B. Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen.
Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan.
Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam
secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan,
dan tanaman paku air (Azolla).
C. Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,
dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Beberapa
kegunaan kompos adalah:
1. Memperbaiki struktur tanah.
2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
4. Memperbaiki drainase dan pori – pori dalam tanah.
5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak
digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (di
bawah 400 c).
D.Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-
daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang
akhirnya merubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Humus
merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan
menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan
kimia toksik dalam tanah dan air.
Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu
dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah,
menaikan aerasi tanah, dan juga dapat enaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau
senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus
merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama
halnyadengan penggunaan kompos.
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu
bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46%
(setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000). Pupuk
anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N,
pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih
dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya
(Hardjowigeno, 2004).
Manfaat pupuk organik tidak kalah dibanding dengan pupuk anorganik. Ada banyak manfaat
pupuk organik yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik, antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki struktur tanah begitu juga dengan karakteristiknya,
sehingga tanah menjadi gembur, ringan, mudah diolah, dan mudah ditembus akar.
2. Tanah-tanah berat menjadi mudah diolah.
3. Kesuburan tanah meningkat.
4. Aktivitas mikroba tanah pun meningkat.
5. Kapasitas penyerapan air oleh tanah juga meningkat sehingga tanah menjadi mudah
menyediakan kebutuhan air yang diperlukan tanaman.
6. Memperbaiki habitat hewan yang hidup di tanah dan ketersediaan makanan hewan-
hewan tersebut jadi lebih terjamin.
7. Meningkatkan ketahanan terhadap perubahan sifat tanah yang terjadi secara tiba-tiba.
8. Mengandung mikroba yang bertugas mengurai bahan-bahan organik.
9. Meningkatkan kapasitas pertukaran kation sehingga jika tanaman diberi pupuk
dosis tinggi, unsur hara tanaman tidak mudah tercuci. Mempertahankan dan
meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Kerugian Menggunakan Pupuk Organik
Memang tak hanya manfaatnya, pemberian pupuk organik juga dapat merugikan apabila
terjadi hal berikut.
1. Jika pupuk organik (kompos) yang diberikan masih mentah maka bahan organik akan
diserang oleh mikroba sehingga unsur hara tanaman menjadi berkurang karena
“dimakan” oleh mikroba-mikroba dari kompos mentah.
2. Bahan organik yang berasal dari limbah industri atau sampah kota sering kali
mengandung mikroba patogen dan logam berat, yang tak hanya berpengaruh buruk
bagi tanaman, akan tetapi manusia dan hewan pun akan kena imbasnya (dampak
negatifnya).
Cara Membuat Pupuk Cair Organik
Tingkat Pertama :
Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui piap-pipa vertikal dalam dapur
reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai berikut:
CH4 + H2O —> CO + 3H2 – panas
Tingkat Kedua :
Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di dalam reformer
kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi reforming dan untuk memperoleh
campuran gas yang mengandung nitrogen (N)
2CO + 4H2O —> 12 N2
campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam converter CO untuk
mengubah CO menjadi CO2
CO + H2O —> CO2 + H2
CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2 CO3
K2 CO3 + CO2 + H2O —> KHCO3
larutan KHCO3 dipanaskan guna mendapatkan CO2 sebagai bahan baku pembuatan urea.
Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam campuran gas harus dihilangkan yaitu
dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4 kembali
CO + 3H2 —> CH4 + H2O
CO2 + 4H2 —> CH4 + 2H2O
Lalu kita mensitesa nitrogen dengan hidrogen dalam suatu campuran ganda pada tekanan 150
atmosfir dan kemudian dialirkan ke dalam converter amoniak.
N2 + 3H2 —> 2NH3
Setelah didapatkan CO2 (gas) dan NH3 (cair), kedua senyawa ini direaksikan dalam reaktor
urea dengan tekanan 200-250 atmosfer.
2NH3 + CO2 —> NH2COONH4 + Q
amoniak + karbon dioksida + ammonium karbamat
NH2COONH4 —> NH2 CONH2 + H2O – Q
Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu ±25 menit. Proses selanjutnya adalah
memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil reaksi (urea, biuret, ammonium
karbamat, air dan amoniak kelebihan) dengan penurunan tekanan, dan temperatur 120-165
derajat Celsius, sehingga ammonium karbamat akan terurai menjadi NH3 dan CO2, dan kita
akan mendapatkan urea berkonsentrasi 70-75%.