa, bagilah benda
menjadi sejumlah berhingga dari bagian-bagian penyusun yang mempunyai
bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Jika bagian penyusun mempunyai sebuah
rongga (hole), atau daerah geometrik yang tidak mempunyai material, maka
tinjaulah bagian penyusun tanpa rongga, dan kemudin rongga sebagai suatu
bagian penyusun tambahan yang mempunyai berat atau ukuran negatif.
Lengan momen. Tetapkan sumbu kordinat pada sketsa dan tentukan kordinat-
kordinat ̃ ̃ ̃ dari pusat, berat atau sentrsida dari tiap-tiap bagian.
Penjumlahan. Tentukan ̅ ̅ ̅dengan menerapkan persamaan-persamaan pusat
berat. Persamaan 9-8 atau persamaan-persamaan sentrilda yang analog. Jika benda
simetris di sekitar sebuah sumbu, ingat bahwa sentroida benda terletak pada
sumbu ini.

Teorema Pappus dan Guldinus


Dua teorema Pappus dan Guldinus, yang pertama kali dikembangkan oleh Pappus
dari Alexandria (Iskandariah) selama abad ketiga sesudah Masehi dan kemudian
dinyatakan ulang di kemudian hari oleh matematikawan Swiss Paul Guldin atau
Guldinus (1577-1643), digunakan untuk mencari luas permukaan dan volume
sembarang benda yang diputar.
Luas permukaan suatu putaran dihasilkan dengan memutar sebuah kurva bidang
di sekitar sebuah surnbu tetap yang tak berpotongan dalam bidang kurva;
sebaliknya volume putaran dihasilkan dengan memutar sebuah luasan bidang
(datar) di sekitar suatu sumbu yang tak berpotongan dalam bidang luasan.
Misalnya, jika garis AB yang ditunjukkan dalam Gambar 9-20 diputar terhadap
suatu sumbu tetap, maka akan dihasilkan luasan permukaan sebuah kerucut, jika
luasan segitiga (triangular) ABC yang ditunjukkan dalam Gambar 9-2l diputar
terhadap sumbu, maka akan dihasilkan volume sebuah kerucut.
Pernyataan-pernyataan dan pembuktian-pembuktian teorema Pappus dan Culdinus
sebagai berikut. Pembuktian-pembuktian mensyaratkan bahwa kurva-kurva dan
luasan yang dihasilkan tidak memotong sumbu putarnya; sebaliknya, dua bagian
pada masing-masing sisi sumbu akan menghasilkan luasan atau volume yang
mempunyai tanda-tanda berlawanan dan dengan demikian akan saling
meniadakan satu satu dengan yang lain.

Luasan Permukaan
Luas sebuah permukaan putaran sama dengan perkalian panjang kurva
pembentuk dan jarak yang dilalui oleh sentroida kurva dalam menghasilkan
luasan permukaan.

Bukti. Bila panjang diferensial dL pada kurva yang ditunjukkan dalam Gambar 9-
22 diputar di sekitar sebuah sumbu melalui suatu jarak 2πr, maka akan dihasilkan
suatu cincin yang mempunyai luas permukaan dA = 2πr dL. Keseluruhan luasan
permukaan, dihasilkan dengan memutar keseluruhan kurva di sekitar sumbu
tersebut, dengan demikian adalah A = 2π∫ dL. Persamaan ini dapat
disederhanakan, dengan memperhatikan bahwa Ietak r sentroida untuk garis
panjang total L dapat ditentukan dari persamaan yang mempunyai bentuk
Persamaan 9-7 , yaitu ̅ ∫ . Ladi luas pemukaan total menjadi A = ̅ .
Umumnya, meskipun, jika garis tidak mengalami sebuah putaran penuh, maka..

̅
Dengan A = luas permukgan putaran
d= sudut putaran diukur dalam radian,
̅ jarak tegak lurus dari sumbu putaran sentroida luasan pembentuk
A= panjang kurva pembentuk.

Volume
Volume sebuah benda'putaran sama engan perkalian luasan pembentuk dengan
jarak yang dilatui oteh sentroida luasan dalqm membentuk (menghasilkan)
volume.

Bukti. Bila luasan diferensial dA yang ditunjukkan dalam Gambar 9-23 diputar di
sekitar sebuah sumbu sejauh jarak 2 , maka akan dihasilkan sebuah cincin yang
mempunyai volume dV = 2 dA. Volume keseluruhan yang dihasilkan dengan
memutar A terhadap sumbu, dengan demikian adalah V = 2 ∫ dA. Di sini
integral dapat dieliminasi dengan menggunakan sebuah persarnaan yang analog
dengan Persamaan 9-6,∫ ̅ , dengan F menyatakan letak sentroida C
luasan pembentuk A, dan volume menjadi V = 2 ̅A. Secara umum,

V= ̅A

dengan V = Volume putaran.


= sudut putaran diukur dalam radian, .
̅ = jarak tegak lurus dari sumbu putaran sentroida luasan pembentuk.
A = Luasan pembentuk.

Bentuk (benda) Paduan, Kita juga dapat menerapkan dua teorema di atas
terhadap garis atau luasan yang mungkin tersusun dari serangkaian bagian-bagian
paduan. Dalam hal ini luas permukaan atau volurne total yang dihasilkan adalah
penjumlahan luasan permukaan atau volume yang dihasilkan oleh masing-masing
bagian paduan. Karena masing-masing bagian mengalami (menjalani) sudut
putaran yang sama, d, dan jarak dari sumbu putaran ke sentroida dari rnasing-
masing bagian paduan adalah ̃ maka

A= ∑̃

Dan

V= ∑̃

Resultan Sistem Gaya Terdistribusi Umum

Dalam Bagian 4-10 kita telah membahas metode yang digunakan untuk
menyederhanakan suatu pembebanan terdistribusi yang seragam sepanjang sumbu
suatu permukaan rektangular. Dalam bagian ini kita akan menggeneralisasi
metoda ini untuk memasukkan permukaan-perrnukaan yang mempunyai bentuk
sembarang dan dikenai suatu distribusi beban yang variabel (berubah-ubah).
Sebagai suatu aplikasi khusus, dalam Bagian 9-6 kita akan mencari beban resultan
yang bekerla pada permukaan benda yang dibenamkan dalam fluida.

Distribusi Tekanan di atas suatu Permukaan. Perhatikan plat datar yang


ditunjukkan dalam Gambar 9-25a, yang dikenai fungsi beban P=P(x,y)Pa, dengan
1 pascal, Pa = I N/m2. Dengan mengetahui fungsi ini kita dapat menentukan besar
gaya infinitesimal DF yang bekerja pada luasan diferensial dA m2 dari plat, yang
terletak pada titik sembarang (x,y). Besar gaya ini adalah dF= [p(x,y) N/m2] =
[p(x,y)dA] N. Keseluruhan beban plat dengan demikian disajikan sebagai suatu
sistem gaya-gaya paralel yang tidak hingga jumlahnya dan masing-masing
bekerja pada luasan-luasan diferensial terpisah dA. Sistem gaya-gaya paralel ini
sekarang akan disederhanakan menjadi suatu gaya resultan tunggal Fr Yang
bekerja melalui sebuah titik unik ( ̅ ̅) pada plat, Gambar 9-25b.
Besar Gaya Resultan. Untuk menentukan besar FR, adalah perlu untuk
menjumlahkan tiap-tiap gaya diferensial dF yang bekerja pada luas permukaan
keseluruhan A dari plat. Jumlah ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai
sebuah integral:

FR=∑ FR=∫ ( ) ∫

Perhatikan bahwa p (x,y )dA = dV elemen volume diferensial berarsir yang


ditunjukkan dalam Gambar 9-25a. Dengan demikian, hasilnya menunjukkan
bahwa besar gaya resultan sama dengan volume total dibawah diagrambeban-
terdistribusi.
Letak Gaya Resultan. Letak ( ̅ ̅) dari FR ditentukkan dengan menetapkan
momen-momen semua gaya dF di sekitar sumbu y dan x masing-masing. Dari
Gambar 9-25a dan 9-25b, dengan menggunakan Persamaan 9-13, kita peroleh

Sehingga, dapat dilihat bahwa garis kerja gaya resultan melalui pusat goemetri
atau sentroida volume dibawah diagram beban terdistribusi.

Tekanan Fluida

Menurut hukum Pascal, fluida yang diam akan menghasilkan suatu tekanan yang
sama dan semua arah. Besar p, yang diukur sebagai gaya persatuan luas,
bergantung pada berat jenis yatau rapat masa p fluida dan kedalaman titik z dari
permukaan fluida3. Hubungan tersebut dapat dinyatakan secara matematis sebagai
berikut :
P = YZ = PYZ

dengan I percepatan gravitasi. Persamaan 9-15 hanya berlaku untuk fluida- fluida
yang dianggap inkompresibel, seperti dalam kasus sebagian besar zat cair. Gas
merupakan fluida yang kompresibel, dan karena itu rapat massanya berubah
secara berarti terhadap tekanan maupun temperatur. Persamaan 9-15 tak dapat
digunakan. Untuk mendeskripsikan bagaimana Persamaan 9- l5 diterapkan,
perhatikan plat yang terbenam seperti ditunjukkan dalam Gambar 9-26.Tiga titik
pada plat telah ditentukan. Karena titik A dan B keduanya pada kedalaman Z2 dan
permukaan zat cair, tekanan pada titik-titik ini mempunyai besar P2= YZ2.
Demikian juga, titik C berada pada tekanan z, sehingga, P1 = gz1. Dalam semua
kasus, tekanan bekerja normal (tegak lurus) terhadap luasan permukaan dA yang
terletak pada titik tertentukan, Gambar 9-26. Dengan menggunakan Persamaan 9-
15 dan hasil-hasil Bagian 9-5, menjadi mungkin untuk menentukkan gaya resultan
yang disebabkan oleh distribusi tekanan zat cair, dan menentukkan letaknya pada
permukaan plat yang terbenam. Tiga bentuk berbeda plat kini akan dibahas.
Plat datar dengan lebar konstan. Sebuah plat persegi empat dafar dengan lebar
konstan, yang dibenamkan pada zat cair yang mempunyai Berat jenis (spesifik)
ditunjukkan dalam Gambar 9-27a. Bidang plat membuat sudut yang horizontal,
sedemikian pinggir bagian atasnya terletak pada kedalaman Z1, dari permukaan
zat cair dan pinggir bagian bawahnya terletak pada ke dalam Z2. Karena tekanan
bertambah secara linear terhadap kedalaman, persamaan 9-15, distribusi tekanan
pada permukaan plat dinyatakan dengan suatu volume trapesium yang
mempunyai suatu intensitas P1 = YZ1 pada kedalaman pz= YZ2 pada kedalaman Z2.
Seperti dinyatakan dalam Bagian 9-5, besar gaya resultan FR sama dengan
volume diagram beban ini dan FR mempunyai garis kerja yang melalui sentroida
volume C. Sehingga Fo tidak bekerja pada sentroida plat; tapi agaknya, dia
bekerja pada titik P, disebut pusat tekanan.
Karena plat mempunyai lebar konstan, maka distribusi beban dapat juga
dipandang dalarn dua dimensi, Cambar 9-27b. Di sini intensitas beban diukur
sebagai gaya/panjang dan berubah secara linear dari w1 = bp1= byz1 ke w2 = bp2
=byz2. Besar FR dalam hal ini sama dengan luas trapesium, dan FR mempunyai
garis kerja yang melalui sentroida luasan C. Untuk aplikasi numerik, luas dan
letak sentroida untuk trapesium ditabulasi pada bagian dalam sampul belakang.
plat Lengkung dengan Lebar Konstan. Bila plat yang terbenam nya lengkung,
maka tekanan yang bekerja pada plat akan secara kontinyu berubah arah, dan
karenanya perhitungan besar FR dan letaknya P lebih sulit dari pada untuk plat
datar. Pandangan tiga-dan dua-dimensi dari distribusi beban ditunjukkan masing-
masing dalam Gambar 9-78a dan 9-28b. Di sini integrasi dapat digunakan untuk
menentukan FR dan letak sentroida C atau pusat tekanan p.
BAB X

MOMEN INERSIA

10.1. Definisi momen Inersia untuk Luasan

Momen Inersia dinyatakan sebagai integral momen


sebuah luasan, seperti ∫ d.

Terminologi “momen inersia” seperti yang


digunakan disini sesungguhnya kurang tepat
namun,dia telah diadopsi karena kemiripannya
dengan integral yang berbentuk sama yang berkaitan
dengan massa.

Momen inersia suatu luasan timbul ketika seseorang harus menghitung


momen beban terdistribusi yang berubah rubah secara linear dari sumbu momen.
Contoh yang umum jenis pembebanan ini terjadi karena tekanan zat cair yang
bekerja pada permukaan plat yang terbenam. Telah telah ditunjukkan dalam
bagian 9-6 bahwa tekanan, atau gaya persatuan luas, yang dilakukan pada suatu
titik yang terletak pada suatu jarak z dibawah permukaan zat cair adalah p = z.
Persamaan 9-15, dengan adalah berat jenis (spesifik) zat cair. Jadi besar gaya yang
dilakukan oleh suatu zat cair pada luasan “dA” suatu plat terbenamditunjukkan
dalam gambar 10-1 adalah dF = p dA = rz dA. Moemn gaya disekitar sumbu xplat
ini adalah dM = z dF = rz2 dA, dan karena itu momen yang dihasilkan oleh
“keseluruhan” distribusi tekanan adalah M = r∫ . Disini integral menyatakan
momen inersia luasan plat disekitar sumbu x. Karena integral dari bentuk ini
sering timbul dalam rumus-rumus yang digunakan dalam mekanika fluida,
mekanika bahan mekanika struktur (bangunan), desain mesin, maka seorang
insinyur harus familiar dengan metode metode yang digunakan dalam
komputasinya.
Momen Inersia. Perhatikan luasan A ditunjukkan
dalam Gambar 10-2, yang terletak dalam bidang x-y.
Perdefinisi, momen-momen inersia luasan bidang
diferensial dA disekitar sumbu x dan y masing-masing
adalah dlx = y2 dA dan dly = y2 dA. Untuk seluruh
luasan momen inersia ditentukan dengan integrasi;
yaitu,

2
lx = ∫ dA

2
ly = ∫ dA

Kita juga dapat merumuskan momen kedua luasan diferensial dA disekitar


tiang O atau sumbu z. Gambar 10-2. Ini dinyatakan sebagai momen inersia polar
(kutub), dJO. Disini r adalah jarak tegak lurus dari tiang (sumbu z) ke elemen dA.
Untu seluruh luasan momen inersia kutub adalah :

2
JO = ∫ dA = lx + ly

Hubungan antara JO dan lx ly dimungkinkan karena r2 = x2 + y2, Gambar 10-2.

Dari formulasi diatas terlihat bahwa lx ly dan JO akan “selalu positif”


karena mereka melibatkan jarak yangdikuadratkan dengan luasan. Selanjutnya,
satuan-satuan untuk momen inersia melibatkan panjang yang dipangkat empat,
misalnya, m4, mm4.

10.2. Teorema Sumbu – Paralel Sebuah Luasa

Jika momen inersia sebuah luasan disekitar suatu sumb yang


melalui sentroidanya diketahui, maka lebih menyenangkan
untuk ditentukan momen inersia luasan disekitar sumb
paralel yang bersangkutan dengan teorema sumbu paralel
(sejajar). Untuk menurunkan teorema ini, perhatikan cara
mencari momen inersia suatu luasan diarsir yang ditunjukkan
dalam Gambar 10-3 disekitar sumbu x. Dalam hal ini, elemen diferensial dA
terlihat pada jarak sembarang y’ dari sumbu x’ sentroidal, sebaliknya jarak tetap
antara sumbu-sumbu paralel x dan x’ didefinisikan sebagai dy. Karena momen
inersia dari dA disekitar sumbu x adalah dlx = (y’ + dy)2 dA, maka untuk seluruh
luasan,

lx = ∫ y’ + dy)2 dA

2
=∫ dA + 2dy ∫ + ∫

Integral pertama menyatakan momen inersia luasan disekitar sumbu sentroidal,


lx’. Integral keduanya nol karena sumbu x’ melalui sentroida luasan C; yakni (...)
= 0 karena (...). Dengan menyadari bahwa integral ketiga menyatakan luasan total
A, hasil akhir dengan demikian adalah

lx = x’̅ + A

Pernyataan yang sama dapat dituliskan untuk l y, yaitu,

ly = x’̅ + A

Akhirnya, untuk momen inersia kutub disekitar suatu sumbu tegak lurus terhadap
bidang x-y dan melalui O (sumbu), Gambar 10-3, kita peroleh

JO = O̅ + A

Bentuk tiap-tiap persamaan ini menyatakan bahwa momen inersia sebuah luasan
disekitar sebuah luasan ditambah dengan perkalian. Luasan dan kuadrat jarak
tegak lurus antara sumbu-sumbu.

10.3. Jari-jari Girasi (Putaran) Sebuah Luasan

Jari-jarigGirasi (putaran) sebuah luasan bidang mempunyai satuan panjang dan


merupakan sebah besaran yang sering digunakan untuk mendesain kolom-kolom
(tiang-tiang) dalam mekanika struktur (bangunan). Asalkan luasan-luasan dan
momen-momen inersia diketahui, maka jari-jari girasi dapat ditentukan dari
rumus-rumus :

ky = √ ky = √ kO = √

Bentuk persamaan-persamaan ini mudah diingat, karena mirip dengan


persamaan-persamaan untuk mencari momen inersia luasan diferensial disekitar
suatu sumbu. Misalnya, lx = k2xA; sebliknya untuk luasan diferensial, dlx = y2 dA.

10.4. Momen Inersia Sebuah Luasan dengan Intergrasi

Bila batas-batas sebuah luasan bidang (planar) dinyatakan dengan fungsi


matematik, maka Persamaan 10-1 dapat diintegrasikan untuk menentukan momen
inersia luasan. Jika elemen luasan yang dipilihuntuk integrasi mempunyai ukuran
diferensial dalam dua arah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10-2, maka
suatu integrasi ganda harus dilakukan untuk mengevaluasi momen inersia. Namun
lebih mudah melakukan integrasi tunggal dengan memilih suatu elemen yang
mempunyai suatu ukuran atau tebal diferensial hanya dalam satu arah.

PROSEDUR ANALISIS

Jika suatu integrasi tunggal dilakukan untuk menentukan momen inersia sebuah
disekitar suatu sumbu-sumbu, maka pertama kali perlu dispesifikasi (ditentukan)
elemen diferensial dA. Sering kali elemen ini berupa suatu persegi panjang,
hingga dia akan mempunyai panjang dan lebar diferensial yang berhingga.
Elemen harus ditempatkan sedemikian hingga dia memotong batas luasan pada
titik sembarang (x,y). Ada dua cara yang mungkin dalam mengorientasikan
elemen terhadap sumbu disekitar momen Inersia yang akan ditentukan.
Kasus 1. Panjang elemen dapat diorientasikan paralel
terhadap sumbu. Situasi ini terjadi bila elemen persegi
panjang yang ditunjukkan dalam Gambar 10-4 dipakai
untuk menentukan ly luasan. Aplikasi langsung
2
Persamaan 10-1, yakni, ly = ∫ dA, dapat dilakukan
dalam kasus ini, karena elemer mempunyai tebal
infinitesimal dx dan dengan demikiakn semua bagian
elemen berada pada jarak lengan momen yang sama x
dari sumbu y.

Kasus 2. Panjang elemen dapat diorientasi tegak lurus terhadap sumbu. Disini
persamaan 10-1 tidak berlaku, karena semua bagian elemen tidak akan berada
pada jarak lengan momen yang sama dari sumbu. Misalnya, jika elemen persegi
panjang dalam Gambar 10-4 digunakan untuk menentukan lx luasan, maka perlu
pertama kali menghitung momen inersia elemen disekitar suatu sumbu horizontal
melalui sentroida elemen dan kemudian menentukan momen elemen disekitar
sumbu x dengan menggunakan teorema sumbu-paralel. Integrasi hasil ini akan
menghasilkan lx.

Tentukan momen inersia luasan berarsir yang ditunjukkan dalam Gambar


10-6a disekitar sumbu x.

Penyelesaian (Kasus 1)

Elemen diferensial luasan yang paralel dengan sumbu x, seperti


ditunjukkan dalam Gambar 10-6a, merupakan yang dipilih untuk integrasi.
Karena elemen mempunyai tebal dy dan memotong kurva pada titik sembarang
(x,y), maka luasnya adalah dA = (100-x) dy. Selanjutnya, semua bagian elemen
berada pada jarak yang sama y dari sumbu x. Dengan mkengintegrasikan terhadap
y, dan y = 0 ke y = 200 mm, diperoleh.

2 2
lx = ∫ dA = ∫ (100 - x) dy
2 2
=∫ ( )dy = 100∫ dy -

∫ dy

= 107 (106) mm4

Penyelesaian (Kasus 2)

Elemen diferensial yang paralel terhadap sumbu y, sperti ditunjukkan


dalam gambar 10-6b, adalah yang dipilih untuk integrasi. Dia memotong kurva
pada titik sembarang (x,y). Dalam hal ini, semua bagian
elemen tidak berada pada jarak yang sama dari sumbu x,
dan dengan demikian teorema sumbu paralel harus
digunakan untuk menentukan momen inersia elemen
terhadap sumbu ini. Untuk sebuah persegi panjang yang
mempunyai alas b dan tinggi h, momen inersia disekitar
sumbu sentroidalnya telah ditentukan dalam bagian (a)
̅ = ⁄ bh3. Untuk elemen
contoh 10-1. Didapatkan bahwa x’
diferensial yang ditunjukkan dalam gambar 10-6b, b = dx
dan h = y, sehingga ̅ x’ = ⁄ dx y3. Karena sentroida
elemennya pada ̃ = y/2 dari sumbu x, maka momen inersia
elemen disekitar sumbu ini adalah

dlx = d ̅ x’ + dA ̃ 2 = dx y3 + y dx ( )2 = y3 dx

[ Hasil ini dapat juga disimpulkan dari bagian (b) Contoh 10-1
]

Dengan mengintegrasi terhadap x = 0 ke x = 100 mm,


diperoleh

lx = ∫ x =∫ y3 dx = ∫

= 107 (106)
10.5. Momen Inersia untuk Luasan Paduan

Luasan paduan (komposit) terdiri dari serangkaian bagian-bagian atau bentuk-


bentuk lebih sederhana yang saling berhubunga, seperti setengah lingkaran,
persegi panjang, dan segitiga. Asalkan momen inersia tiap-tiap bagian ini
diketahui atau dapat ditentukan disekitar suatu sumbu bersama, maka momen
inersia luasan paduan sama dengan jumlah aljabar momen-momen inersia dari
semua bagiannya.

PROSEDUR ANALISIS

Prosedur berikut memberikan metode untuk menentukan momen inersia suatu


luasan paduan disekitar suatu sumbu acuan.

Bagian paduan. Dengan menggunakan sebuah sketsa, bagiolah luasan menjadi


bagian-bagian paduannyadan tunjukkan jarak tegak lurus dari tiap bagian
kesumbu acuan.

Teorema Sumbu-Paralel. Momen inersia dan tiap-tiap bagian harus ditentukan


disekitar sumbu sentroidanya,yang paralel terhadap sumbu acuan. Untuk
perhitungan gunakan tabel yang diberikan padabagian dalam sampul belakang.
Jika sumbu sentroida tidak berimpit dengan sumbu acuan, teorema sumbu-paralel,
l = x’̅ + A , harus digunakan untuk menentukan momen inersia bagian disekitar
sumbu acuan.

Penjumlahan. Momen inersia seluruh luasan disekitar sumbu acuan ditentukan


dengan menjumlahkan hasil-hasil dari bagian-bagian paduannya. Terutama jika
bagian paduan mempunyai “rongga” momen inersianya dicari dengan
“mengurangkan” momen inersia rongga dari momen inersia seluruh bagian yang
mencakup rongga.

Contoh 10-5
Hitunglah momen inersia luasan paduan yang ditunjukkan dalam Gambar
10-9a disekitar sumbu x.

Penyelesaian

Bagian-bagian Paduan. Luasan paduan diperoleh dengan mengurangkan


lingkaran pada persegi ditunjukkan dalam Gambar 10-9b. Sentroida masing-
masing luasan terletak dalam gambar.

Teorema Sumbu-Paralel. Momen inersia disekitar sumbu x ditentukan dengan


menggunakan terorema sumbu-paralel dan data dalam tabel pada bagian dalam
sampul belakang.

Lingkaran

lx = x’̅ + A

= (25 + (25 (75)2 = 11,4 (106) mm4

Persegi Panjang
lx = x’̅ + A

= (100)(150 +

(100)(150 = 112,5 (106) mm4

Penjumlahan

lx = -11,4(106) +
112,5(106)

= 101(106) mm4

10.6 Perkalian Inersia Sebuah Luasan

Umumnya moment inersia sebuah


luasan berbeda untuk setiapsumbu terhadap
mana dia di hitung. Dalam beberapa aplikasi
desain struktur (bangunan logam) atau mesin
kita perlu mengetahui orientasi sumbu-sumbu
tersebut yang akan memberi tiap-tiap momen
inersia luasan maksimum dan luasan minimum.

Jika element luasan yang terletak pada titik (x,y). di definisikan sebagai dlxy= xy
dA jadi untuk seluruh luasan A perkalian inersianya adalah:

IO =∫

Jika element luas yang dipilih mempunyai ukuran differensial dalam dua arah,
suatu integrasi ganda harus dilakukan guna mengevaluasi . namun, sangat

sering mudah memilih elemen yang mempunyai ukuran atau tebal differansial
dalam satu arah saja, dalam hal evaluasi tersebut hanya memerlukan suatu
integrasi tunggal.
Seperti halnya moment inersia, perkalian inersia mempunyai satuan panjang yang
berpangkat empat, seperti: m4,mm4. Namun, karena x atau y dapat berupa besaran
seperti negative , sementara elemen luasan selalu positif maka perkalian inersia
dapat positif negative atau non, tergantung pada letak atau orientasi sumbu
koordinat. Misalkan, perkalian inersia Ixy
untuk sebuah luasanya akan nol jika salah
satu sumbu x atau y merupakan sumbu
simetri bagi luasan untuk menunjukannya.

Theorema Sumbu-Paralel. Perhatikan


luasan berasir yang ditunjukan dalam
Gambar 10-12, dengan x’ dan y’
menyatakan pasangan sumbu yang melalui
sentroida luasan. dan x’ dan y’menytakan
pasangan sumbu parallel yang terkait
dengannya. Karena perkalian inersia dA terhadap x dan y adalh dl xy=(x’+dx)

Ixy=∫
Suku pertama pada sebelah kanan menyatakan perkalian inersia luasan
terhadap sumbu sentroidal, Ix’y’. integral
interral dalam suku suku dan ketiga adalah nol
karena momen momen luasan diambil di
sekitar sumbu sentroidal. Maka hasil akhir
dengan demikian adalah

Similaritas (kemiripan) antara persamaan ini


dengan theorama sumber parallel untuk
momen inersia akan di lihat. Terutama,
penting bahwa tanda tanda alkabar dx dan dy di pertahankan ketika menerapkan
persamaan 10-8, seperti di ilustrasikan dalam contoh 10-8, theorem sumbu
peralelmenemukan aplikasi pentingnya dalam menentukan perkalian inerssia
luasan paduan terhadap pasangan sumbu x dan y.

10.7 Inersia Luasan Di sekitar Sumbu Miring.

Dalam desain struktur (bangunan) dan mesin kadang kadang perlu menghitung
momen dan perkalian inersia, I Ix dan Iy. sebuah luasan terhadap suatu pasangan
sumbu yang miring u dan v bila nilai nilai Iy’ Ix dan Ixy diketahui untuk
melalkukannya kita akan menggunakan persamaan persamaan tranformasi yang
menghubungkan koordinat koordinat x, y dan koordi nat koordinat u , v. Dari
gambar : 10-17, persamaan persamaan ini adalah:
Dengan menggunakan persamaan persamaan ini, momen momen dan perkalian
inersia dA di sekiter sumbu u dan v menjadi:

= dA

= dA

Dengan mengekspansi tiap tiap pernyataan dan mengintegrasi, dengan


2
mengetahui bahwa I x = ∫ dA, ly = ∫ dA, dan Ixy = ∫ , kita peroleh

Iu = I x + Iy sin2 - 2 Ixy sin cos

Iv = I x + Iycos2 - 2 Ixy sin cos

Iuv = Ix sin cos - Iy sin cos +Ixy (cos2 – sin2

Persamaan persamaan ini dapat disederhanakan dengan menggunakan identitas


identitas trigonometri sin

Jika pernyataan ini dapat disederhanakan dengan mengguanakan idetitas identitas


trigonometri sin 2 = 2 sin cos dan cos 2 =cos2 – sin2 sehingga:

Iu = + - Ixy

Iu = + + Ixy

Iu = + Ixy
Jika persamaaan yang pertama dan keduadi jum;ahkan bersama, kita dapat
memperhatikan bahwa momen inersia kutub di sekitar sumbu z yang melalui titk
O tak bergantung orientasi sumbu u dan v ; yaitu

J o = Iu + Iv =Ix + Iy

Momen inersia utama. Dari persamaan 10-9, dapat dilihat bahwa Iu’ I dan I
tergantung pada sudut inklinasi ( kemiringan) , , sumbu u, v, agar momen
momen inersia luasan, Iu dan Iv’ menjadi maksimum dan minimum. Pasangan
sumbu khusus ini disebut sumbu
sumbu utama luasan, dan momen
momen inersia yang berkaitan
terhada sumbu sumbu ini di sebut
momen momen inersia utama.
Umumnya, asa sebuah pasangan
sumbu utama untuk setiap titik asal O
yang dipilih , meskipun dalam desain
struktur dan mesin, sentroida luasan
merupakan suatu letak penting bagi
O.

Sudut yang menyatakan orientasi sumbu utama luasan, dapat


diproleh dengan mendeferinsiasi bagian yang pertama persamaan 10-9 terhadap
dan menetapkan hasilnyasama degan nol, sehingga;

( )

Karena itu, pada

( )⁄

Persamaan ini mempunyai dua akar, , yang terpisah 900 dan


dengan demikian menyatakan inklinasi sumbu utama. Untuk mensubtitusinya
kedalam sinus dan kosinus dari dan , ini dapa dilakukan dengan
menggunaan segitiga segitiga Yng ditunjukan dalam gamba 10-18,dan didasarkan
pada persamaan 10-10.

⁄√( )

( )⁄√( )

Untuk

⁄√( )

( )⁄√( )

Dengan mensubtutitusi dua pasangan hubungan trigonometri inikedalam yang


pertama atau yang ke duadari prsamaan 10-9 dan penyederhankannya kita peroleh

√( )
10.8 Lingkaran Mohr Momen Inersia

Penyelesaian 10-9 sampai 10-11 mempunyai


penyelesaian grafik yang menyenagkan untuk digunakan
dan umumnya mudah diingat. Dengan mengkuadratkan
bagian pertama dan ketiga persamaan 10-9 dan
menjumlahkan, diperoleh bahwa

( ) ( )

Dalam soal tertentu, Iu dan Iw merupakan variable


dan IX, IY, dan Ixy konstanta diketahui. Jadi,persamaan diatas
dapat ditulis dalam bentuk berikut

bila persamaan ini diplot pada suatu pasangan sumbu


yang menyatakan momen inersia dan perkalian inersia
masing – masing, gambar 10-20, grafik yang dihasilkan
menyatakan suatu lingkaran berjari – jari

√( )
Yang pusatnya terletak pada titik ( a,0), dengan a=( IX + IY )/2. Lingkaran yang
dikontruksi demikian disebut lingkaran Mohr, dinamakan menurut insinyur
jerman Otto Mohr ( 1835 -1918 )

PROSEDUR ANALISIS

Tujuan utama menggunakan lingkaran Mohr adalah untuk mendapatkan cara yang
lebih enak untuk mentransformasikan IX, IY, dan Ixy kedalam momen inersia
utama. Prosedur berikut memberikan metode untuk ini.

Penentuan IX, IY, dan Ixy., tetapkan momen sumbu x , y luasan, dengan titik asal
terletak pada titik P yang dimaksud, dan ditentukan IX, IY, dan Ixy. GAMBAR 10-
20a

Membuat lingkaran, buatlah sistemkordinat persegi panjang sederhana hingga


absis menyatakan momen inersia I, Dan ordinat menyatakan perkalian inersia I xy,
Gambar10-20b.tentukan pusat lingkaran,0,yang terletak pada jarak =( IX + IY )/2
dari titik asal, dan plot titik acuan A yang mempunyai koordinat ( IX , Ixy ).,meurut
definisi IX selalu positif dan sebliknya. Hubungkan titik acuan A dengan pusat
lingkaran, dan tentukan jarak OA dengan trigonometri, jarak ini menyatakan jari –
jari lingkaran, Gambar 10-20b. akhirnya gambarkan lingkaran

Momen inersia utama. Titik – titik dengan lingkaran memotong absis memberikan
nilai – nilai momen inersia utama IMIN dan Imaks . perhatikan bahwa perkalian
inersia akan menjadi nol pada titik – titik ini, gambar 10-20b

10.9 Momen Inersia massa

Momen inersia massa sebuah benda merupakan sifat yang menyatakan


ukuran resistensi benda terhadap kecepatan angular. Karena dia digunakan dalam
dinamika untuk mempelajari gerak rotasional, mka metode untuk perhitungan
akan di bicarakan.

Kita mnedevinisikan momen inersia massa sebagai integral “momen


kedua” disekitar sumbu dari semua elemen massa dm yang menyusun benda.
Sebagai contoh: momen inersia disekitar sumbu z adalah

Disini “lengan momen” r merupakan jarak tegak lurus dari sumbu terhadap
elemen sembarang dm. karena performulasian melibatkan r, nilai I unik untuk
setiap sumbu z terhadap mana dia di hitung. Namun, sumbu yang umumnya
dipilih untuk analisis adalah yang melalui pusat masa benda G. momen inersia
yang dihitung disekitar sumbu ini akan didefinisikan sebagai . Ingat bahwa
karena r dikuadratkan dalam persamaan 10-13, momen inersia massa selalu
merupakan besaran positif. Satuan yang bias di gunakan dalam penguuran adalah
kg.m2.
PROSEDUR ANALISIS

Untuk mengintegrasikan, kita hanya akan meninjau benda benda


simetrik yang mempumyai permukaan permukaan yang dihasilkan
dengan memutar kurva di sekitar sebuah sumbu,

Jiak benda berdiri terdiri dari material yang mempunyai rapat massa
yang dapat berubah, , massa elemental dan benda dapat
dinyatakan sebagai rapat massa dan volumenya sebagi .

Dengan mensubtitusi dm kedalam persamaan 10-13, momen inersia


benda kemudian dihitung dengan menggunakan elemen volume untuk
mengintegrasi yaitu

Dalam kasus khusus , suku ii dapat dikeluarkan dari


integral dan pengintegrasian kemudian merupakan suatu fungsi
geometri murni:

Bila volume elemen yang dipilih untuk integrasi mempunyai ukuran differansial
dalam semua ketiga arah, misalnya, dV=dx dy dz, momen inersia benda harus
ditentukan dengan menggunakan “integrasi rangkap tiga”. Namun, proses
integrasi dapat disederhanakan menjadi integrasi tunggal asalkan volume
elemental yang dipilih mempunyai ukuran atau tebal differansial hanya dalam
satu arah saja. Elemen kulit atau cakram(piringan) sering digunakan untuk tujuan
ini.

Elemen kulit, jika elemen kulit mempunyai tinggi z, jari jari y dan tebal dy dipilih
untuk tujuan integrasi. Maka volume . elemen ini dapat
digunakan dalam persamaan 10-14 untuk menentukan momen inersia Iz benda
disekitar sumbu z, kerena elemen keseluruhan , karena “ketipisanya” terletak pada
jarak tegak lurus r=y yang sama dari sumbu z.

Element Cakram. Jika sebuah elemen cakram mempunyai jari jari y dan tebal dz
dipilih utuk integrasi ,maka volume . Namun, elemen akan
berhingga dalam arah radial, dan sebagai akibatanya bagian bagian tidak
semuanya berada pada jarak radial r yang sama dari sumbu z.

Teorema sumbu parallel. Jika momen inersia benda di sekitar sebuah sumbu
melalui pusat massa benda diketahui, maka momen inersia di sekitar sembarang
sumbu parallel yang lain akan dapet ditentukan dengan menggunakan teorema
sumbu paralel, teorema ini dapat diturunkan dengan dengna meninjau benda yang
ditunjukan . Sumbu z’ melalui pusat massa G, sebaiknya sumbu z parallel terkait
lainnya berada pada suatu jarak konstan d yang memisahkan. Dengan memilih
elemen massa differential dm yang terletak pada titik ’ ’ dan dengan
menggunakan teorema phytagoras, , kita dapat menyatakan
momen inersia benda di sekitar sumbu z sebagai.

∫ ∫ [ ]

∫ ∫
Karena r’2=x’2+y’2 integral yang pertama menyatakan IG integral kedua sama
dengan nol, karena sumbu z’ melalui pusat massa total benda m, denga demikian,
momen inersia di sekitar sumbu z dapat di tuliskan sebagai

Dengan IG = momen inersia di sekitar sumbu z’ yang melalui pusat massa G.


m=massa benda
d=jarak tegak lurus antara sumbu sumbu parallel

Jari Jari Girasi (putaran). Kadang kadang, momen inersia benda di sekitar suatu
sumbu tertentu di bahass dalam beberapa buku panganan (text book) dengan
menggunakan jari jari girasi, k. nilai ini mempunyai satuan panjang, bila jari jari
dan massa benda diketahui, maka momen inersia dapat di tentukan dari persamaan

atau √

Perhatian kemiripan(sinilaritas) antara devinisi kedalam rumus ini dengan r dalam


persamaan dl=r2 dm, yang mendevinisikan momen inersia massa elemental benda
disekitar sebuah sumbu.

Benda Benda Paduan. Jika sebuah benda disusun dari sejumlah bentuk
sederhana seprti cakram, bola dan batang, maka miomen inersia benda disekitar
sembarang sumbu z dapat di tentukan dengan menjumlahkan secara aljabar
momen momen inersia dari semua bentuk penyusun yang dihitung disekitar
sumbu z. penjumlahan aljjabar perlu karena suatu bagian penysun paduan harus
dipandang sebagai sebuah kuantiatif negative jika dia telah termasuk di dalam
bagian yang lain-miasalnya, sebuah “rongga” dihitung jika pusat massa tiap tiap
bagian penyusun paduan tidak terletak pada sumbu z. Untuk pehitungan, maka
I=∑ dengan IG untuk tiap tiap bagian penyusun dihitung dengan
integrasi atau dapat ditentukan dari tabel, seperti yang diberiakan pada bagia alam
sampul belakang.
BAB XI
Usaha Virtual
Dalam bab ini kita akan menggunakan prinsip usaha virtual dan metode energy potensial
untuk menentukan posisi kesetimbangan serangkaian benda tegar yang saling
berhubungan.Meskipun aplikasinya secara matematis lebih rumit daripada menggunakan
persamaan-persamaan kesetimbangan, sekali persamaan usaha virtual akan fungsi energy-
potensial berhasil ditetapkan, maka penyelesaian akan dapat diperoleh secara langsung
tanpa harus memecah-mecah system guna mendapatkan hubungan timbale-balik antara
gaya-gaya yang muncul pada persambungan-persambungan .Selanjutnya dengan
menggunakan metode energy-potensial, kita akan dapat menyelidiki kesetimbangan atau
stabilitas konfigurasi.
11.1. Definisi Usaha dan Usaha Virtual
Usaha sebuah Gaya.Dalam mekanika sebuah gaya F hanya melakukan usaha ( kerja ) bila
dia mengalami suatu pergeseran (perpindahan) dalam arag gaya.Misalnya, perhatikan gaya
F dalam gambar 11.1, yang terletak pada lintrasan s yang dinyatakan dengan vector posisi
r.Jika gaya bergerak sepanjang lintasan ke posisi baru v2 = r + dr, makapergeserannya
adalah dr dan karenanya usaha dU merupakan sebuah besaran scalar,yang didefinisikan
oleh perkalian titik (dot).
dU = F.dr
Karena dr infinitesimal,maka besar dr dapat dinyatakn dengan ds,segmen busur
diferensial sepanjang lintasan.Jika sudut antara ekor-ekor dr adalah F adalah Gambar
11.1,maka menurut definisi perkalian titik,persamaan di atas dapat juga ditulis sebagai
Du = F.ds.Cos
Usaha yang dinyatakn dalam persamaan ini dapat diinterpretasikan menurut salah satu dari
dua cara:salah satunya sebagai perkalian F dengan komponen pergeseran (perpindahan)
dalam arah gaya yaitu ds Cos atau sebagai perkalian ds dengan komponen gaya dalam
arah pergeseran yaitu F.Cos Perhatikan bahwa jika 00 0
900, maka komponen gaya dan
pergeseran mempunyai tanda arah yang asama sehingga usahanya positif; sebaliknya jika
900 0 1800, vector-vektor ini mempunyai tanda arah berlawanan,dan karenanya
usahanya negative.Juga, dU = 0 jika gaya tegak lurus terhadap pergeseran, karena cos 900 =
0, atau jika gaya diterapkan pada suatu titik tetap (tidak berpindah),maka pergeseran
ds = 0

1
Satuan dasar untuk usaha jalan menggabungkan satuan-satuan dari gaya dan
pergeseran.Dalam system SI satu Joule (J) adalah ekivalen dengan usaha yang dilakukan
oleh sebuah gaya 1 newton yang bergerak 1 meter dalam arah gaya (1J = 1 N.m).Sistem I-
PS, usaha didefinisikan dalam satuan f…lb.Momen gaya mempunyai gabungan satuan yang
sama;namun konsep momen dan usahanya tidak dapat dikaitkan.Momen adalah besaran
vector sebaliknya usaha adalah scalar.

Usaha sebuah Kopel.Dua gaya dari sebuah kopel melakukan usaha bila kopel berputar
disekitar sebuah sumbu tegak lurus terhadap bidang kopel.Untuk menunjukkannya
perhatikan benda dalam gambar 11.2a,yang dikenai sebuah kopel yang momennnya
mempunyai besar
M = Fr. Setiap pergeseran diferensial umum dari benda dapat dipandang sebagai kombinasi
translasi dan rotasi.Bila benda bertranslasi sedemikian hingga komponen pergeserans
sepanjang garis kerja tiap-tiap gaya adalah dst,maka dengan jelas usaha “positif” dari satu
gaya (F.dst) meniadakan usaha “negatif” dari yang lain (-F.ds),gambar 11.2b.Kini tinjau
rotasi diferensial a benda disekitar sumbu tegak lurus terhadap bidang kopel,yang
memotong bidsang pada titik 0, Gambar 11.2c.(Untuk penurunan,setiap titik lain dal;am
bidang dapat juga ditinjau). Seperti terelihat, tiap-tiap gaya mengalami suatu pergeseran ds0
= (r/2) ddalam arah gaya, sehingga usaha kedua gayanya adalah
dU = F d }+=F d } = (Fr) d

atau
dU = M.d
Usaha resultan positif bila tanda arah M sama dengan tanda arah d , dan negative bila
momen mempunyai tanda arah yanbg berlawanan.Seperti dalam kasus vector momen,maka
arah dan tanda arah d ditentukan dengan aturan tangan kanan , dengan jari-jari kanan
mengikuti rotasi atau cruel Ibu jari menunjukkan arah d .Sehingga, garis kerja d akan
pararel dengan garis kerja M jika pergerakan benda terjadi dalam bidang yang sama.Namun
jika benda berotasi dalam ruang, maka diperlukan komponen d yang berarahM. Jadi,
umumnya,usaha yang dilakukan oleh sebuah kopel didefinisikan dengan perkalian titik
dU=M.d
Usaha Virtual (Khayalan).Definisi usaha sebuah gaya dan sebuah kopel telah dinyatakan
dalam hal pergeseran sesungguhnya yang diungkapkan oleh pergeseran diferensial yang
mempunyai besar ds dan d. Kini perhatikan sebuah pergeseran imajiner atau virtual

2
(khayal), yang menunjukkan adanya suatu peregeseran atau rotasi yang diasumsikan dan
tidak sesungguhnya ada.Pergeseran ini adalah besaran diferensial orde pertama dan akan
dinotasikan masing-masing dengan symbol-simbol dan (delta s dan delta ).Usaha
virtual yang dilakukan oleh sebuah gaya yang mengalami suatu pergeseran virtual
adalah
U = F cos
( 11-1)
Dengan cara serupa, bila kopel mengalami suatu rotasi virtual dalam bidang gaya-gaya
kopel, usaha virtual adalah
U=M
( 11-2 )

11.2. Prinsip Usaha Virtual untuk Partikel dan Benda Tegar


Jika sebuah partikel berada dalam kesetimbangan,maka resultan system gaya yang
bekerja padanya harus sama dengan nol. Sehingga jika partikel mengalami suatu pergeseran
imajiner atau virtual dalam arah x, y,atau z,maka usaha virtual ( U) yang dilakukan oleh
system gaya harus sama dengan nol karena komponen –komponen ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz
= 0. Sebagai alternative, ini dapat dinyatakan sebagai
U=0
Sebagai contoh, jika partikel dalam Gambar 11-3 diberi suatu pergeseran virtual x, maka
hanya komponen x dari gaya-gaya yang bekerja pada partikel yang melakukan usaha.(Tak
ada usaha yang dilakukan oleh komponen-komponen y dan z karena mereka tegak lurus
pergeseran). Persamaan usaha virtual dengan demikian adalah
U = 0; F1x x + F2x x +
F3x x = 0
Dengan memfaktorkan keluar x, yang ada pada setiap suku, diperoleh
( F1x + F2x + F3x ) x = 0
Karena x 0, maka persamaan ini hanya terpenuhi jika penjumlahan komponen gaya
dalam arah x adalah sama dengan nol, yaitu ∑Fx = 0. Dua persamaan usaha virtual yang
lain dapat ditulis dengan mengasumsikan pergeseran-pergeseran virtual y dan z masing-
masing dalam arah y dan z. Namun dengan melakukan hal ini, sama saja memenuhi
persamaan-persamaan kesetimbangan ∑Fy = 0 dan ∑Fz = 0 untuk partikel

3
Dalam cara serupa sebuah benda tegar yang dikenai sebuah system gaya coplanar
akan berada dalam kesetimbangan asalkan komponen ∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan ∑Fz = 0. Kita
juga dapat menuliskan suatu pasangan tiga persamaan usaha virtual untuk benda, masing-
masing dengan mensyaratkan U = 0. Jika persamaan-persamaan ini melibatkan translasi
virtual terpisah dalam perubahan y dan sebuah rotasi virtual di sekitar suatu sumbu tegak
lurus terhadap bidang x-y dan melalui titik 0, maka dapat ditunjukkan bahwa mereka akan
berkaitan dengan tiga persamaan kesetimbangan yang disebutkan di atas. Bila menuliskan
persamaan-persamaan ini, kita tidak perlu memperhitungkan usaha yang dilakukan oleh
gaya-gaya internal yang bekerja dalam benda, karena sebuah benda tegar tidak
berdeformasi (berubah bentuk) bila dikenai beban eksternal dan selanjutnya, bila benda
bergerak melalui suatu pergeseran virtual, maka gaya-gaya internal muncul dalam
pasangan-pasangan kolinear yang sama namun berlawanan, sehingga usaha yang hadir
yang dilakukan oleh tiap-tiap pasdangan gaya saling meniadakan (menghapus ).
Namun seperti partikel, tak ada keuntungan tanbahan yang akan diperoleh dengan
menyelesaikan soal-soal kesetimbangan benda- tegar menggunakan prinsip usaha virtual.
Hal ini karena untuk tiap-tiap aplikasi persamaan usaha virtual pergeseran virtual tersebut,
yang ada pada setiap suku, difaktorkan keluar, dengan meninggalkan persamaan yang telah
dapat diperoleh dengan cara yang lebih langsung dengan menetapkan persamaan-
persamaan kesetimbangan.

11.3. Prinsip Usaha Virtual untuk Sistem Benda-benda Tegar Bersambungan


Metode usaha virtual sangat sesuai untuk menyelesaikan soal-soal keseimbangan yang
melibatkan system beberapa benda tegar bersambungan seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 11-4. Namun sebelum kita dapat menerapkan prinsip usaha virtual pada system-
sistem ini, kita harus pertama-tama menentukan jumlah derajat kebebasan untuk sebuah
system dan menetapkan koordinat-koordinat yang menentukan posisi system.
Derajat Kebebasan.Suatu system benda-benda bersanbungan mengambil suatu bentuk
unik yang dapat ditentukan (dispesifikasikan) asalkan kita mengetahui posisi sejunlah titik-
titik spesifik pada system. Posisi-posisi ini ditentukan dengan menggunakan koordinat-
kordinat bebas q yang diukur dari suatu titik-titik acuan tetap. Untuk setiap koordinat yang
telah ditetapkan, system akan mempunyai sebuah derajat kebebasan untuk pergeseran
sepanjang sumbu koordinat yang konsisten dengan kerja pengendaraan (constraining)
penopang-penopang. Jadi suatu system n derajat kebebasan memerlukan n koordinat bebas
qn untuk menyatakan letak semua batang-batang perletakannya. Sebagai contoh, suatu
4
susunan batang penghubung dan balok gelincir yang ditunjukkan dalam Gambar 11-4a
adalah contoh system satu derajat kebebasan. Koordinat bebas q = 0 dapat digunakan untuk
menyatakan letak dari dua batang penghubung (link) yang bersambungan dan balok.
Koordinat x dapat juga digunakan sebagai koordinat bebas. Namun karena balok dibatasi
bergerak didalam rongga (slot) maka x tidak bebas dari , dia dapat dihubungkan dengan
menggunakan hokum cosines b2 = a2 + x2 – 2 ax cos. Susunan batang penghubung ganda
yang ditunjukan dalam Gambar 11-4b, merupakan contoh system dua derajat kebebasan.
Untuk menentukan letak batang penghubung, sudut-sudut koordinat 1 , dan 2 harus
diketahui karena rotasi satu batang penghubung adalah tidak bergantung dari rotasi batang
yang lain.
Prinsip Usaha Virtual. Prinsip usaha virtual untuk sebuah system benda-benda tegar yang
persambungan-persambungannya tak bergesekan dapat dinyatakan sebagai berikut: Sebuah
system benda-benda tegar bersambungan berada dalam kesetimbangan asalkan usaha
virtual yang dilakukan oleh semua gaya dan kopel-kopel eksternal yang bekerja padasistem
adalah nol untuk tiap-tiap pergeseran virtual bebas dari system. Secara matematik, ini
dapat dinyatakan sebagai

U=0
(11-3)
Dengan U menyatakan usaha virtual semua gaya (dan kopel-kopel) eksternal yang bekerja
pada system selama setiap pergeseran virtual bebas.
Seperti dinyatakan di atas, jika sebuah system mempunyai derajat kebebasan dia
akan mengambil n koordinat bebas qx untuk menyatakan secara lengkap letak system.
Sehingga untuk system tersebut adalah mungkin untuk menuliskan n persamaan usaha
virtual bebas, saat untuk setiap pergeseran virtual pada sepanjang masing-masing sumbu
koordinat bebas, sementara sisanya n – 1 koordinat bebas dibuat tetap.

PROSEDUR ANALISIS
Prosedur berikut memberikan metode untuk menerapkan persamaan usaha virtual untuk
menyelesaikan soal-soal yang melibatkan suatu system benda-benda tegar bersambungaqn
tak bergesekan (licin) yang mempunyai sebuah derajat kebebasan tunggal.
Diagram Benda-Bebas. Gambarkan diagram benda bebas seluruh system benda-benda
yang bersambungan dan tentukan koordinat bebas q. Sketlah “posisi terdefleksi

5
(menyimpang)” system pada diagram benda bebas bila system mengalami pergeseran
virtual positif q. Dari ini tentukan (nyatakan) gaya-gaya dan kopel-kopel “aktif”, yaitu
mereka yang melakukan usaha.
Pergeseran Virtual. Tunjukkan koordinat-koordinat posisi s diukur dari suatu titik tetap
pada diagram benda bebas terhadap masing-masing jumlah gaya-gaya dan kopel-kopel
“aktif”. Tiap-tiap sumbu koordinat harus pararel terhadap garis kerja “gaya” aktif terhadap
mana dia diarahkan, sehingga usaha virtual sepanjang sumbu koordinat dapat dihitung.
Hubungan tiap-tiap koordinat posisi s pada koordinat bebas q: kemudian
diferensiasi pernyataan-pernyataan ini guna menyatakan pergeseran virtual s1 dalam y

Persamaan Usaha Vertikal. Tuliskan persamaan usaha vertical untuk system dengan
menganggap bahwa semua koordinat posisi s mengalami pergeseran virtual positif ( 1).
Dengan menggunakan hubungan-hubungan untuk nyatakan usaha dari tiap-tiap gaya dan
kopel-kopel “aktif” dalam persamaan dalam kaitan dengan pergeseran virtual bebas tunggal
. Dengan memfaktorkan keluar pergeseran, bersama ini, kita tinggalkan dengan sebuah
persamaan yang umumnya dapat diselesaikan untuk sebuah gaya, kopel atau posisi
kesetimbangan yang tidak diketahui.
Jika system mengandung n derajat kebebasan koordinat bebas qn harus
dinyatakan dalam hal ini, ikuti prosedur diatas dan biarkan (tinggalkan) hanya satu
koordinat bebas yang mengalami pergeseran virtual sementara n – 1 koordinat sisa dibuat
tetap. Dalam cara ini,persamaan-persamaan usaha virtual dapat dituliskan, satu untuk tiap
koordinat bebas.
Contoh-contoh berikut akan membantu memperjelas penerapan prosedur ini.
Tentukan sudut untuk kesetimbangan ubntaian dua-barang yang ditunjukkan
dalam Gambar 11-5a, tiap-tiap batang mempunyai masa 10 Kg.

PENYELESAIAN
Diagram Benda Bebas. Sistem hanya memiliki satu derajat kebebasan karena letak kedua
batang penghubung dapat ditentukan dengan koordinat bebas tunggal ( q = 0 ). Seperti
ditunjukkan pada diagram benda-benda bebas dalam Gambar 11-5b, bila mengalami rotasi
virtual positif ( searah jarum jam), hanya gaya-gaya aktif, F dan dua berat 98,1 N, yang
melakukan usaha ( Gaya-gaya Dx dan Dy adalah tetap (diam) dan By tidak bergerak
sepanjang garis kerjanya ).

6
Pergeseran Virtual. Jika titik asal koordinat ditetapkan pada penopang pin tetap D, maka
letak F dan W dapat dinyatakan dengan koordinat-koordinatposisi xB dan yB seperti
ditunjukkan dalam gambar. Guna menentukan usaha, perhatikan bahwa koordinat-
koordinat ini pararel terhadap garis-garis kerja dari gaya-gaya yang bersangkutan
dengannya.
Dengan menyatakan koordinat posisi dalam koordinat bebas dan mengambil
derifativnya, diperoleh
XB = 2 (1 cos ) m xB = -2 sin m
(1)
YW = ½ (1sin ) m yB = 0.5 cos m
(2)
Terlihat dengan tanda-tanda persamaan ini dan ditunjukkan dalam Gambar 11-5b, bahwa
suatu penambah dalam (yaitu ) menyebabkan penurunan dalam xB dan peningkatan
dalam yW.
Persamaan Usaha Virtual. Jika pergeseran virtual xB dan yW keduanya positif maka gaya-
gaya W dan F akan melakukan usaha positif karena gaya-gaya dan pergeseran yang terkait
dengannya akan mempunyai tanda arah yang sama. Sehingga persamaan usaha virtual
untuk pergeseran adalah U = 0 W yW + W vW + F xB = 0
Dengan mensubstitusi Persamaan 1 dan 2 ke dalam Persamaan 3 guna menghubungkan
pergeseran virtual terhadap pergeseran virtual bersama diperoleh 98.1(0.5 cos v) +
98.1(0.5 cos ) + 25(-2 sin )=0
Perhatikan bahwa “usaha negative" dilakukan oleh F (gaya dalam tanda berlawanan
dengan pergeseran) telah diperhitungkan dalam persamaan diatas dengan ”tanda negative"
Persamaan (1). Dengan memfaktorkan keluar pergeseran bersama dan
menyelesaikannya untuk , ingat bahwa 0 diperoleh
(98.1 cos - 50 sin ) =0

= tan-1 = 63.00 Jawab

Jika soal ini telah diselesaikan dengan menggunakan persamaan kesetimbangan, maka
perlu untuk mengurai batang-batang penghubung dan menerapkan tiga persamaan n scalar
terhadap tiap-tiap batang penghubung (link). Prinsip usaha virtual, dengan bantuan
kalkulus, telah meniadakan perlunya tugas ini sehingga jawabnya diperoleh secara
langsung

7
11.4. Gaya-Gaya Konservatif
Usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya bila sebuah gaya dia mengalami
pergeseran diferensial telah didefinisikan sebagai
U = F Cos ds. Jika gaya digerakan sepanjang suatu lintasan yang mempunyai panjang
berhingga s, maka usaha ditentukan dengan melakukan integrasi terhadap lintasan yaitu
U=∫ ds
Untuk mengevaluasi integral, maka perlu diperoleh hubungan timbale balik antara F
dengan komponen pergeseram ds cos . Namun dalam beberapa keadaan yang dilakukan
oleh sebuah gaya akantidak tergantung pada lintasannya, bahkan akan tergantung pada
hanya letak awal dan akhir saja dari gaya sepanjang lintasan. Gaya yang mempunyai sifat
ini disebut gaya konservatif.
Berat. Perhatikan benda salam Gambar 11-9, yang pada mulanya berada di P’. Jika benda
digerakkan turun sepanjang lintasan sembarang A ke posisi putus-putus, maka untuk suatu
pergeseran ds tertentu sepanjang lintasan komponen pergeseran dalam arah W mempunyai
besar dy = ds cos, seperti terlihat. Karena baik gaya maupun pergeseran berada dalam arah
yang sama,maka usahanya positif sehingga,
U=∫ ds = ∫ dy
Atau
U = Vy
Dalam cara yang sama usaha yang dilakukan oleh berat bila benda bergerak ke atas sejauh
y kembali ke P’, sepanjang lintasan sembarang A’ adalah U = -Wy
Mengapa usaha negative ?
Berat benda merupakan sebuah gaya konseervatif karena uasaha yang dilakukan
oleh berat bergantung hanya pada pergeseran vertikal benda dan tidak bergantung pada
lintasan terhadap mana benda bergerak
Pegas elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh pegas elastic (Fs = ks) juga merupakan gaya
konservatif. Jika pegas dihubungkan ke sebuah benda dan benda digerakkan sepanjang
lintasan, sedemikian menyebabkan pegas mengalami pemanjangan atau pemendekkan dari
posisi s1 ke posisi selanjutnya s2, maka usaha akan negative, karena pegas melakukan gaya
F, pada benda yang berlawanan arah terhadap pergeseran bend ads,Gambar 11-10. Baik
untuk perpanjangan maupun untuk pemendekkan usaha adalah tidak bergantung lintasan
dan sehingga

8
U=∫ ds = ∫ ds

= - ( ks 12 - ks 12 )

Gesekan. Berkebalikan dengan gaya konservatif perhatikan gaya gesekan yang dulakukan
pada sebuah benda yang bergerak oleh suatu permukaan tetap. Usaha yang dilakukan oleh
gaya gesekan bergantung pada lintasan;makin panjang lintasan, makin besar usaha.
Akibatnya gaya gesekan tidak konservatif, dan usaha yang dilakukan didisipasi dari benda
dalam bentuk panas
11.5. Energi Potensial
Bila gaya konservatif bekerja pada benda maka dia member benda kemampuan untuk
melakukan usaha. Kemampuan ini diukur sebagai energy potensial tergantung pada letak
benda.

Energi Potensial Gravitasi. Jika benda ditempatkan sejauh y diatas secara horizontal tetap
atau acuan (datum). Gambar 11-9, maka berat benda mempunyai energy potensial gravitasi
Positiv Vg karena W mempunyai kapasitas (kemampuan) melakukan usaha positif bila
benda digerakkan kembali turun ke muka acuan (datum). Demikian pula, jika benda
ditempatkan sejauh y di bawah muka acuan Vg akan negative karena berat melakukan
usaha negative bila benda digerakkan kembali naik ke muka acuan (datum). Pada muka
acuan Vg = 0
Dengan mengukur y sebagai positif kea rah atas, energy potensial gravitasi dari
berat benda W dengan demikian menjadi
Vg = Wy
(11-4)
Energi Potensial Elastik. Energi potensial elastic Ve yang dilakukan pegas pada benda,
ketika pegas teregang atau terkompresi (s=0) ke posisi akhir s adalah
Ve = ½ ks2
(11-5)
Disini Ve selalu positif karena dalam posisi terdeformasi pegas mempunyai kemampuan
melakukan usaha positif dalam mengembalikan benda kembali ke posisi tidak terdeformasi
pegas. Gambar 11-10.
Fungsi Potensial . Dalam kasus umum, jika benda dikenai oleh baik gaya gravitasi maupun
gaya gaya elastic, maka energy potensial atau fungsi potensial V benda dapat dinyatakan
sebagai penjumlahan aljabar.

9
V = V + Ve
(11-6)
Dengan pengukuran V bergantung pada letak benda terhadap muka acuan yang dipilih
sesuai dengan persamaan 11-4 dan 11-5.
Umumnya jika sebuah system benda-benda yang berhubungan dan tak bergesekan
mempunyai suatu derajat kebebasan tunggal sedemikian posisinya dari muka acuan
(datum) didefinisikan oleh koordinat umum q, maka fungsi potensial untuk system dapat
dinyatakan sebagai V = V(q). Usaha yang dilakukan oleh semua gaya konservatif yang
bekerja pada system tidak menggerakkan system dari q 1 ke q2 diukur dengan selisih V yaitu
U1-2 = V(q1) - V(q2)
(11-7)
Sebagai contoh fungsi potensial untuk sebuah system yang terdiri dari sebuah balok dengan
berat W yang ditopang oleh sebuah pegas. Gambar 11-11a, dapat dinyatakan dalam
koordinat umumnya ( q =) y, diukur dari mana acuan tetap yang terletak pada panjang
pegas tak tergantung kita peroleh
V = Vg + Ve
(11-8)
Jika balok bergerak dari y1 ke posisi arah bawah yang lebih jauh y2, maka usaha W dan Fs
adalah
U1-2 = V(y1) – V(y2)) = -W ( y1 – y2) + 1/2ky21 –
1/2ky22

11.6. Kriteria Energi Potensial untuk Kesetimbangan


Sistem Yang Mempunyai satu Derajat Kebebasan. Bila pergeseran suatu sitem
berhubungan tak bergesekan adalah infinitesimal yaitu dari q ke q + dq, maka persamaan
11-7 menjadi
dU = V (q) – V (q+dq) atau dU = -dV
Selanjutnya, jika system mengalami pergeseran virtual q daripada pergeseran actual dq = -
V. Untuk kesetimbangan, prinsip usaha virtual mensyaratkan bahwa U = 0 dan jika
fungsi potensial untuk sitem diketahui, ini juga disyaratkan bahwa V = 0. Kita juga dapat
mensyaratkan persyaratan sebagai
=0

(11-9)

10
Jadi bila suatu sistem berhubungan yang tak bergesekan dari benda-benda tegar berada
dalam kesetimbangan maka variasi pertama atau perubahan V akan nol. Perubahan ini
ditentukan dengan mengambil derifativ (turunan) pertama fungsi potensial dan menetapkan
sama dengan nol. Sebagai contoh dengan mengggunakan persamaan 11-8 untuk
menentukan posisi kesetimbangan untuk pegas dan balok dalam Gambar 11-11a kita
peroleh

= W – ky = 0

Sehingga posisi kesetimbangan y = yeq adalah


Yeq =

Tentusaja hasil yang sama akan diperoleh dengan menerapkan Fy = 0 terhadap gaya-gaya
yang bekerja pada diagram benda-benda balok Gambar 11-11b.
Sistem Dengan n Derajat Kebebasan. Bila sitem benda-benda saling berhubungan
mempunyai derajat kebebasan, maka energy potensial yang tersimpan dalam system akan
menjadi sebuah fungsi n koordinat bebas qn yaitu V = V(q1q2…..qn). Guna menerapkan
criteria kesetimbangan V dengan menggunakan “aturan rantai” kalkulus diferensial, yaitu

V= 1 + 2+ …. + =0

Karena pergeseran virtual q1, q2 ….. qn tidak saling bergantung satu sama lain, maka
persamaan akan terpenuhi asalkan

= 0, = 0 ……. =0

Jadi dimungkinkan menulis n persamaan bebas untuk system yang mempunyai n derajat
kebebasan.

11
12

Anda mungkin juga menyukai