Anda di halaman 1dari 7

38

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Biji dengan ciri peka terhadap cahaya akan berkecambah jika dikenai
cahaya merah, tetapi rangsangan ini dapat dihilangkan oleh perlakuan dengan
cahaya merah jauh. Perkecambahan yang dikendalikan oleh cahaya merupakan
satu adaptasi tanaman yang tidak toleran terhadap penaungan.Jika biji tanaman
terkena suhu tinggi berarti biji itu ada dibawah kanopi daun atau dalam keadaan
gelap yang terkubur dan tidak berkecambah (Ferdian, 2017).
Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses
perkembangan tanaman, yaitu air, udara, temperatur, cahaya dan zat kima yang
mendukung pada proses perkecambahan. cahaya adalah faktor lingkungan yang
menentukan kemampuan biji berkecambah. penelitian pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan telah dilakukan oleh Borthwick dan Flint pada biji lettuce. Dari
hasil penelitiannya terbukti bahwa radiasi yang mendukung perkecambahan yaitu
sekitar 5250-7000 A0. Adapun penyinaran yang sangat mendukung terhadap
perkeccambahan yaitu 6600 A0.Sedangkan radiasi yang menghambat
perkecambahan berada di sekitar 7100-7500 A0. hubungannya denga kualitas
sinar, Borthwick melakukan percobaan, dengan menggunakan sinar merah
(panjang gelombang 5800-6800 A0) yang disinarkan selama satu menit setelah 16
jam terjadinya imbibisi dalam keadaan gelap, sedangkan penyinaran lainnya
dilakukan dengan menggunkana sinar merah (R) dan infra merah (IR) silih
berganti. dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sinar merah sangat
berpengaruh terhadap perkecambahan biji lettuce (Yashinta, 2017).
Cahaya merupakan faktor utama bagi pertumbuhan tanaman karena
merupakan sumber energI bagi proses fotosintesis bagi tanaman yang selanjutnya
berpengaruh terhadap proses pertumbuhan organ-organ tanaman. Besarnya
peranan cahaya terhadap proses pembentukan akar, sangat bervariasi tergantung
pada jenis tanaman. Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan dengan
membuat naungan buatan dari bahan-bahan tertentu. Intensitas cahaya yang
berlebihan dengan temperatur yang tinggi dapat mempercepat laju penguapan.
Sebaliknya, intensitas cahaya yang kurang akan menyebabkan tanaman
39

mengalami etiolasi. Tetapi untuk tanaman-tanaman tertentu, etiolasi akan


meningkatkan akumulasi auksin pada kalus dan mendorong pembentukan akar
(Kesumawati, 2012).
Silvika adalah pengetahuan atau ilmu yang mempelajari dan menguraikan
tentang pertumbuhan pohon, faktor-faktor tempat tumbuh pohon, ekofisiologi,
dasar-dasar pemuliaan pohon, struktur tegakan, klasifikasi pohon, komposisi
hutan, dan klasifikasi hutan dunia. Silvika merupakan ilmu dasar dalam
silvikultur. Peranannya adalah pengelolaan hutan yang baik dengan
memperhatikan keadaan biologisnya dan juga bermanfaat bagi kehidupan manusia
untuk dapat menguasai seni dan ilmu dalam menghasilkan hutan yang lestari.
Pemanfaatan ilmu tersebut mutlak diperlukan. Tujuan silvika adalah untuk
menjelaskan vegetasi hutan yang dipengaruhi keadaan lingkungannya, yaitu
faktor-faktor habitat seperti iklim, tanah, dan kehidupan hewan. Dalam silvika,
terdapat materi yang menjelaskan tentang pengenalan biji. Biji diperlukan dalam
proses pengadaan benih. Setelah penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan,
bakal buah yang terdapat pada tumbuhan akan menjadi buah, dan bakal biji
tumbuh menjadi biji (Akmalia, 2017).
Cahaya merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis,
untuk menghasilkan energi. Kekurangan cahaya akan mengganggu proses
fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis
tumbuhan. Sinar matahari memberikan berbagai pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, selain menyediakan sumber energi untuk fotosintesis. Sebaliknya,
ketiadaan sinar matahari, akan mempengaruhi status fisiologis jaringan tanaman.
Kandungan karbohidrat akan berkurang pada intensitas cahaya yang rendah atau
gelap. Perubahan pada level hormon endogenus atau komponen fisiologis lainnya
dapat dipengaruhi oleh perubahan intensitas cahaya, durasi, atau kualitas cahaya.
Pengaruh ini mungkin terjadi pada tanaman tertentu atau kultur pada tahap
tertentu (Mercuriani, 2014).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui respons dan perubahan
pada tumbuhan tanaman Saga (Adenanthera pavonina), Sengon (Paraserianthes
40

falcataria), Akasia (Acacia crassicarpa), Akasia (Acacia mangium) dalam


berbagai kondisi cekaman cahaya.

TINJUAN PUSTAKA

Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan


oleh kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya. Intensitas cahaya adalah
besarnya tenaga cahaya yang diterima tanaman per satuan luas per satuan waktu.
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Perbedaan
intensitas cahaya bagi tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhanya. Akan tetapi
intensitas cahaya optimal untuk tanaman belum banyak diketahui (Wangrimen,
2017).
Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis,
sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat
berlangsungnya proses metabolism yang lain di dalam tanaman. Setiap tanaman
tumbuh atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya
matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka sebaliknya ada
beberapa tanaman yang dapat tumbuh denagn baik pada tempat teduh/
bernaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan cahaya dengan intensitas rendah
dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi
(Syarifudin, 2012).
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa
adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Tanaman yang mendapatkan
cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh
lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih sempurna, internodianya lebih pendek,
daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang
terlindung. Beberapa effek dari cahaya matahari yang penuh (yang melebihi)
kebutuhan optimum dapat menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi
meningkat tetapi cenderung mempertinggi daya tahan tanaman.Intensitas cahaya
yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.
Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis
berkisar antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil
41

fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang
dibutuhkan oleh tanaman, yang tergantung pada jenis tanaman (Wijayanto, 2011).
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan
pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan.
Kekurangan cahaya saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala
etiolasi dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan
daunnya berukuran kecil, tipis dan bewarna pucat (tidak hijau). Semua ini terjadi
dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin
untuk pemanjangan sel-sel tumbuhan. Sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh di
tempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan
kondisi relatif pendek, daun berkembang baik lebih lebar, lebih hijau, tampak
lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh. Cahaya matahari sangat besar
peranannya dalam proses fisiologis yaitu fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan
perkembangan, pembukaan dan penutupan stomata, berbagai pergerakan tanaman
dan perkecambahan (Slamet, 2011).
Produktivitas primer yang penting untuk ditingkatkan adalah produktivitas
primer bersih (ner primary productivity/NPP), karena NPP-lah yang dapat
dimanfaat oleh konsumen, termasuk manusia. NPP merupakan perbedaan laju
produktivitas primer bruto dengan laju transpirasi. Sementara itu, laju
produktivitas primer bruto merupakan laju fotosintesis sebelum dikurangi
respirasi. Oleh karena itu, salah satu kunci untuk mengoptimalkan produksi
pertanian dan kehutanan adalah dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis. Secara prinsip tidak terdapat perbedaan
metabolisme komoditas pertanian dan kehutanan, karena keduanya sama
tergolong
tumbuhan (Xiaoying, 2012).
Tergantung pada status nutrisional dari jaringan, cahaya meningkatkan
atau menghambat gerakan basipetal. koleoptil yang dilayukan dan tanaman bunga
matahari hijau tidaklah terbatas secara nutrisi, dan disini cahaya menghambat
pengangkutan basipetal. Dengan menyemprot tanaman bunga matahari yang
digelapkan beberapa kali sehari dengan larutan sukrosa memulihkan
pengangkutan auksin baik untuk apiks dan di bagian-bagian yang dipisah ke
42

tingkat normal kembali. dalam hal ini cahaya meningkatkan pengangkutan dengan
memasok produk-produk fotosintesis. Dalam satu hal efek cahaya baik pada
gerakan akropetal dan basipetal telah diteliti. Irradiasi bagian-bagian epikotil
kacang polong yang hijau selama pengambilan mengurangi polaritas dengan
meningkatkan akropetal lebih banyak daripada gerakan basipetal (Slamet, 2014).
Sinar matahari memberikan berbagai pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, selain menyediakan sumber energi untuk fotosintesis. Sebaliknya,
ketiadaan sinar matahari, akan mempengaruhi status fisiologis jaringan tanaman.
Kandungan karbohidrat akan berkurang pada intensitas cahaya yang rendah atau
gelap. Perubahan pada level hormon endogenus atau komponen fisiologis lainnya
dapat dipengaruhi oleh perubahan intensitas cahaya, durasi, atau kualitas cahaya.
Pengaruh ini mungkin terjadi pada tanaman tertentu atau kultur pada tahap
tertentu (Pratiwi, 2011).
Pemberian naungan pada tanaman baik, akan mengurangi intensitas
cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut, hal ini akan mempengruhi
pertumbuhan maupun hasil tanaman. Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya
matahari akan mempunyai akar yang pendek, bahwa cahaya matahari penuh
menghasilkan akar lebih panjang dan lebih bercabang. Sinar matahari
memberikan berbagai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, selain
menyediakan sumber energi untuk fotosintesis (Mercuriani, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian naungan
berpengaruh terhadap saat muncul bunga pertama, dan terjadi interaksi antara
macam warna bunga dan naungan. Makin meningkatnya tingkat naungan akan
didapatkan saat muncul bunga pertama makin lama. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa pada intensitas cahaya yang terlalu rendah dapat menyebabkan
berkurangnya klorofil dan energi cahaya sehingga karbohidrat yang terbentuk
sedikit (Xiaoying, 2012)
Akibat hal tersebut, saat muncul bunga pertama terpengaruh. Kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan tunas dan waktu pembungaan dipengaruhi oleh
intensitas cahaya, lama penyinaran, suhu, kelembaban, frekuensi penyinaran dan
tersedianya hara. Kisaran intensitas cahaya optimum pada banyak tanaman tidak
dapat diketahui, terutama pada tanaman – tanaman kecil seperti tanaman hias.
43

Beberapa jenis tanaman pada intensitas cahaya yang relatif rendah dapat
melakukan fotosintesis dengan kecepatan mengakumulasi fotosintatis yang tinggi
per unit waktu. Adanya akumulasi fotosintat yang tinggi maka dapat
meningkatkan pembentukan kuncup bunga sehingga jumlah bunga yang
dihasilkan lebih
banyak (Wijayanto, 2011).
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” dilakukan pada hari Rabu, 18 Maret 2020, pukul 10.00
WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Budidaya
Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu Polybag, Sprayer, Kertas
Label, Penggaris, Tally Sheet Pengamatan, dan Alat Tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu media tanam (top soil)
dan semai Saga (Adenanthera pavonina), Sengon (Paraserianthes falcataria),
Akasia (Acacia crassicarpa), Akasia (Acacia mangium).

Prosedur Praktikum
1. Diambil semai dan ditanam dalam polybag sebanyak 4 semai 3 kali ulangan
dengan variasi jenis sebanyak 2.
2. Dipelihara semai sampai berumur 1 minggu.
3. Diukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering daun,
dan berat kering akar.
4. Dicari lokasi yang mempunyai variasi naungan 3 tingkatan, kemudian diukur
cahaya yang masuk, kondisisuhu dan kelembapannya.
5. Diletakkan bibit pada kondisi cahaya yang berbeda, yaitu: 1) kondisi terbuka
(open area), 2) naungan satu (25%), 3) naungan dua (50%), 4) naungan tiga
(75%).
44

6. Diamati pertumbuhan tanaman setiap seminggu sekali selama dua minggu


dengan dicatat tinggi, jumlah daun, dan diakhiri dengan diukur jumlah akar,
panjang akar, berat kering daun, dan berat kering akar.
7. Dilakukan pemeliharaan setiap hari dengan disiram dan dibersihkan gulma.

Anda mungkin juga menyukai