Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan populasi ternak,
sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak baik ternak ruminansia
maupun non ruminansia. Ternak ruminansia memiliki keistimewaan pada saluran
pencernaanya karena menggunakan rumen sebagai tempat fermentasi serat kasar yang tinggi,
contohnya yaitu sapi (Usman, 2013). Sapi merupakan ternak yang menghasilkan daging, susu
dan kebutuhan lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sapi dapat menghasilkan
kebutuhan daging di dunia sekitar 50%, kebutuhan susu 95% dan kebutuhan kulit 85%
(Prasetya, 2012). Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana pemeliharaan, apabila
kebutuhan pakan tidak terpenuhi maka akan berdampak pada status gizi ternak. Status gizi
ternak merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ternak yang
diindikasikan oleh bobot tubuh dan tinggi badan ternak. Status gizi dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dari status gizi yaitu cuaca,
ketersediaan bahan pakan, kualitas pakan dan kebersihan sekitar lingkungan ternak. Faktor
internal meliputi umur ternak, kesehatan ternak dan genetik.
Pakan yang baik adalah pakan yang kandungan gizinya dapat diserap tubuh dan
mencukupi kebutuhan ternak. Nilai gizi bahan pakan bervariasi, maka penyusunan ransum
yang baik adalah ketepatan memasangkan satu jenis bahan pakan dengan bahan pakan lain
untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Bahan pakan sapi yang utama terdiri dari hijauan yang
mengandung nutrisi sebagai sumber serat, energi dan protein. Bahan pakan sumber serat
meliputi rumput-rumputan, limbah pertanian (jerami padi, kedelai, tumpi, kulit buah kopi,
kulit buah coklat) dan lainnya. Sumber energi meliputi dedak, katul, onggok, jagung, tetes
dan lainnya. Sumber bahan pakan yang mengandung protein dapat diperoleh dari leguminosa
dan konsentrat yang terdiri dari bungkil-bungkilan, tepung ikan, ampas tahu, dedak dan
lainnya. Kebutuhan nutrisi bagi ternak sangat tergantung pada status fisiologis, jenis kelamin
dan kesesuaian berat tubuhnya. Jumlah pakan dalam bentuk bahan kering yang dibutuhkan
oleh sapi dara berbeda dibandingkan sapi penggemukan walaupun dengan bobot tubuh awal
yang sama.
Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup besar
sebagai sumber pakan ternak ruminansia (Dewi, Liman dan Widodo., 2016). Bahan pakan
lokal yang tersedia cukup banyak dengan kualitas yang baik perlu dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Setiap bahan pakan memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam menyusun
ransum dapat mencampurkan berbagai bahan pakan yang ada, agar dapat tersusun ransum
seimbang yang mengandung semua zat nutrisi dengan jumlah dan macamnya dalam
perbandingan yang cukup. Ransum yang seimbang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang
disesuaikan dengan status fisiologis ternak, produksi dan reproduksinya.
Jerami padi (Oriza sativa) adalah salah satu limbah pertanian yang potensial menjadi
pakan ternak ruminansia dengan serat kasar yang tinggi. Jerami padi mempunyai kandungan
nutrisi dengan serat kasar 31,5-46,5%; abu 19,5 – 22,9%; kalsium 0,19%; protein 3,5 – 4,5%;
lemak 1,4 – 1,7% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sebanyak 2,78 – 39,9% (Sugama
dan Budiari, 2012). Kandungan nutrisi jerami padi tergolong masih rendah terutama

1
kandungan proteinnya maka perlu adanya penambahan bahan pakan lain atau suplemen untuk
meningkatkan kandungan nutrisi. Suplementasi jerami padi sangat penting untuk mencukupi
kebutuhan ternak karena kandungan proteinnya yang rendah (Martawidjaja, 2003). Salah satu
bahan pakan yang dapat dimanfaatkan adalah leguminosa. Leguminosa merupakan salah satu
jenis hijauan yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai makanan tambahan pada ternak dengan tujuan agar memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Jenis – jenis tanaman leguminosa yang mudah ditanam dan memiliki kandungan nutrisi yang
tinggi antara lain gamal (Glirisidia sepium), lamtoro (Leucena leucocephala) dan kaliandra
(Calliandra callothyrsus) (Kushartono, 2002).
Fermentasi adalah proses yang dapat meningkatkan nilai kecernaan pada pakan.
Proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan energi dan protein, menurunkan kandungan
sianida dan serat kasar serta meningkatkan daya cerna pakan yang berkualitas rendah
(Prasojo, Suhartati dan Rahayu., 2013). Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kecernaan
bahan pakan adalah dengan melakukan penambahan bioaktivator pada complete feed.
Complete feed adalah campuran semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan dan konsentrat
yang diberikan pada ternak (Hadiyanto, Surono dan Christiyanto., 2012). Dunia peternakan
mengenal beberapa jenis bioaktivator, salah satunya adalah Biofarm.
Biofarm merupakan produk dari teknologi sustainable organic farming yang
mengandung mikroba dengan kemampuan tinggi dalam mendegradasi senyawa kompleks
organik dan sintetis, contohnya adalah pakan. Kecepatan fermentasi dengan penambahan
Biofarm yang berdampak pada lama inkubasi (Hadiyanto dkk., 2012). Hasil penelitian
Syamsu (2006) menggambarkan bahwa komposisi nutrisi jerami padi yang telah difermentasi
dengan menggunakan starter mikroba (starbio) sebanyak 0,06% dari berat jerami padi, secara
umum memperlihatkan peningkatan kualitas dibanding jerami padi yang tidak difermentasi.
Kadar protein kasar jerami padi yang difermentasi mengalami peningkatan dari 4,23%
menjadi 8,14% dan diikuti dengan penurunan kadar serat kasar. Teknik In Vitro produksi gas
merupakan salah satu metode untuk melakukan evaluasi kualitas pakan terutama untuk
ruminansia. Produksi gas selama inkubasi merupakan produk buangan dari fermentasi substrat
di dalam tabung seperti gas CH4, CO2, O2, H2S dan gas lainnya. Produksi gas menggambarkan
tingkat proses fermentasi yang terjadi sehingga diperoleh informasi mengenai laju produksi
gas sesuai dengan sifat kimia bahan pakan yang diujikan. Perbedaan sifat kimia pakan akan
memberikan nilai produksi gas yang berbeda (Firsoni dan Lisanti., 2017). Berdasarkan
penelitian terdahulu maka perlu dikaji lebih lanjut pengaruh penambahan leguminosa dan
lama inkubasi yang berbeda dalam pembuatan fermentasi pakan lengkap berbasis jerami padi
menggunakan Biofarm terhadap produksi gas secara In Vitro dan estimasi energi.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
penambahan leguminosa yang berbeda dalam pembuatan fermentasi pakan lengkap berbasis
jerami padi menggunakan Biofarm terhadap produksi gas secara In Vitro dan estimasi energi.

1.3 Tujuan Penelitian

2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan leguminosa yang
berbeda dalam pembuatan fermentasi pakan lengkap berbasis jerami padi menggunakan
Biofarm terhadap produksi gas secara In Vitro dan estimasi energi.

1.4 Kegunaan Penelitian


Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baik bagi
masyarakat maupun peternak mengenai fermentasi pakan lengkap berbasis jerami padi
menggunakan Biofarm terhadap produksi gas secara In Vitro dan estimasi energi.

1.5 Kerangka Pikir


Ketersediaan limbah pertanian di dunia peternakan sudah banyak digunakan sebagai
pakan ternak salah satunya adalah jerami padi. Jerami memiliki potensi dari segi jumlahnya
atau ketersediannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015), produksi jerami padi di
Indonesia mencapai 75,40 juta ton. Jerami padi mempunyai kandungan nutrisi dengan serat
kasar 31,5-46,5%; abu 19,5–22,9%; kalsium 0,19%; protein 3,5–4,5%; lemak 1,4–1,7% dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sebanyak 2,78–39,9% (Sugama dan Budiari., 2012).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kandungan nutrisi jerami padi adalah
teknologi pengolahan, salah satunya adalah dengan fermentasi. Proses fermentasi dapat
meningkatkan kandungan energi dan protein, menurunkan kandungan sianida dan serat kasar
serta meningkatkan daya cerna pakan yang berkualitas rendah (Prasojo dkk., 2013).
Pakan lengkap merupakan salah satu cara untuk menyeimbangkan kandungan nutrisi
yaitu dengan campuran hijauan dan konsentrat yang memadai. Pakan lengkap dapat diberikan
sekaligus antara hijauan dan konsentrat yang dikemas sedemikian rupa dan nilai nutrisinya
lebih lengkap, lebih tinggi kualitasnya serta lebih praktis baik untuk ternak, pekerja kandang
maupun dari segi waktu (Wahjuni dan Bijanti, 2006). Bahan baku yang ditambahkan dalam
pembuatan pakan lengkap selain dari jerami padi adalah konsentrat dan beberapa leguminosa.
Konsentrat dipilih karena sebagai sumber energi dan protein (Wahyuni, 2014). Leguminosa
dipilih karena protein yang cukup tinggi. Tujuan pemberian leguminosa adalah untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak (Kushartono, 2002).
Wina (2005) menyebutkan untuk mempercepat proses fermentasi, beberapa
pembentuk asam ditambahkan ke dalam hijauan seperti Lactobacillus sp. atau Bioplus,
Starbio, EM4 dan sebagainya. Biofarm merupakan produk dari teknologi sustainable organic
farming yang mengandung mikroba dengan kemampuan tinggi dalam mendegradasi senyawa
kompleks organik dan sintetis, contohnya adalah pakan. Kandungan nutrisi dari pakan akan
dimanfaatkan ternak untuk menghasilkan energi. Energi tersebut seharusnya digunakan secara
efisien oleh ternak ruminansia tetapi dari proses tersebut menghasilkan gas, sehingga energi
yang dihasilkan seharusnya untuk mencerna pakan, justru digunakan untuk mengeluarkan gas.
Karbohidrat dalam bentuk polisakarida dihidrolisis menjadi monosakarida, kemudian
difermentasikan menjadi produk VFA terutama asetat, propionate dan butirat serta gas yang
berupa gas metan (CH4), H2 dan CO2 pada sistem pencernaan di dalam rumen (McDonald,
Edwards and Greenhalgh., 2002). Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh penambahan leguminosa dan lama inkubasi yang berbeda dalam pembuatan
fermentasi pakan lengkap berbasis jerami padi menggunakan Biofarm terhadap produksi gas
dan estimasi energi secara In Vitro. Runtutan kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
3
Ketersediaan Limbah Pertanian

Fermentasi

Pakan Lengkap

Jerami Padi Konsentrat Leguminosa Biofarm

Estimasi Energi :
Produksi gas secara In
Analisis Proksimat 1. ME (Metabolizable Energy)
Vitro
2. NE (Net Energy)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

1.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah penambahan leguminosa yang berbeda dalam
pembuatan fermentasi pakan lengkap berbasis jerami padi menggunakan biofarm
berpengaruh terhadap produksi gas secara In Vitro dan estimasi energi (NE dan ME).

Anda mungkin juga menyukai