DINAS PERTANIAN
KABUPATEN BUTON SELATAN
2022 la ode abdul
muthalib
I. PENDAHULUAN
A. Sejarah
Penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian
dari pada sejarah pertanian;
B
A
B
Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau
diutamakan dari jenis legume;
Legume mengandung hara yang relatif tinggi terutama
nitroge (urea),
Jenis-jenis legume
Tanaman legume relatif mudah terdekomposisi sehingga
penyediaan haranya menjadi lebih cepat;
Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam
tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia,
dan biologi tanah, sehingga berdampak pada
peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah
terhadap erosi.
3. Kompos.
Kompos merupakan sisa bahan organik yang
berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik
yang telah mengalami proses dekomposisi atau
fermentasi;
MULSA MULSA
c. Abu atau arang sekam.
Arang / abu memiliki kandungan K2O yang cukup
tinggi;
Penambahan abu digunakan untuk meningkatkan
kandungan hara K.
d. Dedak.
Dedak sebagai sumber makanan bagi
mikroorganisme saat proses fermentasi berlangsung;
Mikroorganisme tanah adalah : segala sesuatu hewan
kecil yang hidup di dalam tanah (tungau, larva
serangga, cacing tanah, rayap, semut, kumbang,
alga, jamur, nematoda, dan protozoa).
e. Serbuk gergaji.
serbuk gergaji digunakan untuk stabilkan nilai C/N
ratio pada kompos yang dihasilkan;
Dengan penambahan serbuk gergaji diharapkan ratio
C/N kompos matang bisa mencapai kondisi yang
dipersyaratkan;
C/N ratio kompos matang dipersyaratkan antara 30
s/d 40 mikroba artinya beberapa jenis bahan
maupun volume perbandingan yang sama.
f. Aktivator (komposter).
Aktivator adalah bahan yang digunakan untuk
mempercepat proses penguraian (pelapukan) pada
bahan organik (EM4, superdegra, orgadec, green
phoskko dll).
g. Tetes tebu molasses/cairan gula merah/gula pasir.
Gula merah/gula pasir berfungsi sebagai perangsang
pertumbuhan mikroba yang terdapat dalam aktivator.
Membuat organik padat.
1. Pemilihan bahan baku.
pemilihan bahan baku artinya pemisahan bahan
baku antara limbah organik dan limbah anorganik;
2. pengecilan artinya memperkecil permukaan bahan,
sehingga dapat dengan mudah dan cepat
didekomposisi menjadi kompos;
3. penyusunan tumpukan.
desain penumpukan yang biasa digunakan
desain memanjang dengan dimensi panjang x
lebar x tinggi adalah 2 meter x 1,2 meter x 1
meter.
Bahan dapat disusun dengan metode :
a. Siram bak fermentasi dengan air yang sudah
dicampur activator;
b. masukkan kotoran ternak dengan ketebalan
tumpukan 3 cm;
c. Masukkan limbah hijau diatas tumpukan kotoran
ternak dengan ketebalan sekitar 10 cm;
d. Masukkan kotoran ternak dengan ketebalan
tumpukan sekitar 4 cm;
e. Masukkan dedak dengan ketebalan sekitar 0,5 cm;
f. Taburkan serbuk gergaji secara merata;
g. Masukkan arang sekam dengan ketebalan
tumpukan sekitar 5 cm;
h. Kembali ulangi langkah pada poin b;
i. Pada setiap tumpukan, siram dengan air yang
sudah dicampur dengan activator dan gula secara
merata hingga mencapai 60%
komposisi pencampuran :
bioaktivator : 20 cc
air gula : 10 cc
air : 10 liter.
j. Tutup tumpukan dengan plastic atau karung goni;
Penyusunan tumpukan tidak mesti dengan cara
seperti tersebut diatas.
Penyusunan bisa dilakukan seperti cara mencampur
pasir dan semen.
Pada tumpukan dapat diberi terowongan bambu atau
pipa yang berfungsi mengalirkan udara di dalam
tumpukan.
4. Fermentasi
Setelah menyusun tumpukan/pencampuran selesai
dengan kadar air 60%, maka bahan-bahan
tersebut ditutup untuk dilakukan proses
fermentasi;
Lakukan pengontrolan secara berkala untuk
mengetahui kadar airnya;
Jika kadar air 60%, bahan dibalik dan jika kadar
air kurang dari 50% maka bahan disiram
kembali.
5. Pembalikan
Tujuan :
membuang panas yang berlebihan;
Memasukan udara segar ke dalam tumpukan
bahan;
Meratakan proses pelapukan;
Meratakan pemberian air, serta
Membantu penghancuran bahan menjadi partikel
kecil-kecil.
Pembalikan pertama dilakukan 3 hari setelah
pengomposan;
Jika kelembaban kurang dari 50%, lakukan
secara rutin setiap hari.
6. Penyiraman
Dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan
yang terlalu kering (kelembaban kurang dari
50%);
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat
dilakukan dengan memeras segenggam bahan
dari bagian tumpukan;
Dari genggaman bila diperas tidak keluar air
maka tumpukan harus ditambah air;
Jila tumpukan sebelum diperas sudah keluar air,
maka tumpukan tersebut terlalu basah dan perlu
dilakukan pembalikan.
7. Pematangan
Pengomposan berjalan 15 – 30 hari, dan suhu
tumpukan akan semakin menurun hingga
mendekati suhu ruangan;
Tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau
kehitaman;
Kompos masuk pada tahap pematangan selama
14 hari.
8. Pengeringan
Tujuan pengeringan yaitu diangin-anginkan untuk
memperoleh/menstabilkan kadar air hingga mencapai
20% - 30%.
9. Penyaringan
Setelah pengeringan dan sudah mencapai kadar
air 20% - 30%, maka kompos disaring;
Tujuan penyaringan yaitu untuk memperoleh
ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan.
Bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai
residu.
10. Pengemasan dan penyimpanan
Kompos yang sudah disaring dikemas dalam karung
sesuai kebutuhan pemasaran;
Kompos yang telah dikemas selanjutnya disimpan
dalam gudang yang aman dan terlindung.
Penggunan pupuk :
Pupuk Kimia Pupuk Organik
Dampak penggunaan pupuk Kimia
Urea berlebihan
Demikian
Sekian
Terima kasih
la ode abdul muthalib
Dinas pertanian kab. Buton selatan
MEMBUAT PUPUK ORGANIK CAIR
1. Pupuk organik cair yang mengandung Nitrogen (N) :
a. bahan
• daun salam 1 kg
• daun apa-apa 1 kg
• air kelapa 1 liter
• bintil akar kacang tanah 1 kg
• EM4 100 ml
• tetes tebu atau pasir 10 sendok makan
b. Cara pembuatan
air kelapa, EM4 dan gula dimasukkan kedalam
ember;
daun salam, daun apa-apa, dan bintil akar
kacang tanah ditumbuh sampai halus;
Masukkan hasil tumbukan daun apa-apa, dan bintil
akar kacang tanah ke dalam ember yang berisi air
kelapa, EM4 dan gula pasir;
tutup rapat ember dan simpan ditemapat yang sejuk
(terhindar dari sinar matahari dan hujan), diamkan
selama tiga minggu,
saring cairan kemudian masukkan ke dalam
botol/wadah yang aman, Pada kondisi ini cairan
siap digunaka.
2. TSP (Posfor)
a. Bahan dan alat :
1 kg batang pisang;
1 kg gula pasir
1 buah ember.
b. Cara pembuatan
masukkan gula pasir ke dalam ember;
iris tipis-tipis batang pisang (bukan dicincang);
celupkan satu persatu batang pisang yang sudah
diiris kedalam ember yang berisi gula pasir;
simpan batang pisang hasil celupan di dalam
ember yang kosong, lalu tata dengan rapi;
siramkan tetes yang masih tersisa ke dalam
ember yang bersisi batang pisang hasil celupan;
diamkan selalam dua minggu;
setelah dua minggu remas-remas batang pisang
lalu airnya disaring kemudian disimpan dalam
wadah, botol, cerigen dll.
3. Kalium
a. Bahan dan alat :
1 buah drum ukuran 120 kg;
5 kg sabut kelapa;
100 liter air bersih.
b. Cara pembuatan :
• sabut kelapa dicacah (dipotong kecil-kecil);
• masukkan kedalam drum hingga separo
ketinggian;
• isi drum dengan air hingga penuh;
• tutup rapat drum dengan pelastik;
• diamkan selama 2 minggu
• setelah 2 minggu, air dalam drum akan
berubah warna menjadi coklat kehitam;
• saring air dan siap untuk digunakan
terima kasih