Anda di halaman 1dari 37

Tugas Makalah

PENGGUNAAN KUALITAS AIR MARJINAL PADA


PERTANIAN, PELUANG DAN TANTANGAN

Oleh :

SARIF ROBO
A155140041

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

KATA PENGANTAR
Manajemen Sumber Daya Air Terpadu

merupakan mata kuliah wajib di

Program Pascasarjana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang memiliki


beban 2 SKS. Dalam proses perkuliahan terdapat berbagai macam tugas yang wajib
diselesaikan oleh mahasiswa salah satunya yaitu mengerjakan makalah individu yang
yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah dengan judul yang berbeda-beda.
Dalam kesempatan kali ini penulis berkesempatan menulis makalah dengan judul
Penggunaan Kualitas Air Marjinal

Pada Pertanian Peluang dan Tantangan.

Tujuan dari penulisan makalah ini supaya mahasiswa dapat mengetahui trend
pengelolaan air yang ada di dunia serta menambah pengetahuan dan wawasan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu segala
kritikan dan saran yang membangun akan diterima untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun maupun
peserta.
Bogor, 21 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Teks

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

iv

BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................................

Tujuan Penulisan .......................................................................................

Manfaat Penulisan .....................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN


Situasi dan Prospek .....................................................................................

a. Risiko Air Limbah Meminimalkan Resiko Ketika Mencapai Sasaran


Kehidupan ...........................................................................................

b. Meningkatnya Penggunaan Air Salin dan Sodik Dengan Meningkatnya


Persaingan Untuk Air Tawar ..............................................................

Dampak Penggunaan Kualitas Air Marjinal ...............................................

a. Dampak Air limbah pada Kesehatan Manusia, Lingkungan, dan


Ekonomi ............................................................................................

b. Dampak Air Salin dan Sodik Terhadap Tanah, Tanaman, dan


Hasil. ..................................................................................................

12

Respon dan Strategi Pengelolaan Air Kualitas Marjinal .............................


a. Mengurangi Resiko Air Limbah .........................................................

13
13

b. Peningkatan Pengelolaan Air Salin dan Sodik ...................................

17

Kebijakan Dan Lembaga yang Berkaitan Dengan Kualitas Air Marjinal ...

21

a. Penetapan Hak Milik Untuk Air Limbah ............................................

21

b. Air Limbah : Sumberdaya yang Membutuhkan Pengelolaan


yang Baik ...........................................................................................

22

c. Menerapkan Insentif Ekonomi ............................................................

22

d. Meningkatkan Manajemen Keuangan ................................................

23
ii

e. Melindungi Dan Memberikan Kompensasi Orang Miskin .................

23

f. Berkonsultasi Secara Luas Dengan Individu Dan Organisasi .............

23

g. Melakukan Program Kesadaran Masyarakat ......................................

24

h. Dukungan Penelitian, Pengembangan, dan Pemantauan ....................

24

i. Memperkuat Kemauan Politik .............................................................

24

j. Meminimalkan Resiko Ketidakpastian ................................................

25

k. Meningkatkan Pengelolaan Air Salin dan Sodik ................................

25

l. Memperkuat Kebijakan dan Institusi Regional ...................................

26

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .............................................................................................

27

Saran .......................................................................................................

27

DAFTAR PUSTAKA

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

Gambar 1. Perempuan Vietnam panen tanaman air yang dapat dimakan


dari sumber air yang tercemar ..................................................

Gambar 2. Sumber air irigasi di daerah perkotaan dan pinggiran kota


(Sumber : Raschid-Sally and Jayakody forthcoming)..............

iv

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

Tabel 1. Kematian tahunan global dan cacat-disesuaikan tahun


hidup yang hilang di sebabakan oleh beberapa
penyakit yang relevan dengan penggunaan air limbah
di bidang pertanian ........................................................

Tabel 2. Hasil Panen Menggunakan Air Dicampuran Adalah


Sama Dengan yang di Peroleh Dengan Menggunakan
Air Tawar.......................................................................

19

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air memegang peranan penting di dalam kehidupan manusia dan juga makhluk
hidup lainnya. Oleh Manusia air dipergunakan untuk minum, memasak, mencuci dan
mandi. Di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang,
industri, dan masih banyak lagi. Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat,
energi, unsur, atau komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air
terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan
warna.
Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja
telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya,
pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada
di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan,
kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang
tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming.
Jutaan petani kecil di seluruh dunia mengairi lahan dengan kualitas air marjinal,
dan sering kali karena mereka tidak memiliki alternatif lain dalam mengari lahan
mereka. Ada beberapa jenis utama dari air marjinal yaitu air marjinal dari daerah
perkotaan, pinggiran kota, air salin, air drainase pertanian dan air tanah. Sekitar kota
di negara-negara berkembang, para petani menggunakan air limbah bersumber dari
perumahan, komersial, dan industri, kadang-kadang diencerkan tetapi sering tanpa
pengobatan. Kadang-kadang petani di daerah hulu dan bagian hilir (skema irigasi)
skala besar dengan campuran air saluran, air drainase, salin, dan air limbah.
Sedangkan yang lain mengairi dengan air salin atau air tanah sodik, baik secara
langsung atau bersama dengan air permukaan yang kualitasnya lebih tinggi.
kebanyakan dari para petani tidak bisa mengontrol volume dan kualitas air yang
mereka terima.
Limbah sering berisi berbagai polutan: salin, logam, metaloid, patogen, sisa
obat, senyawa organik, senyawa endocrine disruptor, dan residu aktif produk
perawatan pribadi. Setiap komponen ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan. Petani dapat menderita efek kesehatan yang merugikan dari kontak
dengan air limbah, sementara konsumen beresiko dari makan sayuran dan sereal
irigasi dengan air limbah. Aplikasi air limbah harus hati-hati dikelola untuk
penggunaan yang efektif.
Berbeda dengan air limbah, air salin dan sodik mengandung salin yang dapat
merusak pertumbuhan tanaman tapi jarang mengandung logam atau patogen. Namun,
dapat menyebabkan salinisasi tanah dan genangan air, yang mengganggu
produktivitas jutaan hektar lahan pertanian. Keberhasilan irigasi dengan air salin atau
sodik membutuhkan pengelolaan yang cermat untuk mencegah degradasi pada lahan,
dan mengurangi produktivitas hasil panen dalam jangka panjang.
Tantangan bagi pejabat publik adalah untuk menetapkan kebijakan yang
memungkinkan petani untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan dengan sumber
1

daya air yang terbatas sekaligus melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Banyak petani kecil di negara berkembang menggunakan air limbah yang tidak
diberikan perlakuan khusus atau diencerkan untuk irigasi dan mereka cenderung
merasa beruntung memiliki pasokan air, mengingat ketidakmampuan mereka untuk
membeli air dengan kualitas yang lebih tinggi atau untuk memompa air tanah. Petani
tidak diragukan untuk memilih mengairi dengan air nonsalin, tetapi dibanyak daerah
hanya air salin atau sodik tersedia. Pasokan irigasi bagi petani dalam porsi hulu dalam
skema irigasi sering kali berisi air salin drainase pada petani hilir. Di beberapa daerah
di negara-negara industri petani menggunakan kembali air drainase salin karena
kebijakan lingkungan mencegah mereka dari pemakaian air sungai atau danau.
Permintaan didorong oleh imbalan hasil yang menarik petani bisa mendapatkan
dari memproduksi buah-buahan dan sayuran di daerah perkotaan dan pinggiran kota.
Permintaan juga meningkat dengan meningkatnya persaingan untuk sumber daya air
yang terbatas di daerah delta dalam skema irigasi skala besar. Pasokan air limbah
mengembang dengan pertumbuhan penduduk di kota-kota besar, dan desa-desa di
seluruh dunia. Dalam banyak komunitas volume air limbah meningkat lebih cepat
dari pada kemampuan untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas pengolahan,
dan sebagai hasilnya lebih air limbah dilepaskan ke selokan terbuka atau dibuang ke
saluran pembuangan pertanian.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang
penggunaan kulaitas air limbah pada pertanian antara peluang dan tantangan yang
dihadapi.
Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa referensi tentang
pengelolaan air limbah di dunia yang telah banyak dilakukan oleh negara-negara
berkembang dan negara maju terkait dengan pengelolaan limbah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
Situasi dan Prospek
a. Risiko Air Limbah Mem
Kehidupan

inimalkan Resiko Ketika Mencapai Sasaran

Penggunaan air oleh rumah tangga, kota, dan industri menghasilkan limbah
yang mengandung beban/unsur yang tidak diinginkan. Limbah industri sering
mengandung logam, metaloid, dan senyawa volatil atau semivolatile, sedangkan
limbah domestik sering mengandung patogen. Air limbah dari rumah tangga, kota,
dan industri harus diberi perlakuan sebelum dibuang atau digunakan kembali untuk
mencegah dampak negatif kesehatan dan lingkungan, terutama dimana petani
menggunakan air limbah untuk irigasi. Volume air limbah meningkat dengan
pertambahan jumlah penduduk perkotaan, taraf hidup membaik, dan pembangunan
ekonomi. Volume besar air limbah dikembalikan ke sistem hidrologi di daerah
perkotaan, di mana hanya 15% - 25% dari air dialihkan atau ditarik untuk
dikonsumsi. Di kebanyakan kota di negara berkembang ada sedikit atau tidak ada
pengolahan air limbah (WHO dan UNICEF 2000). Di Asia 35% dari air limbah
diolah; di Amerika Latin, 14% dipakai.
Air kualitas marginal termasuk air limbah perkotaan, air drainase pertanian, dan
air salin dan air tanah sodik.

Air limbah perkotaan biasanya mengacu pada limbah domestik, limbah dari
perusahaan komersial dan lembaga, limbah industri, dan air hujan. Banyak
petani menggunakan air dengan pemeberian perlakuan atau tidak beri
perlakuan air limbah untuk irigasi. Di beberapa daerah air limbah dibuang ke
saluran air pertanian, dan petani menggunakan air campuran untuk irigasi.
Air drainase pertanian termasuk aliran permukaan dan perkolasi yang
bergerak melalui parit permukaan atau dikumpulkan dalam sistem drainase
buatan. Air drainase sering mengandung salin, bahan kimia pertanian dan
nutrisi, dan gipsum.
Air permukaan dan air tanah sodik mengandung salin yang berasal dari reaksi
yang terjadi sebagai air bergerak melalui profil tanah dan reaksi yang terjadi dalam
lapisan tanah di mana tanah salin berada. Air salin dan sodik juga dapat mengandung
logam, metaloid, dan patogen yang masuk tanah dari kegiatan berbasis lahan, dari
rumah tangga, kota, dan industri harus diberikan diperlakuan sebelum dibuang atau
digunakan kembali untuk mencegah dampak negatif kesehatan dan lingkungan,
terutama di mana petani menggunakan air limbah untuk irigasi.

Gambar 1. Perempuan Vietnam panen tanaman air yang dapat dimakan dari sumber
air yang tercemar
Di seluruh dunia lebih dari 800 juta petani terlibat dalam sektor pertanian baik
perkotaan dan pinggiran kota (UNDP 1996). Terdapat dari 200 juta petani yang
mengkhususkan diri dalam bertani bergantung pada irigasi. Di negara berkembang
petani mengandalkan air limbah mentah atau diencerkan ketika sumber kualitas air
yang lebih baik tidak tersedia (lihat gambar). Pertanian irigasi penting di iklim panas
dari negara berkembang di mana transportasi dan penyimpanan berpendingin
terbatas. Petani meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan memproduksi
tanaman yang mudah rusak seperti sayuran berdaun untuk dijual di pasar lokal,
menyediakan pasokan sayuran yang kaya vitamin. Di banyak kota 60% -90% dari
sayuran yang diproduksi di dalam kota atau di pinggir kota. Meskipun keragaman
pola makan perkotaan, banyak warga beresiko ketika mengkonsumsi sayuran yang
diairi dengan air limbah, ini adalah perhatian utama bagi pemerintah kota. Strategi
pengurangan risiko kesehatan sementara dibutuhkan dimana fasilitas pengolahan air
limbah belum tersedia. Berikut ini adalah sumber air irigasi di daerah perkotaan dan
pinggiran kota seperti terlihat pada histogram berikut ini.

Air limbah Air limbah


diencerkan atau yang tidak
diolah
air tercemar

Air tanah

air limbah
dengan
perlakuan

Sungai

Badan air
permukaan
lainnya

Tadah
hujan

Saluran
irigasi

Drainase
terbuka

Gambar 2. Sumber air irigasi di daerah perkotaan dan pinggiran kota (Sumber :
Raschid-Sally and Jayakody forthcoming)
Sistem drainase perkotaan di negara-negara berkembang adalah campuran air
limbah domestik, industri dan air hujan, sering kali pemakaian air limbah dari saluran
air alami, mencemari air yang digunakan oleh petani dan pengguna akhir lainnya
(Scott, Faruqui, dan Rasyid-Sally 2004). Polusi air tersebut dan penggunaan air
limbah ini untuk irigasi di daerah perkotaan dan pinggiran kota meningkat dibanyak
negara. Prioritas pemerintah bagaimana manajemen dan pengolahan air limbah. Di
banyak kota di Asia dan Afrika pertumbuhan penduduk telah melampaui perbaikan
sanitasi dan infrastruktur air limbah, membuat pengelolaan air limbah perkotaan tidak
efektif. Di India hanya 24% dari limbah rumah tangga dan industri dipakai, dan di
Pakistan, hanya 2% (IWMI 2003; Minhas dan Samra 2003). Di Accra, Ghana, hanya
10% dari air limbah dikumpulkan dalam sistem pipa untuk pembuangan kotoran dan
menerima perawatan primer atau sekunder (Drechsel, Blumenthal, dan Keraita 2002;
Scott, Faruqui, dan Rasyid-Sally 2004). Sebagian besar negara berkembang tidak
mampu untuk membangun dan mengoperasikan pabrik pengolahan atau sistem
saluran pembuangan dengan kapasitas yang memadai, sehingga sebagian besar air
limbah dibuang ke saluran air tanpa pengolahan.
Perkiraan yang dapat diandalkan dari perkiraan penggunaan air limbah
diperlukan untuk perencanaan dan manajemen. Kecuali untuk beberapa penilaian
yang dilakukan di India, Pakistan, dan Vietnam, informasi yang terbatas pada tingkat
penggunaan air limbah di bidang pertanian membuat estimasi penggunaan masa
depan sulit. Pengumpulan data dan perbandingan yang sulit, antara lain karena
5

kurangnya diterima secara universal perbedaan pendapat diantara satu dengan lainnya
(Van der Hoek 2004). Dalam beberapa kasus informasi tentang penggunaan pertanian
limbah ada, tapi kebijakan pemerintah membuat akses yang sulit atau informasi yang
tersedia hanya dalam literatur lokal atau nasional. Daerah diperkirakan akan lebih
besar jika lahan irigasi dari sungai dan saluran yang dianggap sebagai tempat
pembuangan air limbah yang digunakan untuk pertanian, budidaya, dan tujuan
nonpertanian. Selain penggunaan air limbah oleh petani skala kecil untuk
menghasilkan sayuran segar dan tanaman lainnya di daerah perkotaan dan pinggiran
kota, air limbah yang digunakan untuk memproduksi biji-bijian, pakan ternak, dan
tanaman industri. Di negara-negara maju air limbah diolah digunakan dalam taman,
di lapangan olahraga, dan penanaman jalan. Air limbah yang digunakan dalam
budidaya di Afrika, Asia Tengah, dan Asia Selatan dan Tenggara (Bangladesh,
Kamboja, Cina, India, Indonesia, dan Vietnam). Air limbah diolah juga digunakan
untuk tujuan lingkungan (lahan basah, satwa liar perlindungan, habitat riparian, danau
perkotaan dan kolam), fungsi industri (pendinginan, mendidih, pengolahan), aplikasi
nonpotable (pemadam kebakaran, AC, kontrol debu, toilet pembilasan), dan resapan
air tanah (Asano 1998; Lazarova dan Bahri 2005)
Air limbah telah didaur ulang dibidang pertanian selama berabad-abad sebagai
sarana pembuangan dikota-kota seperti Berlin, London, Milan, dan Paris (AATSE
2004). Di Cina, India, dan Vietnam air limbah telah digunakan untuk memberikan
nutrisi dan memperbaiki kualitas tanah. Dalam beberapa tahun terakhir air limbah
telah memperoleh tempat penting di daerah-daerah langka air. Di Pakistan 26% dari
produksi sayuran nasional irigasi dengan air limbah. Setiap perubahan praktek ini
akan mengurangi pasokan sayuran ke kota-kota (Ensink dkk, 2004). Di Hanoi 80%
produksi sayuran dari daerah perkotaan dan pinggiran kota dengan irigasi air limbah
dan air dari Delta Sungai Merah, yang menerima drainase limbah dari kota (Lai
2000). Sekitar Kumasi, Ghana, irigasi informal yang melibatkan air limbah
diencerkan dari sungai terjadi pada sekitar 11.500 ha, luas lebih besar dari tingkat
pemakaian yang dilaporkan irigasi resmi di negara itu. (Keraita dan Drechsel 2004).
Di Meksiko sekitar 260.000 ha yang irigasi dengan air limbah, sebagian besar tidak
beri perlakuan (Mexico CNA 2004).
Di Amerika Serikat penggunaan kembali air limbah dikota menyumbang 1,5%
dari pasokan air pada tahun 2000. California warga menggunakan kembali 656 juta
meter kubik air limbah kota setiap tahunnya. Di Tunisia air reklamasi menyumbang
4,3% dari sumber daya air yang tersedia pada tahun 1996 dan bisa mencapai 11%
pada tahun 2030. Di Israel air limbah menyumbang 15% dari sumber daya air pada
tahun 2000 dan bisa mencapai 20% pada tahun 2010.
Di banyak daerah ada sikap tak campur tangan terhadap penggunaan air limbah,
sebagai otoritas pemerintah menghadapi tantangan yang lebih penting dari
pertumbuhan penduduk perkotaan dan pengentasan kemiskinan. Dengan sedikit
alokasi dana untuk pengumpulan air limbah dan pengobatan, negara tidak bisa
menegakkan larangan penggunaan pertanian limbah cair. Beberapa pejabat publik
6

menganggap penggunaan pertanian sebagai pilihan pembuangan yang layak untuk air
limbah. Beberapa lembaga menjual air limbah kepada petani. Pejabat ditantang untuk
menemukan cara untuk meminimalkan potensi resiko kesehatan dan lingkungan
sementara memungkinkan masyarakat untuk mencapai tujuan kehidupan. Ada juga
dampak potensial terhadap perdagangan internasional. Beberapa negara mungkin
menolak pengiriman komoditas pertanian yang dihasilkan dengan air tercemar.
b. Meningkatnya Penggunaan Air Salin dan Sodik Dengan Meningkatnya
Persaingan Untuk Air Tawar
Aliran air permukaan dan drainase air bawah permukaan dapat digunakan
kembali untuk irigasi, menyediakan perawatan memadai yang diambil untuk
meminimalkan kerusakan pada tanaman dan menjaga keseimbangan air salin. Sistem
drainase buatan telah dipasang diberbagai daerah kering untuk mencegah kerusakan
tanaman dari air salin yang tinggi. Di beberapa daerah meningkat dalam intensitas
tanam, penggunaan berlebihan bahan kimia pertanian, metode irigasi yang tidak
pantas, dan irigasi tanah salin telah menyebabkan peningkatan salinitas air drainase.
(Skaggs dan Van Schilfgaarde 1999). Untuk menjaga keseimbangan salin dalam zona
akar, drainase salinitas air harus lebih tinggi dari salinitas air irigasi. Dalam beberapa
kasus air drainase dapat melarutkan dan menggantikan unsur berpotensi racun.
Dengan meningkatnya persaingan untuk air tawar banyak masyarakat di
negara-negara langka air menggunakan air salin dan tanah sodik untuk kebutuhan
rumah tangga dan irigasi. Sumber air tanah yang lebih dimanfaatkan di banyak
daerah, karena sebagian meningkatkan kompetisi untuk persediaan air permukaan dan
sebagian kebijakan yang mendorong penggunaan yang berlebihan, seperti listrik
gratis atau murah untuk memompa air tanah. Di beberapa daerah kualitas air tanah
telah memburuk dengan meningkatnya tingkat penarikan air tanah.
Di India diperkirakan 32 miliar dari 135 miliar meter kubik air tanah per tahun
ditarik adalah air salin. (Minhas dan Samra, 2003). Hasil tanah salin terjadi terjadi
karena reaksi air yang bergerak melalui profil tanah dan dari reaksi yang terjadi
dalam lapisan tanah. Irigasi dengan air tanah salin dapat menurunkan kualitas tanah,
menyebabkan dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil.
Investasi besar dalam reklamasi lahan yang diperlukan untuk mengembalikan
produktivitas di beberapa daerah.
Di Bangladesh dan Bengal Barat di India tanah mengandung kadar arsenik,
metalloid berpotensi toksik (Adeel 2001). Penggunaan terus-menerus air yang
terkontaminasi arsenik untuk minum menyebabkan masalah kesehatan yang efeknya
penuh hanya terlihat pada tahap akhir pembangunan. Di India sekitar 66 juta orang
minum air tanah yang mengandung fluoride yang berlebihan, yang menyebabkan
bintik-bintik, kelainan bentuk tulang yang melumpuhkan dan masalah kesehatan
lainnya.
Penggunaan kembali air drainase pertanian telah meningkat dengan perluasan
pertanian irigasi, terutama sejak 1950. daerah irigasi global telah berkembang dari
140 juta ha pada tahun 1960 menjadi sekitar 270 juta ha saat ini. Sekitar 20% dari
7

luas irigasi global dipengaruhi oleh berbagai tingkat salinitas dan kadar sodium
(Ghassemi, Jakeman, dan Nix 1995). Secara global, efisiensi irigasi pada urutan 50%,
menunjukkan penggunaan volume besar air drainase di bidang pertanian. Air tanah
salin juga digunakan untuk irigasi semakin di daerah langka air. Para analis umumnya
sepakat bahwa penggunaan pertanian perairan ini akan sangat penting dalam
mendapatkan keseimbangan air secara keseluruhan. Dengan tekanan untuk
menghasilkan produksi lebih, maka eksploitasi berlebihan air berkualitas baik di
banyak negara berkembang dengan tingkat yang mengkhawatirkan. Penurunan muka
air tanah dan risiko kontaminasi air tanah berkualitas rendah. Selain itu, tren terbaru
dalam perubahan iklim dan intrusi air asin menunjukkan pengaruh volume yang lebih
besar dari perairan ini dalam produksi pertanian di wilayah pesisir di tahun-tahun
mendatang.
Penggunaan air drainase salin dan air tanah sodik bervariasi antara negaranegara. Mesir menggunakan sekitar 5 miliar meter kubik air drainase untuk irigasi di
Delta Nil. Pencampuran air drainase dengan air tawar. Selain itu, petani di hilir irigasi
menggunakan kembali air irigasi yang diperkirakan 2,8 miliar meter kubik air
drainase secara tidak resmi. Sistem drainase juga menampung air yang tidak di
berikan perlakuan dan air limbah yang diberikan perlakuan (APP 2002). Di India,
seperti dicatat, diperkirakan 32 miliar meter kubik salin dan air tanah sodik yang
ditarik setiap tahun.
Drainase air pertanian telah digunakan untuk produksi ikan selama lebih dari 20
tahun di bagian selatan Danau Edko, Mesir. Kolam ikan mencakup lebih dari 3.200
ha lahan yang terlalu asin untuk mendukung produksi tanaman. Ukuran kolam yang
khas adalah 4 ha, dan produksi tahunan rata-rata ikan nila, ikan mas perak, dan belut
adalah 0,8 ton per hektar, menghasilkan pendapatan tahunan sekitar $ 400 per hektar.
Petani di daerah pesisir dekat Danau Edko menggunakan air drainase untuk
mengairi sayuran dan buah-buahan, termasuk bawang, tomat, paprika, mentimun,
semangka, apel, jambu biji, delima, dan buah anggur. Tanah ditingkatkan dengan
menambahkan pasir dari bukit terdekat untuk lapisan atas tanah. Curah hujan tahunan
sekitar 200 milimeter terjadi di musim dingin. Air limbah irigasi dengan sistem tetes
mendukung produksi tanaman dalam musim lainnya. Biaya investasi rata-rata adalah
sekitar $ 2.700 per hektar (IPTRID 2005).
Dampak Penggunaan Kualitas Air Marjinal
Memahami risiko sangat penting untuk mencegah dampak buruk ketika
mengairi dengan air limbah atau air salin dan sodik. Pembuangan air limbah yang
tidak diberi perlakuan akan mencemari air tawar dan menyebabkan merugikan
kesehatan dan dampak lingkungan, sedangkan penggunaan yang tidak tepat salin dan
air sodik menyebabkan salinisasi tanah dan penurunan kualitas air yang dapat
membatasi pilihan tanaman dan mengurangi hasil

a. Dampak Air limbah pada Kesehatan Manusia, Lingkungan, dan


Ekonomi
Pembuangan air limbah yang tidak beri perlakuan mencemari air tawar, yang
mempengaruhi potensi untuk kegunaan lainnya, dan menyebabkan kesehatan manusia
dan dampak lingkungan. Kegagalan untuk menangani dan mengelola air limbah
menghasilkan efek yang merugikan kesehatan (table .1). Di-negara berpenghasilan
rendah perempuan dan anak-anak yang paling rentan terhadap penyakit yang
ditularkan melalui air. Di India Sungai Gangga menerima sekitar 120.000 meter
kubik limbah limbah per hari, yang mempengaruhi penggunaan domestik dan
pertanian hilir dan mengancam kesehatan manusia. Selain itu, air tanah
terkontaminasi oleh pembuangan air limbah (Foster, Gale, dan Hespanhol 1994).
Manajemen risiko diperlukan untuk mencegah merugikan lingkungan,
kesehatan, dan dampak yang terkait dengan gender. Irigasi dengan air limbah tanpa
menerapkan langkah-langkah manajemen risiko dapat menyebabkan kontaminasi air
tanah di bawah bidang irigasi atau selama resapan air tanah, terutama ketika air
limbah mengandung limbah industri yang tidak diberi pelakuan (Ensink dkk, 2002);
akumulasi patogen dengan risiko yang terkait tinggi dimana air tanah yang digunakan
untuk minum (Attia dan Fadlelmawla 2005); dan akumulasi bertahap dari salin,
logam, dan metaloid dalam larutan tanah dan kapasitas tukar kation yang mungkin
menjadi racun bagi tanaman.
Tabel 1. Kematian tahunan global dan cacat-disesuaikan tahun hidup yang hilang di
sebabakan oleh beberapa penyakit yang relevan dengan penggunaan air
limbah di bidang pertanian
Jumlah
Penyakit
DALY a
Komentar
kematian
Hampir semua (99,8%) kematian terjadi di
Diare
1.798.000 61.966.000 negara berkembang, sebagian besar (90%)
dari mereka di antara anak-anak
Demam tifoid
600.000
Diperkirakan 16 juta kasus per tahun
Diperkirakan 1,45 miliar infeksi; 350 juta
Ascariasis
3.000
1.817.000
menderita efek kesehatan yang merugikan
Penyakit cacing
Diperkirakan 1,3 miliar infeksi; 150 juta
3.000
59.000
tambang
menderita efek kesehatan yang merugikan
Vektor nyamuk filariasis berkembang biak
Lymphatic
di air yang terkontaminasi; tidak
0
5.777.000
Filariasis
menyebabkan kematian tetapi menyebabkan
cacat berat
Diperkirakan 1,4 juta kasus per tahun; bukti
Hepatitis A
serologis infeksi sebelumnya berkisar antara
15% sampai hampir 100%
Sumber: Diadaptasi dari WHO tahun 2006.
9

Catatan : - Tidak tersedia


Tabel diatas tentang penilaian penyakit yang berpotensi disebabkan polusi
yang disebabkan oleh penggunaan air limbah di bidang pertanian.
DALYa, atau cacat disesuaikan tahun hidup yang hilang karena penyakit,
mencerminkan waktu yang hilang akibat kecacatan atau kematian dari
penyakit, dibandingkan dengan umur panjang bebas dari kecacatan tanpa
adanya penyakit. DALY menggambarkan kesehatan populasi atau beban
penyakit akibat penyakit atau risiko faktor tertentu.
Risiko kesehatan manusia dari air limbah termasuk paparan patogen, infeksi
cacing, dan logam berat. Sayuran dimakan mentah, dapat mengirimkan kontaminasi
dari ladang pertanian kepada konsumen. Infeksi cacing tambang ditularkan melalui
kontak langsung dengan air dan tanah yang terkontaminasi. Sebuah survei di
sepanjang Sungai Musi di India mengungkapkan transfer ion logam dari limbah cair
susu sapi melalui pakan (para rumput) irigasi dengan air limbah. Sekitar 4% dari
sampel rumput menunjukkan berlebihan kadmium, dan semua sampel menunjukkan
berlebihan. Sampel susu yang terkontaminasi dengan ion logam berkisar antara 1,2
sampai 40 kali lipat yang tidak diperbolehkan (Minhas dan Samra 2004). Sayuran
menumpuk dalam jumlah yang lebih besar dari logam tertentu seperti kadmium
daripada spesies tidak berdaun. Umumnya, konsentrasi logam dalam peningkatan
jaringan tanaman dengan konsentrasi logam dalam air irigasi, dan konsentrasi di akar
biasanya lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam daun.
Petani dan keluarga mereka menggunakan air limbah yang tidak diberikan
perlakuan rentan terhadap risiko kesehatan dari cacing parasit, virus, dan bakteri.
Banyak petani tidak mampu membayar pengobatan untuk beberapa masalah
kesehatan yang disebabkan akibat air irigasi tersebut. Umumnya, petani mengairi
dengan air limbah memiliki tingkat kerentanan lebih tinggi dari infeksi cacing dari
pada petani menggunakan air tawar, tetapi ada pengecualian (Trang dkk, 2006).
Selain itu, masalah kulit dan kuku lebih sering terjadi di antara petani yang
menggunakan air limbah (Van der Hoek dkk, 2002).
Implikasi jender penggunaan air limbah muncul dari peran perempuan dalam
pertanian. Perempuan memberikan banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memproduksi sayuran, terutama di negara-negara berkembang. Mereka juga
melakukan banyak penyiangan dan tanam, tugas-tugas yang dapat mengekspos
mereka untuk waktu yang lama kontak dengan air limbah. Perempuan juga lebih
rentan daripada anggota rumah tangga lainnya dengan dampak kesehatan ketika
pasokan air domestik tercemar oleh limbah. Wanita umumnya menyiapkan makanan,
menciptakan kesempatan untuk mentransfer patogen kepada anggota keluarga yang
lain kecuali kebersihan yang baik dipertahankan. Risiko tambahan transfer patogen
yang lebih besar dalam rumah tangga yang biasanya praktik kebersihan yang baik. Di
banyak daerah di negara-negara berpenghasilan rendah air limbah adalah salah satu
dari beberapa sumber patogen. Meskipun demikian, perbaikan dalam kebersihan
persiapan makanan dapat mengurangi risiko dampak kesehatan akibat mengkonsumsi
tanaman irigasi dengan air limbah. Perempuan juga memiliki kesempatan untuk
10

mempromosikan intervensi pengurangan risiko dalam produksi sayuran dan


pemasaran, mengingat peran kunci mereka dalam kegiatan tersebut.
Ukuran daerah irigasi dengan air limbah dan volume air yang digunakan tidak
statistik yang cukup untuk menilai implikasi potensial dari penggunaan air limbah di
bidang pertanian. Ketakutan terhadap dampak ekonomi dalam perdagangan produk
pertanian dapat membuat pemerintah enggan untuk mengakui penggunaan air limbah
untuk irigasi dan mencegah mereka dari melaksanakan langkah-langkah mitigasi.
Pasar ekspor Jordan serius terpengaruh pada tahun 1991 ketika negara-negara di
kawasan ini dibatasi impor buah-buahan dan sayuran irigasi dengan tidak beri
perlakuan kusus terhadap air limbah (McCornick, Hijazi, dan Sheikh 2004). Jordan
menerapkan kampanye agresif untuk merehabilitasi dan memperbaiki instalasi
pengolahan air limbah dan memperkenalkan standar hukum untuk melindungi
kesehatan pekerja lapangan dan konsumen. Pemerintah terus fokus pada situasi yang
sensitif ini, mengingat pentingnya perdagangan internasional. Contoh ini
menunjukkan bahwa dampak penggunaan air limbah dapat langsung dan luas.
Persepsi umum di kalangan pembuat kebijakan dan masyarakat adalah bahwa
menggunakan air limbah yang tidak diolah di bidang pertanian adalah tidak sehat dan
dan praktek tidak boleh dipromosikan. Shuval dkk (1986) dan Blumenthal dkk (2001)
menunjukkan bahwa penggunaan air limbah dapat meningkatkan risiko infeksi
nematoda usus, terutama Ancylostoma (cacing tambang) dan Ascaris, di petani di
India dan Meksiko. Orang lain telah menunjukkan bahwa di Mesir, Jerman, dan Israel
konsumsi sayuran irigasi dengan air limbah dapat meningkatkan risiko Ascaris dan
infeksi Trichyris di masyarakat umum (Shuval, Yekutiel, dan Fattal 1984). Wabah
demam tifoid dan peningkatan risiko penyakit enterik juga telah dikaitkan dengan
konsumsi sayuran irigasi dengan air limbah. Banyak penelitian yang menunjukkan
dampak negatif terhadap kesehatan kurang ketelitian statistik, namun (Blumenthal
dan Peasey 2002), dan belum mengukur konsentrasi patogen dalam air yang
digunakan. Selain itu, kebanyakan studi yang telah menyelidiki risiko dari konsumsi
sayuran irigasi dengan air limbah telah menghubungkan prevalensi tinggi infeksi
pada populasi dengan meluasnya penggunaan air limbah di bidang pertanian. Studi
epidemiologis yang cacat, karena mereka tidak menilai risiko eksposur pada tingkat
individu. Terlalu sedikit penelitian yang dikombinasikan komponen epidemiologi
dengan penilaian kualitas air dan penilaian risiko mikroba kuantitatif. Beberapa studi
memenuhi kriteria yang telah dilakukan dalam kondisi lingkungan, budaya dan iklim
yang berbeda, membuat perbandingan dan ekstrapolasi temuan sulit.
Komite ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia pertama meneliti masalah
kesehatan penggunaan air limbah dalam budidaya dan pertanian pada tahun 1971.
Pedoman kualitas mikroba air untuk air irigasi didirikan WHO 1973 tetapi secara
profesional pada tahun 1989 untuk 1.000 koli tinja per 100 mililiter, berdasarkan pada
temuan studi epidemiologi irigasi air limbah. Selain itu, pedoman kualitas untuk
nematoda usus direkomendasikan sebagai kurang dari 1 usus telur nematoda per liter
(WHO 1989). Pedoman yang telah direvisi dikritik bahwa kedua temuan itu terlalu
ringan dan terlalu kaku. Studi terbaru yang dilakukan di India, Pakistan, dan Vietnam
telah menantang keabsahan pedoman kualitas (cacing) air global.
11

Kebanyakan petani, konsumen, dan agen pemerintah di negara-negara


berkembang tidak sepenuhnya menyadari dampak penggunaan air limbah untuk
irigasi. Banyak petani di negara-negara berpenghasilan rendah mengairi dengan air
limbah tetapi tidak memahami risiko atau potensi dampak lingkungan. Banyak petani
yang buta huruf, kurangnya informasi yang memadai, dan telah terkena kondisi
sanitasi yang buruk untuk sebagian besar hidup mereka. Kemiskinan juga memotivasi
banyak petani untuk menggunakan air yang tersedia untuk irigasi, terlepas dari
kualitasnya. Banyak konsumen tidak menyadari bahwa produk pertanian telah diairi
dengan air limbah, sedangkan pemerintah sering memiliki pengetahuan cukup tentang
teknis dan manajemen pilihan yang tersedia untuk mengurangi risiko lingkungan dan
kesehatan.
c. Dampak Air Salin dan Sodik Terhadap Tanah, Tanaman, dan Hasil.
Kebijakan alokasi air di banyak negara belum cukup ketat untuk mencegah
kelebihan irigasi yang menyebabkan salinisasi dan genangan air. Banyak sistem
irigasi skala besar telah dibangun tanpa sistem drainase yang memadai.
Risiko penggunaan salin dan air sodik tidak tepat termasuk salinisasi tanah dan
penurunan kualitas air. Irigasi yang tidak pantas dengan salin atau air sodik
menyebabkan akumulasi salin dalam tanah, sehingga salinitas sekunder atau
sodisitas. Salinitas mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui peningkatan
tekanan osmotik dan ketersediaan yang lebih rendah dari air dalam tanah untuk
tanaman dan melalui efek khusus dari beberapa elemen pada tanaman. Sodisitas, yang
diukur dengan rasio natrium adsorpsi atau persentase natrium tukar, terutama masalah
tanah. Tanah sodik menunjukkan masalah struktural yang diciptakan oleh proses
tertentu fisik (slaking, bengkak, dan dispersi tanah liat) dan pengerasan kulit
permukaan yang mempengaruhi erosi, bibit munculnya, penetrasi akar, operasi
persiapan lahan, air dan pergerakan udara, dan kapasitas menahan air plantavailable.
Selain itu, ketidakseimbangan nutrisi tanaman tersedia dalam tanah salin yang terkena
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Peningkatan kadar salin dalam air irigasi dan tanah dapat membatasi
penanaman tanaman yang dapat menahan tingkat salinitas sekitarnya. Petani
menggunakan air salin harus mengelola irigasi hati-hati untuk meminimalkan potensi
kerugian akibat sensitivitas tanaman terhadap salinitas, toksisitas klorida, kekurangan
unsur hara-tersedia, dan kerusakan struktural tanah (Ayers dan Westcot 1985).
Pembuangan salin atau air sodik ke dalam tubuh air tawar merusak kualitas
lingkungan. Pembuangan air drainase salin ke dalam saluran dan sungai menyebar
salin dan zat beracun berpotensi di daerah yang lebih luas. Sekitar 1 miliar meter
kubik air drainase salin dibuang setiap tahun ke Sungai Efrat di Suriah, menyebabkan
dua kali lipat dari salinitas (dari sekitar 0,5-1,0 deciSiemen per meter) ketika sungai
memasuki Irak. Di Yordania kualitas air di Amman-Zarqa Basin dan Lembah Jordan
telah terpengaruh selama beberapa dekade, dengan konsekuensi untuk pertanian
beririgasi (McCornick, Grattan, dan Abu-Eisheh 2003). Antisipasi kenaikan populasi
dan pertumbuhan kegiatan ekonomi di kawasan ini akan memperburuk situasi.
Badan-badan nasional telah mengumpulkan data yang luas, termasuk data kualitas
12

air, selama bertahun-tahun di lokasi strategis. Analisis data tersebut akan


meningkatkan pemahaman tentang dinamika salinitas dan mengarahkan
pengembangan kebijakan untuk meminimalkan dampak negatif dari salinitas dan
konstituen air limbah lainnya pada pertanian irigasi.
Respon dan Strategi Pengelolaan Air Kualitas Marjinal
Banyak pilihan yang tersedia untuk meminimalisir risiko dalam menggunakan
air kualitas marjinal.
a. Mengurangi risiko air limbah
Dalam situasi yang miskin sumber daya mungkin lebih bijaksana untuk
mengelola atau meminimalkan risiko, dari pada mencoba untuk menghilangkan
risiko. Air limbah memerlukan perawatan sebelum digunakan atau dibuang ke
lingkungan. Lembaga-lembaga publik biasanya menentukan sasaran mutu air dengan
mempertimbangkan risiko kesehatan dan membutuhkan pengolahan air limbah untuk
mencapai tujuan tersebut. Tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan atau
mengurangi zat yang tidak diinginkan beracun, patogen, dan nutrisi. Kebanyakan
lembaga publik mengevaluasi potensi risiko kepada individu dan masyarakat saat
menetapkan tujuan kualitas air. Penilaian risiko direvisi dari waktu ke waktu dengan
peningkatan ilmu pengetahuan dan perubahan preferensi publik
Di banyak negara berkembang biaya operasi dan pemeliharaan dan kurangnya
keterampilan yang dibutuhkan adalah keterbatasan utama pada kapasitas pengolahan
air limbah. Dalam situasi ini pengolahan dapat dilakukan secara bertahap dengan
terlebih dahulu memperkenalkan fasilitas pengolahan primer, terutama di mana air
limbah digunakan secara langsung untuk irigasi. Pengobatan sekunder dapat
diimplementasikan di beberapa daerah menggunakan pilihan harga yang murah,
seperti kolam limbah stabilisasi, lahan basah dibangun, dan aliran permukaan reaktor
anaerobik lapisan lumpur (Mara 2003).
Karena kendala yang lebih besar, koleksi air limbah dan pengolahan sistem
terpusat. Sistem desentralisasi yang lebih fleksibel dan kompatibel dengan tuntutan
lokal untuk digunakan limbah yang telah muncul di banyak daerah. Beberapa
komunitas lebih memilih untuk mengoperasikan dan memelihara sistem lokal untuk
memastikan jangka panjang operasi dan keberlanjutan keuangan. Namun, pabrik
pengolahan skala kecil tidak efektif ketika kapasitasnya terlampaui.
Kualitas air dapat ditingkatkan dengan menyimpan air di waduk yang
menyediakan kapasitas puncak, yang meningkatkan konsistensi suplai tenaga listrik
dan meningkatkan penggunaan kembali. Panjang retensi kali di Waduk Talal Raja di
Amman-Zarqa Basin Yordania mengurangi tingkat pencemaran bakteri coliform fecal
dalam air hilir bendungan, meskipun awalnya tidak dimaksudkan untuk tujuan itu.
Di kebanyakan negara berkembang pengolahan air limbah adalah strategi
jangka panjang. Solusi sementara mungkin diperlukan untuk melindungi petani dan
13

kesehatan masyarakat. Meskipun tidak populer, upaya perlindungan seperti memakai


sepatu bot dan sarung tangan dapat mengurangi kontaminasi dengan petani. Petani
juga bisa mencuci tangan dan kaki mereka setelah direndam dalam air limbah untuk
mencegah penyebaran infeksi. Perbaikan dalam metode irigasi dan kebersihan pribadi
dan rumah tangga dapat didorong melalui kampanye kesadaran masyarakat. Irigasi
tetes dapat melindungi petani dan konsumen dengan meminimalkan tanaman dan
manusia, tetapi sebelum pengolahan air limbah diperlukan untuk menghindari
penyumbatan dalam menghasilkan emisi. Kombinasi tingkat usaha tani dan langkahlangkah pasca panen dapat digunakan untuk melindungi konsumen, seperti
memproduksi tanaman yang dapat dimakan industri atau non atau produk yang
memerlukan memasak sebelum dikonsumsi. Petani juga dapat menghentikan
menerapkan air limbah jauh sebelum panen, untuk mengurangi potensi kerugian bagi
konsumen. Sayuran dapat dicuci sebelum dijual atau konsumsi, dan metode
penyimpanan dapat ditingkatkan. Lembaga-lembaga publik dapat melaksanakan
kampanye imunisasi anak terhadap penyakit yang dapat ditularkan melalui
penggunaan air limbah dan target yang dipilih populasi untuk kampanye anti cacing
periodik (WHO 2006).
Nutrisi dalam air limbah kota dapat memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan tanaman, namun pemantauan periodik diperlukan untuk menghindari
pasokan nutrisi seimbang. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan
vegetatif yang tidak diinginkan dan tertunda atau tidak merata (Jensen dkk),
Mengurangi kualitas tanaman, dan mencemari air tanah dan air permukaan.
Pemantauan periodik diperlukan untuk memperkirakan beban nutrisi dalam air
limbah dan menyesuaikan aplikasi pupuk. Jumlah nutrisi di 1.000 meter kubik air
limbah irigasi per hektar dapat bervariasi: 16-62 kilogram (kg) nitrogen total, 4-24 kg
fosfor, 2-69 kg potasium, 18-208 kg kalsium, magnesium 9-110 kg , dan 27-182 kg
natrium. Nitrogen dan sodium tingkat sering melebihi persyaratan tanaman. Nilai gizi
pertanian tingkat air limbah akan bervariasi dengan beban konstituen, kondisi tanah,
pilihan tanaman, dan biaya dan ketersediaan pupuk anorganik. Studi dari tingkat
peternakan dan implikasi agregat serapan hara dari air limbah yang tidak diobati
jarang. Satu studi di Viet Nam melaporkan peningkatan 40% dalam beras kandungan
protein gandum dalam sistem irigasi air limbah. Petani di Lembah Mezquital
Meksiko (Tula) menghargai air limbah karena memungkinkan pembangunan
pertanian di daerah dengan curah hujan tahunan hanya 550 milimeter dan tanah yang
rendah bahan organik. Irigasi dan nutrisi tambahan yang diperlukan untuk
memastikan produktivitas. Air limbah irigasi di lembah menyediakan 2.400 kg bahan
organik, 195 kg nitrogen, dan 81 kg fosfor per hektar per tahun, memberikan
kontribusi bagi peningkatan yang signifikan dalam hasil panen. Para petani di lembah
menentang pengolahan air limbah karena mereka tidak ingin nutrisi dihapus dari air
yang mereka gunakan untuk irigasi. Para petani mungkin salah, namun, karena
bahkan pengobatan sekunder, sementara menghilangkan bahan organik, daun cukup
nutrisi (nitrogen dan kalium) untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Harga pasar dan metode analisis standar dapat digunakan untuk menilai
implikasi keuangan bagi petani, dampak lingkungan dan kesehatan yang negatif, dan
14

setiap manfaat yang mungkin berasal dari penggunaan air limbah (Hussain dkk
2001).
Ul-Hassan dan Ali (2002) memperkirakan manfaat langsung bagi petani dari
penggunaan kembali pupuk dan penghematan unsur hara di Haroonabad, Pakistan.
Mereka membandingkan produksi sayuran dengan air tawar dan air limbah tidak
ditangani dan menemukan bahwa margin kotor dengan air limbah secara signifikan
lebih tinggi ($ 150 per hektar), karena petani menghabiskan lebih sedikit pada pupuk
kimia dan mencapai hasil yang lebih tinggi. Tidak ada biaya atau manfaat lainnya
diukur, tapi potensi perdagangan dari perhitungan menunjukkan bahwa setiap meter
kubik air limbah yang digunakan untuk irigasi merilis tiga sampai empat kali volume
air tawar untuk digunakan di tempat lain, menghasilkan keuntungan moneter bersih
bagi masyarakat. Scott, Zarazua, dan Levine (2000) memperkirakan keuntungan
pengayaan unsur hara dari aplikasi air limbah di Guanajuato, Meksiko. Perkiraan
biaya mengganti nitrogen dan fosfor yang diterima dari air limbah setelah
pembangunan pabrik pengolahan adalah $ 900 per hektar. Nutrisi ini terlalu tinggi
dalam air limbah melebihi persyaratan tanaman; nilai yang lebih realistis adalah $
135 per hektar. Dengan pabrik dalam operasi total biaya kepada petani diperkirakan $
18.900 per tahun nutrisi yang hilang. Perkiraan biaya non-pasar dan manfaat, seperti
efek kesehatan dan lingkungan, dapat menginformasikan kebijakan target peraturan
dan program intervensi (WHO 2005). Di negara-negara maju kebanyakan evaluasi
non pasar berkaitan dengan lingkungan daripada isu-isu kesehatan. Yang paling
umum adalah penilaian yang menggunakan ukuran dari kesediaan membayar atau
kesediaan untuk menerima untuk mengukur barang dan jasa non harga, termasuk
yang tidak menguntungkan, dalam kasus di mana dampak kesehatan dan lingkungan
berinteraksi dalam rangka untuk mengevaluasi pilihan-pilihan kebijakan yang lebih
komprehensif.
Topik untuk mengeksplorasi meliputi:

Penilaian manfaat pengurangan risiko lingkungan dan kesehatan, dengan


penekanan pada kesenjangan kesehatan dalam suatu populasi dan dalam
konteks berbagai sumber risiko, termasuk irigasi dengan air limbah.
Penilaian biaya penuh dan manfaat (termasuk dampak produktivitas) dari
- Pilihan teknologi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia
pada tingkat individu atau rumah tangga.
- Pilihan kebijakan untuk pengelolaan air limbah dengan dampak
lingkungan dan kesehatan pada tingkat agregat atau kota.
Penilaian faktor bagaimana budaya dan sosial dan status sosial ekonomi
individu mempengaruhi pendiskontoan kesehatan masa depan dan biaya
lingkungan dan manfaat.
Hussain dkk (2001, 2002) menyajikan kerangka dan meninjau literatur tentang
dampak ekonomi dari penggunaan air limbah.
Dengan pengamanan untuk melindungi kualitas air tanah, air limbah yang
diolah dapat digunakan sebagai penyedia ulang air tanah. Diperkirakan resapan yang
15

tidak disengaja karena perkolasi yang terjadi di sawah irigasi sebagian besar di
Yordania, Meksiko, Peru, dan Thailand, kedalaman yang melebihi curah hujan
tahunan rata-rata di beberapa daerah (Foster dkk 2004). Studi di Tula Valley, Mexico,
menunjukkan bahwa hampir setengah dari air limbah yang tidak berikan perlakuan
diinfiltrasikan melalui tanah, yang bertindak sebagai filter dan menghilangkan
polutan. Namun, salinitas dan nitrat ditanah meningkat. Pemantauan terus menerus
dari akuifer yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang
muncul.
Pembuangan air limbah yang telah diolah untuk mengisi air tanah dibuang
secara dengan sengaja selama bertahun-tahun di Amerika Serikat, dan tidak ada
dampak yang merugikan dan ini telah di catat selama bertahun - tahun.
Air limbah yang tidak diolah tidak boleh digunakan pada tanaman yang
mungkin untuk mengirimkan kontaminan atau patogen kepada konsumen. Di banyak
negara berkembang pembatasan tanaman (terutama yang dikonsumsi mentah) yang
paling mungkin untuk mengirimkan kontaminan dan patogen kepada konsumen
sangat membantu dalam mengurangi bahaya kesehatan manusia. Di wilayah Aleppo
Suriah kurang dari 7% dari daerah di bawah irigasi air limbah dibudidayakan dengan
sayuran karena pembatasan pemerintah ditegakkan oleh pejabat yang mencabut setiap
sayuran ditemukan tumbuh di sana. Biasanya, pembatasan sulit ditegakkan karena
permintaan sayuran tinggi di kota-kota dan karena hanya sayuran mencapai tingkat
keuntungan petani sehingga perlu untuk mempertahankan mata pencaharian mereka.
Sebuah survei global baru-baru menemukan bahwa sayuran (frekuensi 32% dari
responden) dan sereal (27%) adalah tanaman yang paling umum yang dihasilkan oleh
petani menggunakan air limbah untuk irigasi. Pendekatan pragmatis diperlukan untuk
melindungi kualitas air dan mencapai pemanfaatan berkelanjutan dari air limbah.
Banyak negara berkembang telah mengadopsi undang-undang dan kebijakan untuk
melindungi kualitas air dan mengatur penggunaan air limbah. Namun, masuknya
kriteria realistis membuat pelaksanaan sulit. Sebuah pendekatan yang lebih pragmatis
akan menggabungkan pedoman sementara dengan terus perbaikan untuk
meningkatkan kualitas air limbah atau kemampuan untuk menggunakan air limbah
dengan cara yang aman bagi lingkungan. Kriteria harus dibentuk sesuai dengan
konteks lokal, teknis, ekonomi, sosial, dan budaya (IWMI 2006). Beberapa negara
yang mengintegrasikan pengelolaan atau penggunaan air limbah untuk mengurangi
biaya dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Strategi untuk mengelola kualitas air marjinal (air limbah dicampur dengan
salin atau air sodik) harus menerapkan pendekatan multi disiplin yang
menggabungkan lebih dari satu intervensi pada berbagai titik dalam siklus air dan
penanganan tanaman.
Konsentrasi salin dalam air limbah, tanah, dan akuifer di beberapa daerah Israel
telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Tidak ada cara murah untuk
menghilangkan salin dari limbah. Pemerintah dan petani menghadapi masalah dengan
mengurangi kandungan pasokan air salin dan pengelolaan limbah; (1) Selain
mengurangi air salin selama penggunaan industri dan perumahan;(2) mengurangi
kerugian penguapan selama penyimpanan air limbah; (3) menggunakan irigasi tetes;
16

(4) cukup menguras sawah irigasi; (5) pemakaian air salin, banjir pertama musim
hujan; (6) menerapkan peraturan perbaikan tanah kalsium; dan (7) menanam tanaman
tolerasi air salin (Weber dan Juanic 2004).
Manajemen mengintegrasikan penggunaan kembali air limbah untuk
meminimalkan biaya pengobatan dan meningkatkan produktivitas pertanian
mendatangkan keuntungan bunga di banyak negara. Di Drarga, Maroko, air limbah
yang tidak diolah sedang dibuang ke lingkungan, mencemari pasokan air minum.
Untuk mengatasi masalah ini program partisipasi masyarakat menciptakan kemitraan
kelembagaan yang melibatkan para pemangku kepentingan setempat pengelolaan air,
pengguna air perkotaan, dan petani kelompok pengguna air (USEPA dan USAID
2004). Untuk menjamin keberlanjutan program pengobatan dan penggunaan kembali,
biaya yang dikenakan untuk pasokan air domestik dan mekanisme pemulihan biaya
lainnya telah dilaksanakan.
Tunisia meluncurkan program penggunaan kembali air nasional pada awal
1980-an untuk meningkatkan sumber daya air yang dapat digunakan di negara itu.
Kebanyakan air limbah kota adalah dari sumber dalam negeri dan menerima
pengolahan biologis sekunder. Beberapa pabrik pengolahan terletak di sepanjang
pantai untuk melindungi kawasan wisata pantai dan mencegah pencemaran laut. Pada
tahun 2003, 187 juta meter kubik dari 240 juta meter kubik air limbah yang
dikumpulkan di Tunisia menerima pengobatan. Sekitar 43% dari limbah diolah
digunakan untuk irigasi pertanian dan lanskap. Menggunakan kembali air limbah
untuk irigasi dipandang sebagai cara untuk meningkatkan sumber daya air,
memberikan nutrisi tambahan, dan melindungi daerah pesisir, dan sumber daya air.
Air reklamasi digunakan pada 8.000 ha untuk mengairi sereal, kebun-kebun anggur,
jeruk, dan pohon buah-buahan lainnya, dan tanaman pakan ternak. Peraturan
memungkinkan penggunaan limbah sekunder yang diolah pada semua tanaman
kecuali sayuran, baik dimakan mentah atau dimasak. Departemen pertanian daerah
mengawasi keputusan penggunaan kembali air dan mengumpulkan biaya (sekitar $
0,01 per meter kubik). Lapangan golf juga mengairi dengan menggunakan air limbah,
sedangkan keperluan industri dan air tanah peluang resapan air sedang diteliti.
Pendekatan multi disiplin baru-baru ini diadopsi dalam standar baru Israel dan
pedoman yang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Tingkat pengolahan
air limbah dikategorikan pada skala 1 sampai 5, dengan tingkat 5 kualitas terendah
dan dapat digunakan hanya pada tanaman yang tidak memerlukan hambatan.
Hambatan dapat berupa fisik (zona penyangga, mulsa plastik, atau bawah permukaan
drip) atau proses yang berorientasi (memilih tanaman yang tepat, pengolahan,
memasak, atau mengupas sebelum dikonsumsi). Tidak ada penghalang-tanaman
termasuk kapas, pakan, dan mereka dipanen setidaknya 60 hari setelah irigasi terakhir
dengan air limbah (USEPA dan USAID 2004).
b. Peningkatan Pengelolaan Air Salin dan Sodik
Pencucian dan pembuangan diperlukan untuk menjaga keseimbangan air salin
dalam profil tanah dan untuk mempertahankan hasil panen di daerah kering. Irigasi
17

sangat penting di daerah kering, tetapi menghasilkan air drainase salin yang harus
dibuang atau digunakan kembali. Salinitas air drainase adalah fungsi dari salinitas air
diterapkan, salinitas tanah, dan salinitas air tanah dangkal (Ayers dan Westcot 1985;
Pescod 1992). Di daerah air berlimpah petani lebih memilih untuk melepaskan air
drainase salin. Di gersang, daerah langka air drainase air merupakan sumber daya
yang dapat memperpanjang pertanian tingkat dan pasokan air regional. Pengelolaam
secara berhati-hati diperlukan untuk memaksimalkan nilai air drainase salin dan
meminimalkan dampak negatif pada daerah hilir (Minhas dan Samra 2003).
Ada berbagai jenis sistem drainase: drainase alam, sistem drainase bawah tanah
(ubin atau pipa berlubang), berbasis tubewell drainase (pipa sumur), dan biodrainage
(drainase Alami). Pilihan sistem drainase mempengaruhi kualitas drainase limbah.
Sistem drainase bawah tanah yang meningkatkan aliran air melalui tanah, cepat
menghilangkan salin terlarut dan elemen beracun dari zona akar. Potensi
menggunakan kembali air drainase dikurangi dengan kandungan tinggi limbah salin.
Drainase air dapat digunakan kembali jika dicampur dengan air tawar atau digunakan
untuk mengairi tanaman toleran salin.
Kebanyakan sistem drainase bawah permukaan dipasang 1-3 meter di bawah
permukaan, sistem drainase berbasis tubewell beroperasi pada 6-10 meter, tetapi
beberapa mencapai kedalaman 100 meter, seperti saluran air tubewell dalam di India
dan Pakistan. Kualitas air drainase bawah permukaan dipengaruhi oleh jenis dan
konsentrasi salin dalam air irigasi, bahan kimia pertanian yang digunakan, dan
kualitas air tanah dangkal. Dengan sistem drainase tubewell kualitas air drainase
dipengaruhi oleh intrusi air asin, jenis dan konsentrasi salin dalam air tanah, dan pada
tingkat lebih rendah kualitas air irigasi.
Biodrainage melibatkan tanaman berakar banyak dan pohon yang tegak lurus.
Biodrainage lebih murah dibandingkan drainase konvensional dan dapat memberikan
kayu bakar, penahan angin, naungan dan tempat tinggal, dan bahan organik.
Biodrainage juga dapat menghapus kolam yang terbentuk di sepanjang tanggul
saluran. Akumulasi bertahap dari salinitas akhirnya dapat membahayakan tanaman
berakar dan pohon, mengurangi efektivitas dari pohon. Selain itu, penurunan atau
memanen tanaman biodrainage akan memungkinkan salin yang telah terakumulasi di
bawah zona akar untuk bergerak ke atas melalui kapiler. Kombinasi biodrainage dan
sistem drainase konvensional mungkin menunda atau meminimalkan dampak dari
akumulasi salin.
Konservasi air dan penggunaan kembali air drainase, pengolahan, dan
pembuangan dapat meningkatkan pengelolaan air drainase pertanian. Konservasi air
dapat mengurangi volume drainase air, dan membuat air yang tersedia untuk
keperluan yang bermanfaat lainnya. Strategi meliputi pengurangan sumber air,
minimalisasi perkolasi, dan manajemen air tanah. Drainase air dapat digunakan
kembali dalam pertanian konvensional atau pertanian salin dan habitat satwa liar dan
lahan basah. Penggunaan kembali dapat dikombinasikan dengan tindakan konservasi,
terutama ketika pengelolaan air drainase tidak dapat dicapai dengan pengurangan
sumber saja. Perhatian harus diberikan kepada langkah-langkah yang meminimalkan
jangka panjang dan pendek efek salinitas tinggi pada produktivitas tanah dan kualitas
18

air. Perencanaan dan manajemen terpadu pendekatan pada skala kabupaten atau
sungai dapat memaksimalkan manfaat sosial dan ekonomi sambil menjaga nilai-nilai
ekologis (Abdel-Dayem dkk 2004).
Biaya pengolahan air drainase biasanya melebihi selisih penilaian penggunaan
air dalam pertanian. Namun, pengelolaan mungkin masuk akal ketika peraturan
lingkungan mencegah pembuangan air drainase atau saat kelangkaan air
membenarkan tingginya biaya pengolahan. Desalinasi air drainase cocok untuk tujuan
bernilai tinggi saja, seperti air minum. Lahan basah dibangun adalah pilihan yang
relatif murah untuk melindungi ekosistem perairan dan perikanan, baik hilir dari
daerah irigasi atau cekungan tertutup (danau atau situ).
Air drainase membutuhkan pembuangan tetapi dapat dikurangi dengan
pengolahan dan penggunaan kembali. Pilihan pembuangan meliputi debit langsung ke
sungai, danau, gurun, dan lautan dan debit dalam cekungan penguapan.
Perairan salin dan sodik dapat digunakan secara langsung atau dicampur
dengan air tawar, tetapi pengolahannya secara hati-hati dan diperlukan untuk
mempertahankan produktivitas. Banyak petani mengairi dengan campuran salin atau
air sodik dan kualitas air yang lebih tinggi di daerah Mesir, India, Pakistan, Amerika
Serikat, dan Asia Tengah (Ayers dan Westcot 1985). Selama salinitas air diterapkan
tidak melebihi ambang batas dan drainase yang baik terbentuk, penggunaan air salin
tidak akan sangat mengurangi hasil. Di daerah seperti India hujan deras lebih dari
tahun mencegah akumulasi jangka panjang salin dalam tanah.
Dimana salinitas air drainase melebihi ambang batas tanaman air dapat
dicampur dengan air tawar. pencampuran yang bisa dilakukan sebelum atau selama
irigasi, memungkinkan petani untuk memperluas volume air yang tersedia.
Di Mesir hampir semua lahan pertanian baik permukaan atau bawah permukaan
sistem drainase dikontrol kadar salin tanah demi mengurangi kerugian tanaman dari
penggunaan langsung air salin. Sebuah program monitoring dimulai pada 1970-an
untuk mengidentifikasi perubahan spasial dan temporal volume air drainase dan
kualitas. Menurut kebijakan pemerintah salinitas air dicampur tidak boleh lebih tinggi
dari 1,56 deciSiemen per meter. Hasil panen menggunakan air dicampuran adalah
sama dengan yang diperoleh dengan menggunakan air tawar (table. 2). Dimana air
drainase adalah satu-satunya sumber irigasi, namun, hasil panen 20% -60% lebih
rendah (El-Guindy 2003).
Tabel 2. Hasil Panen Menggunakan Air Dicampuran Adalah Sama Dengan Yang
Diperoleh Dengan Menggunakan Air Tawar
Delta Timur
Delta Tengah
Delta Barat
Salinitas air irigasi (deciSiemens per meter)
Air tawar
0.75
0.71
0.65
Air campuran
1.70
1,75
0.97
Air drainase
2.87
2.07
2.89
Salinitas tanah (deciSiemens per meter)
Air tawar
2.03
2.63
2.15
Air campuran
2.70
4.06
2.27
19

Air drainase
4.16
3.96
3.68
Hasil kapas (metrik ton per hektar)
Air tawar
1.73
1.82
2.40
Air campuran
1.51
1.68
2.30
Air drainase
1.06
1.56
2.09
Hasil gandum (metrik ton per hektar)
Air tawar
9.36
5.76
5.52
Air campuran
8.40
4.32
5.28
Air drainase
5.52
4,56
4.80
Hasil jagung (metrik ton per hektar)
Air tawar
5.52
5.04
3.60
Air campuran
3,84
6.24
3.36
Air drainase
3.60
6.96
2.40
Sumber: Diadaptasi dari DRI, Louis Berger International, Inc., dan Konsultan perintis
1997.
Sebuah rencana rotasi tanaman diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan
air salin dan nonsalin, mengingat sensitivitas salin tanaman pada tahap pertumbuhan
yang berbeda. Contoh hasil yang diperoleh saat mengairi dengan air salin dalam
mode rotasi dan dicampur ditunjukkan pada tabel 2. (Minhas, Sharma, dan Chauhan
2003). Ada kerugian yang tidak signifikan dalam hasil gandum ketika dua saluran air
irigasi awal diikuti oleh dua irigasi air salin. Untuk jumlah tertentu masukan salin,
hasil yang lebih tinggi dengan menggunakan pencampuran air salin dan air saluran.
Selain itu, penggunaan daur ulang mungkin lebih murah daripada pencampuran, yang
mungkin membutuhkan infrastruktur untuk menggabungkan air dari dua sumber.
Tanaman bervariasi dalam kemampuan mereka untuk mentolerir kondisi salin
(tabel 11.4). Faktor-faktor seperti jenis dan konsentrasi salin, curah hujan yang
diharapkan, tingkat distribusi air tanah dan kualitas, serta praktek-praktek
pengelolaan irigasi harus dipertimbangkan ketika mengairi dengan air salin atau
sodik. Irigasi dengan air salin dapat meningkatkan kualitas beberapa tanaman, seperti
kandungan gula dalam tomat, dan melon meningkat (Moreno dkk 2001).
Sesbania adalah salah satu jenis legum, yang sangat menjanjikan untuk
produksi biomassa dan ameliorasi biologi tanah terdegradasi oleh irigasi dengan air
sodik, sebagian karena nitrogen merupakan nutrisi pembatas dalam banyak bidang
garam. Jika ditanam selama 45 hari dan digunakan sebagai pupuk hijau. Turi
meningkatkan kesuburan tanah dan memperkaya tanah dengan menciptakan hingga
120 kg nitrogen per hektar. Sesbania terurai dengan cepat, menghasilkan asam
organik dan peningkatan kadar karbon dioksida, yang meningkatkan pembubaran
kalsit di tanah sodik. Batang berserat membantu rongga saluran terbuka, dan cabang
muda dari pohon memberikan pakan ternak. Sesbania mendapatkan popularitas di
kalangan petani yang menggunakan garam dan air tanah sodik dari sumur serapan di
India.
20

Kebijakan Dan Kelembagaan yang Berkaitan dengan Kualitas Air Marjinal


Kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan kualitas air marjinal di bidang
pertanian dapat dilaksanakan sebelum kualitas air marjinal yang dihasilkan, ketika
sedang digunakan, dan setelah tanaman telah irigasi dan produk siap untuk dijual dan
dikonsumsi. Mengurangi volume air marjinal berkualitas dapat mengurangi biaya
pengolahan dan pembuangan, tetapi di mana air limbah tidak dikelola, mengurangi
volume dapat meningkatkan konsentrasi, dengan dampak negatif.
Dua opsi kebijakan yang menyulitkan berkaitan dengan penggunaan air limbah
di bidang pertanian: sebagian besar air limbah yang dihasilkan di luar sektor
pertanian, dan banyak individu dan organisasi memiliki kepentingan dalam kebijakan
yang berkaitan dengan penggunaan air limbah. Selain itu, perhatian publik bervariasi
dengan jenis air yang terlibat, tingkat perawatan, dan jumlah informasi yang tersedia
(Toze 2006). Bila memungkinkan, akan sangat membantu untuk membedakan antara
air limbah industri dan domestik. Menghilangkan patogen dari air limbah rumah
tangga bisa lebih murah daripada menghilangkan bahan kimia dari limbah industri.
Terutama di negara-negara industri, rumah tangga, masyarakat, dan industri
menghasilkan volume berlebihan air limbah karena ada sedikit insentif untuk
meminimalkan volume atau menggunakan kembali air limbah. Meningkatkan
kebijakan dan lembaga yang mempengaruhi penggunaan air tawar dapat mengurangi
biaya perawatan dan mengelola air limbah. Seringkali kerangka kelembagaan yang
memadai, tapi lembaga-lembaga publik memiliki aturan yang tumpang tindih yang
mencegah optimalnya pelaksanaan kebijakan yang diinginkan. Standar limbah, pajak,
dan izin yang dapat diperdagangkan dapat digunakan untuk memotivasi perbaikan
dalam pengelolaan air oleh rumah tangga dan perusahaan pemakaian air limbah dari
sumber titik.
Pembuangan air drainase salin ke dalam air permukaan dan air tanah
merupakan sumber utama masalah pencemaran. Tantangan kebijakan adalah untuk
memotivasi banyak petani menyebar untuk mengurangi aliran permukaan dan
perkolasi dengan memperbaiki pengelolaan air. Kebijakan standar yang bermanfaat
termasuk pajak dan melibatkan input seperti air irigasi, pupuk, dan bahan kimia
lainnya. Insentif keuangan termasuk pinjaman berbunga rendah dan pembagian biaya
juga dapat mendorong metode produksi yang diinginkan.
Volume air garam dan drainase sodik dapat dikurangi melalui kebijakan yang
mempengaruhi pengambilan dan pembuangan air. Kebijakan yang bersangkutan
termasuk alokasi air yang efektif dan harga, penyerahan hak air, pembatasan
pemompaan air tanah, biaya penuh harga energi, dan insentif untuk investasi
pertanian modern dalam metode irigasi hemat air.
a. Penetapan Hak Milik Untuk Air Limbah
Di daerah pedesaan dimana petani dan dan yang lainnya bersaing untuk untuk
mendapatkan persediaan air limbah yang terbatas, menetapkan hak milik dapat
21

memotivasi penggunaan yang efisien. Hak milik dapat digabungkan dengan tanggung
jawab untuk menggunakan air limbah secara tepat dan mengelola limbah dari lahan
pertanian irigasi. Perhatian khusus diperlukan di daerah di mana air limbah
diperlakukan oleh perusahaan air daerah. Jika agen pengolahan air mengasumsikan
hak milik setelah mengolah limbah cair tersebut, sektor lain mungkin yang melihat
pengolahan air limbah sebagai sumber daya baru, untuk alokasi pengguna baru, tanpa
pertimbangan petani yang sebelumnya menggunakan air limbah untuk irigasi.
b. Air Limbah : Sumber Daya yang Membutuhkan Pengelolaan yang Baik
Dalam kerangka terpadu pengelolaan air limbah, sumber daya air dapat dilihat
baik sebagai limbah dan sumber daya. Dimana air limbah digunakan untuk irigasi,
masyarakat memperoleh nilai dari hasil panen dan perbaikan mata pencaharian dalam
pertanian perkotaan dan pinggiran kota menggunakan air limbah. Irigasi juga
menyediakan metode yang menggunakan air limbah yang mungkin memerlukan
perawatan lebih lanjut atau pelepasan.
Tantangan bagi badan publik adalah untuk menentukan campuran terbaik
kebijakan untuk mengurangi generasi air limbah dan memastikan penggunaan yang
aman dan efisien air limbah (Huibers dan Van Lier 2005). Ada biaya untuk
mengurangi volume air limbah. Strategi pengolahan yang optimal akan bervariasi
dengan sumber air limbah dengan tanaman yang diairi.
c. Menerapkan Insentif Ekonomi
Insentif untuk menggunakan kembali air limbah sangat membantu di daerah di
mana pengguna air dapat memilih di antara sumber air dengan kualitas yang berbeda.
Harga air yang lebih rendah dan subsidi untuk pembelian peralatan baru dapat
mempercepat petani dan perusahaan mulai menggunakan air berkualitas marginal.
Insentif dapat dikombinasikan dengan pemantauan untuk memastikan kepatuhan
dengan program insentif dan penggunaan yang aman dari air limbah.
Petani menghadapi harga rendah atau pasokan berlimpah dari air irigasi tidak
akan berusaha untuk mengurangi volume salin atau air sodik untuk meninggalkan
pertanian mereka. Harga air dan alokasi yang mencerminkan kelangkaan air dan akan
mendorong petani untuk mempertimbangkan dampak dari pertanian dan kegiatan
irigasi serta drainase mereka.
Di beberapa daerah subsidi untuk investasi pertanian tingkat dalam peralatan
irigasi akan lebih efektif daripada harga air yang lebih tinggi dalam mengurangi
limbah. Misalnya, petani dapat didorong untuk menggunakan sistem infus bukan
penyiram ketika mengairi dengan air yang asin atau mengandung bahan yang lainnya
tidak diinginkan (Capra dan Scicolone 2004).

22

d. Meningkatkan Manajemen Keuangan


Lembaga-lembaga publik di banyak negara berkembang memiliki kemampuan
terbatas untuk berinvestasi di pabrik dan program pengolahan air limbah untuk
mengoptimalkan penggunaan kembali air limbah. Kebijakan dan lembaga dapat
membantu dalam meningkatkan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Biaya
tambahan untuk air limbah akan mendorong penggunaan kembali dan mencegah
debit ke saluran air alami atau fasilitas yang dioperasikan oleh lembaga pengelola air
limbah. Ada pembenaran konseptual untuk program yang menghasilkan pendapatan
dengan pengisian pengguna air biaya per unit limbah yang mereka hasilkan (prinsip
pencemar membayar), terutama ketika pendapatan digunakan untuk membangun
fasilitas untuk mengumpulkan, merawat, dan menggunakan kembali air limbah.
e. Melindungi dan Memberikan Kompensasi Orang Miskin
Kebijakan untuk melindungi orang miskin akan dibutuhkan dalam
hubungannya dengan penurunan volume air limbah dan perbaikan dalam pengelolaan
air limbah. Para pejabat publik harus mempertimbangkan dampak potensial pada
masyarakat miskin ketika merancang kebijakan dan program. Tantangan terbesar
mungkin memastikan bahwa penduduk berpenghasilan rendah daerah pinggiran kota
dan pedesaan yang mengandalkan air limbah untuk produksi tanaman agar tidak
kehilangan sumber penghidupan mereka. Banyak petani miskin telah menggunakan
air limbah selama bertahun-tahun tanpa hak air formal. Meningkatkan praktek
pengelolaan air di bagian atas dari DAS atau daerah perkotaan, untuk mengurangi
volume air limbah, juga akan mengurangi sebagian dari pasokan irigasi untuk para
petani. Perbaikan dalam pengolahan air juga dapat mengurangi pasokan air jika air
yang diolah ditransfer dari titik awal penggunaan. Kebijakan dapat diterapkan untuk
mengkompensasi petani miskin dengan menyediakan alternatif sumber air irigasi atau
memberi mereka pembayaran atau pelatihan yang akan memungkinkan mereka untuk
mengejar kegiatan mata pencaharian alternatif. Kebijakan yang memungkinkan
masyarakat miskin untuk mengurangi penggunaan air limbah secara bertahap,
sementara mencari kegiatan mata pencaharian lainnya, mungkin lebih bijaksana
daripada kebijakan yang menyebabkan gangguan yang lebih besar dalam pasokan air
limbah.
f. Berkonsultasi Secara Luas Dengan Individu Dan Organisasi
Lembaga-lembaga publik harus berkonsultasi secara luas dengan individu,
perusahaan, dan organisasi yang mungkin akan terpengaruh oleh kebijakan
penggunaan air limbah. Keterlibatan stakeholder dapat meningkatkan penyebaran
informasi dan meningkatkan keberhasilan proyek penggunaan kembali air limbah
(Janosova dkk 2006). Sebagian besar air limbah yang digunakan dalam produksi
tanaman di daerah pinggiran kota di negara berkembang dikelola oleh para petani
skala kecil.
23

Pengetahuan dan pengalaman mereka mungkin bisa membantu dalam


merancang kebijakan yang efektif. Perbaikan dalam komunikasi antar lembaga
pemerintah dan organisasi lingkungan dengan keahlian dalam masalah air limbah
juga dapat meningkatkan kebijakan publik untuk pengelolaan air limbah.
g. Melakukan Program Kesadaran Masyarakat
Banyak petani dan konsumen di negara berkembang tidak menyadari dampak
kesehatan potensial dari air limbah. Banyak juga kurang informasi tentang praktik
kebersihan makanan yang tepat. Program publik yang menginformasikan petani dan
konsumen tentang dampak kesehatan potensial dan tindakan mitigasi dapat
mengurangi masalah kesehatan dan biaya sosial. Informasi tentang praktek
penanganan pascapanen juga akan meningkatkan keselamatan konsumen. Pedoman
konteks-sensitif perlu untuk menggambarkan jenis dan jumlah limbah yang dapat
digunakan secara efektif untuk irigasi (IWMI 2006), sementara di banyak daerah
inspeksi dan sertifikasi program yang diperlukan untuk menjamin keselamatan
konsumen mengenai sayuran dan produk lain yang dijual di pasar perkotaan.
Perhatian khusus harus diberikan pada jenis kelamin ketika merancang program
pendidikan ini pada petani dan keselamatan konsumen. Upaya pendidikan yang
berkaitan dengan air limbah akan paling berhasil jika mereka dirancang agar sesuai
dengan peran dan ketersediaan dari laki-laki dan perempuan dalam masyarakat
pertanian. Dalam banyak rumah tangga tani perempuan terlibat langsung dalam
pertanian selain bertanggung jawab untuk persiapan makanan. Perempuan juga
mungkin memiliki waktu yang terbatas untuk menghadiri kelas khusus atau sesi
pelatihan.
h. Penelitian, Pengembangan, dan Pemantauan
Banyak petani mungkin menggunakan kandungan hara dari air limbah dan
lebih efektif jika mereka memiliki informasi yang lebih baik tentang kandungan
dalam pasokan air yang mereka gunakan dan tingkat unsur dalam tanah.
Data yang bersifat akurat tentang tingkat penggunaan air limbah untuk irigasi
dapat meningkatkan upaya lembaga-lembaga publik dan peneliti dalam melakukan
penelitian dan penyebaran informasi terkait air limbah. Informasi menggambarkan
volume dan kualitas air limbah yang digunakan dan distribusi geografis dari
penggunaan air limbah dalam wilayah pinggiran kota dapat membantu ketika
merancang kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan air dan melindungi kesehatan
masyarakat. Insentif dapat ditawarkan kepada petani skala kecil untuk melaporkan
penggunaan kembali air limbah, hasil, dan dampak diamati pada manusia, tanaman,
dan tanah. Lembaga-lembaga publik juga bisa bekerja sama dengan petani untuk
mendirikan program monitoring air limbah.

24

i. Memperkuat Kemauan Politik


Upaya yang tidak memadai untuk meningkatkan pengelolaan air limbah,
pengolahan, dan penggunaan kembali tidak dapat dikaitkan hanya kurangnya
informasi atau pengetahuan teknis memadai dari dampak kebijakan. Di banyak
daerah yang tidak memadai keterlibatan publik mencerminkan kurangnya kemauan
politik, investasi yang tidak memadai, atau kapasitas kelembagaan yang tidak
memadai atau koordinasi.
Tidak ada rumus sederhana untuk memperkuat kemauan politik. Para pejabat
publik harus menghargai nilai kelangkaan air dan dampak dari kualitas air yang buruk
dan efisiensi penggunaan pada kesehatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi,
lingkungan, dan rumah tangga pedesaan dan perkotaan. Pemimpin harus menghargai
potensi untuk meningkatkan mata pencaharian dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan meningkatkan praktek pengelolaan lahan dan air. Badan-badan
internasional, donor, dan lembaga swadaya masyarakat dapat memberikan pemimpin
politik dengan informasi, mendorong pilihan kebijakan yang inovatif, dan
memotivasi keterlibatan publik yang lebih besar dalam upaya pengelolaan air.
j. Meminimalkan Risiko dan Ketidakpastian
Petani, konsumen, dan peneliti akan mendapatkan pengetahuan tentang potensi
dampak air limbah dan kesehatan dan lingkungan sebagai pengalaman. Mengingat
ketidakpastian yang melekat dan biaya sosial yang potensial, lembaga-lembaga
publik harus mengadopsi prinsip kehati-hatian ketika merancang kebijakan untuk
penggunaan air limbah. Kebijakan harus meminimalkan dampak yang berpotensi
membahayakan jangka panjang, bahkan dengan biaya dari keuntungan finansial
jangka pendek yang lebih rendah untuk petani dan konsumen. Kampanye kesadaran
masyarakat mungkin bisa membantu dalam mendapatkan dukungan untuk kebijakan
yang mencerminkan prinsip kehati-hatian. Upaya khusus akan dibutuhkan di daerah
di mana banyak warga tidak mengenal huruf, dan dimana petani bergantung pada air
limbah untuk mendukung mata pencaharian mereka.
k. Meningkatkan Pengelolaan Air Salin dan Sodik
Kebutuhan akan kebijakan seperti mengajak petani untuk menggunakan
kembali atau membuang air drainase salin dalam operasi pertanian mereka dapat
memotivasi petani untuk meningkatkan manajemen air salin dan sodik mereka.
Kualitas air dapat membatasi debit air drainase ke permukaan sungai atau
menegakkan standar lingkungan dan kualitas air yang berkaitan dengan drainase air.
Di banyak daerah penegakan standar kualitas air akan mendorong petani dan asosiasi
pengguna air untuk meningkatkan praktek pengelolaan air.
Pembuangan air salin oleh petani di saluran irigasi banyak menurunkan kualitas
air yang tersedia untuk petani dibagian akhir dari irigasi. Akumulasi garam dalam
tanah petani di hilir menyebabkan menurunnya hasil dan mengurangi pilihan
25

tanaman. Produktivitas dalam skema irigasi dapat ditingkatkan dengan memperbaiki


pengelolaan air di peternakan. Kebijakan yang meningkatkan distribusi air berkualitas
lebih tinggi di antara hulu dan hilir petani dapat mengurangi volume air drainase dan
meningkatkan produksi tanaman dalam porsi skema irigasi hulu.
Penelitian dan pengembangan metode baru untuk menggunakan air salin dan
sodik juga akan membantu. Penelitian lebih lanjut diperlukan pada pengelolaan yang
optimal dari tanaman toleran garam, terutama ketika tinggi air irigasi dan kandungan
garam rendah dikombinasikan. Perbaikan pelayanan penyuluhan juga diperlukan
untuk menginformasikan petani tentang metode baru menggunakan air salin dan
sodik.
l. Memperkuat Kebijakan dan Institusi Regional
Institusi regional seperti federasi asosiasi pengguna air akan sangat membantu
dalam memotivasi petani untuk meminimalkan dampak berbahaya pada pengguna
hilir (Beltran 1999). Asosiasi regional dapat dibentuk untuk mendorong petani untuk
mengurangi aliran permukaan dan drainase bawah permukaan. Di beberapa daerah
asosiasi pengguna air yang ada dapat memperluas kegiatan mereka untuk
memasukkan pengelolaan air drainase. Asosiasi regional dapat mengelola pembuatan,
pengumpulan, dan penggunaan kembali air drainase.
Otoritas DAS dapat melaksanakan program pengumpulan data dan
mengkoordinasikan analisis untuk meningkatkan upaya kebijakan. Di daerah kurang
dukungan kelembagaan untuk otoritas DAS, mungkin perlu untuk meningkatkan
koordinasi antar kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab untuk mengelola
lahan dan sumber daya air.
m. Investasi Di Bidang Infrastruktur dan Kapasitas Kelembagaan
Pengelolaan yang optimal dari air limbah, air salin dan sodik membutuhkan
infrastruktur pendukung. Investasi publik diperlukan di banyak daerah untuk
meningkatkan kemampuan pengguna air untuk meningkatkan praktek pengelolaan.
Perbaikan infrastruktur fisik yang dibutuhkan di beberapa daerah untuk meningkatkan
efisiensi sistem penyaluran air dan manajemen dan pembuangan air limbah. Di
daerah lain kapasitas kelembagaan harus ditingkatkan untuk memungkinkan efisiensi
penggunaan infrastruktur yang ada dan sumber daya alam.

26

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disajikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Air marjinal adalah air yang meliputi limbah domestik, industri, pertanian, air
salin dan sodik.
2. Penggunaan air marjinal di dunia ternyata telah banyak dimanfaatkan oleh
beberapa negara berkembang dan negara maju namun ada pula yang belum
memanfaatkan secara optimal.
3. Penggunaan air marjinal di beberapa negara juga belum diatur oleh regulasi
yanga ada sehingga sulit untuk masyarakat mengolah atau mendaur ulang air
limbah.
4. Terbatasnya sumberdaya manusia dan peralatan serta finansial di beberapa
negara menyebabkan pengolahan air limbah terkadang diabaikan dan dibuang
secara percuma atau kadang langsung di aplikasikan di tanaman atau dipakai
untuk konsumsi
5. Regulasi mengenai pengolahan air limbah untuk pertanian maupun non
pertanian di beberapa negara sudah mulai di kembang namun masih ada yang
belum menarapkanya,
Saran
Dari paparan debelumnya maka penulis menyarakan bahwa :
1. Pelatihan, penelitian dan penyadaran serta pengembangan sumberdaya
manusia terkait dengan pengolahan air marjinal harus terus di tingkatkan agar
dapat meminimalisir dampak atau kerusakan lingkungan.
2. Harus ada regulasi dan pemberian kompensasi kepada masyarakat terkait
dengan pengolahan air limbah serta menyediakan fasilitas sarana prasarana
untuk pengolahan air limbah ini.

27

DAFTAR PUSTAKA
AATSE (Australian Academy of Technological Sciences and Engineering). 2004.
Water Recycling in Australia. Victoria, Australia
Abdel-Dayem, S., J. Hoevenaars, PP Mollinga, W. Scheumann, R. Slootweg, dan F.
van Steenbergen. 2004. Perbaikan Drainase: Menuju Pendekatan Terpadu.
Laporan Pertanian dan Pembangunan Pedesaan 1. Washington DC: Bank
Dunia.
Adeel, Z. 2001. Arsenic Crisis TodayA Strategy for Tomorrow. UNU Policy
Paper. United Nations University, Tokyo.
APP (Advisory Panel Project on Water Management). 2002. Egyptian-Dutch
Advisory Panel Project: Revision of the Reuse Mixing Policy.
Consultancy Report Submitted to the 36th Panel Meeting. Kaliubia, Egypt.
Asano, T., ed. 1998. Wastewater Reclamation and Reuse. Water Quality Management
Library Series. Vol. 10. Lancaster, Pa.: Technomic Publishing Co., Inc.
Ayers, R.S., and D.W. Westcot, eds. 1985. Water Quality for Agriculture. FAO
Irrigation and Drainage Paper 29 (Rev. 1). Rome: Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
Beltran, JM 1999 "Irigasi dengan Air Salin:. Manfaat dan Dampak Lingkungan"
Pertanian Pengelolaan Air 40 (2-3): 183-94.
Blumenthal, U., and A. Peasey. 2002. Critical Review of Epidemiological Evidence
of the Health Effects of Wastewater and Excreta Use in Agriculture.
World Health Organization, Geneva.
Blumenthal, U., and A. Peasey. 2002. Critical Review of Epidemiological Evidence
of the Health Effects of Wastewater and Excreta Use in Agriculture.
World Health Organization, Geneva.
Capra, A., dan B. Scicolone. 2004 "Emisi dan Filter Pengujian Penggunaan Kembali
Air Limbah oleh Irigasi Tetes." Pengelolaan Air Pertanian 68 (2): 135-49
Drechsel, P., U.J. Blumenthal, and B. Keraita. 2002. Balancing Health and
Livelihoods: Adjusting Wastewater Irrigation Guidelines for Resourcepoor Countries. Urban Agricultural Magazine 8: 79.
DRI (Drainage Research Institute), Louis Berger International, Inc., and Pacer
Consultants. 1997. Drainage Water Irrigation Project (Final Report). Cairo.
El-Guindy, S. 2003. Requested Protections and Safe Guards against Misuse of the
Agricultural Drainage Water for Irrigation Purposes in Egypt. In R.
Ragab, ed., Sustainable Strategies for Irrigation in Salt-prone
Mediterranean Region: A System Approach: Proceedings of an
International Workshop. Cairo, Egypt, 810 December 2003. Wallingford,
UK: Centre for Ecology and Hydrology.
28

Ensink, J.H.J., T. Mehmood, W. Van der Hoek, L. Raschid-Sally, and F.P.


Amerasinghe. 2004. A Nation-wide Assessment of Wastewater Use in
Pakistan: An Obscure Activity or a Vitally Important One? Water Policy
6: 197206.
Foster, S.S.D., H. Gale, and I. Hespanhol. 1994. Impacts of Wastewater Use and
Disposal on Groundwater. Technical Report WD/94/55. Nottingham, UK:
British Geological Survey.
Foster, SSD, H. Garduo, A. Tuinhof, K. Kemper, dan M. Nanni. 2004 "Air Limbah
Perkotaan Sebagai Pengisi Kembali Air Tanah: Mengevaluasi dan
Mengelola Risiko dan Manfaat." Catatan Singkat 12 Bank Dunia,
Washington, DC
Ghassemi, F., A.J. Jakeman, and H.A. Nix. 1995. Salinisation of Land and Water
Resources: Human Causes, Extent, Management and Case Studies.
Wallingford, UK: CABI Publishing.
Huibers, FP, dan JB Van Lier. 2005 "Penggunaan Air Limbah Pertanian:.
Pendekatan" Irigasi dan Drainase 54 (. Suppl 1): S-3-S-9.
Hussain, I., L. Rasyid, MA Hanjra, F. Marikar, dan W. van der Hoek. 2001 "Sebuah
Kerangka untuk Menganalisis Sosial Ekonomi, Kesehatan dan Dampak
Lingkungan Air Limbah digunakan dalam Pertanian di Negara
Berkembang." Working Paper 26 Institut Manajemen Air Internasional,
Kolombo.
IPTRID (International Programme for Technology and Research in Irrigation and
Drainage). 2005. Towards Integrated Planning of Irrigation and Drainage
in Egypt. Rapid assessment study in support of the Integrated Irrigation
Improvement Project. Rome.
IWMI (International Water Management Institute). 2003. Confronting the Realities of
Wastewater Use in Agriculture. Water Policy Briefing 9. Colombo.
Janosova, B., J. Miklankova, P. Hlavinek, and T. Wintgens. 2006. Drivers for
Wastewater Reuse: Regional Analysis in the Czech Republic.
Desalination 187 (13): 10314.
Keraita, B.N., and P. Drechsel. 2004. Agricultural Use of Untreated Urban
Wastewater in Ghana. In C.A. Scott, N.I. Faruqui, and L. Raschid-Sally,
eds., Wastewater Use in Irrigated Agriculture. Wallingford, UK: CABI
Publishing.
Mara, D. 2003. Pengolahan Air Limbah Domestik di Negara Berkembang. London,
UK: Earthscan.
McCornick, P. G., A. Hijazi, and B. Sheikh. 2004. From Wastewater Reuse to Water
Reclamation: Progression of Water Reuse Standards in Jordan. In C.
Scott, N.I. Faruqui, and L. Raschid, eds., Wastewater Use in Irrigated
Agriculture: Confronting the Livelihood and Environmental Realities.
Wallingford, UK: CABI Publishing.
29

Mexico CNA (Comisin Nacional del Agua). 2004. Water Statistics. Mexico City:
National Water Commission. (In Spanish).
Minhas, P.S., and J.S. Samra. 2003. Quality Assessment of Water Resources in the
Indo-Gangetic Basin Part in India. Karnal, India: Central Soil Salinity
Research Institute.
Minhas, P.S., and J.S. Samra. 2003. Quality Assessment of Water Resources in the
Indo-Gangetic Basin Part in India. Karnal, India: Central Soil Salinity
Research Institute.
Moreno, F., F. Cabrera, E. Fernandez-Boy, IF Giron, JE Fernandez, dan B. Bellido.
2001 "Irigasi dengan Air Salin di Lahan Reklamasi Marsh Selatan
Spanyol Barat: Dampak Kepemilikan Tanah pada Tanaman Kapas dan
Tebu" Pengelolaan Air Pertanian 48 (2): 133-50.
Raschid-Sally, L., and J. Parkinson. 2004. Wastewater Reuse for Agriculture and
AquacultureCurrent and Future Perspectives for Low-income
Countries. Waterlines Journal 23 (1): 24.
Raschid-Sally, L., and P. Jayakody. Forthcoming. Understanding the Drivers of
Wastewater Agriculture in Developing CountriesResults from a Global
Assessment. Comprehensive Assessment Research Report Series.
International Water Management Institute, Colombo
Scott, CA, JA Zarazua, dan G. Levine. 2000 Air Limbah Perkotaan Penggunaan
Kembali untuk Produksi Tanaman di Air Dangkal Guanajuato River Basin,
Mexico. IWMI Laporan Penelitian 41. Colombo: Institut Manajemen Air
Internasional. Shuval, HI, P. Yekutiel, dan B. Fattal. 1984 "Bukti
epidemiologis untuk cacing dan Kolera Transmisi oleh Sayuran irigasi
dengan air limbah. Yerusalem-Sebuah Studi Kasus" Sains dan Teknologi,
17 Air: 433-42.
Shuval, H.I., A. Adin, B. Fattal, E. Rawitz, and P. Yekutiel. 1986. Wastewater
Irrigation in Developing Countries: Health Effects and Technical Solutions.
Technical Paper 51. World Bank, Washington, D.C.
Shuval, H.I., A. Adin, B. Fattal, E. Rawitz, and P. Yekutiel. 1986. Wastewater
Irrigation in Developing Countries: Health Effects and Technical Solutions.
Technical Paper 51. World Bank, Washington, D.C.
Skaggs, R.W., and J. Van Schilfgaarde, eds. 1999. Agricultural Drainage. Madison,
Wisc.: American Society of Agronomy, Crop Science Society of America,
and Soil Science Society of America. Stenhouse, J., and J. Kijne. 2006.
Prospects for Productive Use of Salin Water in West Asia and North
Africa. Research Report 11 of the Comprehensive Assessment of Water
Management in Agriculture. Colombo: International Water Management
Institute.
Toze, S. 2006. Pengelolaan Air Pertanian 80 (1-3) "Penggunaan Kembali Air Limbah
-Manfaat dan Risiko.": 147-59.
30

UNDP (United Nations Development Program). 1996 Perkotaan Pertanian: Pekerjaan


Pan gan, dan Kota Berkelanjutan. Publikasi Series untuk Habitat II,
Volume Satu. New York.
Van der Hoek, W. 2004. A Framework for a Global Assessment of the Extent of
Wastewater Irrigation: The Need for a Common Wastewater Typology. In
C.A. Scott, N.I. Faruqui, L. Raschid-Sally, eds., Wastewater Use in
Irrigated Agriculture: Confronting the Livelihood and Environmental
Realities. Wallingford, UK; Colombo; and Ottawa, Canada: CABI
Publishing, International Water Management Institute, and International
Development Research Centre.
Van der Hoek, W., M. Ul Hassan, J.H.J. Ensink, S. Feenstra, L. Rashid-Sally, S.
Munir, M.R. Aslam, N. Ali, R. Hussain, and Y. Matsuno. 2002. Urban
Wastewater: A Valuable Resource for Agriculture. Research Report 63.
Colombo: International Water Management Institute.
Weber, B., and M. Juanic. 2004. Salt Reduction in Municipal Sewage Allocated for
Reuse: The Outcome of a New Policy in Israel. Water Science and
Technology 50 (2): 1722.
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan UNICEF (Dana Anak-anak PBB). 2000
Pemasukan Air Secara Mendunia dan Penilaian Sanitasi .2000 Laporan.
Jenewa dan New York.
. 2006. Guidelines for the Safe Use of Wastewater, Excreta and Grey Water.
Volume 2. Wastewater Use in Agriculture. Geneva. \

31

Anda mungkin juga menyukai