Judul Program
Palembang
: Rp 22.000.000
: 1 Bulan
Lokasi
Jelajah
Sejarah
dan
Budaya
Kuliner
: Kota Palembang
INFORMASI DASAR
1.
Nama
Organisasi
2. Deskripsi Singkat
Organisasi
dilihat
bagaimana
mereka
mempertahankan
(wage,
pon,
pahing,
kliwon,
dan
legi),
barangkali
berbeda
dengan
pusat
niaga
yang
berdekatan
dengan
keraton.
Album
sejarah
kota
kecil
menggapai
komoditas
pakaian
kelas
2. Alamat
Lengkap Organisasi
3. Status
4. Akte Notaris
Pendirian
5. Susunan
Pengurus
Email: lembagakajiansi@gmail.com
LEMBAGA KAJIAN
Lembaga Kajian Solo Institute Indonesia berdiri pada tanggal
Maret 2010.
Tercatat di Notaris ERET, SH , No : 11, di Surakarta
Nama
Jabatan
1. Arif Setyo Budi
Executive
Director
(Cantumkan nama-
Reseacher
nama dewan
3. Jafar Sodiq
Admin Lembaga/Sekretaris
pembina dan
4. Ardian Pratomo
Deputi
pengurus harian
5. Heri Priyatmoko
Budaya/Reseacher
organisasi)
6. Contact Person
volunteers
dari
berbagai
Riset
Riset
(internship) Umum/Reseacher
universitas
Deputi
Sejarah/Reseacher
Riset
Email : tjiptosoenarjo@gmail.com
8. Rekening Bank
milik organisasi
Cabang: UMS
A. Background
Jelajah Sejarah dan Budaya Kuliner Lokal Solo
Dalam atlas kuliner Nusantara, Kota Solo mendapat julukan sebagai
kota keplek ilat dan surganya kuliner. Di kota tempat Presiden Joko
Widodo lahir dan dibesarkan ini, memang memiliki keragaman kuliner yang
khas dan kental sejarahnya. Sebut saja, nasi liwet, cabuk rambak, tengkleng,
timlo, sate buntel, sate kere, selat, dan lainnya. Beberapa darinya adalah
upaboga (makanan pusaka) yang dikenal rasanya maknyus dan berani
bertarung dengan makanan Barat yang mudah kita jumpai di restoran
Kentucky Friend Chiken, Macdonald, dan warung aneka steak.
Sebagai contoh, nasi liwet sedari dulu telah menyentuh lidah
komunitas kerajaan dan masyarakat umum. Kenyataan tersebut membuka
kesadaran bahwa nasi liwet mampu melebur sekat sosial. Serta, lekuk
perjalanan wirausaha kuliner nasi liwet mengalami kesinambungan, seperti
halnya sejarah wirausaha batik Solo. Ganasnya gelombang modernisasi dan
perubahan zaman yang menggerogoti unsur lokal, ternyata tidak
menyingkirkan eksistensi sepincuk (sejarah) nasi liwet. Disokong oleh media
dan komunitas yang turut mempopulerkan, bertambah hari nasi liwet
menyedot banyak peminat. Lihat saja di kawasan Solo Baru pada malam hari
dan bibir jalan Slamet Riyadi kala pagi buta, berderet bakul nasi liwet
melayani pembeli dengan sumringah.
Namun, ada kegelisahan kolektif bahwa belum banyak tergali riwayat
sejarah aneka jenis kuliner di Kota Solo ini. Berkomitmen mempromosikan
sesuatu tanpa membongkar riwayatnya, wisata kuliner di sebuah kota bak
gedung tanpa alas, pohon tanpa batang. Masyarakat hanya sekadar
bersantap, tanpa memahami asal-usulnya. Demikian juga ragam kearifan
lokal berupa simbol, pitutur dan nasehat yang terbungkus dalam makanan.
Padahal, ekspresi kultural tersebut mengajarkan keutamaan dalam hidup
manusia tidak hanya urusan muluk (makan), namun juga menyembulkan
nilai-nilai kemanusiaan yang kudu dijunjung terkait tindakan kita di dunia.
Ringkas kata, untaian kisah kuliner di Kota Solo tak melulu persoalan perut.
Ada etika, cerita politik, hingga kultural di sana yang penting untuk dipahami
bersama.
Kegundahan lainnya yang terus menghantui ialah resep-resep
tradisional perlu diselamatkan seiring para koki tradisional sudah berusia
sepuh. Kecerdasan meracik bumbu, menakar bahan baku, memadukan sayur
dan memformulasikannya ke dalam wajan sehingga menemukan titik puncak
kelezatan kuliner merupakan satu kisah historis yang unik dan penuh misteri.
Kegiatan memasak adalah tindakan kebudayaan yang bergerak dengan
ilmiah serta telah teruji oleh waktu dan lidah. Rangkaian tindakan
kebudayaan ini ternyata belum tersentuh oleh publik. Maka, selain
mengadakan jelajah sejarah dan budaya, juga mendesak digelar acara
demonstrasi para koki keraton dan warung lokal untuk unjuk kebolehan
memasak serta membagikan local genius mengenai resep kuliner lokal.
& kedaulatan
untuk
3.
Output
1.
Dokumen hasil jelajah sejarah dan budaya kuliner lokal akan
disampaikan ke publik, sekolah, dan pihak pemerintah daerah serta
Kemeterian terkait untuk ditindak lanjuti;
2.
Buku modul untuk kegiatan jelajah sejarah dan budaya kuliner
lokal berikut aneka resep pembuatan makanannya;
3.
Adanya Lembaga Pendidikan dan komunitas yang mampu
melakukan kegiatan serupa;
4.
Adanya demonstrasi memasak kuliner lokal dan pemakaian
resep masakan tradisional secara rutin di ruang publik dan sekolah
sebagai bagian dari kegiatan ekstrakulikuler dan hiburan-edukasi.
Kegiatan yang diusulkan
1.
Jelajah sejarah dan budaya kuliner lokal dari beberapa dapur dan
warung yang menyajikan upaboga atau kuliner khas Kota Solo.;
2.
Penyusunan Modul pendokumentasian sejarah dan budaya
kuliner lokal dilengkapi aneka resepnya;
3.
Pelatihan memasak upaboga dan kuliner lokal oleh peserta
dipandu koki yang ahli atau sehari-hari bergelut dengan makanan
tersebut;
4.
Demonstrasi memasak dan berbagi pengetahuan tentang resep
makanan lokal oleh koki;
5.
Mencicipi upaboga dan kuliner lokal;
6.
Publikasi hasil analisa dan dokumen kegiatan dalam website
www.soloinstitute.co.id
1. Resiko dan Mitigasi Resiko
Resiko yang mungkin muncul dalam program ini adalah membludaknya
peserta yang ingin berpartisipasi dalam acara ini.
Cara mengatasi hal ini dengan membagi peserta dalam 2 (dua) atau 3
(tiga) kelompok dengan waktu yang berbeda.
a. Pihak Yang Terlibat
Pihak-pihak yang terlibat dalam program ini adalah sebagai berikut:
Masyarakat umum
Komunitas Keraton
Komunitas Karang Taruna :
Penekun Bisnis Kuliner
Praktisi Pariwisata
Ahli Tata Boga
Siswa-Siswa Sekolah (SMK tataboga).
Akademisi
SKPD terkait
b. Penerima Manfaat