Anda di halaman 1dari 7

Proposal

Judul Program
Palembang

Anggaran yang diminta

: Rp 22.000.000

Periode waktu yang diusulkan

: 1 Bulan

Lokasi

Jelajah

Sejarah

dan

Budaya

Kuliner

: Kota Palembang

INFORMASI DASAR
1.

Nama

Organisasi

LEMBAGA KAJIAN SOLO INSTITUTE INDONESIA

2. Deskripsi Singkat

Lembaga Kajian Solo Institute Indonesia didirikan dengan

Organisasi

dilator belakangi oleh semangat pemberdayaan kaum muda


dan niatan serius memberi ruang besar bagi aktualisasi kaum
muda dan melakukan kajian-kajian dibidang kebijakan publik,
sejarah dan budaya. Pada tahun 2010 Solo Institute kemudian
lahir.
Kemudian pada tahun 2014 mendapat dana hibah dari Badan
Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah untuk membuat
penelitian tentang industry kerajinan budaya di Surakarta.
Dalam riset ini melakukan pendataan dan pengklasifikasian
data jumlah kerajinan industry yang ada di Surakarta.
Kemudian

dilihat

bagaimana

mereka

mempertahankan

industri kerajinan dari proses produksi, pemasaran dan juga


melihat peran pemerintah dalam membuat kebijakan untuk
mendukung industry kerajinan.
Riset-riset dibidang sejarah dan budaya kemudian menjadi
focus kajian dalam kegiatan kelembagaan, antara lain :

Budaya wedangan masyarakat Solo yang menemukan


fakta penting bahwa Hik adalah simbol pergerakan
wong cilik sebagai aktor sejarah dan dinamo penggerak
ekonomi di tingkat lokal.

Pasar Klewer, Pasar tradisional yang tak mengenal


pasaran

(wage,

pon,

pahing,

kliwon,

dan

legi),

barangkali

berbeda

dengan

pusat

niaga

yang

berdekatan

dengan

keraton.

Album

sejarah

kota

mencatat bahwa Klewer merupakan bayi merah Pasar

Slompretan yang lahir dari situasi ketidakmampuan


rakyat

kecil

menggapai

komoditas

pakaian

kelas

bangsawan-priayi yang dijual di pertokoan.

Taman Balekambang dibangun oleh Mangkunegara VII


tahun 1912. Penguasa praja Mangkunegaran yang
brilian ini sengaja membikin kolam dan hutan meniru
model garden city di negeri Belanda. Inspirasi didapat
sewaktu dia mengenyam pendidikan di Leiden, Taman
ini juga cara menumbuhkan kesadaran warga bahwa
pentingnya rekreasi dan kesehatan merupakan gaya
hidup masyarakat modern, selain hendak menandingi
Paku Buwana X yang membangun Taman Sriwedari di
kampung kidul.

2. Alamat

Perum Batik Keris Jl. Parang Kusuma No.07, RT.07, RW. V,

Lengkap Organisasi

Banaran Baru, Grogol, Sukoharjo


Phone : 085229106789 / 082243950605
website : www.soloinstitute.co.id (perbaikan)

3. Status
4. Akte Notaris
Pendirian
5. Susunan
Pengurus

Email: lembagakajiansi@gmail.com
LEMBAGA KAJIAN
Lembaga Kajian Solo Institute Indonesia berdiri pada tanggal
Maret 2010.
Tercatat di Notaris ERET, SH , No : 11, di Surakarta
Nama
Jabatan
1. Arif Setyo Budi
Executive
Director

(Cantumkan nama-

2. Dian Chandra Buana

Reseacher

nama dewan

3. Jafar Sodiq

Admin Lembaga/Sekretaris

pembina dan

4. Ardian Pratomo

Deputi

pengurus harian

5. Heri Priyatmoko

Budaya/Reseacher

organisasi)

6. Contact Person

Solo Institute juga didukung Deputi


oleh

volunteers

dari

berbagai

Riset
Riset

(internship) Umum/Reseacher
universitas

(UNS, ISI dan UMS)


Arif Setyo Budi

Deputi
Sejarah/Reseacher

Contact : Mobile : 085229106789 (Arif Setyo Budi)


082243950605 (Dian Chandra Buana)
081578975952 (Heri Priyatmoko)

Riset

Email : tjiptosoenarjo@gmail.com
8. Rekening Bank
milik organisasi

Nama: ARIF SETYO BUDI

Nomor Rek: 6012043276

Bank: Bank Jateng Syariah

Cabang: UMS

A. Background
Jelajah Sejarah dan Budaya Kuliner Lokal Solo
Dalam atlas kuliner Nusantara, Kota Solo mendapat julukan sebagai
kota keplek ilat dan surganya kuliner. Di kota tempat Presiden Joko
Widodo lahir dan dibesarkan ini, memang memiliki keragaman kuliner yang
khas dan kental sejarahnya. Sebut saja, nasi liwet, cabuk rambak, tengkleng,
timlo, sate buntel, sate kere, selat, dan lainnya. Beberapa darinya adalah
upaboga (makanan pusaka) yang dikenal rasanya maknyus dan berani
bertarung dengan makanan Barat yang mudah kita jumpai di restoran
Kentucky Friend Chiken, Macdonald, dan warung aneka steak.
Sebagai contoh, nasi liwet sedari dulu telah menyentuh lidah
komunitas kerajaan dan masyarakat umum. Kenyataan tersebut membuka
kesadaran bahwa nasi liwet mampu melebur sekat sosial. Serta, lekuk
perjalanan wirausaha kuliner nasi liwet mengalami kesinambungan, seperti
halnya sejarah wirausaha batik Solo. Ganasnya gelombang modernisasi dan
perubahan zaman yang menggerogoti unsur lokal, ternyata tidak
menyingkirkan eksistensi sepincuk (sejarah) nasi liwet. Disokong oleh media
dan komunitas yang turut mempopulerkan, bertambah hari nasi liwet
menyedot banyak peminat. Lihat saja di kawasan Solo Baru pada malam hari
dan bibir jalan Slamet Riyadi kala pagi buta, berderet bakul nasi liwet
melayani pembeli dengan sumringah.
Namun, ada kegelisahan kolektif bahwa belum banyak tergali riwayat
sejarah aneka jenis kuliner di Kota Solo ini. Berkomitmen mempromosikan
sesuatu tanpa membongkar riwayatnya, wisata kuliner di sebuah kota bak
gedung tanpa alas, pohon tanpa batang. Masyarakat hanya sekadar
bersantap, tanpa memahami asal-usulnya. Demikian juga ragam kearifan
lokal berupa simbol, pitutur dan nasehat yang terbungkus dalam makanan.
Padahal, ekspresi kultural tersebut mengajarkan keutamaan dalam hidup
manusia tidak hanya urusan muluk (makan), namun juga menyembulkan
nilai-nilai kemanusiaan yang kudu dijunjung terkait tindakan kita di dunia.
Ringkas kata, untaian kisah kuliner di Kota Solo tak melulu persoalan perut.
Ada etika, cerita politik, hingga kultural di sana yang penting untuk dipahami
bersama.
Kegundahan lainnya yang terus menghantui ialah resep-resep
tradisional perlu diselamatkan seiring para koki tradisional sudah berusia
sepuh. Kecerdasan meracik bumbu, menakar bahan baku, memadukan sayur
dan memformulasikannya ke dalam wajan sehingga menemukan titik puncak
kelezatan kuliner merupakan satu kisah historis yang unik dan penuh misteri.
Kegiatan memasak adalah tindakan kebudayaan yang bergerak dengan
ilmiah serta telah teruji oleh waktu dan lidah. Rangkaian tindakan
kebudayaan ini ternyata belum tersentuh oleh publik. Maka, selain
mengadakan jelajah sejarah dan budaya, juga mendesak digelar acara
demonstrasi para koki keraton dan warung lokal untuk unjuk kebolehan
memasak serta membagikan local genius mengenai resep kuliner lokal.

Karena itulah, Solo Institute merasa perlu dukungan dari Pemerintah


Pusat untuk merealisasikan acara jelajah sejarah dan budaya kuliner lokal
Kota Solo. Kegiatan edukatif ini melibatkan masyarakat umum, komunitas
keraton, komunitas karang taruna, akademisi, penekun bisnis kuliner, praktisi
pariwisata, ahli tata boga dan siswa-siswa sekolah (SMK tataboga). Spirit
yang diusung dalam kegiatan jelajah ini ialah menumbuhkan semangat
melestarikan warisan kuliner Nusantara serta memupuk kesadaran sejarah
masyarakat tentang hasil kebudayaan (makanan) di aras lokal. Sekaligus
dalam rangka menciptakan model kegiatan telusur wisata sejarah dan
budaya kuliner yang bisa ditiru oleh komunitas di berbagai daerah di
Indonesia.
B. Signifkansi Kebijakan
1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional
2.
Visi Misi Gubernur Jawa Tengah
Visi
Jawa Tengah Berdikari
Menggali semua potensi yang dimiliki serta mengelolanya dengan baik
sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara mandiri,
yang merupakan peneguhan diri & tekad untuk mewujudkan jawa tengah
yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, &
berkepribadian dalam bidang kebudayaan. (Ajaran Tri Sakti Bung Karno)
Misi
a. Membangun jawa tengah berbasis ekonomi rakyat
pangan
menanggulangi kemiskinan & pengangguran.

& kedaulatan
untuk

b. Memastikan partisipasi masyarakat jawa tengah dlm setiap proses


pengambilan keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
c. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan provinsi jawa tengah
yang bersih, jujur & transparan dlm pelayanan publik.
d. Memperkokoh gotong royong, guyub-rukun serta tepa slira
sebagai jati diri jawa tengah.
3.

Visi Misi Pemerintah Kota Surakarta/Perda di Surakarta


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2001
tanggal 13 Desember 2001 Visi dan Misi Kota Surakarta adalah:
Visi
Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi
Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga.
Misi
a. Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat
dalam semua bidang pembangunan , serta perekatan kehidupan
bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada
nilai-nilai Sala Kota Budaya.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki


kemampuan dalam pengusahaan dan pendaya gunaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, guna mewujudkan inovasi dan
integrasi masyarakat madani yan g berlandas kan ke-Tuhanan Yang
Maha Esa.
c. Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi Daerah, sebagai pemacu
tumbuhan dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing
tinggi, serta mendaya gunakan potensi pariwisata dan teknologi
terapan yang akrab lingkungan.
d. Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Asasi
Manusia dan demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat,
utamanya para penyelenggara pemerintahan.
C. Deskripsi Program
a. Hipotesa/Asumsi Perubahan
Program Jelajah Sejarah dan Budaya Kuliner Lokal Solo ini mengasumsikan
tiga perubahan penting sebagai dampak dari program:
1.

Terkuak dan terdokumentasikan keragaman sejarah dan budaya


kuliner Kota Solo berikut aneka resepnya yang hidup puluhan hingga
ratusan tahun;
2. Membuat melek sejarah atau menumbuhkan rasa cinta publik
terhadap budaya kuliner Nusantara dan menjaga eksistensi kuliner
lokal sebagai produk kebudayaan dari ancaman gelombang
modernisasi;
3. Mempromosikan kekayaan budaya kuliner Nusantara untuk
kepentingan pariwisata dan ilmu pengetahuan lewat kegiatan jelajah
sejarah.
Secara umum langkah yang digunakan dalam program ini adalah
mengajak peserta mendatangi beberapa dapur dan warung yang
menyajikan upaboga atau kuliner khas Kota Solo. Kemudian diterangkan
riwayat historis dan makna kuliner tersebut berikut resepnya, berbasis
data sejarah yang telah diperoleh panitia pra-acara. Diikuti pula
demonstrasi cara memasak oleh koki keraton dan warung tradisional.
b. Kerangka Program
Dampak :
Terciptanya pemahaman utuh masyarakat akan sejarah dan budaya
kuliner di tingkat lokal yang nantinya bermuara pada upaya pelestarian
dan pengembangan budaya kuliner sebagai bagian dari kekayaan budaya
bangsa.
Outcome:
1.
Terciptanya buku panduan mengenai sejarah dan resep kuliner
lokal untuk bahan belajar memasak sebagai upaya memelihara warisan
budaya sampai di tingkat keluarga;
2.
Terbentuknya komunitas/sekolah/lembaga yang terlibat dalam
proses pengembangan, promosi dan pelestarian upaboga (makanan
pusaka) dan kuliner lokal lainnya;

3.

Tersedianya bahan acuan sejarah dan budaya kuliner lokal


untuk materi kurikulum pendidikan tingkat daerah dan pendukung
promosi pariwisata.

Output
1.
Dokumen hasil jelajah sejarah dan budaya kuliner lokal akan
disampaikan ke publik, sekolah, dan pihak pemerintah daerah serta
Kemeterian terkait untuk ditindak lanjuti;
2.
Buku modul untuk kegiatan jelajah sejarah dan budaya kuliner
lokal berikut aneka resep pembuatan makanannya;
3.
Adanya Lembaga Pendidikan dan komunitas yang mampu
melakukan kegiatan serupa;
4.
Adanya demonstrasi memasak kuliner lokal dan pemakaian
resep masakan tradisional secara rutin di ruang publik dan sekolah
sebagai bagian dari kegiatan ekstrakulikuler dan hiburan-edukasi.
Kegiatan yang diusulkan
1.
Jelajah sejarah dan budaya kuliner lokal dari beberapa dapur dan
warung yang menyajikan upaboga atau kuliner khas Kota Solo.;
2.
Penyusunan Modul pendokumentasian sejarah dan budaya
kuliner lokal dilengkapi aneka resepnya;
3.
Pelatihan memasak upaboga dan kuliner lokal oleh peserta
dipandu koki yang ahli atau sehari-hari bergelut dengan makanan
tersebut;
4.
Demonstrasi memasak dan berbagi pengetahuan tentang resep
makanan lokal oleh koki;
5.
Mencicipi upaboga dan kuliner lokal;
6.
Publikasi hasil analisa dan dokumen kegiatan dalam website
www.soloinstitute.co.id
1. Resiko dan Mitigasi Resiko
Resiko yang mungkin muncul dalam program ini adalah membludaknya
peserta yang ingin berpartisipasi dalam acara ini.
Cara mengatasi hal ini dengan membagi peserta dalam 2 (dua) atau 3
(tiga) kelompok dengan waktu yang berbeda.
a. Pihak Yang Terlibat
Pihak-pihak yang terlibat dalam program ini adalah sebagai berikut:
Masyarakat umum
Komunitas Keraton
Komunitas Karang Taruna :
Penekun Bisnis Kuliner
Praktisi Pariwisata
Ahli Tata Boga
Siswa-Siswa Sekolah (SMK tataboga).
Akademisi
SKPD terkait
b. Penerima Manfaat

Manfaat langsung dari kegiatan ini adalah peserta jelajah kuliner,


akademisi dan sekolah
Manfaat bagi pemerintah adalah terciptanya model bagi dasar untuk
membuat kebijakan yang lebih luas di bidang sejarah budaya kuliner
nusantara.
Manfat untuk akademisi, LSM, NGO sebagai bahan penelitian untuk
perbaikan kegiatan dimasa yang akan datang maupun sebagai model
dasar kegiatan serupa ditempat-tempat lain
c. Lokasi dan Durasi Pelaksanaan Program
Lokasi program berada di Surakarta, dengan pertimbangan Surakarta
merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang terkenal dengan visi
sebagai kota budaya dan kaya akan jenis kuliner. Keberadaan Kraton
Kasunanan Surakarta menmbah nilai dalam pemilihan lokasi kegiatan,
karena resep masakan kraton. Pelaksanaan Program akan dilaksanakan
pada bulan Mei 2015.
d. Strategy Keluaran
Strategi yang akan dilakukan ketika program berakhir adalah dengan
melakukan kerjasama antara Solo Institute dengan sekolah maupun
Dinas Pendidikan daerah, Dinas Perdagangan dan UMKM, Balai
Pelestarian Nillai Sejarah maupun Provinsi untuk memastikan manfaat
program tetap berlangsung.
D. Lampiran
1. Kerangka Logis Program
2. Anggaran Kegiatan (tersedia dalam bentuk excel)
3. Kerangka Waktu (tersedia dalam bentuk excel)

Anda mungkin juga menyukai