Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pratikum

Penyehatan tanah
PUPUK ORGANIK CAIR “POC”

OLEH

NAMA : MAHFUD KOROMPOT


NIM : PO7103118038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII SANITASI
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk memenuhi ketersediaan yang cukup dan kontinu serta nutrisi yang tinggi
bagi tanaman maka dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk
menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam setiap
periode tumbuhnya. Peningkatan produktivitas pada tanaman rumput dapat
diusahakan dengan pengelolaan tanah yang baik, pemupukan dan pemeliharaan
tanaman. Dengan pemupukan kesuburan lahan garapan dapat dipertahankan atau
bahkan dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman
rumput yang dibudidayakan. Nutrisi atau unsur-unsur hara yang ditambahkan
kepada tanaman, dimana tanaman yang kekurangan akan unsur hara. Nutrisi pupuk
dapat berupa bahan organik atau non organik (mineral). Pupuk berbeda dengan
suplemen. Pupuk mengandung bahan bakar yang diperlukan pertumbuhan
tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran
proses metabolisme pada tanaman (Hadinata, 2008).
Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia
merupakan pupuk berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek negatif
pada lingkungan dan menurunkan kuantitas dari tanaman, sedangkan pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan.
Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk
organik biasanya berupa zat padat. Akan tetapi, pupuk organik juga dapat berupa
pupuk cair (Setiawan, 2010).
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur.Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara secara cepat.Salah satu pupuk organik cair adalah
MOL (Mikro Organisme Lokal) (Setiawan, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, pembuatan POC (Pupuk Oganik Cair) ini
sengatlah penting untuk dikembangkan bagi petani lebih lanjut, petani akan
mampu membuatnya sendiri karena mudah dalam pembuatannya serta bahan yang
digunakan sangat tidak sulit disediakan, bersumber dari bahan yang hendak
dibuang/limbah/tidak bisa dikonsumsi lagi. Disisi yang sama petani juga nantinya
akan membutuhkan pupuk cair yang bersifat organik dan murah sehingga
penggunaan pupuk kimia akan berkurang.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


1.2.1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktukum ini adalah untuk mengetahui cara membuat POC,
untuk mengetahui manfaat dan keunggulan POC, kandungan yang terkandung
dalam POC, faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pada pembuatan POC,
dan kandungan hara yang terkandung dalam pupuk organik.
1.2.1. Kegunaan Praktikum
Kegunaan pada praktikum pembuatan POC adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui cara pembuatan dan pemanfaatan limbah baik itu sayuran, buah dan
kotoran hewan, kandungan yang terdapat dalam pupuk organik cair, dan faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan POC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk


menyediakan hara esensial bagi pertumbuhan tanaman. pupuk juga merupakan
Vitamin bagi tanah yang dapat membuat tanah lebih gembur dan subur dengan
tanah yang gembur dan subur itulah, maka tanaman dapat tumbuh dan
menghasilkan Buah dan Daun yang besar, sehat, dan dalam jumlah banyak.
Berdasarkan sumber atau bahan bakunya, pupuk terbagi menjadi dua, yaitu Pupuk
Organik dan nonorganic (Nurmayulis dkk, 2014).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah) (Ayub.S, 2008).
Pupuk Cair Organik adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-
bahan organik dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi. Secara garis besar prduk fermentasi dibedakan atas produk pangan,
kesehatan, energi dan lingkungan. Contoh produk makanan adalah keju, tape,
kecap, tempe, oncom dan sebagainya. Produk kesehatan yang paling dominan
adalah produksi antibiotika, vitamin dan alkohol. Dalam bidang energi misalnya
produksi bioetanol, metanol, metana dan sebagainya. Dalam bidang lingkungan
misalnya kompos, biopestisida, dan sebagainya (Jusmin, 2009).
Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak dapat
lebih unggul daripada pupuk anorganik. Namun penggunaan pupuk organik secara
terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih
baik dibanding penggunaan pupuk anorganik. Selain itu penggunaan pupuk
organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi
kesehatan manusia. Bahkan produk-produk yang dihasilkan akan diterima negara-
negara yang mensyaratkan ambang batas residu yang sudah diberlakukan pada
produk tertentu seperti teh dan kopi (Ayub.S, 2008).
2.2. Macam – Macam POC
Tanaman hijau menggambarkan bahwa tanah tersebut mempunyai cukup
unsur hara. Sedangkan tanaman yang berwarna kuning biasanya menunjukkan
bahwa tanah tersebut tidak cukup mempunyai unsur hara. Untuk memudahkan
unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi
pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral
lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk
nitrogen kimia. Pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari
bahan-bahan organik melalui proses pengomposan (Heryanto, B.2009).
Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses
pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara
melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis
pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos
atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak
jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan.
Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita
tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama.Setelah jadi
biasanya harus langsung digunakan (Heryanto, B.2009).
Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada
permukaan tanah yang berada disekitar tanaman. Kedua adalah pupuk organik cair
yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam kondisi
anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik
yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair
tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan
tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan
pupuk cair yang terbuat dari bahan padat(Heryanto, B.2009).
2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan POC
Menurut Syefani (2013), beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam pembuatan pupuk cair diantaranya adalah:
1. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup
dalam kondisi suhu yang sangat beragam. Bakteri yang menguntungkan umumnya
hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan makhluk hidup lainnya yakni
berkisar 180C - 400C. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
denaturasi atau kerusakan protein dan komponen sel lainnya pada bakteri
dekomposer sehingga dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan suhu yang
terlalu rendah dapat mengakibatkan mobilitas bakteri terhambat, dan jika terjadi
kenaikan suhu secara ekstrim bakteri akan mati. Bakteri dekomposer populasinya
sedikit atau berkurang dapat menghambat proses dekomposisi bahan, suhu yang
terlalu tinggi juga berdampak negatif terhadap perkembangbiakan bakteri
dekomposer. Pada suhu ekstrim bakteri yang dapat berkembang cenderung bakteri
yang bersifat patogenik, jadi jika suhu terlalu tinggi besar kemungkinannya bahan
terkontaminasi oleh bakteri patogenik.
2. Kelembaban
Bakteri dapat berkembangbiak pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi
yakni RH mencapai ± 60%, kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung
berair, bakteri sangat menyukai pada kondisi lingkungan yang relatif berair.
3. Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup termasuk
bakteri yang notabene merupakan makhluk tingkat rendah. Akan tetapi untuk
dapat berkembang biak dengan optimal media yang berisi fermentasi bahan untuk
pupuk cair sebaiknya diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan suhu pada
media secara signifikan yang dapat merusak protein dan komponen sel lainnya,
sitoplasma bakteri bocor sehingga bakteri dapat mengalami kematian yang
berdampak pada lambatnya fermentasi bahkan bahan besar kemungkinannya tidak
terfermentasi.
4. Ukuran bahan
Sumber makanan bakteri dekomposer adalah bahan organik, termasuk buah
dan sayuran. Dekomposisi yang berhasil dicirikan dengan bahan yang
difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang tinggi. Sumber
makanan yang dimaksud adalah sayuran dan buah – buahan, akan tetepi dalam
praktikum ini tidak ada campuran bahan-bahan yang dimaksud.
5. Komposisi media
Komposisi media yang digunakan harus seimbang dengan larutan yang
digunakan.Dalam pembuatan pupuk cair digunakan larutan EM4 dan ragi serta air
secukupnya. Komposisi larutan EM4 harus sesuai dengan jumlah bahan yang
akan digunakan. Apabila larutan EM4 kurang atau lebih sedikit, maka
kemungkinan besar pupuk cair akan gagal dan bahan akan cepat membusuk.
6. Waktu pembuatan
Pembuatan pupuk cair organik sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau
pagi hari dimana intensitas cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban tidak
terlalu tinggi. Misalnya dilakukan pada siang hari diusahakan tempat pembuatan
pupuk dilakukan pada tempat yang terhalang intensitas cahaya matahari secara
langsung. Kontaminansi dengan bakteri patogenik pada awal pembuatan akan
sangat berbahaya, bakteri patogenik cenderung dapat berkembang biak dari suhu
yang relatif tinggi. Bakteri patogenik juga dapat menyebar dari penggunaan bahan
yang busuk.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegalan dalam pembuatan
pupuk cair yaitu kurang tertutupnya drum pengomposan sehingga air dan udara
masih dapat masuk, drum pengomposan terkena sinar matahari langsung sehingga
proses fermentasi menjadi terganggu
2.4. Kandungan Bahan Yang Di Gunakan
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik
dibanding bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik
pada umumnya rendah dan sangat bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), fosfor
(P), dan kalium (K) tetapi juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Pupuk
organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya
retakan tanah. Dalam proses pembuatan Pupuk Cair Organik ini kemudian
ditambahkan gula merah yang telah dicairkan. Gula merah ini bertindak sebagai
molase yang merupakan sumber energy bagi mikroorganisme yang akan
menguraikan atau fermentasi dari bahan dasar dari pupuk organik cair ini,
Glukosa selain dari gula pasir atau gula merah yang diencerkan dengan air atau
dihancurkan sampai halus, bisa juga diperoleh dari nira atau air kelapa. Glukosa
digunakan sebagai energy bagi mikroorganisme (Lukitaningsih, 2010).
Pisang merupakan tanaman yang semua bagian pisang dapat
dimanfaatkan. Salah satunya yaitu bonggolnya yang dapat di jadikan
mikroorganisme lokal. Hal ini disebabkan karena bonggol pisang mengandung
Zat Pengatur Tumbuh Giberellin dan Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol
pisang tersebut juga mengandung 7 mikroorganisme yang sangat berguna bagi
tanaman yaitu  : Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus,
mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. POC bonggol pisang tetap bisa
digunakan untuk dekomposer. Air cucian beras merupakan bahan yang digunakan
sebagai sumber karbohidrat, karbohidrat disini berfungsi sebagai bahan makanan
untuk mikroorganisme yang ada dalam larutan pupuk. Bahan-bahan yang dipakai
dalam percobaan ini diperuntukkan agar kebutuhan bakteri akan karbohidrat,
glukosa dan zat pengatur tumbuh dapat terpenuhi demi kualitas pupuk yang sesuai
dengan yang diharapkan (Erawan, 2013).
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan organic yang
mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buah dan sisa sayuran (wortel,
labu, sawi,selada, kulit jeruk, pisang, durian, kol). Semakin besar kandungan
selulosa dari bahan organic (C/N ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan
semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang
dibutuhkan tanaman (Djuarni, 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilakukan diworkshop (bengkel) . Yang dilaksanakan pada hari
kamis,1 september 2022
3.2. Alat dan Bahan
Alat
1. Botol aqua besar dan kecil
2. Selang
3. Lem pisau
4. Ember
Bahan
1. Tai sapi
2. EM 4
3. Gula
4. Sekam padi

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sabagai
berikut:
3.3.1 Proses Pembuatan POC
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Memasukkan tai sapi ke dalam ember dan masukkan EM 4 dan gula sesuai
c. Tambahkan air ke dalam ember
d. Aduk semua bahan yang telah dimasukkan ke dalam ember
e. Pindahkan ke dalam botol besar yang sudah disiapkan dan beri lubang pada
penutupnya
f. Melubangi penutup botol kecil yang telah diisi dengan air lalu sambungkan
dengan selang ke lubang penutup botol besar.
g. Lem bagian pinggiran selang yang sdh tersambung ke tutup botol besar agar
udara tdk keluar yang dapat membantu penguaraian mikroba diadalam ember.
Dan simpan botol tersebut di tempat yang teduh
h. Mengaduknya tiap dua hari sekali
i. Membiarkan selama ± 2 minggu. Setelah itu, melakukan penyaringan, larutan
siap digunakan.
3.3.2 Pemanenan POC
1. Membuka plester pada penutup ember.
2. Mencium aroma POC apabila berbau busuk dan menyengat maka POC
gagal apabila berbau seperti bau fermentasi (tape) maka POC berhasil.
3. Menuangkan POC ke dalam tempat penampung
4. Menyimpan POC pada tempat yang teduh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan yang diperoleh dari proses pengadukan pada hari 1, 4, ,6, 8,
10, 12, dan 14 adalah sebagai berikut.
No Hari ke- Keterangan
1 Pertama Pada hari pertama pengadukan POC
terdapat bau busuk menyengat dan
terdapat bau dari bahan pembuatan yang
dicampurkan
2 Keempat Pada hari keempat pengadukan POC
mulai berwarna cokelat tua dan agak
sedikit berbau
3 Keenam Pada hari keenam POC terdapat busa
hasil fermentasi bahan organik di dinding
ember.
4 Kedelapan Pada hari kedelapan POC berwarna gelap
serta memiliki sedikit busa
5 Kesepuluh Pada hari kesepuluh POC mulai tidak
menimbulkan bau menyengat dan
berwarna mulai pudar
6 Kedua belas Pada hari kedua belas POC tidak
memiliki busa, warna lebih cerah dan
berbau hampir serupa dengan hasil
fermentasi
7 Ke empat belas Pada hari keempat belas POC sudah
berbau hasil fermentasi dan berwarna
cerah.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan , Pisang merupakan tanaman
yang semua bagian pisang dapat dimanfaatkan. Salah satunya yaitu bonggolnya
yang dapat di jadikan mikroorganisme lokal. Hal ini disebabkan karena pisang
mengandung Zat Pengatur Tumbuh Giberellin dan Sitokinin. Selain itu dalam mol
bonggol pisang tersebut juga mengandung 7 mikroorganisme yang sangat berguna
bagi tanaman yaitu  : Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas,
Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. MOL bonggol pisang
tetap bisa digunakan untuk dekomposer atau mempercepat proses pengomposan
Air cucian beras merupakan bahan yang digunakan sebagai sumber karbohidrat,
karbohidrat disini berfungsi sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme yang
ada dalam larutan pupuk.
Glukosa selain dari gula pasir, gula merah atau gula batu yang diencerkan
dengan air atau dihancurkan sampai halus, bisa juga diperoleh dari nira atau air
kelapa. Glukosa digunakan sebagai energy bagi mikroorganisme.Bahan-bahan
yang dipakai dalam percobaan ini diperuntukkan agar kebutuhan bakteri akan
karbohidrat, glukosa dan zat pengatur tumbuh dapat terpenuhi demi kualitas
pupuk yang sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil praktikum yang di lakukan dimana pada pengadukan
pertama terdapat bau busuk menyengat dari bahan yang digunakan, pada
pengadukan kedua POC mulai berwarna coklat tua dan agak sedikit berbau, pada
pengadukan ke tiga terdapat busa di dinding ember, pengadukan selanjutnya
berwarna gelap serta memiliki sedikit busa, pada pengadukan , kemudian di hari
ke sepuluh POC tidak menimbulkan bau menyengat dan berwarna mulai pudar,
dan pada fase pengadukan terakhir POC sudah berbau hasil fermentasi dan
berwarna cerah. Hal ini sesuai dengan pendapat Erawan (2013), bahwa
keberhasilan suatu pupuk cair Organik dapar di nilai dengan aromanya, bila
mengeluarkan aroma yang harum atau tidak berbau maka di katakan berhasil, jika
menimbulkan bau yang menyengat maka pupuk organik cair tersebut tidak
berhasil atau gagal.
Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan pupuk organik cair (POC)
yaitu suhu, intensitas cahaya matahari, kelembaban, dan waktu pembuatan.
Penempatan POC selama proses fermentasi menjadi penting agar POC tidak
terkena sinar matahari langsung dimana suhu dapat meningkat bila terkena sinar
matahari langsung dan dapat membunuh bakteri pengurai bahan pembuatan POC
ini.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1.   Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan
hara esensial bagi pertumbuhan tanaman. pupuk juga merupakan Vitamin bagi
tanah yang dapat membuat tanah lebih gembur dan subur dengan tanah yang
gembur dan subur itulah, maka tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan Buah
dan Daun yang besar, sehat, dan dalam jumlah banyak.
2.   Keberhasilan pupuk organik cair dapat dinilai dari aromanya, jika
menimbulkan aroma harum (wangi ) atau tidak berbau dikatakan berhasil.
3. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis
yang diaplikasikan terhadap tanaman. Pemilihan dosis yang tepat perlu dapat
diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan.
5.2 Saran
Sebaiknya bila kita melakukan praktikum pembuatan POC harus memakai
sarung tangan agar tangan tidak langsung menyentuh bahan yang akan dibuat,
hal ini ditunjukkan untuk menghindari kontaminasi bakteri yang tidak
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayub.S. (2008). Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT Agromedia Pustaka


Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.2008. Cara Cepat
Membuat Kompos. Jakarta:AgroMedia.Hal 36-38
Erawan, D.Wa,O, Y. Andi, B. 2013. Pertumbuhan dan Hasil
tanamanSawi(Brassica juncea L) Pada Berbagai Dosis PupukUREA.
Jurnal Agroteknos.3 (1) : 19-25
Hadinata, I. 2008. Membuat Miktoorganisme Lokal. Rajawali Press : Jakarta.
Heryanto, B; T. Suhartini; E. Rahayu; dan Sunarjo. 2009. Sawi dan Selada.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Jusmin, Hasan Basri. 2009. Dasar-dasar agronomi. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta
Lukitaningsih, D. 2010. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. Jakarta :
Grafindo Persada
Nurmayulis dkk. 2014. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Buncis Tegak
(Phaseolus Vulgaris L.) Akibat Pemberian Pupuk Kotoran Hewan
Dan Beberapa Pupuk Organik Cair.Jurnal pertumbuhan dan hasil
tanaman . Agrologia, Vol.3, No.2, Oktober 2014, Hal. 91-96
Syefani dan A. Lilia. 2013. Pelatihan Pertanian Organik. Fakultas Pertanian
Unibraw: Malang.
Setiawan, B. S. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Penebar Swadaya.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai