Sejarah Singkat
Manusia mulai mengolah lahan untuk keperluan pangan sekitar
8000 tahun sebelum Masehi
1. Broadcasting:
2. Placement:
3. Foliar application:.
Sebar = Broadcasting
Bahan pupuk disebar merata di seluruh
permukaan lahan untuk produksi tanaman.
Alur = Garit = Banding
• Placing a band of
fertilizer about 2
inches to the sides &
about 2 inches below
seed depth.
• Do NOT place below
seeds because
fertilizer will burn
roots.
Sidedressing = penempatan di
sisi tanaman
• Penempatan bahan pupuk di dekat
permukaan tanah (dibenamkan
dangkal) dan di dekat tanaman
muda yang baru tumbuh atau
berkecambah muncuk ke permukaan
tanah.
Topdressing
Pupuk dicampur rata dengan tanah lapisan atas
(1-2 inchi) di sekitar tanaman.
Tugal = Perforating
• Pupuk ditempatkan dalam
lubang-lubang yang
dibuat di sekitar batang di
bawah bayangan tajuk
pohon, misalnya pohon
buah.
• Lubang pupuk kemudian
ditutup tanah, dan pupuk
secara bertahap akan
melarut
Pupuk dan irigasi = Fertigasi
• Memasukkan bahan pupuk yang larut air ke
dalam sistem irigasi di rumah kaca atau di
pembibitan.
• Larutan hara yang pekat (konsentrasi tinggi)
biasanya dialirkan melalui alat “proportioners
atau injector” untuk diencerkan sesuai dnegan
rasio hara yang dibutuhkan.
Tipe-tipe Fertigasi
• Tipe Venturi
– Simple & inexpensive
– Less accurate
– Depends on water
pressure in the hose &
in the smaller tube to
proportion.
• CONTOH:
– Hozon
Tipe-tipe Fertigasi
• Positive-Displacement
– Physically inject & mix specific
amounts of concentrated
solution & water.
– More expensive
– Very accurate
• Contoh peralatan:
– Commander Proportioners
– Smith Injectors
Semprot daun = Foliar Spraying
Penurunan pada awal tahun 1990 disebabkan turunnya konsumsi pupuk pada
negara Eropa Tengah dan FSU sejalan dengan perubahan masalah stuktural
ekonomi.
Konsumsi Pupuk Global
Pada tahun 1960, negara-negara maju tercatat 88% dari konsumsi pupuk dunia.
Pada tahun 1999 penggunaan mereka turun menjadi 39%, sementara negara-
negara berkembang tercatat 61%
Polusi
Emisi ke udara: Emisi utama dari proses adalah gas fluorida, yang mengandung
sekitar 10mg N m-3 dalam bentuk fluorine. Emisi kedua adalah debu berasal dari
sisa batuan fosfat yang tidak diolah dan dihaluskan, yang mengandung sekitar 3-
4% fluorida yang tidak larut air. Fluorida terakumulasi ke dalam tanaman.
Emisi ke perairan: Efluen cair, utamanya mengandung fluorida dan sejumlah kecil
asam fosfat. Slurry gipsum mengandung logam berat (Al, Ni, Cd, Pb, dll). Pengaruh
yang paling serius dari pembuangan limbah yang tidak dikelola ke dalam kolam
pembuangan adalah perubahan pH, yang dapat mempengaruhi sebagian besar
ikan, kehidupan air, dan vegetasi
Limbah padat: Sekitar 5 ton fosfogipsum dihasilkan per ton P2O5 yang diproduksi.
Fosforgipsum tersebut mengandung trace element dari batuan fosfat, meliputi
cadmium, dan beberapa unsur radioaktif, seperti radon.
Kerugian Pupuk Kimia
Eutrofikasi
Eutrofikasi secara singkat didefinisikan sebagai peningkatan ketersediaan hara
dari tubuh air. Meskipun demikian, istilah ini sering dikaitkan dengan kualitas air
yang buruk dan digunakan untuk menggambarkan dampak negatif dari
pengayaan hara.
Karena fosfor merupakan hara pembatas utama dalam fresh water, maka
peningkatan unsur ini akan mengganggu struktur ekologi melalui peningkatan
pertumbuhan fitoplankton yang cepat.
Saat terjadi ledakan beberapa spesies algae , maka akan terjadi ketidak
seimbangan oksigen bersih serta proses deoksigenasi air yang dapat menyebabkan
sufokasi ikan dan binatang tingkat tinggi.
Kehilangan fosfat terlarut ke dalam air telah meningkat dari < 0,1 kg hingga > 0,3
kg fosfor/ha/tahun. Di Eropa, fosfor yang berasal dari lahan pertanian dapat
mencapai 40% dari total fosfor dalam air.
Kerugian Pupuk Kimia
Sumber utama
(sumbangan perkotaan) 50-75%
Pertanian 20-40%
Alami 5-15%
Source:
Bila dihitung, bahwa sejak tahun 1950 populasi dunia telah tumbuh dari 2,5
menjadi 6 milyar dan dapat mencapai 10 milyar pada tahun 2040, terlihat
bahwa pupuk kimia masih akan tetap digunakan secara ekstensif dalam
beberapa tahun mendatang
Pertanian yang intensif (Revolusi Hijau) membutuhkan penggunaan
pupuk kimia yang tinggi. Tetapi pupuk-pupuk tersebut selain tidak
terbarui, juga mahal, khususnya di negara-negara berkembang.
Selain itu produksi dan penggunaan pupuk kimia dapat
menyebabkan degradasi kualitas udara, air dan tanah.