Hal
ini dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Bisa dibayangkan jika zat-zat berbahaya yang
terdapat pada pupuk anorganik akan termakan juga oleh kita, bersarang dalam tubuh, dan
menimbulkan penyakit. Supaya terhindar dari penyakit akibat zat-zat berbahaya, kita harus
mulai terbiasa dengan alternatif pupuk organik. Salah satu pupuk organik yang ramah
lingkungan adalah kompos
1. Pengertian Kompos
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi kompos adalah pupuk
campuran yang terdiri atas bahan organik (seperti daun dan jerami yang membusuk)
dan kotoran hewan.
Pengertian kompos menurut Wield (2014) merupakan pupuk alami (organik) yang
dapat dibuat dari bahan-bahan hijau dan bahan organik lainnya yang ditambahkan
dengan sengaja sehingga proses pembusukan akan lebih cepat.
Pupuk kompos mengandung unsur-unsur hara mineral yang baik untuk tanaman
serta meningkatkan bahan organik dalam tanah. Pembuatan pupuk ini pun dapat
dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan
dengan harga pembuatan yang relatif murah.
2. Jenis-Jenis Kompos
Kompos dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berbagai jenis kompos yaitu di
antaranya kompos cacing, bagase, dan bokashi.
Limbah bagase dapat diolah menjadi pupuk dan diaplikasikan kembali ke tanah
untuk menyuburkan tanah dan membantu proses pertumbuhan tanaman tebu.
Namun dalam proses pembuatannya diperlukan waktu cukup lama dan perlakuan
yang khusus seperti penambahan mikroorganisme selulotik karena nisbah C/N dari
bagase yang tinggi sekitar 220.
EM4 adalah suatu kultur campuran terdiri dari mikroorganisme dalam media cair
berfungsi untuk memfermentasikan bahan-bahan organik dalam tanah dan sampah,
sehingga menguntungkan bagi kesuburan tanah.
3. Manfaat Kompos
Kompos sebagai salah satu pupuk organik sangat baik dan bermanfaat untuk segala
jenis tanaman. Pupuk ini digunakan untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan,
tanaman pertanian, dan bahkan tanaman hias.
Apalagi untuk kondisi tanah hasil pembukaan lahan baru, biasanya pada area
tersebut kesuburan tanah menurun karena pembukaan lahan identik dengan
pembakaran atau penghilangan top soil.
Oleh karena itu, kesuburan tanah perlu dikembalikan dan dipercepat dengan
ditambahkan pupuk.
Manfaat kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek
bagi tanah dan tumbuhan.
Dengan banyaknya sampah yang berserakan baik di sungai maupun sampah yang
tercecer dan masuk ke selokan akan mengakibatkan penyumbatan di selokan dan
dapat menimbulkan banjir.
Tempat yang dijadikan pembuangan akhir sampah ini akan menjadi kumuh dan
kotor jika pengolahan sampah tidak diatasi dengan benar.
Tempat tersebut juga akan menimbulkan banyak penyakit karena sebagai sarang
bertumbuh-kembangnya organisme yang membahayakan bagi kesehatan manusia
dan semakin menurunkan daya dukung lingkungan sebagai tempat pembuangan
sampah.
Produtivitas dari tanaman akan berkurang jika tanaman kekurangan unsur hara dan
mineral, terutama jika tanaman tersebut tumbuh pada tanah yang bersifat terlalu
asam maupun terlalu basa.
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah yaitu memperbaiki aerasi tanah,
merangsang granulasi tanah, dan meningkatkan daya ikat air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah yaitu aktivitas mikroorganisme
yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu akan meningkat.
Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah yaitu kapasitas tukar kation
meningkat sehingga dapat mempengaruhi serapan unsur hara tanaman.
Bahan organik yang umum dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini berasal dari
limbah-limbah pertanian meliputi:
Selain itu, bahan lainnya yaitu bahan selulosa yang merupakan bahan yang
mempunyai struktur seluler yang sebagian besar terdiri dari lignin dan selulosa yang
mempunyai kadar air yang relatif rendah.
Contoh bahan selulosa adalah kertas, sisipan kayu, daun kering, jerami padi, dan
kulit pohon.
Limbah protein yang termasuk ke dalam limbah dan residu ternak sangat bagus
sebagai bahan pembuatan kompos karena banyak mengandung protein yang
mempunyai kandungan nutrisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman
5. Proses Pengomposan
Pengomposan merupakan peruraian bahan-bahan organik secara biologi dalam
suhu tinggi dengan produk akhir pupuk yang menguntungkan bagi tanah dan
lingkungan.
Proses pengomposan terjadi secara alami dapat berlangsung dalam waktu yang
cukup lama.
Pembuatannya dapat memerlukan waktu 1-1,5 bulan, 2-3 bulan, bahkan ada yang 6-
12 bulan sesuai dengan bahan pembuatannya.
Proses penguraian atau dekomposisi bahan organik terdiri dari tiga tahap yaitu:
Untuk proses pengomposan nilai optimum adalah rasio C/N sebesar 20 : 1 hingga
35 : 1.
Nilai C/N bahan organik harus mendekati atau sama dengan nilai C/N tanah
sehingga pupuk dapat digunakan atau diserap tanaman.
Prinsip pengomposan yaitu menurunkan nilai C/N bahan organik sampai sama
dengan nilai C/N tanah (<20) karena pada umumnya bahan organik memiliki C/N
yang tinggi.
Semakin tinggi nilai C/N maka proses pengomposan akan semakin lama.
Bentuk bahan yang lebih kecil dan homogen mempunyai luas permukaan yang
relatif lebih luas dibandingkan ukuran partikel yang besar.
6.3 Aerasi
Aerasi atau suplai oksigen yang baik sangat diperlukan dalam proses dekomposisi
agar pengomposan berjalan dengan baik.
Diperlukan pembalikan timbunan bahan organik pada saat proses penguraian agar
pasokan oksigen dapat menjangkau ke semua bahan dan aktivitas mikroba berjalan
dengan baik.
6.4 Porositas
Porositas mempengaruhi proses pengomposan, di mana pasokan oksigen akan
mengalir jika volume rongga dalam tumpukan pupuk tidak jenuh air.
6.5 Kelembaban
Proses pengomposan harus memperhatikan kelembaban dari bahan organik.
Timbunan pupuk tersebut harus selalu lembab agar mikroba selalu beraktivitas.
Kandungan lengas yang biasa digunakan yaitu 50-60% karena kelembaban harus
sesuai dan tidak boleh terjadi kelebihan atau kekurangan air.
Kelebihan air akan menimbulkan volume udara yang berkurang sehingga aerasi
terganggu dan kekurangan air akan menghentikan aktivitas mikroba.
6.6 Suhu
Penjagaan suhu sangat penting dalam proses pengomposan agar proses
dekomposisi berjalan dengan lancar.
Semakin tinggi volume timbunan terhadap permukaan maka semakin besar panas
terisolasi dan semakin mudah timbunan tersebut panas yang membuat proses
pengomposan menjadi lebih cepat.
Kandungan hara bahan organik yang banyak akan mempermudah aktivitas mikroba
dalam proses dekomposisi dan mempercepat proses dekomposisi tersebut.
Unsur hara inilah yang nantinya akan bermanfaat bagi tanah dan tanaman.
Bahan-bahan yang sukar dan lambat untuk diuraikan baik dalam berbentuk plastik,
batu, logam maupun bahan-bahan yang bersifat toksik/ racun tidak boleh mencemari
proses pengomposan.
Lama pengomposan sendiri tergantung dari jenis bahan yang digunakan untuk
pupuk tersebut, proses pengolahannya, dan mikroba yang berperan terhadap proses
dekomposisi.
Kompos dengan kematangan yang baik akan memakan waktu prosesnya selama 2-
3 bulan dengan memerhatikan sifat-sifat kematangan pupuk ini.
Energi yang dihasilkan pada proses pengomposan aerob lebih besar daripada
proses pengomposan anaerob.
Pengomposan secara aerobik menghasilkan CO2, H2O, unsur hara, dan energi
sebesar 484-674 kcal/mol glukosa.
Pada tahap mesofilik, suhu naik sebesar 40 oC karena adanya pembentukan asam
oleh bakteri dan fungi.
Selanjutnya suhu terus naik sampai tahap termofilik sekitar 40 – 70 oC, dan pada
kondisi ini didominasi oleh bakteri dan fungi termofilik.
Pada sekitar suhu termofilik, proses stabilisasi dan degradasi bahan berlangsung
maksimal.
Bahan akhir yang terbentuk stabil dan jadilah pupuk organik (Saraswati dan
Praptana 2017).
1. tidak berbau
2. remah
3. berwarna kehitaman (kandungan hara yang relatif tinggi)
4. pH > 5
5. C/N rasio rendah < 20
6. mengandung bahan-bahan toksik yang rendah bagi tanaman
7. mengandung banyak mikroba yang menguntungkan (bakteri termofilik dan
aktinomycetes) yang digunakan sebagai pengendali hayati penyakit
tumbuhan.
Selain itu, mutu kompos juga dipengaruhi oleh mutu dari bahan-bahan pembuatnya
dan mutu proses pengomposan.
Jika bahan yang digunakan bermutu baik maka mutu dari pupuk itu pun baik dan
proses pembuatannya pun mempengaruhi hasil akhir dari pupuk itu sendiri.
Proses pengolahan harus sedapat mungkin tidak tercemar oleh zat-zat logam berat
seperti merkuri, seng, kromium, dan kadmium serta bahan kimia seperti pestisida
yang dapat mengurangi mutunya.
Penggunaan pupuk ini juga dapat merugikan jika kompos yang digunakan belum
matang maka bahan organik akan terserang oleh mikroba yang mengakibatkan
unsur hara tanaman menjadi berkurang.
Selain itu, kandungan unsur hara dalam kompos tidak selengkap unsur hara yang
terdapat dalam pupuk anorganik, dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
bermanfaat bagi tanaman dibandingkan pupuk organik.
Banyak manfaat dari kompos khususnya bagi kesuburan tanah dan tanaman, serta
jika dilihat dari segi ekonomi dan lingkungan pun menguntungkan. Mari beralih lah
menggunakan pupuk kompos yang lebih ramah lingkungan.