B. Pengaturan Tajuk
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan
lingkungan. Pengelolaan sistem budidaya suatau tanaman merupakan suatu sistem manipulasi
yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan
melalui perbaikan cara bercocok tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan
sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman secara optimal. (Salisbury, 1995).
Cahaya merupakan faktor penting yang menentukan proses regenerasi pada suatu hutan.
Pohon-pohon yang mampu bersaing mendapakan cahaya penuh akan memiliki kepasitas
pertumbuhan tinggi yang lebih baik sehingga sering mendominasi pada lapisan tajuk paling atas.
Jenis-jenis lainnya yang lebih toleran berada pada lapisan di bawahnya. Dalam Daniel et al (1995)
disebutkan ada lima kelas pohon di hutan berdasarkan kemampuan persaingan dalam memperoleh
cahaya. Pertama adalah pohon dominan yang berada pada lapisan tajuk paling atas sehingga
mendapatkan cahaya penuh dari atas dan samping. Kedua adalah pohon kodominan yang tingginya
lebih rendah dari pohon dominan, namun masih merupakan penyusun utama lapisan tajuk atas.
Pohon ini menerima cahaya penuh dari atas, namun dari samping terhalangi pohon dominan.
Ketiga adalah pohon intermediate yaitu tingginya lebih rendah lagi sehingga hanya memperoleh
cahaya melalui lubang-lubang kanopi. Keempat adalah pohon tertekan yang hanya memperoleh
cahaya dari lubang kanopi yang kebetulan terbuka. Biasanya pohon ini tumbuh lambat dan lemah.
Kelima adalah pohon mati yaitu pohon yang tidak memperoleh cahaya sehingga tertekan dan mati.
Oleh karena itu pengaturan cahaya sangat diperlukan untuk merangsang pertumbuhan
anakan dan tanaman muda yang ada dibawah kanopi. Adanya pembukaan tajuk memberi peluang
anakan dan tanaman muda dapat tumbuh lebih baik. Hasil penelitian Hartman (1990)
membuktikan bahwa pembukaan tajuk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan anakan alam jenis cherrybark oak. Widiastuti (2004) menyampaikan bahwa
pendekatan sistem tebang habis dengan permudaan buatan (clearcut and planting) merupakan
salah satu pendekatan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yang tertekan. Adanya celah
kanopi (gap) di lahan menyebabkan terjadinya perubahan kondisi fisik lingkungan yaitu
peningkatan intensitas cahaya dan unsur hara dan suhu tanah serta penurunan kelembaban udara.
Perubahan kondisi lingkungan tersebut meningkatkan kelimpahan jenis, memacu anakan dan
sapling dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Clarke and Kerrigan, 2000).
D. Mengontrol Percabangan
Dapus:
Tim SILIN. 2007. Modul Pembekalan Umum Silvikultur Intensif. Program Pelatihan Pengembangan
Pendidikan Profesi Kehutanan Juli – Desember 2007 di PT Sari Bumi Kusuma. Kalimantan Barat
Clarke, P.J. and R.A. Kerrigan. 2000. Do Forest Gaps Influence the Population Structure and Species
Composition of Mangrove Stands in Northern Australia. Biotropica 32 (4a) : 642-652.
Widiastuti, L., Tohari dan E. Sulistyaningsih. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida
Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan Dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11,
No. 2, 2004. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hartman, H.T., D.E. Kester and F.T. Davies. 1990. Plant Propagation. Principle and Practice. Fifth edition.
Prentice Hall. Inc. Englewood. Clifft. New Jersey.
Daniel, T.W., J.A. Helms and F.S. Baker. 1995. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Edisi kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerbit ITB. Bandung.