Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEMANFAATAN BIJI BUNGA MATAHARI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN


TEMPE TINGGI KANDUNGAN VITAMIN B3 UNTUK PENDERITA
HIPERKOLESTEROLEMIA

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Disusun oleh :

Mawaddana ilya qoris 201710220311074 / angkatan 2017


Dwi elvia komalasari 201710220311064 /angkatan 2017
Ayu Nur Puspita Sari 201810220311205 / angkatan 2018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb, puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karuniannya kepada kita semua, sehingga sampai detik ini masih diberikan kesehatan
dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan proposal PKM. Tidak pula pula juga kami ucapkan
terimakasih sebesar besarnya kepada bapak ato dosen yg sudah meluangkan waktunya ikut
berpartisispasi dalam pembuatan PKM, memberikan saran dan masukan sehingga proposal ini
dapat diselesaikan, teirmakasih kepada teman yang sudah bekerja keras dan sabar dalam
pemeberian aspirasi yang luar biasa dalam menyusun laporan ini.

Proposal ini kami buat dalam rangka untuk memperluar ilmu serta mengikuti Program K
reativitas Mahasiswa dalam bidang penelitian. Kami berharap proposal kami yang berjudul
“PEMANFAATAN BIJI BUNGA MATAHARI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN
TEMPE TINGGI KANDUNGAN VITAMIN B3 UNTUK PENDERITA
HIPERKOLESTEROLEMIA”, dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu kami, kami memahami bahwa proposal ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi terciptannya karya-karya selanjutnya yang lebih baik lagi.
Daftar Isi

JUDUL PROGRAM....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................
PENGESAHAN PROGRAM PKM PENELITIAN................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................................1
Tujuan Khusus..................................................................................................2
Urgensi Penelitian.............................................................................................2
Temuan Yang Ditargetkan................................................................................2
Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan...........................................................2
Luaran Yang Diharapkan.................................................................................2
Manfaat.............................................................................................................2
BAB. 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Biji Bunga Matahari..............................................................................3
2. 2 Tempe....................................................................................................3
2.3 Hiperkolesterolemia .............................................................................4
2.4 Vitamin B3............................................................................................5
BAB 3. METODE PENELITIAN..............................................................................6
3.1 waktu dan Tempat.........................................................................................
3.2 Alat Dan Bahan.............................................................................................
3.3 Metode Penelitian..........................................................................................
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ...........................................................
4.1 Anggaran Biaya.............................................................................................
4.2 Jadwal Kegiatan............................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN

Kolesterol merupakan suatu masalah yang kompleks dalam tubuh manusia, kolesterol
menjadi sebuah masalah bagi siapapun yang belum tahu betul tentang manfaat dan bahaya dari
kolesterol. Di dalam tubuh manusia, kolesterol diperlukan dalam jumlah tertentu sebagai
komponen esensial membran struktural semua sel, dan merupakan komponen utama sel otak dan
saraf (Almatsier, 2010). Kolesterol terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan kelenjar dan
di dalam hati, dimana kolesterol disintesis dan disimpan. Kolesterol juga merupakan bahan
antara pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon
adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron (Almatsier, 2010). Kolesterol bila terdapat
dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh
darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis. Bila penyempitan
terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, dan bila
pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular (Almatsier, 2010).
Hiperkolesterolemia merupakan sebuah gangguan metabolik lipoprotein yang ditandai
dengan tingginya kadar LDL dan kolesterol (African Journal of Biochemical Research, 2010).
Hiperkolesterolemia bukanlah suatu penyakit tetapi gangguan metabolik yang bisa menyumbang
dalam terjadinya berbagai penyakit terutama penyakit kardiovaskuler. Di Indonesia, angka
kejadian hiperkolesterol emia menurut penelitian MONICA I (1988) sebesar 13.4 % untuk
wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II (1994) didapatkan meningkat menjadi 16,2 %
untuk wanita dan 14% pria. (Anwar, 2004). Salah satu alternatif yang aman untuk menurunkan
kadar kolesterol yaitu modifikasi pola diet. Diet yang dianjurkan adalah membatasi konsumsi
makanan yang mengandung kolesterol dan mengkonsumsi makanan yang bersifat
antihiperkolesterolemia. Konsumsi bahan makanan yang mengandung tokotrienol, niasin
(vitamin b3), serat, dan vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah
(Budiatmaja, 2014).
Biji bunga matahari merupakan salah satu bahan makanan yang kaya akan vitamin B3
dan memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe. Biji bunga matahari
memiliki kandungan Niacin sebesar 4,2 mg/ 100 gram bahan sehingga biji bunga matahari
menjadi sumber Vitamin B3 yang lebih baik daripada kacang kedelai dengan kandungan Niacin
sebesar 2,3 mg/ 100 gram bahan. Menurut Bisping et al., 1993, fermentasi kacang kedelai dalam
proses pembuatan tempe dapat meningkatkan kandungan vitamin B3 pada kacang kedelai secara
signifikan. Kadar Vitamin B3 yang telah meningkat dipergunakan untuk menurunkan tingkat
kolesterol serum pada penderita hiperkolesterolemia. Peningkatan kadar vitamin B3 pada proses
fermentasi tempe inilah yang mendasari pengolahan biji bunga matahari sebagai tempe.
Tujuan Khusus
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi olahan
tempe biji bunga matahari yang tinggi akan kandungan Vitamin B3 terhadap kadar kolesterol
serum pada para penderita hiperkolesterolemia.
Urgensi Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan tempe dengan bahan
baku biji bunga matahari, mengetahui kandungan gizi; terutama Vitamin B3; pada tempe biji
bunga matahari, dan megetahui pengaruh konsumsi tempe biji bunga matahari terhadap kadar
kolesterol total penderita hiperkolesterolemia.
Temuan Yang Ditargetkan
Temuan yang ditargetkan dari penekitian ini adalah dihasilkannya inovasi berupa tempe
biji bunga matahari yang kaya akan Vitamin B3.
Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan
Kontribusi penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan di bidang pangan adalah untuk
menambah referensi mengenai bahan pangan fungsional berupa inovasi dari tempe biji bunga
matahari yang kaya akan vitsmin B3.
Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai penambah referensi untuk ilmu
pengetahuan di bidang pangan khususnya mengenai teknologi pangan fungsional bagi penderita
hiperkolesterolemia serta hasil penelitian ini dapat dimuat di jurnal ilmiah atau artikel ilmiah
Manfaat
Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu pengembangan ilmu pengetahuan dan
penelitian, sehingga menambah pengetahuan dalam menciptakan pangan fungsional yang dapat
digunakan untuk treatment hiperkolesterolemia bagi mahasiswa. Bagi masyarakat, penelitian ini
bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai salah satu bahan baku alternatif dalam
pembuatan tempe sehingga dapat Mengurangi angka impor kedelai untuk bahan baku utama
tempe di Indonesia. Sedangkan bagi pemerintah , penelitian ini bermanfaat untuk Membantu
pemerintah dalam mengatasi hiperkolesterolemia yang merupakan salah satu faktor risiko PJK
yang semakin meningkat di Indonesia dan dunia.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biji Bunga Matahari


Bunga matahari memiliki nama latin Heliantus annus L. Heli berarti matahari dan annus
yaitu semusim. Dengan begitu, bunga matahari sering disebut bunga semusim. Tanaman ini
berasal dari Meksiko dan Peru, Amerika Tengah. Tanaman ini telah dibudidayakan secara besar-
besaran pada abad ke-18 di berbagai negara dibenua Amerika. Sementara baru pada tahun 1907
diperkenalkan di Indonesia oleh seorang ahli pertanian dari Belanda. Bunga matahari dapat
tumbuh didaerah dingin maupun didaerah kering pada ketinggian sampai 1,500 m dpl. Tanah
berpasir hingga tanah liar yang baik dan tidak asam atau asin, serta pH berkisar antara 5,7-8,1
merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini (Neti, 2013). Biji bunga matahari
sebenarnya adalah cypsela dari tanaman bunga matahari, Istilah "biji bunga matahari"
sebenarnya adalah kesalahpahman yang menyangkanya sebagai bagian biji dalam anatomi buah-
nya. Biji bunga matahari berwarna hijau-keabuan, yang ditutupi dengan perikarp berwarna
hitam, putih, ataupun garis garis hitam putih, tergantung varietas tanaman bunga matahari.
Bagian biji bunga matahari mengandung Vitamin B3 (niasin), asam klorogenik, phytin,
3,4-benzopirin, alkaloid, flavonoid, fitosterol, dan tanin dalam air, yang dapat diekstrak dari sel
dan jaringan oleh pelarut non polar (Valentina, 2003). Biji bunga matahari memiliki kandungan
Vitamin B3 ( niacin ) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kacang kedelai yaitu sebesar 4,2
mg/ 100 gram biji bunga matahari ( USDA-SR21, 2008 ).

2.2 Tempe
Tempe adalah nama kolektif untuk kacang-kacangan, serealia atau hasil akhir proses
pengolahan makanan yang dimasak dan difermentasi, lalu dipenetrasi dan disatukan bersama
oleh miselium dari kapang hidup. Kacang Kedelai Biji Kuning adalah bahan baku mentah yang
biasa digunakan dan lebih digemari dalam pembuatan tempe (Nout & Kiers, 2005). Mikroflora
dalam tempe bersifat kompleks, karena tempe merupakan hasil dari fermentasi kultur campuran
oleh kapang, ragi, bakteri asam laktat dan berbagai macam bakteri lainya. Genus utama yang
berperan dalam pembuatan tempe adalah kapang Rhizopus, dengan bermacam spesies seperti
R.microsporus, R.oligosporus dan R.oryzae (Nout & Kiers, 2005). Bakteri asam laktat berperan
dalam reaksi asidifikasi kacang kedelai pada saat perendaman, yang menyebabkan tercegahnya
pertumbuhan mikroorganisme pembusukan (Ashenafi & Busse, 1991; Nout et al., 1987). Selama
fermentasi kacang kedelai, beberapa perubahan biokimia terjadi, yang dimana meningkatkan
kualitas sensori dan gizi dari tempe. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas enzim jamur.
Kapang Rhizopus spp. memproduksi berbagai macam enzim diantaranya karbohidrase, lipase,
dan protease, yang memecah senyawa makronutrien menjadi senyawa dengan massa molekul
yang lebih kecil dengan kelarutan air yang lebih tinggi. Selain itu konstituen vitamin,
phytocemicals dan anti-oksidan juga terbentuk (Astuti, 2000; Nout & Kiers, 2005). Kadar dari
beberapa Vitamin B kompleks, terutama riboflavin, niasin, Vitamin B6, dan B12 meningkat saat
proses fermentasi, yang disebabkan oleh aktivitas metabolik bakteri dan jamur (Bisping et al.,
1993; Denter et al., 1998; Keuth & Bisping, 1993). Dalam 100 gram tempe kacang kedelai
terdapat kandungan niacin sebesar 2.6 mg. .

2.3 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan kondisi saat konsentrasi kolesterol di dalam darah
melebihi batas normal. Hiperkolesterolemia terjadi akibat akumulasi kolesterol dan lipid pada
dinding pembuluh darah. Kolesterol LDL-teroksidasi berperan dalam pembentukan plak
aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Salah satu alternatif yang aman menurunkan
kadar kolesterol LDL yaitu modifikasi pola diet. Diet yang dianjurkan adalah membatasi
konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan mengkonsumsi makanan yang bersifat
antihiperkolesterolemia. Kadar kolesterol total menunjukkan jumlah antara HDL kolesterol, LDL
kolesterol, dan trigliserida. Menurut Anwar (2004), patokan kadar kolesterol total dalam
mendiagnosis hiperkolesterolemia adalah:
1. Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman adalah < 200 mg/dl.
2. Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai
dikendalikan (bordeline high) adalah 200-239 mg/dl.
3. Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high) adalah > 240 mg/dl.
Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya arterosklerosis dan
meskipun tanpa kehadiran faktor lain keadaan ini sendiri sudah cukup untuk merangsang
perkembangan pembentukan lesi. Komponen utama yang terkait dalam meningkatkan resiko ini
adalah low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dimana LDL berperan utama dalam mengangkut
kolesterol ke jaringan perifer. Sebaliknya high-density lipoprotein (HDL) kolesterol terkait
terutama dalam menurunkan resiko pembentukan lesi arterosklerosis. HDL berperan dalam
mobilisasi kolesterol dari berkembang dan membentuk arteroma. HDL juga berperan dalam
mengangkut kolesterol ke hati untuk diekskresi melalui empedu (Kumar, et al., 2007).
Antara faktor utama yang mempengaruhi kadar kolesterol plasma selain faktor herediter
adalah peningkatan asupan diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh seperti terkandung dalam
kuning telur, lemak hewani, mentega dan lain-lain peningkatan asupan diet ini, dikatakan akan
meningkatkan kadar kolesterol plasma. Sebaliknya asupan diet rendah kolesterol dan/atau
dengan rasio diet lemak tak jenuh mampu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma. Gaya
hidup dapat turut memberi efek terhadap kadar kolesterol. Olahraga yang teratur akan
menurunkan kadar LDL dalam plasma, namun meningkatkan kadar HDL (Botham dan Mayes,
2009). Adapun diet dan gaya hidup adalah faktor yang terlibat dalam merangsang terjadinya
peningkatan atau penurunan kadar kolesterol maka dapat disimpulkan bahwa
hiperkolesterolemia merupakan suatu faktor resiko yang bisa dimodifikasi (Kumar, et al., 2007).

2.4 Vitamin B3
Niacin, disebut juga vitamin B3 ditemukan pertama kali melalui kondisi pellagra pada
manusia dan juga kondisi yang mirip, yang disebut lidah hitam, pada anjing. Vitamin B3 mulai
disebut niacin pada awal 1940-an. Niacin, merujuk kepada bentuk generik dari asam nikotinat
dan nicotinamide ( atau disebut juga niacinamide ), yang dimana kedua bentuk ini memiliki
aktivitas sebagai vitamin. Secara struktural asam nikotinat adalah piridin 3-asam karboksilat,
sedangkan nicotinamide adalah amida asam nikotinat. Niacin biasa ditemukan dalam bentuk
nicotinamide pada suplemen, namun bisa saja tersedia dalam berbagai bentuk dalam makanan.
Dalam produk hewani, niacin biasa ditemukan dalam bentuk nicotinamide NAD, dan NADP.
Selain dari makanan , niacin dapat juga disintesis di dalam tubuh oleh hati dan jaringan lainya
dari asam amino triptofan. Kurang lebih 1 mg niacin diproduksi melalui pencernaan dari 60 mg
triptofan (Advanced Human Metabolism, 2013).
Konsumsi asam nikotinat dalam dosis besar (>6g/ hari dalam dosis terpisah ) digunakan
untuk pengobatan hiperkolesterolemia. Niacin dalam dosis farmakologis telah terbukti dapat
menurunkan kadar total kolesterol serum, triasilgliserol, dan LDL secara signifikan, serta
meningkatkan kadar HDL dalam darah. Walaupun mekanismenya belum sepenuhnya
dimengerti, niacin diyakini berfungsi dalam berbagai cara untuk meningkatan serum lipid. Niasin
bekerja melalui beberapa reseptor seperti G-protein coupled receptor, aktivasi ATP sintetase
dalam hati dan NADPH, serta inhibisi enzim langsung. Niacin (saat diberikan dalam dosis
farmakologis) berfungsi menghambat lipolisis dalam jaringan adiposa serta mengurangi sintesis
dan sekresi VLDL hepatik dari hati, dan menghambat produksi LDL. Niacin juga menghambat
enzim diasilgliserol asiltransferase dalam hati, untuk menurunkan sintesis triasilgliserol,
sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung niacin dapat meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL. (Advanced Human Metabolism, 2013).
RDA niacin untuk wanita dan pria dewasa berturut turut adalah sebesar 14 mg dan 16 mg
ekuivalen niacin/hari. Kebutuhan niacin per hari diperkirakan sebesar 11 mg dan 12 mg untuk
wanita dan pria dewasa. Dalam keadaan khusus seperti keadaaan hamil dan menyusui RDA
niacin meningkat menjadi sebesar 18 mg dan 17 mg ekuivalen niacin/ hari. Dikarenakan efek
vasodilatoris yang dihubungkan dengan suplementasi niacin, maka toleransi konsumsi Niacin
batas atas untuk orang dewasa ditetapkan sebesar 35 mg/hari baik dari suplemen maupun
makanan yang difortifikasi (Advanced Human Metabolism, 2013).

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe biji bunga matahari adalah biji bunga matahari,
ragi, dan air, sedangkan alat yang diperlukan berupa panci, tampah, automatic food scale dan baskom.
Untuk analisa zat gizi dan Vitamin B3 dalam biji bunga matahari dan tempe dilakukan uji proksimat dan
HPLC di lab sehingga perlu mempersiapkan sampel untuk diteliti. Pengukuran Kadar Kolesterol Sampel
memerlukan alat tes kolesterol dan strip tes kolesterol.

3.2 Metode Penelitian


1. Pembuatan Tempe
Prosedur pembuatan tempe menurut Suprapti (2003), dengan modifikasi untuk tempe biji
bunga matahari adalah sebagai berikut :

1. Menyortir dan menampi biji bunga matahari sebanyak 500 gram kemudian mencucinya
sampai bersih dalam ember yang berisi air atau pada air yang mengalir.
2. Merebus selama ± 30 menit dalam panci setelah air mendidih, menggunakan air ± 1000
ml, sampai setengah matang.
3. Melakukan pengelupasan kulit biji bunga matahari dengan meremas-remasnya dalam air
(dehulling).
4. Merendam biji bunga matahari selama ± 24 jam dalam baskom plastik dengan
menggunakan air ± 1000 ml.
5. Mencuci kembali biji bunga matahari tersebut dan merebusnya sampai matang.
6. Setelah matang meletakkannya diatas tampah dengan meratakan dan membiar kannya
dingin sampai permukaan biji bunga matahari kering dan air yang menetes habis.
7. Mencampurkan biji bunga matahari yang telah dingin dengan laru (ragi) sebanyak 1 gram
(bisa kurang atau lebih disesuaikan dengan karakteristik biji bunga matahari) sampai rata,
guna mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Proses mencampur biji bunga
matahari dengan ragi memakan waktu sekitar 20 menit. Tahap peragian (fermentasi)
adalah kunci keberhasilan atau tidaknya membuat tempe biji bunga matahari.
8. Mengemas biji bunga matahari yang telah dicampur ragi dengan kemasan plastik,
masing-masing 50 gram.
9. Melakukan pemeraman selama 2 hari pada suhu kamar.

Disortir dan
biji bunga
dibersihkan sebanyak
matahari
500 gram

direbus pada air


mendidih t = ± 30 pengelupasan kulit
menit, air ± 1000 ml, biji bunga matahari
sampai setengah (cara dehulling).
matang.

Direndam t=± 24 jam Dicuci kembali dan


menggunakan air ± merebusnya sampai
1000 ml. matang.

Dikeringkan dan Dikemas dalam


dicampur dengan plastik 500 gram dan
ragi sebanyak 1 diperam t = 2 hari
gram, t=20 menit. disuhu kamar

tempe biji
bunga
matahari

2. Uji Kandungan Vitamin B3 (AOAC International, 1990)


Uji kandungan Vitamin B3 dilakukan pada sampel biji bunga matahari sebelum dan sesudah
diolah menjadi tempe. Uji kandungan Vitamin B3 dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar Vitamin
B3 pada biji bunga matahari sebelum dan sesudah proses fermentasi dilakukan. Menurut Sami,et al.
(2014) uji kandungan Vitamin B3 dilakukan dengan metode HPLC (High Performance Liquid
Chromathography) mengacu pada AOAC International 1990.
biji bunga
matahari

Di uji kandungan
Vitamin B3 nya
menggunakan
metode HPLC

tempe biji
bunga
matahari

Di uji kandungan
Vitamin B3 nya
menggunakan
metode HPLC

3. Uji Proksimat (AOAC International, 1990)


Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan yang meliputi,
analisis kadar air, lemak, protein, dan abu yang mengacu pada AOAC International 1990. Perbandingan
Kadar Kolesterol Total Penderita Hiperkolesterolemia Sebelum dan Sesudah Intervensi Desain
penelitian ini adalah eksperimental, pre dan post intervensi. Intervensi yang dilakukan berupa
pemberian tempe biji bunga matahari sebesar 800 gram per hari ( 200-300 gram/ konsumsi) selama dua
hari kepada lima orang penderita hiperkolesterolemia. Dilakukan pengukuran kolesterol total sebelum
dan setelah intervensi. Pemeriksaan kolesterol total menggunakan alat accutrend plus dengan sampel
darah kapiler. Data yang didapatkan berupa kadar kolesterol total sampel sebelum dan sesudah
intervensi, data penelitian dianalisis dengan uji one sample t-test untuk mengetahui hubungan antara
konsumsi tempe biji bunga matahari dan kadar kolesterol total pada subjek penderita
hiperkolesterolemia.

tempe biji
bunga
matahari

Dilakukan analisis
proksimat yang
terdiri dari analisis
kadar air, lemak,
protein, dan abu
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Tabel 1. Anggaran biaya
No. Jenis pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang(15-25%) 1.800.000,00
2 Biaya Habis Pakai (20-35%) 2.520.000,00
3 Biaya Perjalanan (15-25%) 1.800.000,00
4 Biaya Habis Lain (max. 15%) 1.080.000,00
Total Biaya 7.200.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel 2. Jadwal kegiatan
No Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
.
2 Persiapan
alat,bahan,
dan uji
lab.
3 Uji HPLC
sampel biji
bunga
matahari
4 Pembuatan
tempe
5 Uji HPLC
tempe
6 Uji
Proksimat
7 Tes
Kolesterol
Serum
8 Rekap dan
analisis
data
9 Rekap dan
analisis
data
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Anwar B.T. 2004. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Diakses dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri4.pdf [Diakses 4 November 2016]
Ashenafi, M., Busse, M. 1991. The Microflora of Soak Water during Tempeh Production from
Various Beans. Journal of Applied Bacteriology 70, pp. 334338.
Association of Official Analytical Chemist. 1990. Official Method ofAnalysis of The Association of Official
Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc.
Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Astuti. 2000. Tempe, A Nutritious and Healthy Food from Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinical
Nutrition 9, pp. 322-325.
Botham, Kathleen M & Mayes, Peter A. 2009. Cholesterol Syntesis, Transport & Excretion. In: Harper’s
illustrated Biochemistry.28 th Ed. USA: LANGE McGraw Hill. chapter 26. p 224-233.
Budiatmaja, Argan Caesar. 2014. Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Merah (Hylrocereus polyrhizus)
terhadap Kadar Kolesterol Total Pria Hiperkolesterolemia. Artikel Penelitian : Universitas
Diponegoro.
Denter, J., Rehm, H.J., Bisping, B. 1998. Changes in the Contents of Fat-Soluble Vitamins and Provitamins
during Tempe Fermentation. International Journal of Food Microbiology 45, pp. 129-134.
Gropper, Sareen S. Jack L. Smith, 2005, 2009, 2013. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Sixth
Edition, Wadsworth,Cengage Learning.
Keuth, S., Bisping, B. 1993. Formation of Vitamins by Pure Cultures of Tempe Moulds and Bacteria
during The Tempe Solid Substrate Fermentation. Journal of Applied Bacteriology 75, pp. 427-
434.
Kumar,V. et al. 2007. Buku Ajar Patologi. Vol.2 Ed.7. EGC. Jakarta.
Roubos-van den Hil, P.J., M.J.R. Nout. 2011. Anti-Diarrhoeal Aspects of Fermented Soya Beans, Soybean
and Health. Prof. Hany El-Shemy (Ed.), ISBN: 978-953-307-535-8, InTech.
Suprapti, L. 2003. Pembuatan Tempe. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.
Neti, S. 2013. Ensiklopedia dan Tanaman Obat. Rumah Ide: Malang.
Nout, M.J.R., De Dreu, M.A., Zuurbier, A.M., Bonants-Van Laarhoven,T.M.G. 1987. Ecology of Controlled
Soyabean Acidification for Tempe Manufacture. Food Microbiology 4, pp. 165-172.
Nout, M.J.R., De Vos, W.M., Zwietering, M.H. 2005. Food Fermentation. Wageningen Academic
Publishers, Wageningen, The Netherlands.
Otunola GA, Oyelola BO, Adenike TO, Anton AA. 2010. Effest of diet-induced hypercholesterolemia on
the lipid profil and some enzyme activities in female wistar rats. African Journal of Biochemical
Research; 4(6): 149-154.
Rianasari, Nirmala. 2015. Uji Efektifitas Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Biji Bunga Matahari
(Helianthus Annus L.) Terhadap Mencit Swiss Webster Jantan. Program Studi Farmasi FMIPA
Unisba: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai