Oleh:
Devi Rukmana (201410070311102)
Usifatul Fardiyah (201410070311105)
Airinisaa Bella Angeli (201410070311109)
Aisyah Rahmawati (201410070311111)
Filsa Hawami (201410070311133)
31 Maret 2017
Penulis
i
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................6
BAB II Tinjauan Pustaka........................................................................................7
2.1 Pengobatan Tradisional.........................................................................7
2.2 Kerangka Konsep.................................................................................10
2.3 Hipotesis...............................................................................................11
BAB III Metodologi Penelitian..............................................................................12
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................12
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................12
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................12
3.4 Variabel Penelitian...............................................................................12
3.5 Rancangan Penelitian...........................................................................13
3.6 Cara Kerja............................................................................................13
3.7 Taknik Analisis Data............................................................................15
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................17
4.2 Hasil Analisis.......................................................................................18
4.3 Pembahasan.........................................................................................19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................................22
5.2 Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Gejala klasik yang ditimbulkan oleh Diabetes mellitus antara lain poliuria
yaitu sering buang air kecil, polidipsia yaitu sering merasa haus, dan polifagia
yaitu sering merasa lapar. Seseorang dikatakan menderita Diabetes mellitus
apabila terdapat gejala klasik disertai kadar gula darah puasa 126 mg/dl dan
sewaktu tes 200 mg/dl. Faktor penyebab terjadinya Diabetes mellitus sangat
beragam antara lain faktor genetik, pola makan yang salah, pola hidup yang
tidak sehat, virus, bakteri, dan masih banyak penyebab lainnya. Secara klinik,
Diabetes dibagi menjadi 2 yaitu Diabetes Melitus tipe 1 dan tipe 2, namun
menurut klasifikasi ADA 2009 Diabetes Melitus dibagi menjadi 4, yaitu
Diabetes Melitus tipe 1, tipe 2, Gestasional, dan tipe lainnya (Fatimah, 2015).
Penderita Diabetes mellitus memerlukan pengobatan sepanjang hidup
penderitanya, maka diperlukan terapi yang mudah didapatkan serta ekonomis.
Oleh sebab itu semakin banyak dikembangkan terapi dengan menggunakan
tanaman obat tradisional untuk mengobati Diabetes mellitus. Indonesia
merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tentunya juga
kaya akan tanaman obat tradisional. Terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman
obat tradisional, namun kurang dimanfaatkan secara optimal, karena hanya
sekitar 1.200 tanaman yang diteliti sebagai tanaman obat tradisional. Selain itu
obat-obatan tradisional belum diakui dalam praktek-praktek pengobatan
modern karena masih sedikit yang mengalami uji preklinik dan uji klinik. Hal
ini sangat disayangkan, karena sebenarnya potensi tanaman obat tradisional
Indonesia sangatlah besar. Selain itu tanaman obat tradisional juga memiliki
kelebihan yaitu mudah didapatkan dan ekonomis sehingga sangat
memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya (Wirawan, 2009).
Di dalam penelitian ini, digunakan tanaman buah yang sudah sangat
dikenal yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.). Peneliti tertarik
untuk menggunakan buah belimbing manis sebagai intervensi, selain
mempunyai kandungan kimia yang terdapat pada daun, bunga, dan batang
belimbing manis juga mengandung saponin, flavonoida, daunnya mengandung
tannin, dan batangnya mengandung alkaloida dan polifenol. Tanaman ini juga
banyak tumbuh dan berkembang di Indonesia, namun masih sedikit penelitian
lebih lanjut mengenai khasiatnya. pemanfaatan buah belimbing manis selama
5
ini belum banyak dilakukan. Buah belimbing manis selama ini hanya dimakan
biasa maupun diolah menjadi jus belimbing.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola
Linn.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus
norvegicus)?
2. Berapa konsentrasi dari ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn.) yang paling efektif untuk menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus putih (Rattus norvegicus)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1 Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat
merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, hal ini
menandai kesadaran untuk kembali ke alam (back to nature) guna mencapai
kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.
Dalam menggunakan tumbuhan berkhasiat obat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengobatan tradisional. Hal-hal yang perlu mendapatkan
perhatian tersebut antara lain : karakteristik simplisia, skrining fitokimia simplisia
dan uji aktivitas antimikroba (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).
7
Belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) atau dalam bahasa Inggris
disebut Starfruit (Bila dipotong memiliki penampang yang berbentuk bintang)
merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis. Ciri buah belimbing manis
berwarna kuning kehijauan ketika masih muda dan berwarna kuning kemerahan
kalau sudah tua, berbiji kecil berwarna coklat, rasanya manis dengan sedikit asam
dan banyak mengandung air. Dengan cara dimakan biasa atau dijadikan juice,
Belimbing Manis memiliki banyak manfaat sebagai obat tradisional atau obat
alternatif (Shadine, 2010).
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Family : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola L.
8
Tabel 1. Hasil pemeriksaan makroskopik buah belimbing
9
(Ridha, 2013) .
10
2.3 Hipotesis
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
(n-1) (t-1) 15
t = jumlah perlakuan
12
3.4.3 Teknik sampling
3.5.1 Bahan
1. Kandang tikus
2. Sonde lambung
3. Timbangan
4. electromantel
5. oven
6. tabung Erlenmeyer
7. Pengaduk
8. Glukometer Easy Touch
13
1. Pembuatan ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa carambola
Linn.)
2. Langkah penelitian
a. Langkah I :
Di dalam penelitian ini, menggunakan sampel sebanyak 8 ekor
tikus wistar jantan dibagi menjadi 4 kelompok (yang didapatkan
berdasarkan rumus Federer) diadaptasikan selama 1 minggu di
laboratorium dan diberi pakan standar.
b. Langkah II :
Tikus wistar yang telah dipuasakan selama 8 jam pada hari ke
7 diukur kadar glukosa darahnya. Pengukuran ini merupakan
pengukuran awal kadar glukosa darah.
c. Langkah III :
Setelah pengukuran awal kadar glukosa darah, tikus wistar
diinduksi aloksan dengan dosis 125 mg/kgBB secara
intraperitoneal.
d. Langkah IV :
Setelah aloksan diinduksikan, tikus harus diukur kadar glukosa
darahnya setiap hari sampai dengan menunjukkan kadar glukosa
darah hiperglikemi yaitu dengan kadar 126 mg/dL.
e. Langkah V :
Setelah mendapatkan kadar glukosa darah tikus yang mencapai
hiperglikemi, tikus yang berjumlah 8 dibagi menjadi 4
kelompok dengan pembagian secara random.
f. Langkah VI :
Kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah tikus
yang sebelumnya telah dipuasakan selama 8 jam. Pengukuran
kadar glukosa darah disini adalah sebagai data pre-test.
g. Langkah VII :
14
Setelah dilakukan pengukuran kadar glukosa darah (pre test), 4
kelompok tikus wistar diberi perlakuan per oral selama 14 hari.
Kelompok I : aquadest
Kelompok II : ekstrak buah belimbing wuluh 0,25 gr/kgBB
Kelompok III: ekstrak buah belimbing wuluh 0,75 gr/kgBB
Kelompok IV: metformin 18mg/tikus
h. Langkah VIII :
Setelah perlakuan dilakukan selama 14 hari, kemudian
dilakukan pengukuran kadar glukosa darah tikus wistar yang
sebelumnya telah dipuasakan selama 8 jam.
i. Langkah IX :
Mengulang langkah VII
j. Langkah X :
Mengulang langkah VIII
k. Langkah XI :
Semua data kadar glukosa sebelum dan setelah perlakuan yang
diperoleh, ditabulasi, dibuat ratarata dan dianalisis.
15
Hoc, sedangkan untuk distribusi data tidak normal digunakan uji Kruskal-
Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
16
BAB IV
4.1.1 Kadar glukosa Darah tikus setelah pemberian ekstrak buah belimbing
manis (Averrhoa carambola linn.)
Perlakuan Perlakuan
Kontrol (+) 237 mg/dl 327mg/dl Hidup
Kontrol (-) 72mg/dl 103mg/dl Hidup
Tikus Perlakuan 150 69 mg/dl 58 mg/dl Hidup
ekstrak blimbing 1
(2, 35 ml)
Tikus Perlakuan 120 68 mg/dl - Mati
ekstrak blimbing 2
(1,92 ml)
Tikus perlakuan 3 120 70 mg/dl - Mati
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada
masing-masing perlakuan dosis ekstrak belimbing manis yaitu (Kontrol negatif,
control positif, ekstrak belimbing manis 1, ekstrak belimbing manis 2) di peroleh
hasil perbedaan jumlah kadar glukosa darah terendah dengan nilai kadar glukosa
17
darah yaitu 58 mg/dl pada kelompok perlakuan ekstrak belimbing manis 1 (2,35
ml), sebaliknya kadar glukosa darah tertinggi dengan nilai kadar glukosa darah
yaitu 327 mg/dl yaitu pada kelompok control positif dengan perlakuan induksi
aloksan dengan nilai kadar glukosa darah di atas normal.
4.2.1. Tabel ringkasan hasil uji One Way Anova ekstrak belimbing manis
(Averrhoa carambola linn.) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
tikus.
18
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ekstrak blimbing manis
berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus. Hal ini karena
nilai probabilitas signifikan > 0,05 sehingga hipotesis diterima.
4.3 Pembahasan
19
Anova kemudian dilanjutkan dengan Uji Post Hoc. Sedangkan untuk distribusi
data tidak normal digunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan Uji
Mann-Whitney. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan, yaitu kontrol negatif
(normal) dan kontrol positif (aloksan), ekstrak buah belimbing manis 1: 2,35 ml,
dan ekstrak buah belimbing manis 2: 1,92 ml.
20
4.3.2 Konsentrasi optimal ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa
carambola Linn.) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
putih (Rattus norvegicus)
Hasil penelitian yang telah didapatkan adalah dosis 0,09 ml untuk tikus
putih dengan berat badan 120 gram dan kadar glukosa awal 68 mg/dL belum
menunjukkan hasil yang optimal karena setelah 3 hari diberikan perlakuan, tikus
putih tersebut mati. Hasil dari kadar glukosa akhir tidak diketahui karena tikus
ditemukan mati sudah dalam keadaan hematum. Sedangkan tikus putih dengan
berat badan 150 gram dan kadar glukosa awal 69 mg/dl, setelah diberikan
perlakuan ekstrak buah belimbing manis dengan konsentrasi 0.0325 ml dapat
bertahan hidup hingga hari ke-13. Hasil dari kadar glukosa setelah diberikan
ekstrak buah belimbing adalah 58 mg/dl. Meskipun terjadi penurunan kadar
glukosa pada tikus putih dengan berat badan 150, namun nilai kadar glukosa
tersebut sangat rendah atau megalami hipoglikemik. Dalam keadaan tersebut
sebenarnya tikus tidak mengalami DM. Sehingga konsentrasi optimal ekstrak
buah belimbing dalam menurunkan kadar glukosa pada tikus putih belum dapat
disimpulkan dengan baik ataupun dijadikan rujukan. Karena pada penelitian ini,
tikus putih yang digunakan hanya sedikit sehingga apabila ada yang mati harus
mengganti dengan tikus putih baru dan mengulang perlakuan dari awal. Perlakuan
terakhir yang dapat dilanjutkan adalah tikus dengan berat badan 120 gram dan
tikus putih dengan berat badan 150 gram saja. Sehingga hasil ini tidak dapat
menyimpulkan konsentrasi optimal ekstrak buah belimbing untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darah tikus.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dikembangkan kembali oleh peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
22
Wirawan, Wahyu. 2009. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Perasan Buah
Belimbing Manis ( Averrhoa Carambola L.) Pada Kelinci
Jantan Galur Lokal Yang Dibebani Glukosa. Surakarta :UMS.
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority . Vol 4 (5).
23