Anda di halaman 1dari 2

Pupuk Kompos

LATAR BELAKANG
Akar tanaman menyerap unsur hara dari tanah dengan bantuan energe matahari. Unsur hara dari
dalam tanah bersama – sama dengan hasil fotosintesis sksn diubah menjadi senyawa komplek untuk
membentuk daun, batang, akar, buah, umbi, maupun bulir – bulir biji. Biji – bijian, buah –
buahan, atau umbi selanjutnya akan dipanen dan dibawa ketempat lain. Tidak jarang seresah tanaman
sisa panen juga ikut terangkut dari sawah atau dibakar.
        Proses ini berlangsung lama, bahan organik tanah terus mengalami penguraian,
sehingga semakin menipis dan unsur hara tanah semakin habis. Selama ini kekurangan unsur hara
lebih banyak diimbangi dengan menambahkan pupuk kimia. Kandungan bahan organik di sebagian
besar sawah di Pulau Jawa menurun hingga kurang lebih 1%. Pada hal kandungan bahan organik
yang ideal adalah sekitar 5%. Hal ini dapat mengakibatkan kesuburan tanah menurun secara drastis.
Kekurangan bahan organik dapat menimbulkan banyak masalah, antara lain : kemampuan menahan
air rendah, efisiensi penyerapan pupuk rendah, dan struktur tanah yang kurang baik, akibatnya
produktifitas tanah cenderung turun, sementara kebutuhan pupuk terus meningkat. Salah satu solusi
penting untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menambahkan bahan organik yang cukup
kedalam tanah, hingga lebih dari 2%. Kompos adalah jenis bahan organik yang dapat digunakan
untuk menambahkan dan memperbaiki kesuburan tanah.
        Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternative
yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Sampai saat ini pemanfaatan
kotoran ternak sebagai pupuk belum dilakukan petani secara optimal, kecuali di daerah – daerah
sentra produksi sayuran. Sedangkan didaerah – daerah yang banyak ternak dan bukan sentra
produksi sayuran, kotoran ternak banyak tertumpuk disekitar kandang dan belum banyak
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya harga
pupuk non organik seharusnya dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan
pemanfaatan pupuk kompos.
        Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses
perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana denganÂ
bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos adalah kotoran ternak (sapi) yang
didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah.
MANFAATÂ KOMPOSÂ Â
Kompos ibarat multi vitamin untuk tanah pertanian, kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang perakaran yang sehat. Aktifitas mikroba tanah akan meningkat dengan penambahan
kompos. Aktifitas mikroba ini akan membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan
juga dapat menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.
KANDUNGAN HARA KOMPOSÂ
Kandungan unsur hara didalam kompos cukup lengkap, meliputi unsur hara makro  (N, P, K, Ca,
Mg, S), dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Mo, Zn, Cl, B) yang sangat diperlukan tanaman. Namun
kandungan unsur hara tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan kandungan unsur hara
tertentu yang terdapat pada pupuk kimia buatan. Oleh karena itu aplikasi kompos biasanya
diperlukan dalam jumlah yang banyak. Selain kandungan unsur hara, keunggulan lain kompos adalah
kandungan senyawa organik, seperti asam humat, dan asam sulfat yang bermanfaat untuk memacu
pertumbuhan tanaman.
CARA PEMBUATANÂ KOMPOSÂ
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi
pupuk organik melalui aktifitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah
kotoran sapi 80 – 83%, serbuk gergaji (dapat sekam, jerami padi, dll.) 5%, bahan pemacu
Page 1/2

Published on cyber extension - Pusluhtan Kementan | Email Sekretariat : cyberextension@gmail.com


mikroorganisme 0,25%, abu sekam 10% dan kalsit / kapur 2%, juga boleh menggunakan bahan –
bahan yang lain misalnya kotoran sapi 40% ayam 25%.
        Kompos mudah dibuat, terutama dari sisa – sisa panen. Tinggalkan kebiasaan
membakar jerami, seresah atau sisa – sisa panen lainnya. Kompos juga dapat dibuat dari kotoran
ternak lainnya, sisa – sisa daun kering atau rumput – rumputan, limbah industri pertanian,
seperti: onggok, ampas tahu, serbuk gergaji, dll.
      Pembuatan kompos dilakukan segera setelah panen, yaitu selang waktu antara
penyiapan bibit hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos juga disiapkan.
Setelah kompos matang dalam waktu kira – kira satu bulan, kompos dapat segera disebarkan
dilahan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Pembuatan kompos sebaiknya dilakukan didekat lahan pertanian atau didekat sumber bahan baku
kompos.
TAHAPAN PEMBUATAN KOMPOS Â
Persiapan Bahan : menyiapkan bahan yang akan dikomposkan seperti jerami, sisa – sisa tanaman
jagung dan lain – lain. Untuk mempercepat pengomposan, bahan sebaiknya dicacah dengan ukuran
3 – 5 cm.
Perlakuan Bahan :Â menambahkan agen pengompos berupa mikroba yang dapat mempercepat
pengomposan. Jika tidak tersedia kotoran ternak juga dapat menjadi sumber mikroba yang baik.
Penambahan tersebut biasanya dengan jalan menyiramkan secara merata atau meletakkannya dalam
tiap lapisan setebal kurang lebih 30 cm, atau menyiramkan air pencuci beras dan petai cina.
Inkubasi : tumpukan bahan ditutup dengan plastik mulsa untuk menjaga kelembaban, kadar air, dan
suhu selama proses pengomposan dan dibiarkan selama 4 – 6 minggu. Ciri – ciri kompos yang
matang adalah terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman, tekstur menjadi lunak dan bau
tidak menyengat.

Penulis : Edy Soedarmanto., SP

Page 2/2

Published on cyber extension - Pusluhtan Kementan | Email Sekretariat : cyberextension@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai