Anda di halaman 1dari 9

SKALAR & VEKTOR

Skalar adalah suatu kwantitas yang hanya mempunyai besar saja dan tidak mempunyai arah.
Misalnya : panjang, massa, waktu, suhu, jarak, energi, usaha (kerja), bilangan riil, dan lain-
lainnya. Skalar ditunjukkan dengan huruf biasa, dan operasi perhitungan skalar menggunakan
aljabar biasa.
Vektor adalah suatu kwantitas yang mempunyai besar dan arah. Misalnya : kecepatan,
percepatan, gaya, perpindahan, lintasan, posisi, momentum, torka, berat, dan lain-lain.
Vektor dapat dinyatakan secara grafis maupun secara trigonometris.
Secara grafis, vektor digambarkan sebagai anak panah dengan arah tertentu. Ujung ekor O
dinamakan titik asal vektor, sedang ujung kepala P dinamakan titik terminal.
O P
F (dengan tanda anak panah diatasnya) atau F
Gambar 2.3. Vector
Panjang anak panah menyatakan besar vektor, sedang arah anak panah, menyatakan arah vektor.

Apabila vektor masuk bidang, digambarkan dengan tanda silang (x), sedang apabila vektor

keluar bidang, digambarkan dengan tanda titik (.)


9
Secara trigonometris, vektor digambarkan dengan huruf yang diberi gambar anak panah
diatasnya, atau huruf tebal tanpa anak panah diatasnya, sebagai contoh : F (gaya), v
(kecepatan), a (percepatan), r (posisi), P (momentum linier), dan sebagainya.
Vektor Satuan : adalah vektor yang mempunyai besar satuan. Jika F adalah vektor yang
besarnya F (huruf tidak tebal) dan bukan nol, maka F / F adalah vektor satuan yang mempunyai
arah seperti arah F. suatu vektor F dapat dinyatakan dengan vektor satuan a dalam arah F
dikalikan besar F tersebut, jadi F = Fa. Vektor satuan pada sumbu x, y, dan z, masing-masing
dilambangkan dengan i, j, dan k. dengan demikian maka Fx = Fx i ; Fy = Fy j ; Fz = Fz k

2.2.1. Aljabar Vektor


Operasi perhitungan vektor yang banyak digunakan dalam aplikasi adalah penjumlahan,
pengurangan, dan perkalian.
F

F1 F2
-F
Gambar 2.4. Vektor F1 dan F2 Gambar 2.5. Sebuah vector samabesar
Sama besar dan searah, maka dan sejajar dengan A tetapi berlawanan
F1 = F2 arah, maka A = -A

2.2.1.a. Penguraian Vektor


Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi beberapa vektor lain. Misal, jika vektor F dalam bidang
(2dimensi) diuraikan ke sumbu x dan y, masing-masing menjadi Fx dan Fy maka Fx dan Fy
adalah komponen-komponen dari vektor F (Gambar 2.6).
10
Demikian pula jika sebuah vektor F dalam ruang (3dimensi) diuraikan ke sumbu x, y, dan z
maka komponen-komponen dari vektor F adalah Fx, Fy, dan Fz Gambar 2.7)
Keterangan : Fx = Fx i ; Fy = Fy j ; Fz = Fz k , dimana : i, j, dan k disebut vektor satuan dan
masing-masing mempunyai harga = 1.

Fy j F
F
Fzk

Fy j
Fx i Fx i

Gambar 2.6. Gambar 2.7.

2.2.1.b. Penjumlahan Vektor


Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara grafis ataupun analitis. Penjumlahan antara dua buah
vektor secara grafis adalah dengan meletakkan ekor dari salah satu vektor di kepala vektor yang
lain, dimana besar dan arah vektor harus tetap. Kemudian tarik anak panah dari titik asal O ke
ujung akhir seperti pada gambar 2.8.
F2
F1 FR
F1 + F2 = FR = F1
O O F2
Gambar 2.8. Penjumlahan vektor

11

2.2.1.c. Pengurangan Vektor


Mengurangkan suatu vektor F1 dengan vektor lain F2 sama dengan menjumlahkan vektor F1
dengan negatif dari vektor F2 , jadi F1 - F2 = F1 + (-F2 ) , sehingga dengan membalikkan arah
panah dari F2 hasilnya seperti pada gambar 2.9
F1

F1 - =
F2 F1 - F2 F2

Gambar 2.9. Pengurangan vektor


Apabila Fx dan Fy pada gambar 2.8 dijumlahkan secara trigonometris, maka diperoleh resultan F
yang besar dari nilai resultan tersebut adalah :

F = F = Fx 2+ Fy2 + 2 Fx.Fy cos sudut antara Fx dan Fy


Karena sudut antara Fx dan Fy adalah 90o dimana cos 90o = 1, maka persamaan tersebut dapat
ditulis :
F = F = Fx2 + Fy2
Demikian pula apabila Fx, Fy, dan Fz pada gambar 2.7 dijumlahkan secara vektor maka
diperoleh resultan F yang besar harganya :
F = F = Fx2 + Fy2 + Fz2
Contoh Soal 1 :

Z+ Y- Jika b x a = c , tentukan besar dan arah


a vektor c , dan gambarkan vektornya !
X- b X+ ( Besar b = 3 sedang a = 2 )

Y+ Z-
12

Contoh Soal 2: Gaya-gaya berikut bekerja pada sebuah titik, dimana besar dan arah masing-
masing gaya adalah: F1= 40N, F2 =70N, F3 = 40N, F4 = 30N, F5 = 80N, F6 = 60N (gambar
2.10).Tentukan besar dan arah gaya resultan FR baik secara grafis maupun trigonometris !
y F2
F5 F4 F3
F3 F2
60 30 30 F4 y FR
30 F1 x
F6 F5 F1
x
F6
Gambar 2.10 Gambar 2.11
Jawab :
a). Secara Grafis dilakukan dengan meletakkan ekor dari vektor tiap gaya yang dijumlahkan ke
kepala vektor yang lain secara simultan (tidak harus berurutan, yang penting besar dan arahnya
tetap), kemudian tarik anak panah dari titik asal ke kepala vektor terakhir, dan hasilnya seperti
pada gambar 2.11.
b). Secara trigonometris, dapat dilakukan dengan menguraikan tiap gaya menjadi komponen
komponen gaya pada sumbu x dan sumbu y, kemudian dijumlahkan secara vektor.
Pada arah sumbu x, maka :
Fx = F1 cos 0o + F2 cos 30o + F3 cos 60o + F4 cos 90o + F5 cos 120o + F6 cos 210o
= 40 cos 0o + 70 cos 30o + 40 cos 60o + 30 cos 90o + 80 cos 120o + 60 cos 210o
= 40.1+70.0,866+40.0,5+30.0+80.-0,5+60.-0,866 = 40+60,62+20+0-40-51,96
= 28,66N
13

Pada arah sumbu y,


Fy = F1 sin 0o + F2 sin 30o + F3 sin 60o + F4 sin 90o + F5 sin 120o + F6 sin 210o
= 40 sin 0o + 70 sin 30o + 40 sin 60o + 30 sin 90o + 80 sin 120o + 60 sin 210o
= 40.0+70.0,5+40.0,866+30.1+80.0,866+60.-0,5 = 0+35+34,64+30+69,28-30
= 138,92N
Jadi besar gaya resultan FR = Fx 2 + Fy 2 = 28,662+138,922 = 141,85N
Arah gaya resultan : tg = Fy/Fx = 138,92/28,66 = 4,8472
Maka besar sudut = 78,34o (terhadap sumbu x)

2.2.1.d. Perkalian Skalar dan Vektor


Suatu vektor apabila dikalikan dengan skalar, atau sebaliknya, maka hasilnya adalah vektor. Jadi
apabila m adalah skalar, sedang F adalah vektor maka mF = Fm = vektor.
Perkalian Skalar (Perkalian Titik) dari dua buah vektor A dan B dituliskan A.B dan dibaca A
dot B, didefinisikan sebagai perkalian antara besar harga A dan besar harga B dan cosinus sudut
() yang diapit oleh kedua vektor tersebut.

A.B = AB cos = sudut yang diapit oleh A dan B


dan besarnya : 0 <
Disebut perkalian skalar karena hasil dari perkalian dua buah vektor A dan B tersebut adalah
skalar.
Contoh Soal 3 : Gaya F = 100N, bekerja terhadap suatu benda sehingga bergerak dengan
lintasan d = 5 m dalam arah gaya, maka F.d = W = Fd cos 0o = 100.5.1 = 500 N.m (W = 500
N.m tidak mempunyai arah karena skalar)

14
Hukum-hukum pada perkalian skalar :
1 A.B = B.A
2 A. ( B+C ) = A.B + A.C
3 m ( A.B ) = ( mA ).B = A.( mB ) = ( A.B ) m
4 i.i = j.j = k.k = 1 ; i.j = j.k = k.i = 0
5 Jika : A = Ax i + Ay j + Az k dan B = Bx i + By j + Bz k
maka : A.B = AxBx + AyBy + AzBz
A.A = A2 = Ax2 + Ay2 + Az2
B.B = B2 = Bx2 + By2 + Bz2
6. Jika A dan B masing-masing bukan vektor nol, sedang
A.B = 0, maka berarti A dan B saling tegak lurus
Perkalian vektor (Perkalian silang) dari vektor A dan vektor B dituliskan A x B
(dibaca A cross B) = C , didefiniskan sebagai hasil perkalian antara besar harga
vektor A dan besar harga vector B dan sinus sudut ( ) yang diapit oleh kedua
vektor tersebut.
A x B = AB sin u = C 0<<
u adalah vektor satuan yang menunjukkan arah dari hasil perkalian tersebut,
yakni arah dari vektor C.
Menentukan arah hasil perkalian vektor
Untuk menentukan arah dari vektor C, maka dapat digunakan aturan putaran sekrup. Apabila A
dan B berada pada suatu bidang maka arah C selalu tegak lurus terhadap bidang tersebut. Jika A
diputar ke B (melalui sudut yang lebih kecil) dan menghasilkan putaran yang searah jarum jam
maka arah C adalah masuk bidang, sedang apabila putaran berlawanan dengan arah putaran
jarum jam berarti arah C keluar bidang.
15

Contoh Soal 4: Suatu gaya F =1000 N, bekerja terhadap sebuah roda pada posisi r = 0,4m
terhadap acuan O (pusat roda) dalam arah membentuk sudut 30 o terhadap garis posisi, maka F x
r = =1000.0,4 sin 30o = 200 N.m, dimana arah adalah tegak lurus terhadap bidang dimana F
dan r berada. Apabila F yang diputar ke r searah putaran jarum jam maka arah masuk bidang,
sedang apabila berlawanan dengan arah putaran jarum jam maka arah keluar bidang.

z z
D

-y -y
A
-x B x -x A x
B
y C y -z
-z

(a) (b)
Gambar 2.12.
Pada gambar 2.12 (a) Dinyatakan A x B = C =AB sin 90o. Jika besar A = 2, dan besar B = 2
maka besar C = 2.2.1 = 4 (arah C kebawah) ; Pada gambar 2.12 (b) Dinyatakan B x A = D =
BA sin 90o. Jika besar B = 3, dan besar A = 2 maka besar D = 3.2.1 = 6 (arah D keatas).

16

Contoh Soal 5 :
4m/s
30o
A 400 m B

3m/s
Lebar suatu sungai 400m. Sebuah kapal menyeberang dari sisi A ke sisi B dengan kecepatan
tetap 5m/s. Karena arah arus air yang kecepatannya 3m/s membentuk sudut 90 o terhadap arah
dari A ke B dan mempengaruhi gerak kapal, maka nakhoda mengarahkan kapalnya dengan
membentuk sudut 30o terhadap arah A ke B dengan harapan kapal akan merapat di suatu tempat
yang tidak terlalu jauh dari B (Lihat gambar). Hitung ditempat mana kapal merapat, diukur dari
tempat B!
Jawab : 5m/s
5sin30o 30o 400 m
A 5cos30o B

3m/s
Vektor kecepatan kapal dapat diuraikan menjadi komponen kecepatan dalam arah sumbu x
(5cos30o) dan komponen kecepatan dalam arah sumbu y (5cos30o).

5sin30o = 5.0,5= 2,5m/s


5cos30o Ini menjadi : 5cos30o =4,33 m/s
0,5m/s
3m/s tg = 0,5/4,33 = 0,1154734 ; jadi = 6,587o

tg = tg 6,587o =0,1154734 = BC/400, maka jarak BC = 0,1154734 x 400 = 46,2 m


17

Jadi kapal akan sampai dan merapat di tempat C yang berjarak 46,2m dari tempat B

4,33m/s 400m
A 6,587 o B
0,5m/s C

Hukum-hukum pada perkalian vektor :


1 AxB= -BxA
2 A x (B + C) = A x B + A x C
3 m(A x B) = (mA) x B = A x (mB) = ( A x B )m
4 i x i = j x j = k x k = 0 ; i x j = k, j x k = i, k x i = j
5 jika : A = Ax i + Ay j + Az k dan B = Bx i + By j + Bz k
maka :
i j k
A x B = Ax Ay Az = (AyBz AzBy) i
Bx By Bz + (AzBx AxBz) j
+ (AxBy AyBx) k
6 Jika A dan B bukan vektor nol, sedang A x B = 0,
maka A sejajar B.

Anda mungkin juga menyukai