TINJAUAN PUSTAKA
6
Probolinggo 1.906 61,52 11.726
Pasuruan 2.732 70,63 19.296
Mojokerto 965 55,94 5.398
Madiun 2.381 60,89 14.498
Surabaya 1.758 63,48 11.160
Batu 691 64,28 4.442
Jumlah 2.021.766 62.15 12.565.824
Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)
Jerami padi merupakan hijauan pakan ternak yang memiliki
kandungan nutrisi protein yang rendah (3,32%) dan merupakan bahan
pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasar yang
cukup tinggi (32,14%). Kandungan nutrisi jerami padi ditunjukkan pada
Tabel 2. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur
jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah
mengalami proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk
ligniselulosa dan lignohemiselulosa (Muis, 2008). Rendahnya kandungan
nutrisi jerami padi tersebut dan sulitnya daya cerna jerami maka
pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia perlu
diefisiensikan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penambahan suplemen
atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus
meningkatkan daya cerna pakan (Muis, 2008). Salah satu caranya adalah
dengan perlakuan fermentasi menggunakan biofarm.
2.2 Leguminosa
Leguminosa merupakan salah satu jenis hijauan yang memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk
tambahan pakan ternak selain pemberian rumput (Manpaki, Karti dan
Prihatoro., 2017). Jenis-jenis leguminosa yang mudah ditanam dan
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi antara lain lamtoro (leucaena
leucocephala), Gamal (Gliricidia sepium), Kaliandra (Calliandra
calothyrsus) dan Saga (Adenanthera pavonina). Tanaman pakan yang
berasal dari jenis-jenis leguminosa merupakan sumber protein karena
memilik i kandungan protein di atas 18%. Leguminosa merupakan salah
7
satu tanaman dengan kontinuitas suplai hijauan pada musim kemarau
yang baik dibeberapa daerah yang beriklim kering. Adanya budidaya
tanaman leguminosa pohon seperti gamal, lamtoro, kaliandra dan
indigofera dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan pakan pada
musim kemarau (Suherman dan Herdiawan, 2015).
Menurut Winata, Karno dan Sutarno (2012) menyatakan bahwa gamal adalah
tanaman leguminosa berbentuk pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar
maupun pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi N2. Mayasari, Purbanjati dan Sutarno
(2012) menyatakan ciri-ciri tanaman gamal adalah memiliki daun berbentuk elips atau oval,
ujung daun berbentuk lancip dan pangkal berbentuk tumpul serta susunan daun yang
berhadapan seperti lamtoro atau turi. Kandungan nutrisi gamal dengan kadar protein 25,7%,
serat kasar 13,3%, abu 8,4% dan BETN 4,0%. Kelemahan dari tanaman gamal ini adalah
masih memiliki zat anti nutrisi yang dapat menghambat daya cerna pakan ternak yaitu
kumarin (Yuningsih, 2010). Selain itu memiliki palatabilitas yang rendah akibat bau spesifik
yang ditimbulkan dari zat anti nutrisi coumarin (Herawati dan Royani., 2017). Daun gamal
8
sebagai salah satu bahan pakan ternak dapat digunakan sebagai sumber protein yang mudah
dicerna oleh rumen atau disebut dengan rumen degradable protein (RDP).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
9
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala
10
Gambar 6. Tanaman Kaliandra
Sumber : Pinterest.com
Menurut Hendrati dan Hidayati (2014), kaliandra adalah hijauan pakan ternak yang
berasal dari pohon dan perdu lainnya mengandung protein yang tinggi namun kandungan
energi yang dapat dicerna masih relatif rendah. Protein yang terkandung pada tanaman
kaliandra mencapai 20-25% protein mentah dari bagian yang diberikan. Protein yang tinggi
tersebut namun harus dibatasi pemberiannya maksimal 30-40% dari bahan segar yang
diberikan pada ternak. Kencernaan kaliandra memiliki range antara 30-60%. Menurut Cakra
dan Trisnadewi (2016) menyatakan bahwa kaliandra cukup berpotensial sebagai pakan tekan,
namun kaliandra memiliki kandungan zat anti nutrisi yaitu tanin yang dapat menyebabkan
kencernaan yang rendah. Trisnadewi dan Cakra (2015) menyatakan bahwa degradasi daun
kaliandra di dalam rumen dihalangi oleh adanya kandungan tanin sehingga menyebabkan
daya cerna yang sangat rendah.
12
Energi metabolis merupakan energi yang berhasil tercerna yang
kemudian sebagian terbuang melalui urin dan energi dalam metan (Dewi,
Liman dan Widodo., 2016). Energi metabolisme ini akan mempengaruhi
produktivitas ternak. Metabolisabilitas energi pada sapi PO pada suatu
penelitian mencapai 43,4% dan pada sapi Persilangan Limousin mencapai
38,4% (Purnomoadi, Hidayat dan Rianto., 2008).
13