Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

EKODRAINASE SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF


DALAM PENYELESAIAN MASALAH BANJIR
KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GT

Diusulkan Oleh:

David Prastyan 15007034/2007


Iyan Nurdiansyah 15007079/2007

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


BANDUNG
2011

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Ekodrainase sebagai Solusi Alternatif


dalam Penyelesaian Masalah Banjir
Kabupaten Bandung Jawa Barat
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : David Prastyan
b. NIM : 150 07 034
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Teknologi Bandung
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Cisitu Lama II no. 36/ 085269388288
f. Alamat Email : davidp_smanda@yahoo.com
4.
5.
a.
b.
c.

Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 1 Orang


Dosen Pendamping
Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ir. Sri Legowo
NIP : 1957092019840310017
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Pasirluyu X-3/ 081221422905

Bandung, 04 Maret 2011


Menyetujui
Ketua Program Studi Teknik Sipil ITB Ketua Pelaksana Kegiatan

Dr. Ir. Herlien Dwiarti Setio David Prastyan


NIP. 1 95705081982032003 NIM. 15007034

Deputi WRMA Bidang Pengembangan Dosen Pembimbing


Kegiatan non-Kulikuler ITB

( ) Dr. Ir. Sri Legowo

NIP. NIP. 195709201984031001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karya tulis kami yang berjudul Ekodrainase
sebagai Solusi Alternatif dalam Penyelesaian Masalah Banjir Kabupaten
Bandung Jawa Barat, dapat diselesaikan.
Dalam pembuatan karya tulis ini, kami banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak. Terima kasih sedalam-dalamnya kami ucapkan kepada dosen pembimbing
kami, Bapak Dr. Ir. Sri Legowo , yang telah bersedia membantu kami menyusun
karya tulis ini; kepada keluarga dan teman-teman yang mendukung secara moral
maupun material melalui banyak kritik, saran, bantuan, maupun fasilitas.
Kami menyadari gagasan ini masih terdapat kekurangan dan perlu diteliti lebih
lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik, saran yang membangun,
maupun pengembangan lebih lanjut dari pembaca untuk menjadikan gagasan ini
lebih bermanfaat lagi.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam karya tulis ini. Semoga gagasan
dalam karya tulis ini bisa bermanfaat bagi manusia dan alam.

Bandung, Maret 2011


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan .............................................................


............................... ii
Kata pengantar .................................................................
.................................... iii
Daftar isi .....................................................................
.......................................... iv
Daftar Gambar ..................................................................
.................................... iv
Ringkasan ......................................................................
........................................ v

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................


....................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................
................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .........................................................
............................... 3
BAB II GAGASAN .................................................................
............................. 3
2.1 Kondisi Kekeinian Pencetus Gagasan .........................................
.................... 3
2.2 Solusi yang Ditawarkan .....................................................
............................. 5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
........... 8
3.1 Kesimpulan .................................................................
.................................... 8
3.2 Saran ......................................................................
........................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................
.......................... 9
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi ....................................................


............................ 3
Gambar 2.2 Debit Harian Maksimum 1987
......... 4

2007 .....................................

Gambar 2.3 Perbandingan Debit Harian Maksimum - Minimum 1987

2007 .... 5

Gambar 2.4 Model Sumur Resapan yang Ditawarkan .................................


.......... 6
Gambar 2.5 Gambar Detail Sumur Resapan .........................................
................. 6
Gambar 2.6 Sketsa Ekodrainase ..................................................
........................... 7

RINGKASAN

Banjir dan kekeringan menjadi masalah yang akrab terjadi di dalam


kehidupan di sekitar kita saat ini . Semakin menyusutnya lahan terbuka
sebagai daerah resapan air menjadi akar permasalahan konservasi air yang
terjadi sepanjang tahun, baik selama musim kemarau maupun musim hujan.
Ketika musim kemarau, karena begitu minimnya air yang terinfiltrasi ke
dalam tanah menyebabkan berkurang drastisnya volume air yang bisa
digunakan oleh masyarakat. Sementara pada musim penghujan, karena air
tidak teresap dengan baik karena tanah tertutupi oleh perkerasan di atasnya,
menyebabkan volume air limpasan menjadi meningkat drastis, sehingga
kapasitas saluran drainase tidak lagi mencukupi volume air limpasan tersebut,
dan menyebabkan air limpasan hujan meluap dan banjir.
Untuk itu penulisan gagasan ini ditulis untuk menawarkan solusi
alternatif dalam penyelesaian masalah diatas disamping juga memperbaharui
solusi yang sudah ada namun terkendala beberapa hal. Inovasi ini harus
mampu mereduksi volume air limpasan dan menggunakan lahan yang
seminimal mungkin, dan yang terpenting adalah mengembalikan fungsi
alamiah lingkungan. Landasan teori dalam tulisan ini berupa penjabaran
silkus hidrologi, tinjauan banjir secara komprehensif, tinjauan air tanah, dan
konsep sumur resapan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
ialah deskriptif analitis dengan sumber informasi berupa data debit sungai
Nanjung (outlet DAS cekungan Bandung). Data ini didapat dari Dinas PSDA
Jawa Barat. Informasi yang didapat dari pengolahan data tersebut akan
menjadi landasan gagasan pada penulisan karya tulis ini. Pada karya tulis ini,
kami mengusulkan alternatif sistem ekodrainase yang bertujuan untuk
mengoptimalkan peresapan air ke dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Bandung saat ini telah tumbuh pesat menjadi kota besar yang
padat penduduk dan bangunannya. Namun, pertumbuhan jumlah penduduk
dan bangunannya tersebut tidak diimbangi oleh penataan lingkungan yang
baik. Akibatnya, Lingkungan Kota Bandung saat ini secara umum cenderung
mengalami perkembangan yang buruk. Selama kurun waktu 1994-2001
terjadi perubahan besar-besaran terhadap Kawasan Bandung Utara (KBU).
Hutan sekunder yang semula luasnya 39.349,3 hektar menjadi tinggal 5.541,9
hektar pada tahun 2001 (Sumber : KBLH Kota Bandung). Akibatnya, Banyak
sekali terjadi degradasi fungsi-fungsi lingkungan yang berujung pada
munculnya masalah-masalah ketidakseimbangan bahkan bencana alam.
Di Perumahan Padat daerah Cisitu, Coblong, Bandung Tengah
(Elevasi 700 meter diatas permukaan laut) misalnya, ketika musim
penghujan tiba, banjir menjadi masalah rutin yang terjadi dan ketika musim
kemarau datang, masalah yang terjadi adalah kekeringan air akibat dari
penurunan muka air tanah (Water table). Menurut Badan Pengendali
Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung tahun 2006, setiap tahunnya
permukaan air tanah mengalami penurunan 0,42 meter. Data lainnya dari
tahun 1999 (BPLH Kota Bandung) menunjukan daerah Cibeunying (Baksil),
muka air tanah berada pada kedudukan 14,35 meter dari asal mulanya 22,99
meter. Jika dikaji lebih mendalam, masalah diatas muncul akibat perubahan
ruang lahan terbuka hijau menjadi pemukiman yang padat dengan perkerasan
semen rata-rata hampir 90% menutupi seluruh permukaan tanah asli.

Lahan terbuka hijau yang awalnya adalah area untuk air hujan masuk
ke dalam tanah (infiltasi), ketika tata guna lahannya berubah menjadi
pemukiman, area tersebut tidak dapat lagi meresapkan air hujan ke dalam
tanah. Lebih dari 75 persen intensitas air hujan di Kawasan Bandung Utara
sebanyak 2.250 mm per tahun dihanyutkan ke Kota Bandung yang memiliki

saluran drainase yang buruk (Sobirin, DPKLTS) yang menandakan buruknya


pengelolaan DAS Bandung. Akibatnya, pada saat musim penghujan, air hujan
dalam volume yang besar tidak diresapkan ke dalam tanah tetapi langsung
dilimpaskan ke sistem saluran drainase yang kapasitasnya tidak sebanding
dengan volume air hujan yang dilimpaskan sehingga terjadi genangangenangan air hujan dan luapan pada sistem saluran drainase hingga ke atas
permukaan jalan-jalan umum.
Untuk Kawasan Bandung Utara pada tahun 1960-an, ketika terjadi
hujan 40% air melimpas dan 60% meresap ke dalam tanah. Pada tahun 2008,
dengan semakin banyaknya bangunan, ketika terjadi hujan 95% air melimpas
(menjadi banjir), 5% meresap ke dalam tanah (Sumber : DPLKTS). Kiriman
limpasan air hujan ini dapat menyebabkan debit sungai (sesuai dengan
Daerah Aliran Sungainya) melebihi Kapasitas Tampung Sungainya (KTS)
yang berakibat banjir pada Bandung Selatan yang secara topografi letak
ketinggiannya berada dibawah Bandung Tengah (berdasarkan Peta Kontur
Geologi tahun 2009).
Teknologi yang tepat untuk mengatasi masalah diatas sebenarnya telah
ada dan sudah disosialisasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) yakni
sumur resapan. Selain mampu menangulangi banjir, sumur resapan juga
mampu menaikan ketinggian muka air tanah (Water Table), sehingga ketika
musim kemarau tiba masalah kekeringan air dapat diminimalkan. Namun,
Solusi tersebut belum mampu diterapkan secara baik oleh masyarakat Kota
Bandung disebabkan oleh berbagai kendala yang ada. Sumur resapan tersebut
tidak banyak diterapan oleh masyarakat di pemukiman padat meskipun sudah
disosialisasikan. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah biaya
pembuatan yang kurang ekonomis, kebutuhan 1 sumur resapan untuk setiap
rumah, dan keterbatasan lahan untuk pembuatan sumur resapan tersebut
sehingga masyarakat masih enggan untuk menerapkannya. Oleh karena itu,
diperlukan solusi alternatif berupa sumur resapan alternatif dan sistem
drainase yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan banjir diatas.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dilaksanakan program penelitian ini adalah :
1. Merancang desain sumur resapan yang lebih aplikatif diterapkan
dilingkungan padat perumahan
2. Merancang sistem drainase yang mampu mengatasi banjir kota Bandung.
3. Mengusulkan sebuah inovasi teknologi tepat guna pada pemerintah dan
masyarakat setempat sebagai solusi alternatif mengatasi masalah banjir
dan kekeringan di kota Bandung.
4. Memberikan sebuah gagasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam
upaya penataan, perbaikan, dan pengembalian fungsi alamiah lingkungan
secara efektif dan efisien.

BAB II GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan


Siklus hidrologi pada hakikatnya merupakan sirkulasi air di bumi.
Secara singkat proses yang terjadi dalam siklus hidrologi adalah uap dari laut
dihembuskan ke atas daratan lalu jatuh ke daratan sebagai hujan. Sebagian
dari hujan yang jatuh di daratan menguap dan meningkatkan kadar uap di
atas daratan sedangkan sebagian yang lain akan mengalir ke sungai dan
akhirnya menuju ke laut. Sirkulasi antara air laut dan air daratan akan
berlangsung secara terus menerus. Sirkulasi air tersebut kemudian disebut
dengan Siklus Hidrologi. Secara umum, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi

0
100
200
300
400
500
600
700
1985
1990
1995
2000
2005
2010
debit harian maksimum
Tahun
Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan tanah ke dalam
tanah. Infiltrasi berkurang terus seiring dengan bertambahnya tingkat
kejenuhan tanah. Apabila hujan yang turun di suatu daerah melebihi laju
infiltrasi daerah tersebut, maka akan terjadi runoff . Runoff adalah air
limpasan permukaan, yaitu air yang tidak terserap oleh tanah kemudian
melimpas di permukaan dan mengalir terus sampai bertemu dengan limpasan
lainnya (menjadi sungai) kemudian mengalir sampai ke laut.
Dari parameter hidologi yang ada, runoff merupakan parameter
turunan yang dipengaruhi oleh curah hujan dan infiltrasi. Parameter curah
hujan adalah parameter yang acak dan given, artinya tidak bisa direkayasa
kejadiannya. Parameter yang dapat direkayasa adalah infiltrasi. Artinya,
mengontrol parameter infiltrasi dapat dilakukan untuk mengatur kejadian
banjir yang mungkin terjadi (Syahril, 2000).
Pengukuran debit sungai Nanjung (anak sungai Citarum) selama dua
puluh tahun menunjukkan bahwa debit harian maksimum mengalami tren
kenaikan. Begitu pula dengan rasio debit harian maksimum-minimumnya
yang juga mengalami tren kenaikan (Sumber : PSDA Jabar).

Gambar 2.2 Debit Harian Maksimum 1987

2007

0
100
200
300
400
500
600
700
1985
1990
1995
2000
2005
2010
perbandingan debit harian
maksimum -minimum
Tahun

Gambar 2.3 Perbandingan Debit Harian Maksimum - Minimum 1987

2007

Kedua fakta di atas menunjukkan bahwa limpasan air dari DAS


Nanjung (cekungan Bandung) mengalami kenaikan pada musim hujan, dan
tidak mencukupinya air tanah pada musim kemarau. Hal tersebut apabila
dikaji lebih jauh, merupakan akibat dari berkurangnya infiltrasi yang
disebabkan oleh perubahan tata guna lahan. Di antaranya adalah perubahan
tata guna lahan dari semula lahan terbuka menjadi daerah permukiman yang
minim penyerapan air hujan. Kejadian tersebut akan menyebabkan
melimpahnya air pada musim hujan, dan sebaliknya sangat minimumnya air
pada musim kemarau Dan fakta-fakta diatas merupakan permasalahan yang
dihadapi kota Bandung saat ini.

2.2 Solusi yang Ditawarkan


Sumur resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan
meresapkan air hujan ke dalam tanah. Konsep dasar sumur resapan pada
hakekatnya adalah suatu sistem drainase dimana air hujan yang jatuh di atap
atau lahan kedap air ditampung pada suatu sistem resapan air. Berbeda

dengan cara konvensional dimana air hujan dibuang atau dialirkan ke sungai
terus ke laut, cara ini mengalirkan air hujan ke dalam sumur-sumur resapan
yang dibuat di halaman rumah. Sumur resapan ini merupakan sumur dengan

UDAH
Udah sumur
kapasitas tampungan yang cukup besar sebelum air meresap ke dalam tanah.
Dengan adanya tampungan, maka air hujan mempunyai cukup waktu untuk
meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian tanah menjadi optimal.
Model sumur resapan yang diajukan :

Gambar 2.4 Model Sumur Resapan yang Ditawarkan

Gambar 2.5 Gambar Detail Sumur Resapan

G:\bru\Photo0150.jpg
G:\bru\Photo0157.jpg
C:\Documents and Settings\deivid\Desktop\ambl tnh2.JPG
Gambar 2.6 Sketsa Ekodrainase
KOLAM KONSERVASI
KOLAM KONSERVASI
PERUMAHAN
Kolam konservasi merupakan
salah satu sistem dalam konsep
ekodrainase, dapat dibuat
dengan memanfaatkan daerahdaerah dengan topografi rendah,
daerah-daerah bekas galian
pasir atau galian material
lainnya, atau secara ekstra
dibuat dengan menggali suatu
areal atau bagian tertentu.
Dengah diterapkannya ekodrainase yang didalamnya terdapat sumur resapan
yang telah dimodif maka air kelebihan pada musim hujan dapat dikelola
sedemikian rupa sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai tetapi meresap
ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan
pada musim kemarau. Konsep cocok untuk daerah beriklim tropis dengan
perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrem seperti di Indonesia.

Mengenai desain sumur resapan yang telah dimodifikasi, penulis


pernah mengujikannya di sebuah Asrama mahasiswa ITB, Desain ini disusun
dengan mempertimbangkan cakupan hujan untuk sebuah area tersebut, dan
hsil yang didapat:

01.JPG
Dari 1946 data hujan (2005 hingga
2010), Analisa kapasitas Sumur
Resapan mampu mengatasi hujan
dengan Intensitas hujan cukup tinggi,
yakni sebesar 16mm dalam rentan
waktu 1 jam penuh. Efektifitas 87%.

Untuk menerapkan gagasan ini penulis


mempertimbangkan pihak-pihak seperti
Pemerintah setempat (sebagai fasilitator),
pengelola PNPM di masyarakat, serta pihak-pihak yang peduli terhadap
masalah banjir untuk mensosialisasikan keunggulan konsep ekodrainase ini
baik dalam hal manfaatnya atau segi ekonimisnya (lebih murah disbanding
konsep darinase konvensional) kemudian membuat model percontohannya
untuk bisa ditiru di masyarakat tersebut khususnya dalam hal ini kabupaten
Bandung. Dengan demikian, bukan tidak mungkin aplikasi gagasan ini akan
berpengaruh secara signifikan terhadap usaha konservasi air tanah dan
penanggulangan resiko banjir dalam cakupan lahan yang besar. Tentunya
dengan peran aktif dari masyarakat dan pemerintah tersebut di atas.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Pada karya tulis ini, kami telah mengusulkan alternatif desain sumur
resapan yang terintegrasi kedalam system ekodrainase (kolam konservasi)
dengan tujuan untuk mengoptimalkan resapan air hujan ke dalam tanah.
Untuk mengimplementasikannya dibutuhkan kerjasama dari masyarakat
(misalnya pengelola PNPM atau pihak/LSM yang peduli terhadap
lingkungan) dan pemerintah setempat sebagai fasilitator untuk
mensosialisasikan ide ini (segi manfaat dan ekonomisnya) pada masyarakat
luas serta membuat model percontohannya (yang penulis lakukan di Asrama
Mahasiswa ITB).

Penulis memprediksikan bila gagasan ini diterapkan, setidaknya


kontribusi limpasan air hujan per rumah tereduksi sekitar 80% lebih
(berdasarkan percobaan yang penulis lakukan) sehingga mengurangi beban
darinase diperkotaan atau suatu area sehingga resiko banjir dapat
diminimalkan secara signifikan. Sehingga kejadian meluapnya saluran
drainase ataupun sungai (saluran drainase primer) diharapkan tidak terjadi
lagi atau terjadi dengan dampak yang jauh lebih kecil dibanding saat ini.
Selain itu dapat pula menyimpan lebih banyak cadangan air tanah untuk
menghindari masalah kekeringan di musim kemarau.

3.2 Saran
Penulis membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa saja yang
ingin lebih mengembangkan gagasan ekodrainase ini agar dapat
teraplikasikan dengan luas, dan lebih bermanfaat bagi manusia dan alam.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Braja M Das. 1985. Mekanika Tanah. Jakarta: Erlangga.


(2) Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(3) Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

http://luk.staff.ugm.ac.id/bta/siklushidrologi [Akses 01 Maret 2011].


Rahardian M. 2008. Perencanaan Sistem Drainase. Bandung: ITB.
http://acehpedia.org/Air_Tanah [Akses 01 Maret 2011].
Bowles J. 1993. Sifat-sifat fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2000. Pedoman Pengendalian

Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir. Bandung: Dinas PSDA.


(9) Tim Penyusun Laboratorium Mekanika Tanah ITB. 2008. Panduan
Praktikum Mekanika Tanah. Bandung: ITB.
(10) http://bebasbanjir2025.wordpress.com [Akses 01 Maret 2011].

Curriculum Vitae
Ketua Pelaksana : DAVID PRASTYAN
Tanggal Lahir : 22 Oktober 1988
Tempat Lahir : Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
Karya Ilmiah yang pernah dibuat
.
Sistem Kunci Pintu dengan Mikrokontroler (Yogyakarta, Desember 2006)
.
Optimalisasi Kapasitas Sumur Resapan (Bandung, Maret 2009)
.
Rancang Bangun Drainase (Bandung, Oktober 2010)
Penghargaan yang pernah didapat
.
Piagam Setara Medali Perak PKM-GT pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXII
Universitas Brawijaya tahun 2009
.
Piala Rancang Bangun Sipil 2010 Universitas Udayana
.
3 Besar Profico Award ITB 2011 Kategori Pengabian Masyarakat
.
3 Besar Profico Award ITB 2011 Kategori Karya Aplikatif

Anggota 1 : IYAN NURDIANSYAH


Tanggal Lahir : 22 Februari 1989
Tempat Lahir : Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Karya Ilmiah
.
Artikel : Akankah Bandung Mati? (Bandung, 2007)
.
Gagasan Tertulis : Infrastruktur Berbasis Kerakyatan

(Bandung, 2008)

Penghargaan yang pernah didapat


.
Finalis Lomba Fisika Neo Newton Exhibition Unpar pada tahun 2007
.
Juara II Lomba Artikel Tertulis pada Peringatan HUT Bandung tahun 2008
.
Juara harapan II Olimpiade Fisika Himpunan Mahasiswa Fisika Unpad tahun 2008
.
Finalis Lomba Karya Tulis ITB Expo 2008

Anda mungkin juga menyukai