BAB I
PENDAHULUAN
Memasuki abad 20, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangatlah pesat.
Berbagai piranti sederhana maupun elektronik telah berhasil dibuatuntuk memudahkan pekerjaan
manusia. Keberhasilan demi keberhasilan yang diraih manusia, tidak lepas atau bahkan sangat
bergantung dari keberadaan suatu ilmu, yakni ilmu Fisika.
Fisika memiliki kaitan erat dengan matematika. Hal ini karena matematika mampu
menyediakan kerangka logika di mana hukum-hukum fisika dapat diformulasikan secara tepat.
Definisi, teori, dan model fisika selalu dinyatakan menggunakan hubungan matematis.
Sebagai ilmu dasar, fisika memiliki pengaruh pada banyak ilmu sains lainnya. Salah satu
contohnya pada ilmu kimia. Fisika banyak mempelajari partikel renik semacam elektron.
Bahasan tersebut ternyata juga dipelajari dan dimanfaatkan pada ilmu kimia. Bahkan topik
mekanika kuantum yang diterapkan pada ilmu kimia telah melahirkan bidang baru yang
dinamakan kimia kuantum (quantum chemistry).
Selain itu, ilmu fisika yang diterapkan pada bidang ilmu lain ikut berperan dalam
melahirkan bidang studi baru yang menarik. Di antaranya adalah biofisika (fisika pada ilmu
biologi), geofisika (fisika pada ilmu bumi), fisika medis (fisika pada ilmu kedokteran), dan yang
lebih baru adalah ekonofisika (fisika pada ilmu ekonomi).
Fisika adalah ilmu yang mempelajari keteraturan alam semesta dan sebisa mungkin
memanfaatkan keteraturan ini untuk dua hal, yaitu menemukan keteraturan lainnya di alam
semesta yang belum ditemukan dan memanfaatkan keteraturan yang telah ditemukan untuk
menjadi bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanpa ada penemuan tentang keteraturan lensa,
maka tidak mungkin di temukan planet-planet, tanpa ditemukannya planet-planet, tidak mungkin
ditemukan Hukum-hukum Kepler, tanpa ditemukan Hukum Kepler, maka tidak mungkin
ditemukan hal-hal penting lainnya di tata surya, dan hal-hal ini masih terus berlanjut, keteraturan
yang telah ditemukan akan menjadi dasar untuk menemukan keteraturan-keteraturan lainnya.
Dengan demikian, Vektor merupakan pengetahuan yang sangat penting. Hal itulah yang
melatar belakangi kami untuk menyusun makalah ini, agar nantinya dapat memahami dan
mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.
1
FISIKA DASAR
BAB II
PEMBAHASAN
Besaran Skalar adalah besaran yang memiliki besar namun tidak memiliki arah.
Besaran-besaran dalam fisika yang sudah kita kenal seperti waktu, suhu, volume, laju, dan
energi. Perhitungan pada besaran skalar meliputi operasi-operai matematika seperti
penjumlahan, dan perkalian. Sedangkan besaran Vektor merupakan besaran yang memiliki
besar dan arah. Besaran vektor yang sudah dikenal seperti kecepatan, percepatan dan gaya.
(Hugh D.young,2002:11).
Hasil penjumlahan ataupun hasil pengurangan dari dua vektor atau lebih disebut
resultan vektor. Untuk menentukan vektor resultan, terdapat 2 metode, yakni metode grafis
dan metode analitis. Metode grafis dapat dibagi menjadi 3 metode yakni metode segitiga,
metode jajar genjang dan metode polygon. Metode analitis juga dapat dibagi menjadi 3, yakni
metode sinus, metode kosinus dan metode vektor komponen. Metode vektor yang lazim
digunakan adalah metode jajar genjang untuk menentukan resultan 2 buah vektor dan metode
vektor komponen untuk menentukan resultan banyak vektor.
2
FISIKA DASAR
c. Diagonal jajar genjang merupakan resultan atau hasil penggabungan vektor F 1 dan vektor F2
2. Metode Segitiga
1. Lukislah vektor F1 dengan titik tangkap di titik O
O F1
3. Metode Poligon
Jika ada tiga vektor atau lebih, maka tidak mungkin menjumlahkan vektor-vektor
tersebut dengan metode jajar genjang atau metode segitiga. Oleh karena menggunakan
metode poligon. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar berikut
3
FISIKA DASAR
Pada gambar di atas terdapat tiga buah vektor yang akan dicari resultannya. Adapun
resultan ketiga vektor,sebagai berikut.
Perkalian titik atau dot product dua buah vektor didefinisikan sebagai perkalian antara
besar salah satu vektor (missal A) dengan komponen vektor kedua (B) pada arah vektor
pertama (A). Pada gambar di atas, komponen vektor B pada arah vektor A adalah B cos α. Dari
pengertian perkalian titik tersebut, maka rumus atau persamaan perkalian titik antara
vektor A dan vektor B dapat dituliskan sebagai berikut.
4
FISIKA DASAR
K=1
90° 90°
90° i
K
5
FISIKA DASAR
A = Ax i + Ay j + Azk
B = B x i + B y j + B zk
Maka
Perkalian silang atau cross product dua buah vektor, misalkan antara vektor A dan
vektor B yang dituliskan sebagai A × B didefinisikan sebagai perkalian antara vektor A dengan
komponen vektor B yang tegak lurus vektor A. Pada gambar di atas, komponen vektor B yang
tegak lurus vektor A adalah B sin α. Dari definisi tersebut, secara matematis perkalian
silang antara vektor A dan B dapat dituliskan dengan rumus atau persamaan sebagai berikut:
6
FISIKA DASAR
AXB=C
IA X BI = AB Sin α
Keterangan:
α = sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B dengan 0o ≤ 𝛼 ≤ 180o
C = vektor lain hasil perkalian silang antara vektor A dan B
|A x B| = besar vektor hasil perkalian silang antara vektor A dan B
i × i = 1.1 sin 0o = 0
j × j = 1.1 sin 0o = 0
k × k = 1.1 sin 0o = 0
Dan konsep yang kedua adalah perkalian silang antara vektor satuan yang tidak sejenis
(ex. i × j), dimana hasil dapat ditentukan dengan menggunakan siklus perkalian silang vektor
satuan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Dengan menggunakan konsep perkalian silang antara vektor satuan sejenis dan juga
siklus perkalian silang di atas, kita dapat menentukan hasil perkalian silang dua vektor satuan
dengan sangat mudah. Misalkan terdapat dua vektor berikut ini.
7
FISIKA DASAR
A×B = 0 + Axi x Byj + Axi x Bzk + Ayj x Bxi + 0 + Ayj x Bzk + Azk x Bxi + Azk xByj + 0
A×B = Axi x Byj + Axi x Bzk + Ayj x Bxi + Ayj x Bzk + Azk x Bxi + Azk x Byj
→ dengan menggunakan siklus perkalian silang maka
8
FISIKA DASAR
2.5. Soal
Jawab :
= R√A2 + B 2 + 2. A. B. cos θ
= √1200
= √400 x 3 = 20√3 N
Jawab :
rumus perkalian titik antara vektor A dan B adalah sebagai berikut :
A . B = |A|.|B| cos α
Kedua kita tentukan besar perkalian titik vektor satuannya sebagai berikut
A . B = AxBx + AyBy + AzBz
A . B = 2 . 1 + 5 . 2 + 3 . (– 3)
A . B = 2 + 10 – 9
A.B=3
9
FISIKA DASAR
Jawab :
Hasil perkalian
|A × B| = AB sin α
A = √(12 + 12 + 12) = √3
B = √(32 + 12 + 22) = √14
|A × B| = √{(12 + 12 + (-22)} = √6
maka
√6 = (√3)(√14) sin α
√6 = √42 sin α
sin α = √6/√42
sin α = 0,378
α ≈ 22,21o
10
FISIKA DASAR
DAFTAR PUSTAKA
11