Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH LAMA PENYINARAN LED MERAH BIRU TERHADAP

KADAR KLOROFIL TANAMAN PAKCOY (Brassica Rapa L)

Oleh
GREGORIUS ADELBERTUS SAMUR
1610531015

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia terletak di daerah tropis, sehingga memungkinkan untuk

mengembangkan berbagai jenis komoditas hortikula. Laju peningkatan produksi

tanaman sayuran di Indonesia berkisar antara 2,4-7,7 % setiap tahun (Suwandi, 2009).

Diantara berbagai macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan di Indonesia,

Pakcoy merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Brassi caceae. Pakcoy dapat

tumbuh di daerah dataran rendah maupun di dataran tinggi . Tanaman ini jarang

dikonsumsi dalam bentuk mentah, tetapi biasa digunakan sebagai bahan sup dan

hiasan (garnish) (Edi dan Bobi hoe, 2010). Tidak luput dari berbagai masalah dan

kendala yang di hadapi dalam pembudidayaan bayam salah satunya adalah intesitas

cahaya matahari yang tidak efesien. Radiasi matahari yang ditangkap oleh klorofil

merupakan energi dalam proses fotosintesis. Peningkatan sinar matahari

mempercepat laju pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, penurunan intesitas radiasi

matahari akan memperpanjang umur tanaman (Tjasjono, 1995). Kendala yang sering

terjadi pada petani konvensional di Indonesia adalah karena curah hujan yang tinggi

(Rosliani dan Sumarni, 2005). Hal ini menyebabkan intesitas cahaya matahari

terhadap bayam terganggu sehingga menyebabkan laju pertumbuhan terhambat.

Intensitas cahaya merupakan jumlah total cahaya yang diterima oleh tanaman.

Intensitas cahaya sangat berkorelasi dengan laju fotosintesis tanaman budidaya.

Tanaman yang menyukai cahaya jika diberi intensitas cahaya yang tinggi atau rendah

akan menunjukkan perbedaan dan karakteristik fotosintesis tertentu (Yuswita, 1995).


Menurut Fides (1992) penambahan cahaya buatan untuk menciptakan kondisi hari

panjang di daerah katulistiwa sekitar 3-4 jam dengan intensitas cahaya dengan kisaran

32-108 lux. Lampu light emitting diode (LED) merupakan salah satu cara untuk

memanipulasi cahaya matahari (Lindawati, dkk, 2015).

Menurut Morrow (2008) light emitting diode (LED) dapat digunakan untuk

meningkatkan pertumbuhan karena tidak memiliki suhu yang tinggi. Saat

menggunakan manipulasi cahaya harus di perhatikan juga kualitas cahaya yang

digunakan. Warna cahaya lampu LED sangat baik digunakan untuk mempercepat

fotosintesis. Warna biru untuk fase vegetatif dan warna merah untuk fase generative

(Soeleman dan Donor, 2013). Pada penelitian Sugara (2012) di Amazing Farm

Lembang, system budidaya aeroponic dengan memanfaatkan teknologi manipulasi

cahaya menggunakan lampu LED pada tanaman selada dapat meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Pada penelitian Wiguna (2015) berdasarkan

hasil penelitian pada pertumbuhan tanaman krisan yang baik dapat digunakan

penambahan warna cahaya lampu LED warna merah selama 30 hari pada fase

vegetatif.

Berdasarkan penelitian sebelumnya efektivitas penerapan manipulasi cahaya

matahari dan lama penyinaran dapat mempercepat laju pertumbuhan tanaman, maka

pada penelitian ini akan dilakukan penelitian pengaruh lama penyinaran led merah

biru terhadap kadar klorofil tanaman pakcoy.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pakcoy

Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah tanaman jenis sayur-sayuran yang termasuk

dalam keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah

dibudidayakan secara luas setelah abad ke-5 di China Selatan dan China Pusat serta

Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sekeluarga

dengan Chinesse vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina,

Malaysia, Thailand dan Indonesia (Yogiandre et al., 2011).

Menurut (Setiawan, 2014). Klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai

berikut

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica rapa L


Yogiandre et al. (2011) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satu

sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai,

berbentuk oval, berwarna hijau tua dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh

agak tegak atau setengah mendatar. Tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang

yang tertekan. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging.

Bunga berwarna kuning pucat. Tinggi tanaman mencapai 15-30 cm. Keragaman

morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas.

2.1.1 Syarat Tumbuh Pakcoy

Pakcoy merupakan tanaman semusim yang hanya dapat dipanen satu kali.

Sawi pakcoy dapat dipanen pada umur 40-60 hari (ditanam dari benih) atau 25-30

hari (ditanam dari bibit) setelah tanam (Prastio, 2015). Daerah penanaman yang

cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas

permukaan laut. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu panas

maupun bersuhu dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun

dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik

di dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam

sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman

secara teratur. (Setiawan, 2014).

2.2 CAHAYA

Cahaya merupakan gelombang yang dihasilkan oleh perpaduan dari medan

magnet dan listrik yang dapat ditangkap oleh mata (Suwarno dan Hotimah, 2009).
Pada penelitian-penelitian selajutnya bahwa cahaya merupakan Suatu gelombang

elektromagnetik yang dalam kondisi tertentu dapat berkelakuan seperti suatu partikel.

Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak memerlukan medium

untuk merambat, sehingga cahaya dapat merambat tanpa memerlukan medium. Oleh

karena itu, cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan memberi kehidupan di

dalamnya. Cahaya merambat dengan sangat cepat, yaitu dengan kecepatan 3×108m/s,

artinya dalam waktu satu sekon cahaya dapat menempuh jarak 300.000 km. (Sunardi,

2012).

Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari

diradiasikan ke segala arah dan hanya sebagian kecil saja yang diterima bumi. Energi

matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi

dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium

untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi

berbentuk gelombang elektromagnetik yang menjalar dengan kecepatan 10 cahaya.

Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam

mikron (Tjasjono, 1995).

Cahaya matahari sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia,

hewan, dan tumbuhan. Bagi tumbuhan cahaya sangat berperan penting untuk

menentukan proses fotosintesis. Seperti teori yang sudah ada, tumbuhan yang

mengalami kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan

gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan

daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat (tidak hijau). Semua ini terjadi
dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk

penunjang selsel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang

menyebabkan tumbuhan-tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative

pendek, daun berkembang, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang

kecambah lebih kokoh (Erniyanti, 2016).

2.2.1 Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Tanaman memerlukan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Durasi dan

intensitas pencahayaan merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan tanaman.

Tanaman di daerah tropis memerlukan cahaya alami ataupun buatan sekitar 12

jam/hari dalam masa pertumbuhan, tergantung kebutuhan dan jenisnya. Pencahayaan

di dalam ruangan dapat menggunakan lampu fluorescent atau tabung TL (tube

luminescence). Apabila pencahayaan tidak sesuai, pertumbuhan tanaman menjadi

abnormal dan terjadi kerusakan pada bagian tanaman (Kencana dan Lestari, 2008).

Menurut Vandre (2008), tanaman sayur dapat tumbuh dengan optimal dengan

kisaran cahaya 15 sampai 20 W/ft2, atau setara dengan 161 sampai 215 W/m2.

Perbedaan respon setiap varietas terhadap pencahayaan disebabkan oleh perbedaan

genetik setiap varietas. Salah satu faktor yang menentukan sensitifitas tanaman terhadap

cahaya adalah adanya pigmen fitokrom yang berfungsi sebagai reseptor cahaya

(Kesumawati dkk. 2012).

2.2.2 Lama Penyinaran


Menurut Lakitan (1994) Tumbuhan akan memasuki fase generative saat

tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap

periode sehari semalam dan sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan

memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat (<10 jam). Kelompok

tumbuhan yang membutuhan lama penyinaran yang panjang disebut tumbuhan hari

panjang (long-day plant), kelompok tumbuhan yang membutuhkan lama penyinaran

yang singkat disebut tumbuhan hari pendek (short-day plant) dan kelompok

tumbuhan yang fase perkembangan tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut

sebagai tumbuhan hari netral (neutral-day plant) kelompok ini akan memasuki fase

generatif baik jika menerima lama penyinaran yang panjang ataupun singkat.

Jika ingin mengadakan cahaya buatan untuk penelitian di laboratorium maka

lama potoperiode harus 12-18 jam, apabila kurang dari 12 jam maka fotosintesa akan

merupakan faktor pembatas, sedangkan apabila lebih dari 18 jam akan memberikan

pengaruh yang tidak baik pada beberapa jenis tanaman. Selain itu, kualitas cahaya juga

harus diperhatikan (Sutopo, 2004).

Lama penyinaran akan menentukan apakah tanaman akan membentuk internode

yang panjang atau lebih pendek dari internode normal. Tanaman hari pendek, lama

penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk bagian-bagian

vegetatif yang bersifat gigas dan pembungaan terhambat. Tanaman hari panjang, jika

lama penyinaran lebih pendek akan menunjukkan internode yang lebih pendek dan

cenderung membentuk roset serta pembungaannya terhambat (Sutoyo, 2011).

2.3 Lampu LED


Light Emiting Diode (LED) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan

cahaya monokromatik atau bisa diartikan sebagai dioda yang memancarkan cahaya

bila dialirkan arus listrik. Lampu LED memancarkan cahaya semata-mata oleh

pergerakan elektron pada material. Lampu LED terdiri dari bahan/material

semikonduktor yang memancarkan gelombang cahaya yang dapat dilihat oleh mata

manusia dan memancarkannya dalam jumlah besar (Kurniawati, 2010).

Menurut Giancoli (2001) cahaya tampak merupakan gelombang

elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang berkisar 400 nm hingga 750 nm.

Adapun cahaya yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk fotosintesis yaitu cahaya

tampak dengan panjang gelombang antara (400-740) nanometer (Hopkin, 1999). Hal

ini ditunjukkan pada tabel 2.1.

Warna Panjang Gelombang (nm) Frekuensi Energi poton

Merah 610-720 nm 668-789 THz 2.75-3.26 eV


Kuning 565-590 nm 606-668 THz 2.50-2.75 eV
Hijau 520-565 nm 526-606 THz 2.17-2.50 eV
Biru 490-500 nm 508-526 THz 2.10-2.17 eV
Ungu 435-490 nm 400-484 THz 1.65-2.00 eV
Tabel 2.1 Spektrum cahaya tampak (Fitter dan Hay, 1991).

Jika berkas cahaya yang sama kuatnya dari cahaya manokromatik dengan

berbagai panjang gelombang dipancarkan pada daun hijau, dan kecepatan fotosintesis

pada setiap panjang gelombang diukur, ternyata gelombang cahaya biru dan cahaya

merah adalah yang paling efektif, karena klorofil dapat menyerap cahaya warna
merah dan biru. Adapun cahaya hijau yang paling tidak efektif dalam melakukan

fotosintesis, karena cahaya hijau tidak dapat diserap oleh klorofil akan tetapi

dilepaskan kembali ke atas (Loveless.A.R, 1991).

Lampu LED penumbuh tanaman sangat tepat untuk menaikkan produksi

tanaman sayur-mayur maupun buah-buahan. Sejak pagi hingga sore hari tanaman

akan mengandalkan proses photosintesanya pada cahaya matahari, dan pada sore

hingga malam dapat memperoleh cahaya dari lampu LED. Dengan semakin lamanya

proses photosintesa, tanaman akan semakin produktif secara ekonomi. Akan tetapi

agar dapat tumbuh secara sehat, tanaman sebaiknya disinari matahari atau lampu

LED dengan total penyinaran tidak melampui 14 – 16 jam setiap harinya. (Rudi

Haryati, dkk 2012).

2.4 Klorofil

Klorofil bertindak untuk menarik elektron dari cahaya matahari agar terjadi

fotosintesis. Struktur kimianya sama dengan heme, suatu senyawa cincin pada

haemoglobin, dimana poros Fe pada heme digantikan oleh Mg. Klorofil itu bertindak

sebagai pengabsorbsi energi dari sinar matahari sehingga ia berubah menjadi molekul

yang berenergi tinggi, yang dapat melepaskan elektron dari molekul air dan proton

dari oksigen. Reaksi kimia fotosintesis adalah sebagai berikut: 6CO 2 + 6H2O

Sinar matahari
C6H12O6 + 6O2
Klorofil
Ada 2 fotosistem: fotosistem klorofil 1 dan fotosistem klorofil 2. Fotosistem

klorofil 1 mengabsorbsi cahaya gelombang panjang (merah), fotosistem klorofil 2

mengabsorbsi cahaya gelombang pendek yang termasuk fotosistem klorofil 1 adalah

klorofil a, sedang yang termasuk fotosistem klorofil 2 adalah klorofil a dan b.

Klorofil a: C55H72O4N4Mg, klorofil b: C55H70O6N4Mg. Perbedaan kedua klorofil ini

terletak pada jumlah atom H dan O. Klorofil a mengabsorbsi cahaya gelombang

panjang dan sedikit gelombang pendek. Klorofil b hanya mengabsorbsi cahaya pada

gelombang pendek (Yatim, 1999).

Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada

fotosistem II sehingga elektron-elektronnya terlepas dan elektron tersebut akan

ditranfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk

fotofosforilasi yang menghasilkan ATP. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II

mengalami kekurangan elektron yang dapat dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi

air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisais air ini adalah

elektron dan oksigen. Pada saat yang sma dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga

mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang di tranfer sepanjang rantai

transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH. ATP dan

NADPH yang dihasilkan dalam fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada

tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus calvin dimana karbon dioksida

diubah menjadi ribulosa (kemudian mejadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut

reaksi gelap karena tidak tergantung pada ada tidaknya cahaya (Arrohmah, 2007).
Ketika cahaya mengenai materi, cahaya itu dapat dipantulkan, diteruskan atau

diserap. Pigmen tertentu akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu

dan cahaya yang diserap akan hilang dengan melepaskan panas. Jika suatu pigmen

disinari dengan cahaya putih, warna yang terlihat adalah warna yang dipantulkan atau

diteruskan oleh pigmen yang bersangkutan. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak

cahaya tampak pada warna biru (400-450 nm) dan merah (650-700 nm) dibandingkan

hijau (500-600 nm). Tumbuhan dapat memperoleh seluruh kebutuhan energi mereka

dari spektrum merah dan biru di dalam wilayah spektrum cahaya tampak dan pada

wilayah antara 500-600 nm sangat sedikit cahaya yang diserap. Jadi warna hijau pada

daun disebabkan karena klorofil menyerap cahay merah dan biru serta meneruskan

dan memantulkan cahaya hijau (Arrohmah, 2007)


BAB III

KONSEP PENELITIAN

Pada penelitian ini akan dijelaskan bagaimana konsep penelitian pengaruh

lama penyinaran led merah biru terhadap kadar klorofil tanaman pakcoy yang

didukung dengan penelitian sebelumnya.

3.1 Pengaruh Lama Penyinaran

Pengaruh lama penyinaran merupakan salah satu perlakuan yang akan

digunakan pada penelitian ini. pada penelitian terdahulu perlakuan tentang lama

waktu penyinaran terhadap tanaman mendapatkan pengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman. Perlakuan waktu penyinaran yang baik terhadap tanamanpun berbeda beda

sesuai tanaman masing-masing.

Pada penelitian Lindawati (2015) tentang pengaruh lama penyinaran

kombinasi lampu led dan lampu neon terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

pakcoy (brassica rapal) dengan hidroponik sistem sumbu (wick system), yaitu lama

penyinaran kombinasi lampu LED 36 watt dan lampu neon 42 watt selama 20 jam

memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman namun belum lebih optimal jika

dibandingkan dengan perlakuan penyinaran cahaya matahari. Berdasarkan penelitian

lainnya seperti pada penelitian Ansori (2019) tentang pemberian warna cahaya

berbeda terhadap pertumbuhan dan kandungan senyawa antioksidan dalam daun

tanaman krisan (chrysanthemum sp), pada penelitiannya perlakuan dengan

penambahan waktu penyinaran pada tanaman krisan dilakukan dengan empat warna
yang berbeda setiap hari dengan lama pencahayaan 4 jam mulai jam 18:00 – 22:00

waktu setempat mempengaruhi variabel pengamatan yang diamati pada tanaman

krisan, terutama dalam meningkatkan tinggi tanaman, meningkatkan berat segar

daun, meningkatkan berat kering daun, dan meningkatkan aktivitas antioksidan.

Menurut Rudi Haryati, dkk (2012) agar tanaman tumbuh secara sehat tanaman

sebaiknya disinari matahari atau lampu LED dengan total penyinaran tidak

melampui 14 – 16 jam setiap harinya, maka dari itu pada penelitian yang dilakukan

ini dikarenakan menggunakan perlakuan dengan hanya menggunakan lampu LED

tanpa disinari matahari menggunakan lama penyinaran dengan 5 perlakuan yaitu 10

jam (P1), 14 jam (P2), 18 jam(P3), 20 jam (P4).

3.2 LED Merah Biru

Penggunaan warna lampu LED merah biru merupakan salah satu alat yang

akan digunakan pada penelitian ini. Penggunaan warna lampu tersebut digunakan

karena pada penelitian-penelitan sebelumnya warna merah dan biru memberikan

pengaruh yang lebih mencolok dibandingkan warna warna lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian Wiguna (2015) tentang Pertumbuhan Tanaman

Krisan (Crhysantemum) Dengan Berbagai Penambahan Warna Cahaya Lampu Led

Selama 30 Hari Pada Fase Vegetatif. Penambahan warna cahaya lampu LED warna

merah memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman krisan

dibandingkan warna lainnya seperti warna kuning hijau biru dan putih. Pada

penelitian yang dilakukan Hakim (2015) tentang rancang bangun plant factory untuk
pertumbuhan tanaman sawi hijau (brassica rapa var. parachinensis) dengan

menggunakan led (light emitting diode) merah dan biru, berdasarkan parameter

pengamatan yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu pengukuran nilai klorofil

tanaman sawi LED biru memiliki nilai yang paling baik debiandingkan fluorescent

dan LED merah.

Berdasarkan penelitian penelitian sebelumnya dikarenakan warna lampu LED

merah dan biru merupakan warna yang paling mempengaruhi pertumbuhan tanaman

maka pada penelitian ini akan digunakan lampu LED merah biru sebagai alat

memanipulasi sinar matahari.

3.3 Pengaruh Lampu Terhadap Klorofil

Cahaya matahari berpengaruh penting dalam proses fotosintesis, dan dalam

proses fotosintesis, klorofil berperan untuk menarik electron sehingga terjadi

fotosintesis, Dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini peran lampu LED adalah

sebagai manipulasi cahaya matahari.

Pada penelitian sebelumnya peran lampu sebagai manipulasi cahaya matahari

mempengaruhi klorofil tanaman seperti pada penelitian Ashlihatina (2019) pengaruh

perlakuan penambahan daya lampu yang berbeda terhadap kadar klorofil dan hasil

panen tanaman buah naga (hylocereus cortaricensis),dalam penelitiannya

menjelaskan perlakuan penambahan daya lampu yang berbeda terhadap kadar

klorofil dan hasil panen tanaman buah naga mempengaruhi kadar klorofil. Dalam

peneltian Hakim (2015) juga tentang rancang bangun plant factory untuk
pertumbuhan tanaman sawi hijau (brassica rapa var. parachinensis) dengan

menggunakan led (light emitting diode) merah dan biru, warna lampu LED biru

mempengaruhi nilai klorofil tanaman sawi.

Berdasarkan penelitian penelitian sebelumnya dikarenakan warna lampu LED

mempengaruhi kadar klorofil pada tanaman maka pada penelitian ini salah satu

parameter yang akan diamati adalah kadar klorofil pada tanaman Pakcoy.
DAFTAR PUSTAKA

Ansoria, Agus Rizki, Denna Eriani Munandara, and Fitria Riany Erisa. "Pemberian
Warna Cahaya Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Senyawa
Antioksidan Dalam Daun Tanaman Krisan (Chrysanthemum Sp) Different
Light Colors on the Growth and Content of Antioxidant Compounds in
Chrysanthemum Leaves (Chrysanthemum sp)." Jurnal Bioindustri Vol 1.02
(2019).
Arrohmah, Agus Supriyanto, and Kusumandari Kusumandari. "Study of chlorophyll
characteristic on leaves as photodetector organic material." Biofarmasi
Journal of Natural Product Biochemistry 5.2 (2007): 67-72.
Ashlihatina, Laili Nur. Pengaruh Perlakuan Penambahan Daya Lampu Yang Berbeda
Terhadap Kadar Klorofil Dan Hasil Panen Tanaman Buah Naga (Hylocereus
Cortaricensis)(Dimanfaatkan Sebagai Sumber Belajar Biologi). Diss.
University of Muhammadiyah Malang, 2019.
Edi, S dan J. Bobihoe. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Jambi. 54 hal.
Erniyanti et al,. 2016. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kacang
Hijau.Samarinda: Mitreka Satata.
Fides. 1992. Fides Mum Manual: for all year round chrysanthemum. Fides.
Alsmeer.102p
Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.

Hakim, Ryan Maulana Abdul, Yusuf Hendrawan, and Musthofa Lutfi. "Rancang
Bangun Plant Factory untuk Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica
Rapa var. Parachinensis) dengan Menggunakan Led (Light Emitting Diode)
Merah dan Biru." Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 3.3
(2015): 382-390.
Hopkin. 1999. Introduction to Plant Physiology. John Wiley and asONS, Inc. New
York. Pp. 301-415.
Kencana, I. dan Lestari. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya.
Jakarta

Kesumawati E, Hayati E, Thamrin M. 2012. Pengaruh Naungan dan Varietas


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Strowberry (Fragaria sp.) di
Dataran rendah. J. Agrista 16(1): 14 – 21.
Kurniawati, Lia. 2010. Pengaruh Pencahayaan LED. Jakarta: Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Lindawati, Y. 2015. Pengaruh Lama Penyinaran Lampu LED dan Lampu Neon
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan
Hidroponik Sistem Sumbu (Wick System) [Skripsi]. Lampung: Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik I.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Morrow, R.C. 2008. LED Lighting in Horticulture. Journal HortScience, 48(7):1947-
1950.
Prastio, U. 2015. Panen Sayuran Hidroponik Setiap Hari. Yogyakarta: PT Agro
Media Pustaka.
Rosliani, R dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidr
oponik.. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 27 hal.
Rudi Haryadi. 2017. Pengaruh Cahaya Lampu 15 Watt Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Pandan (Pandanus Amaryllifolius). Untirta. ac.id. Jurnal Ilmiah
Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Soeleman, S. dan D. Rahayu. 2013. Halaman Organik: Mengubah Taman Rumah
Menjadi Taman Sayuran Organik Untuk Gaya Hidup Sehat. PT AgroMedia
Pustaka. Jakarta Selatan.
Setiawan, A. 2014. Budidaya Tanaman pakcoy. IPB.Bogor.

Sugara, K. 2012. Budidaya Selada Keriting, Selada Lollo Rossa dan Selada Romaine
Secara Aeroponik di Amazing Farm, Lembang, Bandung. Skripsi. IPB.
Bogor.
Sunardi, dkk. 2012. Fisika Berbasis Pendidikan Karakter Bangsa. PT Srikandi Empat
Widya Utama: Bandung.
Suwandi, 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi
Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian.
2(2): 131−147.
Suwarno dan Hotimah Wahyudin, Sains IPA Untuk SD (Tugu Publisher, 2009), hlm.
147
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta Utara. 87 hal.

Sutoyo. 2011. Fotoperiode dan Pembungaan Tanaman. Jurnal Buana Sains,


11(2):137-144
Tjasjono Bayong.1995. Klomatologi Umum. Bandung: ITB Bandung.
Vandre, W.2011. Fluorescent Lights For Plant Growth. Journal HGA-00432.
University of Alaska Fairbanks.
Wiguna, I. Kadek Wahyu, I. Made Anom S. Wijaya, and I. Made Nada.
"Pertumbuhan Tanaman Krisan (Crhysantemum) Dengan Berbagai
Penambahan Warna Cahaya Lampu Led Selama 30 Hari Pada Fase
Vegetatif." Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana (2015).
Yatim, Wildan. 1999. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Yuswita. 1995. Keragaman dan Hasil Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale
Rose.) pada Berbagai Intensitas Cahaya. Tesis. Fakultas Pertanian Universitas
Andalas, Padang.
Yogiandre, R., W. Irawan., M. Laras., F. Cantika., C. Naomi., D. Pratama., R.
Rahendianto., S. N. Cholidah. dan E. Rahayu. 2011. Komoditas pakcoy
organik. Laporan Praktikum. Program Studi Agribisnis. Universitas
Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai