Disusun Oleh:
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lama fermentasi dan
variasi konsentrasi EM4 dengan starter kulit pisang dan tetes tebu yang paling
optimum atau memenuhi peryaratan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
261_KPTS_SR.310_M_4_2019. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada dunia industri yang ingin memanfaatkan
limbah cair tahu menjadi pupuk organik cair dengan proses fermentasi
menggunakan EM4 dan starter kulit pisang dan tetes tebu.
2. Untuk mengurangi jumlah limbah tahu yang dibuang secara langsung
tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, limbah agroindustri, kotoran hewan, dan kotoran
manusia yang memiliki kandungan lebih dari satu unsur hara. Dibandingkan
dengan pupuk anorganik cair, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah
dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk organik
cair juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan
kepermukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman. pupuk organik cair
mengandung unsur kalium yang berperan penting dalam setiap proses
metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion
ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga
memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin
kesinambungan pemanjangan sel.
Kebutuhan pupuk cair terutama yang bersifat organik cukup tinggi untuk
menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman, dan merupakan
suatu peluang usaha yang potensial karena tata laksana pembuatan pupuk organik
cair tergolong mudah. Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan organik cair
(limbah organik cair), dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator
pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik cair yang stabil dan
mengandung unsur hara lengkap (Oman,2003). Penggunaan pupuk organik cair
memiliki keunggulan yakni walaupun sering digunakan tidak merusak tanah dan
tanaman, pemanfaatan limbah organik sebagai pupuk dapat membantu
memperbaiki struktur dan kualitas tanah, karena memiliki kandungan unsur hara
(NPK) dan bahan organik lainnya.
Pemanfaatan limbah agroindustri sebagai bahan pembuatan pupuk organik
cair harus memenuhi persyaratan atau kriteria unsur hara yang telah ditetapkan
oleh Peratutan Menteri Pertanian. Hal ini tertuang dalam persyaratan teknis
minimal pupuk organik menurut Peraturan Menteri
No.70/Permentan/SR.140/10/2011, diantara lain kriterianya adalah kadar total
didalam pupuk organik cair memiliki kandungan unsur hara N 3-6%, P2O5 3-6%,
K2O 3-6% dan nilai pH yang berkisar 4-9 (Peraturan Menteri Pertanian, 2011).
Unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Fungsi unsur hara makro diantaranya Nitrogen (N), yang berfungsi
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, untuk sintesis asam amino
dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau
daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan
ukuran batang). Phospat (P) berfungsi untuk pengangkutan energi hasil
metabolisme dalam tanaman, merangsang pertumbuhan akar, merangsang
pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar
jaringan sel, merangsang pembungaan serta pembuahan. Kalium (K) berfungsi
dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral
termasuk air. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan membentuk
senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium,
besi, dan mangan. Selain itu dapat meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman
terhadap penyakit.
Proteinase
Protein + E TP + NADP + NH3 + energi
Tetes Tebu (molasses) adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari
proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena
mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Komposisi tetes
tebu (molasses) mempunyai rentangan batas yang luas dan sulit untuk
menentukan mengenai nilai atau jumlah persentasenya. Berikut adalah tabel data
yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata produksi tetes tebu (molasses) yang
diproduksi dari berbagai daerah.
Tabel 2.2 Komposisi Tetes Tebu (molasses) (Academic Press Inc, 1953)
Nilai
Komponen Interval
Persentase
Air 17-25 20
Sukrosa 30-40 35
DextrosaDextrosa (Glukosa)
Levulosa (Fruktosa) Other
4-9 7
reducing substance Other
carbohydrates
Ash 5-12 9
Nitrogen Compound 1-5 3
Asam non Nitrogen 2-5 4
Wax, Sterol dan Phospholipid 7-15 12
Pigment 2-6 4.5
Vitamin - Vitamin 2-6 5
Tetes tebu merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi ragi. Prosesnya
merupakan proses fermentasi. Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan
senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme.
Mikroorganisme ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan
Nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses
fermentasi. Tetes tebu berfungsi untuk fermentasi urine sapi dan menyuburkan
mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat
nutrisi bagi bakteri Sacharomyces cereviceae. Sacharomyces cereviceae bertugas
untuk menghancurkan material organik yang ada di dalam limbah tahu dan
tentunya mereka juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit
untuk nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama
penghancuran material organik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan material
tetes tebu yang mengandung komponen nitrogen sangat diperlukan untuk
menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi limbah tahu
berlangsung dengan sempurna. Selain itu, berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu
tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang tinggi (64%) disertai
berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik juga dapat meningkatkan kecepatan
proses pengolahan limbah tahu menjadi pupuk dalam waktu yang relative singkat
(Wijaya,2008).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
EM 4 (ml) 10 20 30 40 50
= ; ; ; dan
Starter ( ml) 90 80 70 60 50
EM 4 (ml) 10 20 30 40 50
= ; ; ; ; ;
Starter ( ml) 100 100 100 100 100
500gram
Kulit Pisang
Di haluskan
dan Diblender
Disaring untuk
diambil
filtratnya
Analisa Akhir N, P, K
Dari percobaan yang telah kami lakukan, berikut kami tuangkan hasil
percobaan dan pembahasan mengenai pembuatan pupuk organik cair dengan cara
fermentasi limbah cair tahu, bioaktivator filtrat kulit pisang dan tetes tebu, dan
bioaktivator EM4. Limbah cair tahu sebelum percobaan fermentasi berlangsung
dilakukan pengecekan kadar Nitrogen, P2O5 dan K2O untuk mendapatkan kadar
sampel awal.
Tabel 4.2 Hasil kadar N (%) terhadap lama fermentasi dan perbandingan
ratio EM4 : starter
Tabel 4.3 Hasil kadar P2O5 (%) terhadap lama fermentasi dan
perbandingan ratio EM4 : starter
Tabel 4.4 Hasil kadar K2O (%) terhadap lama fermentasi dan
perbandingan ratio EM4 : starter
Untuk memudahkan analisa, data pada tabel 4.2; 4.3 dan 4.4 kami buat
grafik berturut - turut pada gambar 4.1; 4.2 dan 4.3. Kami tampilkan sebagi
berikut :
Gambar 4.1 Grafik kadar nitrogen masing- masing variabel percobaan
Kalium sebagai K2O 0.33 AOAC 20th Ed., 2016, Method 965.09
Tabel 4.2 Hasil kadar Nitrogen (%) terhadap lama fermentasi dan perbandingan
ratio EM4 : starter
Nitrogen
Ratio = Lama Fermentasi
EM4:Starter 4 Jam 5 Hari 10 Hari 15 Hari
10/100 0.40 0.76 0.90 0.90
20/100 0.41 0.89 0.98 0.99
30/100 0.51 0.90 1.09 1.09
40/100 0.55 0.99 1.19 1.20
50/100 0.55 1.11 1.15 1.15
Tabel 4.3 Hasil kadar P2O5 (%) terhadap lama fermentasi dan perbandingan ratio
EM4 : starter
P2O5
Ratio = Lama Fermentasi
EM4:Starter 4 Jam 5 Hari 10 Hari 15 Hari
10/100 0.33 0.49 0.77 0.79
20/100 0.38 0.55 0.83 0.88
30/100 0.45 0.91 0.92 0.93
40/100 0.49 0.91 1.01 1.01
50/100 0.5 0.93 0.94 0.94
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium (2020)
Tabel 4.4 Hasil kadar K2O (%) terhadap lama fermentasi dan perbandingan ratio
EM4 : starter
K2O
Ratio = Lama Fermentasi
EM4:Starter 4 Jam 5 Hari 10 Hari 15 Hari
10/100 1.33 1.53 1.68 1.71
20/100 1.88 2.4 2.54 2.56
30/100 1.98 2.77 2.82 2.85
40/100 2.22 3.11 3.33 3.35
50/100 2.23 3.13 3.33 3.37
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium (2020)
Nitrogen
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
10/100 20/100 30/100 40/100 50/100
P2O5
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
10/100 20/100 30/100 40/100 50/100
K2O
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
10/100 20/100 30/100 40/100 50/100
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Analisis Kadar Nitrogen Pupuk Organik Cair
Dari hasil fermentasi 4 jam, 5 hari, 10 hari dan 14 hari pada limbah
cair tahu dan fermentor (EM4 + Starter) membuktikan bahwa lama waktu
fermentasi dan konsentrasi fermentor memberi pengaruh terhadap kadar
nitrogen akhir.
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2, ditunjukan bahwa dengan
penambahan starter filtrat kulit pisang dan kubis, dan Bioaktivator EM4
dapat meningkatkan kadar Nitrogen pada limbah tahu, yang awalnya sebesar
0.36 % menjadi 0.40 % pada percobaan fermentasi lama waktu 4 jam dan
ratio 10/100; 20/100 (EM4/Starter). Nitrogen merupakan unsur penyusun
yang sangat penting dalam sintesis protein. Sebagian besar dari nitrogen
total dalam air dapat terikat sebagai nitrogen organik, yaitu bahan – bahan
berprotein. N total merupakan fraksi bahan organik campuran senyawa
kompleks antara lain asam amino, gula amino, dan protein. Penentuan kadar
nitrogen pada limbah cair tahu dengan menggunakan metode Kjedahl
meliputi tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pada proses
destruksi pupuk cair limbah tahu ditambahkan dengan asam sulfat pekat, dan
tembaga (II) sulfat yang berfungsi sebagai katalisator. Pada proses ini terjadi
dekomposisi nitrogen dengan bantuan asam sulfat pekat. Hasil akhirnya
adalah larutan amonium sulfat.
Berdasarkan gambar 4.1 ditunjukkan bahwa peningkatan nitrogen
tidak terlalu signifikan pada proses fermentasi lama waktu 4 jam dari kadar
awal nitrogen limbah tahu. Hal ini dipengaruhi pertumbuhan bakteri yang
belum optimum dalam melakukan pembelahan sel, sehingga penambahan
jumlah komponen sel seperti air dan protein masih sedikit. Pada proses
fermentasi lama waktu 5 hari mengalami peningkatan yang relative
signifikan dari proses fermentasi lama waktu 4 jam sebesar kurang lebih
50%. Dan pada proses fermentasi lama waktu 10 dan 15 hari sudah
mengalami peningkatan kadar nitrogen yang relative konstan, namun pada
hari ke 15 diperoleh kadar nitrogen yan cenderung sama dari proses
fermentasi dengan lama waktu 10 hari hal ini dapat disebabkan karena
bakteri memiliki waktu optimum dalam melakukan pembelahan sel dan akan
mencapai fase stasioner atau akan mati apabila tidak memiliki cadangan
makanan untuk bisa tumbuh. Ini berarti apabila fermentasi diteruskan akan
didapatkan hasil yang lebih sedikit dari sebelumnya.
Dari grafik diatas kadar nitrogen yang paling optimum didapatkan
pada lama fermentasi 15 hari dengan ratio 40/100 (EM4/Starter) dengan
kadar nitrogen 1.16 % yang masih belum memenuhi standar mutu
Permentan.
Dari hasil fermentasi 4 jam, 5 hari, 10 hari dan 14 hari pada limbah
cair tahu dan fermentor (EM4 + Starter) membuktikan bahwa lama waktu
fermentasi dan konsentrasi fermentor memberi pengaruh terhadap kadar
P2O5 akhir.
Berdasarkan gambar 4.2, bahwa fermentasi menentukan tinggi
rendahnya kadar P2O5. Namun semakin lama waktu fermentasi bukan berarti
kadar P2O5 juga semakin bertambah, hal ini dapat dilihat dari lama
fermentasi pada hari ke 15 cenderung kadar P2O5 turun dibandingkan pada
hari ke 10 pada tiap - tiap perlakuan sampel (perbandingan ratio
EM4/starter). karena pada proses fermentasi berhubungan langsung dengan
bakteri dimana bakteri mamiliki fase stasioner pada fase ini mikroorganisme
mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dan apabila fermentasi
dilanjutkan bakteri akan mengalami kematian dan didapat hasil hara fosfor
(P) yang lebih sedikit dibanding sebelumnya.
Fosfor dalam tanaman berfungsi untuk pembentukan bunga, buah dan
biji serta mempercepat pematangan buah. Fosfor diambil tanaman terutama
dalam bentuk senyawa H2PO4- dan HPO42- (Yuliarti, 2009). Hasil analisis
kadar fosfor pada limbah cair tahu murni meningkat saat dilakukan
fermentasi dengan EM4 dimana EM4 menggunakan senyawa kompleks
pada limbah cair tahu sebagai bahan nutrisi dalam metabolisme oleh
mikroorganisme dalam membentuk senyawa yang lebih sederhana.
Dari grafik diatas kadar P2O5 yang paling tinggi didapatkan pada lama
fermentasi 10 hari dan 15 hari dengan ratio 40/100 (EM4/Starter) dengan
kadar P2O5 1.01%. Dapat dikatakan lama fermentasi yang optimum adalah
pada hari ke 10 karena dengan lama waktu yang lebih cepat dapat
menghasilkan kadar P2O5 yang relative sama dengan lama fermentasi 15 hari
dengan penambahan ratio yang sama 40/100 (EM4/starter).
Dengan demikian kadar P2O5 pada proses fermentasi masih belum
sesuai dengan persyaratan mutu Permentan. Adanya peningkatan kadar P 2O5
terjadi karena adanya penambahan EM4 dan starter sebagai fermentor
sehingga kadar fosfor naik dari kadar P2O5 pada limbah tahu awal, namun
pada proses fermentasi bakteri pengurai fosfor masih belum bekerja dengan
baik, sehingga semakin lama waktu fermentasi yang dilakukan (hari ke 15)
terjadi penurunan kadar P2O5 karena adanya udara yang masuk pada alat
fermentasi.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan diperoleh data hasil analisa
Nitrogen, P2O5 dan K2O dari proses fermentasi limbah cair tahu dengan variabel
lama fermentasi dan perbedaan ratio EM4/Starter, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Lama waktu fermentasi dan ratio penambahan EM4/Starter yang paling
optimum untuk parameter Nitrogen, P2O5 dan K2O adalah 10 hari dan
perbandingan 40/100 (EM4/Starter) dengan kadar Nitrogen 1.16%, P2O5
1.01% dan K2O 3.33%.
2. Untuk parameter Nitrogen dan P2O5 masih belum memenuhi persyaratan
mutu Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang pupuk
organik cair. Sedangkan untuk parameter K2O sudah memenuhi
persyaratan mutu tersebut yaitu 3 - 6%