Oleh:
Kelas O
Kelompok O2
Anggota Kelompok:
No Nama NIM
1 Andre Susilo 155040201111182
2 Maratus Noer Fitriana 155040201111137
3 Rico Suyono Catur P 155040201111139
4 Eyik Widyansyaficha M 155040201111173
5 Mohammad Rangga Ramasandy 155040201111185
6 Jihan Anggun Lestari 155040201111210
7 Risa Setia Aji 155040201111200
8 Hasna Luthfyyan Febriandani 155040201111215
9 Moh. Fathur Rizqi 155040201111221
10 Ivan Fardiansyah 155040201111255
11 Rokibatun Daniyah 155040201111256
12 Nur Affina 155040201111261
13 Ravika Trio Andika 155040201111268
14 Retno Sumiarti Siregar 155040201111271
15 Sandi Lazuardi 155040207111024
16 Agung Bagaskara 155040207111088
17 Katonawang Gellar B 155040207111030
18 Ashim Najib Lil Muharom 155040207111050
19 Novan Rozaq Girindranata 155040207111100
20 Prita Kurnia Natalia 155040207111105
21 Dwi Mertin Kurniawati 155040207111157
BAB I PENDAHULUAN
Pupuk adalah suatu bahan yang diberikan ke tanah yang akan ditanami
maupun yang sudah ditanami untuk memenuhi kandungan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah
sifat fisik, kimia, biologi sehingga lebih subur bagi pertumbuhan tanaman.
(Rasmarkam, 2002). Pupuk adalah bahan-bahan organic ataupun anorganik yang
diberikan pada tanah untuk memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus
melengkapi substansi anorganik esensial bagi tanaman. (Santoso, 2006).
Fertilizer are materials added to soils to supply element-element essential for
plant growth (Hadisuwito, 2006). Pupuk adalah bahan yang ditambahkan kedalam
tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Fertilizer are materials made up as additional media on plant nutrient elements
countained there in (Kloepper, 1993). Pupuk adalah bahan yang tersusun sebagai
tambahan media pada tanaman yang mengandung unsur-unsur hara didalamnya.
Bahan pembuat kompos terbuat dari bahan bahan yang banyak mengandung
unsur hara. Dan sesuai dengan bahan pembuatnya, kompos dibagi menjadi dua
tipe bahan pembuatan yang sesuai dengan pernyataan Lukitaningsih(2008) bahan
pembuat kompos dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Bahan Brown / Sampah Coklat (mengandung unsur C carbon tinggi). Terdiri
dari Daun kering, Rumput kering, Serbuk gergaji serutan kayu, sekam
padi, Kertas , Kulit jagung, Jerami, dan Tangkai sayuran.
2. Bahan Green / Sampah Hijau (mengandung unsur N nitrogen tinggi).
Terdiri dari Sayuran, Buah-buahan, Potongan rumput, Daun segar, Sampah
dapur, Bubuk teh dan kopi, Kulit telur serta Pupuk kandang (feses ayam, itik,
sapi dan kambing).
Bahan yang kaya unsur Carbon ( C ) mempunyai fungsi sebagai sumber
makanan bagi mikroba , dan mempunyai tanda sebagai berikut: kering, kasar,
berserat dan berwarna coklat. Sedangkan bahan yang kaya unsur Nitrogen (N)
dibutuhkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang.
Sebaiknya dalam pembuatan pupuk kompos perbandingan penggunaan bahan
Green : Bahan Brown = 3:1. Dan bila hanya menggunakan bahan coklat saja maka
akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pengomposannya.
Salah satu bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk yaitu pupuk
kandang ayam karena mengandung bahan organik. Di samping itu, pupuk
kandang ayam juga mengandung unsur hara dan hormon tumbuh. Simanungkalit,
et al. (2006) menjelaskan, bahwa pupuk kandang ayam yang diaplikasikan di
dalam tanah akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan asam humat.
Manfaat pupuk kandang ayam telah banyak diteliti dan memberikan efek yang
sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman bahkan lebih besar dari kotoran
hewan besar (Hakim, et al., 2006). Pupuk ini di samping mengandung unsur hara
makro juga mengandung unsur mikro seperti Cu dan sejumlah kecil Mn, Co dan
Bo yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman . Lebih lanjut hasil penelitian
Husin cit. Purnamasari (2009) yang dilakukan pada tanah Ultisol, menunjukkan
bahwa pemberian pupuk kandang ayam sebesar 15 ton/ha dapat meningkatkan pH
tanah sebesar 0,37, N total sebesar 0,242% dan P tersedia sebesar 5,9 ppm,
sedangkan Al-dd tanah menurun sebesar 1,78 me/100 g tanah. Meskipun unsur
hara dalam pupuk kandang ayam lengkap, namun dalam waktu cepat tidak dapat
langsung menyediakan hara untuk tanaman karena harus mengalami dekomposisi
terlebih dahulu. Sehingga penggunaan pupuk kandang ayam sebaiknya disertai
dengan penggunaan pupuk anorganik.
Bahan lain yang digunakan sebagai pembuatan pupuk organik yaitu tanaman
paitan (Tithonia diversifolia L.) adalah tumbuhan perdu dari golongan
Asteraceae T.diversifolia mempunyai kelebihan yaitu waktu dekomposisi yang
lebih cepat daripada tanaman lain serta unsur hara yang terkandung dalam
tajuk. Berdasarkan hasil penelitian oleh Oyerinde (2009) diketahui bahwa
pertumbuhan parameter (tinggi, bobot segar, bobot kering, luas daun) dari Zea
mays yang diberikan perlakuan T.diversifolia secara signifikan memiliki
pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara parameter yang lebih baik
dibandingkan dengan tanaman kontrol. Oleh karena itu, kandungan unsur hara
dalam T.diversifolia dapat digunakan sebagai alternatif media dan nutrisi dalam
produksi sawi. Jenis tanaman tersebut terbukti mengandung metabolit sekunder
pada bagian akar maupun daun.
Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena
perbandingan kandungan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N
tanah. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dan nitrogen
(N). Rasio C/N tanah berkisar antara 10-12. Apabila bahan organikmempunyai
rasio C/N mendekati atau sama dengan rasio C/N tanah, makabahan tersbut dapat
digunakan tanaman. Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai
rasio C/N tinggi (jerami 50-70; dedaunan tanaman 50-60; kayu-kayuan >400; dan
lain-lain).
Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik
hingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik
maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Waktu yang
dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan
dasar. Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisiko-kimia,
melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna. Secara alami proses
peruraian tersebut bisa dalam keadaan aerob (dengan O2) maupun anaerob (tanpa
O2).
Proses perombakan tersebut, baik secara aerob maupun anaerob akan
menghasilkan hara dan humus, proses bisa berlangsung jika tersedia Urea (N),
Fosfor (P), dan Kalium(K). Penguraian bisa berlangsung cepat apabila
perbandingan antara kadar C (C-organik):N:P:K dalam bahan yang terurai setara
30:1:0,1:0,5. Hal ini disebabkan N, P, dan K dibutuhkan untuk aktivitas
metabolisme sel mikroba dekomposer (Gaur, 1980). Oleh karena itu penggunaan
bahan organik segar (belum mengalami proses dekomposisi)(nilai C/N >25)
secara langsung yang dicampur/dibenam di dalam tanahakan mengalami proses
penguraian secara aerob (pemberian bahan organik di lahan kering) atau anaerob
(pemberian bahan organik di lahan sawah) lebih dahulu. Hal ini menyebabkan
ketersediaan hara N, P, dan K tanah menurun, karena diserap dan digunakan oleh
mikroba dekomposer untuk aktivitas peruraian bahan organik. Akibatnya terjadi
persaingan antara tanaman dengan mikroba dekomposer dalam pengambilan
unsur N, P, dan K. Selain terjadi persaingan dalam pengambilan hara, proses
peruraian aerob juga menghasilkan enersi/suhu sehingga suhu tanah
meningkat.Kedua hal tersebut dapat menyebabkan tanaman kekurangan hara
(pertumbuhan tanaman terhambat) atau bahkan tanaman mati, oleh karena itu
penggunaan bahan organik yang mempunyai kadar C tinggi tetapi kadar N, P, dan
K rendah, sebaiknya sebelum digunakan diproses lebih dahulu sampai bahan
organik tersebut menjadi kompos. Pada bahan organik yang telah terdekomposisi
(menjadi kompos) telah terjadi proses mineralisasi unsur hara dan terbentuk
humus yang sangat bermanfaat bagi kesuburan dan kesehatan tanah.
BAB III METODOLOGI
a. Pembuatan Kompos
Pada Praktikum pembuatan pupuk kompos, kegiatan ini bertempat di UPT.
Kompos Universitas Brawijaya Malang. Pembuatan dilakukan pada tanggal 10
Oktober 2016 yaitu penghancuran daun Paitan, pencampuran dengan kotoran
ayam dan pemberian EM4 beserta Molase. Kemudian pengukuran suhu yang
dilakukan setiap 3 hari sekali.
b. Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos
Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah I, Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya yaitu Pengukuran Kadar C-Organik pada 21
Desember 2016, N-Total pada 21 Desember 2016, Pukul 10.25 – 12.00 WIB, dan
PH Kompos : 21 Desember 2016.
c. Pembuatan Pupuk Granular dan Pupuk Cair
Kegiatan ini dilakukan setelah pupuk bisa dikatakan matang yang dilakukan di
UPT. Kompos Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 28 November 2012,
Pukul 09.00-Selesai.
a. Pembuatan Kompos
Pada pembuatan kompos, Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
Timbangan : untuk mengitung berat daun paitan dan kotoran ayam
Mesin penghancur : sebagai alat untuk menghaluskan daun paitan dan kotoran
ayam
Gelas ukur : sebagai tempat pereaksi molase dan EM4
Tabung sprayer : mempermudah pengaplikasian EM4 dan Molase
Termometer : sebagai alat mengukur suhu
Garu : sebagai alat pembolak-balik
Box kayu : sebagai tempat pengkomposan
Label : memberi tanda pada kemasan
Kamera : mendokumentasikan
Alat tulis : sebagai alat untuk mencatat hasil
Kertas : media penulisan
Kemudian, pada pembuatan kompos bahan-bahan yang dipakai adalah
sebagai berikut:
Daun paitan(20 kg) : bahan utama pembuatan kompos
Kotoran Ayam (20 kg): bahan utama pembuatan kompos
Bakteri EM4 (10 ml) : sebagai bioaktivator saat pengkomposan
Molase (60 ml) : sebagai campuran EM4 dan sumber nutrisi atau makanan
bakteri EM4
Air : untuk membasahi jerami
b. Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan PH Kompos
Pada pengukuran Kadar C-Organik, alat-alat yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Timbangan : untuk menimbang bahan
Erlenmeyer : tempat pereaksi
Pipet : mengambil cairan dalam jumlah kecil
Kjedahl : digunakan untuk menyuling larutan dalam
perhitungan N-total
Pengaduk (stirer) : sebagai pengaduk
Kamera : untuk mendokumentasikan
Kemudian pada pengukuran kadar C-Organik, bahan-bahan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Pupuk kompos : bahan perlakuan
K2Cr2O7 (10 ml) : untuk mengikat rantai karbon
H2SO4 (20 ml) : dapat memisahkan rantai karbon
H3PO4 85% (10 ml) : dapat menghilangkan pengaruh Fe3+
FeSO4 : digunakan untuk metiltrasi
Pada pengukuran Kadar N-Total, alat-alat yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Timbangan : untuk menimbang bahan
Labu Kjeldahi : tempat mereaksikan dalam perhitungan N- total
Alat dektruksi : untuk membakar hingga asapnya hilang
Pengaduk (stirer) : sebagai pengaduk
Kamera : untuk mendokumentasikan
Kemudian Bahan-bahan untuk pengukuran Kadar N-Total adalah sebagai
berikut :
Pupuk kompos : sebagai bahan perlakuan
H2O murni : untuk menghentikan reaksi H2PO4
Selen : dapat membantu pembakaran
Larutan H2SO4 pekat : dapat membantu proses pembakaran
NaOH 40% : untuk campuran proses penyulingan
Asam Borat : untuk campuran proses penyulingan
Pada pengukuran Kadar PH Kompos, alat alat yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Botol film : tempat pencampuran kompos dengan
Menghaluskan bahan
Meratakan bahan pupuk yang sudah disiapkan dengan disiram campuran 3 bahan
(EM4, Molase, dan air)
Memasukkan cawan yang berisi bahan kompos ke dalam oven (suhu 105o)
selama 24 jam
Menyalakan pH meter
4.1 Hasil
60
50
40
30
H1
20
H2
10
50
45
40
35
30
25
20 O1
15
10 O2
5
0
60
50
40
30
20 N1
N2
10
0
45
40
35
30
25
20
15 Q1
10 Q2
5
0
Berdasarkan hasil pengukuran BB, Fk, C-Organik, N total, pH, dan C/N
ratio untuk persentase kadar air yang paling tinggi adalah Q1 sebesar 66,7 % dan
untuk presentase kadar air yang paling rendah adalah N1 sebesar 22,90
%.Kemudian pada hasil C-Organik hasil terbesar adalah C1 19,15 dan hasil C-
Organik yang terendah adalah C2 2,63. N total terbesar terdapat pada N1 dengan
hasil 19,15 dan N total terendah pada C2 dengan hasil 0,35. Kemudian untuk
kadar pH yang sangat asam terdapat pada C1 adalah 8,3 dan kadar pH basa
terdapat pada N1 adalah 4,2.
4.1 Pembahasan
Oyerinde, R.O., O.O. Otusanya1 and O.B. Akpor. 2009. Allelopathic effect of
Tithonia diversifolia on the germination, growth and chlorophyll
contents of maize (Zea mays L.). Department of Botany, Faculty of
Science, Obafemi Awolowo University, Ile-Ife, Nigeria. Department of
Environmental, Water and Earth Sciences, Faculty of Science, Tshwane
University of Technology Pretoria, South Africa. Scientific Research and
Essay Vol.4 (12), pp. 1553-1558, December, 2009. ISSN 1992-2248 ©
2009 Academic Journals.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4079.
Purnamasari. (2009). Pemanfaatan Kompos dan Jerami Padi dan Kapur Guna
Memperbaiki Permeabelitas Tanah Ultisol dan Hasil Kedelai. Proseding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. Universitas Lampung.
Siburian, R., 2006, “Pengaruh Konsenstrasi dan Waktu Inkubasi EM4 Terhadap
Kualitas Kimia Kompos“, Program studi Teknik Kimia,Universitas Nusa
Simanungkalit, R.D.M. dkk. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data dan Perhitungan kadar air, C-Organik, N-Total (data kelompok)
Perhitungan Kelas O2
No Pengamatan Hasil
1 BB 0,5 gr
2 BK 0,381 gr
3 Ka 31,23 %
4 Fk 1,31
5 C-Organik 16,36
6 N Total 0,60
7 pH 8,455
8 C/N 27,26
a. BB = 0,5 gr
b. BK = 0,381 gr
0,5−0,381
c. Ka = x 100% = 31,23 %
0,381
100+ K a 100+131,23
d. Fk = = = 1,31
100 100
( ml b la n k o – m l sa m p l e ) x 3 100+ K a
e. C-organik = x
ml b l a n k o x ml s a m p le 100
(7,7−4,5 ) x 3 131,23 1259,80
= x = = 16,36
7,7 x 0,1 100 0,77
f. pH = 8,455
g. N Total
(ml s a m p e l−ml b l a n k o )
= x 0,014 x 0,01026 x 100 x F k
m as sa s am pel
(7,7 − 4,5 )
= x 0,014 x 0,01026 x 100 x 1,31
0,1
= 0,60
16,36
h. C/N Rasio = = 27,26
0,60
Lampiran 2: Foto kegiatan pembuatan kompos dan analisis lab (data kelompok)