Pengertian Pupuk Bokashi kurang lebih dapat diartikan sebagai (ini pun kata orang Jepang) : “Bahan Organik yang
telah difermentasikan”. Berarti Bokashi adalah hasil fermentasi atau peragian bahan-bahan organik seperti sekam,
serbuk gergaji, jerami, kotoran hewan atau pupuk kandang, dan lain-lain bahan organik. Bahan-bahan tersebut
difermentasi dengan bantuan microorganism activator untuk mempercepat prosesnya. Ada pula yang mengartikan
bahwa BOKASHI adalah kependekan dari Bahan Organik Kaya Sumber Hayat.
Bokashi Jerami
Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti Nitrogen dan Kalium. Dengan
membakar jerami berarti sama saja dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat
membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Berapa rupiah yang dibakar petani karena
ketidaktahuannya? Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah, petani tidak perlu lagi memberikan pupuk
KCl. Dengan demikian akan menghemat biaya produksi.
Selain dikembalikan langsung ke lahan sawah,. jerami padi dapat juga dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
pupuk organik (kompos). Jika petani menganggap jerami menyulitkan dalam pengolahan menggunakan traktor maka
lebih baik dibuat kompos saja. Untuk membuat kompos yang berkualitas, diperlukan decomposer yang sesuai dengan
tujuan pemberian kompos. Jika menginginkan kompos untuk menyuburkan tanah sekaligus mengendalikan hama
penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh jamur, maka dapat digunakan decomposer ANFUSH.
ANFUSH
Cara pembuatan kompos jerami dengan menggunakan dekomposer ANFUSH adalah sebagai berikut:
Cara Pembuatan :
1. Jerami segar direndam selama 1 malam / Basahi dengan air agar lembab dengan kadar air 60 %, bertujuan
agar jerami tetap lembab.
2. Bahan aktif ( Urea, SP-36, kapur, pupuk kandang, starter ANFUSH ) dicampur disiram air secukupnya dan
diaduk, kemudian dibagi menjadi 4 (empat) bagian.
3. Bahan Jerami yang sudah basah tadi ( 1 m 3 ) dibagi menjadi ( empat ) 4 lapisan.
4. Pada lapisan jerami pertama ( ¼ bagian jerami ) ditaburkan bahan aktif ¼ bagian dan dipercikkan air untuk
menjaga kelembabannya.
5. Setelah itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (1/4 bagian jerami) dan taburkan kembali bahan
aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis. Tinggi tumpukan jerami sebaiknya kurang dari
1,5 m agar memudahkan dalam pembalikannya
6. Tutup tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat diletakkan ditempat yang
terlindung
7. Lakukan pembalikkan tumpukan jerami setiap 5 hari sekali.
8. Kelembaban tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya 60 – 80 % dengan cara menyiram/memercikkan air
(kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes)
9. Kompos siap digunakan setelah 2-3 minggu.
NB : Untuk Bokashi Sekam (kulit Padi) Bahan jerami diganti dengan “Sekam” / campuran keduannya.
CARA MEMBUAT SILASE
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan, karena memiliki konstribusi sebesar 70-80%
terhadap keseluruhan biaya produksi. Yang perlu diperhatikan dalam pakan adalah kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas. Ternak ruminansia membutuhkan pakan berupa hijauan dan konsentrat sebagai pakan penguat.
Konsentrat selain untuk memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan, juga berfungsi sebagai bahan
pendukung dalam proses fermentasi. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan dimusim kemarau dapat
dilakukan dengan cara pengawetan hijauan. Pengawetan dapat dilakukan dgn dua cara yaitu pengeringan (hay) dan
silase. Silase yaitu pakan ternak yang masih tinggi kadar air dan merupakan hasil pengawetan hijauan makanan
ternak atau bahan-bahan lain melalui proses fermentasi dalam kondisi an-aerob baik dengan penambahan atau
tanpa penambahan bahan pengawet.
Silase adalah pakan yang berasal dari hijauan, hasil samping pertanian atau bijian berkadar air tertentu yang
telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat kedap udara selama kurang lebih tiga minggu. Penyimpanan
pada kondisi kedap udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan silase. Tempat penyimpanannya
disebut silo. Silo bisa berbentuk horizontal ataupun vertikal. Silo yang digunakan pada peternakan skala besar adalah
silo yang permanen, bisa berbahan logam berbentuk silinder ataupun lubang dalam tanah (kolam beton). Silo juga
bisa dibuat dari drum atau bahkan dari plastik. Prinsip dari silo yaitu memungkinkan untuk memberikan kondisi
anaerob pada bahan agar terjadi proses fermentasi. Bahan untuk pembuatan silase bisa berupa hijauan atau bagian-
bagian lain dari tumbuhan yang disukai ternak ruminansia, seperti rumput, legume, biji bijian, tongkol jagung, pucuk
tebu, batang nanas dan lain-lain. Kadar air bahan yang optimal untuk dibuat silase adalah 65-75%. Kadar air tinggi
menyebabkan pembusukan dan kadar air terlalu rendah sering menyebabkan terbentuknya jamur. Kadar air yang
rendah juga meningkatkan suhu silo dan meningkatkan resiko kebakaran (Heinritz, 2011).
Lama penyimpanan hampir sama yaitu: dapat mencapai 2 tahun atau dapat disesuaikan dengan kondisi
fisiknya. Sedangkan cara terbuka dilakukan dengan cara: (a) Buat satu tonggak bambu setinggi lebih
kurang 6 meter, sebagai tonggak penguat tumpukan jerami; (b) Buat alas yang terbuat dari tepas bambu
yang diberi jarak sedikit dari permukaan tanah; dan (c). Susun Jerami di atas alas secara melingkari tiang
tonggak sampai terbentuk suatu lapisan melingkar. Kemudian menyusun lapisan berikutnya dengan arah
yang berlawanan. Tebal lapisan masing-masing lebih kurang 30 cm, demikian selanjutnya sehingga
diperoleh ketinggian lebih kurang 6 meter.
Lama penyimpanan yang ideal 1 tahun. Pemberian pakan jerami diberikan dalam bentuk aslinya tanpa
mengadakan pascapanen sekunder seperti pengepresan dan lain-lain. Waktu pemberian cukup 2 kali
sehari dengan dosis sesuai dengan umur sapi. Untuk umur sapi 1-2 tahun diberikan jerami 5 kg/ekor, umur
sapi 3 tahun diberikan 8 kg/ekor, dan umur sapi 4 atau lebih diberikan 9 kg/ekor.
Untuk melengkapi kandungan gizi pakan sapi penggemukan perlu dilakukan pemberian makanan
tambahan berupa tongkol/biji jagung fermentasi sebanyak 1 kg, dan 4 kg bekatul. Pada waktu musim
kemarau atau tidak cukup persediaan pakan, dapat diberikan hijauan sebanyak 25% saja sedangkan
lainnya dengan memberikan jerami fermentasi. Pemberian pakan ini cukup mendukung pertumbuhan sapi
dengan baik.
Note :
Bungkil kelapa yang difermentasi atau ditambahi enzim manase dari Actinomycetes dan selulase dari Trichoderma sp. ternyata dapat
meningkatkan penampilan ayam. Demikan juga halnya dengan ubi kayu yang difermentasi oleh Aspergillus niger menghasilkan produk dengan kecernaan
bahan kering dan protein yang lebih tinggi. Produk yang dihasilkan memiliki protein kasar sampai 35–40% sehingga bahan pakan tersebut yang semula
sebagai sumber energi berubah menjadi bahan pakan sumber protein bagi ternak unggas.