Anda di halaman 1dari 25

Cara membuat Kompos Super Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos super adalah proses pengubahan limbah

organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis pada kondisi yang terkontrol. PROSES PEMBUATAN KOMPOS SUPER 1. Bahan yang diperlukan: Kotoran sapi : 80-83% Serbuk gergaji : 5% Bahan pemacu mikroorganisme (bisa dipakai EM4): 0,25% Abu Sekam : 10%n Kalsit/Kapur : 2% Boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, kotoran ayam maksimal 25% 2. Tempat Sebidang tempat beralas tanah, ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. 3. Prosesing - Kotoran sapi (faeses dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai 60%. - Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi, tempat pembuatan kompos super dan diberi serbuk gergaji, abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis dan seluruh bahan dicampur diaduk merata. - Setelah .seminggu di lokasi I, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/ dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu sampai 70 C untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos super yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma. - Seminggu kemudian dilakukan pembalikan untuk dipindahkan pada lokasi ke 3 dan dibiarkan selama satu minggu. - Setelah satu minggu pada lokasi ke 3 kemudian dilakukan pembalikan untuk membawa pada lokasi ke 4. Pada tempat ini kompos super telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau. - Kemudian pupuk diayak/disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dare bahan yang tidak di harapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia) sehingga kompos super yang dihasilkan benar-benar berkualitas. - Selanjutnya pupuk organik kompos super siap dikemas dan siap diaplikasikan ke lahan sebagai pupuk organik berkualitas pengganti pupuk kimia. - Kandungan Kompos Super Moisture/kelembaban 45%5

TotaI N >l,8l% P0205 >1,89% K20 >1,96% Ca0 >2,96% Mg0 >0,70% C/N Ratio Maks 16% Manfaat Penggunaan Kompos Super pada Lahan Pertanian I. Mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. 2. bebas dari biji tanaman liar (gulma). 3. Tidak berbau dan mudah digunakan. 4. Menyediakan unsur hara yang seimbang dalam tanah. 5. Meningkatkan populasi mikroba tanah sehingga struktur tanah tetap gembur. 6. Memperbaiki derajat keasarnan (pH) tanah. 7. Meningkatkan produksi berbagai tanaman antara I0-30%. Manfaat untuk Tambak Cara ini akan menambah kesuburan fisik kimia dan biologis sehingga dasar tambak mampu meredam efek buruk pemupukan sisa pakan, faeses, kulit udang dan sisa bahan organik yang lain untuk di urai lebih sempurna. Dosis 1500-2000 kg/ha pada dasar tambak diberikan saat pengolahan dasar tambak. Prev: Cara membuat kompos dari sampah Next: Membuat Pupuk Hijau Cara membuat kompos dari sampah Berikut ini adalah cara membuat kompos. Ada beberapa alternatif cara yang dipilih sesuai kondisi lokal. - Kompos jadi siap pakai Pada daerah yang banyak terdapat sampah kota dan desa yang telah mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang cukup lama di alam terbuka, dapat diterapkan cara ini, sebagai berikut: - Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah - Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk - Jemur sampai kering, lalu ayak - Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah. Bahan: - 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage) - 6,5 m3 kulit buah kopi

- 750 kg kotoran ternak memamah biak ( 50 kaleng ukuran 20 liter) - 30 kg abu dapur atau abu kayu Cara Membuat 1). Buatlah bak pengomposan dari bak semen atau tanah. Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan. Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi) lalu diberi plastik di dinding2 tanah tsb dgn maksud agar kompos tdk berair dan terlalu lembek. 2). Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu. 3). Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera menurun lagi. 4). Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan. 5). 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 3 bulan kompos sudah cukup matang. 6). Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro atau lainnya. - Kompos Sistem Bogor Bahan : - Sampah mudah lapuk (garbage) - Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak. - Kotoran ternak memamah biak - Abu dapur atau abu kayu Cara Membuat: 1). Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter. 2). Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan merata.

3). Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm. 4). Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak. 5). Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal 10 cm. 6). Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari. 7). Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang. Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan. Prev: Bertani secara Organik (tanpa pupuk dan racun kimia sintetis) dengan EM4 Next: Cara membuat Kompos Super Membuat Pupuk Hijau Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri. Bahan dan Komposisi: 200 kg hijau daun atau sampah dapur. 10 kg dedak halus. kg gula pasir/gula merah. liter bakteri (bisa dgn EM4). 200 liter air atau secukupnya. Cara Pembuatan: Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi. Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air. Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan. Prev: Cara membuat Kompos Super Next: Membuat EM4 dengan bahan tumbuhan Membuat EM4 dengan bahan tumbuhan Mungkin sdh ada yg tahu bhwa membuat EM4 dengan bahan usus hewan menimbulkan bau busuk yg kurang sedap, oleh karena itu, saya tuliskan cara membuat mikroba komposter EM4 dengan bahan2 tumbuhan yang tdk terlalu berbau busuk. Bahan-bahan * Sampah sayur, terutama kacang-kacangan * Kulit buah-buahan (papaya, pisang, rambutan, mangga, dsb.) * Bekatul, secukupnya

* Gula merah, sedikit saja * Air beras, secukupnya Cara membuat: 1. Sampah sayur, kulit buah-buahan dan bekatul dicampurkan. Tempatkan misalnya di dalam sebuah ember atau penampung yang lain. Tutup. Sambil kadang-kadang diaduk, biarkan selama satu minggu sampai membusuk sehingga menjadi EM1. EM singkatan dari Effective Microorganism, yaitu jasad renik "ganas" yang akan mempercepat proses pengomposan. Ditengarai dengan angka 1 karena inilah cairan mikroorganisme yang terbentuk setelah mengalami dekomposisi selama satu minggu. 2. Cairan EM1 dicampur dengan sampah sayur dan kulit buah-buahan. Kemudian didiamkan lagi selama satu minggu. Cairan baru yang terbentuk disebut dengan EM2. 3. Cairan EM2 dicampurkan dengan bekatul, gula merah dan air beras. Dan didiamkan lagi selama satu minggu sehingga menjadi EM3. 4. Diamkan lagi selama satu minggu tanpa menambahkan apa-apa. Cairan itu telah menjadi EM4. Bertani secara Organik (tanpa pupuk dan racun kimia sintetis) dengan EM4 Inti dari arti pertanian organik adalah budidaya tanaman pangan yang tidak memakai pupuk ataupun racun hama yang berbahan kimia sintetik. Oleh karena itu, kita sbg petani hrs mampu membuat pupuk organik dan teknik pengendalian hama sendiri secara organik. Berikut ini saya tuliskan : 1. Membuat Pupuk Effective Microorganisme atau EM Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang

bermanfaat meningkatkan kualitas tanah. Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM : Pembuatan bakteri penghancur (EM). Bahan-bahan : Susu sapi atau susu kambing murni. Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus. Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih. Alat-alat yang diperlukan :

Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas. Cara pem

Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati. Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan. Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing. Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembunggelembung. Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket. Diamkan selama total 4 minggu sampe bahan benar-benar sebagian besar menjadi cair *Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri. 2. Membuat Pestisida Alami Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun alami dari "gadung dan tembakau". Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan. Bahan dan Alat: 2 kg gadung. 1 kg tembakau. 2 ons terasi. kg jaringao (dringo). 4 liter air. 1 sendok makan minyak kelapa. Parutan kelapa. Saringan kelapa (kain tipis). Ember plastik. Nampan plastik. Cara Pembuatan: Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung). Gadung dikupas kulitnya dan diparut. Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan liter air panas Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.

Dosis: 1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air. 2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air. Kegunaan: Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit. Dapat menolak hama dan penyakit. Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami. Sasaran: Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu. Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan. Hipnoteraphy

Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil Written by dr. Awi Muliadi Wijaya, MKM Sunday, 28 February 2010 07:00 Sasaran Pelatihan Program Dokcil Peserta didik (siswa) Sekolah Dasar kelas 4 dan 5 dengan jumlah 10-20 orang.

Kompetensi Setelah mengikuti pelatihan maka peserta didik akan memiliki kompetensi: 1. Memahami program UKS dan Dokter Kecil 2. Bersikap dan berperilaku sehat 3. Menggerakkan dan membimbing teman dalam melaksanakan pengamatan kebersihan, kesehatan pribadi dan penyuluhan kesehatan 4. Membantu petugas kesehatan melaksanakan pelayanan kesehatan di sekolah 5. Melakukan pengenalan tanda-tanda penyakit, kesehatan lingkungan, dll 6. Melakukan pengamatan kebersihan di sekolah 7. Membuat laporan kegiatan Dokter Kecil 8. Mengetahui hal-hal khusus apa saja yang perlu dilaporkan kepada guru UKS/Kepala Sekolah/guru yang ditunjuk

Tujuan Pelatihan Dokcil Tujuan Umum Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta membangun sikap positif peserta didik dalam pelaksanaan upaya program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Tujuan Khusus Membentuk peserta didik menjadi dokter kecil yang memiliki kompetensi khusus (seperti telah diuraikan di bagian atas)

Materi Pelatihan Dokcil

Materi Dasar:

Program UKS Program Dokter Kecil

Materi Inti:

Kesehatan lingkungan Pencegahan penyakit menular Kesehatan gigi dan mulut Kesehatan indera penglihatan Kesehatan indera pendengaran Imunisasi Gizi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) NAPZA Pemeriksaan Kesehatan Peserta

Materi Penunjang

Membangun komitmen belajar

Metode dan Proses 1. Tahap pencairan Sebelum pelatihan dimulai, perlu dilakukan proses pencairan. Proses pencairan dilakukan menggunakan metode dinamika kelompok dimana para pelaksana, pelatih dan peserta pelatihan berkumpul di suatu ruangan untuk saling berkenalan, mengisi kuesioner (misalnya mengenai hal-hal yang disukai, tidak disukai, harapan, kekhawatiran, dll), membuat permainan, dst. Tujuannya untuk: membangun komitmen belajar agar peserta siap mengikuti pelatihan, membuat kesepakatan tentang norma yang akan dipakai selama pelatihan dan membuat kontrak belajar.

2. Tahap pembekalan materi Tahapan dimana peserta didik dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan Dokter Kecil. Materi yang diberikan lebih dititikberatkan pada peningkatan pemahaman peserta didik tentang berbagai faktor penyebab penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama. Teknik penyampaian dalam pembekalan materi

menggunakan metode ceramah diikuti tanya jawab, diskusi kelompok dan studi kasus.

3. Tahap konsolidasi Merupakan tahap internalisasi komprehensif dari pengetahuan dan ketrampilan yang diterima pada tahap pembekalan. Pada tahap ini peserta didik diberikan tugas untuk menanggulangi 'kasus', menyusun rencana kegiatan pencegahan dan menanggulangi masalah kesehatan di lingkungan sekolah.

Penyelenggaraan 1. Pelaksana Tim Pembina UKS tingkat Kabupaten/Kecamatan dan Tim Pelaksana UKS, dipimpin oleh Dokter Puskesmas.

2. Perencanaan di Tingkat Kecamatan


Pertemuan petugas kesehatan dan Tim Pembina UKS tingkat Kecamatan Persiapan sarana dan biaya yang diperlukan Persiapan pelatihan Dokter Kecil Persiapan administrasi

3. Pelatih Petugas Kesehatan (Dokter Puskesmas/Petugas UKS) Guru UKS/Penjaskes atau Guru lain yang ditunjuk.

4. Waktu dan Tempat Waktu: Teori dan praktek 45 jam mata pelajaran dengan setiap mata pelajaran 45 menit. Dalam pelaksanaannya diatur oleh Kepala Sekolah, diberikan secara ekstra kurikuler atau dapat juga dalam masa liburan sekolah.

Tempat: Kegiatan pelatihan diselenggarakan di ruang kelas, ruang UKS dan lapangan atau yang ditentukan oleh penyelenggara.

5. Evaluasi Evaluasi dapat dilakukan pada:


Peserta pelatihan Penyelenggara pelatihan

Tujuan evaluasi:

Mengetahui adanya peningkatan pengetahuan peserta didik sesudah pelatihan dibandingkan dengan sebelum pelatihan Mengetahui keberhasilan pelatihan Mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan dimasa yang akan datang.

6. Sertifikat Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan Dokter Kecil diberikan sertifikat yang ditandatangani Ketua Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota atau Pejabat berwenang di daerah. Pemberian sertifikat dilaksanakan pada hari-hari besar khusus, antara lain Hari Kesehatan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, HUT Proklamasi RI, hari Anak Nasional, dll.

7. Biaya Sumber dana dapat berasal dari Pemerintah Daerah atau Komite Sekolah/Swadaya.

8. Pelaporan Laporan tertulis tentang penyelenggaraan pelatihan dibuat oleh Ketua Penyelenggara sebanyak minimal 3 rangkap, yaitu untuk: 1. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota

2. Tim Pembina UKS Kecamatan 3. Arsip

Contoh Kurikulum Pelatihan Dokter Kecil No. A. 1. 2. B. 1. Materi Pelatihan MATERI DASAR (MD) Program UKS Program Dokter Kecil MATERI INTI (MI) Kesehatan Lingkungan Lingkungan hidup manusia Rumah Sehat Air dan kesehatan Air limbah dan kesehatan Sampah dan kesehatan Kotoran manusia dan kesehatan 2. Pencegahan Penyakit Menular Pencegahan Penyakit Menular Langsung Pencegahan Penyakit Menular Bersumber Binatang 3. Kesehatan Gigi dan mulut Bagian gigi dan mulut Penyakit gigi dan mulut Pencegahan penyakit gigi dan mulut 4. Kesehatan Indera Penglihatan Menjaga kesehatan mata Pencegahan penyakit mata Waktu Pembelajaran T P PL Jumlah 1 1 2 8 1 1 10

5. Kesehatan Indera Pendengaran Menjaga kesehatan pendengaran Pencegahan gangguan pendengaran dan Penyakit Telinga 6. Immunisasi 7. Gizi Pengetahuan Gizi Dasar Kantin sekolah Pemantauan Pertumbuhan Peserta didik dengan KMS-Anak Sekolah Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) NAPZA Pemeriksaan Kesehatan Peserta MATERI PENUNJANG Membangun komitmen belajar JUMLAH

1 3

1 7

8. 9. 10. C. 1

1 1 1 20

3 1 1

4 2 1 2 46

1 26 -

Keterangan: T = Teori P = Penugasan PL = Praktek lapangan

Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat


Wednesday, 03 March 2010 12:41

Buang air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan. Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut: 1. Tidak mencemari air 1. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. 2. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter 3. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur. 4. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut 2. Tidak mencemari tanah permukaan 1. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. 2. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian. 3. Bebas dari serangga 1. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah 2. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. 3. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya 4. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

5. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan 1. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan 2. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air 3. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran 4. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodic 5. Aman digunakan oleh pemakainya 1. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat 6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya 1. Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran 2. Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran 3. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh 4. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100 7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan 1. Jamban harus berdinding dan berpintu 2. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

4 Materi Pokok Pelatihan Dokter Kecil


Jun 18 EDUKATIF, Kiat Sehat

Sebagai bagian dari kegiatan rutin program promosi kesehatan, khususnya Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), tim Puskesmas Benu-benua, melaksanakan pelatihan dokter kecil di sebuah SD yang berada dalam wilayah kerjanya. Kegiatan ini telah dilakukan pada hari Kamis, tanggal 17 Juni 2010, dengan melatih 20 orang murid, dari perwakilan kelas 3 dan 4, SD tersebut. Menurut keterangan Kepala Puskesmas Benu-benua, dr. Putu Agustin K., pelatihan dokter kecil, bertujuan untuk membina para siswa sekolah dasar (SD) agar memiliki kemampuan dan kepedulian dalam mempromosikan pola hidup sehat di lingkungan sekolah. Tim puskesmas yang turut memberikan materi, antara lain: dokter, perawat, perawat gigi, dan sanitarian. Ada 4 jenis materi pokok yang disampaikan dalam pelatihan tersebut antaralain : 1. Merawat Kesehatan Gigi dan Mulut : * Para siswa diajarkan bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar * Sebaiknya melakukan sikat gigi dan menggunakan pasta gigi yang sehat * Kontrol kesehatan gigi secara rutin, teratur ke poli gigi puskesmas atau rumah sakit. 2. Menjaga Kebersihan Diri Sendiri : * Membersihkan badan (mandi) dengan air bersih, minimal 2 kali sehari * Mengenakan pakaian yang bersih dan rapi * Membiasakan mencuci serta membersihkan kuku kaki dan tangan 3. Memelihara Kesehatan Lingkungan :

* Membuang sampah pada tempatnya * Membersihkan saluran limbah dan halaman pekarangan sekolah

* Mengkonsumsi jajanan, makanan dan minuman yang bergisi plus sehat. 4. Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K): * Cara Merawat luka ringan pada diri dan teman-teman sekolah * Bagaimana membantu siswa yang sedang sakit yang perlu pertolongan segera. * Berusaha menjaga kesehatan diri sendiri, dengan berolahraga, misalnya senam sehat. Metode pemberian materi pelatihan, melalui ceramah, tanya jawab dan praktek langsung oleh para siswa. Semoga bisa diterapkan dan dievaluasi kembali dengan baik.

PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA II


Posted on Juli 26, 2008 by Rieko'Na Icha PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ; 1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. 2. Tidak mengotori permukaan tanah. 3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. 4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. 5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu. 6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. 7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m. Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan bendabenda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak.

Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan gas. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pengelolaan air limbah kakus I. Pengelolaan air limbah kakus II. Pengelolaan air limbah cucian. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci. Pengelolaan sampah. Pengelolaan limbah industri rumah tangga. Pengelolaan air limbah rumah tangga I Pengelolaan air limbah rumah tangga II Pengelolaan air limbah

URAIAN SINGKAT Air limbah dialirkan melalui saluran ke drum dan air dalam drum akan disaring dengan koral/ijuk ke luar, dan kemudian meresap ke dalam tanah. BAHAN 1. 2. 3. 4. 5. Drum Koral Kayu Ijuk Pipa pralon

PERALATAN 1. 2. 3. 4. 5. Palu Besi runcing Cangkul Parang Gergaji

PEMBUATAN

Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 110 cm. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke dalam lobang tersebut. Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk. Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran bis, atau dari pasangan batu bata. Drum ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan campuran semen dan pasir yang diberi penguat besi. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah ini.

Gambar 1. Drum yang Dilubangi

Gambar 2. Pembuatan Lubang

Gambar 3. Drum di dalam Lubang Bangunan

Gambar 4. Tutup Bak Penampung PENGGUNAAN 1. Untuk membuang air limbah rumah tangga seperti cucian, air masak dsb 2. Untuk membuang air kotoran lainnya PEMELIHARAAN Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik.dsb KEUNTUNGAN Mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal dan merupakan pemanfaatan bahan-bahan bekas. KERUGIAN

Air yang meresap akan mempengaruhi air tanah di sekitarnya apabila struktur tanah merupakan tanah liat yang berbongkah-bongkah pada waktu musim kemarau, serta jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur bersih (terlalu dekat) Catatan lain-lain : Setiap kali perlu diperiksa apa ada yang rusak atau tidak.

Dasar Pertimbangan Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga


Oleh ARDA DINATA

SETIAP aktivitas manusia akan menghasilkan limbah. Baik yang berupa limbah padat maupun limbah cair. Dan sebagian besar masyarakat mengenalnya dengan istilah air limbah.
Air limbah (sewage) diartikan sebagai air dan cairan yang merupakan sisa dari kegiatan manusia di rumah tangga, commercial buildy (kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan) atau industri. Dari sini, kita mengenal penggolongan air limbah berupa air limbah industri dan limbah domestik. Air limbah industri itu bersumber dari aktivitas industri, pertanian, dan sejenisnya. Sedangkan kandungan limbah industri ini tergantung pada bahan dan teknologi yang digunakan serta barang hasil produksi yang akan dihasilkan. Sementara itu, sumber air limbah domestik berasal dari aktivitas rumah tangga, kantor, commercial buildy (hotel, restoran, rumah sakit), dll. Adapun limbah domestik ini memiliki kandungan bahan berupa 99,9 persen air dan 0,1 persen bahan padat. Dari 0,1 persen bahan padat itu, terdiri dari bahan organik sebanyak 70 persen, yang meliputi karbohidrat (25%), lemak (10%), protein (65%) dan bahan anorganik sebanyak 30 persen, yang terdiri dari logam, tanah, dan pasir. Melihat kandungan air limbah tersebut, maka produk sisa dari aktivitas manusia ini berpotensi besar terhadap terjadinya penyebaran penyakit dan kesakitan pada manusia, bila air limbah itu tidak dikelola dengan baik. Di sinilah perlunya dilakukan proses pengolahan air limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air atau lingkungan lainnya.

Tipe Pengolahan
Sebelum kita menentukan tipe pengolahan air limbah yang tepat dibagun pada suatu daerah, maka terlebih dahulu kita harus memperhatikan persyaratan lokasi pengolahan air limbah tersebut. Pada dasarnya, lokasi pengolahan air limbah tergantung pada kondisi suatu daerah. Yakni pada suatu daerah yang tidak memerlukan proses pemompaan untuk mengalirkan air limbahnya. Ini adalah dasar yang pertama. Kedua, lokasi terpilih hendaknya tidak dekat dengan perumahan. Jarak minimal antara rumah terdekat dengan lokasi pengolahan air limbah adalah 500 meter. Ketiga, lokasi terpilih harus dipilih sedemikan rupa sehingga air limbah dapat mengalir secara gravitasi dari proses pengolahan yang satu ke proses pengolahan berikutnya.

Keempat, walaupun daerah tersebut dapat mengalir secara gravitasi, tapi lokasi pengolahan air limbah pun, hendaknya tidak berada di daerah banjir. Kelima, sebaiknya lokasi dipilih pada daerah yang cukup luas, bila dimasa yang akan datang perlu dilakukan pengembangan sarana pengolahan air limbah di lokasi tersebut. Dari sini, kita mengenal ada dua tipe sistem pengolahan air limbah ini. Pertama, sistem pembuangan setempat (On Site Sanitattion). Pada setiap pembuangan setempat ini, air limbah dialirkan ke tempat pembuangan atau pengolahan yang terletak di sekitar pekarangan rumah atau bangunan. Istilah lain dari sistem setempat ini disebut juga sebagai sistem individual. Adapun jenis sarana yang termasuk tipe ini, misalnya cubluk, septic tank, dll. Kedua, sistem pembuangan terpusat (Off Site Sanitation). Pada sistem pembuangan terpusat ini, air limbah disalurkan ke saluran air limbah kota yang mengalir menuju pengolahan air limbah kolektif di daerah tertentu. Sistem ini juga dikenal dengan istilah sistem komunal. Jelasnya, pada sistem komunal air limbah dialirkan dari sumbernya menuju ke tempat pengolahan terpusat dengan mempergunakan pipa riol. Adapun riol yang dipakai untuk mengalirkan air limbah tersebut dinamakan dengan Sewerage System.

Dasar Pertimbangan
Dasar-dasar pertimbangan dalam pemilihan teknologi pengolahan (pembungan) air limbah di tiap-tiap daerah umumnya memiliki faktor-faktor yang berbeda. Yang jelas, untuk menetapkan teknologi pengolahan air limbah yang tepat di suatu daerah, ternyata banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor-faktor pertimbangan tersebut, diantaranya berupa: (1) Kepadatan penduduk. Faktor ini dapat menjadi indikator akan tersedia atau tidaknya lahan yang cukup untuk membangun sistem pengolahan setempat (individual). Biasanya, jika kepadatan penduduk lebih dari 300 jiwa/ha, maka sistem setempat sudah tidak sesuai lagi untuk diterapkan. Seperti halnya untuk kondisi Kota Bandung, sistem setempat ini sudah tidak tepat lagi diterapkan. (2) Penyediaan air bersih. Faktor ini sangat penting diperhatikan, karena kondisi tersedia atau tidaknya air bersih di suatu daerah akan menentukan dari kelancaran operasi sistem pengoahan air limbah. Yang mana, untuk sistem pembungan terpusat itu memerlukan penyediaan air bersih yang relatif lebih terjamin dibandingkan dengan sistem pembungan setempat. Hal ini dikarenakan sistem terpusat memerlukan proses penggelontoran yang baik dan terjamin. (3) Keadaan tanah. Faktor keadaan tanah yang tidak dapat meresapkan air tidak mungkin diterapkan untuk sistem pembungan setempat, karena sistem ini memerlukan areal peresapan. Dan kondisi tanah seperti itu, sistem peresapannya dapat dipastikan tidak dapat berjalan dengan baik. (4) Keadaan air tanah. Kondisi air tanah yang dangkal tidak cocok untuk diterapkan pada sistem pembungan air limbah setempat. Hal ini dikarenakan kondisi tersebut menyebabkan sistem peresapan

tidak akan berjalan dengan baik. Selain itu, effluent dari sistem pembungan setempat ini akan mencemari air tanah dangkal, terutama jika air tanah tersebut dipergunakan sebagai sumber air minum. (5) Keadaan tofografi (penampang tanah). Faktor kemiringan tanah ini akan mempengaruhi pemilihan teknologi pengolahan air limbah. Kondisi tanah yang memiliki kemiringan kurang dari 2 persen akan menyulitkan dalam penerapan sistem pembungan terpusat. Hal ini didasarkan penanaman pipa pada bagian hilir akan dalam sekali. Atau jika terpaksa, maka akan dilakukan dengan sistem pemompaan. Dan ini berarti memerlukan investasi dana yang tidak kecil. (6) Kemampuan membangun. Faktor ini jelas-jelas berkait dengan kemampuan setiap daerah untuk membangun teknologi yang dipilih. Apabila perencanaan yang tidak tepat dan cermat, bisa jadi ada kemungkinan teknologi yang telah dipilih tidak dapat diterapkan karena ketidakmampuan tenaga setempat untuk membangun atau minimal penerapannya akan mundur waktunya hingga kondisi tenaga (SDM) daerah tersebut telah cukup mampu untuk membangun. (7) Kondisi sosial ekonomi masyarakat. Faktor ini lebih tepat dalam menekankan pada kondisi dan status ekonomi masyarakat setempat. Hal ini tentunya, diperlukan akan adanya pemberdayaan masyarakat setempat berkait dengan pembebanan biaya pembangunan dan operasional penyelenggaraan pengolahan air limbah. Karena tidak mungkin biaya operasional dan pemeliharaan alat-alat pengolahan air limbah terus-terus ditanggung oleh pemerintah daerah setempat. Lebih-lebih saat ini telah dilakukan otonomi daerah. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, setidaknya tiap-tiap daerah mampu merencanakan dan merealisasikan program pengolahan air limbah secara tepat. Bila hal ini tidak segera dibenahi, maka air limbah tersebut siap-siap mengancam keselamatan lingkungan dan manusia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai