STATIKA STRUKTUR
Disusun Oleh:
MA’RUF , ST., MT.
1.1 MEKANIKA
Mekanika adalah cabang ilmu fisika yang berbicara tentang keadaan diam atau
gerk benda-benda yang mengalami kerja/aksi gaya. Mekanika dibagi lagi
menjadi tiga cabang yaitu; mekanika benda tegar, mekanika benda deformable
(dapat berubah bentuk), dan mekanika fluida.
Mekanika benda tegar dibagi lagi menjadi dua bidang; statika dan dinamika.
Statika berhubungan dengan benda-benda diam maupun bergerak yang
setimbang, sedangkan dinamika berhubungan dengan gerak benda-benda yang
dipercepat.
5. Idealisasi
Digunakan untuk menyederhanakan penerapan teori di dalam mekanika.
6. Partikel
Sesuatu yang memiliki massa namun ukurannya dapat diabaikan. Bila
sebuah benda diidealisasikan sebagai sebuah partikel, prinsip mekanika
akan tereduksi menjadi bentuk yang lebih sederhana , karena geometri
benda tidak dilibatkan.
7. Benda Tegar
Kombinasi sejumlah besar partikel dengan semua partikel berada pada
suatu jarak tetap terhadap satu sama lain baik sebelum maupun setelah
penerapan beban.
8. Gaya Terpusat
Efek pembebanan yang dianggap bekerja pada suatu titik pada sebuah
benda.
b. Hukum Kedua
“Sebuah partikel yang dikenai gaya tidak setimbang F akan mengalami
percepatan a yang mempunyai arah yang sama dan besarnya
berbanding lurus dengan gaya. Secara matematis:
c. Hukum Ketiga
“Gaya mutual aksi dan reaksi antara dua partikel adalah setimbang,
berlawanan dan segaris.”
Aksi = –Reaksi
11. Berat
Setiap dua partikel atau benda memiliki gaya tarik (gravitasional) mutual
yang bekerja diantara mereka. Jika sebuah partikel/benda ditempatkan di
dekat/pada permukaan bumi, satu-satunya gaya gravitasional yang
besarnya cukup terasa adalah gaya antara bumi dan partikel. Gaya ini
disebut berat. Secara matematis:
VEKTOR GAYA
-A
Gambar 2.1
Penjumlahan vektor .
Dua vektor A dan B yang berjenis sama dapat di jumlahkan membentuk suatu
vektor “ resultan” R = A + B dengan menggunakan aturan parallelogram
(jajaran genjang). Untuk melakukannya A dan B digantungkan pada pangkal –
pangkalnya. Dan dapat menjumlahkan B dan A menggunakan konstruksi segi
tiga yang merupakan kasus khusus aturan jajaran ganjang dengan cara vektor B
di jumlahkan ke vektor A dalam cara “ke pangkal”, yaitu dengkal B. Dengan
membandingkan terlihat bahwa penjumlahan vektor berisi komutatif, dengan
kata lain, vektor – vektor dapat dijumlahkan dalam salah satu orde, yaitu :
R=A+B=B+A
Sebagai kasus khusus , jika dua vektor A dan B koliner ( segaris ), yaitu
keduanya mempunyai garis kerja yang sama, aturan jajaran genjang mereduksi
menjadi penjumlahan aljabar atau skalar R = A + B.
A R=A+B A B
B R=A+B
B (b) (c)
(a) R=B+A
B A
(d)
Pengurangan Vektor.
Selisih resultan antara dua vektor A dan B berjenis sama dapat dinyatakan
sebagai :
R` = A – B = A + (-B)
A -B
-B A A
Penguraian vektor.
B A R B
2.3 Penjumlahan Vektor Gaya
Jika lebih dari dua yang akan di jumlahkan gaya penerapan aturan jajargan
genjang dapat dilakukan unhtuk memperoleh gaya resultan. Misal
bekerja pada titik O, gambar di bawah .Dengan memakai aturan jajaran genjang
untuk menjumlahkan lebih dari dua gaya , seperti ditunjukkan di sini sering kali
memerlukan perhitungan geometrid an trigonometri yang ekstensif untuk
menentukan nilai-nilai numeric untuk vesar dan arah resultan.Malahan,soal-soal
jenis ini dengan mudah diselesaikan dengan menggunakan “metode komponen-
persegi empat (rectangular)yang dijelaskan Bagian 2.4.
O
Prosedur analisis.
A b C
c a
B
Hukum cosinus:
Prosedur analisis.
PENYELESAIAN
Gaya resultan di bentuk dari aturan jajaran genjang
Aturan Jajaran Genjang.Penjumlahan ditunjukan dalam Gambar2- 10b.Dua yang
tidak diketahui mempunyai besar FR dan sudut ᶿ (theta). Dari Gambar 2-10b,segitiga
vektor, Gambar 2-10c, disusun.
FR = √
FR = √
FR = 213 N
𝛉= 39,8”
Bila resultan lebih dari dua gaya harus dicari, maka lebih mudah untuk
mencari komponen tiap – tiap gaya sepanjang sumbu yang telah ditetapkan julahkan
komponen – komponen ini secara aljabar, dan kemudian bentuk resultan, ketimbang ,
membentuk resultan gaya – gaya dengan penerapan aturan jajaran genjang secara
berturut – turut.
Namun dalam bagian ini akan menguraikan tiap tiap gaya menjadi komponen
komponen rektangularnya dan yang masing – masing berada sepanjang sumbu x
dan y seperti gambar di bawah. Meskipun sumbu yang di tunjukan horizontaldan
vertikal.
Meski begitu mereka dapat d miringkan kesembarang arah
(a)
Notasi Skalar. Karena sumbu x dan y telah menandakan arah positif dan
negative besar dan tanda arah komponen rectangular gaya dapat dinyatakan dengan
skalar aljabar. Misalnya, komponen-komponen F dalam Gambar 2-14a dapat
dinyatakan dengan skalar-skalar positif F, dan F, karena tanda arah mereka masing-
masing sepanjang sumbu x dan y positif. Dengan cara yang sama, komponen-
komponen F’ dalam Gambar 2-14b adalah Fx, dan –Fy. Disini komponen y ialah
negative, karena berarah sepanjang sumbu y negative. Penting diingat bahwa notasi
skalar ini hanya digunakan untuk tujuan-tujuan komputasional, bukan untuk sajian-
sajian grafis dalam gambar. Diseluruh teks, ujung anak panah vektor dalam setiap
gambar menunjukkan tanda arah vektor secara grafis; tanda-tanda aljabar tidak
digunakan untuk tujuan ini. Jadi, vektor-vektor dalam Gambar 2-14a dan 2-14b
ditandai dengan menggunakan notasi (vektor) huruf tebal. 1 Huruf miring ditulis dekat
anak panah vektor dalam gambar menunjukkan bedar vektor yang merupakan besaran
positif.
x
(b) F‟
F=
y
j F
Salah satu dari dua motedo tersebut yang baru saja dijelaskan untuk
menyatakan komponen – komponen rectangular sebuah gaya dapat digunakan untuk
menentukan resultan beberapa gaya coplanar. Untuk melakukannya tiap – tiap gaya
pertama kali diuraikan menjadi komponen – komponen x dan y-nya dan kemudian
komponen – komponen bersangkutan dijumlahkan dengan menggunakan aljabar
skalar karena mereka kolinear ( segaris ).
= + +
= + - + + +
=( + + )+( + - )
=( )I + ( )j
Contoh;
PENYELESAIAN
Notasi skalar. Karena F1 bekerja sepanjang sumbu y negative, dan besar F1 100N,
komponen-komponen di tulis dalam bentuk skalar
= (-100j) N
Dan
F2= 200 sin60o N (-i) + 200cos 60o N (j) Jawab
= (-173i +100j) N
Sebuah vektor A boleh mempunyai satu dua, atau tiga komponen rectangular
sepanjang sumbu kordinat x, y, z bergantung pada bagaimana vektor berorientasi
relatif terhadap sumbu – sumbu. Umumnya, meskipun bila A diarahkan di dalam
oktan kerangka x, y, z.
A= + +
z
x A‟
Vektor satuan
A= A
ɀ k
j y
A= + +
Az K
Selalu mungkin untuk memperoleh besar
A
vektor A menyatakan vektor tersebut dalam
A =√
Jadi besar A adalah sama dengan akar kuadrat positif dari penjumlahan kuadrat
komponen kopomponenya.
Orientasi vektor A ditentukan oleh sudut arah kordinat a (alfa),β ( beta ), dan
x ( gamma) diukur antar pangkal A dan sumbu – sumbu xy,z positif yang terletak
pada pangkal A. Perhatikan bahwa tanpa memandang dimana A berarah, tiap - tiap
sudut ini akan berada antara 0® dan 180 ®. …
Bilangan – bilangan ini cosines – cosines arah A. sekali dikethui sudut arah kordinat
α,β,x dapat segera ditetukan dari cosines invers.
Jika vektor A terletak dalam suatu oktan yang diketahui, persamaan ini dapat
digunakan untuk menentukan salah satu sudut arah koordinat jika dua yang lain
diketahui..
Akhirnya, jika besar dan arah sudut arah kordinat A ditentukan, maka A dapat
diungkapkan dalam bentuk vektor kartesian……..
Operasi – operasi penjumlahan dan pengurangan vektor dari dua vektor atau
lebih menjadi sangat tersederhanakan jika vektor dinyatakan menjadi komponen –
komponen kartesiannya. Pengurangan vektor, merupakan kasusu khusus penjmlahan
vektor, hanya memerluikan pengurangan skalar dari komponen – komponen
bersangkutan I,j,k dan baik A sep pemaupun B.
Resultan gaya merupakan merupakan penjumlahan vektor dari semua gaya dalam
sistem dan di tuliskan
Di sini
Contoh
Ungkapan gaya F yang ditunjukkan bekerja pada cantelan dalam Gambar 2-32a
sebagai sebuah vektor Kartesian.
PENYELESAIAN
Dalam kasus ini sudut 60o dan 30o yang menentukan arah F bukanlah sudut arah
kordinat, dengan dua penerapan berturutan aturan jajaran genjang ma F dapat di urai
menjadi komponen-kommponen x,y z-nya seperti ditunjukkan dalam Gambar 2-32b.
pertama-tama, dari segitiga berwarna,
Fz = 4 sin30o kN = 3,00kN
Jadi,
Sebagai sebuah latihan, tunjukkan besar F memang 4kN dan bahwa sudut arah
kordinat a = 64,3o
Vektor Posisi. Vektor posisi r didefinisikan sebagai suatu vektor tertentu yang
menempat suatu titik dalam ruang relatif terhadap titik lain. Misalnya, jika r
merentang (membentang) dari titik asal kordinat, O, ke titik P (x,y,z), gambar 2-36a,
maka r dapat dinyatakan dalam bentuk vektor Kartesian sebagai
r = xi + yj + zk
Terutama, perhatikan cara penjumlahan vektor kepala ke pangkal dari tiga komponen
menghasilkan vektor r, Gambar 2-36b. Dengan berawal pada titik asal O, orang
bergerak pada x dalam arah +i, kemudian y dalam arah +j dan akhirnya z dalam arah
+k untuk sampai pada titik P (x,y,z).
Dalam kasus yang lebih umum, vektor posisi dapat diarahkan dari titik A ke titik B
dalam ruang, Gambar 2-37a. Sebagaimana terlihat, vektor ini juga dinyatakan dengan
r. Namun, sebagai suatu hal konvensi, kita akan kadang-kadang menyatakan vektor
ini dengan dua subskrip untuk menunjukkan dari dan ke titik dimana dia diarahkan,
jadi r juga dapat dinyatakan sebagai rAB. Juga perhatikan bahwa rA dan rB dalam
Gambar 2-37a dinyatakan dengan hanya satu subskrip karena mereka membentang
dari titik asal kordinat.
rA + r = r B
atau
PENYELESAIAN
= { -3i + 2j + 6k }
Seperti terlihat, tiga komponen r menyatakan arah dan jarak yang harus
dijalani sepanjang tiap-tiap sumbu agar bergerak dari A ke B, yaitu, sepanjang sumbu
x {-3i} m, sepanjang sumbu y {2j} m, dan akhirnya sepanjang sumbu z {6k} m.
Besar r menyatakan panjang pita karet
u= = i= j= k
= = 115 Jawab
= = 73,4 Jawab
= = 31,0 Jawab
Sudut-sudut ini diukur dari sumbu-sumbu positif suatu sistem kordinat terlokasi yang
ditempatkan pada pangkal r, titik A, seperti terlihat dalam Gambar 2-38c.
Sungguh sering dalam soal-soal statika tiga dimensi, arah gaya ditentukan oleh dua
titik melalui mana garis kerjanya melintas. Situasi demikian ditunjukkan dalam
Gambar 2-39, dengan gaya F diarahkan sepanjang tali AB. Kita dapat memformulasi
F sebagai vektor Kartesian dengan menyadari bahwa dia mempunyai arah dan tanda
arah yang sama seperti vektor posisi r yang diarahkan dari A ke titik B pada tali.
Arah bersama ini dinyatakan oleh vektor satuan u = r / r. Jadi
F = Fu = F
Meskipun kita telah menyajikan F secara symbol dalam Gambar 2-39, perhatikan
bahwa dia punya satuan gaya, dan tidak seperti r, atau kodinat-kordinat x, y, z yang
mempunyai satuan panjang, F tidak dapat diskalakan sepanjang sumbu-sumbu
kordinat.
PROSEDUR ANALISIS
Bila F diarahkan sepanjang suatu garis yang membentang dari titik A ke titik B,
maka F dapat dinyatakan dalam bentuk vektor Kartesian sebagai berikut.
Vektor Posisi. Tentukan vektor posisi r yang diarahkan dari A ke B, dan hitung
besarnya r.
Vektor Satuan. Tentukan vektor satuan u = r / r yang menyatakan arah dan tanda
arah kedua r dan F.
CONTOH 2.15
Orang yang ditunjukkan dalam Gambar 2-40a menarik tali dengan suatu gaya
70 N. Sajikan gaya ini, bekerja pada penopang A, sebagai suatu vektor Kartesian dan
tentukan arahnya.
PENYELESAIAN
Gaya F dirunjukkan dalam Gambar 2-40b. Arah vektor ini, u, ditentukan dari
vector posisi r, yang membentang dari A ke B, Gambarkan 2-40b. Untuk
merumuskan F sebagai vektor Kartesian kita gunakan prosedur berikut.
= {3i – 2j – 6k}
Tunjukkan pada Gambar 2-40a cara seseorang dapat menuliskan r secara langsung
dengan berjalan dari A {3i} m, kemudian {-2j} m, dan akhirnya {-6k} m untuk
sampai ke B.
r=√ =7m
u= = i- -
F = Fu = 70 N( i - - )
oleh u, maka
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2-40b, sudut arah kordinat diukur antara r (atau
F) dengan sumbu positif sistem kordinat terlokasi dengan titik asal ditempatkan di A.
Dari komponen-komponen vektor satuan
= = 64,6 Jawab
= = 107 Jawab
= = 149 Jawab
BAB III
KESETIMBANGAN PARTIKEL
CONTOH SOAL;
45˚ C
B
Sebuah peti pada gambar diatas mempunyai berat 20N. gambarkan diagram
benda bebas peti tersebut, tali B, dan cincin pada B.
PENYELESAIAN;
Fa Gaya tali BA yang bekerj pada cincin
Fb Gaya cincin yang bekerja
pada tali
45˚ Fc B
20 N
CONTOH SOAL;
a Tentukan panjang yang di perlukan
untuk tali ac dalam gambar sehingga
Penyelesaian;
Tac
30˚
Tbc
PROSEDUR ANALISIS
Prosedur berikut memberikan suatu metode untuk menyelesaikan soal-soal
kesetimbangan gaya tiga dimensi.
Diagram benda bebas. gambarlah diagram benda bebas partikel dan beri label
semua gaya yang diketahui dan tak diketahui pada diagram
Persamaan kesetimbangan .terapkan sumbu kordinat x,y,z denagan titik asal
berada pada partikel dan terapkan persamaan-persamaan kesetimbangan .
CONTOH SOAL;
Z C Fc
4 3
A B Y
30˚
Fd
90 N
JAWAB;
tinjau Ʃfx=0; Fd sin 30˚-4/5Fc=0 (1)
Ʃfy=0 -Fd cos30˚+Fb=0 (2)
Ʃfz=0 3/5Fc – 90N=0 (3)
Fc=150N jawab
Fd=240N jawab
Fb=208N jawab
Dalam Bab 3 telah ditunjukkan bahwa syarat bagi kesetimbangan partikel atau suatu sistem gaya
setangkup hanya memerlukan Lrahwa resultan system gayaharus sama dengan nol, yaitu ∑F=0.
Dalam Bab 5 akan diperlihatkan bahwa pembatasan seperti itu memang perlu namun tidak cukup
bagi kesetimbangan benda tegar. Karena sebuah benda mempunyai ukuran fisik.
suatu pembatasan lebih lanjut harus dilakukan terhadap ketidaksetangkupan sistem gaya yang
diberikan, dihadirkan suatu konsep momen. Sebuah momen cenderung untuk memutar benda,
dan kesetimbangan mensyaratkan benda untuk tidak berotasi.
Dalam bab ini suatu definisi formal sebuah momen akan diberikan dan cara-cara mencari momen
seluruh gaya di sehtar sebuah tilik, atau sumber juga akan membicarakan. Kita juga akan
menghadirkan metode untuk menentultan resultan sistem gaya tidak setangkup. Hal ini penting
karena penerapan persamaan untuk penyederhanaan sistem gaya serupa dengan penerapan
persamaan-persamaan kesetimbangan untuk benda tegar. Lebih lanjut, resultan sistem gaya akan
mempengaruhi keadaan kesetimbangan atau gerak benda tegar dalarn cara yang sama
sebagaimana system gaya, dan Karenanya kita dapat rnempelajari perilaku benda tegar dalam
cara yang iebih sederhana dengan menggunakan resultan-resultan.
Momen sebuah gaya akan dirumuskan dengan menggunakan vector Kartesian dalam bagian
berikut. Namun sebelum melakukannya pertama sekali kita perlu memperluas pengetahuan
tentang aljabar vektor dan mengenalkan metode perkalian silang dari multiplikasi vektor.
Perkalian silang dua vektor A dan B menghasilkan vektor C yang ditulis sebagai:
C=AxB
Arah. Vektor C mempunyai arah yang tegak lurus terhadap bidang yang mengandung A dan B
sedemikian arah C ditentukan dengan aturan tangankanan, ,vaitu dengan meiipat jari-jari tangan
kanan dari vektor A (melewati) ke vektor B, ibu jari kemudian menunjuk dalam arah C seperti
ditunjukan dalam Gambar 4- 1.
Dengan mengetahui kedua besar dan arah C, kita dapat menulis
dengan skalar AB sin menyatakan besar (magnitudo) C dan vektor satuanu. menyatakan arah
C. Siku-siku Persamaan 4-1 dideskipsikan secara grafis dalam Gambar 4-2.
Hukum-hukum Operasi
3. Hukum distributif
Ax(B+D)=(AxB)+(AxD)
Penbuktian identitas ini ditinggalkan sebagai latihan (lihat Soal 4-l).Penting untuk dicatat bahwa
urutan yang benar perkalian silang harus diperhatikan, karena mereka tidak komulatif.
Forrnulasi Vektar Kartesian. Persama an 4-1 dapat digunakan untuk mencari perkalian
silang suatu pasangan vektor satuan Kartesian. Misalnya, untuk,mencari I x j, besar vektor
resultan adalah (i) (j) (sin 90 ) =
(1) (1) (1) = 1, dan arahnya ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kanan. Seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4-4, vektor resultan menunjuk dalam arah + k. Jadi I x j = (1) k.
Dengan cara yang sama,
Hasil-hasil ini tidak harus diingat; namun sebaiknya, harus dipaharni dengan jelas bagaimana
masing-masing diperoleh dengan menggunakan aturan tangan kanan dan defirrisi perkahan
silang Suatu skema sederhana yang ditunjukkan dalam Cambar 4-5 sangat n:einbantu untuk
rilendapatka'n trasii-h;sil yang serupa bila diperlukan, Jika lingkaran tersebut dibangun seperti
terlihat, maka "penyilangan (pengalian)" dua vektor satuan dalam cara berlawanan jarum jam
mengitari lingkaran menghasiikan vektor satuan ketiga positif; yakni k x i - j. Bergerak searah
jarum jam. suatu vektor satuan negatif akan diperoleh; yakni i x k =-j.
Perhatikan sekarang perkalian silang dua vektor umum A dan B yang dinyatakan dalam bentuk
vektor Kartasian. Kita peroleh
Persamaan ini dapat iuga ditulis dalam bentuk determinan yang lebih kompak
Sebagai :
Jadi untuk mencari perkalian silang dari dua vektor Kartesian sembarang A dan B, maka perlu
untuk memperluas determinan yang baris elemen pertamanya terdiri dari vektor-vektor satuan i,
j, dan k dan baris kedua dan ketiganya menyatakan komponen-kornponen x, y, z dari tiap-tiap
dua vektor A
dan B.
Determinan yang mempunyai tiga baris dan tiga kolom dapat diperluas dengan menggunakan
tiga minor, masing-masing dari mereka dikalikan dengan salah satu dari tiga suku dalam baris
pertama. Ada empat elemen dalam masing-masing minor, yaitu;
perkalian dua elemen yang dilalui anak panah miring ke bawah ke arah kanan (A11 A22)
kurang perkalian dua elemen yang dilalui anak panah miring ke bawah ke arah kiri (A12 A21).
Untuk determinan 3 x 3, seperti Persamaan 4-3. tiga minor dapat digenerasi menurut skema
berikut:
Dengan menjunrlahkan hasil-hasil tenebut dan memperhatikan bahwa elemen i harus
memasukkan tanda minus dihasilkan suatu bentuk terluaskan dari A x B yang diberikan oleh
Persamaan 4-2.
Magnitudo (besar).
Magnitudo Mo adalah:
Mo = Fd
Dengan d dinyatakan sebagai lengan momen atau jarak tegak lurus dari sumbu pada titik O
terhadap garis kerja. Satuan besar momen terdiri dari gaya kali jarak, yaitu N.m atau lb.ft.
Arah. Arah Mo akan ditentukan dengan menggunakan "aturan tangan kanan". Untuk
melakukan ini. jari jari tangan kanan dilipat sedemikian mereka mengikuti tanda arah rotasi,
yang akan terjadi jika gaya dapat berotasi di sekitar titik O. Gambar 4-2. ibu jari kemudian
menunjuk sepanjang sumbu momen sehingga dia memberikan arah dan tanda arah vektor
momen, yang berarah ke arah atas dan tegak lurus terhadap bidang berbayang yang mengandung
F dan d. Dengan definisi ini, momen Mo dapat dipandang sebagai vektor luncur
(sliding vektor) dan karena itu bekerja pada sembarang titik sepanjang sumbu momen.
Dalam tiga dimensi Mo didekskripsikan sebagai anak panah vektor dengan sebuah lingkaran
diatasnya untuk membedakannya dengan vektor gaya, Gambar 4-2. Suatu pandangan dua
dimensi diberikan dibawah gambar tersebut berlawan arah jarum jam yang menunjukan kerja F.
Ujung anak panah pada lingkaran ini digunakan untuk menunjukan tanda arah rotasi yang
disebabkan oleh F. Namun dengan menggunakan aturan tangan kanan disadari bahwa arah dan
tanda arah vektor momen dalam gambar 4-2 ditentukan oleh ibu jari yang menunjuk keluar
halaman karena jari-jari mengikuti arah lingkaran. Dalam dua dimensi kita akan sering
berhubungan dengan pencarian momen gaya “disekitar suatu titik” (O). momen selalu bekerja
disekitar suatu sumbu yang tegak lurus terhadap bidang yang mengandung F dan d, dan sumbu
ini berpotongan dengan bidang pada titik (O) tersebut.
Arah. Arah dan tanda arah Ma, dalam Persama an 4-6 ditentukan oleh aturan
tangan kanan ketika diterapkan pada perkalian silang. Jadi, dengan
mengembangkan r ke posisi garis putus-putus dan m 4-t3b. Perhatikan bahwa "peiingkaran
(pelipatan)" jari-jari tangan, seperti
lingkaran mengitari vektor momen, menunjukkan tanda arah rotasi yang ditirnbulkan
oleh gaya. Karena perkalian silang tidak kornutatif, maka penting
bahwa urutan yang benar dari r dan F diperhatikan dalam Persamaanelipat jari-jari tangan
kanan dari r mbnuju F t'’r kali silang F', ibu jari diarahkan ke arah atas atau
tegak iurus terhadap bidang yang meneandung r dan F dan ini adalah
dalam arah yang sama seperti M0, momen gaya di sekitar titik O, Gambar 4-t3b. Perhatikan
bahwa "peiingkaran (pelipatan)" jari-jari tangan, seperti
lingkaran mengitari vektor momen, menunjukkan tanda arah rotasi yang ditirnbulkan
oleh gaya. Karena perkalian silang tidak kornutatif, maka penting
bahwa urutan yang benar dari r dan F diperhatikan dalam Persamaan 4-6.
Transmibilitas Gaya. Pandang gaya F yang diterapkan pda titik A dalam gambar 4-14.
yang ditunjukkan oleh F di sekitar titik O adalah M = r x F, namun telah di tunjukan bahwa pada
akibatnya F dapat diterapkan pada titik B atau C dan momen M0=rb x F= rc x F yang sama akan
dapat dihitung . Sebagai akibatnya , F memiliki sifat-sifat satu vector lancar (sliding vector) dan
karenanya dapat bekerja pada titik sembarang garis kerjanya dan tetap menghasilkan momen
yang sama di sekitar titik O .Kita menyatakan F dalam hl ini sebagai yang “dapat di
transmisikan”, dan kita akan membicarakan hal ini lebih lanjut pada bagian 4-7.
Formulasi Vektor Kartesian, jika kita menetapkan sumbu-surrnbu kordinat x, y, z, maka vektor
posisi r dan gaya F dapat dlnyatakan sebagai vektor Kartesian, Gambar 44-15 dengan
menerapkan Persamaan 4-6 kita peroleh
Dengan rx,ry,rz menyatakan kmponen-komponen x,y, z dari vektor poslsl yang ditarik dari
t itik O kesembarang titik pada garis kerja gaya
M0=(ryFz-Rzfy)i-(rxFz-rzFx)j+(rxFy-ryFx)k
Pengertian fisis tiga komponen momen ini menjadi terbukti dengan mempelajari
Garnbar 4-15a. Sebagai contoh, komponen i dari M., ditentukan
dari momen-momen Fx, Fy, Fz di sekitar sumbu Terutama, perhatikan
bahwa F , tidak rnenimbulkan suatu momen atau kecenderungan untuk
menyebabkan putaran di sekrtar surnbu x
karena gaya ini sejajar dengan surnbu x. Garis kerja F melalui titik E, dan dengan besar momen
Fx, di sekitar titik A pada sumbu; adalah Oleh aturan tangan kanan karnponen ini bekerjaa pada
arah i negative deimikan juga, F- rnenyumbangkan suatu komponen rnomen ry,Fzi. jadi (M0)x =
(ryFz - rzFx ) seperti ditunjukkan dalam persamaan 4-8. Sebagai suatu latihan, tentukan
komponen-komponen j dan k dari M, dalarn cara ini, dan tunjukkan bahwa memiang bentuk
pengembangan detererminan. Persamaan 4-8, menyatakan momen F di sekitar titik O. Sekali
setelah tertentukan, perhaikan bahwa I1.4, akan selalu tegak iurus terhadap bidang berbayang-
bayang yang mengandung vektor-vektor r dan F, Gambar 4-15b Akan ditunjukkan daiam Contoh
4-5 bahwa komputasi mornen dengan menggunakan perkaiian silang rnempunyai keuntungan
nyata terhadap formulasi skalar ketika memecahkan soal-soal dalam tiga dimensi.Ini karena
umumnya lebih mudah untuk rnenetapkan vektor posisi r terhadap gaya. dan pada menentukan
jarak lengan momen d yang harus diarahkan tegak lurus terhadap garis kerja gaya
Momen Resultan Sistem Gaya. Momen resultan sistem gaya di sekitar titik O dapat ditentukan
dengan penjumlahan vektor yang diambil dari penerapan suksesif (berturut-turut) dari Persamaan
4-7. Resultan ini dapat ditulis secara simbolis sebagai
M = ∑( r x F )
Ditunjukkan dalam Gambar 4-16
Prinsip Momen
Suatu konsep yang sering digunakan dalarn mekanika adalah prinsip momen,
yang kadang-kadang dinyatakan sebagai teorema Varignon kwena pertama
kali dikembangkan oieh rnatematikawan Prancis Varignon (1654 - 1122).Dia,
menyatakan bahwa momen gaya di sekitar suatu titik sama dengan penjumlahan
momen-momen komponen gaya di sekitar titik tersebut. Pembuktian
hadir secara langsung dari hukum distributif perkalian silang vektor. Untuk
rnenunjukkan ini, tinjau gaya F dan dua komponennya, dengan F = F1 + F2
Gambar 4-19. Kita peroleh
M0 = r x F1 + r x F2 = r ( F1 +F2 ) = r xF
Ingat bahwa bila momen gaya dihitung di sekitar suatu titik, rnomen dan
sumbunya selalu tegak lurus terhadap bidang yang mengandung gaya dan
lengan momen. Dalam beberapa soal cukup penting untuk mencari komponen-
komponen momen ini sepanjang suatu sumbu tertentukan yang rnelalui
titik tersebut.Untuk menyelesaikan soal ini baik analisis skalar maupun
vektor dapat digunakan.
Analisis Skalar. Sebagai suatu contoh numerik dari masalah ini, perhatikan
pipa yang ditata seperti dalam Gambar 4-22a., yang berada dalam
bidang horizontal dan dikenai suatu gaya vertikal F = 20 N yang diterapkan
pada titik A. Momen gaya ini di sekitar titik 0 mernpunyai besar Mo =
(20 N) (0,5 m) = 10 N.m dan arah yang ditentukan oleh aturan tangan
kanan, seperti ditunjukkan dalam Gambar 4-22a. Momen ini cenderung
untuk memutar pipa mengitari sumbu Ob. Namun, karena alasan-alasan
praktis mungkin periu untuk menentukan komponen M, di sekitar sumbu
y,My, karena komponen ini cenderung untuk melepaskan pipa dari penahan
di O. Dari gambar 4-22a, My mempunyai besar My= 7s (10 N"m) = 6 N.rn
dan tanda arah yang ditunjukkan oleh resolusi (penguraian) vektor.
Ketimbang melakukan proses dua tahap yang pertama kali harus mencari
rnomen gaya di sekitar titik O dan kemudian menguraikan momen sepanjang
sumbu y ini, maka juga dirnungkinkan untuk menyelesaikan masalah
ini secara langsung. Untuk melakukan demikian maka perlu ditentukan
jarak tegak lurus atau jarak lengan momen dari garis kerja gaya F ke sumbu
y. Dari Gambar 4-22a jarak ini adalah 0,3 m. Jadi besar momen gayadi sekitar
surnbu y sekali lagi adalah Mr, = (0,3) (20N) = 6 N.m, dan arahny-a
ditentukan oleh aturan tangan kanan seperti yang ditunjukkan.
Umumnya dengan demikian, seperti garis kerja gaya Y tegak lurus terhadap
sernbarang sumbu tertentukan αα, besar momen F di sekitar sumbu
tersebut dapat ditentukan dari persamaan
Ma = F da
Di sini di jarak tegak lurus atau terpendek dari garis kerja gaya ke surnbu.
Arahnya ditentukan dari ibu jari tangan kanan biia jari-jari dilipat menurut
arah rotasi begitu dihasilkan oleh gaya. Terutama, ingat bahwa gaya tidak
akan menyumbangkan momen di sekitar sumbu terspesifikasi jika garis
kerja gaya paralel terhadap sumbu atcu garis kerjanya melalui sumbu
tersebut.
Ma = ua . ( r x F )
Dalarn aljabar vektor. kombinasi perkalian dot dan siiang ini menghasilkan
suatu skalar Mα disebut perkalian skalar tripel. Diberikan bahwa sumbu-sumbu
x, y, z telah tertetapkan dan komponen-komponen Kartesian tiap-tiap
vektor dapat ditentukan. maka perkalian skalar tripel dapat dltulis
dalam bentuk determinan sebagai
Atau secara sederhana
MA = ∑[ua.(r.F)]ua.∑(r.F)
Mornen yang dihasilkan oleh sebuah kopel, disebut momen kopel adalah
ekivalen dengan jumlah momen dari kedua gaya kopel, ditentukan di sekitar
setiap titik sembarang O di dalam ruang. Untuk menunjukkan ini. perhatikan
vektor posisi rα dan rb yang diarahkan dari S ke titik-ritik A dan B yang berada
pada garis kerja -F dan F, Gambar 4-27. Momen kopel dihitung di sekitar
O dengan demikian adalah
M = rA x (-F) + rB x (F)
= ( rB -rA) x F
Hasil ini nnenunjukkan bahwa sebuah momen kopel adalah merupakan suatu
vektor bebss, yakni dia dapat bekerja pada sembarang titik, karena M bergantung
hanya pada vektor posisi yang diarahkan di antara gaya-gaya dan bukan
vektor-vektor posisi rA dan r". diarahkan dari titik O ke gaya-gaya Karena itu
konsep ini tidak sama dengan momen gaya yang memerlukan suatu titik
(atau surnbu) tetap di sekitar momen-momen yang ditentukan.
Formulasi Skalar. Momen kopel M, Gambar 4-28,didefinisikan sebagai
memiliki suatu besar
M = Fd
dengan F rnerupakan besar salah satu gaya dan d jarak tegak Iurus atau lengan
momen antara gaya-gaya. Arah dan tanda arah momen kopel ditentukan dengan
aturan tangan kanan, dengan ibu jari menunjukkan arah ketika jari-jari
dilipat dengan tanda arah rotasi yang disebabkan oleh kedua gaya. Dalam semua
kasus, M bekerja tegak lurus terhadap bidang yang mengandung gaya-gaya
ini.
M=rxF
MR = ∑ ( r x F )
dengan momen kopel masing-masing dihitung menurut Persamaan 4-15.
Contoh-conloh berikut mendeskripsikan konsep-konsep ini secara numerik.
Umumnya, soal-soal yang diproyeksikan dalam dua dimensi harus diselesaikan
dengan menggunakan suatu anaiisis skalar, karena lengan-lengan momen
dan kompcnen-kornponen gaya mudah dihitung.
Banyak masalah dalam statika, termasuk reduksi sistem gaya menjadi bentuk
yang paling sederhana mungkin, mensyaratkan untuk menggerakkan
suatu gaya dari satu titik ke titik iain pada sebuah benda tegar. Karena suatu
gaya cenderung untuk memindahkan (mentranslasi) dan merotasi sebuah
benda, maka menjadi penting bahwa dua efek “eksternal" ini tetap sama jika
gaya dipindahkan Cari satu titik ke titik iain pada benda. Dua kasus untuk
lokasi titik O terhadap mana gaya dipindahkan akan ditinjau sekarang.
Sebagai suatu ilustrasi fisis dua kasus di atas, perhatikan efek pada tangan
ketrka memegang ujung O tongkat yang beratnya dapat diabaikan.
Jika gaya vertikal F diterapkan pada ujung lain A dan tongkat dipegang dalam
posisi vertikal, Gamb ar 4-37a. maka hanya gaya yang dirasakan pada
genggarnan. tanpa memandang di mana F diterapkan sepanjang garis kerjanya
OA, Ini merupakan suatu konsekuensi prinsip transmisibilitas. Bila
tongkat dipegang dalam posisi horizontal, Gambar 4-37h,gaya di A mempunyai
efek menghasilkan suatu gaya yang menuju ke bawah pada pegangan
O dan suatu puntiran searah jarum jam Sebaliknya, efek-efek yang sama
ini dirasakan pada pegangan,jika gaya F diterapkan pada pegangan d
momen kopel M = Fd diterapkan terhadap tongkat.
4.8. Resultan Sebuah Gaya dan Sitem Kopel
Bila suatu benda tegar dlkenai suatu sistem gaya dan momen-momen
kopel, maka sering lebih sederhana untuk mengkaji efek-efek eksternal
pada benda dengan menggunakan resultan gaya dan momen kopel, ketimbang
sistem gaya dan momen kopel. Untuk menunjukkan bagaimana menyederhanakan
suatu sistem gaya dan momen kopel terhadap resultan-resultannya, perhaiikan benda tegar dalam
Gambar 4-39a. Sistem gaya dan momen kopel yang bekerja padanya akan disederhanakan
dengan menggerakkan gaya-gaya dan momen kopel ke titik sembarang 0. Dalam hal ini,momen
kopel M hanya dipindahkan belaka ke titik O, karena dia merupakan
sebuah vektor bebas. Gaya-gaya F1 dan F2 merupakan vektor luncur
(slidiing vector), dan karena O tidak terletak pada garis kerja gaya-gaya ini, masing-masing
harus dipindahkan ke O menurut prosedur vang dinyatakan
dalam Bagian 4.7. Misalnya biia F1 diterapkan pada O, suatu mornen kopel
bersangkutan M1 = r1 x F1, harus juga diterapkan pada benda, Gambar 4-39b. Dengan
penambahan vektor, sistem gaya dan momen kopel yang
ditunjukkan dalam Gambar 4-39b kini dapat direduksi menjadi suatu gaya
resultan ekivalen FR = F1 + F2 dan momen kopel resultan MRO = M + M1
besar rnaupun arah FR adalah tak bergantung pada tempat titik O, karena
mornen-rnomen M1, dan M2 dihitung menggunakan vektor posisi r1 dan r2.
Perhatikan juga bahwa MRO, merupakan suatu vektor bebas dan dapat bekerja
pada sembarang titik pada benda, meskipun titik O umumnya dipilih
sebasai titik aplikasinya.
PROSEDUR ANALISIS
Penjumlahan Gaya. Gaya resultan adalah ekivalen terhadap penjumlahan vector dari semua
gaya dalam satu system ; yaitu
FR = ∑F
MRO = ∑M + ∑M0
Penjumlahan Momen. Momen kopel resultan Mko, adalah tegak lurus terhadap
bidang yang mengandung gaya-gaya dan ekivalen terhadap penjumlahan
(aljabar) skalar dari semua momen kopel dalam sistem ditambah dengan
momen di sekitar titik O dari semua gaya dalam sistem; yakni,
MRO = ∑M + ∑Mo
Ketika menentukan momen gaya-gaya di sekitar O, umumnya lebih baik
menggunakan prinsip momen, yaitu menentukan momen komponen-komponen
tiap-tiap gaya ketimbang momen gaya itu sendiri.
Sistem Gaya Paralel. Sistem gaya paralel, yang dapat meliputi momen
kopel yang tegak lurus terhadap gaya-gaya, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 4-44a, dapat direduksi menjadi suatu gaya resultan tunggal, karena
Bila tiap-tiap gaya dipindahkan ke sembarang titik O dalam bidang x-y.
dia akan menghasilkan suatu momen kopel yang mernpunyai komponen-kornponen
hanya di sekitar sumbu x dan y. Momen resultan MRO = ∑M + ∑ r x F dengan demikian tegak
lurus terhadap gaya resultan FRO Gambar 4-44b; dan jadi FR dapat dipindahkan ke suatu titik
sejauh d sehingga dia menghasilkan momen yang sama di sekitar O.
PROSEDUR ANALISIS
Teknik yang digunakan unluk rnereduksi suatu sistem gaya koplanar ataupun
yang parairel imenjadi suatu gaya resultan tunggal mengikuti prosedur
umum yang dipaparkan dalam bagian terdahulu. Pertama kali rnenetapkan
suatu sisten kcrdinat x., y, z.Kemudian penyederhanaan mernerlukan dua
langkah berikut:
FR =∑F
MRO = ∑Mo
Sangat sering suatu analisis skalar dapat digunakan untuk menerapkan persamaan-persamaan ini.
karena komponen-komponen gaya dan lengan-lengan momen dengan mudah ditentukan baik
untuk sistem gaya coplanar mauupun yang paralel.
Dalam banyak situasi suatu luasan permukaan yang sangat besar dari
sebuah benda dapat dikenai beban-beban terdistribusi seperti yang disebabkan
oleh angin, fluida, atau berat material yang ditahan di atas pennukaan
benda. Intensitas beban-beban ini pada tiap titik pada permukaan
didefinisikan sebagai tekanan p (gaya per satuan luas), yang dapat diukur
dalam satuan lb/ft2 atau pascal (Pa), dengan I Pa = 1 N/m2.
Dalarn bagian ini kita akan meninjau kasus paling umum dari suatu
beban tekanan terdistribusi, yang seragam sepanjang satu sumbu suatu
benda rektangular datar di atas mana beban diberikan. Sebuah contoh beban
demikian ditunjukkan daiam Gambar 4-51c. Arah intensitas beban tekanan
ditunjukkan dengan anak-anak panah yang ditunjukkan pada diagram intensitas
beban, Keseluruhan beban pada plat karena itu merupakan suatu sistem
gaya-gaya paralel, tak hingga jurnlahnya dan masing-masing bekerja pada
suatu luasan diierensial terpisah dari plat. Di sini fungsi beban, p = p(x) Pa,
Hanyalah merupakan suatu fungsi x karena tekanan adalah seragam sepan jang sumbu y. Jika
kita mengalikan p = p(x) dengan lebar a m dan plat, kita memperoleh W = {p(x) N/m2) am =
W(x) N/m. Fungsi beban ini, yang ditujukkan paa gambar 4-15b ,merupakan ukuran distribusi
beban sepanjang garis y=0 yang berada dalam bidang simetri beban.Sebagaimana terlihat, dia
diukur sebagai sebuah gaya per satuan panjang, ketimbang gaya per satuan luas. Sebagai
akibatnya, diagram intensitas beban untuk w = w(x) dapat dinyatakan oleh suatu sistem gaya-
gaya paralel koplanar. ditunjukkan dalam dua dimensi dalam Gambar 4-51b. Dengan
menggunakan metode-metode dari Bagian 4.9, sistem gaya-gava ini dapat disederhanakan
menjadi suatu gaya resultan tunggal FR dan lokasinya x tertentukan,
Gambar 4-5 1c.
Besar Gaya Resultan. Dari Persamaan 4-21 (FR = ∑F) besar FR
adalah ekivalen dengan jumlah semua gaya dalam sistem. Dalam hal ini
integrasi harus digunakan karena ada suatu jumlah tak hingga dari gaya-gaya
paralel dF yang beker;a sepanjang plat, Gambar 4-51b. Karena dF bekerja pada elemen panjang
dx, dan w(x) merupakan gaya per satuan panjang,
maka pada lokasi x, dF = w(x) dx = dA. Dengan kata lain, besar CF
ditentukan dari luas deferensial berwarna dA di bawah kurva beban. Untuk
seluruh panjang plat,
(4-23)
Jadi, besar gaya resultan adalah sama dengan luas total di bawah diagram beban W = W(x).
BAB V
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
Adalah gaya – gaya yang dilakukan oleh semua partikel lain pada partikel ke – i
dan menghasilkan resultan fi ,untuk penjumlahan ini tidak berlaku i = j karena
partikel ke- i tidak dapat melakukan gaya pada dirinya sendiri. Gaya eksternalnya
menyatakan antara lain efek dari gaya gravitasi, listrik, magnet, atau gaya – gaya
kontak antara partikel ke – i dengan benda/partikel yang berdekatan dan tidak
termasuk dalam benda. Jika partikel berada dalam kesetimbangan ∑ kemudian
dengan menerapkan hukum Newton pertama maka diperoleh :
Fi + fi = 0
Bila persamaan keseimbangan ini juga diterapkan pada tiap – tiap partikel lain
dari benda tersebut, maka persamaan serupa akan muncul dan jika semua
persamaan ini dijumlahkan secara vaktorial diperoleh :
∑ +∑ =0
Penjumlahan gaya – gaya internal tersebut jika diselesaikan akan sama dengan nol
karena gaya – gaya tersebut berupa gaya kolinier yang sama namun
berlawanan,huum Newton ketiga, sehingga hanya gaya eksternal yang akan tetap
ada,sehingga dapat ditulis sebagai
∑
Dengan meninjau momen – momen gaya yang bekerja pada partikel ke – i
disekitar titik sembarang O,gambar 5-1b. dengan menggunakan persamaan
kesetimbangan partikel dan hukum distributive perkalian silang vector diperoleh :
ri x ( Fi + fi ) = ri x Fi + ri x fi = 0
Persamaan serupa dapat ditulis untuk partikel – partikel lain dari benda
dan menjumlahkan mereka semua secara vektorial,kita peroleh
∑ + ∑ =0
Dengan menggunakan notasi ∑ = ∑ kita dapat menulis
persamaan terdahulu sebagai
∑ =0
Jadi, persamaan kesetimbangan benda tegar dapat diringkas sebagai
berikut :
∑
∑ =0
Persamaan ini mensyaratkan bahwa sebuah benda tegar akan berada dalam
kesetimbangan asalkan penjumlahan semua gaya eksternal yang bekerja pada
benda tersebut sama dengan nol dan jumlah momen – momen gaya eksternal
disekitar suatu titik juga sama dengan nol.
Diagram benda bebas merupakan sketsa bentuk garis – garis pada benda
yang menggambarkanya sebagai sedang “terisolasi” atau “bebas” dari
sekelilingnya, yaitu, suatu “benda bebas”.pada sketsa ini perlu untuk
memperlihatkan semua gaya dan momen kopel pada benda tersebut,sehingga efek
dari gaya maupun momen kopel yang bekerja pada benda tersebut dapat
diperhitungkan.
Adapun berbagai bentuk reaksi yang muncul pada penopang ( penahan )
dan titik – titik penopang antara benda yang dikenai system gaya coplanar.sebagai
aturan umum , jika sebuah penopang ( penahan ) mencegah translasi sebuah benda
dalam satu arah tertentu, maka sebuah gaya akan timbul pada benda tersebut
dalam arah itu.demikian pula jika rotasi dicegah,suatu momen kopel akan
diarahkan pada benda.
Karena sebuah benda tegar merupakan komposisi dari partikel – partikel
maka baik beban internal maupun beban eksternal dapat bekerja padanya. Namun
gaya internal tidak digambarkan dalam diagram ini karena gaya ini selalu dalam
bentuk gaya kolinier yang berlawanan arah sehingga efek total mereka terhadap
benda sama dengan nol.
Berat dan Pusat Gaya Berat ( Gravitasi ) apabila sebuah benda dikenai
suatu medan gravitasi maka masing – masing partikelnya mempunyai suatu berat
spesifik seperti hukum gravitasi Newton,jika kita menganggap bahwa ukuran
benda “kecil” dalam hubunganya dengan bumi, maka layak untuk meninjau gaya
–gaya parallel yang bekerja pada partikel – partikel yang terdapat di dalam batas
benda,sehingga system demikian dapat direduksi menjadi gaya resultan tunggal
yang bekerja melalui titik spesifik. Kita menyatakan resultan gaya ini sebagai
berat W benda, dan terhadap letak titik aplikasinya sebagai pusat gaya berat (
gravitasi ) G. Bila benda seragam atau terbuat dari material homogeny, pusat gaya
berat akan terletak pada pusat geometric atau sertroida benda,namun jika tidak
homogen maka pusat gaya beratnya akan diberikan.
1. PROSEDUR ANALISIS
PENYELESAIAN (ANALISIS
SKALAR)
∑ x =0 Bx = 0
∑ y =0 BY = 0
∑ z = 0; AZ + BZ + TC + 300 N – 981 N = 0
Ingat bahwa momen gaya disekitar suatu sumbu sama dengan perkalian
besar gaya dengan jarak tegak lurus (lengan momen) dari garis kerja gaya
terhadap sumbu. Tanda arah momen ditentukan oleh aturan tangan kanan. Jadi,
degan menjumlahkan momen-momen gaya pada diagram benda bebas, dengan
momen-momen positif bekerja sepanjang sumbu x atau y positif, kita peroleh
∑ y= 0;
∑ y= 0
1
BAB II
ISI
ANALISIS STRUKTUR
2
Topangan Perletakan Bidang Datar. Topangan perletakan bidang datar terletak pada suatu
bidang tunggal dan sering digunakan untuk menopang atap atau -jemhatan. Topangan
terletakan ABCDE yang ditunjukkan dalam Gambar 6_2a, merupakan contoh topangan
penyangga atap yang umum. Dalam gambar ini, beban atap diteruskan ke topangan pada
sendi-sendi sambungan dengan serangkaian balok lintang, seperti DD'. Karena beban
yang diberikan bekerja dalam bidang yang sama dengan topangan, Gambar 6-ib, analisis
gaya_gaya yang timbul dalam batang-batang topangan adalah dua dimensi ."
3
persambungan yang dibaut atau di la, asumsi ini memuaskanasalkan garis
pusat batang-batang yang bertautan konkuren.
Topangan sederhana
Untuk mencegah runtuh, bentuk topangan harus tegak
jelasnya bentuk empat batang ABCD dalam gambar 6-5
akan ambroh kecuali kalau sebuah diagonal misalnya
AC,ditambahkan sebagai penyangga. Bentuk paling
sederhana yang kuat atau stabil adalah segitiga. Sebagai
akibatnya ,sebuah topangan sederhana dikonstruksi
dengan cara memulainya dengan suatu elemen segitiga
(triangular) dasar, seperti ABC dalam Gambar 6-6, dan
menyambungkan dua batang (AD dan BD) untuk
membentuk suatu elemen tambahan. Jadi terlihat bahwa tiap elemen tambahan
dua batang ditempatkan pada topangan, jumlah senti untuk suatu topangan
sederhana akan bertambah satu.
4
seperti dalam gambar. Dalam cara ini, aplikasi ∑Fx=0 dan ∑Fy=0 menghasilkan
dua persamaan aljabar yang dapat diselesaikan untuk dua yang tidak diketahui.
Ketika menerapkan persamaan-persamaan ini, tanda arah yang benar dari gaya
batang yang tak diketahui dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari
dua metode yang mungkin.
1. Selalu anggap gaya-gaya batang tidak diketahui yang pada diagram benda
bebas sendi berada dalam regangan, yakni .”menarik” pin.jika hal ini
dilakukan maka penyelesaian numerik persamaan persimbangan akan
menghasilkan skalar-skalar positif untuk batang-batang yang mengalami
regangan dan scalar negative untuk batang yang mengalami kompresi.
2. Tanda arah yang benar dari gaya batang yang tak di ketahui, dalam banyak
kasus, dapat ditentukan “dengan peninjauan”.
2.2.1 Prosedur Analisis
Prosedur berikut memberikan suatu cara umum untuk meanalisis suatu topangan
mengunakan persambungan.
Batang Perletakan Nol-gaya
Analisis topangan menggunakan metode sendi akan sangat tersederhanakan jika
orang dapat menentukan pertama-tama batang-batang yang tak menahan beban.
Batang-batang perletakan nol-gaya ini digunakan untuk meningkatkan stabilitas
topangan selama kontroksi dan untuk memberikan topangan jika beban diterapkan
berubah.
5
Dengan demikian, jika tiga batang perletakan menbentuk sebuah sendi topangan
untuk dua dari batang perletakanya kolinear maka batang ketiga merupakan suatu
batang perletakan nol gaya asalkan tak ada gaya eksternal atau reabsi penopang
yang diterapkan pada sendi. Topangan yang ditunjukkan dalam Gambar dengan
demikian sesuai untuk menopang beban p.
6
2.3 Metode Bagian
Metode yang digunakan untuk meentukan beban-beban
yang bekerja dalam sebuah benda. Metode ini didasarkan
pada prinsip bahwa jika sebuah benda berada dalam
kesetimbangan, maka setiap bagian benda berada dalam
kesetimbangan. Untuk menerapkan metode ini, kita
melewatkan suatu pemisah imajiner yang melalui benda,
sehingga memotongnya menjadi dua bagian. Bila
diagram benda bebas salah satu bagian digambarkan,
maka beban yang bekerja pada bagian tersbut harus
dimasukan pada bagian tersebut harus dimasukan pada
diagram tersebut. Setelah itu, kemudian diterapkan
persmaan-persamaan kesetimbangan terhadap bagian
tersebut untuk menentukan beban pada bagian itu.
7
2.3.1 Prosedur Analisis
Prosedur berikut memberikann suatu cara untuk menerapkan metode bagian untuk
menentukan gaya-gaya dalam batang suatu topangan.
Diagram benda bebas. Buatlah suatu keputusan tentang cara “memotong” atau
membagi suatu topangan melalui suatu batang di mana gaya-gaya akan di
tentukan.
Persamaan kesetimbangan. Dalam hal ini, momen-momen harus di jumlah di
sekitar suatu titik yang berada pada perpotongan garis-garis kerja dua gaya yang
tidak di ketahui, sehingga gaya tak diketahui ketiga di tentukan secara langsaung
dari persamaan momen.
8
9
Metode Bagian (Partisi). Jika hanya beberapa gaya-Eaya batang yang akan
ditentukan, maka metode bagian (partisi) dapat digunakan. Bila suatu pembagi
imajiner melalui suatu topangan, dan topangan dipisahkan menjadi dua bagian,
sistem gaya yang bekerja pada salah saru bagian harus memenurut enam
persamaan kesetimbangan scalar: ∑Fx=0, ∑fy=0, ∑Fz=0, ∑My=0, ∑Mz=0.
Dengan pemilihan bagian dan sumbu yang tepat untuk menjumlahkan gaya dan
momen, maka banyak gaya batang tak diketahui pada topangan ruang dapat
dihitung secara langsung, dengan menggunakan suatu persamaan kesetimbangan
tunggal.
10
menghindari untuk menyeresaikan sejumlah persamaan kesetimbangan yang tidak
perlu.
3’. Gaya-gaya bersama terhadap sembarang dua batang berkontakan yang
bekerja dengan besar yang sama namun berlawanan tanda arah pada tiap=tiap
batang. Jika dua batang di perlukan sebagai sautu “sistem” batang berhubungan,
maka gaya-gaya ini merupakan gaya-gaya interval dan tidak di perlihatkan pada
diagram benda bebas system, namun jika diagram benda bebas dari tiap-tiap
batang perletakan digambarkan, maka gaya-gaya merupakan gaya-gaya
“eksternal” dan harus di tunjukkan pada masing-masing diagram benda bebas.
11
2.4.1 Prosedur Analisi
Prosedur analisis berikut memberikan suatu metode untuk reaksi-reaksi
menentukan gabungan rangka dan mesin (struktur) yang terdiri dari batang-batang
perletakan banyak gaya.
Diagram benda bebas. Gambarkan diagram benda bebas keseluruhan sftuktur,
sebagian struktur atau masing-masing dari batang-batang perletakannya. pilihan
harus dibuat sedemikian hingga membanwa kepada penyelesaian soal yang lebih
ringkas.
Persamaan kesetimbangan. Hitunglah jumlah total yang tidak diketahui untuk
memastikan bahwa suatu ilumiah ekivalen persamaan kesetimbangan yang
dituliskan untuk penyerasian. Ingat bahwa tiga persamaan kesetimbangan yang
dapat dituliskan untuk tiap-tiap benda tegar dapat dinyatakan dalam dua dimensi'
Sering kali, penyelesian untuk yang tidak diketahui akan menjadi mudah jika
dijumlahkan momen-momen yang disekitar suatu titik yang terletak pada
perpotongan garis_garis kerja sebanyak gaya-gaya yang tidak diketahui. Setelah
didapatkan penyelesaianya, berar yang tidak diketahui tersebut ditemukan
bertanda negatif berarti tanda arah gaya merupakan kebalikan yang ditunjukkan
pada diagram bebas.
12
BAB 7
GAYA-GAYA INTERNAL
Mz
v
Y
N
My
Mx
Dalam mekanika, terdapat gaya normal, gaya gesek dan momen. Dalam
gambar diatas, gaya normal (N) adalah gaya yang bekerja normal terhadap batang
pada bagian (belahan) terpotong, dan gaya yang bekerja searah garis singgung/
tangensial disebut gaya gesek (V), adapun gaya momen tersional(puntiran)
disimbolkan M
Contoh soal:
Batang dibuat tetap pada ujungnya dan dibebani seperti terlihat dalam gambar.
Tentukan gaya normal internal pada titik D dan C.
4 kN
D
C
12 kN
12 kN Nb 4 kN
16kN B D
12 kN
A
B C
A
8 kN Nc
A
PENYELESAIAN:
=0 -16kN+12kN-4kN=0 = 8 kN
Persamaan Kesetimbangan:
+£ =0 -V.Δx-M+w(x).Δx[ ] +(M+ΔM)=0
ΔM= V.Δx-w(x).k
Diagram benda bebas untuk segmen kecil balok yang mempunyai panjan Δx.
Beban terdistribusi telah diganti oleh gaya resultan ΔF=w(x).Δx yang bekerja pada
suatu jarak fraksional k(Δx)dari ujung kanan , dengan 0<k<1.
Persamaan 7.3 menyatakan bahwa perubahan dalam gaya gesek antara titik
satu dengan yang lain sama dengan negative luas dibawah kurva beban terdistribusi
antara titik-titik ini.
=-w(x)
Pers. 7-4b-1 ⃗⃗ ∑
Pers. 7-4b-2 ∑
Pers. 7-4b-3 ∑
Pers. 7-4b-4
Pers. 7-4b-5
Pers. 7-4b-6
Mengintegrasi pers. 7-4b-4, diperoleh:
Pers. 7-4b-7
FH adalah komponen horizontal gaya tensil pada setiap titik sepanjang kawat.
Mengintegrasi Pers. 7-4b-5, diperoleh:
Pers. 7-4b-8 ∫
Pers. 7-4b-9 ∫ ∫
pers. 7.4c-1
pers. 7.4c-2 ∫
untuk mengintegrasikan dengan pers. 7.4c-2, mka dy/dx diganti dengan dy/ds,
karena
√
Maka
Dengan demikian
√ ∫
pers. 7.4c-3 ∫
√ ∫
BAB VIII
GESEKAN
1
Gerak ambang
W
FS
*Fs=μsN
*Fk= μkN
2. Besar gaya gesekkan statik maksimum Fs, yang dapat ditimbulkan tak
bergantung dengan luas kontakan, asal tekanan normal tidak sangat rendah
ataupun cukup besar untuk berdeformasi hebat atau meretakkan
permukaan benda-enda yamg berkontakan
3. Besar gaya statik maksimum umumnya lebih besar dari pada besar gaya
gesekan kinetik untuk sembarang dua permukaan kontakan. Namun jika
salah satu benda bergerak dengan kecepatan sangat rendah terhadap
permukaan yang lain, Fk menjadi hampir sama dengan Fs yakni, μs= μk.
2
Sudut gesekan.
N
• ϴ
Fs=μsN
2.Gerak ambang pada semua titik. dalam hal ini jumlah total yang tidak
diketahui akan sama dengan jumlah total persamaan kesetimbangan yang tersedia
tambah jumlah total persamaan gesekan yang ada F= μsN.khususnya ,jika gerak
dalam keadaan ambang pada titik-ttik kontakan ,maka Fs= μsN; sebaliknya jika
3.Perobohan atau gerak ambang pada beberapa titik . disini jumlah total yang
tidak diketahui akan kurang dari jumlah persamaan kesetimbangan yang tersedia
tambah jumlah total persamaan gesekan atau persamaan kondisioanal (syarat)
untuk perobohan .
3
Persamaan keseimbangan versus persamaan gesekan.
Telah dinyatakan sebelumnya bahwa gaya gesekan selalu bekerja agar
supaya melawan gerak relatif atau menghambat gerak benda pada permukaan
kontaknya. Namun perlu diketahui bahwa kita dapat mengasumsikan tanda arah
gesekan dalam soal soal yang mensyaratkan F menjadi suatu “gaya
kesetimbangan” dan memenuhi pertidaksamaan F < μsN. Tanda arah yang benar
Prosedur analisis
bahwa F= μN.
4
CONTOH SOAL:
4m
8m
20N
o
Fb
x
Nb
balok homogen yang di tunjukkan pada gambar diatas, mempunyai berat
20 N dan diam pada bidang miring denbgan μs=0,55. Tentikansudut kemiringan
bidang terbesar, ϴ,sebelum balok bergerak.
Penyelesaian:
menerapkan persaman kesetimbangan di peroleh
∑Fx=0, 20 sinϴN-Fb=0 (1)
∑Fy=0, Nb-20cosϴN=0 (2)
∑Fz=0, 20 sin ϴN(4m)-20 cos ϴN(x) (3)
(gerak miring balok), ini memerlukan penggunaan persamaan gesekan
Fs= μsN; Fb=0.55Nb (4)
Dengan menyelesaikan persamaan 1 dan 4 menghasilkan
Nb=17.5 Fb=9,64 ϴ=28,8˚ x=2,2 m
Karena x=2.2m>2m,balok akan roboh sebelum menggelincir.
(robohnya balok). Ini mensyaratkan
X=2m (5)
Dengan menyelesaikan persamaan 1 dan 3 dengan menggunakan persamaan 5
diperoleh;
Nb=17,9N ϴ= 26,6˚ Fb=8,94N
5
8.3 baji
p
Baji merupakan suatu mesin sederhana yang sering digunakan untuk
mentrasformasi suatu gaya yang di terapkan kedalam gaya-gaya yang jauh lebih
besar, diarahkan pada sudut hampir siku-siku terhadap gaya yang di terapkan.juga
baji dapat di gunakan untuk memberikan pergeseran-pergeseran kecil atau
pengaturan - pengaturan terhadap beban-beban berat.
Contoh soal;
Batu seragam mempunyai massa 500kg dan ditahan dalam posisi horizontal
dengan menggunakan sebuah baji di B seperti ditunjukkan pada gambar. Jika
koefsien gesekan statiknya adalah μs= 0,3 pada permukaan yang berkontakan
1m
B
A P
7˚
C
PENYELESAIAN Nb
7˚
0,3 Nb p
0,3 Nc
Nc
6
∑Fy=0; Nc-2383,1 cos 7˚N - 0,3(2383,1 sin 7˚N) = 0
Nc = 2452,5N
P = 1154,9N
Karena P positif, maka baji harus ditarik kelar. Jelasnya, jika P nol, baji
akan tetap ditempatnya dan gaya-gaya gesekan Fc dan Fb yang timbul pada titik-
titik kontakan akan memenuhi Fb < μsNb dan Fc < μsNc.
8.4. gaya-gaya gesekan pada sekrup
Gerak sekrup naik.asal M cukup besar,sekrup( dan dengan demikian balok) salah
satunya dapat di bawa ke ambang gerak naik atau gerak dapat terjadi.
M=Wr tan (ϴ + ɸ )
Gerak sekrup turun (ϴ >ɸ ). Jika permukaan sekrup sangat licin, maka sekrup
dimungkinkan untuk berotasi turun jika besar, momen tereduksi menjadi,
katakan, M’ < M misalnya(bukan arah momennya)
M=Wr tan (ϴ - ɸ )
Sekrup mengunci diri. jika momen M (atau efeknya S ) dihilangkan, maka sekrup
akan tetap mengunci diri;yakni, dia akan menopang beban W dengan gaya gaya
gesekan sendiri asalkan ɸ > ϴ .
Gerak sekrup turun(ϴ < ɸ ).bila permukaan sekrup sangat besar, maka sekrup
tidak akan berotasi turun.malahan ,arah momen terapan harus dibalik agar
menyebabkan berat .
M”= Wr tan (ϴ - ɸ )
7
8.5 Gaya-Gaya Gesekan Pada Sabuk Datar
T2 ϴ
T1
Analisis Gesekan.
Diagram benda bebas segmen sabuk yang berkontakan dengan permukaan
ditunjukkan seperti pada gambar. disini gaya normal N dan gaya gesekan F, yang
bekerja pada titik yang berbeda sepanjang sabuk,akan berubah berubah baik besar
maupun arahnya. Karena distribusi gaya yang tak diketahui ini, maka analisis soal
akan berlangsung pada basic dengan pertama kali mempelajari gaya-gaya yang
bekerja pada elemen diferensial sabuk. Untuk gaya gaya gesekan pada sabuk datar
μβ
mempunyai persamaan yaitu: T2=T1e
8
Contoh soal;
B C
A
45˚
T1=500/ e0,25(3/4)π
=277,4 N
Karena kerekakan di A bebas berputar,kesetimbangan mensyaratkan
bahwa tegangan dalam sabuk tetap sama pada kedua sisi kerekan.
Bagian sabuk yang melalui drum di C ditunjukkan dalam gambar.berat
W<277,4 N.karena T2=T1eμβ
277,4N = We0,25(3/4)π
W = 153,9 N
m= W/g; 153,9/9,81
m=15,7 kg jawab
9
8.6 Gaya-gaya gesekan pada bantalan poros,kolar,bantalan pivot, dan
piringan
Bantalan poros pivot (pivot bearing) dan bantalan poros kolar ( collar
bearring) paling umum digunakan dalam mesin untuk menahan suatu beban
aksial pada sumbu yang berputar.
bila suatu sumbu atas roda dikenai beban lateral , maka suatu bantalan poros
jurnal paling umum digunakan sebagai penahan.bantalan-bantalan poros jurnal
berpelumas baik di perlukan dengan hukum mekanika fluida ,dimana kekentalan
lubrikan (pelumas),laju rotasi,dan besar jarak ruang antara sumbu dan bantalan
poros diperlukan untuk menentukan resistensi gesekan bantalan poros.
Analisis gesekan. rumus yang di gunakan
M = Rr sin ɸk
M ≈ Rr μk
10
8.8 resistansi gelindingan (rolling resistance)
w
Gerak
Nr
N
p Nd
P=
11
Contoh soal;
98,1 N
100mm
98,1 cos 1.2˚N 98,1 SIN 1,2˚
O
ϴ 1,2˚
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan :
13
DAFTAR PUSTAKA
14
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH
STATISTIKA STRUKTUR
HMKB 216
Di susun oleh:
Adiin :H1F10735
2012
BAB IX
PUSAT BERAT DAN SENTROIDA
Dalam bab ini kita akan membahas metode yang digunakan untuk menentukan
lokasi pusat berat dan pusat massa suatu sistem partikel – partikel diskrit, dan
kemudian kita akan mengembangkan aplikasinya terhadap benda – benda yang
berbentuk sembarang. Metode analisis yang sama juga akan digunakan untuk
menentukan pusat geometri, atau SENTROIDA, dan garis, luas dan volume.
Setelah Sentroida ditentukan, kemudian kita akan membahas cara mencari luasan
dan volume suatu permukaan benda putaran (revolusi) dan menentukan resultan –
resultan dari berbagai tipe beban – beban terdistribusi.
WR = ∑W
Pusat massa. Untuk mempelajari soal-soal yang menyangkut gerak materi
dibawah pengaruh gaya. Yakni, dinamika, maka perlu untuk melokasikan
(menempatkan) suatu titik yang disebut pusat massa. Asalkan percepatan grapitasi
g untuk setiap partikel konstan, maka W = mg. Dengan mensubstitusi kedalam
persamaan 9-1 dan menghilangkan g dari pembilang dan penyebut diperoleh.
∑̃ ∑̃ ∑ ̃
̅ ̅ ̅
∑ ∑ ∑
Dengan membandingkannya, maka letak pusat berat berimpit dengan letak pusat
massa. Namun, ingat bahwa partikel-partikel mempunyai "berat" hanya bila di
bawah pengaruh gaya tarik gravitasi, sebaliknya pusal massa tak bergantung gaya
berat (gravitasi). Misalnya, tidak akan mempunyai makna untuk mendefinisikan
pusat berat sistem partikel yang menyatakan planet-planet sistem tata surya kita,
namun sementara itu pusat massa sistem ini penting.
∫̃ ∫̃ ∫̃
̅ ̅ ̅
∫ ∫ ∫
Elemen Diferensial Pilihlah suatu sistem kordinatnya yang sesuai dan tentukan
sumbu-sumbu kordinat. Kemudian pilih elemen diferensial yang sesuai untuk
integrasi. Jika sumbu-sumbu x, y, z digunakan, rnaka garis-garis elemen
diferensial dL ini dinyatakan sebagai suatu segmen garis diferensial; untuk luasan
elemen dA umumnya merupakan sebuah persegi yang mempunyai panjang dan
lebar diferensial berhingga; dan untuk volume elemen dL dapat berupa kepingan
melingkar yang mempunyai jari-jari dan ketebalan diferensial berhingga, atau
sebuah cangkang (kulit) yang mempunyai panjang dan jari-jari berhingga dan
ketebalan diferensial. Tempatkan elemen sedemikian hingga dia memotong
batas bentuk pada titik sentbarang (x, y, z).
Ukuran dan Lengan Momen. Nyatakan panjang dL, luas dA, atau volume dV
dari elemen dalam hubungannya dengan kordinat yang digunakan untuk
menentukan batas bentuk. Tentukan kordinat atau lengan momen ̃ ̃ ̃ dari
sentroida atau pusat berat elemen.
(9-6)
Di sini
̅ ̅ ̅
̃ ̃ ̃
menyatakan kordinafkordinal pusat berat G dari benda paduan. menyatakan
kordinat - kordinat pusat berat G dari masing - masing bagian menyusunan benda.
∑ jumlah berat dasri semua bagian penyusunan benda, atau singkatnya berat
total benda. Bila benda mempunyai kerapatan atau berat jenis konstan, pusat
berat berimpit dengan sentroida benda. Sentroida untuk garis. luasan, dan volurne
penyusun dapat diperoleh dengan menggunakan hubungan yang analog dengan
Persamaan 9-8; tetapi, W masing-masing diganti dengan L, A, dan V Sentroida
untuk bentuk - bentuk garis, luas, cangkang dan volume yang lazim adalah
diberikan dalam tabel pada bagian dalam sampul belakang.
Prosedur analisis
Prosedur berikut memberikan suatu rnetoda untuk menentukan pusat berat benda
atau sentroida suatu benda geometri paduan yang digarnbarkan dengan sebuah
garis, luasan, atau volume.
Bagian-bagian Penyusun. Dengan menggunakan sebuah sketsa, bagilah benda
menjadi sejumlah berhingga dari bagian-bagian penyusun yang mempunyai
bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Jika bagian penyusun mempunyai sebuah
rongga (hole), atau daerah geometrik yang tidak mempunyai material, maka
tinjaulah bagian penyusun tanpa rongga, dan kemudin rongga sebagai suatu
bagian penyusun tambahan yang mempunyai berat atau ukuran negatif.
Lengan momen. Tetapkan sumbu kordinat pada sketsa dan tentukan kordinat-
kordinat ̃ ̃ ̃ dari pusat, berat atau sentrsida dari tiap-tiap bagian.
Penjumlahan. Tentukan ̅ ̅ ̅dengan menerapkan persamaan-persamaan pusat
berat. Persamaan 9-8 atau persamaan-persamaan sentrilda yang analog. Jika benda
simetris di sekitar sebuah sumbu, ingat bahwa sentroida benda terletak pada
sumbu ini.
Luasan Permukaan
Luas sebuah permukaan putaran sama dengan perkalian panjang kurva
pembentuk dan jarak yang dilalui oleh sentroida kurva dalam menghasilkan
luasan permukaan.
Bukti. Bila panjang diferensial dL pada kurva yang ditunjukkan dalam Gambar 9-
22 diputar di sekitar sebuah sumbu melalui suatu jarak 2πr, maka akan dihasilkan
suatu cincin yang mempunyai luas permukaan dA = 2πr dL. Keseluruhan luasan
permukaan, dihasilkan dengan memutar keseluruhan kurva di sekitar sumbu
tersebut, dengan demikian adalah A = 2π∫ dL. Persamaan ini dapat
disederhanakan, dengan memperhatikan bahwa Ietak r sentroida untuk garis
panjang total L dapat ditentukan dari persamaan yang mempunyai bentuk
Persamaan 9-7 , yaitu ̅ ∫ . Ladi luas pemukaan total menjadi A = ̅ .
Umumnya, meskipun, jika garis tidak mengalami sebuah putaran penuh, maka..
̅
Dengan A = luas permukgan putaran
d= sudut putaran diukur dalam radian,
̅ jarak tegak lurus dari sumbu putaran sentroida luasan pembentuk
A= panjang kurva pembentuk.
Volume
Volume sebuah benda'putaran sama engan perkalian luasan pembentuk dengan
jarak yang dilatui oteh sentroida luasan dalqm membentuk (menghasilkan)
volume.
Bukti. Bila luasan diferensial dA yang ditunjukkan dalam Gambar 9-23 diputar di
sekitar sebuah sumbu sejauh jarak 2 , maka akan dihasilkan sebuah cincin yang
mempunyai volume dV = 2 dA. Volume keseluruhan yang dihasilkan dengan
memutar A terhadap sumbu, dengan demikian adalah V = 2 ∫ dA. Di sini
integral dapat dieliminasi dengan menggunakan sebuah persarnaan yang analog
dengan Persamaan 9-6,∫ ̅ , dengan F menyatakan letak sentroida C
luasan pembentuk A, dan volume menjadi V = 2 ̅A. Secara umum,
V= ̅A
Bentuk (benda) Paduan, Kita juga dapat menerapkan dua teorema di atas
terhadap garis atau luasan yang mungkin tersusun dari serangkaian bagian-bagian
paduan. Dalam hal ini luas permukaan atau volurne total yang dihasilkan adalah
penjumlahan luasan permukaan atau volume yang dihasilkan oleh masing-masing
bagian paduan. Karena masing-masing bagian mengalami (menjalani) sudut
putaran yang sama, d, dan jarak dari sumbu putaran ke sentroida dari rnasing-
masing bagian paduan adalah ̃ maka
A= ∑̃
Dan
V= ∑̃
Dalam Bagian 4-10 kita telah membahas metode yang digunakan untuk
menyederhanakan suatu pembebanan terdistribusi yang seragam sepanjang sumbu
suatu permukaan rektangular. Dalam bagian ini kita akan menggeneralisasi
metoda ini untuk memasukkan permukaan-perrnukaan yang mempunyai bentuk
sembarang dan dikenai suatu distribusi beban yang variabel (berubah-ubah).
Sebagai suatu aplikasi khusus, dalam Bagian 9-6 kita akan mencari beban resultan
yang bekerla pada permukaan benda yang dibenamkan dalam fluida.
FR=∑ FR=∫ ( ) ∫
Sehingga, dapat dilihat bahwa garis kerja gaya resultan melalui pusat goemetri
atau sentroida volume dibawah diagram beban terdistribusi.
Tekanan Fluida
Menurut hukum Pascal, fluida yang diam akan menghasilkan suatu tekanan yang
sama dan semua arah. Besar p, yang diukur sebagai gaya persatuan luas,
bergantung pada berat jenis yatau rapat masa p fluida dan kedalaman titik z dari
permukaan fluida3. Hubungan tersebut dapat dinyatakan secara matematis sebagai
berikut :
P = YZ = PYZ
dengan I percepatan gravitasi. Persamaan 9-15 hanya berlaku untuk fluida- fluida
yang dianggap inkompresibel, seperti dalam kasus sebagian besar zat cair. Gas
merupakan fluida yang kompresibel, dan karena itu rapat massanya berubah
secara berarti terhadap tekanan maupun temperatur. Persamaan 9-15 tak dapat
digunakan. Untuk mendeskripsikan bagaimana Persamaan 9- l5 diterapkan,
perhatikan plat yang terbenam seperti ditunjukkan dalam Gambar 9-26.Tiga titik
pada plat telah ditentukan. Karena titik A dan B keduanya pada kedalaman Z2 dan
permukaan zat cair, tekanan pada titik-titik ini mempunyai besar P2= YZ2.
Demikian juga, titik C berada pada tekanan z, sehingga, P1 = gz1. Dalam semua
kasus, tekanan bekerja normal (tegak lurus) terhadap luasan permukaan dA yang
terletak pada titik tertentukan, Gambar 9-26. Dengan menggunakan Persamaan 9-
15 dan hasil-hasil Bagian 9-5, menjadi mungkin untuk menentukkan gaya resultan
yang disebabkan oleh distribusi tekanan zat cair, dan menentukkan letaknya pada
permukaan plat yang terbenam. Tiga bentuk berbeda plat kini akan dibahas.
Plat datar dengan lebar konstan. Sebuah plat persegi empat dafar dengan lebar
konstan, yang dibenamkan pada zat cair yang mempunyai Berat jenis (spesifik)
ditunjukkan dalam Gambar 9-27a. Bidang plat membuat sudut yang horizontal,
sedemikian pinggir bagian atasnya terletak pada kedalaman Z1, dari permukaan
zat cair dan pinggir bagian bawahnya terletak pada ke dalam Z2. Karena tekanan
bertambah secara linear terhadap kedalaman, persamaan 9-15, distribusi tekanan
pada permukaan plat dinyatakan dengan suatu volume trapesium yang
mempunyai suatu intensitas P1 = YZ1 pada kedalaman pz= YZ2 pada kedalaman Z2.
Seperti dinyatakan dalam Bagian 9-5, besar gaya resultan FR sama dengan
volume diagram beban ini dan FR mempunyai garis kerja yang melalui sentroida
volume C. Sehingga Fo tidak bekerja pada sentroida plat; tapi agaknya, dia
bekerja pada titik P, disebut pusat tekanan.
Karena plat mempunyai lebar konstan, maka distribusi beban dapat juga
dipandang dalarn dua dimensi, Cambar 9-27b. Di sini intensitas beban diukur
sebagai gaya/panjang dan berubah secara linear dari w1 = bp1= byz1 ke w2 = bp2
=byz2. Besar FR dalam hal ini sama dengan luas trapesium, dan FR mempunyai
garis kerja yang melalui sentroida luasan C. Untuk aplikasi numerik, luas dan
letak sentroida untuk trapesium ditabulasi pada bagian dalam sampul belakang.
plat Lengkung dengan Lebar Konstan. Bila plat yang terbenam nya lengkung,
maka tekanan yang bekerja pada plat akan secara kontinyu berubah arah, dan
karenanya perhitungan besar FR dan letaknya P lebih sulit dari pada untuk plat
datar. Pandangan tiga-dan dua-dimensi dari distribusi beban ditunjukkan masing-
masing dalam Gambar 9-78a dan 9-28b. Di sini integrasi dapat digunakan untuk
menentukan FR dan letak sentroida C atau pusat tekanan p.
BAB X
MOMEN INERSIA
2
lx = ∫ dA
2
ly = ∫ dA
2
JO = ∫ dA = lx + ly
lx = ∫ y’ + dy)2 dA
2
=∫ dA + 2dy ∫ + ∫
lx = x’̅ + A
ly = x’̅ + A
Akhirnya, untuk momen inersia kutub disekitar suatu sumbu tegak lurus terhadap
bidang x-y dan melalui O (sumbu), Gambar 10-3, kita peroleh
JO = O̅ + A
Bentuk tiap-tiap persamaan ini menyatakan bahwa momen inersia sebuah luasan
disekitar sebuah luasan ditambah dengan perkalian. Luasan dan kuadrat jarak
tegak lurus antara sumbu-sumbu.
ky = √ ky = √ kO = √
PROSEDUR ANALISIS
Jika suatu integrasi tunggal dilakukan untuk menentukan momen inersia sebuah
disekitar suatu sumbu-sumbu, maka pertama kali perlu dispesifikasi (ditentukan)
elemen diferensial dA. Sering kali elemen ini berupa suatu persegi panjang,
hingga dia akan mempunyai panjang dan lebar diferensial yang berhingga.
Elemen harus ditempatkan sedemikian hingga dia memotong batas luasan pada
titik sembarang (x,y). Ada dua cara yang mungkin dalam mengorientasikan
elemen terhadap sumbu disekitar momen Inersia yang akan ditentukan.
Kasus 1. Panjang elemen dapat diorientasikan paralel
terhadap sumbu. Situasi ini terjadi bila elemen persegi
panjang yang ditunjukkan dalam Gambar 10-4 dipakai
untuk menentukan ly luasan. Aplikasi langsung
2
Persamaan 10-1, yakni, ly = ∫ dA, dapat dilakukan
dalam kasus ini, karena elemer mempunyai tebal
infinitesimal dx dan dengan demikiakn semua bagian
elemen berada pada jarak lengan momen yang sama x
dari sumbu y.
Kasus 2. Panjang elemen dapat diorientasi tegak lurus terhadap sumbu. Disini
persamaan 10-1 tidak berlaku, karena semua bagian elemen tidak akan berada
pada jarak lengan momen yang sama dari sumbu. Misalnya, jika elemen persegi
panjang dalam Gambar 10-4 digunakan untuk menentukan lx luasan, maka perlu
pertama kali menghitung momen inersia elemen disekitar suatu sumbu horizontal
melalui sentroida elemen dan kemudian menentukan momen elemen disekitar
sumbu x dengan menggunakan teorema sumbu-paralel. Integrasi hasil ini akan
menghasilkan lx.
Penyelesaian (Kasus 1)
2 2
lx = ∫ dA = ∫ (100 - x) dy
2 2
=∫ ( )dy = 100∫ dy -
∫ dy
Penyelesaian (Kasus 2)
dlx = d ̅ x’ + dA ̃ 2 = dx y3 + y dx ( )2 = y3 dx
[ Hasil ini dapat juga disimpulkan dari bagian (b) Contoh 10-1
]
lx = ∫ x =∫ y3 dx = ∫
= 107 (106)
10.5. Momen Inersia untuk Luasan Paduan
PROSEDUR ANALISIS
Contoh 10-5
Hitunglah momen inersia luasan paduan yang ditunjukkan dalam Gambar
10-9a disekitar sumbu x.
Penyelesaian
Lingkaran
lx = x’̅ + A
Persegi Panjang
lx = x’̅ + A
= (100)(150 +
Penjumlahan
lx = -11,4(106) +
112,5(106)
= 101(106) mm4
Jika element luasan yang terletak pada titik (x,y). di definisikan sebagai dlxy= xy
dA jadi untuk seluruh luasan A perkalian inersianya adalah:
IO =∫
Jika element luas yang dipilih mempunyai ukuran differensial dalam dua arah,
suatu integrasi ganda harus dilakukan guna mengevaluasi . namun, sangat
sering mudah memilih elemen yang mempunyai ukuran atau tebal differansial
dalam satu arah saja, dalam hal evaluasi tersebut hanya memerlukan suatu
integrasi tunggal.
Seperti halnya moment inersia, perkalian inersia mempunyai satuan panjang yang
berpangkat empat, seperti: m4,mm4. Namun, karena x atau y dapat berupa besaran
seperti negative , sementara elemen luasan selalu positif maka perkalian inersia
dapat positif negative atau non, tergantung pada letak atau orientasi sumbu
koordinat. Misalkan, perkalian inersia Ixy
untuk sebuah luasanya akan nol jika salah
satu sumbu x atau y merupakan sumbu
simetri bagi luasan untuk menunjukannya.
Ixy=∫
Suku pertama pada sebelah kanan menyatakan perkalian inersia luasan
terhadap sumbu sentroidal, Ix’y’. integral
interral dalam suku suku dan ketiga adalah nol
karena momen momen luasan diambil di
sekitar sumbu sentroidal. Maka hasil akhir
dengan demikian adalah
Dalam desain struktur (bangunan) dan mesin kadang kadang perlu menghitung
momen dan perkalian inersia, I Ix dan Iy. sebuah luasan terhadap suatu pasangan
sumbu yang miring u dan v bila nilai nilai Iy’ Ix dan Ixy diketahui untuk
melalkukannya kita akan menggunakan persamaan persamaan tranformasi yang
menghubungkan koordinat koordinat x, y dan koordi nat koordinat u , v. Dari
gambar : 10-17, persamaan persamaan ini adalah:
Dengan menggunakan persamaan persamaan ini, momen momen dan perkalian
inersia dA di sekiter sumbu u dan v menjadi:
= dA
= dA
Iu = + - Ixy
Iu = + + Ixy
Iu = + Ixy
Jika persamaaan yang pertama dan keduadi jum;ahkan bersama, kita dapat
memperhatikan bahwa momen inersia kutub di sekitar sumbu z yang melalui titk
O tak bergantung orientasi sumbu u dan v ; yaitu
J o = Iu + Iv =Ix + Iy
Momen inersia utama. Dari persamaan 10-9, dapat dilihat bahwa Iu’ I dan I
tergantung pada sudut inklinasi ( kemiringan) , , sumbu u, v, agar momen
momen inersia luasan, Iu dan Iv’ menjadi maksimum dan minimum. Pasangan
sumbu khusus ini disebut sumbu
sumbu utama luasan, dan momen
momen inersia yang berkaitan
terhada sumbu sumbu ini di sebut
momen momen inersia utama.
Umumnya, asa sebuah pasangan
sumbu utama untuk setiap titik asal O
yang dipilih , meskipun dalam desain
struktur dan mesin, sentroida luasan
merupakan suatu letak penting bagi
O.
( )
( )⁄
⁄√( )
( )⁄√( )
Untuk
⁄√( )
( )⁄√( )
√( )
10.8 Lingkaran Mohr Momen Inersia
( ) ( )
√( )
Yang pusatnya terletak pada titik ( a,0), dengan a=( IX + IY )/2. Lingkaran yang
dikontruksi demikian disebut lingkaran Mohr, dinamakan menurut insinyur
jerman Otto Mohr ( 1835 -1918 )
PROSEDUR ANALISIS
Tujuan utama menggunakan lingkaran Mohr adalah untuk mendapatkan cara yang
lebih enak untuk mentransformasikan IX, IY, dan Ixy kedalam momen inersia
utama. Prosedur berikut memberikan metode untuk ini.
Penentuan IX, IY, dan Ixy., tetapkan momen sumbu x , y luasan, dengan titik asal
terletak pada titik P yang dimaksud, dan ditentukan IX, IY, dan Ixy. GAMBAR 10-
20a
Momen inersia utama. Titik – titik dengan lingkaran memotong absis memberikan
nilai – nilai momen inersia utama IMIN dan Imaks . perhatikan bahwa perkalian
inersia akan menjadi nol pada titik – titik ini, gambar 10-20b
Disini “lengan momen” r merupakan jarak tegak lurus dari sumbu terhadap
elemen sembarang dm. karena performulasian melibatkan r, nilai I unik untuk
setiap sumbu z terhadap mana dia di hitung. Namun, sumbu yang umumnya
dipilih untuk analisis adalah yang melalui pusat masa benda G. momen inersia
yang dihitung disekitar sumbu ini akan didefinisikan sebagai . Ingat bahwa
karena r dikuadratkan dalam persamaan 10-13, momen inersia massa selalu
merupakan besaran positif. Satuan yang bias di gunakan dalam penguuran adalah
kg.m2.
PROSEDUR ANALISIS
Jiak benda berdiri terdiri dari material yang mempunyai rapat massa
yang dapat berubah, , massa elemental dan benda dapat
dinyatakan sebagai rapat massa dan volumenya sebagi .
Bila volume elemen yang dipilih untuk integrasi mempunyai ukuran differansial
dalam semua ketiga arah, misalnya, dV=dx dy dz, momen inersia benda harus
ditentukan dengan menggunakan “integrasi rangkap tiga”. Namun, proses
integrasi dapat disederhanakan menjadi integrasi tunggal asalkan volume
elemental yang dipilih mempunyai ukuran atau tebal differansial hanya dalam
satu arah saja. Elemen kulit atau cakram(piringan) sering digunakan untuk tujuan
ini.
Elemen kulit, jika elemen kulit mempunyai tinggi z, jari jari y dan tebal dy dipilih
untuk tujuan integrasi. Maka volume . elemen ini dapat
digunakan dalam persamaan 10-14 untuk menentukan momen inersia Iz benda
disekitar sumbu z, kerena elemen keseluruhan , karena “ketipisanya” terletak pada
jarak tegak lurus r=y yang sama dari sumbu z.
Element Cakram. Jika sebuah elemen cakram mempunyai jari jari y dan tebal dz
dipilih utuk integrasi ,maka volume . Namun, elemen akan
berhingga dalam arah radial, dan sebagai akibatanya bagian bagian tidak
semuanya berada pada jarak radial r yang sama dari sumbu z.
Teorema sumbu parallel. Jika momen inersia benda di sekitar sebuah sumbu
melalui pusat massa benda diketahui, maka momen inersia di sekitar sembarang
sumbu parallel yang lain akan dapet ditentukan dengan menggunakan teorema
sumbu paralel, teorema ini dapat diturunkan dengan dengna meninjau benda yang
ditunjukan . Sumbu z’ melalui pusat massa G, sebaiknya sumbu z parallel terkait
lainnya berada pada suatu jarak konstan d yang memisahkan. Dengan memilih
elemen massa differential dm yang terletak pada titik ’ ’ dan dengan
menggunakan teorema phytagoras, , kita dapat menyatakan
momen inersia benda di sekitar sumbu z sebagai.
∫ ∫ [ ]
∫ ∫
Karena r’2=x’2+y’2 integral yang pertama menyatakan IG integral kedua sama
dengan nol, karena sumbu z’ melalui pusat massa total benda m, denga demikian,
momen inersia di sekitar sumbu z dapat di tuliskan sebagai
Jari Jari Girasi (putaran). Kadang kadang, momen inersia benda di sekitar suatu
sumbu tertentu di bahass dalam beberapa buku panganan (text book) dengan
menggunakan jari jari girasi, k. nilai ini mempunyai satuan panjang, bila jari jari
dan massa benda diketahui, maka momen inersia dapat di tentukan dari persamaan
atau √
Benda Benda Paduan. Jika sebuah benda disusun dari sejumlah bentuk
sederhana seprti cakram, bola dan batang, maka miomen inersia benda disekitar
sembarang sumbu z dapat di tentukan dengan menjumlahkan secara aljabar
momen momen inersia dari semua bentuk penyusun yang dihitung disekitar
sumbu z. penjumlahan aljjabar perlu karena suatu bagian penysun paduan harus
dipandang sebagai sebuah kuantiatif negative jika dia telah termasuk di dalam
bagian yang lain-miasalnya, sebuah “rongga” dihitung jika pusat massa tiap tiap
bagian penyusun paduan tidak terletak pada sumbu z. Untuk pehitungan, maka
I=∑ dengan IG untuk tiap tiap bagian penyusun dihitung dengan
integrasi atau dapat ditentukan dari tabel, seperti yang diberiakan pada bagia alam
sampul belakang.
BAB XI
Usaha Virtual
Dalam bab ini kita akan menggunakan prinsip usaha virtual dan metode energy potensial
untuk menentukan posisi kesetimbangan serangkaian benda tegar yang saling
berhubungan.Meskipun aplikasinya secara matematis lebih rumit daripada menggunakan
persamaan-persamaan kesetimbangan, sekali persamaan usaha virtual akan fungsi energy-
potensial berhasil ditetapkan, maka penyelesaian akan dapat diperoleh secara langsung
tanpa harus memecah-mecah system guna mendapatkan hubungan timbale-balik antara
gaya-gaya yang muncul pada persambungan-persambungan .Selanjutnya dengan
menggunakan metode energy-potensial, kita akan dapat menyelidiki kesetimbangan atau
stabilitas konfigurasi.
11.1. Definisi Usaha dan Usaha Virtual
Usaha sebuah Gaya.Dalam mekanika sebuah gaya F hanya melakukan usaha ( kerja ) bila
dia mengalami suatu pergeseran (perpindahan) dalam arag gaya.Misalnya, perhatikan gaya
F dalam gambar 11.1, yang terletak pada lintrasan s yang dinyatakan dengan vector posisi
r.Jika gaya bergerak sepanjang lintasan ke posisi baru v2 = r + dr, makapergeserannya
adalah dr dan karenanya usaha dU merupakan sebuah besaran scalar,yang didefinisikan
oleh perkalian titik (dot).
dU = F.dr
Karena dr infinitesimal,maka besar dr dapat dinyatakn dengan ds,segmen busur
diferensial sepanjang lintasan.Jika sudut antara ekor-ekor dr adalah F adalah Gambar
11.1,maka menurut definisi perkalian titik,persamaan di atas dapat juga ditulis sebagai
Du = F.ds.Cos
Usaha yang dinyatakn dalam persamaan ini dapat diinterpretasikan menurut salah satu dari
dua cara:salah satunya sebagai perkalian F dengan komponen pergeseran (perpindahan)
dalam arah gaya yaitu ds Cos atau sebagai perkalian ds dengan komponen gaya dalam
arah pergeseran yaitu F.Cos Perhatikan bahwa jika 00 0
900, maka komponen gaya dan
pergeseran mempunyai tanda arah yang asama sehingga usahanya positif; sebaliknya jika
900 0 1800, vector-vektor ini mempunyai tanda arah berlawanan,dan karenanya
usahanya negative.Juga, dU = 0 jika gaya tegak lurus terhadap pergeseran, karena cos 900 =
0, atau jika gaya diterapkan pada suatu titik tetap (tidak berpindah),maka pergeseran
ds = 0
1
Satuan dasar untuk usaha jalan menggabungkan satuan-satuan dari gaya dan
pergeseran.Dalam system SI satu Joule (J) adalah ekivalen dengan usaha yang dilakukan
oleh sebuah gaya 1 newton yang bergerak 1 meter dalam arah gaya (1J = 1 N.m).Sistem I-
PS, usaha didefinisikan dalam satuan f…lb.Momen gaya mempunyai gabungan satuan yang
sama;namun konsep momen dan usahanya tidak dapat dikaitkan.Momen adalah besaran
vector sebaliknya usaha adalah scalar.
Usaha sebuah Kopel.Dua gaya dari sebuah kopel melakukan usaha bila kopel berputar
disekitar sebuah sumbu tegak lurus terhadap bidang kopel.Untuk menunjukkannya
perhatikan benda dalam gambar 11.2a,yang dikenai sebuah kopel yang momennnya
mempunyai besar
M = Fr. Setiap pergeseran diferensial umum dari benda dapat dipandang sebagai kombinasi
translasi dan rotasi.Bila benda bertranslasi sedemikian hingga komponen pergeserans
sepanjang garis kerja tiap-tiap gaya adalah dst,maka dengan jelas usaha “positif” dari satu
gaya (F.dst) meniadakan usaha “negatif” dari yang lain (-F.ds),gambar 11.2b.Kini tinjau
rotasi diferensial a benda disekitar sumbu tegak lurus terhadap bidang kopel,yang
memotong bidsang pada titik 0, Gambar 11.2c.(Untuk penurunan,setiap titik lain dal;am
bidang dapat juga ditinjau). Seperti terelihat, tiap-tiap gaya mengalami suatu pergeseran ds0
= (r/2) ddalam arah gaya, sehingga usaha kedua gayanya adalah
dU = F d }+=F d } = (Fr) d
atau
dU = M.d
Usaha resultan positif bila tanda arah M sama dengan tanda arah d , dan negative bila
momen mempunyai tanda arah yanbg berlawanan.Seperti dalam kasus vector momen,maka
arah dan tanda arah d ditentukan dengan aturan tangan kanan , dengan jari-jari kanan
mengikuti rotasi atau cruel Ibu jari menunjukkan arah d .Sehingga, garis kerja d akan
pararel dengan garis kerja M jika pergerakan benda terjadi dalam bidang yang sama.Namun
jika benda berotasi dalam ruang, maka diperlukan komponen d yang berarahM. Jadi,
umumnya,usaha yang dilakukan oleh sebuah kopel didefinisikan dengan perkalian titik
dU=M.d
Usaha Virtual (Khayalan).Definisi usaha sebuah gaya dan sebuah kopel telah dinyatakan
dalam hal pergeseran sesungguhnya yang diungkapkan oleh pergeseran diferensial yang
mempunyai besar ds dan d. Kini perhatikan sebuah pergeseran imajiner atau virtual
2
(khayal), yang menunjukkan adanya suatu peregeseran atau rotasi yang diasumsikan dan
tidak sesungguhnya ada.Pergeseran ini adalah besaran diferensial orde pertama dan akan
dinotasikan masing-masing dengan symbol-simbol dan (delta s dan delta ).Usaha
virtual yang dilakukan oleh sebuah gaya yang mengalami suatu pergeseran virtual
adalah
U = F cos
( 11-1)
Dengan cara serupa, bila kopel mengalami suatu rotasi virtual dalam bidang gaya-gaya
kopel, usaha virtual adalah
U=M
( 11-2 )
3
Dalam cara serupa sebuah benda tegar yang dikenai sebuah system gaya coplanar
akan berada dalam kesetimbangan asalkan komponen ∑Fx = 0, ∑Fy = 0 dan ∑Fz = 0. Kita
juga dapat menuliskan suatu pasangan tiga persamaan usaha virtual untuk benda, masing-
masing dengan mensyaratkan U = 0. Jika persamaan-persamaan ini melibatkan translasi
virtual terpisah dalam perubahan y dan sebuah rotasi virtual di sekitar suatu sumbu tegak
lurus terhadap bidang x-y dan melalui titik 0, maka dapat ditunjukkan bahwa mereka akan
berkaitan dengan tiga persamaan kesetimbangan yang disebutkan di atas. Bila menuliskan
persamaan-persamaan ini, kita tidak perlu memperhitungkan usaha yang dilakukan oleh
gaya-gaya internal yang bekerja dalam benda, karena sebuah benda tegar tidak
berdeformasi (berubah bentuk) bila dikenai beban eksternal dan selanjutnya, bila benda
bergerak melalui suatu pergeseran virtual, maka gaya-gaya internal muncul dalam
pasangan-pasangan kolinear yang sama namun berlawanan, sehingga usaha yang hadir
yang dilakukan oleh tiap-tiap pasdangan gaya saling meniadakan (menghapus ).
Namun seperti partikel, tak ada keuntungan tanbahan yang akan diperoleh dengan
menyelesaikan soal-soal kesetimbangan benda- tegar menggunakan prinsip usaha virtual.
Hal ini karena untuk tiap-tiap aplikasi persamaan usaha virtual pergeseran virtual tersebut,
yang ada pada setiap suku, difaktorkan keluar, dengan meninggalkan persamaan yang telah
dapat diperoleh dengan cara yang lebih langsung dengan menetapkan persamaan-
persamaan kesetimbangan.
U=0
(11-3)
Dengan U menyatakan usaha virtual semua gaya (dan kopel-kopel) eksternal yang bekerja
pada system selama setiap pergeseran virtual bebas.
Seperti dinyatakan di atas, jika sebuah system mempunyai derajat kebebasan dia
akan mengambil n koordinat bebas qx untuk menyatakan secara lengkap letak system.
Sehingga untuk system tersebut adalah mungkin untuk menuliskan n persamaan usaha
virtual bebas, saat untuk setiap pergeseran virtual pada sepanjang masing-masing sumbu
koordinat bebas, sementara sisanya n – 1 koordinat bebas dibuat tetap.
PROSEDUR ANALISIS
Prosedur berikut memberikan metode untuk menerapkan persamaan usaha virtual untuk
menyelesaikan soal-soal yang melibatkan suatu system benda-benda tegar bersambungaqn
tak bergesekan (licin) yang mempunyai sebuah derajat kebebasan tunggal.
Diagram Benda-Bebas. Gambarkan diagram benda bebas seluruh system benda-benda
yang bersambungan dan tentukan koordinat bebas q. Sketlah “posisi terdefleksi
5
(menyimpang)” system pada diagram benda bebas bila system mengalami pergeseran
virtual positif q. Dari ini tentukan (nyatakan) gaya-gaya dan kopel-kopel “aktif”, yaitu
mereka yang melakukan usaha.
Pergeseran Virtual. Tunjukkan koordinat-koordinat posisi s diukur dari suatu titik tetap
pada diagram benda bebas terhadap masing-masing jumlah gaya-gaya dan kopel-kopel
“aktif”. Tiap-tiap sumbu koordinat harus pararel terhadap garis kerja “gaya” aktif terhadap
mana dia diarahkan, sehingga usaha virtual sepanjang sumbu koordinat dapat dihitung.
Hubungan tiap-tiap koordinat posisi s pada koordinat bebas q: kemudian
diferensiasi pernyataan-pernyataan ini guna menyatakan pergeseran virtual s1 dalam y
Persamaan Usaha Vertikal. Tuliskan persamaan usaha vertical untuk system dengan
menganggap bahwa semua koordinat posisi s mengalami pergeseran virtual positif ( 1).
Dengan menggunakan hubungan-hubungan untuk nyatakan usaha dari tiap-tiap gaya dan
kopel-kopel “aktif” dalam persamaan dalam kaitan dengan pergeseran virtual bebas tunggal
. Dengan memfaktorkan keluar pergeseran, bersama ini, kita tinggalkan dengan sebuah
persamaan yang umumnya dapat diselesaikan untuk sebuah gaya, kopel atau posisi
kesetimbangan yang tidak diketahui.
Jika system mengandung n derajat kebebasan koordinat bebas qn harus
dinyatakan dalam hal ini, ikuti prosedur diatas dan biarkan (tinggalkan) hanya satu
koordinat bebas yang mengalami pergeseran virtual sementara n – 1 koordinat sisa dibuat
tetap. Dalam cara ini,persamaan-persamaan usaha virtual dapat dituliskan, satu untuk tiap
koordinat bebas.
Contoh-contoh berikut akan membantu memperjelas penerapan prosedur ini.
Tentukan sudut untuk kesetimbangan ubntaian dua-barang yang ditunjukkan
dalam Gambar 11-5a, tiap-tiap batang mempunyai masa 10 Kg.
PENYELESAIAN
Diagram Benda Bebas. Sistem hanya memiliki satu derajat kebebasan karena letak kedua
batang penghubung dapat ditentukan dengan koordinat bebas tunggal ( q = 0 ). Seperti
ditunjukkan pada diagram benda-benda bebas dalam Gambar 11-5b, bila mengalami rotasi
virtual positif ( searah jarum jam), hanya gaya-gaya aktif, F dan dua berat 98,1 N, yang
melakukan usaha ( Gaya-gaya Dx dan Dy adalah tetap (diam) dan By tidak bergerak
sepanjang garis kerjanya ).
6
Pergeseran Virtual. Jika titik asal koordinat ditetapkan pada penopang pin tetap D, maka
letak F dan W dapat dinyatakan dengan koordinat-koordinatposisi xB dan yB seperti
ditunjukkan dalam gambar. Guna menentukan usaha, perhatikan bahwa koordinat-
koordinat ini pararel terhadap garis-garis kerja dari gaya-gaya yang bersangkutan
dengannya.
Dengan menyatakan koordinat posisi dalam koordinat bebas dan mengambil
derifativnya, diperoleh
XB = 2 (1 cos ) m xB = -2 sin m
(1)
YW = ½ (1sin ) m yB = 0.5 cos m
(2)
Terlihat dengan tanda-tanda persamaan ini dan ditunjukkan dalam Gambar 11-5b, bahwa
suatu penambah dalam (yaitu ) menyebabkan penurunan dalam xB dan peningkatan
dalam yW.
Persamaan Usaha Virtual. Jika pergeseran virtual xB dan yW keduanya positif maka gaya-
gaya W dan F akan melakukan usaha positif karena gaya-gaya dan pergeseran yang terkait
dengannya akan mempunyai tanda arah yang sama. Sehingga persamaan usaha virtual
untuk pergeseran adalah U = 0 W yW + W vW + F xB = 0
Dengan mensubstitusi Persamaan 1 dan 2 ke dalam Persamaan 3 guna menghubungkan
pergeseran virtual terhadap pergeseran virtual bersama diperoleh 98.1(0.5 cos v) +
98.1(0.5 cos ) + 25(-2 sin )=0
Perhatikan bahwa “usaha negative" dilakukan oleh F (gaya dalam tanda berlawanan
dengan pergeseran) telah diperhitungkan dalam persamaan diatas dengan ”tanda negative"
Persamaan (1). Dengan memfaktorkan keluar pergeseran bersama dan
menyelesaikannya untuk , ingat bahwa 0 diperoleh
(98.1 cos - 50 sin ) =0
Jika soal ini telah diselesaikan dengan menggunakan persamaan kesetimbangan, maka
perlu untuk mengurai batang-batang penghubung dan menerapkan tiga persamaan n scalar
terhadap tiap-tiap batang penghubung (link). Prinsip usaha virtual, dengan bantuan
kalkulus, telah meniadakan perlunya tugas ini sehingga jawabnya diperoleh secara
langsung
7
11.4. Gaya-Gaya Konservatif
Usaha yang dilakukan oleh sebuah gaya bila sebuah gaya dia mengalami
pergeseran diferensial telah didefinisikan sebagai
U = F Cos ds. Jika gaya digerakan sepanjang suatu lintasan yang mempunyai panjang
berhingga s, maka usaha ditentukan dengan melakukan integrasi terhadap lintasan yaitu
U=∫ ds
Untuk mengevaluasi integral, maka perlu diperoleh hubungan timbale balik antara F
dengan komponen pergeseram ds cos . Namun dalam beberapa keadaan yang dilakukan
oleh sebuah gaya akantidak tergantung pada lintasannya, bahkan akan tergantung pada
hanya letak awal dan akhir saja dari gaya sepanjang lintasan. Gaya yang mempunyai sifat
ini disebut gaya konservatif.
Berat. Perhatikan benda salam Gambar 11-9, yang pada mulanya berada di P’. Jika benda
digerakkan turun sepanjang lintasan sembarang A ke posisi putus-putus, maka untuk suatu
pergeseran ds tertentu sepanjang lintasan komponen pergeseran dalam arah W mempunyai
besar dy = ds cos, seperti terlihat. Karena baik gaya maupun pergeseran berada dalam arah
yang sama,maka usahanya positif sehingga,
U=∫ ds = ∫ dy
Atau
U = Vy
Dalam cara yang sama usaha yang dilakukan oleh berat bila benda bergerak ke atas sejauh
y kembali ke P’, sepanjang lintasan sembarang A’ adalah U = -Wy
Mengapa usaha negative ?
Berat benda merupakan sebuah gaya konseervatif karena uasaha yang dilakukan
oleh berat bergantung hanya pada pergeseran vertikal benda dan tidak bergantung pada
lintasan terhadap mana benda bergerak
Pegas elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh pegas elastic (Fs = ks) juga merupakan gaya
konservatif. Jika pegas dihubungkan ke sebuah benda dan benda digerakkan sepanjang
lintasan, sedemikian menyebabkan pegas mengalami pemanjangan atau pemendekkan dari
posisi s1 ke posisi selanjutnya s2, maka usaha akan negative, karena pegas melakukan gaya
F, pada benda yang berlawanan arah terhadap pergeseran bend ads,Gambar 11-10. Baik
untuk perpanjangan maupun untuk pemendekkan usaha adalah tidak bergantung lintasan
dan sehingga
8
U=∫ ds = ∫ ds
= - ( ks 12 - ks 12 )
Gesekan. Berkebalikan dengan gaya konservatif perhatikan gaya gesekan yang dulakukan
pada sebuah benda yang bergerak oleh suatu permukaan tetap. Usaha yang dilakukan oleh
gaya gesekan bergantung pada lintasan;makin panjang lintasan, makin besar usaha.
Akibatnya gaya gesekan tidak konservatif, dan usaha yang dilakukan didisipasi dari benda
dalam bentuk panas
11.5. Energi Potensial
Bila gaya konservatif bekerja pada benda maka dia member benda kemampuan untuk
melakukan usaha. Kemampuan ini diukur sebagai energy potensial tergantung pada letak
benda.
Energi Potensial Gravitasi. Jika benda ditempatkan sejauh y diatas secara horizontal tetap
atau acuan (datum). Gambar 11-9, maka berat benda mempunyai energy potensial gravitasi
Positiv Vg karena W mempunyai kapasitas (kemampuan) melakukan usaha positif bila
benda digerakkan kembali turun ke muka acuan (datum). Demikian pula, jika benda
ditempatkan sejauh y di bawah muka acuan Vg akan negative karena berat melakukan
usaha negative bila benda digerakkan kembali naik ke muka acuan (datum). Pada muka
acuan Vg = 0
Dengan mengukur y sebagai positif kea rah atas, energy potensial gravitasi dari
berat benda W dengan demikian menjadi
Vg = Wy
(11-4)
Energi Potensial Elastik. Energi potensial elastic Ve yang dilakukan pegas pada benda,
ketika pegas teregang atau terkompresi (s=0) ke posisi akhir s adalah
Ve = ½ ks2
(11-5)
Disini Ve selalu positif karena dalam posisi terdeformasi pegas mempunyai kemampuan
melakukan usaha positif dalam mengembalikan benda kembali ke posisi tidak terdeformasi
pegas. Gambar 11-10.
Fungsi Potensial . Dalam kasus umum, jika benda dikenai oleh baik gaya gravitasi maupun
gaya gaya elastic, maka energy potensial atau fungsi potensial V benda dapat dinyatakan
sebagai penjumlahan aljabar.
9
V = V + Ve
(11-6)
Dengan pengukuran V bergantung pada letak benda terhadap muka acuan yang dipilih
sesuai dengan persamaan 11-4 dan 11-5.
Umumnya jika sebuah system benda-benda yang berhubungan dan tak bergesekan
mempunyai suatu derajat kebebasan tunggal sedemikian posisinya dari muka acuan
(datum) didefinisikan oleh koordinat umum q, maka fungsi potensial untuk system dapat
dinyatakan sebagai V = V(q). Usaha yang dilakukan oleh semua gaya konservatif yang
bekerja pada system tidak menggerakkan system dari q 1 ke q2 diukur dengan selisih V yaitu
U1-2 = V(q1) - V(q2)
(11-7)
Sebagai contoh fungsi potensial untuk sebuah system yang terdiri dari sebuah balok dengan
berat W yang ditopang oleh sebuah pegas. Gambar 11-11a, dapat dinyatakan dalam
koordinat umumnya ( q =) y, diukur dari mana acuan tetap yang terletak pada panjang
pegas tak tergantung kita peroleh
V = Vg + Ve
(11-8)
Jika balok bergerak dari y1 ke posisi arah bawah yang lebih jauh y2, maka usaha W dan Fs
adalah
U1-2 = V(y1) – V(y2)) = -W ( y1 – y2) + 1/2ky21 –
1/2ky22
(11-9)
10
Jadi bila suatu sistem berhubungan yang tak bergesekan dari benda-benda tegar berada
dalam kesetimbangan maka variasi pertama atau perubahan V akan nol. Perubahan ini
ditentukan dengan mengambil derifativ (turunan) pertama fungsi potensial dan menetapkan
sama dengan nol. Sebagai contoh dengan mengggunakan persamaan 11-8 untuk
menentukan posisi kesetimbangan untuk pegas dan balok dalam Gambar 11-11a kita
peroleh
= W – ky = 0
Tentusaja hasil yang sama akan diperoleh dengan menerapkan Fy = 0 terhadap gaya-gaya
yang bekerja pada diagram benda-benda balok Gambar 11-11b.
Sistem Dengan n Derajat Kebebasan. Bila sitem benda-benda saling berhubungan
mempunyai derajat kebebasan, maka energy potensial yang tersimpan dalam system akan
menjadi sebuah fungsi n koordinat bebas qn yaitu V = V(q1q2…..qn). Guna menerapkan
criteria kesetimbangan V dengan menggunakan “aturan rantai” kalkulus diferensial, yaitu
V= 1 + 2+ …. + =0
Karena pergeseran virtual q1, q2 ….. qn tidak saling bergantung satu sama lain, maka
persamaan akan terpenuhi asalkan
= 0, = 0 ……. =0
Jadi dimungkinkan menulis n persamaan bebas untuk system yang mempunyai n derajat
kebebasan.
11
12