Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR PENELITIAN KESEHATAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS


(Averrhoa carambola Linn.) UNTUK MENURUNKAN KADAR GLUKOSA
DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus)

Oleh:
Devi Rukmana (201410070311102)
Usifatul Fardiyah (201410070311105)
Airinisaa Bella Angeli (201410070311109)
Aisyah Rahmawati (201410070311111)
Filsa Hawami (201410070311133)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan proposal penelitian kesehatan ini. Dan juga kami berterima kasih
pada Bapak Samsun Hadi, M.Kes. selaku Dosen mata kuliah IPA Terpadu bidang
Kesehatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengobatan penyakit pada hewan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga proposal ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

31 Maret 2017

Penulis

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................6
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................................................7
2.1 Pengobatan Tradisional.........................................................................7
2.2 Kerangka Konsep.................................................................................10
2.3 Hipotesis...............................................................................................11
BAB III Metodologi Penelitian..............................................................................12
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................12
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................12
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................12
3.4 Variabel Penelitian...............................................................................12
3.5 Rancangan Penelitian...........................................................................13
3.6 Cara Kerja............................................................................................13
3.7 Taknik Analisis Data............................................................................15
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................17
4.2 Hasil Analisis.......................................................................................18
4.3 Pembahasan.........................................................................................19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................................22
5.2 Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glukosa merupakan salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh
tubuh manusia. Komponen glukosa didapatkan dari makanan sehari-hari yang
berupa lemak, protein, dan terutama karbohidrat. Glukosa mengalami berbagai
proses metabolisme di dalam tubuh manusia dengan bantuan berbagai
hormon, yaitu salah satunya adalah insulin. Kadar glukosa yang terkandung di
dalam tubuh manusia disebut sebagai kadar glukosa darah. Kadar glukosa
normal menggambarkan keseimbangan antara masuknya glukosa dari usus ke
dalam darah dan berpindahnya glukosa dari darah ke jaringan tubuh. Tubuh
manusia secara alamiah akan mengatur kadar glukosa darah, karena
merupakan bagian dari proses homeostasis. Kadar glukosa darah yang berada
di atas nilai normal merupakan salah satu indikator terjadinya Diabetes
mellitus (Fatimah, 2015).
Diabetes mellitus dikalangan masyarakat awam sering dikenal sebagai
kencing manis. Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik
yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin ataupun keduanya. Bersifat kronis ditandai dengan
terjadinya gangguan dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang
diikuti dengan komplikasi mikrovaskular. Angka prevalensi terjadinya
Diabetes mellitus semakin mengalami peningkatan dan tersebar merata dari
penduduk dengan tingkat ekonomi rendah sampai dengan tingkat ekonomi
tinggi. WHO mencatat bahwa pada tahun 2006 sekitar 150 juta orang berusia
diatas 20 tahun mengidap Diabetes mellitus, dan jumlah ini akan bertambah
menjadi 300 juta orang pada tahun 2025. Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta
orang terkena Diabetes mellitus. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai Diabetes
mellitus, gejala, faktor resiko, pencegahan serta terapi yang tepat untuk
penderitanya untuk mengurangi angka prevalensi Diabetes mellitus yang terus
mengalami peningkatan (Shadine, 2010).

4
Gejala klasik yang ditimbulkan oleh Diabetes mellitus antara lain poliuria
yaitu sering buang air kecil, polidipsia yaitu sering merasa haus, dan polifagia
yaitu sering merasa lapar. Seseorang dikatakan menderita Diabetes mellitus
apabila terdapat gejala klasik disertai kadar gula darah puasa 126 mg/dl dan
sewaktu tes 200 mg/dl. Faktor penyebab terjadinya Diabetes mellitus sangat
beragam antara lain faktor genetik, pola makan yang salah, pola hidup yang
tidak sehat, virus, bakteri, dan masih banyak penyebab lainnya. Secara klinik,
Diabetes dibagi menjadi 2 yaitu Diabetes Melitus tipe 1 dan tipe 2, namun
menurut klasifikasi ADA 2009 Diabetes Melitus dibagi menjadi 4, yaitu
Diabetes Melitus tipe 1, tipe 2, Gestasional, dan tipe lainnya (Fatimah, 2015).
Penderita Diabetes mellitus memerlukan pengobatan sepanjang hidup
penderitanya, maka diperlukan terapi yang mudah didapatkan serta ekonomis.
Oleh sebab itu semakin banyak dikembangkan terapi dengan menggunakan
tanaman obat tradisional untuk mengobati Diabetes mellitus. Indonesia
merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tentunya juga
kaya akan tanaman obat tradisional. Terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman
obat tradisional, namun kurang dimanfaatkan secara optimal, karena hanya
sekitar 1.200 tanaman yang diteliti sebagai tanaman obat tradisional. Selain itu
obat-obatan tradisional belum diakui dalam praktek-praktek pengobatan
modern karena masih sedikit yang mengalami uji preklinik dan uji klinik. Hal
ini sangat disayangkan, karena sebenarnya potensi tanaman obat tradisional
Indonesia sangatlah besar. Selain itu tanaman obat tradisional juga memiliki
kelebihan yaitu mudah didapatkan dan ekonomis sehingga sangat
memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya (Wirawan, 2009).
Di dalam penelitian ini, digunakan tanaman buah yang sudah sangat
dikenal yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.). Peneliti tertarik
untuk menggunakan buah belimbing manis sebagai intervensi, selain
mempunyai kandungan kimia yang terdapat pada daun, bunga, dan batang
belimbing manis juga mengandung saponin, flavonoida, daunnya mengandung
tannin, dan batangnya mengandung alkaloida dan polifenol. Tanaman ini juga
banyak tumbuh dan berkembang di Indonesia, namun masih sedikit penelitian
lebih lanjut mengenai khasiatnya. pemanfaatan buah belimbing manis selama

5
ini belum banyak dilakukan. Buah belimbing manis selama ini hanya dimakan
biasa maupun diolah menjadi jus belimbing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola
Linn.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus
norvegicus)?
2. Berapa konsentrasi dari ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn.) yang paling efektif untuk menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus putih (Rattus norvegicus)?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah belimbing manis
(Averrhoa carambola Linn.) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
tikus putih (Rattus norvegicus).
2. Untuk mengetahui banyak kadar buah belimbing wuluh manis (Averrhoa
carambola Linn.) yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah
pada tikus putih (Rattus norvegicus).

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
khasiat dari belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) untuk
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus).
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi acuan bagi penelitian
selanjutnya untuk pengembangan potensi belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn.) sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes melitus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
2.1 Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat
merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, hal ini
menandai kesadaran untuk kembali ke alam (back to nature) guna mencapai
kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.
Dalam menggunakan tumbuhan berkhasiat obat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengobatan tradisional. Hal-hal yang perlu mendapatkan
perhatian tersebut antara lain : karakteristik simplisia, skrining fitokimia simplisia
dan uji aktivitas antimikroba (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

2.1.1 Diabetes Melitus


Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit
degeneratif dengan sifat kronis yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke
tahun. Faktor yang dapat memicu dan sering merupakan faktor pencetus diabetes
melitus adalah kurang gerak / malas, makanan berlebihan, kehamilan, kekurangan
produksi hormon insulin, dan penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan
insulin. Diabetes Melitus pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Diabetes Melitus sering menimbulkan komplikasi akut
maupun kronis. Penyakit DM biasanya berlangsung lama sehingga pengobatan
bisa lama bahkan bisa sampai seumur hidup (Suyono, 2002 dalam
Wirawan,2009).
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa
prevalensiDiabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM
sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka
kejadian diabetes me litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi
kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita
diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan
prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57% ( Fatimah, 2015)
2.1.2 Blimbing Manis
Tumbuhan belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.), dikenal dengan
beberapa nama seperti : balingbing manis (Sunda), blimbing legi (Jawa), bainang
sulapa (Makasar), dan balireng (Bugis) (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002).

7
Belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) atau dalam bahasa Inggris
disebut Starfruit (Bila dipotong memiliki penampang yang berbentuk bintang)
merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis. Ciri buah belimbing manis
berwarna kuning kehijauan ketika masih muda dan berwarna kuning kemerahan
kalau sudah tua, berbiji kecil berwarna coklat, rasanya manis dengan sedikit asam
dan banyak mengandung air. Dengan cara dimakan biasa atau dijadikan juice,
Belimbing Manis memiliki banyak manfaat sebagai obat tradisional atau obat
alternatif (Shadine, 2010).

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola L.

8
Tabel 1. Hasil pemeriksaan makroskopik buah belimbing

Skrining fitokimia Pada pemeriksaan fitokimia dari jus buah belimbing


ditemukan kandungan flavonoid, tanin, dan saponin (tabel 2). Kandungan
senyawa flavonoid diketahui melalui terbentuknya warna kuning pada uji tabung
dengan penambahan serbuk magnesiun 1 mg dan asam klorida pekat 2-5 tetes. Hal
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa uji flavonoid
positif bila timbul perubahan warna menjadi kuning.Kandungan senyawa tanin
diketahui melalui timbulnya perubahan warna hijau kehitaman atau biru tinta pada
uji tabung dengan penambahan FeCl3 5% 1 - 2 tetes, sebagaimana pada penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa perubahan warna ini menunjukkan
kandungan tanin yang positif. Sedangkan kandungan saponin pada jus buah
belimbing ditemukan positif karena pada uji tabung dengan penambahan air 5 ml
pada 1 ml jus buah belimbing yang kemudian dikocok selama 10 menit
menimbulkan busa setinggi 1 cm selama lebih dari 10 menit. Timbulnya busa
ini disebabkan karena kombinasi senyawa penyusun saponin yaitu rantai
sapogenin nonpolar dan rantai samping yang larut air atau karena adanya
glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang
terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lain.

9
(Ridha, 2013) .

2.2 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan secara skematis
seperti berikut ini :

10
2.3 Hipotesis

1. Simplisia buah belimbing manis mengandung golongan senyawa kimia


sekunder yaitu glikosida.
2. Simplisia buah belimbing manis mengandung golongan senyawa kimia
sekunder saponin.
3. Simplisia buah belimbing manis mengandung golongan senyawa kimia
sekunder flavonoid.
4. Simplisia buah belimbing manis mengandung golongan senyawa kimia
sekunder triterpenoid/steroid.
5. Ekstrak buah belimbing manis dapat mengurangi kadar kolesterol darah
pada penderita diabetes mellitus.
6. Ekstrak buah belimbing manis memiliki kandungan methanol.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dan


rancangan penelitian pre and post test randomized controlled group design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas


Muhammdiyah Malang pada Bulan April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus).

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini meliputi tikus wistar jantan yang diinduksi


aloksan sebanyak 4 ekor. Besar sampel dihitung dengan rumus Federer,
dengan perhitungan sebagai berikut:

(n-1) (t-1) 15

Keterangan: n = besar sampel

t = jumlah perlakuan

Setiap kelompok perlakuan terdapat 1 ekor tikus putih (Rattus


norvegicus). Peneliti memilih untuk menggunakan 1 ekor tikus putih
(Rattus norvegicus) tiap kelompok dengan jumlah kelompok perlakuan
sebanyak 4 kelompok sehingga jumlah seluruh sampel penelitian sebanyak
4 ekor.

12
3.4.3 Teknik sampling

Penelitian ini sampel diperoleh dengan metode simple random


sampling.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis pemberian ekstrak
buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.)
3.4.2 Variabel terikat
Kadar gula darah tikus putih

3.5 Rancangan Penelitian

3.5.1 Bahan

1. Buah belimbing manis


2. Aquadest
3. Metformin 34
4. Aloksan
5. Alkohol
3.5.2 Alat

1. Kandang tikus
2. Sonde lambung
3. Timbangan
4. electromantel
5. oven
6. tabung Erlenmeyer
7. Pengaduk
8. Glukometer Easy Touch

3.6 Cara kerja


Langkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut

13
1. Pembuatan ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola
Linn.)

Ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.)


dibuat dengan metode maserasi dengan pelarut alkohol 96% dan
hasilnya berupa ekstrak serbuk. Ekstrak serbuk kemudian dilarutkan
dengan aquabedes dan diberikan per oral kepada tikus 8 tikus.

2. Langkah penelitian

a. Langkah I :
Di dalam penelitian ini, menggunakan sampel sebanyak 8 ekor
tikus wistar jantan dibagi menjadi 4 kelompok (yang didapatkan
berdasarkan rumus Federer) diadaptasikan selama 1 minggu di
laboratorium dan diberi pakan standar.
b. Langkah II :
Tikus wistar yang telah dipuasakan selama 8 jam pada hari ke
7 diukur kadar glukosa darahnya. Pengukuran ini merupakan
pengukuran awal kadar glukosa darah.
c. Langkah III :
Setelah pengukuran awal kadar glukosa darah, tikus wistar
diinduksi aloksan dengan dosis 125 mg/kgBB secara
intraperitoneal.
d. Langkah IV :
Setelah aloksan diinduksikan, tikus harus diukur kadar glukosa
darahnya setiap hari sampai dengan menunjukkan kadar glukosa
darah hiperglikemi yaitu dengan kadar 126 mg/dL.
e. Langkah V :
Setelah mendapatkan kadar glukosa darah tikus yang mencapai
hiperglikemi, tikus yang berjumlah 8 dibagi menjadi 4
kelompok dengan pembagian secara random.
f. Langkah VI :
Kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah tikus
yang sebelumnya telah dipuasakan selama 8 jam. Pengukuran
kadar glukosa darah disini adalah sebagai data pre-test.
g. Langkah VII :

14
Setelah dilakukan pengukuran kadar glukosa darah (pre test), 4
kelompok tikus wistar diberi perlakuan per oral selama 14 hari.
Kelompok I : aquadest
Kelompok II : ekstrak buah belimbing wuluh 0,25 gr/kgBB
Kelompok III: ekstrak buah belimbing wuluh 0,75 gr/kgBB
Kelompok IV: metformin 18mg/tikus
h. Langkah VIII :
Setelah perlakuan dilakukan selama 14 hari, kemudian
dilakukan pengukuran kadar glukosa darah tikus wistar yang
sebelumnya telah dipuasakan selama 8 jam.
i. Langkah IX :
Mengulang langkah VII
j. Langkah X :
Mengulang langkah VIII
k. Langkah XI :
Semua data kadar glukosa sebelum dan setelah perlakuan yang
diperoleh, ditabulasi, dibuat ratarata dan dianalisis.

3.8 Teknik Analisis Data


Data diolah dengan menggunakan SPSS for Windows Release 15.0. Uji
homogenitas Shapiro-Wilk digunakan untuk melihat normalitas distribusi
data,. Distibusi data yang normal memiliki nilai p>0,05 sedangkan yang tidak
normal memiliki nilai p<0,05. Setelah mengetahui normalitas distribusi data,
kemudian dilakukan 2 uji yaitu uji berpasangan dan uji tidak berpasangan. Uji
berpasangan digunakan untuk melihat signifikansi dari masing-masing
kelompok perlakuan pada pengukuran pretest dibandingkan dengan post
test1, pretest dibandingkan dengan post tes t2, dan post test 1 dibandingkan
dengan post test 2.
Uji berpasangan untuk distribusi data yang normal menggunakan
,sedangkan distribusi data yang tidak normal dilakukan transformasi. Hasil
transformasi data yang normal menggunakan uji Paired T-Test, sedangkan
hasil transformasi data yang tidak normal menggunakan uji Wilcoxon. Uji
tidak berpasangan digunakan untuk mengetahui efektivitas ekstrak
dibandingkan dengan metformin yang merupakan kontrol positif. Efektifitas
didapatkan dengan cara meilihat selisih penurunan kadar glukosa darah antara
pre test, post test 1, dan post test 2. Untuk distribusi data normal
menggunakan Uji One Way Anova kemudian dilanjutkan dengan Uji Post

15
Hoc, sedangkan untuk distribusi data tidak normal digunakan uji Kruskal-
Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium kimia bagian hewan coba
Universitas Muhammadiyah Malang tentang pengaruh pemberian ekstrak buah
belimbing manis (Averrhoa carambola linn.) untuk menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus putih (Rattus norvegicus).

4.1.1 Kadar glukosa Darah tikus setelah pemberian ekstrak buah belimbing
manis (Averrhoa carambola linn.)

Pengaruh pemberian ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa


carambola linn.)untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus
norvegicus), diperoleh data sebelum perlakuan (Pre test) dan setelah perlakuan (Post
test) yang disajikan pada tabel4.1.

Kadar Glukosa Total


(mg/dl)
Kelompok BeratBadan Keterangan
(gr) Sebelum Sesudah

Perlakuan Perlakuan
Kontrol (+) 237 mg/dl 327mg/dl Hidup
Kontrol (-) 72mg/dl 103mg/dl Hidup
Tikus Perlakuan 150 69 mg/dl 58 mg/dl Hidup
ekstrak blimbing 1
(2, 35 ml)
Tikus Perlakuan 120 68 mg/dl - Mati
ekstrak blimbing 2
(1,92 ml)
Tikus perlakuan 3 120 70 mg/dl - Mati
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada
masing-masing perlakuan dosis ekstrak belimbing manis yaitu (Kontrol negatif,
control positif, ekstrak belimbing manis 1, ekstrak belimbing manis 2) di peroleh
hasil perbedaan jumlah kadar glukosa darah terendah dengan nilai kadar glukosa

17
darah yaitu 58 mg/dl pada kelompok perlakuan ekstrak belimbing manis 1 (2,35
ml), sebaliknya kadar glukosa darah tertinggi dengan nilai kadar glukosa darah
yaitu 327 mg/dl yaitu pada kelompok control positif dengan perlakuan induksi
aloksan dengan nilai kadar glukosa darah di atas normal.

4.2 Hasil Analisis


Data yang diperoleh dari hasil penelitian pemberian ekstrak blimbing
manis (Averrhoa carambola linn.) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada
tikus, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji normalitas dan
homogenitas, berdasarkan nilai skweness dan kurtosis uji tersebut dinyatakan
bahwa semua data berdistribusi normal. Setelah data diketahui berdistribusi
normal maka data akan di uji dengan menggunakan uji one way Anova, dan Post
Hoc.

4.2.1 Hasil Uji One Way Anova

4.2.1. Tabel ringkasan hasil uji One Way Anova ekstrak belimbing manis
(Averrhoa carambola linn.) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
tikus.

18
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ekstrak blimbing manis
berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus. Hal ini karena
nilai probabilitas signifikan > 0,05 sehingga hipotesis diterima.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Ekstrak Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.)


Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Tikus Putih (Rattus
Norvegicus)

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak buah belimbing manis


(Averrhoa carambola Linn.) untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
putih (Rattus Norvegicus) menggunakan Uji Normalitas, sedangkan hasil
transformasi data yang tidak normal menggunakan Uji Wilcoxon. Uji One Way

19
Anova kemudian dilanjutkan dengan Uji Post Hoc. Sedangkan untuk distribusi
data tidak normal digunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan Uji
Mann-Whitney. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan, yaitu kontrol negatif
(normal) dan kontrol positif (aloksan), ekstrak buah belimbing manis 1: 2,35 ml,
dan ekstrak buah belimbing manis 2: 1,92 ml.

Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan kontrol negatif (normal),


menunjukkan nilai kadar glukosa darah, yaitu 72 mg/dl, diberikannya aloksan
secara berkala selama 14 hari menyebabkan kadar glukosanya naik menjadi 103
mg/dl. Begitu pula dengan kontrol positif (aloksan) yang awalnya memiliki kadar
glukosa darah 237 mg/dl, setelah diberi perlakuan mengalami peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 327 mg/dl. Sedangkan untuk perlakuan perlakuan ekstrak
buah belimbing manis 1, tikus yang mulanya setelah disuntikkan aloksan secara
berkala menunjukkan nilai kadar glukosa darah 69 mg/dl, setelah diberi perlakuan
dengan menyonde ekstrak buah belimbing manis terjadi penurunan kadar glukosa
darah menjadi 58 mg/dl. Untuk perlakuan ekstrak buah belimbing manis 2, tikus
yang mulanya setelah disuntikkan aloksan secara berkala menunjukkan nilai kadar
glukosa darah 68 mg/dl, setelah diberi perlakuan dengan menyonde ekstrak buah
belimbing manis keesokan harinya tikus tersebut mati dikarenakan faktor stress.
Untuk perlakuan ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.)
dalam proses penelitian mengalami beberapa kendala. Tikus yang kami gunakan
berkali-kali mati dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor stress
karena pemberian aloksan. Tidak nyamannya tempat yang disediakan
menyebabkan tikus tersebut tidak bisa bertahan hidup. Faktor lain kemungkinan
karena kandang yang ditempati minim oksigen sehingga tikus tersebut
kekurangan oksigen untuk bertahan hidup. Menurut Yuriska (2009), penyakit
metabolik yang disebabkan oleh aloksan adalah diabetes mellitus yang merupakan
suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin. Diabetes mellitus mengakibatkan berbagai
komplikasi akut maupun kronik yang dapat mengenai berbagai jaringan dan organ
tubuh. Tujuh puluh lima persen penderita diabetes mellitus akhirnya meninggal
karena penyakit vascular.

20
4.3.2 Konsentrasi optimal ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn.) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
putih (Rattus norvegicus)
Hasil penelitian yang telah didapatkan adalah dosis 0,09 ml untuk tikus
putih dengan berat badan 120 gram dan kadar glukosa awal 68 mg/dL belum
menunjukkan hasil yang optimal karena setelah 3 hari diberikan perlakuan, tikus
putih tersebut mati. Hasil dari kadar glukosa akhir tidak diketahui karena tikus
ditemukan mati sudah dalam keadaan hematum. Sedangkan tikus putih dengan
berat badan 150 gram dan kadar glukosa awal 69 mg/dl, setelah diberikan
perlakuan ekstrak buah belimbing manis dengan konsentrasi 0.0325 ml dapat
bertahan hidup hingga hari ke-13. Hasil dari kadar glukosa setelah diberikan
ekstrak buah belimbing adalah 58 mg/dl. Meskipun terjadi penurunan kadar
glukosa pada tikus putih dengan berat badan 150, namun nilai kadar glukosa
tersebut sangat rendah atau megalami hipoglikemik. Dalam keadaan tersebut
sebenarnya tikus tidak mengalami DM. Sehingga konsentrasi optimal ekstrak
buah belimbing dalam menurunkan kadar glukosa pada tikus putih belum dapat
disimpulkan dengan baik ataupun dijadikan rujukan. Karena pada penelitian ini,
tikus putih yang digunakan hanya sedikit sehingga apabila ada yang mati harus
mengganti dengan tikus putih baru dan mengulang perlakuan dari awal. Perlakuan
terakhir yang dapat dilanjutkan adalah tikus dengan berat badan 120 gram dan
tikus putih dengan berat badan 150 gram saja. Sehingga hasil ini tidak dapat
menyimpulkan konsentrasi optimal ekstrak buah belimbing untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darah tikus.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Pemberian ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola) dapat


menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Konsentrasi yang diperlukan untuk tikus putih dengan berat badan 120
gram yaitu dosis 0,09 ml. Sedangkan tikus putih dengan berat badan 150
gram dan kadar glukosa awal 69 mg/dl, setelah diberikan perlakuan
ekstrak buah belimbing manis dengan konsentrasi 0.0325 ml.
Faktor yang mempengaruhi tikus mati sebelum perlakuan yaitu
dikarenakan faktor stress akibat pemberian aloksan yang dapat menggantu
system metabolisme tubuh.

5.2 Saran
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dikembangkan kembali oleh peneliti selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

22
Wirawan, Wahyu. 2009. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Perasan Buah
Belimbing Manis ( Averrhoa Carambola L.) Pada Kelinci
Jantan Galur Lokal Yang Dibebani Glukosa. Surakarta :UMS.

Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority . Vol 4 (5).

Wijayakusuma, Hembing dan Setiawan Dalimartha. 2005. Ramuan Tradisional


untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Wiryowidagdo, Sudjaswadi Dan M. Sitanggang. 2008. Tanaman Obat Untuk


Penyakit Jantung, Darah Tinggi Dan Kolesterol. Jakarta
Selatan : Agromedia.

Shadine, M., 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan


Serangan Jantung. Jakarta: Penerbit Keenbooks.
Yuriska, Anindhita. 2009. Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus
Wistar. Jurnal Kedokteran. 2(1): 25-67

23

Anda mungkin juga menyukai