SISTEM GAYA
Hasil Pembelajaran
Menentukan besaran gaya dan arah gaya secara grafis dan analisis
Menentukan gaya resultan dengan metode grafis maupun analisis
Menentukan komponen gaya dengan menguraikan gaya terhadap sumbu x
dan y
Menghitung besarnya momen dengan metode resultan
Menentukan besarnya momen kopel dan menggabungkan gaya dengan
kopel
Kriteria Penilaian
Arah suatu gaya ditentukan oleh garis aksi dan arah dari gaya garis aksi
adalah suatu garis tak berhingga yang menunjukkan arah gaya tersebut,
ditentukan oleh sudut yang dibentuk garis tersebut dengan sumbu tertentu.
Gambar 2.1
Seperti ditunjukkan pada gambar 2.1a dan 2.1b gaya mempunyai besaran
sebesar 100 N dengan arah ke atas berarti positif sedang arahnya kebawah
dianggap negatif, demikian juga jika arah nya kekanan berarti positif
sedangkan arahnya kekiri dianggap negatif. Sementara tidak ada yang
namanya gaya negatif dan gaya positif yang ada hanyalah arahnya saja.
Gaya itu sendiri dinyatakan oleh suatu segmen pada garis aksi dengan
menggunakan suatu skala, panjang segmen dapat dipilih untuk menyatakan
besar gaya tersebut, atau dengan istilah lain menjadi sebuah panjang gaya.
Untuk lebih mengenal dengan jelas, disini akan dibahas dengan dua cara
yaitu dengan metode grafis dan metode analisis. Keduanya mempunyai peran
yang sangat penting dan bahkan akan saling ketergantungan.
A Ѳ
F2
Gambar 2.2 ( a)
Pada gambar 2.2a dua buah gaya yang kongkruen tersebut terletak
pada bidang yang sama tetapi bekerja pada dua titik yang berbeda.
F1
A Ѳ
F2
Gambar 2.2 ( b)
A α
F2
R = F1 + F2
F2 = 300 N x = 6 cm
Gambar 2.3
4. Dari dua buah garis bantu tersebut terjadi titik perpotongan, maka dari
gambar terbentuk sebuah jajaran genjang. Kemudian tarik garis lurus dari
titik awal ke titik perpotongan tersebut, terlihat seperti gambar 2.3c.
Selanjutnya garis tersebut dinamakan garis gaya resultan yang besar
nilainya didapat dengan cara mengukur secara langsung pada gambar.
5. Besar, gaya resultan dari pengukuran didapat 92,7 mm atau 9,27 cm,
kemudian dikembalikan ke-skala semula, diperoleh sebagai berikut:
R = 9,27 cm x 50N/1cm
= 9,27 x 50N
= 463,5 N
Dan sudut α dari pengukuran diperoleh sebesar 17,80 dari garis sumbu x.
Poligon gaya lebih dikenal dengan segi banyak gaya, digunakan untuk
menyelesaikan resultante gaya lebih mudah dan cepat. Prinsip kerjanya
hampir sama dengan setengah hukum jajaran genjang, gaya disusun
berurutan sesuai dengan besar dan arah yang sudah ditentukan dalam skala
gaya. Jika susunan gaya terakhir tidak bertemu dengan titik awal (terbuka),
artinya susunan poligon gaya terjadi sebuah resultan.
Sebuah bidang bekerja tiga buah gaya dengan satu titik tangkap di A. Jika
gaya F1 = 300 N, F2 = 200 N dan F3 = 200 N. Tentukan besar Resultan R dan
besar sudut α terhadap sumbu X (horisontal).
Gambar 2.4
Penyelesaian:
1. Buat skala gaya untuk ketiga buah gaya tersebut dengan skala, 1 cm
berbanding 50 N. Maka didapat sebagai berikut:
F1 = 300x = 6
F2 = F3 = 200 x = 4
2. Buat garis gaya F1 sesuai dengan panjang gaya yang ditentukan yaitu
6 cm, beri tanda panah sesuai dengan arahnya.
3. Kemudian dilanjutkan dengan gaya kedua yaitu F2 dengan panjang 4
cm dengan arah gaya sebesar 600 dari sumbu X.
4. Dan dilanjutkan untuk gaya ketiga F3 dengan panjang gaya 4 cm
kearah sudut yang ditentukan.
5. Maka terjadi sebuah susunan gaya yang terbuka. Dari titik A (titik
tangkap) hubungkan garis putus-putus sebagai tanda gaya Resultan
(R) ke titik akhir dari susunan gaya tersebut.
6. Ukurlah panjang garis R dan sudut yang dibentuk terhadap sumbu x
hasilnya dapat dilihat seperti gambar 2.4b. Gambar 2.4c dan gambar
2.4d sebagai altematif atau cara lain untuk menyelesaikan resultan.
7. Untuk menyusun poligon gaya dapat dimulai dari mana saja, apakah
F1, F2 dan F3 atau dari F2, F3 dan F1 dan seterusnya yang jelas
Gambar 2.5
Gambar 2.6a
Gambar 2.6b
Pada gambar 2.7 adalah contoh yang lain dari sistem kutub dalam
menentukan letak atau posisi resultan gaya-gaya yang bekerja dalam suatu
bidang dengan titik tangkap sembarang.
F = Fx + Fy (2.1)
Fx = F cos Ѳ
Fy = F sin Ѳ
F = +
Ѳ= ( ) ……………………………………….. (2.3)
y
F1
θ1
x
θ2
F2
Gambar 2.10
Kata Fx , diartikan sebagai "jumlahkan semua komponen gaya yang searah
sumbu x " , dan Fy adalah " jumlahkan semua komponen gaya yang searah
sumbu y”. Dan perlu diperhatikan bahwa sesuai dengan perjanjian di awal bahwa
komponen gaya pada F2y karena arah nya ke bawah maka dianggap negatif.
Sehingga secara keseluruhan dapat dituliskan sebagai berikut:
= F1 cos Ѳ1 + F2 cos Ѳ2
= F1 sin Ѳ1 + F2 sin Ѳ2
Empat buah gaya bekerja pada titik A seperti terlihat pada gambar. Tentukan
resultan gaya dan sudut θ terhadap sumbu x
Penyelesaian:
Komponen x dan y dari setiap gaya
ditentukan secara trigonometris, seperti
terlihat pada gambar, kemudian
diselesaikan dengan persamaan 2.3 yaitu
sebagai berikut:
F
F= Fx + Fy = 189,14 + 10,18 Fy
θ
F = 189,41 kN
Fx x
∑
Tan θ = ∑
∑
θ= ∑
,
= ,
= 3,08o
Penyelesaian:
Metode grafis
Skala gaya: 1 cm = 50 N
6 60
tan = = = 0,866
3 + 6 cos 60
θ = (0,866)
= 40,90
Metode geometrik
R = 523,81 N = 524 N
Metode Aljabar
Jadi besar dan arah gaya resultan R dapat diperoleh sebagai berikut:
1 Ry 1 392,84
= tan Rx tan 346,49
48,6 0
M= Fx d ………………………………….. ( 2.5)
Gambar 2.12
Momen adalah suatu vektor M yang tegak lurus terhadap bidang benda.
Arah M adalah tergantung pada arah berputarnya benda akibat gaya F. Kaidah
tangan kanan. Gambar 2.12 b, digunakan untuk menentukan arah ini dan momen
dari F terhadap O-O dapat digambarkan sebagai vektor yang ditunjukkan oleh
arah ibu jari dan jari- jari yang dilipat menunjukkan arah berputarnya benda.
Momen M mengikuti semua kaidah penjumlahan vektor dan dapat ditinjau
sebagai vektor gesek dengan garis kerja yang berimpit dengan sumbu momen.
Satuan dasar dari momen dalam satuan SI adalah newton meter (N.m ) dan
dalam sistem yang lazim di A.S adalah pon- kaki (lb-ft).
dimana r adalah suatu vektor dari titik acuan momen A ke sembarang titik
pada garis kerja F. Besar momen gayanya adalah
M= F.r sin tidak tergantung pada sesuatu titik khusus pada garis kerja
terhadap mana vektor r diarahkan. Arah dan pengertian dari M. Apabila jari
tangan kanan dilipat dalam arah rotasi dari arah positif r dan arah positif F, maka
ibu jari menunjukkan arah negatif dari M.
Tetapi jika F dan r tidak tegak lurus dan dapat dinyatakan dengan mudah
dalam notasi vektor, maka perkalian silang seringkali lebih disukai.
Untuk membuktikan teorema ini, tinjaulah gaya R yang bekerja pada bidang
benda yang diperlihatkan dalam Gambar 2.12 a. Gaya- gaya P dan Q mewakili
dua komponen tak tegak lurus dari R. Momen akibat R terhadap R titik O ialah :
M0= r x R
r x R = r x (P+Q)
Mo = r x R = r x P + r x Q …………………….. (2.7)
Mo = Rd = -p P + q Q
Gambar 2.13
Penyelesaian cara I:
Mo = F.d (N.m)
= 600 d (N m)
Mo = 600. (4,35)
= 2610 (N.m)
= 386 N
=2610 (Nm)
0
d1 = 4+2 tan 40 = 5,68 m
= 2610 (Nm)
0
Mo= F2. d2 = 600 sin 40 . 6,77
= 2610 (Nm)
Kopel adalah sebuah momen yang dihasilkan oleh dua buah gaya yang
sama besar dan berlawanan arah. Kopel memiliki sifat unik tertentu dan
pemakaiannya dalam mekanika sangat penting. Dengan meninjau aksi dua buah
gaya yang sama dan berlawanan F dan – F yang dipisahkan dengan jarak d, lihat
gambar 2.14a. Kedua gaya ini tidak dapat digabungkan menjadi sebuah gaya
tunggal, karena jumlahnya dalam seluruh arah sama dengan nol. Pengaruh
kedua gaya ini hanya menghasilkan kecenderungan berotasi.
M = F (a+d) – Fa atau M = Fd
Yang akan tampak berlawanan arah jarum jam bila dilihat dari pandangan
atas. Dan perhatikan bahwa besar kopel tidak tergantung pada jarak a antara
gaya dan sebagainya dan pusat momen O. Ini berarti bahwa momen kopel
memiliki besar yang sama untuk semua pusat momen.
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Pemisahan suatu gaya menjadi gaya dan momen kopel digambarkan pada
gambar 2.16, dimana vektor gaya F di titik A digantikan gaya F yang sama pada
titik B yang sama dan kopel M = Fd, yang berlawanan arah jarum jam
Gambar 2.16
Penyelesaian:
= 10.000 Nmm
Mk = P.d
d = 10000/400
= 25 mm
Cos = d/40
= 25/40
1
= cos (25/40 )
0
= 51,3
Penyelesaian:
= 69,282 Nmm
= 69,3 Nm